Anda di halaman 1dari 17

Kode Mata Kuliah/Etika Keperawatan

Modul 1 #1 Lembar Kegiatan Mahasiswa

Topik : 2T (Teori) = 100 menit


Tingkat: 1 Semester 1(S1 Keperawatan)

Pokok Bahasan/ Pembelajaran : Materi:


Sasaran Pembelajaran: Penggolongan obat

Di akhir modul, mahasiswa akan dapat:


Referensi:
1. mengetahui penggolongan obat Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
2. mengelompokan penggolongan obat 917/Menkes/Per/X /1993
3. menyebutkan jenis obat

A. TINJAUAN PENDAHULUAN (Introduction) 10 menit


Pendahuluan
1. Introduction

Penggolongan obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor


917/Menkes/Per/X /1993 yang kini telah diperbaiki dengan Permenkes RI Nomor
949/Menkes/Per/ VI/2000. Penggolongan obat dimaksudkan untuk peningkatan
keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi. Penggolongan obat
ini terdiri atas: obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras,
psikotropika dan narkotik

Penggolongan obat dibagi menjadi

• Penggolongan obat berdasarkan jenisnya

• Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat

• Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian

• Penggolongan obat berdasarkan cara pemakaian

• Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan

• Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi

• Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya


Aktifitas 1 Apa yang sudah anda Ketahui
Sebelum perkuliahan dimulai, kita akan melakukan APERSEPSI (penyamaan persepsi)
mengenai informasi yang sudah diketahui maupun yang belum diketahui, silakan untuk
dijawab pertanyaan berikut ini :

1. Apa yang kamu ketahui obat ?


2. Ada berapa penggolongan obat ?
3. Bagaimana cara membedakan penggolongan obat tersebut
B. MATERI PEMBELAJARAN (Content Notes) 50 menit
I. Penggolongan obat berdasarkan jenisnya
1. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa resep dokter, tidak
termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika, obat keras, obat bebas terbatas dan sudah
terdaftar di Depkes R.I. Contohnya yaitu Minyak Kayu Putih ,Obat Batuk Hitam, Obat Batuk
Putih, Tablet Paracetamol, Tablet Vitamin C, B Kompleks, E dan lain - lain.
Penandaan :
Penandaan obat bebas diatur berdasarkan S.K. Menkes RI Nomor 2380/A/SK/VI/1983
tentang tanda khusus untuk obat bebas dan obat bebas terbatas. Tanda khusus untuk obat
bebas yaitu bulatan berwarna hijau dengan garis tepi warna hitam, seperti terlihat pada
gambar berikut :

Gambar 1. Penandaan Obat Bebas

2. Obat Bebas Terbatas


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan obat-obatan ke dalam
daftar obat “W” (Waarschuwing) memberikan pengertian obat bebas terbatas adalah obat
keras yang dapat diserahkan kepada pemakainya tanpa resep dokter, bila penyerahannya
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari pabriknya atau pembuatnya.
b. Pada penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus mencantumkan tanda peringatan.
Di buku ISO ditandai dengan tulisan. Tanda peringatan tersebut berwarna
hitam,berukuran panjang 5 cm, lebar 2 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih
sebagai berikut :

Gambar 2. Peringatan Obat Bebas Terbatas


Penandaannya diatur berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI
No.2380/A/SK/VI/83 tanda khusus untuk obat bebas terbatas berupa lingkaran berwarna biru
dengan garis tepi berwarna hitam, seperti pada gambar berikut:

