Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

APOTEK KIMIA FARMA TRENGGALEK

Disusun Oleh:
1. Icha Wahyuni Oktavia (30317031)
2. Riski Endah Putrianti (30317063)

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2019
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
Laporan Praktek Belajar Lapangan di Apotek Kimia Farma Trenggalek
Program D3 Farmasi
Fakultas Farmasi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
(18 November – 14 Desember 2019)

Disetujui Oleh:

Apoteker Pembimbing Dosen Pembimbing

Praktek Kerja Lapangan Praktek Kerja Lapangan

Neli Silvia Ningrum S.Farm., Apt. Kumala Sari P.D.W., M.Farm., Apt.

Mengetahui,

Ketua Program Studi DIII Farmasi Dekan Fakultas Farmasi

Ida Kristianingsih, S.Si.,M.Farm., Apt. Dewy Resty Basuki, M.Farm., Apt.


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah serta inayah-Nya, sehingga pelaksanaan dan penyusunan Laporan Praktek

Kerja Lapangan ini dapat terselesaikan.

Pelaksanaan dan penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini merupakan salah satu

syarat untuk memenuhi Tugas Akhir Praktek Kerja Lapangan D3 Farmasi Institut Ilmu

Kesehatan Bhakty Wiyata Kediri, Jawa timur. Praktek Kerja Lapangan ini berlangsung pada

tanggal 17 November 2019 – 14 Desember 2019 di Apotek Kimia Farma Trenggalek.

Kami menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penyusunan Laporan Praktek Kerja

Lapangan ini, banyak menghadapi kesulitan, namun berkat kemauan dan kerja keras serta

bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka laporan ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat

kekurangan, untuk itu penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang dapat

membangun demi kesempurnaan laporan PKL ini.Semoga laporan PKL ini dapat bermanfaat

bagi kita semua.AMIEN.

Trenggalek ,14 Desember 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Praktek kerja lapangan merupakan kegiatan untuk memberikan pengalaman

belajar bagi mahasiswa farmasi dalam situasi dunia kerja yang nyata, khususnya

mengetahui dan memahami seluruh aspek-aspek kefarmasian di apotek.

Berpedoman pada kurikulum Akademi Farmasi Pusat pendidikan Tenaga

Kesehatan Departemen Kesehatan RI tahun 2003 dan Program Pendidikan DIII Farmasi

Inastitut Ilmu Kesehatan Bhakty Wiyata Kediri, tentang pencapaian kemampuan

administrasi dan pelayan kefarmasian di lingkungan kerja apotek, mahasiswa

diwajibkan untuk melaksanakan kegiatan praktek kerja lapangan di bidang kefarmasian.

Selama pelaksanaan praktik tersebut mahasiswa diberikan kesempatan untuk

menerapkan serta mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan yang telah didapatkan

diperkuliahan dan laboratorium ke dalam pelayanan yang nyata di apotek terutama di

unit-unit kefarmasian hingga memberikan bekal yang maksimal untuk menunjang

kompetensi bilamana sudah lulus dari jenjang akademi siap untuk menerapkan serta

mendedikasikan ilmunya di dunia kesehatan.

Sehat merupakan hak dasar setiap manusia.Setiap manusia di seluruh dunia

berhak mendapatkan kesehatan.Kesehatan juga merupakan salah satu faktor yang

sanga tmenentukan dalam pengembangan sumber daya manusia.Di sisi lain, kesehatan

juga merupakan kewajiban, di mana setiap orang harus berperilaku hidup sehat untuk

mewujudkan dan mempertahankan kesehatan.Dengan demikian,sehat bukan semata–


mata anugerah, melainkan sesuatu yang harus diupayakan dan diperjuangkan oleh

seluruh lapisan masyarakat.

Kesehatan merupakan salah satu unsur penting bagi kesejahteraan manusia,

dimana kesehatan tersebut menyangkut semua aspek kehidupan baik dari fisik, mental

maupun sosial ekonomi.Kesehatan sendiri adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa

dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup secara sosial dan ekonomis.

Pengadaan obat dan distribusi obat merupakan salah satu bentuk pelayanan

kesehatan yang penting karena obat merupakan faktor penting pendukung

kesehatan.Oleh kerena itu, apotik menjadi salah satu pendistribusi obat keberadaannya

diatur oleh pemerintah.

Apotek memiliki dua fungsi yaitu sebagian bentuk unit pelayanan kesehatan

apotek yang menyediakan baik obat – obatan maupun alat kesehatan yang dibutuhkan

oleh masyarakat.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922/ Menkes/ Per/ X/ 1993

tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin Apotek, memberikan batasan tentang

Apotek yaitu suatu tempat penyaluran pembekalan farmasi kepada masyarakat. Dalam

hal ini pembekalan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat asli

indonesia, ( Obat tradisional ), alat kesehatan dan kosmetika.

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang

kefarmasian serta makin tingginya kesadaran masyarakat dalam meningkatkan

kesehatan, maka dituntut juga kemampuan para petugas dalam pelayanan kefarmasian

kepada masyarakat. Dengan demikian pada dasarnya kaitan tugas pekerjaan farmasis

dalam melangsungkan berbagai proses kefarmasian, bukannya sekedar membuat obat,


melainkan juga menjamin serta meyakinkan bahwa produk kefarmasian yang

diselanggarakan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses penyembuhan

penyakit yang diderita pasien.mengingat kewenangan keprofesian yang dimilikinya,

maka dalam menjalankan tugasnya harus menjalankan prosedur-prosedur kefarmasian

demi dicapainya produk kerja yang memenuhi syarat ilmu pengetahuan kefarmasian,

sasaran jenis pekerjaan yang dilakukan serta hasil kerja akhir yang seragam, tanpa

mengurangi pertimbangan keprofesian secara pribadi.

Farmasis adalah tenaga ahli yang mempunyai kewenangan dibidang

kefarmasian melalui keahlian yang diperolehnya selama pendidikan tinggi

kefarmasian.Sifat kewenaganyang berlandaskan ilmu pengetahuan ini memberinya

semacam otoritas dalam berbagai aspek obat atau profesi kefarmasian yang tidak

dimiliki oleh tenaga kesehatan yang dikelompokkan profesi, telah diakui secara

universal. Lingkup pekerjaannya meliputi semua aspek tentang obat, melalui

penyediaan bahan baku obat dalam arti luas, membuat sediaan jadinya sampai dengan

pelayanan kepada pemakaian obat atau pasien.

