KOMUNITAS
DISUSUN OLEH:
Habsari Yusrindra Siwi, S.Farm
NIM. 180070600011011
DISUSUN OLEH:
Habsari Yusrindra Siwi, S.Farm
NIM. 180070600011011
Mengetahui:
PENDAHULUAN
Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan efek sitotoksik pada kulit berupa
reaksi peradangan non imunologik melalui jalur eksogen ataupun endogen yang
berkontak langsung dengan tubuh (Wolff, 2008).
DKI dapat terjadi akibat pemaparan zat-zat kimia dengan gejala berupa
iritasi, gatal-gatal, kulit kering, pecah-pecah, kemerahan dan koreng yang sulit
sembuh. DKI dapat diderita oleh semua orang dari berbagai unsur, ras, dan jenis
kelamin. Kategori dermatitis kontak iritan dapat dibagi berdasarkan faktor eksogen
dan endogen menjadi sepuluh kelompok jenis DKI yaitu reaksi kimia, DKI akut,
DKI akut terhambat, DKI kronik (kumulatif), Iritan subyektif (sensorik), iritan
suberitemataous, dermatitis frictional, trauma DKI, pustular atau acneiform DKI
dan eksikasi eksimatid (Armando, 2008).
DKI kumulatif disebabkan oleh iritan lemah (air, sabun, detergen dan lain-
lain) dengan pajanan yang berulang-ulang, biasanya lebih sering terkena pada
tangan. Kelainan kulit baru muncul setelah beberapa hari, minggu, bulan, bahkan
tahun. Sehingga waktu dan rentetan panjanan merupakan faktor yang paling
penting. DKI kronis ini merupakan DKI yang paling sering ditemukan. Gejala
berupa kulit kering, eritema, skuama, dan lambat laun menjadi hiperkeratosis dan
dapat terbentuk fisura jika kontak terus berlangsung (Sularsito, 2009).
a. Definisi
Dermatitis atopik adalah penyakit kulit kronis dan residitif yang sering
disertai oleh kelainan atopik lain, seperti rhinitis alergika dan asma,
manifestasi klinis dermatitis atopik bervariasi menurut usia (Bieber, 2008).
Dermatitis kontak adalah kondisi peradangan pada kulit yang disebabkan
oleh faktor eksternal, substansi-substansi partikel yang berinteraksi dengan
kulit (National Occupational Health and Safety Commision, 2006).
Dikenal dua macam jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak
iritan dan dermatitis kontak alergik, keduanya dapat bersifat akut maupun
kronis. Dermatitis kontak iritan adalah efek sitotosik lokal langsung dari
bahan iritan baik fisika maupun kimia, yang bersifat tidak spesifik, pada sel-
sel epidermis dengan respon peradangan pada dermis dalam waktu dan
konsentrasi yang cukup. Dermatitis kontak alergi adalah dermatitis yang
disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe lambat terhadap bahan-bahan
kimia yang kontak dengan kulit dan dapat mengaktivasi reaksi alergi
(National Occupational Health and Safety Commision, 2006).
b. Etiologi
d. Manifestasi Klinik
DKI kronis disebabkan oleh kontak dengan iritan lemah yang
berulang-ulang, dan bisa terjadi oleh karena kerjasama berbagai macam
faktor. Bisa jadi suatu bahan secara sendiri tidak
cukup kuat menyebabkan dermatitis iritan, tetapi bila bergabung dengan
faktor lain dapat menimbulkan DKI. Gejala klasik berupa kulit kering,
eritema, skuama, lambat laun kulit tebal dan terjadi likenifikasi, batas
kelainan tidak tegas. Bila kontak terus berlangsung maka dapat
menimbulkan retak kulit yang disebut fisura. Adakalanya kelainan hanya
berupa kulit kering dan skuama tanpa eritema, sehingga diabaikan
oleh penderita (sularsito, 2009).
e. Patofisiologi
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh
bahan iritan melalui kerja kimiawi atau fisis. Bahan iritan merusak lapisan
tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk dan
mengubah daya ikat air kulit. Kebanyak bahan iritan (toksin) merusak
membran lemak keratinosit tetapi sebagian dapat menembus membran sel
dan merusak lisosom, mitokondria atau komplemen inti (Streit, 2004).
