Aminofilin Injeksi 24 mg/ml Amoxicillin Serbuk Injeksi 1g Amoksisilin Kapsul 250 mg & Kaplet 500 mg Amoksisilin SK 125 mg/5 ml & 250 mg/5 ml Ampicillin Serbuk Injeksi 1g Ampicillin 125 SK Ampisilin Kaplet 500mg & SK 125 mg/5 ml Antalgin Tablet 500 mg Antalgin (Metampyron) Injeksi 250 mg/ml Anti Perkinson DOEN Tablet kombinasi Asam Askorbat (Vitamin C) Tablet 50mg & 250mg Asam Folat Tablet 1mg
Golongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika. Obat Bebas dan Bebas Terbatas dipasarkan tanpa resep dokter atau dikenal dengan nama OTC (Over The Counter) dimaksudkan untuk menangani penyakit-penyakit simptomatis ringan yang banyak diderita masyarakat luas yang penanganannya dapat dilakukan sendiri oleh penderita. Praktik seperti ini dikenal dengan nama self medication (penanganan sendiri). Obat Bebas Obat bebas dapat dijual bebas di warung kelontong, toko obat berizin, supermarket serta apotek. Dalam pemakaiannya, penderita dapat membeli dalam jumlah sangat sedikit saat obat diperlukan, jenis zat aktiI pada obat golongan ini relatiI aman sehingga pemakainnya tidak memerlukan pengawasan tenaga medis selama diminum sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan obat. Oleh karena itu, sebaiknya golongan obat ini tetap dibeli bersama kemasannya.
Di Indonesia, obat golongan ini ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Yang termasuk golongan obat ini yaitu obat analgetik/pain killer (parasetamol), vitamin dan mineral. Ada juga obat-obat herbal tidak masuk dalam golongan ini, namun dikelompokkan sendiri dalam obat tradisional (TR). Obat Bebas Terbatas Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.
Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa empat persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima) sentimeter, lebar 2 (dua) sentimeter dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut:
Seharusnya obat jenis ini hanya dapat dijual bebas di toko obat berizin (dipegang seorang asisten apoteker) serta apotek (yang hanya boleh beroperasi jika ada apoteker, no pharmacist no service), karena diharapkan pasien memperoleh inIormasi obat yang memadai saat membeli obat bebas terbatas. Contoh obat golongan ini adalah: pain relieI, obat batuk, obat pilek dan krim antiseptik. Obat Keras Golongan obat yang hanya boleh diberikan atas resep dokter, dokter gigi, dan dokter hewan ditandai dengan tanda lingkaran merah dan terdapat huruI K di dalamnya. Yang termasuk golongan ini adalah beberapa obat generik dan Obat Wajib Apotek (OWA). Juga termasuk didalamnya narkotika dan psikotropika tergolong obat keras.
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktiI melalui pengaruh selektiI pada susunan saraI pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh : Diazepam, Phenobarbital Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Contoh : MorIin, Petidin Note: 1. Obat bebas dan obat bebas terbatas, termasuk obat daItar W (Warschuwing) atau OTC (over the counter). 2. Pada obat bebas terbatas terdapat salah satu tanda peringatan nomor 1- 6. 3. Obat keras nama lain yaitu obat daItar G (Gevarlijk), bisa diperoleh hanya dengan resep dokter. 4. OWA (obat wajib apoteker) yaitu obat keras yang dapat diberikan oleh apoteker pengelola apotek (APA), hanya bisa didapatkan di apotek. OBAT WA1IB APOTEK (OWA) Selain memproduksi obat generik, untuk memenuhi keterjangkauan pelayanan kesehatan khususnya akses obat pemerintah mengeluarkan kebijakan OWA. OWA merupakan obat keras yang dapat diberikan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) kepada pasien. Walaupun APA boleh memberikan obat keras, namun ada persayaratan yang harus dilakukan dalam penyerahan OWA. 1. Apoteker wajib melakukan pencatatan yang benar mengenai data pasien (nama, alamat, umur) serta penyakit yang diderita. 2. Apoteker wajib memenuhi ketentuan jenis dan jumlah yang boleh diberikan kepada pasien. Contohnya hanya jenis oksitetrasiklin salep saja yang termasuk OWA, dan hanya boleh diberikan 1 tube. 3. Apoteker wajib memberikan inIormasi obat secara benar mencakup: indikasi, kontra- indikasi, cara pemakain, cara penyimpanan dan eIek samping obat yang mungkin timbul serta tindakan yang disarankan bila eIek tidak dikehendaki tersebut timbul. Jenis OWA Tujuan OWA adalah memperluas keterjangkauan obat untuk masayrakat, maka obat-obat yang digolongkan dalam OWA adalah obat ang diperlukan bagi kebanyakan penyakit yang diderita pasien. Antara lain: obat antiinIlamasi (asam meIenamat), obat alergi kulit (salep hidrokotison), inIeksi kulit dan mata (salep oksitetrasiklin), antialergi sistemik (CTM), obat KB hormonal. Sesuai permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat yang dapat diserahkan: 1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun. 2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit. 3. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. 4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. 5. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri. Tabel. Contoh OWA Obat Indikasi Jumlah yang boleh diberikan Asam meIenamat AntiinIlamasi dan anlagesik 10 tablet Salep hidrokortison Antialergi topikal 1 tube Obat KB antiIertilitas 1 siklus (28 hari) Obat Generik versus Obat Paten Obat generik adalah obat yang mengandung zat aktiI sesuai nama generiknya, contoh parasetamol generik berarti obat yang dibuat dengan kandungan zat aktiI parasetamol, dipasarkan dengan nama parasetamol, bukan nama merek seperti Panadol (Glaxo), Nizoral (Johnson and Johnson). Atau obat generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Obat paten adalah obat dengan nama dagang dan menggunakan nama yang merupakan milik produsen obat yang bersangkutan. Misal: Lipitor (PIizer), produk innovator/originator yaitu merek dagang untuk Atorvastatin, Nizoral adalah produk originator dari ketokonazol. (Baca :Lipitor: inIormasi untuk pasien). Produsen obat dalam negeri lebih banyak mengeluarkan obat me-too, alias versi generik dari obat yang telah habis masa patennya yang lalu diberi merek dagang. Kalangan perusahaan Iarmasi di Indonesia sekali lagi, yang lokal cenderung memposisikan produk semacam ini sebagai 'obat paten (mungkin karena mereknya didaItarkan di kantor paten), walau sebenarnya lebih tepat