Gambar 3. Penandaan Obat Bebas Terbatas


Sebagai contoh peringatannya :
1) P No. I : awas obat keras, bacalah aturan pemakaiannya.
a) Dulcolax tablet
b) Acetaminofen= >600 mg/tablet atau >40 mg/ml (Kep Menkes no.66227/73)
c) SG tablet.
2) P No. 2 : awas obat keras, hanya untuk kumur , jangan ditelan
a) Gargarisma khan
b) Betadin gargarisma
3) P NO. 3 : awas obat keras hanya untuk bagian luar badan
a) Anthistamin pemakaian luar, misal dalam bentuk cream, caladin, caladril.
b) Lasonil
c) Liquor burowl
4) P No. 4 : awas obat keras hanya untuk dibakar
a) Dalam bentuk rokok dan sebuk untuk penyakit asma yang mengandung scopolamin.
5) P No.5 ; awas obat keras tidak boleh ditelan
a) Dulcolax Suppos
b) Amonia 10 % ke bawah
6) P No. 6 : awas obat keras wasir jangan ditelan:
a) Varemoid

3. Obat Keras
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan/memasukkan obat-obatan
ke dalam daftar obat keras, memberikan pengertian obat keras adalah obat-obat yang
ditetapkan sebagai berikut : (1.) Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembuat
disebutkan bahwa obat itu hanya boleh diserahkan dengan resep dokter. (2.) Semua obat yang
dibungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata untuk dipergunakan secara parenteral. (3.)
Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan telah dinyatakan secara
tertulis bahwa obat baru itu tidak membahayakan kesehatan manusia. Contoh :
Andrenalinum, Antibiotika, Antihistaminika, dan lain-lain
Adapun penandaannya diatur berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No.
02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda khusus Obat Keras daftar G (Gevarrlijk) adalah
“Lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan hurup K yang
menyentuh garis tepi”, dan di penandaanya harus dicantum kalimat “Harus dengan Resep
Dokter”. seperti yang terlihat pada gambar berikut:

Gambar 4. Penandaan Obat Keras

4. Obat Golongan Psikotropika


Pengertian Psikotropika menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Menurut UU RI No. 5 Th 1997, psikotropika dibagi menjadi 4 golongan :
a. Golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Psikotropika Golongan I, antara lain: Meskalina, Katinona.
b. Golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan / atau
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Psikotropika Golongan II antara lain: Metakualon, Sekobarbital,
Fenmetrazin.
c. Golongan III
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Psikotropika Golongan III antara lain: Amobarbital, Flunitrazepam,
Pentobarbital, Siklobarbital, Katina
d. Golongan IV
Berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Psikotropika Golongan IV antara lain: Allobarbital, Barbital,
Bromazepan, Diazepam, Fencamfamina, Fenobarbital, Flurazepam, Klobazam,
Klordiazepoksida, Meprobamat, Nitrazepam, Triazolam.

Penandaan Psikotropika
Untuk psikotropika penandaan yang dipergunakan sama dengan penandaan untuk obat
keras, hal ini karena sebelum diundangkannya UU RI No. 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika, maka obat-obat Psikotropika termasuk obat keras yang pengaturannya ada di
bawah Ordonansi Obat Keras Stbl 1949 Nomor 419, hanya saja karena efeknya dapat
mengakibatkan sindroma ketergantungan sehingga dulu disebut Obat Keras Tertentu.
Sehingga untuk Psikotropika penandaannya : Lingkaran bulat berwarna merah, dengan
huruf K berwarna hitam yang menyentuh garis tepi yang berwarna hitam, seperti beriku:

Gambar 5. Penandaan Obat Psikotropika

5. Obat Narkotika
Menurut UU Narkotika No 3 Tahun 2015, Narkotika adalah zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Dalam UU No 35 Tahun 2009, narkotika digolongkan ke dalam tiga golongan:
a. Narkotika Golongan I
Narkotika golongan satu hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Heroin, Kokain, Daun Kokain, Opium, Ganja,
Jicing, Katinon, MDMDA/Ecstasy, dan lebih dari 65 macam jenis lainnya.
b. Narkotika Golongan II
Narkotika golongan dua, berkhasiat untuk pengobatan digunakan sebagai pilihan
terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh:
Morfin, Petidin, Fentanil, Metadon, Dll.
c. Narkotika golongan III
Narkotika golongan tiga adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi
bermanfaat dan berkhasiat untuk pengobatan dan penelitian.
Golongan 3 narkotika ini banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: Codein, Buprenorfin, Etilmorfina, Kodeina, Nikokodina, Polkodina,
Propiram, dan ada 13 (tiga belas) macam termasuk beberapa campuran lainnya.

