Anda di halaman 1dari 62

MODUL

PRAKTEK
MAGANG

SMK KESEHATAN RIKSA INDRYA


JL RAYA RAWABUNTU 10 BSD CITY
SERPONG - TANGERANG
2018

4x6

NAMA :

KELAS/KELOMPOK :

ALAMAT :
SAMBUTAN

Kepala sekolah SMK Kesehatan Riksa Indrya

Ibu Santi Vitria Yustikarini, SH.,MARS

Assalammualaikum.Wr.Wb

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena kita selalu dalam
lindungannya juga selalu diberikan kesehatan. “Amiiin”.

Sesuai dengan visi dan misi SMK Kesehatan Riksa Indrya bahwa kita ingin menjadi SMK yang
unggul dibidang kesehatan dan memiliki keterampilan dasar. Maka dengan diadakannya
magang ini siswa/siswi diharapkan mempunyai keterampilan dasar dan kompetensi, dimana
kompetensi ini nantinya dapat digunakan sebagai bekal dalam menghadapi dunia kerja seorang
Asisten Apoteker yang dituntut untuk lebih dapat memperhatikan keterampilannya.

Mudah-mudahan praktek magang ini memberikan pembelajaran juga pengalaman klinik yang
berharga serta dijadikan motivasi untuk selalu belajar tiada henti.

Kepala Sekolah,

Santi Vitria Yustikarini, SH.,MARS


PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kesehatan, perubahan


orientasi pelayanan kesehatan yang menitik beratkan pada kemampuan seorang petugas
kesehatan dalam memberikan pelayanan yang komprehensif harus dapat diimbangi dengan
oleh sumber daya manusia kesehatan yang berkualitas. SMK Kesehatan Riksa Indrya selaku
penyelenggara pendidikan kesehatan menengah, hadir menjawab tantangan dengan mendidik
dan melatih para calon tenaga kesehatan dasar yang disiapkan untuk dapat bersaing dan
berkompetensi dalam dunia kerja baik local maupun internasional. Permasalahan pekerjaan
kefarmasian sekarang ini semakin kompleks dikarenakan pengguna jasa pelaksana pekerjaan
kefarmasian semakin cerdas dan kritis, hal ini menyebabkan tuntutan profesionalisme didalam
melaksanakan pekerjaan kefarmasian harus dimiliki oleh seorang Asisten Apoteker/Tenaga
Teknis Kefarmasian, dalam menjalankan profesionalisme seorang Asisten Apoteker/Tenaga
Teknis Kefarmasian dituntut untuk bekerja harus mematuhi standar profesi yang berlaku, dan
kode etik profesi. Apabila hal ini tidak dipatuhi maka akan terjadi apa yang disebut malpraktek
atau bekerja secara buruk yang dilakukan oleh tenaga Asisten Apoteker/Tenaga Teknis
Kefarmasian yang sudah barang tentu hal ini akan menimbulkan kerugian dimasyarakat juga
dapat merugikan tenaga Asisten Apoteker /Tenaga Teknis Kefarmasian itu sendiri. Untuk
mengantisipasi terpenuhinya Asisten Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian bekerja secara
professional dan mengantisipasi permasalahan malpraktek yang akan terjadi.

