Anda di halaman 1dari 8

PENGANTAR KEFARMASIAN

PENGELOMPOKAN OBAT BERDASARKAN GOLONGANNYA

Dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Kefarmasian

yang diampu Oleh :

Lidya Ameliana, S.Si., M.Farm., Apt.

Disusun Oleh :

Nurfarah Alkhallifatul Bilqisti

172210101134

FAKULTAS FARMASI

Universitas Jember

Jember

2017
PENGELOMPOKAN OBAT BERDASARKAN GOLONGANNYA

Sesuai Permenkes No. 917/MENKES/PER/X/1993 tentang Wajib Daftar Obat Jadi


dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketetapan penggunaan serta pengamanan
distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras,
psikotropika dan narkotika. Untuk obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter maka pada
kemasan dan etiketnya tertera tanda khusus.

1. OBAT BEBAS
Obat Bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep
dokter. Obat bebas dapat diperoleh di warung, toko obat, dan
apotik. Obat bebas juga disebut OTC (Over The Counter).
Contoh obat bebas : Parasetamol, vitamin, Livron B Plex

2. OBAT BEBAS TERBATAS


Obat Bebas Terbatas yang dulunya disebut Obat Daftar W (Warschuwing :
Peringatan) adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas dalam jumlah
tertentu di apotek tanpa resep dokter.
Obat bebas juga disebut OTC (Over The Counter).
Contoh obat bebas terbatas : CTM, Antimo, Noza.
Tanda khusus pada kemasan dan etiket Obat Bebas Terbatas adalah adanya logo
lingkaran biru dengan garis tepi hitam disertai tanda peringatan pada kemasannya :
P. No 1 : Awas! Obat Keras. Bacalah aturan pemakaiannya.
P. No 2 : Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan.
P. No 3 : Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.
P. No 4 : Awas! Obat Keras. Hanya untuk dibakar.
P. No 5 : Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan.
P. No 6 : Awas! Obat Keras. Obat wasir, jangan ditelan,

3. OBAT KERAS
Obat Keras dikenal dengan Obat Daftar G (Gevarlijk : berbahaya) adalah obat yang
hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter.
Berbahaya yang dimaksudkan jika pemakaiannya tidak
berdasarkan resep dokter karena dikhawatirkan dapat
memperparah penyakit, meracuni tubuh, bahkan
menyebabkan kematian.
Obat keras tidak dapat dibeli dengan bebas di apotek melainkan harus
menggunakan resep dokter. Obat Keras yang dapat diperoleh di apotek tanpa
menggunakan resep dokter dan diserahkan oleh apoteker adalah Obat Wajib Apotek
(OWA).
Yang termasuk dalam Golongan Obat Keras, yaitu :
1. Obat Generik
2. Obat Wajib Apotek
3. Antibiotik seperti; ampisilin, tetrasiklin, sefalosporin, penisilin.
4. Obat-obatan yang mengandung hormon seperti; obat diabetes, obat penenang.
5. Psikotropika

4. OBAT WAJIB APOTEK


OWA merupakan obat keras yang dapat diberikan oleh Apoteker Pengelola Apotek
(APA) kepada pasien dengan persyaratan :
a. Apoteker wajib melakukan pencatatan yang benar
mengenai data pasien (nama, alamat, umur) serta
penyakit yang sedang diderita.
b. Apoteker wajib memenuhi ketentuan jenis dan
jumlah yang boleh diberikan kepada pasien.
Contohnya hanya jenis oksitetrasiklin salep saja yang termasuk OWA, dan hanya
boleh diberikan satu tube.
c. Apoteker wajib memberikan informasi obat secara benar mencakup : indikasi, kontra-
indikasi, cara pemakaian, cara penyimpanan dan efek samping obat yang mungkin
timbul serta tindakan yang disarankan bila efek tidak dikehendaki tersebut timbul.
Tujuan OWA adalah memperluas keterjangkauan obat untuk masayrakat
sehingga obat golongan OWA adalah obat yang diperlukan bagi kebanyakan penyakit
yang diderita pasien.
Contoh Obat Wajib Apotek : obat anti-inflamasi (asam mefenamat), obat alergi kulit
(salep hidrokotison), infeksi kulit dan mata (salep oksitetrasiklin), anti-alergi sistemik
(CTM), obat KB hormonal.
Sesuai Permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat yang dapat
diserahkan :
 Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah
usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
 Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada
kelanjutan penyakit.
 Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan
oleh tenaga kesehatan.
 Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di
Indonesia.
 Obat dimaksud memiliki khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan
untuk pengobatan sendiri.

