Anda di halaman 1dari 9

Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk

mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk
manusia. (UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan) 

1. Penggolongan obat berdasarkan jenis

1. Obat Bebas

Obat bebas adalah obat yang bebas/dapat diperoleh tanpa resep dari dokter, sehingga
dapat dibeli langsung melalui Apotek, Toko Obat Berizin, Toko Modern maupun warung
kelontong. Cara mengenali obat bebas adalah terdapat tanda logo lingkaran berwarna
HIJAU dengan garis tepi berwarna hitam pada kemasannya.

            Contoh Obat Bebas :

 Parasetamol (penurun demam dan pereda sakit kepala)


 Vitamin-Vitamin
 Ferrosulfat (penambah darah)
 Sediaan obat mengandung Calcium
 Antasid (untuk sakit maag) Ex : promag, mylanta

2. Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter, sehingga dapat
dibeli langsung melalui Apotek maupun Toko Obat Berizin namun memperolehnya
dalam jumlah terbatas. Terdapat sediaan Obat Bebas Terbatas adalah campuran obat
bebas dan obat keras. Cara mengenali obat bebas terbatas adalah terdapat tanda logo
lingkaran berwarna BIRU dengan garis tepi berwarna hitam pada kemasannya.

Biasanya pada kemasan golongan obat ini terdapat peringatan-peringatan berkaitan


dengan pemakaian/penggunaannya yang ditulis dalam kotak, supaya pasien/masyarakat
dapat menggunakan obat ini dengan benar. Ada 6 macam tanda peringatan antara lain :

a. P.No.1 Awas! Obat Keras, Bacalah Aturan Pemakaiannya


Contoh :

 Sediaan Obat Pereda Flu / Pilek (Ex : Neozep, Ultraflu, Procold)


 Sediaan Obat Batuk (Ex : OBH, Woods, Komix, Actifed)

b. P.No.2 Awas! Obat Keras, Hanya untuk kumur, jangan ditelan

Contoh :

 Sediaan obat kumur mengandung Povidone Iodine (Ex : Betadine)


 Sediaan obat kumur yang mengandung Hexetidine (Ex : Hexadol)

c. P.No.3 Awas! Obat Keras, Hanya untuk bagian luar dari badan

Contoh :

 Betadine
 Kalpanax
 Albothyl
 Sediaan salep/krim untuk penyakit kulit yang tidak mengandung antibiotik
 Sediaan tetes mata yang tidak mengandung antibiotik (Insto, Braito)

d. P.No.4 Awas! Obat Keras, Hanya untuk dibakar

Contoh :

 Sediaan untuk obat asma (berbentuk rokok) à sudah tidak ada

e. P.No.5 Awas! Obat Keras, Tidak boleh ditelan


Contoh :

 Sediaan obat Sulfanilamid puyer 5 g steril à antibiotik untuk infeksi topikal/kulit


termasuk untuk infeksi vagina
 Sediaan ovula

f. P.No.6 Awas! Obat Keras, Obat wasir, jangan ditelan

Contoh :

Sediaan suppositoria untuk wasir/ambeien

3. Obat Keras atau Daftar G (Gevaarlijk) atau berbahaya

Obat Keras adalah obat yang hanya dapat diperoleh dengan resep dokter, dan resep
hanya dapat ditebus di Apotek atau diserahkan melalui Rumah Sakit, Puskesmas, maupun
Klinik. Namun demikian ada beberapa macam obat keras yang dapat diperoleh tanpa
resep dokter yaitu obat-obat yang masuk dalam Obat Wajib Apotek (OWA). Cara
mengenali obat keras adalah terdapat tanda logo lingkaran berwarna MERAH dengan
garis tepi berwarna hitam dan terdapat huruf K (warna hitam) berada ditengah lingkaran
dan menyentuh pada garis tepi pada kemasannya.