WHO tahun 1997, mengenalkan lahirnya asuhan kefarmasian. Dimensi

pekerjaan profesi farmasis tidak kehilangan bentuk, tetap menjadi seorang ahli dalam

bidang obat. Pasien menikmati layanan profesional dari seorang farmasis dalam

bentuk penjelasan tentang obat, sehingga pasien memahami program program

obatnya.

Pelayanan kesehatan adalah setiap usaha yang diselenggarakan secara sendiri

atau bersama – sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan


perorangan, keluarga, kelompok, dan atau masyarakat. Pelayanan kesehatan dapat

dilakukan oleh pemerintah atau swasta, dalam bentuk pelayanan perorangan atau

pelayanan kesehatan masyarakat. Berbagai bentuk pelayanan kesehatan berhubungan

satu sama lain membentuk suatu jaringan yang saling terkait menjadi satu kesatuan

yang utuh dan terpadu yang disebut sistem pelayanan kesehatan.

Suatu sistem pelayanan kesehatan dikatakan baik, bila struktur dan fungsi

pelayanan kesehatan dapat dihasilkan pelayanan kesehatan yang memenuhui

persyaratan, yaitu : tersedia, adil dan merata, tercapai, terjangkau, dapat diterima,

wajar, efektif, efesien, menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, bermutu, dan

berkesinambungan.

B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

1. Untuk mengembangkan teori yang didapat dengan praktek yang dilaksanakan di

lapangan.

2. Untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam dunia pelayanan kesehatan, khususnya

pelayanan kefarmasiaan di apotek kimia farma helma samarinda.

C. Manfaat Praktek Kerja Lapangan (PKL)

1. Mahasiswa dapat secara langsung menerapkan bekal ilmu dan pengetahuan di dunia kerja

yaitu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan kefarmasian di apotek.

2. Melatih calon ahli madya farmasi agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan

kerja.

3. Dapat meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan, keterampilan pemahaman, kreativitas,

serta kinerja praktek mahasiswa dalam pelayanan kefarmasian di apotek.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Umum Apotek

2.1 Pengertian Apotek

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.51 tahun 2009  tentang Pekerjaan

Kefarmasian, yang dimaksud dengan apotek adalah suatu  sarana pelayanan kefarmasian

tempat dilakukannya praktek kefarmasian oleh apoteker. Pekerjaan kefarmasian yang

dimaksud adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,

pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran obat, pengelolaan obat,

pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat,

bahan obat dan obat tradisional. Pekerjaan kefarmasian juga meliputi dalam pengadaan

sediaan farmasi, produksi sediaan farmasi, distribusi atau penyaluran sediaan farmasi, dan 

pelayanan dalam sediaan farmasi.

2.2 Persyaratan Apotek

Berdasarkan PerMenKes Nomor 1332/Menkes/SK/X/20002 di sebutkan bahwa :

1.   Untuk mendapatkan izin apotek, apotek/apoteker yang bekerja sama dengan pemilik

sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk

persediaan farmasi dengan perbekalan lainya yang merupakan milik sendiri atau milik

pihak lain.

2.   Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan

komoditi lainnya diluar sediaan farmasi.

3.   Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi.
Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah apotek adalah :

a.  Tempat / Lokasi

Menurut Menteri Kesehatan RI No. 278 Tahun 1981 dinyatakan bahwa yang

dimaksud dengan lokasi apotek adalah tempat bangunan apotek didirikan, lokasi apotek

yang baru atau berpindah, jumlah dan jarak minimal antar apotek ditetapkan oleh Menteri

Kesehatan.

Penentuan lokasi yang harus menjadi pertimbangan segi penyebaran dan

pemerataan pelayanan kesehatan adalah jumlah penduduk, jumlah dokter yang praktek,

sarana pelayanan kesehatan lainnya, hygiene lingkungan dan faktor-faktor yang terkait

setelah adanya otonomi daerah maka faktor jarak sudah tidak dipermasalahkan lagi.

b. Bangunan

Bangunan apotek adalah bangunan gedung yang dipergunakan untuk mengelola

apotek. Berdasarkan Keputusan Menkes No. 278 Tahun 1981, bangunan apotek harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut :

 Bangunan apotek mempunyai ukuran sekurang-kurangnya 50 m2 terdiri dari ruang

tunggu, ruang peracikan dan penyerahan resep, ruang administrasi, ruang

penyimpanan obat, tempat pencucian alat dan toilet (WC).

 Bangunan apotek harus memenuhi persyaratan teknis sebagai berikut:

1. Dinding harus kuat dan tahan air, permukaan sebelah dalam rata, tidak mudah

mengelupas dan mudah dibersihkan.

2. Langit-langit harus terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak dan permukaan

sebelah dalam berwarna terang.


3. Atap tidak boleh bocor, terbuat dari genteng, sirap atau bahan lain yang

memadai.

4. Lantai tidak boleh lembab, terbuat dari ubin atau bahan lain yang memadai.

    Apotek memiliki sumber air yang memenuhi persyaratan kesehatan.

 Bangunan apotek harus memiliki ventilasi dan sanitasi yang baik, serta memenuhi

persyaratan hygiene lainnya.

 Harus memiliki penerangan yang cukup sehingga dapat menjamin pelaksanaan

tugas dan fungsi apotek dengan baik.

 Harus ada alat pemadam kebakaran sekurang-kurangnya dua buah dan masih

berfungsi dengan baik.

 Apotek harus memasang papan nama yang terbuat dari seng atau bahan lainnya

yang memadai dengan ukuran minimal panjang 60 cm, tebal 5 cm, dan lebar 55 cm,

papan nama harus memuat nama apotek, nama APA, nomor surat izin apotek

(SIA), nomor telepon apotek.

c. Perlengkapan Apotek

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 278 Tahun 1981, yang dimaksud

perlengkapan apotek adalah semua peralatan yang digunakan untuk melaksanakan

pengelolaan apotek.

Pada Bab IV Pasal 7 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 278 Tahun 1981, suatu apotek

harus memiliki perlengkapan sebagai berikut:

a.       Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan.

b.      Perlengkapan dan alat penyimpanan perbekalan kesehatan di bidang farmasi.


c.       Tempat penyimpanan khusus untuk narkotika.

d.      Tempat penyimpanan khusus untuk racun.

e.       Alat dan perlengkapan laboratorium.

f.       Kumpulan perundang-undangan yang berkaitan dengan apotek.

g.      Farmakope Indonesia dan Ekstra Farmakope Indonesia edisi terbaru serta buku

lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

d. Tenaga Kerja / Personalia Apotek

Personil apotek terdiri dari :

a. Apoteker Pengelola Apotek ( APA ) adalah apoteker yang telah diberi surat izin

apotek ( SIA ).

b. Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek mendampingi apoteker

pengelola apotek dan menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka

apotek.

c. Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan apoteker pengelola apotek

selama apoteker pengelola apotek tersebut tidak berada di tempat lebih dari 3 bulan

berturut-turut, telah memiliki surat ijin kerja, dan tidak bertindak sebagai apoteker

pengelola apotek di apotek lain.

d. Asisten apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten apoteker.

