Anda di halaman 1dari 58

MODUL

PRAKTEK MAGANG

SMK KESEHATAN RIKSA INDRYA


JL RAYA RAWABUNTU 10 BSD CITY
SERPONG - TANGERANG
2022
4x6

NAMA :

KELAS/KELOMPOK :

ALAMAT :
SAMBUTAN
Kepala sekolah SMK Kesehatan Riksa Indrya
Ibu Santi Vitria Yustikarini, SH.,MARS

Assalammualaikum.Wr.Wb
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena kita selalu
dalam lindungannya juga selalu diberikan kesehatan. “Amiiin”.
Sesuai dengan visi dan misi SMK Kesehatan Riksa Indrya bahwa kita ingin menjadi
SMK yang unggul dibidang kesehatan dan memiliki keterampilan dasar. Maka dengan
diadakannya magang ini siswa/siswi diharapkan mempunyai keterampilan dasar dan
kompetensi, dimana kompetensi ini nantinya dapat digunakan sebagai bekal dalam
menghadapi dunia kerja seorang Asisten Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian yang dituntut
untuk lebih dapat memperhatikan keterampilannya.
Mudah-mudahan praktek magang ini memberikan pembelajaran juga pengalaman
klinik yang berharga serta dijadikan motivasi untuk selalu belajar tiada henti.

Kepala Sekolah,

Santi Vitria Yustikarini, SH.,MARS


PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kesehatan, perubahan
orientasi pelayanan kesehatan yang menitik beratkan pada kemampuan seorang petugas
kesehatan dalam memberikan pelayanan yang komprehensif harus dapat diimbangi dengan
oleh sumber daya manusia kesehatan yang berkualitas. SMK Kesehatan Riksa Indrya selaku
penyelenggara pendidikan kesehatan menengah, hadir menjawab tantangan dengan mendidik
dan melatih para calon tenaga kesehatan dasar yang disiapkan untuk dapat bersaing dan
berkompetensi dalam dunia kerja baik local maupun internasional. Permasalahan pekerjaan
kefarmasian sekarang ini semakin kompleks dikarenakan pengguna jasa pelaksana pekerjaan
kefarmasian semakin cerdas dan kritis, hal ini menyebabkan tuntutan profesionalisme
didalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian harus dimiliki oleh seorang Asisten
Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian, dalam menjalankan profesionalisme seorang Asisten
Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian dituntut untuk bekerja harus mematuhi standar profesi
yang berlaku, dan kode etik profesi. Apabila hal ini tidak dipatuhi maka akan terjadi apa
yang disebut malpraktek atau bekerja secara buruk yang dilakukan oleh tenaga Asisten
Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian yang sudah barang tentu hal ini akan menimbulkan
kerugian dimasyarakat juga dapat merugikan tenaga Asisten Apoteker /Tenaga Teknis
Kefarmasian itu sendiri. Untuk mengantisipasi terpenuhinya Asisten Apoteker/Tenaga Teknis
Kefarmasian bekerja secara professional dan mengantisipasi permasalahan malpraktek yang
akan terjadi.
Untuk mengatasi hal tersebut sangat dibutuhkan tenaga Asisten Apoteker/Tenaga
Teknis Kefarmasian yang profesional yaitu yang mempunyai kompetensi lulusan setara
dengan standar profesional farmasi di tingkat Internasional. Disamping itu dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan farmasi di masyarakat baik secara individu maupun kelompok
bersama – sama Apoteker diperlukan seorang Asisten Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian
yang kompeten.
Asisten Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian yang ada di Indonesia saat ini berlatar
belakang dari lulusan pendidikan Sekolah Asisten Apoteker / Sekolah Menengah Farmasi.
Perbedaan jenjang pendidikan tersebut akan menghasilkan Asisten Apoteker dengan
keterampilan dan kompetensi yang berbeda pula, oleh karena itu standar profesi Asisten
Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian yang disusun ini dapat digunakan sebagai pedoman
dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian tenaga profesi Asisten Apoteker /Tenaga Teknis
Kefarmasian.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Praktek ini menjadi acuan bagi para Asisten Apoteker /Tenaga Teknis Kefarmasian
dalam meningkatkan kemampuan pelayanan kesehatan, khususnya dalam bidang
kefarmasian.
2. Tujuan Khusus
Siswa/i diharapkan mampu:
1. Menyelesaikan pelayanan resep; penerimaan, skrining administrasi, penyiapan
dan peracikan sediaan farmasi dan pemberian informasi; pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, bahan medis habis pakai; pekerjaan teknis farmasi klinik
sesuai dengan etik dan aspek legal yang berlaku.
2. Membantu melakukan pengumpulan data dan menyusun laporan kasus dan atau
laporan kerja sesuai dengan ruang lingkup penelitian kefarmasian.
3. Menyampaikan informasi terkait pelayanan kefarmasian melalui komunikasi yang
efektif baik interpersonal maupun professional kepada pasien, sejawat, apoteker,
praktisi kesehatan lain dan masyarakat sesuai dengan kewenangan yang menjadi
tanggung jawabnya.
4. Mampu memberikan penyuluhan kesehatan khususnya bidang kefarmasian
C. Batasan dan Ruang Lingkup
Ruang lingkup pekerjaan kefarmasian meliputi ruang lingkup tanggung jawab dan hak
sebagai Asisten Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian. Seluruh ruang lingkup
pekerjaan kefarmasian harus dilaksanakan dalam kerangka sistem upaya kesehatan
pada pengelolaan obat yang berorientasi kepada masyarakat sesuai kewenangan dan
peraturan yang berlaku.
1. Lingkup Tanggung Jawab Asisten Apoteker meliputi :
 Ikut bertanggung jawab dalam ketersediaan dan keterjangkauan sediaan farmasi
dan perbekalan kesehatan yang diperlukan masyarakat sesuai kewenangan dan
peraturan yang berlaku.
 Ikut bertanggung jawab atas mutu, keamanan dan efektifitas sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan yang diberikan.
 Ikut bertanggung jawab dalam memberikan informasi kepada masyarakat sesuai
dengan kewenangan dan peraturan yang berlaku tentang penggunaan sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan yang diterimanya demi tercapainya kepatuhan
penggunaan.
 Memiliki tanggung jawab bersama dengan tenaga kesehatan lain dan pasien dalam
menghasilkan keluaran terapi yang optimal.

