“Penggolongan Obat”
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok
Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Obat Bebas
Obat golongan ini termasuk obat yang relatif paling aman, dapat diperoleh tanpa resep
dokter, selain di apotek juga dapat diperoleh di warung-warung. Obat bebas dalam
kemasannya ditandai dengan lingkaran berwarna hijau. Contohnya adalah parasetamol,
vitamin c, asetosal (aspirin), antasida daftar obat esensial (DOEN), dan obat batuk hitam
(OBH) (Priyanto, 2010).
Contoh Obat Bebas :
2. Obat bebas terbatas
Obat bebas terbatas atau obat yang masuk dalam daftar “W” menurut bahasa Belanda “W”
singkatan dari “Waarschung” artinya peringatan. Jadi maksudnya obat yang bebas
penjualannya disertai dengan tanda peringatan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI
yang menetapkan obat-obatan kedalam daftar obat “W” memberikan pengertian obat bebas
terbatas adalah Obat Keras yang dapat diserahkan kepada pemakainya tanpa resep dokter,
bila penyerahannya memenuhi persyaratan yang sebagaimana telah datur dalam
PERMENKES NOMOR : 919/MENKES/PER/X/1993 pasal 2. Berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor : 2380/A/SK/VI/83, tanda khusus untuk obat bebas terbatas
berupa lingkaran warna biru dengan garis tepi berwarna hitam. Tanda khusus harus diletakan
sedemikian rupa sehingga jelas terlihat dan mudah dikenal sebagaimana yang dijelaskan pada
gambar 2 di bawah. Contohnya obat flu kombinasi (tablet), chlorpheniramin maleat (CTM),
dan mebendazol (Priyanto, 2010).
Pada obat bebas terbatas, selain terdapat tanda lingkaran biru, diberi pula tanda peringatan
untuk aturan pakai obat sehingga obat ini aman digunakan untuk pengobatan sendiri. Tanda
peringatan terdiri dari 6 (enam) macam berupa empat persegi panjang dengan huruf putih
pada dasar hitam, yaitu sebagai berikut:
Masyarakat harus bijak dalam melakukan pengobatan secara mandiri dengan tetap
berkonsultasi kepada Apoteker dalam melakukan pemilihan dan penggunaan obat. Penyakit-
penyakit yang membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut oleh Dokter harus tetap dilakukan agar
pengobatan dapat berjalan secara efektif
Contoh Obat bebas terbatas :
3. Obat keras
Obat keras atau obat daftar G menurut bahasa Belanda “G” singkatan dari “Gevaarlijk”
artinya berbahaya maksudnya obat dalam golongan ini berbahaya jika pemakaiannya tidak
berdasarkan resep dokter. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang
menetapkan/memasukan obat-obatan kedalam daftar obat keras, memberikan pengertian obat
keras, memberikan pengertian obat keras adalah obat-obat yang ditetapkan sebagai berikut:
1) Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembuat disebutkan bahwa obat itu hanya
boleh diserahkan dengan resep dokter.
2) Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata untuk dipergunakan secara
parental, baik degan cara suntikan maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek
rangkaian asli dari jaringan.
3) Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan telah dinyatakan secara
tertulis bahwa obat baru itu tidak membahayakan kesehatan manusia.
4) Semua obat yang tercantum dalam daftar obat keras: obat itu sendiri dalam substansi dan
semua sediaan yang mengandung obat itu, terkecuali apabila dibelakang nama obat
disebutkan ketentuan lain, atau ada pengecualian Daftar Obat Bebas Terbatas.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda
khusus Obat Keras daftar G adalah lingkaran bulatan warna merah dengan garis tepi
berwarna hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi. Contoh obat ini adalah
amoksilin, asam mefenamat (Priyanto, 2010).
Contoh Obat keras :
4. Obat Psikotropika
Pengertian Psikotropika
Psikotropika adalah suatu zat atau obat yang bisa berpengaruh pada pikiran dan sistem saraf
penggunanya. Psikotropika ini bisa didapat secara alamiah maupun buatan manusia (sintetik)
yang bersifat psikoaktif dan berpengaruh pada susunan saraf pusat sehingga akan
menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku.
Psikotropika bisa menurunkan kinerja otak atau merangsang susunan syaraf pusat sehingga
akan menimbulkan kelainan perilaku yang disertai dengan timbulnya halusinasi, ilusi,
gangguan cara berpikir, dan mengakibatkan ketergantungan. Penggunaan psikotropika secara
berlebihan bisa menyebabkan gangguan kesehatan penggunanya yang pada akhirnya dapat
berujung kepada kematian.