Sedangkan tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di apotek terdiri dari :

1. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan asisten apoteker,namun

keberadaannya tidak harus ada, tergantung keperluan apotek itu sendiri.


2. Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat penerimaan dan

pengeluaran uang.

3. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan

membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan dan keuangan apotek.

2.3 Standar Pelayanan Apotek

A. Perencanaan

Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan

kemampuan masyarakat.

B. Pengadaan

Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan Sediaan Farmasi

harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

C. Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,

jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan

kondisi fisik yang diterima.

D. Penyimpanan

1. .Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal

pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus

dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah

baru. Wadah sekurangkurangnya memuat nama Obat, nomor batch dan tanggal

kadaluwarsa.
2. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin

keamanan dan stabilitasnya.

3. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas

terapi Obat serta disusun secara alfabetis.

4. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In

First Out)

5. Obat-obat yang termasuk dalam psikotropika dan narkotika harus disusun dan disimpan

secara terpisah dengan obat-obat yang lain dikarenakan ada pelaporan khusus yang harus

kita serahkan ke dinas kesehatan setiap bulannya. Obat narkotika dan psikotropika

disimpan pada almari narkotika dan psikotropika yang terbuat dari kayu dengan

ukuran 40x80x120. Almari ini diberi kunci ganda dan diletakkan menempel pada

lantai.

E. Pemusnahan

1. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk

sediaan.

Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau

psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota. Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh

Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik

atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan

menggunakan Formulir 1 sebagaimana terlampir.

2. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan.
Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya

petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan

dengan Berita Acara Pemusnahan Resep menggunakan Formulir 2 sebagaimana terlampir

dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.

F. Pengendalian

Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan sesuai

kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan

pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,

kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian

persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu

stok sekurang kurangnya memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah

pengeluaran dan sisa persediaan.

G. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,

dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu

stock), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan

kebutuhan.

Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan

pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan

laporan lainnya.

Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan meliputi pelaporan narkotika


(menggunakan Formulir 3 sebagaimana terlampir), psikotropika (menggunakan Formulir

4 sebagaimana terlampir) dan pelaporan lainnya.

OBAT

 Pengertian Obat Secara Umum

Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan

untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam

rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan

kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia

. Bahan Obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang

digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku

farmasi termasuk baku pembanding

 Pengertian Obat Secara Khusus

1) Obat Jadi

Yakni obat dalam keadaan murni atau campuran dlam bentuk serbuk, cairan,

salep, tablet, pil, suppositoria atau bentuk lain yang mempunyai teknis sesuai dengan

Farmakope Indonesia atau buku lain yang ditetapkan oleh pemerintah.

2) Obat Paten

Yakni Obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama si pembuat yang

dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya.

3) Obat Baru

Yakni obat yang terdiri atau berisi zat, baik sebagai bagian yang berkhasiat,

ataupun yang tidak berkhasiat, misalnya lapisan, pengisi, pelarut, pembantu atau
komponen lain, yang belum dikenal sehingga tidak diketahui khasiat dan

kegunaannya.

4) Obat Asli

Yakni obat yang didapat langsung dari bahan- bahan alamiah Indonesia, terolah

secara sederhana atas dasar pengalaman dan digunakan dalam pengobatan

tradisional.

5) Obat Esensial

Adalah obat yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan masyarakat

terbanyak dan tercantum dalam Daftar Obat Esensial yang ditetapkan oleh Menteri

Kesehatan.

6) Obat Generik

Adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia

untuk zat berkhasiat yang dikandungnya (Soetopo Seno, dkk. 2003, hal: 8)

Penggunaan Obat dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan

penggunaan serta pengamanan distribusi.

Menkes/ Per/ X/ 1999 yang kini telah diperbaiki dengan Permenkes RI nomor 949/

Menkes/ Per/ VI/ 2000. Penggolongan obat ini terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas,

obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika (Permenkes RI nomor 949/

Menkes/ Per/ VI/ 2000).

a) Obat Bebas

Obat bebas adalah obat yang dapat dijual kepada umum tanpa resep dokter,

tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika, obat keras, obat bebas terbatas

dan sudah terdaftar di Depkes RI (Perda No. 112 th 1994).


Penandaan obat bebas berupa tanda khusus yaitu lingkaran bulat berwarna

hijau dengan garis tepi warna hitam, seperti terlihat pada gambar tersebut (S.K

Menkes RI Nomor 2380/ A/ SK/ VI/ 1983).

b) Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas termasuk dalam daftar “W”, dalam bahasa Belanda “W” singkatan

dari “Waarschuwing” artinya peringatan.Jadi maksudnya obat yang pada penjualannya

disertai tanda peringatan.

Pengertian obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan

kapada pemakainya tanpa resep dokter, bila penyerahannya memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

1. Obat hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari pabriknya atau

pembuatnya.

2. Penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus mencantumkan tanda

peringatan yang tercetak sesuai contoh. Tanda peringatan berwarna hitam,

berukuran panjang 5 cm, lebar 2 cm, dan memuat pemberitahuan berwarna

putih, sebagai berikut :

P No. 1 : Awas ! Obat Keras


Bacalah aturan pemakainya

; Iliadin,ZincPro

P No. 2 : Awas ! Obat Keras

Hanya untuk kumur jangan ditelan

Betadine mout hwash, Tantrum Verde

P No. 3 : Awas ! Obat Keras

Hanya untuk bagian luar dari badan

; Insto, Ketomed

P No. 4 : Awas ! Obat Keras

Hanya untuk dibakar


; Asthma sigaret

P No. 5 : Awas ! Obat Keras

Tidak boleh ditelan

; Dulcolax, Sulfanilamide

P No. 6 : Awas ! Obat Keras

Obat Wasir, jangan ditelan

; Borraginol, Superhoid

(Permenkes RI No. 919/ Menkes/ Per/ X/ 1993)


Berdasarkan Kepmenkes RI No.2380/ A/ SK/ VI/ 83 tanda khusus untuk obat

bebas terbatas berupa lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam,

seperti terlihat pada gambar berikut

c) Obat Keras

Obat Keras atau obat daftar “G” menurut bahasa Belanda “G” singkatan “

Gevaarlijk” artinya berbahaya, maksudnya obat dalam golongan ini berbahaya jika

pemakaiannya tidak berdasarkan resep dokter.