2. Lingkup Hak dari pekerjaan kefarmasian meliputi:


 Hak untuk mendapatkan posisi kemitraan dengan profesi tenaga kesehatan lain.
 Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum pada saat melaksanakan praktek
sesuai dengan standar yang ditetapkan.
 Hak untuk mendapatkan jasa profesi sesuai dengan kewajiban jasa profesional
kesehatan.
 Hak untuk bicara dalam rangka menegakkan keamanan masyarakat dalam aspek
sediaan kefarmasian dan perbekalan kesehatan.
 Hak untuk mendapatkan kesempatan menambah / meningkatkan ilmu pengetahuan
baik melalui pendidikan berkelanjutan (S1), spesialisasi, pelatihan maupun
seminar.
 Hak untuk memperoleh pengurangan beban studi bagi yang melanjutkan
pendidikan ke jenjang S1 Farmasi.

D. RENCANA KEGIATAN
a. Bentuk kegiatan
Keseluruhan murid yang akan magang berjumlah 31 siswa, yang dibimbing oleh
satu orang pembimbing lapangan dan pendidikan, tindakan dilakukan oleh
pembimbing dan siswa melakukan observasi terhadap tindakan tersebut.

b. Nama siswa/ I SMK kesehatan Riksa Indrya


Terlampir

I. Tempat pelaksanaan
 Puskesmas Lengkong Wetan
 Puskesmas Ciputat Timur
 Puskesmas Serpong 2
 Puskesmas Paku Alam
 Puskesmas Pondok Jagung
 Puskesmas Pondok Ranji
 Puskesmas Bambu Apus
 Puskesmas Benda Baru
 Puskesmas Jombang
 Puskesmas Rawa Buntu
 Puskesmas Setu
 Puskesmas Keranggan
 Puskesmas Bakti Jaya
 Puskesmas Serpong 1
 Puskesmas Pamulang

II. Kompetensi tindakan


 Menyiapkan dan meracik sediaan farmasi
 Menulis Etiket
 Menempelkan etiket dan label
 Melakukan pengecekan etiket dan label
 Kemampuan menulis copy resep
 pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat atas resep dokter,
 pelayanan informasi obat,
 Serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

II. TATA TERTIB PRAKTEK MAGANG


1. Pakaian
Menggunakan pakaian seragam putih, bagi yang berkerudung menggunakan kerudung
berwarna putih
Sepatu pantovel hitam dan kaos kaki berwarna putih
2. Rambut
Bagi siswa pria, rambut tidak boleh melewati kerah
Bagi siswa wanita yang tidak mengenakan kerudung, rambut harus di ikat atau
menggunakan hairnet
3. Kuku dan penampilan
Kuku tidak boleh panjang dan kotor bagi semua siswa praktek magang
Penampilan harus bersih dan rapih
4. Membawa seperangkat alat praktek dasar
5. Mentaati segala peraturan yang berlaku diruangan tempat praktek magang
6. Bila Sakit melampirkan surat sakit dari dokter dan mengganti sejumlah hari yang
ditinggalkan
7. Bila Ijin melampirkan surat ijin dari orangtua sebelum ijin dilakukan dan mengganti
sejumlah 3 hari dari total hari yang ditinggalkan
8. Bila siswa/siswi Bolos selama 1 hari maka harus menggantinya selama 7 hari praktek
magang
9. Wajib mengikuti proses magang dari jam 07:00/08:00 – 17:00 (mengikuti jam
praktek tempat magang)

1. TUGAS SISWA DAN INSTRUKTUR


a. Siswa/I
1. Mengikuti pengarahan dari direktur atau ketua panti yang dipakai sebagai
lahan praktek
2. Berkenalan dengan bidang diklat, pembimbing dimasing-masing tempat
praktek
3. Orientasi ruangan yang dipakai tempat magang
4. Melapor kepada pembimbing lapangan setiap perpindahan kelompok
5. Bekerjasama dengan pembimbing sesuai dengan kompetensi yang akan
dicapai
6. Melaksanakan tugas dari pembimbing dengan baik
7. Menyerahkan laporan hasil kegiatan harian kepada pembimbing dari
pendidikan untuk mendapat umpan balik

b. Pembimbing / Instruktur
i. Pembimbing Lapangan
1. Mengatur kelancaran praktek siswa
2. Mendemostrasikan tindakan pelayanan kefarmasian secara langsung kepada
peserta magang
3. Mencek laporan kegiatan harian siswa
4. Memberikan bimbingan langsung dalam penerapan pelayanan kefarmasian

ii. Pendidikan
1. Mengadakan pengamatan langsung pada pelaksanaa/penerapan proses
pelayanan kefarmasian
2. Memeriksa laporan hasil kegiatan harian
3. Memberikan bimbingan langsung dalam penerapan proses pelayanan
kefarmasian
4. Melaksanakan supervisi dan diskusi kelompok