Sebenarnya Psikotropika baru diperkenalkan sejak lahirnya suatu cabang ilmu farmakologi
yakni psikofarmakologi yang khusus mempelajari psikofarma atau psikotropik. Istilah
psikotropik mulai banyak dipergunakan pada tahun 1971 sejak dikeluarkannya convention on
psycotropic substance oleh General Assembly yang menempatkan zat-zat tersebut di bawah
kontrol internasional.
Dalam United Nation conference for Adoption of Protocol on Psychotropic Substance
disebutkan batasan-batasan zat psikotropik adalah bentuk bahan-bahan yang memiliki
kapasitas menyebabkan:
1.Keadaan ketergantungan
2.Depresi dan stimulan susunan saraf pusat (SSP)
3.Menyebabkan halusinasi
4.Menyebabkan gangguan fungsi motorik atau persepsi
Macam-Macam Jenis psikotropika
Berdasarkan efek yang ditimbulkan, psikotropika bisa dikelompokkan menjadi obat
stimulan, depresan, dan halusinogen.
1. Obat Stimulan
Jenis psikotropika yang satu ini merupakan termasuk obat stimulan yang bisa
memberikan rangsangan kepada syaraf sehingga bisa menimbulkan efek lebih percaya
diri. Banyak jenis psikotropika yang termasuk obat stimulan,
contohnya : kafein, kokain, ganja, dan amfetamin. Zat amfetamin biasanya terdapat
pada pil ekstasi.
2. Obat Depresan
Jenis psikotropika yang satu ini merupakan termasuk obat depresan yang bisa
memberikan efek, yakni kerja sistem saraf berkurang, menurunkan kesadaran, dan
mengantuk. Jenis zat yang termasuk obat depresan,
contonhya : alkohol, sedatin atau pil BK, Magadon, Valium, dan Mandrak (MX),
Cannabis dan Barbiturat.
3. Obat Halusinogen
Jenis psikotropika yang satu ini merupakan Obat halusinogen yang bisa menimbulkan
halusinasi, yakni mendengar atau melihat sesuatu yang tidak nyata.
Contohnyanya : yaitu Licercik Acid Dhietilamide (LSD), psylocibine, micraline dan
mariyuana.
Golongan Psikotropika
Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindroma ketergantungan
digolongkan menjadi :
1.Psikotropika Golongan I
Adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan
tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat, mengakibatkan
sindroma ketergantungan.
Obat-obat yang termasuk golongan ini adalah :
• Broloamfetamine
• Cathinone
• DET
• DMA
• DMHP
• DMT
• DOET
• Eticyclidine – PCE
• Etrytamine
• Lysergide – LSD
• MDMA
• Mescaline
• Methcathinone
• Methylaminore
• MMDA
• N-ethyl MDA
• N-hydroxy)
• Parahexyl
• PMA
• Psilocine, psilotsin
• Psilocybine
• Rolicyclidine
• STP, DOM
• Tenamfetamine
• Tenocyclidine – TCP
• Tetrahydrocannabinol
• TMA
2.Psikotropika Golongan II
Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Obat-obat yang termasuk golongan ini adalah :
• Amphetamine
• Dexamphetamine
• Fenetylline
• Levamphetamine
• Levomethampheta-mine
• Mecloqualone
• Methamphetamine
• Methamphetamineracemate
• Methaqualone
• Methylphenidate
• Phencyclidine – PCP
• Phenmetrazine
• Secobarbital
• Dronabinol
• Zipeprol
3.Psikotropika Golongan III
Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang,
mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Obat-obat yang termasuk golongan ini adalah :
• Amobarbital
• Buprenorphine
• Butalbital
• Cathine / norpseudo-ephedrine
• Cyclobarbital
• Flunitrazepam
• Glutethimide
• Pentazocine
• Pentobarbital
4.Psikotropika Golongan IV
Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakbatkan sindroma ketergantungan.
Obat-obat yang termasuk golongan ini adalah :
• Allobarbital
• Alprazolam
• Amfepramone
• Aminorex
• Barbital
• Benzfetamine
• Bromazepam
• Butobarbital
• Brotizolam
• Camazepam
• Chlordiazepoxide
• Clobazam
• Clonazepam
• Clorazepate
• Clotiazepam
• Cloxazolam
• Delorazepam
• Diazepam
• Estazolam
• Ethchlorvynol
• Ethinamate
• Ethyl loflazepate
• Etil Amfetamine
• Fencamfamin
• Fenproporex
• Fludiazepam
• Flurazepam
• Halazepam
• Haloxazolam
Apabila dilihat dari pengaruh penggunaannya terhadap susunan saraf pusat manusia,
Psikotropika dapat dikelompokkan menjadi :
1.Depresant
yaitu yang bekerja mengendorkan atau mengurangi aktifitas susunan saraf pusat
(Psikotropika Gol 4), contohnya antara lain : Sedatin/Pil BK, Rohypnol, Magadon,
Valium, Mandrak (MX).
