Anda di halaman 1dari 7

Ringkasan Materi

Golongan Obat
Menurut Permenkes Nomor 917/ MENKES/PER/X/1993 tentang golongan obat disebutkan bahwa
penggolongan dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta
pengamanan distribusi yang terdiri dari:
a. Obat bebas
b. Obat bebas terbatas
c. Obat keras
d. Obat wajib apotek (OWA)
e. Psikotropika
f. Narkotika
Penggolongan obat berikut ini akan dijelaskan tentang penggolongan obat tersebut.
1. Obat bebas
Obat bebas adalah obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter disebut juga obat OTC (Over
The Counter), dan terdiri atas obat bebas dan obat bebas terbatas. Penandaan obat bebas diatur
berdasarkan S.K Menkes RI Nomor 2380/A/SKA/I/1983 tentang tanda khusus untuk obat bebas
dan obat bebas terbatas. Di Indonesia, obat golongan ini ditandai dengan lingkaran berwarna
hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh-contoh obat bebas adalah: tablet vitamin, salep 2-
4, parasetamol, dan sebagainya.

Gambar. Penandaan Obat bebas


2. Obat bebas terbatas (daftar W = Waarschuwing)
Obat keras yang dalam jumlah tertentu dapat diserahkan tanpa resep dokter. Pada kemasan
obatnya selain terdapat tanda khusus lingkaran biru dengan garis hitam ditepinya, juga terdapat
tanda peringatan untuk aturan pakai obat.
Memang, dalam keadaan dan batas-batas tertentu, sakit ringan masih dibenarkan untuk
melakukan pengobatan sendiri, yang tentunya juga obat yang dipergunakan adalah golongan obat
bebas dan bebas terbatas yang dengan mudah diperoleh masyakat. Namun apabila kondisi
penyakit semakin serius sebaiknya memeriksa ke dokter. Dianjurkan untuk tidak sekalipun
melakukan uji coba obat sendiri terhadap obat-obat yang seharusnya diperoleh dengan
menggunakan resep dokter. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan apabila akan
menggunakan obat-obatan yang dengan mudah diperoleh tanpa menggunakan resep dokter atau
yang dikenal dengan golongan obat bebas dan golongan obat bebas terbatas. Hal tersebut, antara
lain meyakini bahwa obat tersebut telah memiliki izin edar dengan percantuman nomor registrasi
dari BPOM, kondisi obat apakah masih baik atau sudah rusak, perhatikan tanggal kadaluarsa
obat, membaca dan mengikuti keterangan atau informasi tercantum pada kemasan obat pada
brosur atau selebaran yang menyertai obat yang berisi tentang indikasi, efek samping, dosis obat,
cara penyimpanan, dan informasi tentang interaksi obat dengan obat lain yang digunakan dan
dengan makanan yang dimakan.

Gambar. Peringatan Obat bebas terbatas

Penandaannya diatur berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No.2380/A/SK/VI/83 tanda


khusus untuk obat bebas terbatas berupa lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna
hitam, seperti pada gambar berikut:

Gambar. Penandaan Obat bebas terbatas


P. No.1 Awas ! obat keras
Bacalah aturan memakainya.
P. No.2 Awas ! obat keras
Hanya untuk kumur jangan ditelan.
Contoh : Obat kumur dan pencuci mulut yang mengandung Povidon Iodida 1%
P. No.3 Awas ! obat keras
Hanya untuk bagian luar dari badan
Contoh : obat bentuk gel, salep, krim, pasta.
P. No.4 Awas ! obat keras
Hanya untuk dibakar.
P. No.5 Awas ! obat keras
Tidak boleh ditelan.
P. No.6 Awas ! obat keras
Obat wasir, jangan ditelan
Contoh : obat bentuk suppositoria
Istilah lain untuk obat bebas dan bebas terbatas dimasyarakat dikenal dengan istilah obat OTC
(Over the counter adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter).
3. Obat Keras
(Obat daftar G = Gevaarlijk) UU obat Keras Nomor. St.1937 No.541 Definisi obat keras:
a. Obat yang hanya dapat dibeli dengan resep dokter (antibiotika, obat hipertensi, jantung,
hormon, kanker, antihistamin untuk obat dalam dll).
b. Obat yang penggunaannya dengan cara disuntikan atau dengan merobek jaringan (sediaan
dalam bentuk injeksi, infus, sedian implant yang mengandung hormon untuk KB).
c. Semua obat baru yang belum terdaftar di Depkes (yang tidak mempunyai kode registrasi dari
Depkes/ Badan POM)
d. Semua obat dalam keadaan subtansi atau semua obat yang terdapat dalam daftar obat keras
(keadaan subtansi = bahan baku obat)