disebut sebagai 'branded generic, alias obat generik bermerek itu tadi. Obat generik ditargetkan sebagai program pemerintah untuk meningkatkan keterjangkauan pelayanan kesehatan bagi masyarakat luas khususnya dalam hal daya beli obat. Oleh karena pemasaran obat generik tidak memerlukan biaya promosi (iklan, seminar, perlombaan, dll) maka harga dapat ditekan sehingga produsen (pabrik obat) tetap mendapat keuntungan, begitu pula konsumen mampu membeli dengan harga terjangkau. Pada awal kebijakan ini diluncurkan (awal tahun 1990-an), pemerintah mencanangkan penggunaan obat generik (OG), artinya pabrik pembuat obat tidak boleh mencantumkan logo pabrik, namun tetap mencantumkan nama pabriknya. Seiring berjalannya waktu, desakan datang dari produsen obat menginginkan adanya logo pada obat buatannya. Maka muncullah Obat Generik Berlogo (OGB). Pemerintah merasa perlu meluluskan permintaan industri ini asal harga OGB tetap dikontrol oleh pemerintah (khususnya Depkes). Oleh karena itu, sekarang dapat kita jumpai parasetamol produk generik dengan logo yang berbeda-beda, contoh: Kimia Farma, Indo Farma, Dexa Medica, Hexpharm, dll. Mengapa OGB bisa murah? Banyak orang meragukan khsiat OGB karena harganya jauh dari obat branded (bermerek). Bisa jadi harganya hanya /-nya. Beberapa obat bahkan bisa jadi harganya 1/10 dari branded-nya. Lihat perbandingan harga pada tabel berikut. Jenis Obat Merek Harga (per 100 tablet) Keterangan Amoxycillin tablet 500mg Generik (IndoIarma) Amoxil (originator) Amoxsan (Sanbe) Kalmoxillin (Kalbe) Dexymox (Dexa) Pehamoxil Forte (Phapros) Rp 40.340 Rp 313.390 Rp 240.000 Rp 275.000 Rp 225.000 Rp 180.000 Produk Sanbe tergolong murah di antara generik bermerek dari produsen Top 10 lain, tetapi lebih dari empat kali lipat harga OGB dan hampir 80 harga produk originator. CeIadroxil tablet 500mg Generik (Hexpharm) DuriceI (originator) CeIat (Sanbe) LongceI (Dankos) DexaceI (Ferron) DoceI (Kimia Farma) Rp 198.000 Rp1.329.870 Rp 670.000 Rp 650.000 Rp 635.000 Rp 484.000 Produk Sanbe termahal di antara generik bermerek dari produsen Top 10 lain, tetapi kurang dari empat kali harga OGB dan hanya sekitar 50 harga produk originator. CiproIloxacin Generik (Hexpharm) Rp 77.000 Produk Sanbe termahal di tablet 500mg Ciproxin (originator) Baquinor (Sanbe) Scanax (Tempo Scan) Quidex (Ferron) Phaproxin (Phapros) Rp1.853.500 Rp 865.000 Rp 625.000 Rp 833.333 Rp 658.000 antara generik bermerek dari produsen Top 10 lain dan harganya lebih dari 10 kali lipat harga OGB, tetapi kurang dari 50 harga produk originator. Wajar saja hal ini terjadi karena biaya yang dikeluarkan produsen untuk menghasilkan obat lebih dari 50 merupakan biaya non-produksi. Alokasi biaya yang paling besar adalah biaya promosi baik berupa iklan, launching produk, seminar di kalangan medis, dan brosur dan barang promosi lain seperti alat tulis, map, kaos, topi, dll. Kalaupun ada iklan OGB siIatnya massal dan dilakukan oleh pemerintah disebut iklan layanan masyarakat. Biaya yang dikenakan oleh media terhadap pemerintah jauh lebih kecil daripada iklan obat branded yang jumlahnya bisa mencapai miliaran. Iklan populer yaitu OGB-nya Indo Farma yang dibintangi Ida Kusuma dan Kak Seto: 'Yang penting kan khasiatnya, buat apa beli merek-nya. Bedakah khasiat OGB deng obat branded? Tidak hanya masyarakat awam, banyak tenaga kesehatan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan yang terjangkau masih ragu dengan khasiat OGB. Banyak rekan dokter dan dokter gigi yang sangsi dengan khasiat OG karena kurangnya inIormasi yang sampai ke mereka. Faktor lainnya adalah gencarnya para detailer/medrep dari produsen obat branded dengan memberikan 'iming-iming/gimmick menarik jika meresepkan obat dari produsen tersebut. Pada dasarnya sebelum OGB dipasarkan harus dilakukan uji khasiat OGB pada sukarelawan sehat di RS (clinical trial Iase I), minimal 6 perempuan dan 6 pria dewasa dengan kriteria inklusiI yang ketat sebagai probadus. Contohnya probandus harus tidak merokok selama 3 bulan terkahir, kalau bisa yang tidak merokok, tidak mengkonsumsi daging selama seminggu terakhir, tidak mengkonsumsi obat lain 2 minggu sebelumnya. Untuk menjadi probandus biasanya diambil dari pedusunan. Para probandus akan diberi inIormasi sebelumnya, keselamatan diasuransikan, dibayar dan bila sewaktu-waktu merasa tidak nyaman boleh menyatakan berhenti dari trial ini. Tes ini harus dilakukan di RS, didukung oleh dokter penanggung jawab yang mampu mengatasi munculnya eIek samping, bahkan eIek racun obat, dan para peneliti adalah ahli Iarmakologi biasanya dokter dan apoteker/Iarmasis. Sebelum uji dilakukan, proposal harus dipresentasikan di hadapan komisi etik biomedik penelitian pada manusia di Iakultas kedokteran yang ditunjuk Depkes. Begitu pula institusi pemegang lisensi clinical trial ini adalah institusi yang independen dari pabrik obat. Di Indonesia setidaknya terdapat 4 lembaga yang direkomendasikan Depkes untuk uji seperti ini antara lain: Pusat Uji Khasiat Obat (PUKO) FK UI, Bagian Farmakologi dan Pusat Farmakologi Klinik FK UGM, Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinik Fakultas Farmasi UGM, dan Bagian Biomedisin Fakultas Farmasi UNAIR (Lebih lengkap: Baca Clinical Research). Pengujian clinical trial Iase I ini harus menyertakan kontrol sebagai perbandingan yakni obat paten yang dinilai telah siap digunakan oleh para klinisi. Contohnya bila akan dilakukan uji ketersediaaan hayati (bioavaibilitas) OGB niIedipin produksi Kimia Farma, maka harus dilakukan uji simultan dengan melakuka desain cross-over dengan Adalat (Bayer, zat khasiat NiIedipin). Setelah dillakukan sampling cairan biologis (darah, urin, atau air ludah) dilakukan analisis kadar obat dengan metode yang sesuai misal HPLC karena spesiIitas dan sensitivitas yang tinggi. Akhirnya, uji statistik dilakukan untuk mengetahui adalah perbedan yang signiIikan antara OGB dengan pembanding (obat paten). Bern melakukan uji clinical trial Iase I untuk OGB, biasanya OGB yang diproduksi oleh pabrik besar memiliki khasiat yang sama dengan obat paten pembanding. Harga satu uji bervariasi dari 75-350 juta. Berapa jumlah OGB yang dipasarkan di Indonesia? Awal peluncuran hanya beberapa puluh saja OGB yang diproduksi, itu