Untuk mengatasi hal tersebut sangat dibutuhkan tenaga Asisten Apoteker/Tenaga Teknis
Kefarmasian yang profesional yaitu yang mempunyai kompetensi lulusan setara dengan standar
profesional farmasi di tingkat Internasional. Disamping itu dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan farmasi di masyarakat baik secara individu maupun kelompok bersama – sama
Apoteker diperlukan seorang Asisten Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian yang kompeten.
Asisten Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian yang ada di Indonesia saat ini berlatar belakang
dari lulusan pendidikan Sekolah Asisten Apoteker / Sekolah Menengah Farmasi.
Perbedaan jenjang pendidikan tersebut akan menghasilkan Asisten Apoteker dengan
keterampilan dan kompetensi yang berbeda pula, oleh karena itu standar profesi Asisten
Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian yang disusun ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam
menjalankan pekerjaan kefarmasian tenaga profesi Asisten Apoteker /Tenaga Teknis
Kefarmasian.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Praktek ini menjadi acuan bagi para Asisten Apoteker /Tenaga Teknis Kefarmasian
dalam berperan serta secara aktif , terarah dan terpadu bagi Pembangunan Nasional
Indonesia.
2. Tujuan Khusus
Praktek ini disusun secara khusus untuk memberikan pedoman bagi para Asisten
Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian dalam melaksanakan tugas sebagai tenaga
kesehatan di bidang kefarmasian.
C. Batasan dan Ruang Lingkup
Ruang lingkup pekerjaan kefarmasian meliputi ruang lingkup tanggung jawab dan hak
sebagai Asisten Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian. Seluruh ruang lingkup pekerjaan
kefarmasian harus dilaksanakan dalam kerangka sistem upaya kesehatan pada
pengelolaan obat yang berorientasi kepada masyarakat sesuai kewenangan dan peraturan
yang berlaku.
1. Lingkup Tanggung Jawab Asisten Apoteker meliputi :
Ikut bertanggung jawab dalam ketersediaan dan keterjangkauan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan yang diperlukan masyarakat sesuai kewenangan dan peraturan
yang berlaku.
Ikut bertanggung jawab atas mutu, keamanan dan efektifitas sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan yang diberikan.
Ikut bertanggung jawab dalam memberikan informasi kepada masyarakat sesuai
dengan kewenangan dan peraturan yang berlaku tentang penggunaan sediaan farmasi
dan perbekalan kesehatan yang diterimanya demi tercapainya kepatuhan penggunaan.
Memiliki tanggung jawab bersama dengan tenaga kesehatan lain dan pasien dalam
menghasilkan keluaran terapi yang optimal.
2. Lingkup Hak dari pekerjaan kefarmasian meliputi :
Hak untuk mendapatkan posisi kemitraan dengan profesi tenaga kesehatan lain.
Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum pada saat melaksanakan praktek sesuai
dengan standar yang ditetapkan.
Hak untuk mendapatkan jasa profesi sesuai dengan kewajiban jasa profesional
kesehatan.
Hak untuk bicara dalam rangka menegakkan keamanan masyarakat dalam aspek
sediaan kefarmasian dan perbekalan kesehatan.
Hak untuk mendapatkan kesempatan menambah / meningkatkan ilmu pengetahuan
baik melalui pendidikan berkelanjutan (S1), spesialisasi, pelatihan maupun seminar.
Hak untuk memperoleh pengurangan beban studi bagi yang melanjutkan pendidikan
ke jenjang S1 Farmasi
D. RENCANA KEGIATAN
a. Bentuk kegiatan
Keseluruhan murid yang akan magang berjumlah 34 siswa, yang dibimbing oleh satu
orang pembimbing lapangan dan pendidikan, tindakan dilakukan oleh pembimbing dan
siswa melakukan observasi terhadap tindakan tersebut.
b. Nama siswa/ I SMK kesehatan Riksa Indrya
Terlampir
I. Tempat pelaksanaan
1. Apotik Kimia farma

2. Kompetensi tindakan
 Menyiapkan dan meracik sediaan farmasi
 Menulis Etiket
 Menempelkan etiket dan label
 Melakukan pengecekan etiket dan label
 Kemampuan menulis copy resep
 pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat atas resep dokter,
 pelayanan informasi obat,
 serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

II. TATA TERTIB PRAKTEK MAGANG


1. Pakaian
Menggunakan pakaian seragam putih, bagi yang berkerudung menggunakan kerudung
berwarna putih
Sepatu pantovel hitam dan kaos kaki berwarna putih
2. Rambut
Bagi siswa pria, rambut tidak boleh melewati kerah
Bagi siswa wanita, rambut harus di cepol atau menggunakan hairnet
3. Kuku dan penampilan
Kuku tidak boleh panjang dan kotor bagi semua siswa praktek magang
Penampilan harus bersih dan rapih
4. Membawa seperangkat alat praktek dasar
5. Mentaati segala peraturan yang berlaku diruangan tempat praktek magang
6. Bila Sakit melampirkan surat sakit dari dokter dan mengganti sejumlah hari yang
ditinggalkan
7. Bila Ijin melampirkan surat ijin dari orangtua sebelum ijin dilakukan dan mengganti
sejumlah 3 hari dari total hari yang ditinggalkan
8. Bila siswa/siswi Bolos selama 1 hari maka harus menggantinya selama 7 hari praktek
magang
9. Wajib mengikuti proses magang dari jam 07:00/08:00 – 17:00 (mengikuti jam praktek
tempat magang)

3. TUGAS SISWA DAN CLINICAL INSTRUKTUR


a. siswa/I
1. mengikuti pengarahan dari direktur atau ketua panti yang dipakai sebagai lahan
praktek
2. berkenalan dengan bidang diklat, perawatan, pembimbing dimasing-masing tempat
praktek
3. orientasi ruangan yang dipakai tempat magang
4. melapor kepada pembimbing lapangan setiap perpindahan kelompok
5. bekerjasama dengan pembimbing sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai
6. melaksanakan tugas dari pembimbing dengan baik
7. menyerahkan laporan hasil kegiatan harian kepada pembimbing dari pendidikan
untuk mendapat umpan balik
b. pembimbing / clinical instruktur
i. pembimbing lapangan
1. mengatur kelancaran praktek siswa
2.mendemostrasikan tindakan keperawatan langsung pada
pelaksanaan/penerapan proses keperawatan
3.mencek laporan kegiatan harian siswa
4.memberikan bimbingan langsung dalam penerapan keperawatan
ii. Pendidikan
1.Mengadakan pengamatan langsung pada pelaksanaa/penerapan proses
keperawatan
2.Memeriksa laporan hasil kegiatan harian
3.Memberikan bimbingan langsung dalam penerapan proses keperawatan
4.Melaksanakan supervise dan diskusi kelompok

Bagi siswa/siswi yang 3 kali melanggar peraturan dikenakan saksi


tidak boleh mengikuti praktek magang dan tidak naik kelas.
Pelayanan Farmasi di Apotek
DETAIL PELAYANAN DI APOTEK

1. 1.  PELAYANAN RESEP

 A.  Pengelolaan Resep

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
(Kep.Menkes, No. 1027 tahun 2004)

Pasal 15 ayat 1 Permenkes No. 922 tahun 1993 “Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi
dan dokter hewan”.