Bagi siswa/siswi yang 3 kali melanggar peraturan dikenakan saksi tidak boleh
mengikuti praktek magang dan tidak naik kelas.
Pelayanan Farmasi di Apotek
DETAIL PELAYANAN DI APOTEK

1.  PELAYANAN RESEP


 A.  Pengelolaan Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada
apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan
perundangan yang berlaku. (Kep.Menkes, No. 1027 tahun 2004)
Pasal 15 ayat 1 Permenkes No. 922 tahun 1993 “Apotek wajib melayani resep
dokter, dokter gigi dan dokter hewan”.
Permenkes No. 26 tahun 1981 pasal 10 menyebutkan “resep harus ditulis
dengan jelas dan lengkap” selain itu dalam Kepmenkes No. 280 tahun 1981.

Pasal 2, Resep harus memuat:


1. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau dokter hewan
2. Tanggal penulisan resep, nama setiap obat atau komposisi obat
3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep
4. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
5. Jenis hewan dan nama serta alamt pemiliknya untuk resep dokter hewan
6. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang jumlahnya
melebihi dosis maksimal
Pasal 3 disebutkan juga bahwa:
1. Resep dokter hewan hanya ditujukan untuk penggunaan pada hewan
2. Resep yang mengandung narkotika harus ditulis tersendiri sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 4 tertulis:
1. Untuk penderita yang memerlukan pengobatan segera, dokter dapat memberi tanda
“segera”, “cito”, “statim” atau “urgent” pada bagian atas kanan resep
2. Apoteker harus mendahulukan pelayanan resep dimaksud ayat 1 pasal ini.

Pasal 5 menyebutkan bahwa; apoteker tidak dibenarkan mengulangi penyerahan obat atas
dasar resep yang sama apabila:
1. Pada resep aslinya diberi tanda “n.i”, “ne iteratur” atau “tidak boleh diulang”
2. Resep aslinya mengandung narkotika atau obat lain yang oleh menteri c.q direktur
jenderal ditetapkan sebagai obat yang tidak boleh diulang tanpa resep baru.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1027/MENKES/SK/IX/2004, Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek, Standar
pelayanan resep di apotik adalah sebagai berikut.

1.  Pelayanan Resep


1.1. Skrining Resep
Apoteker melakukan skrining resep meliputi:

1.1.1. Persyaratan Administratif:


– Nama, SIP dan alamat dokter.
– Tanggal penulisan resep.
– Tanda tangan/paraf dokter penulis resep.
– Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.
– Nama obat , potensi, dosis, jumlah yang minta.
– Cara pemakaian yang jelas.
– Informasi lainnya.

1.1.2. Kesesuaian Farmasetik:


Bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan cara pemberian.
1.1.3. Pertimbangan Klinis
Adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan
lain-lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter
penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu
menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.

1.2. Penyiapan Obat


1.2.1. Peracikan
Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan
memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu
prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan
etiket yang benar.

1.2.2. Etiket
Etiket harus jelas dan dapat dibaca.

1.2.3. Kemasan Obat Yang Diserahkan


Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga
terjaga kualitasnya.

1.2.4. Penyerahan Obat


Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir
terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker
disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan.

1.2.5. Informasi Obat


Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien
sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka
waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama
terapi.

1.2.6. Konseling
Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan
dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien
atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah
sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu
seperti cardiovascular, diabetes, TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker
harus memberikan konseling secara berkelanjutan.

1.2.7. Monitoring Penggunaan Obat


Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan
pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti cardiovascular,
diabetes , TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya.
Penyimpanan obat juga diatur dalam Kepmenkes No. 1332 tahun 2002 pasal 12 ayat 1
yang menyebutkan bahwa apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan dan
menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin.

Dalam Permenkes No. 922 tahun 1993 juga menjelaskan:


Pasal 14
1. Apotik wajib melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan.
2. Pelayanan resep dimaksud dalam ayat (1) sepenuhnya atas tanggung jawab Apoteker
Pengelola Apotik.

Pasal 15
1. Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian
profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat.
2. Apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis didalam resep
dengan obat paten.
3. Dalam hal pasien tidak mampu menbus obat yang tertulis dalam resep, Apoteker
wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat.
4. Apoteker wajib memberikan informasi:
1. Yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien.
2. Penggunaan obat secara tepat, aman, rasional atas permintaan masyarakat.

Pasal 16
1. Apabila Apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan
resep yang tidak tepat, Apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep.
2. Apabila dalam hal dimaksud ayat (1) karena pertimbangan tertentu dokter penulis
resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib menyatakannya secara tertulis atau
membubuhkan tanda tangan yang lazim diatas resep.