Menurut Kepmenkes RI pengertian obat keras adalah obat- obat yang

ditetapkan sebagai berikut :

1. Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembuat disebutkan bahwa

obat hanya boleh diserahkan dengan resep dokter.

2. Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata dipergunakan secara

parenteral, baik dengan cara suntikan maupun dengan jalan merobek

rangkaian asli dari jaringan.

3. Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan telah

dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru tidak membahayakan kesehatan

manusia.

4. Semua obat yang tercantum dalam daftar obat keras : obat itu sendiri dalam

substansi dan semua sediaan yang mengandung obat itu, terkecuali apabila

dibelakang nama obat disebutkan ketentuan lain, atau ada pengecualian

Daftar Obat Bebas Terbatas


Berdasarkan Kepmenkes RI tanda khusus Obat Keras daftar “G” adalah

“Lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K

yang menyentuh garis tepi”, seperti yang terlihat pada gambar berikut (Kepmenkes

RI No. 02396/ A/ SK/ VIII/ 1986)

a. Narkotika

adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi

sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,

mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri. Berdasarkan UU RI No.22 Th 1997, narkotika

dibagi atas 3 golongan:

Golongan I

Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi

mengakibatkan ketergantungan.

Contoh terdiri dari 26 macam, antara lain :

 Tanaman Papaver somniverum L dan semua bagiannya termasuk buah

dan jeraminya, kecuali biji.

 Opium mentah

 Opium masak (candu, jicing, jicingko)

 Tanaman koka sperti Erythroxylon coca

 Tanaman ganja (Cannabis indica) (Depkes RI. 2008.hal:13).

Golongan II
Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan

terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.

Contoh terdiri dari 87, macam, antara lain :

 Morfina

 Opium

 Petidina

 Tebaina (Depkes RI. 2008.hal:14)

Golongan III

Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam

terapi dan / atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan ketergantungan.

Contoh antara lain terdiri dari :

 Codein 10 mg, 15mg, 20mg

 Codicaf 10 mg, 15mg, 20mg

 Codipron Cum Expektoran

b. Psikotropika

adalah obat, baik alamiah maupun sintetis bukan Narkotika, yang berkhasiat

psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Menurut UU Nomor 5 Tahun 1997, psikotropika dibagi menjadi 4 golongan :

Golongan I
adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan

tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan

sindroma ketergantungan.

Psikotropika golongan I terdiri dari 26 macam, antara lain LSD

 MDMA

 Meskalina

 Psilosibina

 Katinona (Depkes RI. 2008.hal:19)

Golongan II

Golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam

terapi dan / atau ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan

sindroma ketergantungan. Psikotropika golongan II terdiri dari 14 macam, antara lain :

 Amfetamin

 Metakualon

 Metamfetamin

 Fenmetrazin (Depkes RI. 2008.hal:19).

Golongan III

Golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan

dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang

mengakibatkan sindroma ketergantungan.

Psikotropika golongan III terdiri 9 macam, antara lain :

 Amobarbital

 Flurnitrazepam
 Pentobarbital

 Siklobarbital

 Katina (Depkes RI. 2008.hal:19).

Golongan IV

Golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan

dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan sindroma ketergantungan (Depkes RI. 2008.hal:19).

Psikotropika golongan IV terdiri dari 60 macam, antara lain :

 Alganax 0,25 mg, 1mg, 0,5mg

 Sanmag

 Frixitas 1mg, 0,5mg

 Proclozam 10mg

 Analsik

c. Prekursor

adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan

baku/ penolong untuk keperluan proses produksi industri farmasi atau produk antara,

produk ruahan, dan produk jadi yang mengandung ephedrine, pseudoephedrine,

norephedrine/phenylpropanolamine.

Contoh obat

 Demacolin syr 7,5 mg

 Aldisa SR 120 mg

 Rhinos 60 mg

 Tradosik 50mg
 Tremenza 60mg

Surat Pesanan Obat


 Surat Pesanan Obat Reguler (Biasa)

Untuk memesan barang atau obat dengan golongan Obat Bebas (OB) dan

Obat Keras (OK). Surat pesanan regular atau biasa terdiri dari dua rangkap, rangkap yang

pertama berwarna putih untuk ke Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan rangkap yang kedua

berwarna merah muda untuk arsip apotek.

 Surat Pesanan Psikotropika

Surat pesanan psikotropika terdiri dari dua rangkap, rangkap pertama

berwarna putih untuk Pedagang Besar Farmasi (PBF), dan rangkap kedua berwarna merah

muda untuk arsip apotek.

 Surat Pesanan Narkotika

Untuk memesan golongan obat narkotik hanya bisa diperoleh dari

Kimia Farma. Surat pesanan narkotika terdiri dari empat rangkap dengan warna yang

berbeda yaitu warna putih untuk Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma, warna biru

untuk Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), warna merah muda untuk DINKES

Kabupaten/Kota, dan warna kuning untuk arsip Apotek.

B. Fungsi dan Peranan Apotek

1. Fungsi Apotek

Berdasarkan Peraturan Pemerintah  Nomor 51 Tahun 2009, tentang tugas dan fungsi

apotek adalah :

a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah

jabatan Apoteker;
b. Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian;

c. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi,

antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetik; dan

d. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan,

pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat,

pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,

serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

2. Peranan Apotek

apotek merupakan sarana pelayanan kesehatan yang berkewajiban untuk menyediakan

dan menyalurkan obat dan perbekalan farmasi lainnya yang dibutuhkan oleh

masyarakat, sehingga Apotek harus dapat mendukung dan membantu terlaksananya

usaha pemerintah untuk menyediakan obat secara merata dan dengan harga yang dapat

dijangkau masyarakat. Terutama yang berpenghasilan rendah sehingga fungsi social

dari apotek dapat terlaksana sebagaimana mestiinya. 

C.Organisasi Apotek

1. Struktur Organisasi Apotek

Dalam pengelolaan apotek yang baik, sistem organisasi yang jelas merupakan salah

satu faktor yang dapat mendukung keberhasilan suatu apotek. Oleh karena itu dibutuhkan

adanya garis wewenang dan tanggung jawab yang jelas dan saling mengisi, disertai dengan

job description (pembagian tugas) yang jelas pada masing-masing bagian didalam struktur

organisasi tersebut.