pun oleh prabrik milik pemerintah BUMN. Namun seiring dengan upaya memudahkan keterjangkauan oleh daya beli masyarakat, maka diproduksilah lebih dari 170 item obat. Obat-obatan yang dibuat dalam bentuk OGB terutama obat yang diperlukan bagi masyarakat, mulai penyakit simtomatis, misal parasetamol, antalgin, ibuproIen, asetosal, eIedrin, CTM, dekstrometorIan, gliseril guaiakolat, ergotamine caIein, antasida, papaverin hingga penyakit inIeksi seperti ampisilin, amoksisilin, seIallosporin, kotrimoksasol, metrodinazol, griseoIulvin, oksitetrasiklin, dan siproIloksasin. Juga tidak ketinggalan obat penyakit degenaratiI seperti niIediin, kaptopril, HCT, salbutamol, teoIilin, isosorbid dinitrat (ISDN), amitriptilin, diazepam, codein, haloperidol, natrium dikloIenak, asam meIenamat, INH, riIampisin, etambutol, dan streptomisin. Bentuk obat juga bervariasi mulai dari sirup, sirup kering/dry syrup, tablet, kaplet, tablet kapul, salep. Apotek yang beroperasi mau tidak mau harus melangkapi persediaan OGB tersebut sejumlah item yang ada (sesuai aturan Depkes). Namun kadang banyak apotek yang nakal, hanya pada saat berdiri saja OGB-nya komplit, seiring berjalannya waktu kian lama makin berkurang. Bagaimana analisisnya? (Baca: Kemanakah OGB sekarang?) Bolehkah pasien meminta OGB? Salah satu hak pasien adalah boleh meminta obat generik saat dokter menulis resep. Petugas apotek/Iarmasis yang mengganti OGB dengan obat paten tanpa seizin pasien, dapat dilaporkan ke komisi etik karena melanggar hak pasien. Begitu pula sebaliknya, jika dokter menuliskan resep berupa obat paten, sementara pasien memiliki daya beli yang rendah dan meminta OGB sebagai gantinya di apotek, hal ini dapat dibenarkan. Intinya, OGB adalah hak pasien dan tanggung jawab semua tenaga medis untuk memberikannya. Perlu diketahui, sesungguhnya banyak dokter yang tidak pernah menyatakan bahwa 'obat tidak dapat diganti tanpa sepengetahuan dokter. Tulisan seperti ini yang biasanya tercantum di bagian bawah kertas resep sebagian besar buatan pabrik obat karena biasanya pabrik obat melalui medrep-nya merayu dokter dengan mebuatkan kertas resep satu rim secara gratis tapi ada embel- embel tulisan di bawah kertas resep. Sebenarnya, sepanjang masih ada OGB yang zat khasiatnya sama dengan obat paten, maka bisa saja diganti. Glosarium: Medrep : medical representatiI Simptomatis : obat yang menutup/menghilangkan gejala, misal rasa sakit/nyeri diberikan analgesik. DegeneratiI : penyakit yang sering muncul seiring bertambahnya usia dan sakit pada kemunduran Iungsi tubuh, misal hipertensi, TBC, diabetes melitus Dry syrup : sirup kering, berupa serbuk jika akan digunakan maka dilarutkan dalam air. HPLC : High PerIomence Liquid Chromatography yaitu alat ukur dengan prinsip pemisahan campuran dengan kinerja yang sangat tinggi Psikotropika adalah merupakan zat atau obat, baik alamiah maupun sintetik bukan narkotika yang berkhasiat, psikoaktiI melalui pengaruh selektiI menurut susunan syaraI pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku (UU RI No 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika). Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan tingkat atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (UU RI No 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika). Indikasi : petunjuk, tanda gejala yang dapat menjadi alasan dilakukannya suatu tindakan Kontra indikasi : obat dengan alasan apapun untuk mencegah makin parahnya penyakit atau terjadinya penyakit baru. Referensi: Pupitasari, I, 2006, Cerdas Mengenali Penyakit dan Obat, Penerbit B-First, Yogyakarta. Permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993 Sarnianto, P., 2007, Strategi Sanbe menekuk pasar ethical, SWA MAJALAH, 28 Juni 2007 UU RI No 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika UU RI No 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika Depkes RI, 2006, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina KeIarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta. Share this: O Facebook O Email O
Golongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika. Obat Bebas dan Bebas Terbatas dipasarkan tanpa resep dokter atau dikenal dengan nama OTC (Over The Counter) dimaksudkan untuk menangani penyakit-penyakit simptomatis ringan yang banyak diderita masyarakat luas yang penanganannya dapat dilakukan sendiri oleh penderita. Praktik seperti ini dikenal dengan nama self medication (penanganan sendiri). Obat Bebas Obat bebas dapat dijual bebas di warung kelontong, toko obat berizin, supermarket serta apotek. Dalam pemakaiannya, penderita dapat membeli dalam jumlah sangat sedikit saat obat diperlukan, jenis zat aktiI pada obat golongan ini relatiI aman sehingga pemakainnya tidak memerlukan pengawasan tenaga medis selama diminum sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan obat. Oleh karena itu, sebaiknya golongan obat ini tetap dibeli bersama kemasannya.
Di Indonesia, obat golongan ini ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Yang termasuk golongan obat ini yaitu obat analgetik/pain killer (parasetamol), vitamin dan mineral. Ada juga obat-obat herbal tidak masuk dalam golongan ini, namun dikelompokkan sendiri dalam obat tradisional (TR). Obat Bebas Terbatas Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.
Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa empat persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima) sentimeter, lebar 2 (dua) sentimeter dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut:
Seharusnya obat jenis ini hanya dapat dijual bebas di toko obat berizin (dipegang seorang asisten apoteker) serta apotek (yang hanya boleh beroperasi jika ada apoteker, no pharmacist no service), karena diharapkan pasien memperoleh inIormasi obat yang memadai saat membeli obat bebas terbatas. Contoh obat golongan ini adalah: pain relieI, obat batuk, obat pilek dan krim antiseptik. Obat Keras Golongan obat yang hanya boleh diberikan atas resep dokter, dokter gigi, dan dokter hewan ditandai dengan tanda lingkaran merah dan terdapat huruI K di dalamnya. Yang termasuk golongan ini adalah beberapa obat generik dan Obat Wajib Apotek (OWA). Juga termasuk didalamnya narkotika dan psikotropika tergolong obat keras.