Permenkes No. 26 tahun 1981 pasal 10 menyebutkan “resep harus ditulis dengan jelas dan
lengkap” selain itu dalam Kepmenkes No. 280 tahun 1981;

Pasal 2, Resep harus memuat:

1. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau dokter hewan
2. Tanggal penulisan resep, nama setiap obat atau komposisi obat
3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep
4. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
5. Jenis hewan dan nama serta alamt pemiliknya untuk resep dokter hewan
6. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang jumlahnya
melebihi dosis maksimal

Pasal 3 disebutkan juga bahwa :

1. Resep dokter hewan hanya ditujukan untuk penggunaan pada hewan


2. Resep yang mengandung narkotika harus ditulis tersendiri sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 4 tertulis :

1. Untuk penderita yang memerlukan pengobatan segera, dokter dapat memberi tanda
“segera”, “cito”, “statim” atau “urgent” pada bagian atas kanan resep
2. Apoteker harus mendahulukan pelayanan resep dimaksud ayat 1 pasal ini.

Pasal 5 menyebutkan bahwa; apoteker tidak dibenarkan mengulangi penyerahan obat atas dasar
resep yang sama apabila :

1. Pada resep aslinya diberi tanda “n.i”, “ne iteratur” atau “tidak boleh diulang”
2. Resep aslinya mengandung narkotika atau obat lain yang oleh menteri c.q direktur
jenderal ditetapkan sebagai obat yang tidak boleh diulang tanpa resep baru.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1027/MENKES/SK/IX/2004, Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek, Standar
pelayanan resep di apotik adalah sebagai berikut.

1.  Pelayanan Resep.

1.1. Skrining resep.

Apoteker melakukan skrining resep meliputi :

1.1.1. Persyaratan administratif :

– Nama,SIP dan alamat dokter.

– Tanggal penulisan resep.

– Tanda tangan/paraf dokter penulis resep.

– Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.

– Nama obat , potensi, dosis, jumlah yang minta.

– Cara pemakaian yang jelas.

– Informasi lainnya.

1.1.2. Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan
cara pemberian.

1.1.3. Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi,
jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada
dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu
menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.

1.2. Penyiapan obat.

1.2.1. Peracikan.
Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket
pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan
memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar.

1.2.2. Etiket.

Etiket harus jelas dan dapat dibaca.

1.2.3. Kemasan obat yang diserahkan.

Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya.

1.2.4. Penyerahan Obat.

Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian
antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi
obat dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan.

1.2.5. Informasi Obat.

Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak
bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara
pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan
minuman yang harus dihindari selama terapi.

1.2.6. Konseling.

Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan
kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan
terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan
kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu seperti cardiovascular, diabetes, TBC,
asthma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan.

1.2.7. Monitoring Penggunaan Obat.

Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan
obat, terutama untuk pasien tertentu seperti cardiovascular, diabetes , TBC, asthma, dan penyakit
kronis lainnya.

Penyimpanan obat juga diatur dalam Kepmenkes No. 1332 tahun 2002 pasal 12 ayat 1 yang
menyebutkan bahwa apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan sediaan
farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin.

Dalam Permenkes No. 922 tahun 1993 juga menjelaskan:

Pasal 14
1. Apotik wajib melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan.
2. Pelayanan resep dimaksud dalam ayat (1) sepenuhnya atas tanggung jawab Apoteker
Pengelola Apotik.

Pasal 15

1. Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya
yang dilandasi pada kepentingan masyarakat.
2. Apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis didalam resep
dengan obat paten.
3. Dalam hal pasien tidak mampu menbus obat yang tertulis dalam resep, Apoteker wajib
berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat.
4. Apoteker wajib memberikan informasi :
1. Yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien.
2. Penggunaan obat secara tepat, aman, rasional atas permintaan masyarakat.

Pasal 16

1. Apabila Apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan
resep yang tidak tepat, Apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep.
2. Apabila dalam hal dimaksud ayat (1) karena pertimbangan tertentu dokter penulis resep
tetap pada pendiriannya, dokter wajib menyatakannya secara tertulis atau membubuhkan
tanda tangan yang lazim diatas resep.