2. Personil Apotek
Personil apotek merupakan faktor penting dan perlu diperhatikan dalam menentukan

kelangsungan sebuah apotek karena personil apotek merupakan pelaku utama segala

kegiatan yang terjadi di apotek.Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009

tentang Pekerjaan Kefarmasian.

Dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian,

Apoteker dapat dibantu oleh Apoteker Pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian.

Untuk dapat menjalankan pekerjaan kefarmasian, Apoteker harus memiliki sertifikat

kompetensi profesi, memiliki ijazah dari institusi pendidikan sesuai peraturan perundang-

undangan, Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dan Surat Izin Praktik Apoteker

(SIPA) untuk dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada apotek.

fungsi Apoteker adalah:

a. Membuat perencanaan, koordinasi dan mengawasi seluruh kegiatan di

apotek, baik yang bersifat manajerial maupun teknis kefarmasian.

b. Memberikan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat berupa

komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE).

c. Bertanggung jawab atas apotek yang dikelolanya dan memberikan hasil

yang optimal sesuai dengan rencana kerja yang ditetapkan.

D. Program Pokok Apotek

1. Pelayanan Resep

Pelayanan resep didahului proses skrinning resep yang meliputi pemeriksaan

kelengkapan resep, keabsahan dan tinjauan kerasionalan obat.

Resep yang lengkap harus ada nama, alamat dan nomor ijin praktek dokter, tempat

dan tanggal resep, tanda R/ pada bagian kiri untuk tiap penulisan resep, nama obat dan
jumlahnya, kadang-kadang cara pembuatan atau keterangan lain (iter, prn, cito) yang

dibutuhkan, aturan pakai, nama pasien, serta tanda tangan atau paraf dokter.

 Alur Penerimaan Resep

Pasien datang ke apotek

Bagian penerimaan

resep  Pemeriksaan kesalahan dan


kelengkapan resep, termasuk
menanyakan alamat dan
nomor telepon pasien
 Pemeriksaan ketersediaan
obat

Diterima Ditolak

Bagian pengerjaan resep

Obat Non Obat Racikan

Racikan  Perhitungan, pengambilan dan


 Pengambilan
penimbangan bahan
obat Obatt  Pengecekan awal
 Penulisan dan
 Peracikan
pemberian siap
 Pembuatan, pemberian etiket
etiket
dan pengemasan
 Pembuatan
 Pembuatan turunan resep dan
turunan
kwitansi
resep dan
 Pengecekan trakhir
kwitansi
 pengecekan Penyerahan

obat dan KIE


 Pelayanan Non Resep

Pasien datang ke apotek

Keluhan Permintaan sendiri

Pemeriksaan stok obat dan

harga
Pengambilan obat

Memeriksa obat (ED)

Pembayaran obat

Penyerahan obat KIE

2. Pelayanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekusor.

Prosedur :

a. Pengawasan atas kesesuaian diagnosis dengan terapi penggunaan psikotropika, narkotika

dan prekusor

b. Resep psikotropika, narkotika dan prekusor diberi penandaan khusus.

c. Identifikasi pasien penerima resep psikotropika, narkotika dan prekusor verifikasi saat

penyerahan obat.

Pengendalian obat psikotropika, narkotika dan prekusor melalui tertib administrasi kartu stok

dan buku bantu penyerahan obat Narkotika, Psikotropika, dan Prekusor.

Langkah – Langkah
 Menandai resep narkotika dengan garis bawah berwarna merah, dan Psikotropika

berwarna biru

 Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep

 Menyiapkan etiket yang sesuai

 Menulis nama pasien, nomor resep, tanggal resep, cara pakai sesuai permintaan pada resep

serta petunjuk dan informasi lain

 Obat diberi wadah yang sesuai dan diperiksa kembali kesesuaian jenis dan jumlah obat

dengan permintaan dalam resep

 Melakukan pemeriksaan akhir sebelum dilakukan penyerahan (kesesuaian antara

penulisan etiket dengan resep)

 Memanggil nama dan alamat pasien

 Menyerahkan obat yang disertai dengan pemberian informasi obat

 Mencatat pengeluaran obat pada kartu stok dan buku bantu penyerahan obat psikotropika

dan narkotika

3. Pelayanan Farmasi Klinis

Pelayanan farmasi klinik di Apotek merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian

yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti

untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan farmasi klinik meliputi:

 pengkajian Resep;

 dispensing;

 Pelayanan Informasi Obat (PIO);

 konseling;
 Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care);

 Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan

 Monitoring Efek Samping Obat (MESO).

A. Pengkajian Resep

Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan

pertimbangan klinis.

 Kajian administratif meliputi:

a. nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan;

b. nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan

paraf; dan

c. tanggal penulisan Resep.

 Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:

a. bentuk dan kekuatan sediaan;

b. stabilitas

c. kompatibilitas (ketercampuran Obat).

 Pertimbangan klinis meliputi:

a. ketepatan indikasi dan dosis Obat;

b. aturan, cara dan lama penggunaan Obat;

c. duplikasi dan/atau polifarmasi;

d. reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping Obat, manifestasi

klinis lain);

e. kontra indikasi; dan

f. interaksi.
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka Apoteker harus

menghubungi dokter penulis Resep.

B. Dispensing

Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi Obat.

Setelah melakukan pengkajian Resep dilakukan hal sebagai berikut:

 Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan Resep:

a. menghitung kebutuhan jumlah Obat sesuai dengan Resep;

b. mengambil Obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan

memperhatikan nama Obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik Obat.

 Melakukan peracikan Obat bila diperlukan

 Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:

a. warna putih untuk Obat dalam/oral;

b. warna biru untuk Obat luar dan suntik;

c. menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi atau

emulsi.

C. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker

dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis

dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan Obat kepada profesi kesehatan

lain, pasien atau masyarakat.

Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas dan herbal. Informasi

meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda pemberian,

farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan


pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat

fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain.

D. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home pharmacy care)

Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan Pelayanan

Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan

pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Jenis Pelayanan Kefarmasian di rumah

yang dapat dilakukan oleh Apoteker, meliputi :

a. Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan dengan pengobatan

b. Identifikasi kepatuhan pasien

c. Pendampingan pengelolaan Obat dan/atau alat kesehatan di rumah, misalnya

cara pemakaian Obat asma, penyimpanan insulin

d. Konsultasi masalah Obat atau kesehatan secara umum

e. Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan Obat

berdasarkan catatan pengobatan pasien

f. Dokumentasi pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di rumah dengan

menggunakan Formulir sebagaimana terlampir.