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktiI melalui pengaruh selektiI pada susunan saraI pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh : Diazepam, Phenobarbital Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Contoh : MorIin, Petidin Note: 1. Obat bebas dan obat bebas terbatas, termasuk obat daItar W (Warschuwing) atau OTC (over the counter). 2. Pada obat bebas terbatas terdapat salah satu tanda peringatan nomor 1- 6. 3. Obat keras nama lain yaitu obat daItar G (Gevarlijk), bisa diperoleh hanya dengan resep dokter. 4. OWA (obat wajib apoteker) yaitu obat keras yang dapat diberikan oleh apoteker pengelola apotek (APA), hanya bisa didapatkan di apotek. OBAT WA1IB APOTEK (OWA) Selain memproduksi obat generik, untuk memenuhi keterjangkauan pelayanan kesehatan khususnya akses obat pemerintah mengeluarkan kebijakan OWA. OWA merupakan obat keras yang dapat diberikan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) kepada pasien. Walaupun APA boleh memberikan obat keras, namun ada persayaratan yang harus dilakukan dalam penyerahan OWA. 1. Apoteker wajib melakukan pencatatan yang benar mengenai data pasien (nama, alamat, umur) serta penyakit yang diderita. 2. Apoteker wajib memenuhi ketentuan jenis dan jumlah yang boleh diberikan kepada pasien. Contohnya hanya jenis oksitetrasiklin salep saja yang termasuk OWA, dan hanya boleh diberikan 1 tube. 3. Apoteker wajib memberikan inIormasi obat secara benar mencakup: indikasi, kontra- indikasi, cara pemakain, cara penyimpanan dan eIek samping obat yang mungkin timbul serta tindakan yang disarankan bila eIek tidak dikehendaki tersebut timbul. Jenis OWA Tujuan OWA adalah memperluas keterjangkauan obat untuk masayrakat, maka obat-obat yang digolongkan dalam OWA adalah obat ang diperlukan bagi kebanyakan penyakit yang diderita pasien. Antara lain: obat antiinIlamasi (asam meIenamat), obat alergi kulit (salep hidrokotison), inIeksi kulit dan mata (salep oksitetrasiklin), antialergi sistemik (CTM), obat KB hormonal. Sesuai permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat yang dapat diserahkan: 1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun. 2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit. 3. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. 4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. 5. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri. Tabel. Contoh OWA Obat Indikasi Jumlah yang boleh diberikan Asam meIenamat AntiinIlamasi dan anlagesik 10 tablet Salep hidrokortison Antialergi topikal 1 tube Obat KB antiIertilitas 1 siklus (28 hari) Obat Generik versus Obat Paten Obat generik adalah obat yang mengandung zat aktiI sesuai nama generiknya, contoh parasetamol generik berarti obat yang dibuat dengan kandungan zat aktiI parasetamol, dipasarkan dengan nama parasetamol, bukan nama merek seperti Panadol (Glaxo), Nizoral (Johnson and Johnson). Atau obat generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Obat paten adalah obat dengan nama dagang dan menggunakan nama yang merupakan milik produsen obat yang bersangkutan. Misal: Lipitor (PIizer), produk innovator/originator yaitu merek dagang untuk Atorvastatin, Nizoral adalah produk originator dari ketokonazol. (Baca :Lipitor: inIormasi untuk pasien). Produsen obat dalam negeri lebih banyak mengeluarkan obat me-too, alias versi generik dari obat yang telah habis masa patennya yang lalu diberi merek dagang. Kalangan perusahaan Iarmasi di Indonesia sekali lagi, yang lokal cenderung memposisikan produk semacam ini sebagai 'obat paten (mungkin karena mereknya didaItarkan di kantor paten), walau sebenarnya lebih tepat disebut sebagai 'branded generic, alias obat generik bermerek itu tadi. Obat generik ditargetkan sebagai program pemerintah untuk meningkatkan keterjangkauan pelayanan kesehatan bagi masyarakat luas khususnya dalam hal daya beli obat. Oleh karena pemasaran obat generik tidak memerlukan biaya promosi (iklan, seminar, perlombaan, dll) maka harga dapat ditekan sehingga produsen (pabrik obat) tetap mendapat keuntungan, begitu pula konsumen mampu membeli dengan harga terjangkau. Pada awal kebijakan ini diluncurkan (awal tahun 1990-an), pemerintah mencanangkan penggunaan obat generik (OG), artinya pabrik pembuat obat tidak boleh mencantumkan logo pabrik, namun tetap mencantumkan nama pabriknya. Seiring berjalannya waktu, desakan datang dari produsen obat menginginkan adanya logo pada obat buatannya. Maka muncullah Obat Generik Berlogo (OGB). Pemerintah merasa perlu meluluskan permintaan industri ini asal harga OGB tetap dikontrol oleh pemerintah (khususnya Depkes). Oleh karena itu, sekarang dapat kita jumpai parasetamol produk generik dengan logo yang berbeda-beda, contoh: Kimia Farma, Indo Farma, Dexa Medica, Hexpharm, dll. Mengapa OGB bisa murah? Banyak orang meragukan khsiat OGB karena harganya jauh dari obat branded (bermerek). Bisa jadi harganya hanya /-nya. Beberapa obat bahkan bisa jadi harganya 1/10 dari branded-nya. Lihat perbandingan harga pada tabel berikut. Jenis Obat Merek Harga (per 100 tablet) Keterangan Amoxycillin tablet 500mg Generik (IndoIarma) Amoxil (originator) Amoxsan (Sanbe) Kalmoxillin (Kalbe) Dexymox (Dexa) Pehamoxil Forte (Phapros) Rp 40.340 Rp 313.390 Rp 240.000 Rp 275.000 Rp 225.000 Rp 180.000 Produk Sanbe tergolong murah di antara generik bermerek dari produsen Top 10 lain, tetapi lebih dari empat kali lipat harga OGB dan hampir 80 harga produk originator. CeIadroxil tablet 500mg Generik (Hexpharm) DuriceI (originator) CeIat (Sanbe) LongceI (Dankos) DexaceI (Ferron) DoceI (Kimia Farma) Rp 198.000 Rp1.329.870 Rp 670.000 Rp 650.000 Rp 635.000 Rp 484.000 Produk Sanbe termahal di antara generik bermerek dari produsen Top 10 lain, tetapi kurang dari empat kali harga OGB dan hanya sekitar 50 harga produk originator. CiproIloxacin