Anda di halaman 1dari 37

ILMU RESEP

DAN
MERACIK OBAT
Membahas Tentang:
1 Obat dan Penggolongannya

2 Resep & Salinan Resep

3 Peraturan2 di bidang farmasi

4 Sediaan padat/solid

5 Sediaan larutan/liquid

6 Sediaan galenika
Pustaka

Troy, 2006, Remington: The Science and Practice of


Pharmacy, 21st Ed., Lippincott Williams & Wilkins.
Aulton, 2002, Pharmaceutics, The Science of Dosage Form
Design, Churchill Livingstone.
Dirjen POM, Formularium Nasional, Jkt.
Dirjen POM, Farmakope Indonesia, ed.II, III, IV, Jkt.
ISFI, Informasi Spesialite Obat, Jkt.
DEFINISI OBAT

Obat: suatu bahan atau paduan bahan-bahan yg


digunakan utk mempengaruhi atau menyelidiki sistem
fisiologi atau keadaan patologi, dlm rangka menetapkan
diagnosa, mencegah, menyembuhkan, memulihkan,
meningkatkan kesehatan & kontrasepsi.
Obat: semua bahan tunggal atau campuran yg
dipergunakan oleh manusia atau hewan utk bagian dlm
maupun luar, guna mencegah, meringankan ataupun
menyembuhkan penyakit.
OBAT
Semua obat memiliki:
nama resmi atau nama generik sesuai yg tercantum dlm
Farmakope
nama kimia yg merupakan gambaran dari struktur
kimianya
nama dagang

Contoh: Parasetamol

Nama resmi : Acetaminophenum


Nama kimia : N-asetil-4-aminofenol
Nama dagang : Panadol (Sterling), Sanmol
(Sanbe), Biogesic (Biomedis), dll
Penggolongan Obat
1. Berdasarkan peraturan per-UU- an: obat
bebas, bebas terbatas, keras, narkotika &
psikotropika
2. Berdasarkan efek farmakologi/farmakoterapi:
diuresis, antihipertensi, dll
3. Berdasarkan struktur kimia: gol.sulfa,
penisilin, dll
4. Berdasarkan cara kerja: obat lokal & sistemik
Penggolongan Obat
5. Berdasarkan cara penggunaan: obat dalam &
obat luar
6. Berdasarkan asal bahan obat: tumbuhan,
hewan, dll
7. Berdasarkan kegunaannya: terapi,
pencegahan, diagnosis
Penggolongan Obat
Obat2 yang beredar sekarang digolongkan
1. Berdasarkan peraturan per-UU- an:
i. Obat Bebas
ii. Obat Bebas Terbatas
(daftar W: waarschuwing = peringatan)
iii. Obat Keras
(daftar G: gevaarlijk = bahaya)
Obat Bebas

 diperoleh tanpa resep


 di kemasan tdp lingkaran berwarna hijau
 Contoh:
Vitamin2 (tablet B-kompleks, sirup2 vitamin)
Tablet kalk (Calsium)
Salonpas, dll
Obat Bebas Terbatas

 Bahan2 dari sediaan obat bebas terbatas berasal


dari bahan obat daftar G.
 Sediaan yg termasuk obat bebas terbatas
mengandung kadar obat tertentu dan dikemas
dalam jumlah tertentu sesuai peraturan yg berlaku.
 Hanya boleh dijual dalam bungkus asli dan
disertakan label peringatan
LABEL PERINGATAN

 P.No.1 – Awas obat keras, bacalah aturan


memakainya
 P.No.2 – Awas obat keras hanya untuk
kumur, jangan ditelan
 P.No.3 – Awas obat keras, hanya untuk
bagian luar badan
 P.No.4 – Awas obat keras hanya untuk
dibakar
 P.No.5 – Awas obat keras, tidak boleh
ditelan
 P.No.6 – Awas obat keras, obat wasir, jangan
ditelan
Obat Keras