B. Salinan Resep

Salinan resep diatur dalam kepmenkes No. 280 tahun 1981 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pengelolaan Apotek, disebutkan bahwa salinan resep adalah salinan yang dibuat oleh apotek,
yang selain memuat semua keterangan yang terdapat dalam resep asli, harus memuat pula:

1. Nama dan alamat Apotek


2. Nama dan nomor Surat Izin Pengelola Apotek
3. Tanda tangan atau paraf apoteker pengelola apotek
4. Tanda ‘det’ atau ‘detur’ untuk obat yang sudah diserahkan; tanda ‘nedet’ atau ‘ne detur’
untuk obat yang belum diserahkan
5. Nomor resep dan tanggal pembuatan

Permenkes No. 922 tahun 1993 pasal 17 menyebutkan bahwa:

Ayat 1   :    Salinan resep harus ditandatangani apoteker

Ayat 3   :    Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau
yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang
berwenang merut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

C. Penyimpana dan pemusnahan resep


Di Apotek, bila obatnya sudah diserahkan kepada penderita, menurut Peraturan Pemerintah
kertas resep harus disimpan, diatur menurut urutan tanggal dan nomor urut pembuatan, serta
harus disimpan sekurang-kurangnya selama tiga tahun. Kegunaan hal akhir ini adalah untuk
memungkinkan penelusuran kembali bila setelah sekian waktu terjadi suatu akibat dari obat yang
diberikan. Setelah lewat waktu tiga tahun, resep-resep oleh Apotek boleh dimusnahkan dengan
membuat proses verbal (berita acara) pemusnahan. (SK Menkes RI no. 280/MenKes/SK/V/1981
mengenai penyimpanan Resep di Apotek).
Secara jelas dalam pasal 7 Kepmenkes No. 280 Tahun 1981 mengatur tentang tata cara
penyimpanan dan pemusnahan resep sebagai berikut:

1. Apoteker Pengelola Apotek mengatur resep yang tealh dikerjakan menurut urutan tanggal
dan nomor urutan penerimaan resep dan harus disimpan sekurang–kurangnya tiga tahun.
2. Resep yang mengandung Narkotika harus dipisahkan dengan resep lainnya.
3. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu dimaksud ayat 1 pasal ini dapat
dimusnahkan.
4. Pemusnahan resep dimaksud dalam ayat 3 pasal ini, dilakukan dengan cara dibakar atau
dengan cara lain yang memadai oleh Apoteker Pengelola Apotek bersama dengan
sekurang–kurangnya petugas apotek.
5. Pada pemusnahan resep, harus dibuat Berita cara pemusnahan sesuai dengan bentuk yang
telah ditentukan dalam rangkap empat dan ditandatangani oleh mereka yang dimaksud
pada ayat 4 pasal ini.

1. 2.  PELAYANAN OBAT WAJIB APOTEK (OWA)

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 347/ MenKes/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib Apotik,
mendefenisikan Obat Wajib Apotek (OWA) yaitu obat keras yang dapat diserahkan oleh
Apoteker kepada pasien di Apotik tanpa resep dokter. Yang pada diktum ke dua pada putusan,
dijelaskan bahwa Obat yang termasuk dalam OBAT WAJIB APOTIK ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan.

Permenkes No. 919 tahun 1993 juga mengatur tentang kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa
resep yakni sebagai berikut:

1. Tidak dikontaraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak dibawa usia 2
tahun dan orang tua diatas 65 tahun
2. Pengobatan sendiri dengan obat yang dimaksud tidak memberikan resiko pada kelanjutan
penyakit
3. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan
4. Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia
5. Obat dimaksud  memiliki resiko khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan
untuk pengobatan sendiri.

Pada diktum ke empat dalam putusan Menteri Kesehatan Nomor : 347/ MenKes/SK/VII/1990,
juga di tuliskan “Apoteker di Apotik dalam melayani pasien yang memerlukan obat dimaksud
diktum kedua (Obat yang termasuk dalam OBAT WAJIB APOTIK ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan) diwajibkan :

1. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan dalam Obat
Wajib Apotik yang bersangkutan.
2. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan.
3. Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi, efek samping
dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.

Jenis obat yang temasuk dalam daftar OWA, tertulis dalam kepmenkes tentang OWA 1, OWA 2,
dan OWA 3. Dalam OWA 2 merupakan tambahan dari daftar obat yang telah ditetapkan dalam
OWA 1, demikian juga OWA 3, merupakan tambahan dari OWA 1 dan OWA 2.

1. 3.  PELAYANAN OBAT BEBAS (OB) DAN OBAT BEBAS TERBATAS (OBT)

Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, pada tahun 2006, menerbitkan “Pedoman
Penggunaan Obat Bebas Dan Bebas Terbatas” diamana penyusunan pedoman tersebut ditujukan
Sebagai pedoman bagi masyarakat yang ingin melakukan swamedikasi dan sebagai bahan
bacaan Apoteker untuk membantu masyarakat dalam melakukan swamedikasi.

Dalam pedoman tersebut,  Obat Bebas (OB) di defenisikan sebagai obat yang dijual bebas di
pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas
adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.sedangkan Obat bebas Terbatas (OBT)
didefenisikan sebagai; obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau
dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada
kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.