E. Konseling

Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien/keluarga untuk

meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi

perubahan perilaku dalam penggunaan Obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi

pasien.

Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan three prime questions. Apabila

tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief
Model. Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah

memahami Obat yang digunakan.

F. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi Obat

yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek

samping. Kriteria pasien:

a. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.

b. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.

c. Adanya multidiagnosis.

d. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.

G. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang merugikan atau

tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk

tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.

SWAMEDIKASI

Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat modern, herbal, maupun obat

tradisional oleh seorang individu untuk mengatasi penyakit atau gejala penyakit.

Swamedikasi berarti mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obat yang

sederhana yang dibeli bebas di apotik atau toko obat atas inisiatif sendiri tanpa nasehat

dokter (Rahardja,2010).

Untuk mengetahui kebenaran swamedikasi (Menggunakan Obat secara rasional)

dapat digunakan indikator sebagi berikut (Depkes RI, 1996) :


1.      Tepat Obat, pelaku swamedikasi dalam melakukan pemilihan obat hendaknya sesuai

dengan keluhan yang dirasakannya dan mengetahui kegunaan obat yang diminum.

2.      Tepat golongan, pelaku swamedikasi hendaknya menggunakan obat yang termasuk

golongan obat bebas dan bebas terbatas.

3.      Tepat dosis, pelaku swamedikasi dapat menggunakan obat secara benar meliputi cara

pemakaian, aturan pakai dan jumlah obat yang digunakan.

4.      Tepat waktu (Lama pengobatan terbatas), pelaku swamedikasi mengetahui kapan harus

menggunakan obat dan batas waktu menghentikannya untuk segera meminta pertolongan

tenaga medis jika keluhannya tidak berkurang.

5.      Waspada efek samping, pelaku swamedikasi mengetahui efek samping yang timbul pada

penggunaan obat sehingga dapat mengambil tindakan pencegahan serta mewaspadainya.

METODE SWAMEDIKASI

Ada dua metode umum yang digunakan. 

Yang pertama disingkat sebagai WHAM

·         W : Who is the patient and what are the symptoms (siapakah klien dan apa gejalanya)

·         H : How long have the symptoms (berapa lama timbulnya gejala)

·         A : Action taken (Tindakan yang sudah dilakukan)

·         M : Medication being taken (obat yang sudah digunakan)

Yang kedua dikembangkan oleh Derek Balon, seorang farmasis di london yaitu

ASMETHOD

·         A : Age / appearance (Usia klien)

·         S : Self or someone else (dirinya sendiri atau orang lain yang sakit)
·              M : Medication (regularly taken on preskription or OTC) (Pengobatan yang sudah

digunakan baik dengan resep maupun dengan non resep)

·         E : Extra medicine (Usaha lain untuk mengatasi gejala sakit)

·         T : Time persisting (lama gejala)

·         H : History (iwayat klien)

·         O : Other symptoms (gejala lain)

·         D : Danger symptom (Gejala yang berbahaya).

TABEL PERBEDAAN PIO & KONSELING

PIO SWAMEDIKASI

PIO bertujuan untuk: SWAMEDIKASI bertujuan untuk:


 menyediakan informasi mengenai Obat  meningkatkan hubungan kepercayaan
kepada pasien dan tenaga kesehatan di antara Apoteker dan pasien;
lingkungan Rumah Sakit dan pihak  menunjukkan perhatian serta
lain di luar Rumah Sakit; kepedulian terhadap pasien;
 menyediakan informasi untuk  membantu pasien untuk mengatur dan
membuat kebijakan yang berhubungan terbiasa dengan Obat;
dengan Obat/Sediaan Farmasi, Alat
 membantu pasien untuk mengatur dan
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
menyesuaikan penggunaan Obat
Pakai, terutama bagi Tim Farmasi dan
dengan penyakitnya;
Terapi;
 meningkatkan kepatuhan pasien dalam
 Menunjang penggunaan Obat yang
menjalani pengobatan;
rasional.
 mencegah atau meminimalkan masalah
terkait Obat;
 meningkatkan kemampuan pasien
memecahkan masalahnya dalam hal
terapi;
 mengerti permasalahan dalam
pengambilan keputusan; dan
 membimbing dan mendidik pasien
dalam penggunaan Obat sehingga
dapat mencapai tujuan pengobatan dan
meningkatkan mutu pengobatan
pasien.

Kegiatan dan langkah-langkah PIO Kegiatan dan langkah-langkah dalam


meliputi: SWAMEDIKASI meliputi:
 menjawab pertanyaan;  membuka komunikasi antara Apoteker

 menerbitkan buletin, leaflet, poster, dengan pasien;

newsletter;  mengidentifikasi tingkat pemahaman

 menyediakan informasi bagi Tim pasien tentang penggunaan Obat

Farmasi dan Terapi sehubungan melalui Three Prime Questions;

dengan penyusunan Formularium  menggali informasi lebih lanjut dengan


Rumah Sakit; memberi kesempatan kepada pasien

 bersama dengan Tim Penyuluhan untuk mengeksplorasi masalah

Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) penggunaan Obat;

melakukan kegiatan penyuluhan bagi  memberikan penjelasan kepada pasien


pasien rawat jalan dan rawat inap; untuk menyelesaikan masalah

 melakukan pendidikan berkelanjutan pengunaan Obat;

bagi tenaga kefarmasian dan tenaga  melakukan verifikasi akhir dalam


kesehatan lainnya; dan rangka mengecek pemahaman pasien;

 melakukan penelitian. dan


 dokumentasi.
BAB III

KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

3.1 Data Umum Apotek Tempat PKL

Kimia Farma merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang farmasi atau healt care

company tertua di Indonesia. Sebagai perusahaan farmasi kimia farma memproduksi berbagai

macam obat untuk memenuhi dan menjamin masyarakat. Selain memproduksi produk obat,

kimia farma juga mendistribusikan obat melalui jaringan apotek dank link kimia farma yang

tersebar di seluruh Indonesia.

Apotek Kimia Farma Trenggalek terletak di Jl. Soekarno Hatta no.27 kelutan, kabupaten

Trenggalek, kec.Trenggalek. provinsi Jawa Timur, dengan letak yang strategis dan mudah

ditemukan. Apotek Kimia Farma Trenggalek mempunyai Apoteker dan mempunyai 4 asisten

Apoteker. Apotek Kimia Farma

Trenggalek melayani setiap hari

pada pukul 07.00- 23.00 .