 Pd kemasan tdp tanda lingkaran berwarna merah,


garis tepi hitam dan huruf K didalamnya.
 Semua sediaan parenteral/injeksi
 Obat yg memiliki DM (dosis maksimum) atau yg
tercantum dlm daftar obat keras
 Contoh:
Antibiotik2
Antihistamin
Hormon2
Narkotika (UU No. 22 thn. 1997)
diperbaharui UU no.35 thn. 2009
Narkotika: zat atau obat yg berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semisintetis yg dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa nyeri, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, & dapat
menimbulkan ketergantungan.
Mempunyai sifat adiksi, yaitu
pemakai obat tersebut kecuali selalu mengingin-
kan obat tersebut, juga dosis obat yg diperlukan
makin lama makin besar.
Penggolongan Narkotika
1 2 3

Narkotika golongan I: Narkotika golongan II: Narkotika golongan III:


adalah narkotika yang adalah narkotika yg ber- adalah narkotika yang
hanya dapat digunakan khasiat pengobatan berkhasiat pengobatan &
untuk tujuan pengem- digunakan sebagai pilihan banyak digunakan dalam
bangan ilmu pengetahuan terakhir dan dpt digunakan terapi dan/atau tujuan
dan tidak digunakan dalam terapi dan/atau utk pengembangan ilmu
dalam terapi, serta tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi pengetahuan serta mem- mempunyai potensi
sangat tinggi meng- punyai potensi yg tinggi ringan mengakibatkan
akibatkan ketergantungan mengakibatkan ketergantungan.
ketergantungan

Company Logo www.themegallery.com


Penggolongan Obat

Contoh Narkotika:
Narkotika golongan I: Contohnya, tanaman Papaver
somniferum & semua bagian2 nya, kecuali bijinya;
opium mentah; opium masak; tanaman koka (dari
semua genus Erythroxylon); kokain mentah; tanaman
ganja (dari semua genus Cannabis); heroin.
Narkotika golongan II: Contohnya: benzilmorfin,
dihidromorfin, morfin, opium, petidin, tebain.
Narkotika golongan III: Contohnya: dihidrokodein,
etilmorfin, kodein.
Ketergantungan akibat narkotika

 Ketergantungan psikik
Setelah menggunakan narkotika, pemakai akan melihat
keadaan lebih menyenangkan. Daya kerja obat habis,
pemakai secara psikik tidak dpt menerima kenyataan yg
dihadapi lagi, hingga akan selalu mengulangi pemakaian.
 Ketergantungan fisik
Tubuh terbiasa menerima obat tsb, shg waktu dihentikan maka
akan timbul gejala abstinensia, yg mengarah pd pemakaian
berulang, dgn dosis yg selalu meningkat.
Psikotropika (UU No 5 thn 1997)
Psikotropika: adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotika, yg berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pd susunan saraf pusat yg menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental & perilaku.
Psikotropika digolongkan menjadi:
Psikotropika golongan I: psikotropika yg hanya dpt digunakan utk
tujuan ilmu pengetahuan & tdk digunakan dlm terapi, serta
mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan.
Contohnya: brolamfetamin, lisergida, meskalina, dll
Penggolongan Obat
Psikotropika golongan II: psikotropika yg berkhasiat
pengobatan & dapat digunakan dalam terapi, dan/atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contohnya: amfetamin, metamfetamin, rasemat,
metakualon, sekobarbital

Psikotropika golongan III: psikotropika yg berkhasiat


pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contohnya: amobarbital, flunitrazepam, pentobarbital,
siklobarbital.
Penggolongan Obat

Psikotropika golongan IV: psikotropika yg berkhasiat


pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contohnya: barbital, bromazepam, diazepam, klobazam,
fenobarbital, klordiazepoksida, dll
Penggolongan obat