Penandaan Obat Narkotika


Golongan obat narkotika ditandai dengan logo berbentuk lingkaran dan terdapat palang
merah di dalamnya. Golongan obat ini dapat menimbulkan efek ketergantungan, karena itu
diperlukan pengawasan yang ketat. Hanya bisa diperoleh di apotek atau rumah sakit
berdasarkan resep dokter. Apotek atau rumah sakit yang mendistribusikannya ke pasien,
harus memberikan laporan pada dinas kesehatan dan Balai POM setiap periode tertentu.
Contoh obat-obatnya adalah morfin untuk penghilang sakit yang sangat berat, codein untuk
obat batuk, dan lain-lain.

Gambar 6. Penandaan Obat Narkotika


Obat Wajib Apotek
Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker di apotek
tanpa resep dokter. Menurut keputusan menteri kesehatan RI Nomor
347/Menkes/SK/VIII/1990 yang telah diperbaharui Mentri Kesehatan Nomor
924/Menkes/Per/X/1993 dikeluarkan dengan pertimbangan sebagai berikut :
a. Pertimbangan utama untuk obat wajib apotek ini sama dengan pertimbangan obat yang
diserahkan tanpa resep dokter, yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
menolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan, dengan meningkatkan
pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional.
b. Pertimbangan yang kedua untuk meningkatkatkan peran apoteker di apotek dalam
pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi serta pelayanan obat kepada masyarakat.
c. Pertimbangan ketiga untuk peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan untuk
pengobatan sendiri. Obat yang termasuk kedalam obat wajib apotek misalnya : obat
saluran cerna (antasida), ranitidine, clindamicin cream dan lain-lain.
OWA merupakan obat keras yang dapat diberikan oleh Apoteker Pengelola Apotek
(APA) kepada pasien. Walaupun APA boleh memberikan obat keras, namun ada
persayaratan yang harus dilakukan dalam penyerahan OWA.
1) Apoteker wajib melakukan pencatatan yang benar mengenai data pasien (nama, alamat,
umur) serta penyakit yang diderita.
2) Apoteker wajib memenuhi ketentuan jenis dan jumlah yang boleh diberikan kepada
pasien. Contohnya hanya jenis oksitetrasiklin salep saja yang termasuk OWA, dan hanya
boleh diberikan 1 tube.
3) Apoteker wajib memberikan informasi obat secara benar mencakup: indikasi, kontra-
indikasi, cara pemakaian, cara penyimpanan dan efek samping obat yang mungkin timbul
serta tindakan yang disarankan bila efek tidak dikehendaki tersebut timbul.