Untuk Obat Bebas (OB) dan Obat Bebas Terbatas (OB), karana dapat diserahkan tanpa resep
dokter seperti halnya OWA, makan OB dan OTB juga harus megikuti aturan Permenkes No. 919
tahun 1993 tentang kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa resep yakni sebagai berikut:

1. Tidak dikontaraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak dibawa usia 2
tahun dan orang tua diatas 65 tahun
2. Pengobatan sendiri dengan obat yang dimaksud tidak memberikan resiko pada kelanjutan
penyakit
3. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan
4. Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia
5. Obat dimaksud  memiliki resiko khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan
untuk pengobatan sendiri.
Pada BAB XVIII dalam Pedoman Penggunaan Obat Bebas Dan Bebas Terbatas dijelaskan
tentang PERAN APOTEKER DALAM PENGGUNAAN OBAT BEBAS DAN BEBAS
TERBATAS sebagai berikut:

Penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas dalam pengobatan sendiri (swamedikasi) harus
mengikuti prinsip penggunaan obat secara umum, yaitu penggunaan obat secara aman dan
rasional. Swamedikasi yang bertanggung jawab membutuhkan produk obat yang sudah terbukti
keamanan, khasiat dan kualitasnya, serta membutuhkan pemilihan obat yang tepat sesuai dengan
indikasi penyakit dan kondisi pasien.

Sebagai seorang profesional kesehatan dalam bidang kefarmasian, Apoteker mempunyai peran
yang sangat penting dalam memberikan bantuan, nasehat dan petunjuk kepada masyarakat yang
ingin melakukan swamedikasi, agar dapat melakukannya secara bertanggung jawab. Apoteker
harus dapat menekankan kepada pasien, bahwa walaupun dapat diperoleh tanpa resep dokter,
namun penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas tetap dapat menimbulkan bahaya dan efek
samping yang tidak dikehendaki jika dipergunakan secara tidak semestinya.

Dalam penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas, Apoteker memiliki dua peran yang
sangat penting, yaitu menyediakan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat dan
kualitasnya serta memberikan informasi yang dibutuhkan atau melakukan konseling kepada
pasien (dan keluarganya) agar obat digunakan secara aman, tepat dan rasional. Konseling
dilakukan terutama dalam mempertimbangkan :

1. Ketepatan penentuan indikasi/penyakit


2. Ketepatan pemilihan obat (efektif, aman, ekonomis), serta
3. Ketepatan dosis dan cara penggunaan obat.

Satu hal yang sangat penting dalam konseling swamedikasi adalah meyakinkan agar produk yang
digunakan tidak berinteraksi negatif dengan produk-produk yang sedang digunakan atau
dikonsumsi pasien. Di samping itu Apoteker juga diharapkan dapat memberikan petunjuk kepada
pasien bagaimana memonitor penyakitnya, serta kapan harus menghentikan pengobatannya atau
kapan harus berkonsultasi kepada dokter.

Informasi tentang obat dan penggunaannya perlu diberikan pada pasien saat konseling untuk
swamedikasi pada dasarnya lebih ditekankan pada informasi farmakoterapi yang disesuaikan
dengan kebutuhan serta pertanyaan pasien. Informasi yang perlu disampaikan oleh Apoteker
pada masyarakat dalam penggunaan obat bebas atau obat bebas terbatas antara lain:

1. Khasiat obat: Apoteker perlu menerangkan dengan jelas apa khasiat obat yang
bersangkutan, sesuai atau tidak dengan indikasi atau gangguan kesehatan yang dialami
pasien.
2. Kontraindikasi: pasien juga perlu diberi tahu dengan jelas kontra indikasi dari obat yang
diberikan, agar tidak menggunakannya jika memiliki kontra indikasi dimaksud.
3. Efek samping dan cara mengatasinya (jika ada): pasien juga perlu diberi informasi
tentang efek samping yang mungkin muncul, serta apa yang harus dilakukan untuk
menghindari atau mengatasinya.
4. Cara pemakaian: cara pemakaian harus disampaikan secara jelas kepada pasien untuk
menghindari salah pemakaian, apakah ditelan, dihirup, dioleskan, dimasukkan melalui
anus, atau cara lain.
5. Dosis: sesuai dengan kondisi kesehatan pasien, Apoteker dapat menyarankan dosis sesuai
dengan yang disarankan oleh produsen (sebagaimana petunjuk pemakaian yang tertera di
etiket) atau dapat menyarankan dosis lain sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
6. Waktu pemakaian: waktu pemakaian juga harus diinformasikan dengan jelas kepada
pasien, misalnya sebelum atau sesudah makan atau saat akan tidur.
7. Lama penggunaan: lama penggunaan obat juga harus diinformasikan kepada pasien, agar
pasien tidak menggunakan obat secara berkepanjangan karena penyakitnya belum hilang,
padahal sudah memerlukan pertolongan dokter.
8. Hal yang harus diperhatikan sewaktu minum obat tersebut, misalnya pantangan makanan
atau tidak boleh minum obat tertentu dalam waktu bersamaan.
9. Hal apa yang harus dilakukan jika lupa memakai obat
10. Cara penyimpanan obat yang baik
11. Cara memperlakukan obat yang masih tersisa
12. Cara membedakan obat yang masih baik dan sudah rusak

Di samping itu, Apoteker juga perlu memberi informasi kepada pasien tentang obat generik yang
memiliki khasiat sebagaimana yang dibutuhkan, serta keuntungan yang dapat diperoleh dengan
menggunakan obat generik. Hal ini penting dalam pemilihan obat yang selayaknya harus selalu
memperhatikan aspek farmakoekonomi dan hak pasien.