B. Salinan Resep
Salinan resep diatur dalam kepmenkes No. 280 tahun 1981 tentang Ketentuan dan
Tata Cara Pengelolaan Apotek, disebutkan bahwa salinan resep adalah salinan yang dibuat
oleh apotek, yang selain memuat semua keterangan yang terdapat dalam resep asli, harus
memuat pula:
1. Nama dan alamat Apotek
2. Nama dan nomor Surat Izin Pengelola Apotek
3. Tanda tangan atau paraf apoteker pengelola apotek
4. Tanda ‘det’ atau ‘detur’ untuk obat yang sudah diserahkan; tanda ‘nedet’ atau ‘ne
detur’ untuk obat yang belum diserahkan
5. Nomor resep dan tanggal pembuatan

Permenkes No. 922 tahun 1993 pasal 17 menyebutkan bahwa:


Ayat 1   :    Salinan resep harus ditandatangani apoteker
Ayat 3   :    Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep
atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas
lain yang berwenang merut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

C. Penyimpana dan pemusnahan resep


Di Apotek, bila obatnya sudah diserahkan kepada penderita, menurut
Peraturan Pemerintah kertas resep harus disimpan, diatur menurut urutan tanggal dan
nomor urut pembuatan, serta harus disimpan sekurang-kurangnya selama tiga tahun.
Kegunaan hal akhir ini adalah untuk memungkinkan penelusuran kembali bila setelah
sekian waktu terjadi suatu akibat dari obat yang diberikan. Setelah lewat waktu tiga tahun,
resep-resep oleh Apotek boleh dimusnahkan dengan membuat proses verbal (berita acara)
pemusnahan. (SK Menkes RI no. 280/MenKes/SK/V/1981 mengenai penyimpanan Resep
di Apotek). Secara jelas dalam pasal 7 Kepmenkes No. 280 Tahun 1981 mengatur tentang
tata cara penyimpanan dan pemusnahan resep sebagai berikut:
1. Apoteker Pengelola Apotek mengatur resep yang tealh dikerjakan menurut urutan
tanggal dan nomor urutan penerimaan resep dan harus disimpan sekurang–kurangnya
tiga tahun.
2. Resep yang mengandung Narkotika harus dipisahkan dengan resep lainnya.
3. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu dimaksud ayat 1 pasal ini dapat
dimusnahkan.
4. Pemusnahan resep dimaksud dalam ayat 3 pasal ini, dilakukan dengan cara dibakar
atau dengan cara lain yang memadai oleh Apoteker Pengelola Apotek bersama
dengan sekurang–kurangnya petugas apotek.
5. Pada pemusnahan resep, harus dibuat Berita cara pemusnahan sesuai dengan bentuk
yang telah ditentukan dalam rangkap empat dan ditandatangani oleh mereka yang
dimaksud pada ayat 4 pasal ini.

2.  PELAYANAN OBAT WAJIB APOTEK (OWA)


Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 347/ MenKes/SK/VII/1990 Tentang
Obat Wajib Apotik, mendefenisikan Obat Wajib Apotek (OWA) yaitu obat keras yang
dapat diserahkan oleh Apoteker kepada pasien di Apotik tanpa resep dokter. Yang pada
diktum ke dua pada putusan, dijelaskan bahwa Obat yang termasuk dalam OBAT WAJIB
APOTIK ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Permenkes No. 919 tahun 1993 juga mengatur tentang kriteria obat yang dapat
diserahkan tanpa resep yakni sebagai berikut:
1. Tidak dikontaraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak dibawa usia 2
tahun dan orang tua diatas 65 tahun
2. Pengobatan sendiri dengan obat yang dimaksud tidak memberikan resiko pada
kelanjutan penyakit
3. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan alat khusus yang harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan
4. Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia
5. Obat dimaksud memiliki resiko khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan
untuk pengobatan sendiri.
Pada diktum ke empat dalam putusan Menteri Kesehatan Nomor : 347/
MenKes/SK/VII/1990, juga di tuliskan “Apoteker di Apotik dalam melayani pasien yang
memerlukan obat dimaksud diktum kedua (Obat yang termasuk dalam OBAT WAJIB
APOTIK ditetapkan oleh Menteri Kesehatan) diwajibkan :
1. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan dalam
Obat Wajib Apotik yang bersangkutan.
2. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan.
3. Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi, efek
samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.
Jenis obat yang temasuk dalam daftar OWA, tertulis dalam kepmenkes tentang OWA 1,
OWA 2, dan OWA 3. Dalam OWA 2 merupakan tambahan dari daftar obat yang telah
ditetapkan dalam OWA 1, demikian juga OWA 3, merupakan tambahan dari OWA 1 dan
OWA 2.