tablet 500mg Generik (Hexpharm) Ciproxin (originator) Baquinor (Sanbe) Scanax (Tempo Scan) Quidex (Ferron) Phaproxin (Phapros) Rp 77.000 Rp1.853.500 Rp 865.000 Rp 625.000 Rp 833.333 Rp 658.000 Produk Sanbe termahal di antara generik bermerek dari produsen Top 10 lain dan harganya lebih dari 10 kali lipat harga OGB, tetapi kurang dari 50 harga produk originator. Wajar saja hal ini terjadi karena biaya yang dikeluarkan produsen untuk menghasilkan obat lebih dari 50 merupakan biaya non-produksi. Alokasi biaya yang paling besar adalah biaya promosi baik berupa iklan, launching produk, seminar di kalangan medis, dan brosur dan barang promosi lain seperti alat tulis, map, kaos, topi, dll. Kalaupun ada iklan OGB siIatnya massal dan dilakukan oleh pemerintah disebut iklan layanan masyarakat. Biaya yang dikenakan oleh media terhadap pemerintah jauh lebih kecil daripada iklan obat branded yang jumlahnya bisa mencapai miliaran. Iklan populer yaitu OGB-nya Indo Farma yang dibintangi Ida Kusuma dan Kak Seto: 'Yang penting kan khasiatnya, buat apa beli merek-nya. Bedakah khasiat OGB deng obat branded? Tidak hanya masyarakat awam, banyak tenaga kesehatan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan yang terjangkau masih ragu dengan khasiat OGB. Banyak rekan dokter dan dokter gigi yang sangsi dengan khasiat OG karena kurangnya inIormasi yang sampai ke mereka. Faktor lainnya adalah gencarnya para detailer/medrep dari produsen obat branded dengan memberikan 'iming-iming/gimmick menarik jika meresepkan obat dari produsen tersebut. Pada dasarnya sebelum OGB dipasarkan harus dilakukan uji khasiat OGB pada sukarelawan sehat di RS (clinical trial Iase I), minimal 6 perempuan dan 6 pria dewasa dengan kriteria inklusiI yang ketat sebagai probadus. Contohnya probandus harus tidak merokok selama 3 bulan terkahir, kalau bisa yang tidak merokok, tidak mengkonsumsi daging selama seminggu terakhir, tidak mengkonsumsi obat lain 2 minggu sebelumnya. Untuk menjadi probandus biasanya diambil dari pedusunan. Para probandus akan diberi inIormasi sebelumnya, keselamatan diasuransikan, dibayar dan bila sewaktu-waktu merasa tidak nyaman boleh menyatakan berhenti dari trial ini. Tes ini harus dilakukan di RS, didukung oleh dokter penanggung jawab yang mampu mengatasi munculnya eIek samping, bahkan eIek racun obat, dan para peneliti adalah ahli Iarmakologi biasanya dokter dan apoteker/Iarmasis. Sebelum uji dilakukan, proposal harus dipresentasikan di hadapan komisi etik biomedik penelitian pada manusia di Iakultas kedokteran yang ditunjuk Depkes. Begitu pula institusi pemegang lisensi clinical trial ini adalah institusi yang independen dari pabrik obat. Di Indonesia setidaknya terdapat 4 lembaga yang direkomendasikan Depkes untuk uji seperti ini antara lain: Pusat Uji Khasiat Obat (PUKO) FK UI, Bagian Farmakologi dan Pusat Farmakologi Klinik FK UGM, Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinik Fakultas Farmasi UGM, dan Bagian Biomedisin Fakultas Farmasi UNAIR (Lebih lengkap: Baca Clinical Research). Pengujian clinical trial Iase I ini harus menyertakan kontrol sebagai perbandingan yakni obat paten yang dinilai telah siap digunakan oleh para klinisi. Contohnya bila akan dilakukan uji ketersediaaan hayati (bioavaibilitas) OGB niIedipin produksi Kimia Farma, maka harus dilakukan uji simultan dengan melakuka desain cross-over dengan Adalat (Bayer, zat khasiat NiIedipin). Setelah dillakukan sampling cairan biologis (darah, urin, atau air ludah) dilakukan analisis kadar obat dengan metode yang sesuai misal HPLC karena spesiIitas dan sensitivitas yang tinggi. Akhirnya, uji statistik dilakukan untuk mengetahui adalah perbedan yang signiIikan antara OGB dengan pembanding (obat paten). Bern melakukan uji clinical trial Iase I untuk OGB, biasanya OGB yang diproduksi oleh pabrik besar memiliki khasiat yang sama dengan obat paten pembanding. Harga satu uji bervariasi dari 75-350 juta. Berapa jumlah OGB yang dipasarkan di Indonesia? Awal peluncuran hanya beberapa puluh saja OGB yang diproduksi, itu pun oleh prabrik milik pemerintah BUMN. Namun seiring dengan upaya memudahkan keterjangkauan oleh daya beli masyarakat, maka diproduksilah lebih dari 170 item obat. Obat-obatan yang dibuat dalam bentuk OGB terutama obat yang diperlukan bagi masyarakat, mulai penyakit simtomatis, misal parasetamol, antalgin, ibuproIen, asetosal, eIedrin, CTM, dekstrometorIan, gliseril guaiakolat, ergotamine caIein, antasida, papaverin hingga penyakit inIeksi seperti ampisilin, amoksisilin, seIallosporin, kotrimoksasol, metrodinazol, griseoIulvin, oksitetrasiklin, dan siproIloksasin. Juga tidak ketinggalan obat penyakit degenaratiI seperti niIediin, kaptopril, HCT, salbutamol, teoIilin, isosorbid dinitrat (ISDN), amitriptilin, diazepam, codein, haloperidol, natrium dikloIenak, asam meIenamat, INH, riIampisin, etambutol, dan streptomisin. Bentuk obat juga bervariasi mulai dari sirup, sirup kering/dry syrup, tablet, kaplet, tablet kapul, salep. Apotek yang beroperasi mau tidak mau harus melangkapi persediaan OGB tersebut sejumlah item yang ada (sesuai aturan Depkes). Namun kadang banyak apotek yang nakal, hanya pada saat berdiri saja OGB-nya komplit, seiring berjalannya waktu kian lama makin berkurang. Bagaimana analisisnya? (Baca: Kemanakah OGB sekarang?) Bolehkah pasien meminta OGB? Salah satu hak pasien adalah boleh meminta obat generik saat dokter menulis resep. Petugas apotek/Iarmasis yang mengganti OGB dengan obat paten tanpa seizin pasien, dapat dilaporkan ke komisi etik karena melanggar hak pasien. Begitu pula sebaliknya, jika dokter menuliskan resep berupa obat paten, sementara pasien memiliki daya beli yang rendah dan meminta OGB sebagai gantinya di apotek, hal ini dapat dibenarkan. Intinya, OGB adalah hak pasien dan tanggung jawab semua tenaga