2. Berdasarkan efek farmakologi/farmakoterapi


 Sesuai dengan penggunaannya pd penyakit
tertentu: Contoh
golongan obat diuretik, antineoplastik,
antihipertensi, antiinfektikum, antiinflamasi,
obat kardiaka, obat saluran nafas, obat saluran
cerna, dll
Penggolongan obat
3. Berdasarkan struktur kimia:
 Obat2 dengan struktur kimia sejenis seringkali mempunyai
daya kerja yg sama pula.
Contoh: golongan sulfa, barbital, penisilin, dll.
Gol. Sulfa
Penggolongan obat
4. Berdasarkan cara kerja:
i. Obat lokal: bekerja pd jaringan setempat, digunakan
pada kulit dan selaput lendir; misalnya selaput
lendir hidung, telinga, mata, vagina, saluran
kencing.
Contohnya: obat topikal, anestesi lokal
ii. Obat sistemik: yg didistribusikan oleh darah ke seluruh
tubuh dapat menghasilkan efek sistemik.
Contohnya: obat per oral, sub lingual, rektal,
parenteral (i.v, i.m, intrakutan).
Penggolongan
Penggolongan obat Obat
5. Berdasarkan cara penggunaan:

i. Obat dalam (internal, oral)


Obat dalam/oral: yg ditelan melalui mulut & kerongkongan
masuk ke dalam lambung.

ii. Obat luar (eksternal)


Penggolongan Obat
6. Berdasarkan asal bahan obat:
i. Tumbuhan: kina, morfin, minyak jarak, daun digitalis, dll
ii. Hewan: minyak ikan, adeps lanae
iii. Mineral: belerang (sulfur), kalsium, zat besi, dll
iv. Sintetis: bahan kimia obat
v. Mikroorganisme: antibiotik

7. Berdasarkan kegunaannya:
i. Penyembuhan (terapi)
ii. Pencegahan (profilaktik)
iii. Diagnosa (diagnostik), misalnya isotop radioaktif atau
obat kontras untuk rontgen.
Pelayanan obat di apotek
Memerlukan pengetahuan yg luas tentang:
1. Stabilitas obat dan kandungannya
2. Prinsip pembuatan (meracik)
3. Dosis obat
4. Inkompatibilitas kimiawi, fisika dan terapetik
5. Cara pengemasan
6. Prosedur penulisan pada etiket, penggunaan label
7. Peraturan perundang2 an yg berlaku

Hal ini menunjukkan pentingnya pengetahuan yg kuat dalam bidang


kimia, farmakologi, mikrobiologi, teknologi farmasi.
Kajian kestabilan obat, pendeteksian inkompatibilitas kimia
dan fisik, memerlukan latar belakang pengetahuan kimia.
Dosis dan inkompatibilitas terapetik diterangkan dalam
farmakologi.
Teknik pembuatan (peracikan), pencampuran, berkaitan
dengan teknologi farmasi.
Dalam penyediaan obat, harus pula memperhatikan
kemungkinan terjadinya penguraian yg disebabkan oleh
mikroba, untuk ini diperlukan pengetahuan mikrobiologi.
RESEP

 Pengertian:
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang
dokter, dokter gigi atau dokter hewan; sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku
kepada Apoteker Pengelola Apotek untuk
menyiapkan dan menyerahkan obat kepada
pasien

Resep selalu dimulai dengan tanda R/ yang


merupakan singkatan dari recipe artinya
ambillah.
RESEP
Suatu resep yg lengkap harus memuat:

1. Nama, alamat, SIP dokter, dokter gigi atau dokter


hewan
2. Tempat & tanggal penulisan resep (inscriptio)
3. Tanda R/ (invocatio)
4. Nama obat/komposisi obat & jumlahnya (praescriptio)
5. Petunjuk pemakaian obat (signatura)
6. Tanda tangan atau paraf dokter (subcriptio)
7. Nama, umur & alamat pasien.
RESEP
Contoh resep:
Dokter Muh. Ali
Jl.SoekarnoHatta no 354 Bandung
SIP. 007/Dinkes/Yanmed/2000
Bandung, 1 Sep 07

R/ Parasetamol 500 mg
CTM ½ tab.
Codein 1 tab.
m.f.pulv.dtd.No.XII
S.tdd.p.I

R/ OBH Combi fls.I


S.tdd.C

Pro: Nisa (15 thn)