Gambar. Penandaan Obat keras


Penandaan khusus untuk obat jadi golongan obat keras: lingkaran merah dengan garis tepi
berwarna hitam, di dalamnya terdapat huruf K yang menyentuh lingkaran hitam. Dimasyarakat
obat golongan obat keras dikenal dengan sebutan obat ethical (ethical drug yaitu obat yang hanya
dapat dibeli dengan resep dokter).
4. Obat Golongan Narkotika (UU no. 22 tahun 1997 tentang narkotika)
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan,
yang dibeda-bedakan kedalam golongan-golongan sebagaimana yang terlampir dalam undang-
undang ini atau yang kemudian ditetapkan dalam keputusan Menteri Kesehatan.
Obat narkotika penggunaannya diawasi dengan ketat sehingga obat golongan narkotika hanya
dapat diperoleh di apotek dengan resep dokter asli (tidak dapat menggunakan copy resep). Dalam
bidang kesehatan, obat-obat narkotika biasa digunakan sebagai anestesi/obat bius dan
analgetik/obat penghilang rasa sakit. Contoh obat narkotika adalah: codipront (obat batuk), MST
(analgetik) dan fentanil (obat bius). Jenis-jenis obat narkotika adalah sebagai berikut:
a. Narkotika Golongan I Narkotika golongan satu hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Heroin, Kokain, Daun Kokain, Opium,
Ganja, Jicing, Katinon, MDMDA/Ecstasy, dan lebih dari 65 macam jenis lainnya.
b. Narkotika Golongan II Narkotika golongan dua, berkhasiat untuk pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: Morfin, Petidin, Fentanil, Metadon, Dll.
c. Narkotika golongan III Narkotika golongan tiga adalah narkotika yang memiliki daya adiktif
ringan, tetapi bermanfaat dan berkhasiat untuk pengobatan dan penelitian. Golongan 3
narkotika ini banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Codein,
Buprenorfin, Etilmorfina, Kodeina, Nikokodina, Polkodina, Propiram, dan ada 13 (tiga belas)
macam termasuk beberapa campuran lainnya
Golongan obat narkotika ditandai dengan logo berbentuk lingkaran dan terdapat palang merah di
dalamnya. Golongan obat ini dapat menimbulkan efek ketergantungan, karena itu diperlukan
pengawasan yang ketat. Hanya bisa diperoleh di apotek atau rumah sakit berdasarkan resep
dokter. Apotek atau rumah sakit yang mendistribusikannya ke pasien, harus memberikan laporan
pada dinas kesehatan dan Balai POM setiap periode tertentu. Contoh obat-obatnya adalah morfin
untuk penghilang sakit yang sangat berat, codein untuk obat batuk, dan lain-lain.

Gambar. Penandaan Obat Narkotika


5. Obat Golongan Psikotropika (UU no. 7 tahun 1997 tentang Psikotropika)
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat, yang menyebabkan perubahan
khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Contoh: alprazolam, diazepam. Mengenai obat-obat psikotropika ini diatur dalam UU RI Nomor
5 tahun 1997. Psikotropika dibagi menjadi:
a. Golongan I Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan
tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Psikotropika Golongan I, antara lain: Meskalina, Katinona.
b. Golongan II Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan /
atau ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Psikotropika Golongan II antara lain: Metakualon, Sekobarbital, Fenmetrazin.
c. Golongan III Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Psikotropika Golongan III antara lain: Amobarbital, Flunitrazepam,
Pentobarbital, Siklobarbital, Katina
d. Golongan IV Berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan / atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Psikotropika Golongan IV antara lain: Allobarbital, Barbital, Bromazepan,
Diazepam, Fencamfamina, Fenobarbital, Flurazepam, Klobazam, Klordiazepoksida,
Meprobamat, Nitrazepam, Triazolam.
Untuk psikotropika penandaan yang dipergunakan sama dengan penandaan untuk obat keras, hal
ini karena sebelum diundangkannya UU RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, maka obat-
obat Psikotropika termasuk obat keras yang pengaturannya ada di bawah Ordonansi Obat Keras
Stbl 1949 Nomor 419, hanya saja karena efeknya dapat mengakibatkan sindroma ketergantungan
sehingga dulu disebut Obat Keras Tertentu. Sehingga untuk Psikotropika penandaannya:
Lingkaran bulat berwarna merah, dengan huruf K berwarna hitam yang menyentuh garis tepi
yang berwarna hitam, seperti berikut:

Gambar. Penandaan Obat Psikotropika


6. Obat Wajib Apotek (OWA)
Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker di apotek tanpa resep
dokter. Menurut keputusan menteri kesehatan RI Nomor 347/Menkes/SK/VIII/1990 yang telah
diperbaharui Mentri Kesehatan Nomor 924/Menkes/Per/X/1993 dikeluarkan dengan
pertimbangan sebagai berikut:
a. Pertimbangan utama untuk obat wajib apotek ini sama dengan pertimbangan obat yang
diserahkan tanpa resep dokter, yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong
dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan, dengan meningkatkan pengobatan sendiri
secara tepat, aman dan rasional.
b. Pertimbangan yang kedua untuk meningkatkatkan peran apoteker di apotek dalam pelayanan
komunikasi, informasi dan edukasi serta pelayanan obat kepada masyarakat.
c. Pertimbangan ketiga untuk peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan untuk pengobatan
sendiri. Obat yang termasuk kedalam obat wajib apotek misalnya: obat saluran cerna
(antasida), ranitidine, clindamicin cream dan lain-lain.
OWA merupakan obat keras yang dapat diberikan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA)
kepada pasien. Walaupun APA boleh memberikan obat keras, namun ada persayaratan yang
harus dilakukan dalam penyerahan OWA.
1) Apoteker wajib melakukan pencatatan yang benar mengenai data pasien (nama, alamat, umur)
serta penyakit yang diderita.
2) Apoteker wajib memenuhi ketentuan jenis dan jumlah yang boleh diberikan kepada pasien.
Contohnya hanya jenis oksitetrasiklin salep saja yang termasuk OWA, dan hanya boleh
diberikan 1 tube.
3) Apoteker wajib memberikan informasi obat secara benar mencakup: indikasi, kontraindikasi,
cara pemakaian, cara penyimpanan dan efek samping obat yang mungkin timbul serta
tindakan yang disarankan bila efek tidak dikehendaki tersebut timbul.
Tujuan OWA adalah memperluas keterjangkauan obat untuk masyarakat, maka obat-obat yang
digolongkan dalam OWA adalah obat ang diperlukan bagi kebanyakan penyakit yang diderita
pasien. Antara lain: obat antiinflamasi (asam mefenamat), obat alergi kulit (salep hidrokotison),
infeksi kulit dan mata (salep oksitetrasiklin), antialergi sistemik (CTM), obat KB hormonal.
Berdasarkan keputusan Menkes No. 347/ menkes/SK/VII/1990 tentang obat wajib Apotek (OWA
1) No. I, yaitu:
a) Oral Kontrasepsi, contohnya: Tunggal Linestrenol, Kombinasi Etinodiol-diasetat, mestranol-
Norgestrel, etinil-estradiol-Linestrenoil, etinil-estradiol-Etinodiol-diasetat, etinil-estradiol
Levonorgestreletinil-estradiol-Norethindrone, mestranol Desogestrel.
b) Obat Saluran Cerna, seperti:
(1) Antasid dan Sedativ/Sposmodik. Contohnya: Al.Oksida Mg,trisilikst + Papaverin HCl +
Klordiazepoksida , Mg.trisili kat Al. oksida + Papaverin HCl + diazepam Klordiaze
poksida + diazepam + sodium bicarbonate.
(2) Anti Spasmodik, contohnya: ekstrak beladon dan papaverin HCl
(3) Anti Spasmodik Analgesik, contohnya: Metamizole, Fennpive rinium bromide, Hyoscine
N-butilbromide, dipyrone, Methampyrone beladona, Papaverin HCI
c) Obat Mulut dan Tenggorokan, contohnya: Methampyrone, diazepam, Pramiverin,
metamizole, Prifinium bromide sulpyrin, Anti Mual Metoklopramid HCl dan Laksan
Bisakodil Supposutoria.
d) Obat Saluran Napas, contohnya: untuk Asma yaitu Aminofilin Supposutoria, Ketotifen,
Terbutalin SO4, Salbutamol, untuk Sekretolitik yaitu Mukolitik, Bromheksin, Karbosistein,
Asetilsistein dan Oksolam Sinitrat
e) Obat yang mempengaruh sistem Neuromuscular, seperti:
(1) Analgetik, contohnya: Metampiron, Asam Mefenamat, Glafenin, Metampiron +
Klordiazepoksid dan diazepam
(2) Antihistamin, contohnya: Mebhidrolin, Pheniramhiind rogen maleal, Dimethindmena
leat, Astemizol, Oxomemazin, HomochlorcycHli CzIin, Dexchlorphenira mine Maleat
f) Antiparasit, contohnya: Mebendazol
g) Obat Kulit Topikal, seperti:
(1) Antibiotik, contohnya: Tetrasiklin/Oksitetra, Kloramfenikol, Framisetina SO4, Neomisin
SO4, Gentamisin dan Eritromisin
(2) Korlikosteroid, contohnya: Hidrokortison, Flupredniliden, Triamsinolon, Betametason,
Fluokortolon/Diflukortolon dan Desoksimelason
(3) Antiseptik local, contohnya: Heksaklorofene
(4) Antif Fungi, contohnya: Mikonaznoilrat, Nistatin, Tolnattat, Ekonazol
(5) Anestesi Lokal, contohnya: Lidokain HCI
(6) Enzim antiradang topical Kombinasi, contohnya: Heparinoid atau Heparin.Na Dengan
Hialuronidase ester nikotinat
(7) Pemecah Kulit, contohnya: Hidroquinon

Anda mungkin juga menyukai