1. Tujuan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

Tujuan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk adalah turut serta dalam melaksanakan dan

menunjang kebijaksanaan serta program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan

nasional pada umumnya, khususnya kegiatan usaha dibidang industri kimia, farmasi,

biologi, dan kesehatan serta industri makanan dan minuman. Selain itu juga bertujuan

untuk mewujudkan PT. Kimia Farma (persero) Tbk, sebagai salah satu pemimpin pasar

(market leader) di bidang farmasi yang tangguh.

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, mempunyai 3 fungsi, yaitu :

1) Mendukung setiap kebijaksanaan pemerintah di bidang pengadaan obat, mengingat

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. merupakan salah satu badan usaha milik negara

dalam bidang industri farmasi.

2) Memupuk laba demi kelangsungan usaha.

3) Sebagai ”agent of development” yaitu menjadi pelopor perkembangan

kefarmasian di Indonesia.

2. Visi dan Misi Apotek Kimia Farma

1) Visi

Menjadi korporasi bidang kesehatan terintegrasi dan mampu menghasilkan

pertumbuhan nilai yang berkesinambungan melalui konfigurasi dan koordinasi bisnis

yang sinergis.

2) Misi

Menghasilkan pertumbuhan nilai korporasi melalui usaha di bidang-bidang :


A. Industri dan farmasi dengan basis penelitian dan pengembangan produk yang

inovatif

B. Perdagangan dan jaringan distribusi

C. Pelayanan kesehatan berbasis jaringan retail farmasi dan jaringan pelayanaan

kesehatan lainnya

D. Penelolaan maksimal aset-aset dalam mengembangkan usaha perusahaan.

3.2 Struktur Organisasi Apotek Tempat PKL

Personalia di Apotek Kimia Farma terdiri dari:

APOTEKER

KORTEK

TTK 1 TTK 2 TTK 3

(Tenaga Teknis (Tenaga Teknik (Tenaga Teknis

Kefarmaian 1) Kefarmasian 2) Kefarmasian 3)

Gambar 3.2 Struktur Organisasi KF Trenggalek

APOTEKER :
 Neli Silvia Ningrum, S.Farm., Apt

KORTEK :

 Neli Silvia Ningrum, S.Farm., Apt

Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) :

 Andi Rizky Firdiantoro

 Santika Pratiwi

 Bintar Kembara Putra

 Elzha Wiam Infandi

1. Pengertian Apoteker

Apoteker merupakan salah satu bagian dari tim pelayanan kesehatan profesional

yang bekerja di suatu farmasi, baik farmasi rumah sakit atau industri farmasi. Berfokus

pada efektivitas serta keamanan penggunaan obat, seorang apoteker memiliki tugas

untuk mendistribusikan obat-obatan.

2. Pengertian Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)

Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam

menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya

Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.

3. Tugas Apoteker :

a. Mengkoordinir dan mengawasi dinas kerja karyawan.

b. Mengatur serta mengawasi penyimpanan dan kelengkapan obat sesuai dengan

persyaratan teknis kefarmasian.


c. Mengatur dan membina data-data administrasi bersama bagian administrasi untuk

penyusunan laporan managerial dan pertanggungjawaban.

d. Memeriksa kembali resep-resep yang telah dilayani dan laporan-laporan obat yang

ditanda tangani.

e. Memberikan informasi dan konseling obat kepada pasien.

f. KIE (Komunikasi Informasi Edukasi)

g. Pelaporan Sipnap

h. Pemesanan Obat

i. Pengadaan

4. Tugas Tenaga Teknik Kefarmasian (TTK)

a. Melakukan pekerjaan kefarmasian (pembuatan sediaan farmasi,pengamanan,

pengadaan dan penyaluran obat)

b. Membuat dan memperbaharui SOP diindustri farmasi

c. Pelayanan obat bebas dan resep dari pasien.

d. Pencatatan dan pembuatan laporan keluar masuknya obat-obatan.

e. Penyusunan resep-resep menurut nomor urut dan tanggal yang dibendel menjadi

satu penyimpanannya .

f. Melakukan kegiatan administrasi .

3.3 Kegiatan Pengelola Obat di Apotek Tempat PKL

Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan adalah suatu proses yang

merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai dan perencanaan, pengadaan, penerimaan,

penyimpanan, dan penyerahan. Tujuan pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan


kesehatan adalah untuk mengendalikan dan menjaga keseimbangan antara persediaan

barang di apotek dengan permintaan atau pengeluaran barang sehingga tidak terjadi

penumpukan barang ataupun kekosongan persediaan.

1. Perencanaan

Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi sediaan farmasi dan perbekalan

kesehatan untuk menentukan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai dengan

jumlah, jenis, dan waktu yang tepat. Tujuan perencanaan untuk pengadaan obat adalah :

1) Mendapatkan jenis dan jumlah sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang sesuai

kebutuhan.

2) Menghindari terjadinya kekosongan atau penumpukan obat.

Apotek Kimia Farma Trenggalek melakukan perencanaan barang berdasarkan buku

defekta dan analisis pareto. Buku defekta adalah buku yang berisi nama obat-obat yang

stoknya telah mencapai jumlah minimal atau sama sekali telah kosong. Buku defekta

menjadi salah satu acuan bagi petugas di bagian pemesanan saat akan melakukan

pemesanan barang. Buku defekta dapat diisi kapan saja, misalnya pada saat melakukan

pelayanan resep dan ternyata obat yang tertulis pada resep telah habis stoknya, maka dapat

langsung dituliskan pada buku defekta.

Perencanaan sediaan farmasi dalam Kimia Farma Trenggalek dengan menggunakan :

 Pola peresapan

 Epidomiologi atau pola penyakit


 Metode konsumsi

 Ketersediaan barang/perbekalan farmasi

2. Pengadaan

Pengadaan adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan agar tersedianya sediaan

farmasi dengan jumlah dan jenis yang cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan.

Pengadaan barang apotek baik berupa obat dan perbekalan farmasi lainnya dilakukan

oleh Tenaga Teknis Kefarmasian yang bertanggung jawab kepada Apoteker

Penangung Jawab dan dilakukan dalam 1 bulan sekali.

Pengadaan biasanya dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat dan di

sesuaikan dengan anggaran keuangan yang ada. Pengadaan barang meliputi:

1) Pemesanan barang atau order dilakukan pleh TTK berdasarkan catatan yang ada.