Disamping konseling dalam farmakoterapi, Apoteker juga memiliki tanggung jawab lain yang
lebih luas dalam swamedikasi. Dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh IPF
(International Pharmaceutical Federation) dan WMI (World Self-Medication Industry) tentang
swamedikasi yang bertanggung jawab (Responsible Self-Medication) dinyatakan sebagai berikut:

1. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk memberikan nasehat dan informasi
yang benar, cukup dan objektif tentang swamedikasi dan semua produk yang tersedia
untuk swamedikasi.
2. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk merekomendasikan kepada pasien
agar segera mencari nasehat medis yang diperlukan, apabila dipertimbangkan
swamedikasi tidak mencukupi.
3. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk memberikan laporan kepada
lembaga pemerintah yang berwenang, dan untuk menginformasikan kepada produsen
obat yang bersangkutan, mengenai efek tak dikehendaki (adverse reaction) yang terjadi
pada pasien yang menggunakan obat tersebut dalam swamedikasi.
4. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk mendorong anggota masyarakat
agar memperlakukan obat sebagai produk khusus yang harus dipergunakan dan disimpan
secara hati-hati, dan tidak boleh dipergunakan tanpa indikasi yang jelas.

Selain melayani konsumen secara bertatap muka di apotek, Apoteker juga dapat melayani
konsumen jarak jauh yang ingin mendapatkan informasi atau berkonsultasi mengenai pengobatan
sendiri. Suatu cara yang paling praktis dan mengikuti kemajuan zaman adalah dengan membuka
layanan informasi obat melalui internet atau melalui telepon. Slogan “Kenali Obat Anda”.
“Tanyakan Kepada Apoteker” kini semakin memasyarakat. Para Apoteker sudah semestinya
memberikan respons yang baik dan memuaskan dengan memberikan pelayanan kefarmasian
yang profesional dan berkualitas.

1. 4.  PELAYANAN PSIKOTROPIKA

Menurut pasal 14 UU No. 5 tahun 1997 tentang psikotropika:

Ayat 2   : Penyerahan psikotropika oleh apotek haya dapat dilakukan kepada:

1. Apotek lainnya
2. Rumah sakit
3. Puskesmas
4. Balai pengobatan
5. Dokter
6. Pengguna/pasien

Ayat 4   : Penyerahan psikotropika oleh apotek, rumah sakit, puskesmas dan balai pengbatan
dilaksanakan berdasarkan resep dokter

Ayat 5   : Penyerahan psikotropika oleh dokter dilaksanakan dalam hal:

1. Menjalankan praktek terapi dan diberikan melalui suntikan


2. Menolong orang sakit dalam keadaan darurat
3. Menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek

Ayat 6   : Psikotropika yang diserahkan dokter hanya dapat diperoleh di apotek.

Pencatatan dan pelaporan terhadap pengelolaan psikotropika diatur dalam pasal 33 UU no 5


tahun 1997 yakni “Pabrik obat, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi
pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, lembaga penelitian dan/
atau lembaga pendidikan” wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan masing-
masing yang berhubungan dengan psikotropika.

Pada pasal 53 UU no 5 tahun 1997 disebutkan bahwa

Ayat 1 pemusnahan psikotropika dilaksanakan dalam hal :

1. Berhubungan dengan tindak pidana


2. Diproduksi tanpa memenuhi tandar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat
digunakan dalam proses produksi psikotropika
3. Kadaluarsa
4. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan / atau untuk
kepentingan ilmu pengetahuan.
Dalam UU no 5 tahun 1997 ini tidak mengatur secara detail tentang teknis pelaksanaan
pemusnahan psikotropika. Dalam pasal 12 ayat 2 permenkes no 922 tahun 1993 disebutkan
bahwa “ sediaan farmasi yang karena sesuatu hal tidak dapat digunakan lagi atau dilarang
digunakan, harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang
ditetapkan oleh menteri.

Pada pasal 53 ayat 2 UU no 5 tahun 1997 hanya menyebutkan tentang siapa yang memusnahkan
psikotropika. Pernah dikeluarkan surat edaran yang berisi tentang pemusnahan dimana narkotika
dan psikotropika disamakan yakni pada surat edaran kepala direktur pengawasan narkotika dan
bahan berbahaya Dir Jend POM Dep. Kes. RI nomor 010/EE/SE/81 tanggal 8 Mei 1981 tentang
pemusnahan /penyerahan narkotika atau psikotropika yang rusak / tidak terdaftar. Bila mengacu
surat edaran ini, maka teknis pelaksanaan pemusnahan psikotropika sama seperti pada narkotika.

1. 5.  PENGELOLAAN NARKOTIKA

Menurut  pasal 39 UU no 22 tahun 1997 tentang narkotika;

Ayat 2   : Apotek hanya dapat menyerahkan narkotika kepada :

1. Runah sakit
2. Puskesmas
3. Apotek lainnya
4. Balai pengobatan
5. Dokter
6. Pasien

Ayat 3   : Rumah sakit, apotek, puskesmas dan balai pengobatan  hanya dapat menyerahkan
narkotika kepada pasien berdasarkan resep dokter

Ayat 4   : Penyerahan narkotika oleh dokter hanya dapat dilaksanakan dalam hal;

1. Menjalankan praktek dokter dan diberikan melalui suntikan


2. Menolong orang sakit dalam keadaan darurat
3. Menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek.

Ayat 5   : Narkotika dalam bentuk suntikan dalam jumlah tertentu yang diserahkan dokter hanya
dapat diperoleh dari apotek.