3.  PELAYANAN OBAT BEBAS (OB) DAN OBAT BEBAS TERBATAS (OBT)
Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian Dan
Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, pada tahun 2006,
menerbitkan “Pedoman Penggunaan Obat Bebas Dan Bebas Terbatas” diamana
penyusunan pedoman tersebut ditujukan Sebagai pedoman bagi masyarakat yang ingin
melakukan swamedikasi dan sebagai bahan bacaan Apoteker untuk membantu masyarakat
dalam melakukan swamedikasi.
Dalam pedoman tersebut, Obat Bebas (OB) di defenisikan sebagai obat yang
dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan
dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.sedangkan
Obat bebas Terbatas (OBT) didefenisikan sebagai; obat yang sebenarnya termasuk obat
keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan
tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah
lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.
Untuk Obat Bebas (OB) dan Obat Bebas Terbatas (OB), karana dapat
diserahkan tanpa resep dokter seperti halnya OWA, makan OB dan OTB juga harus
megikuti aturan Permenkes No. 919 tahun 1993 tentang kriteria obat yang dapat
diserahkan tanpa resep yakni sebagai berikut:
1. Tidak dikontaraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak dibawa usia 2
tahun dan orang tua diatas 65 tahun
2. Pengobatan sendiri dengan obat yang dimaksud tidak memberikan resiko pada
kelanjutan penyakit
3. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan alat khusus yang harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan
4. Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia
5. Obat dimaksud memiliki resiko khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan
untuk pengobatan sendiri.
Pada BAB XVIII dalam Pedoman Penggunaan Obat Bebas Dan Bebas Terbatas
dijelaskan tentang PERAN APOTEKER DALAM PENGGUNAAN OBAT BEBAS DAN
BEBAS TERBATAS sebagai berikut:
Penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas dalam pengobatan sendiri
(swamedikasi) harus mengikuti prinsip penggunaan obat secara umum, yaitu penggunaan
obat secara aman dan rasional. Swamedikasi yang bertanggung jawab membutuhkan produk
obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat dan kualitasnya, serta membutuhkan pemilihan
obat yang tepat sesuai dengan indikasi penyakit dan kondisi pasien.
Sebagai seorang profesional kesehatan dalam bidang kefarmasian, Apoteker
mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan bantuan, nasehat dan petunjuk
kepada masyarakat yang ingin melakukan swamedikasi, agar dapat melakukannya secara
bertanggung jawab. Apoteker harus dapat menekankan kepada pasien, bahwa walaupun dapat
diperoleh tanpa resep dokter, namun penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas tetap
dapat menimbulkan bahaya dan efek samping yang tidak dikehendaki jika dipergunakan
secara tidak semestinya.
Dalam penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas, Apoteker memiliki dua peran
yang sangat penting, yaitu menyediakan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat
dan kualitasnya serta memberikan informasi yang dibutuhkan atau melakukan konseling
kepada pasien (dan keluarganya) agar obat digunakan secara aman, tepat dan rasional.
Konseling dilakukan terutama dalam mempertimbangkan :
1. Ketepatan penentuan indikasi/penyakit
2. Ketepatan pemilihan obat (efektif, aman, ekonomis), serta
3. Ketepatan dosis dan cara penggunaan obat.
Satu hal yang sangat penting dalam konseling swamedikasi adalah meyakinkan agar
produk yang digunakan tidak berinteraksi negatif dengan produk-produk yang sedang
digunakan atau dikonsumsi pasien. Di samping itu Apoteker juga diharapkan dapat
memberikan petunjuk kepada pasien bagaimana memonitor penyakitnya, serta kapan harus
menghentikan pengobatannya atau kapan harus berkonsultasi kepada dokter.
Informasi tentang obat dan penggunaannya perlu diberikan pada pasien saat konseling
untuk swamedikasi pada dasarnya lebih ditekankan pada informasi farmakoterapi yang
disesuaikan dengan kebutuhan serta pertanyaan pasien. Informasi yang perlu disampaikan
oleh Apoteker pada masyarakat dalam penggunaan obat bebas atau obat bebas terbatas antara
lain:
1. Khasiat obat: Apoteker perlu menerangkan dengan jelas apa khasiat obat yang
bersangkutan, sesuai atau tidak dengan indikasi atau gangguan kesehatan yang
dialami pasien.
2. Kontraindikasi: pasien juga perlu diberi tahu dengan jelas kontra indikasi dari obat
yang diberikan, agar tidak menggunakannya jika memiliki kontra indikasi dimaksud.
3. Efek samping dan cara mengatasinya (jika ada): pasien juga perlu diberi informasi
tentang efek samping yang mungkin muncul, serta apa yang harus dilakukan untuk
menghindari atau mengatasinya.
4. Cara pemakaian: cara pemakaian harus disampaikan secara jelas kepada pasien untuk
menghindari salah pemakaian, apakah ditelan, dihirup, dioleskan, dimasukkan melalui
anus, atau cara lain.
5. Dosis: sesuai dengan kondisi kesehatan pasien, Apoteker dapat menyarankan dosis
sesuai dengan yang disarankan oleh produsen (sebagaimana petunjuk pemakaian yang
tertera di etiket) atau dapat menyarankan dosis lain sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya.
6. Waktu pemakaian: waktu pemakaian juga harus diinformasikan dengan jelas kepada
pasien, misalnya sebelum atau sesudah makan atau saat akan tidur.
7. Lama penggunaan: lama penggunaan obat juga harus diinformasikan kepada pasien,
agar pasien tidak menggunakan obat secara berkepanjangan karena penyakitnya
belum hilang, padahal sudah memerlukan pertolongan dokter.
8. Hal yang harus diperhatikan sewaktu minum obat tersebut, misalnya pantangan
makanan atau tidak boleh minum obat tertentu dalam waktu bersamaan.
9. Hal apa yang harus dilakukan jika lupa memakai obat
10. Cara penyimpanan obat yang baik
11. Cara memperlakukan obat yang masih tersisa
12. Cara membedakan obat yang masih baik dan sudah rusak
Di samping itu, Apoteker juga perlu memberi informasi kepada pasien tentang obat
generik yang memiliki khasiat sebagaimana yang dibutuhkan, serta keuntungan yang dapat
diperoleh dengan menggunakan obat generik. Hal ini penting dalam pemilihan obat yang
selayaknya harus selalu memperhatikan aspek farmakoekonomi dan hak pasien.
Disamping konseling dalam farmakoterapi, Apoteker juga memiliki tanggung jawab
lain yang lebih luas dalam swamedikasi. Dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh
IPF (International Pharmaceutical Federation) dan WMI (World Self-Medication Industry)
tentang swamedikasi yang bertanggung jawab (Responsible Self-Medication) dinyatakan
sebagai berikut:
1. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk memberikan nasehat dan
informasi yang benar, cukup dan objektif tentang swamedikasi dan semua produk
yang tersedia untuk swamedikasi.
2. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk merekomendasikan kepada
pasien agar segera mencari nasehat medis yang diperlukan, apabila dipertimbangkan
swamedikasi tidak mencukupi.
3. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk memberikan laporan kepada
lembaga pemerintah yang berwenang, dan untuk menginformasikan kepada produsen
obat yang bersangkutan, mengenai efek tak dikehendaki (adverse reaction) yang
terjadi pada pasien yang menggunakan obat tersebut dalam swamedikasi.
4. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk mendorong anggota masyarakat
agar memperlakukan obat sebagai produk khusus yang harus dipergunakan dan
disimpan secara hati-hati, dan tidak boleh dipergunakan tanpa indikasi yang jelas.
Selain melayani konsumen secara bertatap muka di apotek, Apoteker juga dapat
melayani konsumen jarak jauh yang ingin mendapatkan informasi atau berkonsultasi
mengenai pengobatan sendiri. Suatu cara yang paling praktis dan mengikuti kemajuan zaman
adalah dengan membuka layanan informasi obat melalui internet atau melalui telepon. Slogan
“Kenali Obat Anda”. “Tanyakan Kepada Apoteker”, “Dapatkan Gunakan Simpan Buang
(DAGUSIBU)” kini semakin memasyarakat. Para Apoteker sudah semestinya memberikan
respons yang baik dan memuaskan dengan memberikan pelayanan kefarmasian yang
profesional dan berkualitas.
4.  PELAYANAN PSIKOTROPIKA
Menurut pasal 14 UU No. 5 tahun 1997 tentang psikotropika:

Ayat 2: Penyerahan psikotropika oleh apotek haya dapat dilakukan kepada:


1. Apotek lainnya
2. Rumah sakit
3. Puskesmas
4. Balai pengobatan
5. Dokter
6. Pengguna/pasien

Ayat 4: Penyerahan psikotropika oleh apotek, rumah sakit, puskesmas dan balai pengbatan
dilaksanakan berdasarkan resep dokter.

Ayat 5: Penyerahan psikotropika oleh dokter dilaksanakan dalam hal:


1. Menjalankan praktek terapi dan diberikan melalui suntikan
2. Menolong orang sakit dalam keadaan darurat
3. Menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek

Ayat 6: Psikotropika yang diserahkan dokter hanya dapat diperoleh di apotek.


Pencatatan dan pelaporan terhadap pengelolaan psikotropika diatur dalam pasal 33 UU no 5
tahun 1997 yakni “Pabrik obat, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi
pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, lembaga penelitian
dan/ atau lembaga pendidikan” wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan
masing-masing yang berhubungan dengan psikotropika.

Pada pasal 53 UU no 5 tahun 1997 disebutkan bahwa


Ayat 1 pemusnahan psikotropika dilaksanakan dalam hal:
1. Berhubungan dengan tindak pidana
2. Diproduksi tanpa memenuhi tandar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat
digunakan dalam proses produksi psikotropika
3. Kadaluarsa
4. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan / atau untuk
kepentingan ilmu pengetahuan.
Dalam UU no 5 tahun 1997 ini tidak mengatur secara detail tentang teknis
pelaksanaan pemusnahan psikotropika. Dalam pasal 12 ayat 2 permenkes no 922 tahun 1993
disebutkan bahwa “ sediaan farmasi yang karena sesuatu hal tidak dapat digunakan lagi atau
dilarang digunakan, harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara
lain yang ditetapkan oleh menteri.
Pada pasal 53 ayat 2 UU no 5 tahun 1997 hanya menyebutkan tentang siapa yang
memusnahkan psikotropika. Pernah dikeluarkan surat edaran yang berisi tentang pemusnahan
dimana narkotika dan psikotropika disamakan yakni pada surat edaran kepala direktur
pengawasan narkotika dan bahan berbahaya Dir Jend POM Dep. Kes. RI nomor
010/EE/SE/81 tanggal 8 Mei 1981 tentang pemusnahan /penyerahan narkotika atau
psikotropika yang rusak / tidak terdaftar. Bila mengacu surat edaran ini, maka teknis
pelaksanaan pemusnahan psikotropika sama seperti pada narkotika.