Tujuan OWA adalah memperluas keterjangkauan obat untuk masyarakat, maka obat-obat
yang digolongkan dalam OWA adalah obat ang diperlukan bagi kebanyakan penyakit yang
diderita pasien. Antara lain: obat antiinflamasi (asam mefenamat), obat alergi kulit (salep
hidrokotison), infeksi kulit dan mata (salep oksitetrasiklin), antialergi sistemik (CTM), obat
KB hormonal.
Berdasarkan keputusan Menkes No. 347/ menkes/SK/VII/1990 tentang obat wajib
Apotek (OWA 1) No. I, yaitu :
a) Oral Kontrasepsi, contohnya : Tunggal Linestrenol, Kombinasi Etinodiol-diasetat,
mestranol-Norgestrel, etinil-estradiol-Linestrenoil, etinil-estradiol-Etinodiol-diasetat,
etinil-estradiol Levonorgestreletinil-estradiol-Norethindrone, mestranol Desogestrel.
b) Obat Saluran Cerna, seperti :
(1) Antasid dan Sedativ/Sposmodik. Contohnya : Al.Oksida Mg,trisilikst + Papaverin
HCl + Klordiazepoksida , Mg.trisili kat Al. oksida + Papaverin HCl + diazepam
Klordiaze poksida + diazepam + sodium bicarbonate.
(2) Anti Spasmodik, contohnya : ekstrak beladon dan papaverin HCl
(3) Anti Spasmodik Analgesik, contohnya : Metamizole, Fennpive rinium bromide,
Hyoscine N-butilbrom ide, dipyrone, Methampyrone beladona, Papaverin HCI
c) Obat Mulut dan Tenggorokan, contohnya : Methampyrone, diazepam, Pramiverin,
metamizole, Prifinium bromide sulpyrin, Anti Mual Metoklopramid HCl dan Laksan
Bisakodil Supposutoria.
d) Obat Saluran Napas, contohnya : untuk Asma yaitu Aminofilin Supposutoria, Ketotifen,
Terbutalin SO4, Salbutamol, untuk Sekretolitik yaitu Mukolitik, Bromheksin,
Karbosistein, Asetilsistein dan Oksolam Sinitrat
e) Obat yang mempengaruh sistem Neuromuscular, seperti :
(1) Analgetik, contohnya : Metampiron, Asam Mefenamat, Glafenin, Metampiron +
Klordiazepoksid dan diazepam
(2) Antihistamin, contohnya : Mebhidrolin, Pheniramhiind rogen maleal, Dimethindmena
leat, Astemizol, Oxomemazin, HomochlorcycHli CzIin, Dexchlorphenira mine
Maleat
f) Antiparasit, contohnya : Mebendazol
g) Obat Kulit Topikal, seperti :
(1) Antibiotik, contohnya : Tetrasiklin/Oksitetra, Kloramfenikol, Framisetina SO4,
Neomisin SO4, Gentamisin dan Eritromisin
(2) Korlikosteroid, contohnya : Hidrokortison, Flupredniliden, Triamsinolon,
Betametason, Fluokortolon/Diflukortolon dan Desoksimelason
(3) Antiseptik local, contohnya : Heksaklorofene
(4) Antif Fungi, contohnya : Mikonaznoilrat, Nistatin, Tolnattat, Ekonazol
(5) E. Anestesi Lokal, contohnya : Lidokain HCI
(6) Enzim antiradang topical Kombinasi, contohnya : Heparinoid atau Heparin.Na
Dengan Hialuronidase ester nikotinat
(7) Pemecah Kulit, contohnya : Hidroquinon, Hidroquinodng dan n.P ABA

Berdasarkan keputusan Menkes No.919/MENKES/PER/X/1993 tentang obat wajib


Apotek (OWA 2) No. 2, yaitu : Adapun contoh golongan OWA no.2 yaitu : Albendazol,
Bacitracin, Benorilate, Bismuth subcitrate, Carbinoxamin, Clindamicin, Dexametason,
Dexpanthenol, Diclofenac, Diponium, Fenoterol, Flumetason, Hydrocortison butyrate,
Ibuprofen Isoconazol, Ketokonazole, Levamizole, Methylprednisolon, Niclosamide,
Noretisteron, Omeprazole, Oxiconazole, Pipazetate, Piratiasin Kloroteofilin, Pirenzepine,
Piroxicam, Polymixin B Sulfate, Prednisolon, Scopolamin, Silver Sulfadiazin, Sucralfate,
Sulfasalazine, Tioconazole, Urea