Pemusnahan narkotika diatur dalam pasal 60 dan 61 UU no 22 tahun 1997.

Pasal 60 : Pemusnahan dilakukan dalam hal :

1. Diproduksi tanpa  memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan atau tidak dapat
digunakan dalam proses produksi;
2. Kadaluarsa
3. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau untuk
pengembangan ilmu pngetahuan; atau
4. Berkaitan dengn tindak pidana.”

Pasal 61 :

(1)   Pemusnahan narkotika sebagaimana dimaksud dalam pasal 60 huruf a, b, dan c


dilaksanakan oleh pemerintah, orang, atau badan yang bertanggungjawab atas produksi dan atau
peredaran narkotika, sarana kesehatan tertentu, serta lembaga ilmu pengetahuan tertentu dengan
disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk menteri kesehatan.

(2)   Pemusnahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan pembuatan berita
acara yang sekurang-kurangnya memuat :

1. nama, jenis, sifat, dan jumlah;


2. keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun, dilakukan pemusnahan; dan
3. tanda tangan dan identitas lengkap pelaksana dan pejabat yang menyaksikan pemusnahan

(3)   Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pemusnahan  narkotika

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Keputusan Menteri Kesehatan.

Dalam ketentuan peralihan undang-undang peralihan tersebut disebutkan bahwa “semua


peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan UU No. 9 Tahun 1976
tentang narkotik masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan atau belum diganti”,
dengan peraturan baru berdasarkan undang-undang ini. Oleh karena itu ketentuan dibawah ini
masih berlaku.

1. Resep dari luar propensi harus mendapatkan persetujuan dari dokter setempat
2. Salinan resep untuk obat yang baru diambil sebagaian tidak boleh dilayani oleh apotek
lain
3. Resep yang berisi narotika tidak boleh iterasi
4. Penyimpanan narkotika pada lemari yang mempunyai ukuran 40 x 80 x 100 cm, dapat
berupa almari yang diketatkan di dinding atau menjadi suatu kesatuan dengan almari
yang besar
5. Almari tersebut mempunyai 2 kunci yang satu untuk menyimpan narkotika sehari-hari
dan yang lainnya untuk narkotika persediaan dan morfin, pethidin dan garam-garamnya
6. Laporan narkotika disampaikan setiap bulan
7. Pemesanan narkotika menggunakan surat pesanan model N-9 rangkap 5 setiap satu
lembar pesanan berisikan 1 macam narkotika
8. Pencatatan narkotika menggunakan buku register narkotika

Ketentuan tentang resep dan salinan resep narkotika juga diatur dalam Surat Edaran Dirjen POM
336/E/SE/1997 tanggal 4 Mei 1997 yang menyebutkan bahwa:
1. Apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika, walaupun resep
tersebut baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali
2. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali,
apotek boleh membuat salinan resep, tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani di
apotek yang mentimpan resep aslinya.
3. Salinan resep atau resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali.
Untuk mencegah pertengkaran di apotik harap diumumkan kepada dokter agar tidak
menambah tulisan iter pada resep-resep yang menangandung narkotika.

Tempat penyimpanan narkotika juga diatur dalam pasal 5 permenkes no 28 tahun 1978 tentang
penyimpanan narkotika yakni:

1. Apotik dan rumah sakit harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan narkotika
2. Tempat khusus pada ayat 1 harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Harus dibuar seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat
2. Harus mempunyai kunci yang kuat
3. Dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan, bagian pertama
dipergunakan untuk menyimpan morfina, petidina dan garam-garamnya, serta
persediaan narkotika, bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika
lainnya yang dipakai sehari-hari.
4. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40 X 80 X
100 cm, maka lemari tersebut harus dibuat pada tembok atau lantai.
DAFTAR KELOMPOK MAGANG
TAHUN 2018

NO KELOMPOK NAMA TEMPAT PRAKTEK NAMA SISWA PEMBIMBING


1 KF CISAUK WINONA
DEBY
NURUL
KF THE ICON ECI
DILLAH
AQWIL
KF 278 VERSAILES CHANDER
KELOMPOK 1 DARMA PAK ADANG
KEVIN
AKSAL
KF 95 BSD AMANDA
SAFIRA
AKBAR
AKSAL
KF PONDOK BENDA THARIQ
HAFIDZ
FAQIH
2 KF 457 ALAM SUTERA MAGDA
IMMA
DINI
KF 473 BOULEVARD BELLA
NABILA
KF 560 KELAPA DUA RINDI
ASIH
NOVIA
KELOMPOK 2 DEVI BU GANDES
KF 115 PAMULANG ADEL
KUNTUM
RINA
ZAHWA
HAYA
KF 332 VILLA DAGO TESNA
SINTA
DEWI