medis untuk memberikannya. Perlu diketahui, sesungguhnya banyak dokter yang tidak pernah menyatakan bahwa 'obat tidak dapat diganti tanpa sepengetahuan dokter. Tulisan seperti ini yang biasanya tercantum di bagian bawah kertas resep sebagian besar buatan pabrik obat karena biasanya pabrik obat melalui medrep-nya merayu dokter dengan mebuatkan kertas resep satu rim secara gratis tapi ada embel- embel tulisan di bawah kertas resep. Sebenarnya, sepanjang masih ada OGB yang zat khasiatnya sama dengan obat paten, maka bisa saja diganti. Glosarium: Medrep : medical representatiI Simptomatis : obat yang menutup/menghilangkan gejala, misal rasa sakit/nyeri diberikan analgesik. DegeneratiI : penyakit yang sering muncul seiring bertambahnya usia dan sakit pada kemunduran Iungsi tubuh, misal hipertensi, TBC, diabetes melitus Dry syrup : sirup kering, berupa serbuk jika akan digunakan maka dilarutkan dalam air. HPLC : High PerIomence Liquid Chromatography yaitu alat ukur dengan prinsip pemisahan campuran dengan kinerja yang sangat tinggi Psikotropika adalah merupakan zat atau obat, baik alamiah maupun sintetik bukan narkotika yang berkhasiat, psikoaktiI melalui pengaruh selektiI menurut susunan syaraI pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku (UU RI No 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika). Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan tingkat atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (UU RI No 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika). Indikasi : petunjuk, tanda gejala yang dapat menjadi alasan dilakukannya suatu tindakan Kontra indikasi : obat dengan alasan apapun untuk mencegah makin parahnya penyakit atau terjadinya penyakit baru. Referensi: Pupitasari, I, 2006, Cerdas Mengenali Penyakit dan Obat, Penerbit B-First, Yogyakarta. Permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993 Sarnianto, P., 2007, Strategi Sanbe menekuk pasar ethical, SWA MAJALAH, 28 Juni 2007 UU RI No 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika UU RI No 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika Depkes RI, 2006, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina KeIarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta. Share this: O Facebook O Email O
Mengenal Lebih Dekat Obat Generik Berlogo 12-05-2008 Obat jenis lain adalah obat yang didapatkan pada saat berkonsultasi dengan dokter, yang umumnya dikenal sebagai obat keras, yaitu obat yang hanya dapat diperoleh di apotek atau rumah sakit dengan menyerahkan resep dokter. Secara umum obat terbagi atas beberapa kategori, yaitu:
1. Obat Bebas. Obat bebas merupakan obat yang telah teruji keamanannya secara luas dan cukup eIektiI untuk menghentikan gejala-gejala sakit, sehingga dapat dipergunakan untuk swamedikasi (pengobatan sendiri). Umumnya obat-obat ini dapat dibeli secara bebas, misalnya di warung, toko obat, supermarket dan lain-lain. Contoh yang paling umum untuk obat ini adalah parasetamol. Penandaan untuk jenis obat ini adalah gambar lingkaran hitam de-ngan isi warna hijau (lingkaran hijau dengan garis tepi warna hitam). 2. Obat Bebas Terbatas. Obat bebas terbatas memiliki tingkat keamanan yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan obat bebas, sehingga penggunaannya harus lebih berhati- hati. Obat jenis ini masih dapat diperoleh tanpa resep dokter, namun obat jenis ini hanya tersedia di toko obat dan apotek. Umumnya obat bebas terbatas merupakan kombinasi dari 2 atau lebih senyawa obat, yang eIektiI namun eIek sampingnya harus diperhatikan oleh penggunanya. Setiap obat bebas terbatas selalu mencantumkan label agar penggunanya memeriksakan diri ke dokter, apabila dalam 3 hari penggunaan masih belum sembuh. Obat-obat jenis ini umumnya adalah obat Ilu, diare dan lain-lain. Penandaan untuk obat ini adalah gambar lingkaran hitam dengan isi warna biru (lingkaran warna biru dengan garis tepi warna hitam) 3. Obat Keras. Obat keras adalah obat yang memiliki eIikasi yang telah teruji namun keamanan dari obat tersebut harus dalam pengawasan dokter atau apoteker. Untuk memperoleh obat keras pasien harus menebus di apotek atau rumah sakit dengan menggunakan resep dokter. Ada sebagian obat keras yang dapat diberikan langsung oleh apoteker, obat-obat tersebut disebut obat wajib apotek. Obat keras terdiri dari beberapa jenis, yaitu obat keras, obat psikotropika dan obat jenis narkotika. Untuk obat psikotropika dan obat jenis narkotika, peredarannya sangat dibatasi, hanya dapat diperoleh dengan menyerahkan resep dokter, dan pengawasannya sangat ketat baik dari pihak apotek ataupun rumah sakit serta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Setelah mengetahui jenis-jenis obat, kita beralih ke penggolongan obat-obat berdasarkan merek dagangnya, yaitu: 1. Obat Paten/Original. Obat paten merupakan obat yang dipasarkan pertama kali oleh produsen yang menemukan senyawa atau zat aktiI obat tersebut melalui proses riset. Obat-obat ini umumnya dilindungi oleh paten yang berkisar 20-25 tahun sejak senyawa obatnya ditemukan dan dipatenkan. Sebelum dipasarkan, senyawa/zat aktiI obat yang baru ditemukan harus melewati berbagai uji klinik yang memakan waktu 8-10 tahun. Selama dalam perlindungan paten, obat jenis ini tidak boleh dibuat oleh produsen lain, kecuali ada perjanjian khusus. Umumnya obat paten/original masih didominasi oleh perusahaan-perusahaan asing. 2. Obat Bermerek/Obat Me Too/Obat Copy. Obat Generik bermerek atau secara singkat disebut obat bermerek adalah obat yang dibuat sesuai dengan komposisi obat paten setelah masa patennya berakhir. Obat Generik bermerek dipasarkan dengan merek dagang yang ditentukan olehmasing-masing produsennya dan telah disetujui oleh BPOM. Umumnya harga produk ini lebih murah dibandingkan harga obat patennya. 3. Obat Generik Berlogo. Obat Generik Berlogo (OGB) merupakan obat yang memiliki komposisi yang sama dengan obat patennya, namun tidak memiliki merek dagang. OGB dipasarkan dengan menggunakan nama zat aktiI atau nama senyawa obatnya sebagai nama produknya. Contoh: Amoksisilin 500 mg, Simvastatin 10 mg, Glimepiride 2 mg, dan lain-lain. OGB mudah dikenali, dari logonya yaitu berupa lingkaran hijau berlapis- lapis dengan tulisan GENERIK ditengahnya. Logo OGB terdapat di kemasan luar (box obat), di strip obat atau di label botol obat. OGB memiliki harga yang sangat terjangkau oleh masyarakat, karena kebijakan harganya ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DepKes RI)