Jl. Parakan no.7 Bandung
RESEP

 Jika dokter menghendaki penyerahan obat


dilakukan secepat mungkin mengingat kondisi
pasien, maka pada resep tersebut biasanya diberi
tulisan: cito, urgens, statim atau PIM (periculum in
mora). Apotek harus mendahulukan pelayanan
resep ini, termasuk juga resep antidotum.
 Jika dokter menghendaki agar resepnya dapat
diulang, maka pada resep tsb diberi tulisan iteratie
dan ditulis berapa kali resep boleh diulang, mis.
iteratie 3x.
RESEP

Resep ditulis dlm bahasa Latin, karena bahasa Latin:


merupakan bahasa yg mati, jadi tidak akan berubah.
dimengerti di seluruh dunia di bidang pelayanan obat.
tdk dimengerti oleh pasien shg dpt menyembunyikan cara
pengobatan terhadapnya.

Dalam membaca resep, karena tulisan setiap dokter berbeda2,


maka interpretasi suatu resep memerlukan keahlian dan
pengalaman dalam membacanya.
SALINAN RESEP
 Salinan resep adalah salinan dari resep dokter yg dibuat oleh
apotek. Salinan resep dibuat atas permintaan pasien atau
jika obat dalam resep tsb belum semuanya diambil. Salinan
resep selain harus memuat semua keterangan yg terdapat
dalam resep asli, juga harus memuat:
1. Nama dan alamat apotek
2. Nama dan SIK APA
3. Tanda tangan/paraf APA
4. Tanda det (detur) untuk obat yg sudah diserahkan & tanda
nedet (ne detur), untuk obat yg belum diserahkan.
5. Nomor dan tanggal salinan resep
SALINAN RESEP
Contoh Salinan Resep:

Apotek Sehat Sejahtera


Jl. Parakan resik no.7 Bandung
Apoteker: Dra. Annisa B, Apt.
SIK.Kp.01.01.v.5.2.22686
Salinan Resep

Dari resep : No.100 tgl:1/2/09


Dokter : Budi
Nama pasien: Tn. Iwan

R/ Amoxicillin 500 No.XII


S.t.dd.I
--------------------------------------nedet
R/ Asam mefenamat 500 No.XII
S.t.dd.I
---------------------------------------det

p.c.c tgl. 1/2/09


(Paraf APA)
ETIKET
 Obat2 yg diserahkan atas dasar resep, dapat digunakan utk obat
dalam atau obat luar.
 Pd penyerahannya, obat diberi wadah yg sesuai & dilengkapi
dengan etiket berwarna putih untuk obat dalam dan etiket
berwarna biru untuk obat luar.
 Pada etiket harus tercantum:
1. Nama dan alamat apotek
2. Nama dan SIK APA
3. Nomor & tgl. Pembuatan
4. Nama pasien
5. Aturan pemakaian obat
6. Pada etiket biru selalu tercetak “Obat Luar”
Label

 Selain etiket, bila perlu diberi tambahan label


yg sesuai, mis.
Label “kocok dulu” utk obat yg berbentuk
suspensi atau emulsi
Label “tidak boleh diulang tanpa resep dokter”
utk obat keras, narkotika dan psikotropika.
BUKU-BUKU RESMI FARMASI

 Buku resmi adalah buku yang digunakan sebagai acuan dalam


memproduksi sediaan farmasi dan telah ditetapkan menurut peraturan
perundang-undangan yg berlaku.
 Buku resmi tsb a.l:
- Farmakope Indonesia (FI)
- Kodeks Kosmetika Indonesia (KKI)
- Materia Medika Indonesia (MMI)
 Farmakope Indonesia merupakan buku yg memuat keterangan,
peraturan- peraturan, persyaratan bahan2 obat, bahan2 tambahan, dll.
FI edisi I (1961), FI edisi II (1972), FI edisi III (1979), FI edisi IV
(1995). Selain farmakope, pada penerbitan Farmakope Indonesia edisi
II diterbitkan pula Ekstra Farmakope Indonesia (EFI).

Anda mungkin juga menyukai