Kerusakan membran mengaktifkan fosfolipase dan melepaskan
asam arakidonat (AA), diasilgliserida (DAG), faktor aktivasi platelet, dan
inositida (IP3). Asam rakidonat dirubah menjadi prostaglandin (PG) dan
leukotrien (LT). Prostaglandin dan LT menginduksi vasodilatasi, dan
meningkatkan permeabilitas vaskuler sehingga mempermudah transudasi
komplemen dan kinin. Prostaglandi dan LT juga bertindak sebagai
kemotraktan kuat untuk limfosit dan neutrofil, serta mengaktifasi sel
mastmelepaskan histamin, LT dan PG lain, dan PAF, sehingga memperkuat
perubahan vaskuler (Beltrani, 2006; Djuanda, 2010). Diasilgliserida dan
second messenger lain menstimulasi ekspresi gen dan sintesis protein,
misalnya interleukin−1 (IL−1) dan granulocyte macrophage−colony
stimulating factor (GM−CSF). IL−1 mengaktifkan sel T−helper
mengeluarkan IL−2 dan mengekspresi reseptor IL−2 yang menimbulkan
stimulasi autokrin dan proliferasi sel tersebut. Keratinosit juga
mengakibatkan molekul permukaan HLA−DR dan adesi intrasel
(ICAM−1). Pada kontak dengan iritan, keratinosit juga melepaskan TNF−α,
suatu sitokin proinflamasi yang dapat mengaktifasi sel T, makrofag dan
granulosit, menginduksi ekspresi molekul adhesi sel dan pelepasan sitokin
(Beltrani, 2006).
Rentetan kejadian tersebut menimbulkan gejala peradangan klasik
di tempat terjadinya kontak di kulit tergantung pada bahan iritannya. Ada
dua jenis bahan iritan, yaitu iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan
menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua
orang dan menimbulkan gejala berupa eritema, edema, panas, dan nyeri
(Kamphf, 2007). Sedangkan iritan lemah hanya pada mereka yang paling
rawan atau mengalami kontak berulang−ulang, dimulai dengan kerusakan
stratum korneum oleh karena delipidasi yang menyebabkan desikasi dan
kehilangan fungsi sawar, sehingga mempermudah kerusakan sel
dibawahnya oleh iritan. Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara,
tekanan, gesekan, dan oklusi, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan
tersebut (Graham, 2005).
Ketika terkena paparan iritan, kulit menjadi radang, bengkak,
kemerahan dan dapat berkembang menjadi vesikel atau papul dan
mengeluarkan cairan bila terkelupas, gatal, perih, dan rasa terbakar terjadi
pada bintik merah−merah itu. Reaksi inflamasi bermacam−macam mulai
dari gejala awal seperti ini hingga pembentukan luka dan area nekrosis pada
kulit. Dalam beberapa hari, penurunan dermatitis dapat terjadi bila iritan
dihentikan. Pada pasien yang terpapar iritan secara kronik, area kulit
tersebut akan mengalami radang, dan mulai mengkerut, membesar bahkan
terjadi hiper atau hipopigmentasi dan penebalan (Verayati, 2011).
f. Terapi farmakologi
a. Terapi Topikal
b. Terapi sistemik
a. Gentalex krim
1. Kandungan: gentamicin sulfat 0.1%
2. Farmakologi: merupakan antibiotik golongan aminoglikosida yang
membunuh sekaligus mencegah pertumbuhan bakteri
3. Indikasi: dermatitis kontak iritan yang disertai infeksi
4. Cara pemakaian: oleskan pada kulit yang terinfeksi 3x sehari
5. Efek samping: eritema
6. Peringatan dan kontraindiksi: jangan digunakan pada penderita yang
mengalami reaksi hipersensitivitas terhadap gentamicin atau
antibiotika golongan aminoglikosida lainnya
Care Plan dilakukan oleh apoteker untuk menjamin penggunaan obat okeh
pasien tercapai tujuan terapi yang telah ditentukan. Terapi yang telah didapatkan
diharapkan dapat menimbulkan efek yang baik dan aman bagi pasien. Tujuan dari
care plan adalah untuk membantu mengendalikan kondisi medis pasien
berdasarkan ilmu farmakoterapi dan segala hal yang diperlukan untuk mencapai
outcome yang diharapkan. Langkah terpenting yang dilakukan dalam care plan oleh
apoteker adalah menganalisis tujuan terapi dan menganalisis DRP (Drug Related
Problem) pada pengobatan pasien dapat berupa indikasi yang tidak ditangani,
pemilihan obat yang kurang tepat, penggunaan obat tanpa indikasi, dosis terlalu
kecil, dosis terlalu besar, efek samping, interaksi obat dan ketidakpatuhan pasien.