Pada kemasan primer, sekuner, dan etiket biasanya mencantumkan kalimat      “ Harus
dengan resep dokter”

Contoh :

 Sediaan Antibiotik
(Ex : Amoxicillin, Ampicillin, Ciprofloxacin, Kloramfenicol, Tetracyclin,
Sefadroksil, Metronidazol dll)

 Sediaan Obat Analgesik (Pereda Nyeri)

(Ex : Piroksikam, Meloksikam, Phenylbutazon dll)

 Sediaan Obat Antihipertensi

(Ex : Captopril, Nifedipin, Amlodipin, Candesartan, HCT dll)

 Sediaan Obat Antidiabet

(Ex : Glibenklamid, Metformin dll)

 Sediaan Obat Kortikosteroid

(Ex : Dexamethason, Metilprednison dll)

 Sediaan Obat Penyakit Gout/Asam Urat

(Ex : Allopurinol)

 Sediaan Obat Penurun Kolesterol

(Ex : Simvastatin, Atorvastatin, Gemfibrozil, dll)

Sedangkan contoh beberapa obat yang masuk Obat Wajib Apotek (OWA) :

 Sediaan Obat Kontrasepsi

(Ex : Lyndiol tablet, Mycrogynon tablet, Endometril tablet, dll)

 Sediaan Obat saluran Cerna

(Ex : Decamag tab, Gastran tab, Dulcolax tab salut, Metoclopramide, Papaverin HCl
tab, dll)

 Sediaan Obat Mulut dan Tenggorokan

(Ex : Hexadol solution, Bactidol solutio, dll)

 Sediaan Obat Saluran Nafas

(Ex : Salbutamol tablet/sirup, Terbutaline tablet/inhaler, Bromheksin tablet dll)


 Sediaan Obat Analgetik, depresan

(Ex : Asam mefenamat tablet, Aspirin+caffein tablet, Alvita kaplet (Antalgin +


Vitamin B1, B6, B12) dll)

 Sediaan Obat Kulit Topikal

(Ex : Tetracycline salep, Kloramfenikol salep, Decoderm-3 krim, bufacort-N krim,


New-Kenacomb krim dll)

 Sediaan Obat Antiparasit

(Ex : Albendazol tablet/suspensi (obat cacing) dll)

 Sediaan Obat Antiradang-antireumatik

(Ex : Ibuprofen kaplet/tablet/sirup, Natrium diklofenak gel/krim dll)

4. Obat Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang
berkhasita psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat tyang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. (UU RI No. 5 Tahun
1997 tentang Psikotropika). Obat ini merupakan obat yang digunakan untuk masalah
gangguan kejiwaan/mental yang biasanya disebut dengan obat penenang dan
antidepresan. Penggunaan obat ini dapat menyebabkan haliusinasi, depresi, stimulasi
(tidak mengantuk, tidak lapar), dan gangguan fungsi motorik/otot (kepala bergerak naik
turun/geleng-geleng).

Psikotropika termasuk dalam Obat Keras Tertentu (OKT) yang logonya sama dengan
obat keras yaitu lingkaran berwarna MERAH dengan garis tepi berwarna hitam dan
terdapat huruf K (warna hitam) berada ditengah lingkaran dan menyentuh pada garis tepi
pada kemasannya sehingga untuk mendapatkannya harus dengan resep dokter.

Dikarenakan obat golongan ini dapat menimbulkan ketergantungan / kecanduan,


pemerintah melakukan pengawasan dengan ketat (regulasi dan sanksi hukum) supaya
tidak terjadi penyalahgunaan obat.

Psikotropika digolongkan menjadi 4 (empat) golongan berdasarkan potensi efek


ketergantungan :

a. Psikotropika Golongan I

Hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan untuk terapi
kesehatan/pengobatan karena dapat menyebabkan potensi sindrom ketergantungan
yang sangat kuat.
Contoh : DMA, MDMA, Meskalin dll

b. Psikotropika Golongan II

Digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta berkhasiat untuk pengobatan/terapi


dan dapat menyebabkan potensi ketergantungan yang kuat.