Standar Mutu OGB OGB dibuat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap obat-obatan yang terjangkau harganya, dengan kualitas yang terjamin. Sebab setiap produsen yang memproduksi OGB harus memiliki sertiIikat CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) yang diterbitkan oleh pemerintah. Dengan demikian, setiap obat yang diproduksi memenuhi standar mutu sesuai dengan spesiIikasi yang telah ditetapkan. Setiap obat memiliki spesiIikasi yang sama, baik obat paten, obat bermerek maupun OGB, yaitu berdasarkan Iarmakope, baik yang diterbitkan oleh DepKes RI, atau Iarmakope-Iarmakope ainnya, misalnya Farmakope Amerika Serikat (United States Pharmacopoeia), Farmakope Jepang (Japan Pharmacopoeia), Farmakope Inggris (British Pharmacopoeia), atau Iarmakope-Iarmakope yang diakui lainnya. Farmakope ini mengatur mulai dari standar mutu bahan baku sampai dengan mutu obat jadi. Sehingga baik obat paten, obat bermerek, maupun OGB memiliki standar mutu yang sama yaitu mulai dari pemilihan bahan baku sampai diproses menjadi obat jadi. Selain itu, untuk memenuhi persyaratan CPOB tidaklah mudah, karena persyaratan CPOB selalu diperbaharui oleh BPOM, dan setiap pabrik harus mengikuti ketentuan terbaru untuk mempertahankan sertiIikat CPOB yang telah diperolehnya. Secara berkala, BPOM akan mengaudit seluruh Iasilitas, sistem dan dokumentasi di pabrik untuk memastikan produsen Iarmasi selalu memenuhi ketentuan CPOB terbaru. Dengan persyaratan seketat itu, tentunya tidak perlu diragukan lagi mutu OGB. Mengapa OGB harganya terjangkau? Harga OGB ditentukan oleh DepKes RI, dengan mempertimbangkan biaya produksi yang wajar, dengan tetap mempertahankan mutu produk. Berbagai Iaktor, mengapa OGB dapat dibeli dengan harga terjangkau adalah sebagai berikut: 1. OGB diproduksi dalam jumlah yang besar sehingga eIisien. Dengan skala produksi yang besar, maka biaya produksi dapat ditekan, sehingga lebih eIisien. Demikian pula dengan bahan baku dan bahan kemas yang dipergunakan, karena dalam jumlah besar, sehingga harga pembeliannya lebih rendah, bila dibandingkan pembelian dalam jumlah kecil. Hal itu, sangat menghemat biaya produksi OGB secara keseluruhan. 2. Kemasan OGB selalu dibuat sederhana, namun memiliki daya kemas yang baik, sehingga desain kemasan yang sederhana, dapat menurunkan biaya produksi. Walaupun kemasannya sederhana, kualitas masan harus sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh BPOM, untuk menjamin kualitas obat selalu terjaga dengan baik. 3. Dari pertimbangan-pertimbangan diatas, DepKes RI menetapkan harga OGB yang terjangkau dengan tetap menjamin mutu yang baik. Harga OGB ditinjau secara berkala oleh Depkes RI untuk menjaga ketersediaan obat dengan mutu yang dapat diandalkan. Dalam beberapa tahun terakhir, pihak Depkes RI telah beberapa kali merevisi harga OGB yang memiliki kecenderungan turun, sehingga semakin terjangkau oleh masyarakat. Rangkaian Produk OGB Saat ini telah tersedia lebih dari 450 jenis OGB yang diproduksi oleh berbagai produsen Iarmasi. Lebih dari 80 jenis obat yang beredar telah ada OGB-nya, mulai dari analgesik (anti nyeri), antipiretik (penurun panas), antibiotika, anti inIlamasi (anti radang), anti jamur, anti hipertensi, anti kolesterol, anti mual, kortikosteroid, anti histamin dan lain-lain. Perkembangan OGB semakin cepat, dengan banyaknya produk baru yang diluncurkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan penyakit yang semakin komplek. Bahkan saat ini, obat yang diperlukan untuk pasien stroke saja sudah tersedia. OGB sekarang sudah menjadi obat yang dapat diandalkan dan tersedia dalam berbagai bentuk mulai dari sediaan oral (tablet, kapsul dan sirup), injeksi (ampul, vial dan inIus) dan sediaan topikal (salep, krim dan lain-lain). Hampir semua penyakit sudah tersedia obatnya dalam bentuk OGB, sehingga kita tidak perlu ragu untuk minta OGB kepada dokter. Sekilas tentang OGBdexa OGBdexa merupakan OGB yang diproduksi PT Dexa Medica. Pabrik Iarmasi yang berlokasi di Palembang ini, merupakan salah satu perusahaan pertama yang memperoleh sertiIikat CPOB yaitu tahun 1990. Pada tahun ini pula, pemerintah menetapkan program OGB. Dexa Medica ikut berpartisipasi dalam program OGB, dengan mulai memproduksi OGBdexa pada tahun 1991. Dengan berpartisipasi dalam program ini, Dexa Medica mewujudkan visinya sebagai perusahaan yang berbakti paling depan untuk mewujudkan 'kesehatan bagi semua di tingkat nasional. Menjadi kebanggaan Dexa Medica untuk meluncurkan OGBdexa dengan mutu yang baik, dan harga yang terjangkau untuk menyentuh masyarakat menengah ke bawah. Saat ini, OGBdexa memiliki lebih dari 90 item OGB yang terdiri dari berbagai jenis sediaan, yaitu sediaan oral (tablet, kapsul, dan sirup), injeksi (ampul, vial, dan inIus) dan topikal (krim), dengan jangkauan penyakit mulai dari anti nyeri, anti radang, antibiotika, anti kolesterol, anti diabetes melitus, anti hipertensi, kortikosteroid, anti mual, anti virus, anti jamur, dan sebagainya. Pada 2008, OGBdexa kembali menambah rangkaian produknya dengan 3 jenis obat yang dibutuhkan oleh masyarakat luas, dan OGBdexa akan terus menambah produknya di masa yang akan datang.