Berdasarkan keputusan Menkes No.1176/MENKES/PER/X/1999 tentang obat wajib


Apotek (OWA 3) No. 3, yaitu Saluran Pencemaan dan Metabolisrne, contohnya : Famotidin,
Ranitidin,
1) Obat kulit, contohnya : Asam Azeleat, Asam Fusidat, Motretinida, Tolsiklat dan Tretinoin
2) Antiinfeksi Umum, seperti :
a) Kategoril 1 (2HMU4H3R3) : Kombipak 2 Fase awal ; lsoniazid, Rifampisin,
Pirazinamid, Etambutol, Kombipak 3 Fase lanjutan: lsoniazidRifampisin
b) Kategori 2 (2HRZES/HMU5H3R3E3) : Kombipak 2 Fase awal : lsoniazid,
Rifampisin, Pirazinamid, Etambutol, Streptomisin, Kombipak 3 Fase lanjutan
lsoniazid, Rifampisin, Etambutol
c) Kategori lll (2HRZ4H3R3) Kombipak 2 Fase awal lsoniazid, Rifampisin, Pirazinamid
Kombipak 3 Fase lanjutan lsoniazid, Rifampisin
3) Sistem Muskuloskeletal contohnya : Alopurinol , Diklofenanka trium, Piroksikam
4) Sistem saluran pernafasan, contohnya : Klemastin, Mequitazin,
Orsiprenalin, Prometazinte oklat, Setirizin dan Siproheptadin
5) Organ-organ Sensorik, contohnya : gentamisin dan kloramenikol
Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia, Nomor : HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokkan dan
Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia, obat tradisional yang ada di Indonesia dapat
dikategorikan menjadi :

a. Jamu

Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang tidak memerlukan pembuktian ilmiah
sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan pembuktian empiris atau turun temurun. Jamu
harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat
dibuktikan berdasarkan data empiris, dan memenuhi persyaratan mutu yang berlaku. Contoh :
Tolak Angin®, Antangin®, Woods’ Herbal®, Diapet Anak®, dan Kuku Bima Gingseng®.

Penandaan jamu
a. Pendaftaran baru harus mencantumkan logo dan tulisan “JAMU”
b. Logo berupa “RANTING DAUN TERLETAK DALAM LINGKARAN”, dan
ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri dari wadah/ pembungkus/ brosur
c. Logo (ranting daun dalam lingkaran) dicetak dengan warna hijau di atas dasar warna
putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan warna logo
d. Tulisan “JAMU” harus jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan warna hitam di atas dasar
warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan tulisan “JAMU”

Gambar 7. Penandaan Jamu

b. Obat Herbal Terstandar

Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik pada hewan dan bahan bakunya
telah di standarisasi. Obat herbal terstandar harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah atau praklinik, telah
dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi. Contoh :
Diapet®, Lelap®, Fitolac®, Diabmeneer®, dan Glucogarp®
Penandaan Obat Herbal Terstandar
a. Obat herbal terstandar harus mencantumkan logo dan tulisan “OBAT HERBAL
TERSTANDAR”
b. Logo berupa” JARI-JARI DAUN (3 PASANG) TERLETAK DALAM LINGKARAN”,
dan ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri dari wadah/ pembungkus/ brosur.
c. Logo (jari-jari daun dalam lingkaran) dicetak dengan warna hijau di atas warna putih atau
warna lain yang menyolok kontras dengan warna logo.
d. Tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR” harus jelas dan mudah dibaca, dicetak
dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau warna lain yang mencolok kontras
dengan tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR”.

Gambar 8. Penandaan Obat Herbal Terstandar

c. Fitofarmaka

Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat
modern karena telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik
pada hewan dan uji klinik pada manusia, bahan baku dan produk jadinya telah di standarisasi.
Fitofarmaka harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim
khasiat dibuktikan dengan uji klinis, telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang
digunakan dalam produk jadi. Contoh: Stimuno®, Tensigard®, Rheumaneer®, X-gra® dan
Nodiar®.

Penandaan Fitofarmaka
a. Kelompok Fitofarmaka harus mencantumkan logo dan tulisan “FITOFARMAKA”
sebagaimana contoh terlampir.
b. Logo berupa “JARI-JARI DAUN (YANG KEMUDIAN MEMBENTUK BINTANG)
TERLETAK DALAM LINGKARAN”, dan ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri
dari wadah/ pembungkus/ brosur
c. Logo (jari-jari daun dalam lingkaran) dicetak dengan warna hijau di atas dasar putih atau
warna lain yang menyolok kontras dengan warna logo
d. Tulisan “FITOFARMAKA” harus jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan warna hitam
di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan tulisan
“FITOFARMAKA”.