Contoh : Amfetamin, Metakualon, Sekobarbital dll

c. Psikotropika Golongan III

Digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta berkhasiat untuk pengobatan/terapi


dan mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindrom ketergantungan.

Contoh : Amobarbital, Flunitrazepam, Pentobarbital dll

d. Psikotropika Golongan IV

Digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta berkhasiat untuk pengobatan/terapi


dan mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan.

Psikotropika golongan IV inilah yang banyak digunakan untuk terapi/pengobatan


dikarenakan efek ketergantungan yang dihasilkan ringan.

Contoh : Diazepam, Lorazepam, Nitrazepam, Alprazolam, Klordiazepoksid,


Triazolam dll.

Penyerahan obat narkotika dapat dilakukan oleh Apotek, Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik
berdasarkan resep dokter kepada pasien/pengguna langsung.

5. Obat Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintesis maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan. (UU RI
No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika).
Cara mendapatkan Obat Narkotika harus dengan resep dokter dan obat dapat diserahkan
melalui Apotek, Rumah sakit, Puskesmas ataupun Klinik.

Logo obat narkotika adalah seperti tanda plus warna merah dalam lingkaran warna putih
dengan garis tepi warna merah.

Obat narkotika sangat bermanfaat dan diperlukan di bidang ilmu pengetahuan maupun
bidang kesehatan. Meskipun demikian, masih ada yang menggunakan tidak sesuai
dengan standar pengobatan maupun sengaja disalahgunakan bahkan disertai peredaran
narkotika secara gelap. Penyalahgunaan Narkotika serta Psikotropika merupakan
kejahatan krimial dikarenakan hal tersebut merupakan ancaman yang dapat melemahkan
ketahanan nasional dikarenakan dapat merusak moral/mental masyarakat khususnya
generasi muda penerus bangsa. Pemerintah melakukan pengawasan dan pengendalian
peredaran obat narkotika dengan membuat Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 yang
diperbarui menjadi UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Berdasarkan potensi yang dapat mengakibatkan ketergantungan, Narkotika digolongkan


menjadi 3 (tiga) yaitu :

a. Narkotika Golongan I

Hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan untuk terapi
kesehatan/pengobatan karena dapat menyebabkan potensi sindrom ketergantungan
yang sangat tinggi.

Contoh : Tanaman Papaver Somniferum L, Opium mentah, Opium masak, tanaman


koka (Erythroxylum coca), daun koka, kokain mentah, kokain, tanaman ganja,
Heroin, THC dll.

b. Narkotika Golongan II

Berkhasiat untuk pengobatan tetapi digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.

Contoh : Morfin, Opium, Petidin, Ekgonin, Hidromorfinol dll.

c. Narkotika Golongan III

Berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan.

Contoh : Kodein, Dihidrokodein, Etilmorfin, Doveri dll.

Kodein dan Doveri biasa digunakan untuk obat batuk yang parah.
Dari penggolongan obat diatas kita hanya dapat membeli obat dengan tujuan untuk
pengobatan sendiri (self-medication) dari golongan obat bebas, obat bebas terbatas serta
obat wajib apotek (OWA). Untuk memperoleh obat-obatan tersebut sebaiknya membeli di
Toko Obat Berizin atau Apotek, dikarenakan di sarana tersebut mutu obat lebih terjaga
(karena penyimpanan yang tepat, pemeriksaan masa kadaluarsa yang rutin) serta terhindar
dari obat-obat palsu yang beredar. Adanya Tenaga Teknis Kefarmasian di Toko Obat atau
Apoteker di Apotek dapat kita mintai saran dan informasi mengenai penggunaan dan
keamanan obat yang akan kita digunakan. Namun perlu diingat bahwa masa pengobatan
sendiri adalah 3 hari, jika selama 3 hari tidak sembuh maka harus berobat ke dokter.