5. PSIKOTROPIKA
Obat psikotropika adalah obat keras yang berkhasiat psikoaktif yang
mempengaruhi susunan sistem saraf pusat sehingga
dapat menyebabkan perubahan khas pada kegiatan
fisik maupun mental penggunanya baik psikotropika
alami maupun sintetis bukan golongan narkotika.
Sehingga untuk dapat memperolehnya harus dibeli
pada apotek dan dengan resep dokter.
Zat yang terkandung dalam obat golongan
psikotropika menimbulkan efek ketergantungan serta memiliki efek stimulasi
(merangsang) bagi para pemakainya yang dapat menurunkan aktivitas otak atau
merangsang susunan saraf pusat yang menimbulkan kelainan perilaku disertai dengan
timbulnya halusinasi (mengkhayal), gangguan berpikir dan perubahan perasaan.
Contoh Obat Psikotropika : Sedatin (Pil BK), Phenobital, Diazepam, Rohypnol, Magadon,
Valium, Mandrax, Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital,
Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD (Lycergic Syntetic Diethylamide) dan
sebagainya.

PENGGOLONGAN OBAT PSIKOTROPIKA BERDASARKAN UU RI No. 5 Tahun


1997
1. Psikotropika Golongan I
Golongan I merupakan psikotropika yang hanya dapat dipakai untuk keperluan
ilmu pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi karena memiliki potensi
yang sangat kuat untuk mengakibatkan sindrom ketergantungan.
Psikotropika yang termasuk golongan I terdiri dari 26 macam, mulai dari
psilobina, etisiklidina, tenosiklidina, brolamfetamin, dll.
2. Psikotropika Golongan II
Golongan II merupakan psikotropika yang berkhasiat dalam pengobatan, dapat
digunakan untuk terapi maupun ilmu pengetahuan. Namun, berpotensi cukup kuat
untuk menimbulkan sindrom ketergantungan.
Psikotropika yang termasuk golongan II ini terdiri dari 14 macam, mulai dari
deksanfetamin, amfetamin, metamfetamin, levamfetamin, dll.
3. Psikotropika Golongan III
Golongan III merupakan psikotropika yang banyak digunakan untuk terapi dan
keperluan ilmu pengetahuan serta berkhasiat dalam pengobatan. Potensi yang dimiliki
untuk mengakibatkan sindrom ketergantungan adalah sedang.
Psikotropika yang termasuk golongan III terdiri dari 9 macam, mulai dari
siklobarbital, amobarbital, pentobarbital, butalbital, dll.
4. Psikotropika Golongan IV
Golongan IV merupakan psikotropika yang sangat banyak digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan terapi. Selain itu juga berkhasiat dalam pengobatan.
Potensi yang dimiliki untuk menimbulkan sindrom ketergantungannya pun ringan.
Psikotropika yang termasuk golongan IV terdiri dari 60 macam, mulai dari
diazepam, bromazepam, allobarbital, nitrazepam, dan sebagainya.

6. NARKOTIKA
Narkotika adalah obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun
semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan
dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-
Undang No. 35 tahun 2009), sehingga untuk dapat
memperolehnya harus dibeli pada apotek dan
dengan resep dokter.