5.  PENGELOLAAN NARKOTIKA


Menurut pasal 39 UU no 22 tahun 1997 tentang narkotika
Ayat 2: Apotek hanya dapat menyerahkan narkotika kepada:
1. Runah sakit
2. Puskesmas
3. Apotek lainnya
4. Balai pengobatan
5. Dokter
6. Pasien

Ayat 3: Rumah sakit, apotek, puskesmas dan balai pengobatan  hanya dapat menyerahkan
narkotika kepada pasien berdasarkan resep dokter.

Ayat 4: Penyerahan narkotika oleh dokter hanya dapat dilaksanakan dalam hal;
1. Menjalankan praktek dokter dan diberikan melalui suntikan
2. Menolong orang sakit dalam keadaan darurat
3. Menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek.

Ayat 5: Narkotika dalam bentuk suntikan dalam jumlah tertentu yang diserahkan dokter
hanya dapat diperoleh dari apotek.
Pemusnahan narkotika diatur dalam pasal 60 dan 61 UU no 22 tahun 1997.
Pasal 60: Pemusnahan dilakukan dalam hal:
1. Diproduksi tanpa  memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan atau tidak
dapat digunakan dalam proses produksi;
2. Kadaluarsa
3. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau untuk
pengembangan ilmu pngetahuan; atau
4. Berkaitan dengn tindak pidana.”

Pasal 61:
1) Pemusnahan narkotika sebagaimana dimaksud dalam pasal 60 huruf a, b, dan c
dilaksanakan oleh pemerintah, orang, atau badan yang bertanggungjawab atas produksi
dan atau peredaran narkotika, sarana kesehatan tertentu, serta lembaga ilmu pengetahuan
tertentu dengan disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk menteri kesehatan.
2) Pemusnahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan pembuatan berita
acara yang sekurang-kurangnya memuat :
 Nama, jenis, sifat, dan jumlah;
 Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun, dilakukan pemusnahan; dan
 Tanda tangan dan identitas lengkap pelaksana dan pejabat yang menyaksikan
pemusnahan

(3)   Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pemusnahan  narkotika
 Sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Keputusan Menteri Kesehatan.
 Dalam ketentuan peralihan undang-undang peralihan tersebut disebutkan bahwa
“semua peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan UU
No. 9 Tahun 1976 tentang narkotik masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dan atau belum diganti”, dengan peraturan baru berdasarkan undang-undang ini. Oleh
karena itu ketentuan dibawah ini masih berlaku.
 Resep dari luar propensi harus mendapatkan persetujuan dari dokter setempat
 Salinan resep untuk obat yang baru diambil sebagaian tidak boleh dilayani oleh
apotek lain
 Resep yang berisi narotika tidak boleh iterasi
 Penyimpanan narkotika pada lemari yang mempunyai ukuran 40 x 80 x 100 cm, dapat
berupa almari yang diketatkan di dinding atau menjadi suatu kesatuan dengan almari
yang besar
 Almari tersebut mempunyai 2 kunci yang satu untuk menyimpan narkotika sehari-hari
dan yang lainnya untuk narkotika persediaan dan morfin, pethidin dan garam-
garamnya
 Laporan narkotika disampaikan setiap bulan
 Pemesanan narkotika menggunakan surat pesanan model N-9 rangkap 5 setiap satu
lembar pesanan berisikan 1 macam narkotika
 Pencatatan narkotika menggunakan buku register narkotika

Ketentuan tentang resep dan salinan resep narkotika juga diatur dalam Surat Edaran
Dirjen POM 336/E/SE/1997 tanggal 4 Mei 1997 yang menyebutkan bahwa:
1. Apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika, walaupun resep
tersebut baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali
2. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali,
apotek boleh membuat salinan resep, tetapi salinan resep tersebut hanya boleh
dilayani di apotek yang mentimpan resep aslinya.
3. Salinan resep atau resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama
sekali. Untuk mencegah pertengkaran di apotik harap diumumkan kepada dokter agar
tidak menambah tulisan iter pada resep-resep yang menangandung narkotika.

Tempat penyimpanan narkotika juga diatur dalam pasal 5 permenkes no 28 tahun


1978 tentang penyimpanan narkotika yakni:
1. Apotik dan rumah sakit harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan narkotika
2. Tempat khusus pada ayat 1 harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
 Harus dibuar seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat
 Harus mempunyai kunci yang kuat
 Dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan, bagian pertama
dipergunakan untuk menyimpan morfina, petidina dan garam-garamnya, serta
persediaan narkotika, bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika
lainnya yang dipakai sehari-hari.
 Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40 X 80 X
100 cm, maka lemari tersebut harus dibuat pada tembok atau lantai.
DAFTAR KELOMPOK MAGANG
TAHUN 2022