Gambar 9. Penandaan Fitofarmaka

Obat tradisional yang merupakan warisan budaya bangsa dan digunakan secara turun
temurun, umumnya berasal dari tiga macam sumber (Hutapea, 1998), yaitu :

a. Obat tradisional yang berasal dari suatu daerah dalam bentuk sederhana yang telah dikenal
manfaatnya pada suatu daerah, biasanya berupa seduhan, rajangan yang digunakan
menurut aturan atau kebiasaan suatu daerah itu.

b. Obat tradisional yang muncul karena dibuat oleh pengobatan tradisional (dukun, sebagian
bahan baku tumbuh di daerah itu dan biasanya bahan ini dirahasiakan oleh pengobatan).

c. Obat tradisional dengan formula yang berasal dari butir (a) dan butir (b) dalam jumlah
besar, diperoleh dari pasar, pemasok maupun kolektor.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia: 661/Menkes/SK/VII/1994


Tentang Persyaratan Obat Tradisional terdapat bentuk-bentuk sediaan obat
tradisional, antara lain :

a. Rajangan

Sediaan obat tradisional berupa potongan simplisia, campuran simplisia, atau campuran
simplisia dengan sediaan galenik, yang penggunaannya dilakukan dengan pendidihan atau
penyeduhan dengan air panas.

b. Serbuk

Sediaan obat tradisional berupa butiran homogen dengan derajat halus yang cocok, bahan
bakunya berupa simplisia sediaan galenik, atau campurannya.
c. Pil

Sediaan padat obat tradisional berupa massa bulat, bahan bakunya berupa serbuk simplisia,
sediaan galenik, atau campurannya.

d. Dodol atau Jenang

Sediaan padat obat tradisional bahan bakunya berupa serbuk simplisia, sediaan galenik
atau campurannya.

e. Pastiles

Sediaan padat obat tradisional berupa lempengan pipih umumnya berbentuk segi empat,
bahan bakunya berupa campuran serbuk simplisia, sediaan galenik, atau campuran
keduanya.

i. Sari jamu

Cairan obat dalam dengan tujuan tertentu diperbolehkan mengandung etanol. Kadar etanol
tidak lebih dari 1% v/v pada suhu 20º C dan kadar methanol tidak lebih dari 0,1% dihitung
terhadap kadar etanol.

j. Parem, Pilis, dan Tapel

Parem, pilis, dan tapel adalah sediaan padat obat tradisional, bahan bakunya berupa serbuk
simplisia, sediaan galenik, atau campurannya dan digunakan sebagai obat luar.

1) Parem adalah obat tradisional dalam bentuk padat, pasta atau seperti bubuk yang
digunakan dengan cara melumurkan pada kaki atau tangan pada bagian tubuh lain.

2) Pilis adalah obat tradisional dalam bentuk padat atau pasta yang digunakan dengan cara
mencoletkan pada dahi.

3) Tapel adalah obat tradisional dalam bentuk padat, pasta, atau seperti bubur yang
digunakan dengan cara melumurkan pada seluruh permukaan perut.

k. Koyok

Sediaan obat tradisional berupa pita kain yang cocok dan tahan air yang dilapisi dengan
serbuk simplisia dan atau sediaan galenik, digunakan sebagai obat luar dan pemakainya
ditempelkan pada kulit.

II. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme obat


• Obat yang bereaksi pada penyebab penyakit,  contohnya Antibiotik.
• Obat yang berperan untuk mencegah reaksi penyakit, contohnya Vaksin.
• Obat yang bekerja untuk menghilangkan nyeri, contohnya Analgesik.
• Obat untuk menambah atau mengganti fungsi zat tubuh, contohnya Vitamin.
• Obat yang tidak mengandung zak aktif dan digunakan untuk pasien normal yang
menganggap dirinya sakit, contohnya Tablet Placebo
• Obat yang diberkan untuk tujuan penggunaan, contohnya antihipertensi, antidiabetes,
dsb.
III. Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian
 obat dalam yaitu obat obatan yang dikonsumsi peroral, contoh tablet antibiotik,
parasetamol tablet
 obat luar yaitu obat obatan yang dipakai secara topikal/tubuh bagian luar, contoh sulfur,
dll
IV. penggolongan obat berdasarkan cara pemakaian
 oral : obat yang dikonsumsi melalui mulut kedalam saluran cerna, contoh tablet, kapsul,
serbuk, dll
 perektal : obat yang dipakai melalui rektum, biasanya digunakan pada pasien yang tidak
bisa menelan, pingsan, atau menghendaki efek cepat dan terhindar dari pengaruh pH
lambung, FFE di hati, maupun enzim-enzim di dalam tubuh
 Sublingual : Sublingual : pemakaian obat dengan meletakkannya dibawah lidah., masuk
ke pembuluh darah, efeknya lebih cepat, contoh obat hipertensi : tablet hisap, hormon-
hormon
 Parenteral : obat yang disuntikkan melalui kulit ke aliran darah. baik secara intravena,
subkutan, intramuskular, intrakardial.
 Langsung ke organ, contoh intrakardial - melalui selaput perut, contoh intra peritoneal
V. penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan
 sistemik : obat/zat aktif yang masuk kedalam peredaran darah.
 lokal : obat/zat aktif yang hanya berefek/menyebar/mempengaruhi bagian tertentu
tempat obat tersebut berada, seperti pada hidung, mata, kulit, dll
VI. pengglongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi
 farmakodinamik : obat obat yang bekerja mempengaruhi fisilogis tubuh, contoh hormon
dan vitamin
 kemoterapi : obat obatan yang bekerja secara kimia untuk membasmi parasit/bibit
penyakit, mempunyai daya kerja kombinasi.

C. PENGEMBANGAN KETERAMPILAN (Skill-Building) 25 menit


Kriteria penilaian pada kegiatan belajar tahap ini adalah upaya mahasiswa dalam melakukan
internalisasi pemahaman materi yang disampaikan untuk bisa menjawab ketepatan
pemahaman tentang penggolongan obat. Silahkan di kerjakan pertanyaan dibawah ini
dengan mengacu pada materi yang telah diuraikan di atas !
1. Sebutkan 5 jenis obat dari setiap golongan obat berdasarkan jenisnya
2. Sebutkan 5 jenis obat dari setiap golongan obat berdasarkan cara pemakaianya

C. MENGECEK PEMAHAMAN (Checking for Understanding) 10 menit


Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar !
1. Sebutkan 6 peringatan yang ada di obat bebas terbatas
2. Apakah bisa obat-obat keras diberikan tanpa resep dokter, berikan alasannya?
3. Sebutkan dan jelaskan perbedaan dari obat tradisional ?

E. PENUTUP PEMBELAJARAN ( 5 menit)


Sekarang Anda akan menandai (melingkari) sesi yang telah Anda selesaikan hari ini di
pelacak di bawah ini. Ini hanyalah visual untuk membantu Anda melacak berapa banyak
pekerjaan yang telah Anda selesaikan dan berapa banyak pekerjaan yang tersisa untuk
dilakukan.

Teori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Praktikum
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Tuliskan 3 ringkasan yang telah anda pelajari dan pahami:


1.___________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
2.___________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
3.___________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
Tuliskan 2 hal (materi/ dll) yang ingin anda pelajari terkait materi saat ini:
1.___________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
2.___________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________

Tuliskan 1 pertanyaan mengenai materi yang belum dipahami:


1.___________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________

Anda mungkin juga menyukai