2.Stimulant
yaitu yang bekerja mengaktif kerja susan saraf pusat, contohnya amphetamine,
MDMA, N-etil MDA & MMDA. Ketiganya ini terdapat dalam kandungan Ecstasi.
3.Hallusinogen
yaitu yang bekerja menimbulkan rasa perasaan halusinasi atau khayalan contohnya
licercik acid dhietilamide (LSD), psylocibine, micraline. Disamping itu Psikotropika
dipergunakan karena sulitnya mencari Narkotika dan mahal harganya. Penggunaan
Psikotropika biasanya dicampur dengan alkohol atau minuman lain seperti air
mineral, sehingga menimbulkan efek yang sama dengan Narkotika.
5. Obat Narkotika
Narkotika
Secara awam obat narkotika disebut sebagai “obat bius”. Hal ini karena dalam bidang
kedokteran, obat-obat narkotika umum digunakan sebagai anestesi/obat bius dan
analgetik/obat penghilang rasa nyeri. Seperti halnya psikotropika, obat narkotika sangat ketat
dalam hal pengawasan mulai dari pembuatannya, pengemasan, distribusi, sampai
penggunaannya.
Narkotika (Daftar O atau ”Opium atau opiat”) hanya boleh diperjualbelikan di apotek atau
rumah sakit dengan resep dokter, dengan menunjukkan resep asli dan resep tidak dapat
dicopy. Tiap bulan apotek wajib melaporkan pembelian dan penggunannya kepada
pemerintah.
Narkotika diatur dalam UU 22 tahun 1997 dan diperbarui dengan UU No. 35 tahun 2009
tentang Narkotika bahwa Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan, baik sintetis atau semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan tingkat kesadaran (fungsi anastesi/bius), hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri (sedatif), munculnya semangat (euphoria), halusinasi atau
timbulnya khayalan, dan dapat menimbulkan efek ketergantungan bagi penggunanya. Oleh
karenanya, narkotika diawasi secara ketat untuk membatasi penyalahgunaan (drug abuse).
Narkotika merupakan kelompok obat paling berbahaya karena dapat
menimbulkan addiksi (ketagihan/ketergantungan) dan toleransi sehingga obat ini hanya
dapat diperoleh dengan resep dokter dan apotek wajib melaporkan jumlah dan
macamnya. Karena berbahaya, dalam peredaran, produksi, dan pemakaiannya
narkotika diawasi secara ketat.
Pengawasan dilakukan antara lain:
Setiap institusi yang menggunakan atau menjual narkotika seperti apotek dan rumah sakit
harus melaporkan ke Depkes atau BPOM tentang pembelian, penggunaan, dan penjualannya.
Disamping itu, produksi, impor, dan distribusinya hanya dilaksanakan oleh 1 Badah Usaha
Milik Negara (BUMN) yaitu Kimia Farma.
Penandaan pada kemasan: palang berwarna merah di dalam lingkaran bergaris tepi merah.
Contoh: Tanaman Papaver somniferum (opium), Erythroxylon coca, dan tanaman Cannabis
sativa (ganja), heroin, kokain, morfin, petidin, kodein, doveri, kodipron, dll. Narkotika
golongan I tidak untuk pengobatan.
Narkotika dibagi menjadi 3 golongan:
Golongan I
Narkotika yang hanya digunakan untuk kepentingan PENELITIAN, pengembangan
ILMU PENGETAHUAN, dan teknologi, reagensia diagnostik, dan reagensia
laboratorium serta dilarang diproduksi atau tidak digunakan untuk pengobatan atau
dalam terapi, mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh: Tanaman Papaver somniferum L. (opium), dan tanaman Cannabis
sativa (ganja/marijuana), heroin, kokain.
Golongan II dan III
Narkotika yang dapat digunakan untuk pengobatan asalkan sudah memiliki izin edar
(nomor registrasi).
Contoh: morfin (II), petidin (II), kodein (III), doveri, dan kodipron.
Golongan II
Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan,
potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Fentanil, morfin, petidin,
metadon.
Golongan III
Narkotik yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: Kodein.
Obat adalah racun, hanya dalam takaran yang sesuai dan penggunaan yang tepat maka
ia akan bermanfaat. Apabila digunakan tidak mengikuti aturan, ia akan merugikan
bahkan menimbulkan efek-efek yang tidak diinginkan bahkan kematian. Jangan
sekali-sekali mencoba menggunakan obat yang seharusnya hanya dapat diperoleh
dengan resep dokter. Konsultasikan kepada apoteker yang siap sedia membantu Anda
di apotek.