Saya minta obat paten, Dok, begitu biasanya yang diucapkan pasien ketika dokter akan meresepkan obat. Saya pernah bertanya pada beberapa orang teman, apa yang dimaksud dengan obat paten. Beberapa menjawab, obat paten adalah obat yang lebih berkhasiat di bandingkan dengan obat generik. Ada juga yang mengatakan, obat paten pastilah mahal, bermerk, kemasannya bagus dan dapat menyembuhkan penyakit dengan cepat. Dan obat generik adalah kebalikan dari yang dimaksud obat paten. Secara umum ada dua jenis obat, obat paten dan obat generik. Obat paten adalah obat baru yang ditemukan berdasarkan riset dan memiliki masa berlaku paten tergantung jenis obat. Selama masa berlaku paten, perusahaan Iarmasi yang memiliki hak paten dapat memproduksi obat tersebut. Perusahaan lain tidak diperbolehkan untuk memproduksi dan memasarkan obat sejenis kecuali jika memiliki perjanjian khusus dengan pemilik hak paten. Setelah habis masa berlaku patennya, obat paten disebut obat generik. Obat generik dibagi menjadi dua, yaitu obat generik berlogo dan obat generik bermerk. Obat generik berlogo (OGB) adalah obat yang menggunakan nama zat berkhasiatnya dan mencantumkan logo perusahaan Iarmasi yang memproduksinya pada kemasan obat. Sedangkan obat generik bermerk (obat bermerk) adalah obat yang diberi merk dagang oleh perusahaan Iarmasi yang memproduksinya. Misalnya, amoxsan adalah merk dagang untuk amoksisilin yang diproduksi oleh Sanbe Farma. Amoksisilin merupakan obat generik, karena masa paten obat ini sudah lama habis. Selain Sanbe Farma, banyak perusahaan Iarmasi lain yang memproduksi amoksisilin, baik sebagai obat bermerk ataupun obat generik berlogo. Untuk obat generik berlogo, amoksisilin dipasarkan tetap dengan nama amoksisilin dan diberi logo perusahaan Iarmasi yang memproduksinya. Kalau dilihat dari harga, obat paten tentulah mahal, karena jasa penemuannya harus dibayar tinggi. Sedangkan untuk obat generik, perbedaan harga antara OGB dengan obat bermerk bisa sampai empat kali lipat. Harga obat bermerk lebih mahal karena menanggung biaya promosi dan kemasan obat, sedangkan OGB tidak. Apakah semua penyakit memerlukan obat paten? tentu saja tidak, karena belum tentu obat yang sedang dalam masa berlaku paten merupakan terapi penyakit itu. Apakah obat bermerk lebih menyembuhkan daripada obat generik berlogo yang lebih murah? menurut pengalaman pribadi saya belum tentu. Secara teori, obat generik baik berlogo atau bermerk untuk bisa beredar di pasaran harus melewati sejumlah tes yang sudah ditetapkan oleh pemerintah (BPOM) dengan standar yang sama dan memiliki kandungan zat berkhasiat yang sama pula. Perbedaan keduanya terletak pada satu diberi logo dan satu diberi merk. Manakah yang dipilih oleh pasien saat sakit? berdasarkan pengalaman pribadi saya lagi, rata-rata pasien akan meminta obat bermerk atau paten (dalam anggapan pasien) saat dokter menuliskan resep. Padahal kesembuhan atas suatu penyakit tidak hanya bergantung pada obat. Tapi juga pada terapi selain obat, misalnya makanan, istirahat, perilaku, dan keyakinan dan keinginan untuk sembuh.
Obat generik adalah obat yang telah habis masa patennya, sehingga dapat diproduksi oleh semua perusahaan Iarmasi tanpa perlu membayar royalti. Ada dua jenis obat generik, yaitu obat generik bermerek dagang dan obat generik berlogo yang dipasarkan dengan merek kandungan zat aktiInya. Dalam obat generik bermerek, kandungan zat aktiI itu diberi nama (merek). Zat aktiI amoxicillin misalnya, oleh pabrik A diberi merek inemicillin, sedangkan pabrik B memberi nama gatoticilin dan seterusnya, sesuai keinginan pabrik obat. Dari berbagai merek tersebut, bahannya sama: amoxicillin. Daftar isi sembunylkan O ZaL akLlf O MuLu O CbaL Cenerlk 8erlogo O 8eferensl sunting] Zat aktif Dari sisi zat aktiInya (komponen utama obat) , antara obat generik (baik berlogo maupun bermerek dagang), persis sama dengan obat paten. Namun Obat generik lebih murah dibanding obat yang dipatenkan. sunting] Mutu Mutu obat generik tidak berbeda dengan obat paten karena bahan bakunya sama. Ibarat sebuah baju, Iungsi dasarnya untuk melindungi tubuh dari sengatan matahari dan udara dingin. Hanya saja, modelnya beraneka ragam. Begitu pula dengan obat. Generik kemasannya dibuat biasa, karena yang terpenting bisa melindungi produk yang ada di dalamnya. Namun, yang bermerek dagang kemasannya dibuat lebih menarik dengan berbagai warna. Kemasan itulah yang membuat obat bermerek lebih mahal. sunting] Ubat Cenerik Berlogo Obat Generik Berlogo (OGB) merupakan program Pemerintah Indonesia yang diluncurkan pada 1989 dengan tujuan memberikan alternatiI obat bagi masyarakat, yang dengan kualitas terjamin, harga terjangkau, serta ketersediaan obat yang cukup. Tujuan OGB diluncurkan untuk memberikan alternatiI obat yang terjangkau dan berkualitas kepada masyarakat. Soal mutu, sudah tentu sesuai standar yang telah ditetapkan karena diawasi secara ketat oleh Pemerintah. Hanya bedanya dengan obat bermerek lain adalah OGB ini tidak ada biaya promosi, sehingga harganya sangat terjangkau dan mudah didapatkan masyarakat. Awalnya, OGB diproduksi hanya oleh beberapa industri Iarmasi BUMN. Ketika OGB pertama kali diluncurkan, Departemen Kesehatan RI gencar melakukan sosialisasi OGB sampai ke desa- desa. Saat ini program sosialisasi ini masih berjalan walaupun tidak segencar seperti pada awal kelahiran OGB. Pada awalnya, produk OGB ini diproduksi untuk memenuhi kebutuhan obat institusi kesehatan pemerintah dan kemudian berkembang ke sektor swasta karena adanya permintaan dari masyarakat. OGB mudah dikenali dari logo lingkaran hijau bergaris-garis putih dengan tulisan "Generik" di bagian tengah lingkaran. Logo tersebut menunjukan bahwa OGB telah lulus uji kualitas, khasiat dan keamanan sedangkan garis-garis putih menunjukkan OGB dapat digunakan oleh berbagai lapisan masyarakat.