Jika kita tidak paham dengan obat yang diterima, kita wajib mengetahui/bertanya kepada
dokter / apoteker mengenai aturan pakai, dosis, serta efek samping yang mungkin terjadi.

2. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat


dibagi menjadi 5 jenis penggolongan antara lain :

 obat yang bekerja pada penyebab penyakit, misalnya penyakit akibat bakteri atau
mikroba, contoh antibiotik
 obat yang bekerja untuk mencegah kondisi patologis dari penyakit contoh vaksin, dan
serum.
 obat yang menghilangkan simtomatik/gejala, meredakan nyeri contoh analgesik
 obat yang bekerja menambah atau mengganti fungsi fungsi zat yang kurang, contoh
vitamin dan hormon.
 pemberian placebo adalah pemberian obat yang tidak mengandung zat aktif, khususnya
pada pasien normal yang menganggap dirinya dalam keadaan sakit. contoh aqua pro
injeksi dan tablet placebo.

Selain itu dapat dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, seperti obat antihipertensi,
kardiak, diuretik, hipnotik, sedatif, dan lain lain.

3. Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian


dibagi menjadi 2 golongan :
- obat dalam yaitu obat obatan yang dikonsumsi peroral, contoh tablet antibiotik, parasetamol
tablet
- obat luar yaitu obat obatan yang dipakai secara topikal/tubuh bagian luar, contoh sulfur, dll

4. Penggolongan obat berdasarkan cara pemakaian


dibagi menjadi beberapa bagian, seperti :

 oral : obat yang dikonsumsi melalui mulut kedalam saluran cerna, contoh tablet, kapsul,
serbuk, dll
 perektal : obat yang dipakai melalui rektum, biasanya digunakan pada pasien yang tidak
bisa menelan, pingsan, atau menghendaki efek cepat dan terhindar dari pengaruh pH
lambung, FFE di hati, maupun enzim-enzim di dalam tubuh
 Sublingual : Sublingual : pemakaian obat dengan meletakkannya dibawah lidah., masuk
ke pembuluh darah, efeknya lebih cepat, contoh obat hipertensi : tablet hisap, hormon-
hormon
 Parenteral : obat yang disuntikkan melalui kulit ke aliran darah. baik secara intravena,
subkutan, intramuskular, intrakardial.
 langsung ke organ, contoh intrakardial
 melalui selaput perut, contoh intra peritoneal

5. Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan


dibagi menjadi 2 :
- sistemik : obat/zat aktif yang masuk kedalam peredaran darah.
- lokal : obat/zat aktif yang hanya berefek/menyebar/mempengaruhi bagian tertentu tempat obat
tersebut berada, seperti pada hidung, mata, kulit, dll

6. Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi


dibagi menjadi 2 golongan :
- farmakodinamik : obat obat yang bekerja mempengaruhi fisilogis tubuh, contoh hormon dan
vitamin
-  kemoterapi : obat obatan yang bekerja secara kimia untuk membasmi parasit/bibit penyakit,
mempunyai daya kerja kombinasi.

7. Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya


dibagi menjadi 2 :

 Alamiah : obat obat yang berasal dari alam (tumbuhan, hewan dan mineral)
tumbuhan : jamur (antibiotik), kina (kinin), digitalis (glikosida jantung) dll
hewan : plasenta, otak menghasilkan serum rabies, kolagen.
mineral : vaselin, parafin, talkum/silikat, dll
 Sintetik : merupakan cara pembuatan obat dengan melakukan reaksi-reaksi kimia,
contohnya minyak gandapura dihasilkan dengan mereaksikan metanol dan asam salisilat.

Daftar pustaka

http://www.ptphapros.co.id/article.php?&m=Article&aid=17&lg

http://dkk.sukoharjokab.go.id/read/penggolongan-obat-dan-cara-mendapatkannya

Anda mungkin juga menyukai