LEMBAR PENILAIAN DAN KEGIATAN


PRAKTEK MAGANG
SMK KESEHATAN RIKSA INDRYA
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


CIA CIA
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


CIA CIA
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


CIA CIA
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


CIA CIA
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


CIA CIA
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


CIA CIA
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


CIA CIA
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


CIA CIA
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


CIA CIA
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


CIA CIA
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


CIA CIA
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


CIA CIA
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


CIA CIA
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


CIA CIA
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


CIA CIA
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


CIA CIA
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


CIA CIA
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


CIA CIA
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


CIA CIA
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


CIA CIA
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


CIA CIA
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


CIA CIA
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


CIA CIA
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


CIA CIA
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


CIA CIA
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


CIA CIA
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


CIA CIA
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


CIA CIA
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


CIA CIA
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


CIA CIA
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


CIA CIA
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


CIA CIA
lapangan materi
KEGIATAN HARIAN SISWA
SMK Kesehatan Riksa Indrya

TGL Jam Kegiatan Paraf KET


CIA CIA
lapangan materi
KEGIATAN PEMBIMBING
MATERI ( Sekolah )

Tangga Nama Kelompok Kegiatan Paraf


l pembimbing dan
stempel

KEGIATAN PEMBIMBING
LAPANGAN ( Praktek )

Tangga Nama Kelompok Kegiatan Paraf


l pembimbing Dan
Stempel
SMK KESEHATAN RIKSA INDRYA
FORMAT PENILAIAN KERAPIHAN

FORMAT PENILAIAN KERAPIHAN


DI APOTIK KIMIA FARMA
Tanggal/hari :
Nama Tempat :

N penilaian Penilaian Pelanggaran TTD Ket


o pembimbing
A B C D
(4) (3) (2) (1) jenis tanggal
pelanggaran
Seragam
1
2 Sepatu

3 Kuku dan
rambut

4 Kelengkapan
lain

FORMAT PENILAIAN KERAPIHAN


DI APOTIK KIMIA FARMA
Tanggal/hari :
Nama Tempat :

N penilaian Penilaian Pelanggaran TTD Ket


o A B C D pembimbing
jenis tanggal
(4) (3) (2) (1)
pelanggaran
Seragam
1
2 Sepatu

3 Kuku dan
rambut

4 Kelengkapan
lain

Target /pencapaian hasil sesuai dengan kompetensi sekolah.

DAFTAR BASIC KOMPETENSI

NO KOMPETENSI PENCAPAIAN
(ditanda tangani Pembimbing Lapangan dan Stempel )
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 TTV (Tanda-Tanda
Vital)
Catat nama, umur,
dan hasilnya

2 Membantu
melaporkan dan
mencatat hasil
observasi

3 Membantu perbedden
dan bed making

4 Membantu
Memandikan

5 Membantu BAB dan


BAK

6 Perawatan Gigi dan


Mulut

7 Membantu melakukan
pijatan (Back Rubs)

8 Menyiapkan kompres
hangat dan dingin

9 Membantu perawatan
kuku dan rambut

10 Membantu Range of
Motion

11 Membantu merubah
dan mengatur posisi

12 Memindahkan klien
dari kursi roda atau
Brankar

13 Membantu klien
berjalan
14 Membantu
mempersiapkan
makanan dan minum

15 Membantu dalam hal


pemberian makan dan
minum

16 Membantu
kenyamanan
lingkungan dan
keamanan klien
SMK KESEHATAN RIKSA INDRYA
FORMAT PENILAIAN KEDISIPLINAN DAN PENAMPILAN KLINIK

Nama :
NISN :

No ASPEK YANG DINILAI RS KHUSUS PSTW Bina Bakti


DHARMA GRAHA Serpong
NILAI NILAI
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Datang dan pulang tepat
waktu

2 Kesiapan dalam melakukan


praktek

3 Kepedulian terhadap
lingkungan (keadaan ruangan
dan klien)

4 Kesiapan dalam memberikan


bantuan pada klien

5 Pengetahuan tentang rasional


tindakan yang akan dilakukan

6 Keterampilan dalam
melakukan tindakan
keperawatan

7 Ketepatan dan kecepatan


dalam melakukan tindakan

8 Memiliki Inisiatif

9 Mendokumentasikan
kegiatan harian

10 Tulisan rapi dan jelas

TOTAL

Nilai Akhir

TTD CIA
Total Nilai akhir : (total nilai akhir/2)

Rentang nilai akhir:


A = 9.00 – 10.00 (lulus amat baik)
B = 8.00 – 8.99 (lulus baik)
C = 7.00 – 7.99 (lulus cukup)
D = 0.00 – 6.99 (belum lulus)

Catatan :
Lembar penilaian bila telah dinilai dan ditandatangani oleh pembimbing materi, wajib difotocopy
sebanyak 2 lembar dan diberikan kepada wali kelas dan Koordinator Program Keahlian Keperawatan,
masing-masing sebanyak 1 lembar

Mengetahui Pembimbing Praktek,


Serpong, 2018

Anda mungkin juga menyukai