PENGGOLONGAN OBAT NARKOTIKA


1. Narkotika golongan I
Golongan I terdiri atas narkotika yang hanya digunakan dalam kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan, tidak dapat dipakai dalam terapi, dan memiliki
potensi yang sangat tinggi guna menimbulkan ketergantungan.
Contoh : Tanaman Papaver Somniferum L kecuali bijinya, Opium mentah, Opium
masak, Tanaman Ganja, Heroina.
2. Narkotika golongan II
Golongan II terdiri atas narkotika yang dapat dipakai dalam terapi dan
pengembangan ilmu pengetahuan. Ditambah dapat digunakan sebagai pilihan terakhir
dalam pengobatan namun memiliki berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan.
Contoh : Alfasetilmetadol, Alfameprodina, Alfametadol, Alfaprodina, Opium,
Tebakon, Morfina, Tebaina, Peptidina.
3. Narkotika golongan III
Golongan III terdiri atas narkotika yang dapat berguna dalam tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan, dipakai untuk terapi, serta berkhasiat dalam
pengobatan dan memiliki potensi yang ringan untuk menimbulkan efek
ketergantungan.
Contoh : Asetildihidrokodeina, Dekstropropoksifena, Dihidrokodeina, Etilmorfina,
Nikokodina, Kodeina, Nikodikodina.

7. PREKURSOR
Prekursor adalah zat atau bahan pemula yang dapat digunakan untuk pembuatan
narkotika dan psikotropika. Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan
kimia yang dapat digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan proses
produksi industri farmasi atau produk antara, produk rumahan, dan produk jadi yang
mengandung  ephedrine, pseudoephedrine, norephedrine/pheny lpropanolamine,
ergotamin, ergometrine, atau Potasium Permanganat (permenkes No.3 tahun 2015).
Peredaran prekursor di Indonesia di awasi oleh: POLRI, BNN, Bea cukai, Badan POM,
Departemen perindustrian dan perdagangan dan Departemen kesehatan.

8. OBAT-OBAT TERTENTU
Obat-obat tertentu adalah obat-obat yang bekerja di sistem susunan syaraf pusat
selain Narkotika dan Psikotropika, yang pada penggunaan di atas dosis terapi dapat
menyebabkan ketergantungan dan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Terdiri dari obat-obatan yang mengandung Tramadol, Triheksifenidil, Klorpromazin,
Amitriptilin, Haloperidol.
Obat-obat tersebut hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan
dan ilmu pengetahuan.
BPOM mengeluarkan aturan Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan
Obat-obat Tertentu yang Sering Disalahgunakan dengan tujuan untuk melindungi
masyarakat dari penyalahgunaan dan penggunasalahan atas obat-obat yang perlu
dilakukan pengawasan yang lebih ketat.
Sanksi yang diberikan bagi yang tidak mengikuti aturan baru ini berupa pidana
maupun sanksi administratif kepada industri Farmasi, PBF, Apotek, Instalasi Farmasi
RS, dan Instalasi Farmasi Klinik.
Daftar Pustaka

Anonim. 2016. BPOM Keluarkan Pedoman Pengelolaan Obat Tertentu yang Sering
Disalahgunakan. (https://www.google.co.id/amp/farmasetika.com/2016/05/25/bpom-keluarkan-
pedoman-pengelolaan-obat-tertentu-yang-sering-disalahgunakan/amp/) [Diakses pada 8
November 21:15]

Anonim. 2016. Penggolongan Obat Berdasarkan Undang-Undang.


(http://www.1001obat.com/faq/penggolongan-obat-berdasarkan-undang-undang) [Diakses pada 8
November 2017 21:19]

Care, Pharmacy. 2016. Prekursor. (http://www.mipa-farmasi.com/2016/05/prekursor.html)


[Diakses pada 10 November 2017 08:26]

Permatasari, Ayu. 2017. 5 Penggolongan Obat: Obat Bebas, Bebas Terbatas, Keras, Psikotropika,
Narkotika dan Contoh. (http://bidhuan.id/obat/43398/5-penggolongan-obat-obat-bebas-bebas-
terbatas-keras-psikotropika-narkotika-dan-contoh/) [Diakses pada 8 November 2017 21:34]

Anda mungkin juga menyukai