Contoh Obat Narkotika :
6. Jamu
Diberi tanda simbol gambar pohon berwarna hijau. Jamu adalah obat tradisional berbahan
dasar herbal atau tanaman tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam
bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi
penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional.
Jamu telah digunakan secara turun-menurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin
ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan
kesehatan tertentu. Manfaat Jamu adalah untuk memelihara kesehatan, contoh kunyit asam,
jahe manis; menambah nafsu makan, contoh temulawak, beras kencur.
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang
secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan Jamu adalah salah satu
bentuk obat tradisional.
Jamu harus memenuhi kriteria :
• aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
• klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris.
• memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
• jenis klaim penggunaan harus diawali dengan kata- kata: ” Secara tradisional
digunakan untuk …”.
Contoh jamu bermerek adalah Kuku bima, Pegal linu, Gemuk sehat, Tolak angin, Tuntas,
Rapet wangi, Kuldon, Strong pas, Tolak Angin, Antangin Mint, Antangin Jahe merah, Darsi,
Enkasari, Batugin elixir, ESHA, Buyung upik, Susut perut, Selangking singset, Herbakof,
Curmino.
Pada jamu tidak boleh ada klaim khasiat menggunakan istilah farmakologi/medis seperti
jamu untuk hipertensi, jamu untuk diabetes, jamu untuk hiperlipidemia, jamu untuk TBC,
jamu untuk asma, jamu untuk infeksi jamur candida, jamu untuk impotensi dll.
Contoh Obat tradisional Jamu :
Obat Herbal Terstandar adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian
bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Selain proses
produksi dengan teknologi maju, jenis ini pada umumnya telah ditunjang dengan pembuktian
ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik seperti standart kandungan bahan berkhasiat,
standar pembuatan ekstrak tanaman obat, standart pembuatan obat tradisional yang higienis,
dan uji toksisitas akut maupun kronis.
Obat Herbal Terstandarisasi (OHT) adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik (pada hewan percobaan) dan
bahan bakunya telah distandarisasi.
OHT harus memenuhi kriteria :
• aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
• klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ praklinik (pada hewan percobaan).
• telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi.
• memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
Contoh OHT yang beredar di Indonesia adalah Antangin JRG, OB Herbal, Mastin, Lelap,
Diapet.
Fitofarmaka merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan
dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan
bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia. Dengan uji klinik akan lebih
meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan
kesehatan.
Fitofarmaka adalah obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara
ilmiah dengan uji praklinik (pada hewan percobaan) dan uji klinik (pada manusia), bahan
baku dan produk jadinya sudah distandarisasi.
Fitofarmaka memenuhi kriteria :
• aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
• klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ praklinik (pada hewan) dan klinik (pada
manusia).
• telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi.
• Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
• Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian medium dan tinggi.
Contoh fitofarmaka: Stimuno, Tensigard, Xgra, Nodiar, Inlacin, VipAlbumin plus,
Rheumaneer.
Memang fitofarmaka merupakan obat herbal yang diresepkan oleh para dokter mengingat
sudah teruji baik pada hewan maupun manusia.
Untuk menghindari hal hal yang tidak diharapkan bahwa informasi Obat Tradisional harus
diperhatikan biasanya berbentuk tulisan yang berisi keterangan mengenai obat tersebut; dan
sekurang-kurangnya harus berisi
1. Nama Produk.
2. Nama dan alamat produsen/importir.
3. Nomor pendaftaran/nomor izin edar.
4. Nomor Bets/kode produksi.
5. Tanggal Kedaluwarsa.
6. Netto.
7. Komposisi.
8. Peringatan/Perhatian.
9. Cara Penyimpanan.
10. Kegunaan dan cara penggunaan dalam Bahasa Indonesia.
Pencegahan untuk menghindari bahaya penggunaan Obat Tradisional :
Gunakan obat tradisional yang sudah memiliki nomor izin edar BPOM.
Jangan gunakan obat tradisional bersama dengan obat kimia (resep dokter).
Jika meminum obat tradisional menimbulkan efek yang cepat, patut dicurigai ada
penambahan bahan kimia obat yang memang dilarang penggunaanya dalam obat
tradisional.
Selalu periksa tanggal Kedaluwarsa.
Kunjungi website Badan POM (www.pom.go.id) untuk mengetahui obat tradisional
yang mengandung bahan kimia obat pada bagian “public warning”.
Perhatikan informasi “Peringatan/Perhatian”. Jangan konsumsi obat tradisional jika
ada efek samping yang rentan dengan kondisi kesehatan anda.
Baca aturan pakai sebelum mengkonsumsi jamu.