No Nama Jk Kelas Kelompok

1 Shifa Nur Afifah P XII Far


1
2 Gita Ratna Ayu P XII Far
3 Tia Amelia Nurazizah P XII Far
2
4 Mutia Syahrani P XII Far
5 Violani Dwi Ananda Putri P XII Far
3
6 Diski L XII Far
7 Adila Inditasari P XII Far
4
8 Nurul Umi Annisa Fitri P XII Far
9 Ayu Fitria Nurfadillah P XII Far
5
10 Alyya Zulfa Hakira P XII Far
11 Najwa Lilla Yulia Malik P XII Far
6
12 Amanda Hardiyanti P XII Far
13 Kyrenia Eleftheria Simanjuntak P XII Far
7
14 Yuhareza Aulia Eka Putri P XII Far
15 Ati Setiowati P XII Far
8
16 Nabila Larista Riskiana P XII Far
Kanaya Zahra Pramesti
17 P XII Far
Widodo 9
18 Azzahra Virghiraya Oktadina P XII Far
19 Adinda Salsabila P XII Far
10
20 Nabila Putri Rahmawati P XII Far
21 Zahwa Fitriyani P XII Far
11
22 Sabela Sulfiana Dewi P XII Far
23 Dea Ayu Anggraini P XII Far
12
24 Dila Amelia P XII Far
25 Mutia Salsa Sabila P XII Far
13
26 Amelia Josi Regita Cahyani P XII Far
27 Chika Nabilla P XII Far
14
28 Aurell Zahra Andiningtiyas P XII Far
29 Wanda Meiliana P XII Far
30 Raehan Nazwa Kamali P XII Far 15
31 Btari Widyarahma Paramita P XII Far
LEMBAR PENILAIAN DAN KEGIATAN
PRAKTEK MAGANG
SMK KESEHATAN RIKSA INDRYA
ABSENSI HARIAN PESERTA PKL
SMK KESEHATAN RIKSA INDRYA
Jam Jam TTD
No Hari Tanggal
kedatangan Pulang PIC
1 Senin 31-Jan-22

2 Selasa 01-Apr-22

3 Rabu 02-Apr-22

4 Kamis 03-Apr-22

5 Jum'at 04-Apr-22

6 Sabtu 05-Apr-22

7 Senin 07-Apr-22

8 Selasa 08-Apr-22

9 Rabu 09-Apr-22

10 Kamis 10-Apr-22

11 Jumat 11-Apr-22

12 Sabtu 12-Apr-22

13 Senin 14-Apr-22

14 Selasa 15-Apr-22

15 Rabu 16-Apr-22

16 Kamis 17-Apr-22

17 Jumat 18-Apr-22

18 Sabtu 19-Apr-22

19 Senin 21-Apr-22

20 Selasa 22-Apr-22

21 Rabu 23-Apr-22

22 Kamis 24-Apr-22

23 Jumat 25-Apr-22

24 Sabtu 26-Apr-22
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


PIC PIC
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


PIC PIC
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


PIC PIC
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


PIC PIC
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


PIC PIC
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


PIC PIC
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


PIC PIC
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


PIC PIC
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


PIC PIC
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


PIC PIC
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


PIC PIC
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


PIC PIC
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


PIC PIC
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


PIC PIC
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


PIC PIC
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


PIC PIC
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


PIC PIC
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


PIC PIC
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


PIC PIC
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


PIC PIC
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


PIC PIC
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


PIC PIC
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


PIC PIC
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


PIC PIC
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


PIC PIC
lapangan materi
KEGIATAN PEMBIMBING
MATERI (Sekolah)

Tanggal Nama Kelompo Kegiatan Paraf


pembimbing k dan
stempel
KEGIATAN PEMBIMBING
LAPANGAN (Praktek)

Tanggal Nama Kelompo Kegiatan Paraf


pembimbing k Dan
Stempel
SMK KESEHATAN RIKSA INDRYA
FORMAT PENILAIAN KERAPIHAN

FORMAT PENILAIAN KERAPIHAN


Tanggal/hari :
Nama Tempat :

No penilaian Penilaian Pelanggaran TTD Ket


pembimbing
A B C D
(4) (3) (2) (1) jenis tanggal
pelanggaran
Seragam
1
2 Sepatu

3 Kuku dan
rambut

4 Kelengkapan
Lain
SMK KESEHATAN RIKSA INDRYA
FORMAT PENILAIAN KEDISIPLINAN DAN PENAMPILAN KLINIK

Nama :
NISN :

Penilaian PIC terhadap


Siswa Keteran
No ASPEK YANG DINILAI
gan
NILAI
1 2 3 4

1 Datang dan pulang tepat waktu

2 Kesiapan dalam melakukan praktek

Kepedulian terhadap lingkungan (keadaan ruangan, rekan


3
kerja, dan pasien)

4 Kesiapan dalam memberikan bantuan pada pasien

Pengetahuan dasar tentang rasional tindakan yang akan


5
dilakukan

Keterampilan dalam melakukan tindakan pelayanan


6
kefarmasian

7 Ketepatan dan kecepatan dalam melakukan tindakan

8 Memiliki Inisiatif

9 Mendokumentasikan kegiatan harian

10 Tulisan rapi dan jelas

TOTAL
Nilai Akhir
TTD PIC

Total Nilai akhir : (total nilai akhir/4)

Rentang nilai akhir:


A = 9.00 – 10.00 (lulus amat baik)
B = 8.00 – 8.99 (lulus baik)
C = 7.00 – 7.99 (lulus cukup)
D = 0.00 – 6.99 (belum lulus)

Catatan:
Lembar penilaian bila telah dinilai dan ditandatangani oleh pembimbing materi, wajib
difotocopy sebanyak 2 lembar dan diberikan kepada wali kelas dan Koordinator Program
Keahlian Keperawatan, masing-masing sebanyak 1 lembar

Mengetahui Pembimbing Praktek

Tangerang Selatan, 2022

(......................................................)

Anda mungkin juga menyukai