Selain menganalisa DRP, apoteker juga harus memberikan penyelesaian DRP
terdapat permasalahan yang harus diselesaikan yang terdapat pada Tabel 3.1
No. Nama Obat Kategori Problem Kategori Penyebab Intervensi
1. Gentalex krim P2.1 Efek samping C8.2 Penyebab lain, gentalex I2.1 Konseling kepada pasien cara
(gentamisin sulfat potensial terjadi krim (gentamisin sulfat 0.1%) pemakaian obat, apabila muncul efek
0.1%) memiliki efek samping samping dapat melaporkan pada
potensial yaitu eritema apoteker atau dokter.
A (Action) : Tindakan apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi gejala
tersebut?
M (Medication) : Obat apa saja yang sudah dan sedang dikonsumsi?
Assessment yang dilakukan pada kasus ini yaitu melalui beberapa pertanyaan
berikut:
1. Etiket
a. Gentalex krim
Obat yang diresepkan dokter adalah gentalex krim. Gentalex krim mengandung
gentamisin sulfat 0.1%. gentalex krim digunakan untuk mengobati dermatitis
kontak iritan yang disertai infeksi. Cara penggunaan gentalex krim yaitu dioleskan
pada kulit yang terinfeksi 3x sehari. Efek samping yang mungkin muncul adalah
eritema (kemerahan). Gentalex krim dapat disimpan pada suhu ruang, tempat
kering dan terhindar dari sinar matahari.
Untuk meningkatkan efektivitas terapi, hal terenting yang harus dilakukan adalah
menghindari bersentuhan atau kontak langsung dengan zat penyebab dermatitis
yaitu detergen. Hal yang dapat dilakukan yaitu:
1. Rajin membersihkan kulit
2. Gunakan pelembap
3. Rawatlah kulit dengan cara banyak meminum air putih, mengonsumsi buah-
buahan, olahraga teratur, dan tidur yang cukup.
BAB V
Nama : An. R
Pekerjaan :-
Golongan Darah :-
Makanan :-
Obat :-
Riwayat Efek Samping Obat :
- -
- -
Diabetes ..................................................................................................................
DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG
PUSKESMAS TUREN
JL. PANGLIMA SUDIRMAN NO 210
Telp. 0341 824214
TUREN-MALANG
Apoteker : Hari Cahyono, S.Farm., Apt.
PROFIL PENGOBATAN
Nama Obat,
Tanggal No. R/ Kekuatan Obat, Aturan Pakai Catatan Apoteker / Pengelola Obat Paraf
dan Jumlah Obat
25 Maret 2019 80150 Gentalex krim 3xsehari - Monitoring efikasi: luka di kaki sembuh
(gentamicin sulfat - Monitoring ESO : eritema (kemerahan)
0.1%) - Aturan penggunaan: dioleskan pada kulita yang
terinfeksi 3xsehari
- Penyimpanan obat: disimpan pada suhu ruang ,
tempat kering dan terhindar dari sinar matahari
Cara terbaik untuk mencegah dermatitis kontak adalah
dengan menghindari bersentuhan atau kontak
langsung dengan zat penyebab alergi dan iritasi. Jika
tidak bisa menghindarinya, ada beberapa cara untuk
mengurangi risiko terkena dermatitis kontak, yaitu:
- Rajin membersihkan kulit.
- Gunakan pelembap.
- Rawatlah kulit dengan cara banyak meminum
air putih, mengonsumsi buah-buahan, olahraga
teratur, dan tidur yang cukup.
BAB VI
6.1 Kesimpulan
Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan efek sitotoksik pada kulit berupa
reaksi peradangan non imunologik melalui jalur eksogen ataupun endogen yang
berkontak langsung dengan tubuh (Wolff, 2008). Tujuan terapi pada pasien
dermatitis adalah pencegahan kontak kulit dengan bahan-bahan penyebab iritasi
dan mengatasi manifestasi klinik yang dialami pasien
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait kegiatan care plan di Apotek Puskesmas
Turen adalah aktivitas pencatatan pada form PMR (Patient Medication Record)
sebagai saran untuk melakukan monitoring dan review kegiatan care plan.
DAFTAR PUSTAKA
Armando A, Taylor JS, Sood A.2008. Irritant Contact Dermatitis. Edisi ke-7.
McGraw Hill, USA.