2) Cara pemesanan barang dari PBF dilakukan dengan menuliskan surat pesanan(SP)

yang ditanda tangani oleh Apoteker sehingga ada tanggung jawab penuh terhadap

obat yang akan di beli. Berbagai macam SP yang dilakukan di Apotek Kimia Farma

yaitu SP Narkotika, SP Psikotropika, SP precursor, SP OOT, dan SP obat-obat

regular.

3. Penerimaan

Penerimaan obat/barang harus dilakukan dengan mengecek asal pengirim,

tujuan pengirim, kesesuaian barang yang datang dengan faktur dan SP(surat

pesanan). Kesesuaian meliputi : nama barang, jumlah barang, satuan, harga, diskon,

dan nama PBF atau nama apotek pengirim, serta mengecek masa kadaluarsanya.
Faktur diperiksa tanggal pesan dan tanggal jatuh temponya, lalu ditandatangani dan

dicap oleh Apoteker pengelola Apotek atau Asisten Apoteker atau TTK(Tenaga Teknis

Kefarmasian).

Kemudian faktur yang telah ditanda tangani tersebut dimasukkan kedalam format

pembelian.

4. Penyimpanan

Penyimpanan adalah perintah kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara

menempatkan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang diterima pada tempat

yang aman dan dapat menjamin mutunya. Bila ditaruh di lantai harus di atas palet, di

tata rapi di atas rak atau lemari khusus (untuk narkotika dan psikotropika).

Barang yang telah diperiksa oleh petugas penerimaan barang, disimpan sesuai

tempatnya masing-masing serta mencatat tanggal, bulan dan tahun barang masuk,

nomor penerimaan barang, jumlah obat yang masuk, sisa obat setelah penambahan

serta paraf petugas penerima pada kartu stok. Jika ternyata obat yang ada pada wadah

masih banyak maka obat yang baru datang disimpan di gudang. Penyimpanan

perbekalan farmasi dikelompokkan berdasarkan sistem FIFO ( first in first out) dan

FEFO (first expired first out).

Penataan dan pemisahan perbekalan farmasi dilakukan berdasarkan bentuk

sediaan dan disusun secara alfabetis berdasarkan golongan, antara lain:

1) Sediaan padat yang termostabil digolongkan sesuai dengan farmakologinya antara

lain sistem saraf pusat, sistem pencernaan, sistem pernafasan, alergi, hormon,

sistem kardiovaskular dan sistem hematopoetik dan antiinfeksi.


2) Sediaan cair seperti sirup, suspensi, emulsi maupun drop disimpan pada lemari

terpisah dengan sediaan obat lainnya.

3) Sediaan steril seperti obat tetes mata, obat tetes telinga dan infus disimpan pada

lemari yang sama, begitu juga dengan sediaan semisolid seperti salep, krim dan gel.

4) Sediaan obat yang termolabil disimpan pada lemari pendingin.

5) Obat generik berlogo maupun obat produk PT. Kimia Farma disimpan pada lemari

tersendiri.

6) Obat golongan narkotika dan psikotropika disimpan pada lemari tertutup yang

terkunci. Tempat tersebut dibagi menjadi 2 pintu. Almari berukuran 40x80x100cm.

jika kurang dari ini maka almari tersebut harus dilekatkan pada tembok atau lantai.

Lemari khusus tidak boleh terlihat oleh umum, dan harus disimpan ditempat yang

aman. Kunci dari almari harus dikuasai penanggung jawab apotek atau pegawai

yang dikuasai.

7) Obat loss, yaitu obat yang langsung diambil dari wadah atau kemasan aslinya

Biasanya wadah atau kemasan obat loss berupa wadah plastik besar dimana tablet

atau kapsulnya tidak dikemas lagi menggunakan blister atau strip.

8) Obat yang masuk pada kategori fast moving disimpan dibagian depan dekat dengan

kasir agar mudah saat pengambilan.

9) Obat bebas, obat bebas terbatas, suplemen makanan, kosmetik dan alat kesehatan,

dan lain-lain, disimpan di swalayan farmasi dan disesuaikan dengan kegunaannya.

5. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan

sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan system pesanan atau pengadaan,

penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini dilakukan bertujuan agar tidak terjadinya

kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluarsa, kehilangan barang.

 pengendalian barang reguler : cek stok, pengendalian harga, pengendalian

barang macet, pengendalian barang kadaluarsa.

 Pengendalian barang khusus : narkotika, psikotropika, konvensional : kartu stok,

kartu stelling, buku defecta,dll.

 Pengendalian barang macet : kriteria , tidak masuk dalam transaksi penjualan

selama 3 bulaan terakhir dan tidak ada pengeluaran dari gudang sejak 3 bulan.

 Pengendalian barang kadaluarsa : harus diminimalisirkan karena merupakan

kerugian bagi apotek.

 Pengendalian pelayanan kefarmasian : pelayanan resep, pelayanan OWA.

6. Penyaluran

Penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di Apotek Kimia Farma

Trenggalek dilakukan terhadap pelayanan resep dokter dan pelayanan non resep yang

meliputi obat-obat HV (Hand Verkoop) atau OTC (Over The Counter), UPDS

(Upaya Pengobatan Diri Sediri), kosmetik, dan alat kesehatan. Penjualan dapat

dilakukan secara tunai dan debit.


BAB IV

PENUTUP

4.1  Kesimpulan
Setelah melakukan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Kimia Farma Trenggalek, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Apotek Kimia Farma Trenggalek sudah menerapkan prosedur dengan baik.

Penyimpanan obatnya menurut Farmakologi, FIFO dan FEFO serta disusun menurut

alfabetis tujuannya untuk  memperkecil kemungkinan obat expire date dan

mempermudah dalam pencarian obat.

2) Obat yang sering dibeli masyarakat dipisah dan dinamakan obat-obatan fast moving,

tujuannya untuk mempermudah pengambilan obat. Apotek Kimia Farma Trenggalek

mempunyai tiga prinsip dalam melakukan pelayanan : Cepat, Tepat dan Ramah.
4.2 Saran
1. Sebaiknya Apotek Kimia Farma Trenggalek rutin melakukan pemeriksaan obat guna

menghindari kekosongan obat dan melakukan pemesanan obat jauh-jauh hari untuk

menghindari keterlambatan dalam pengadaan obat jika obat tidak tersedia di PBF maka

kita sudah memiliki stock obat.

2. Lebih dikomplitkan lagi dari obat-obatan yang sering dipesan konsumen.

DAFTAR PUSTAKA

 Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

 Peraturan Pemerintah No. 59 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasia

 Permenkes Nomor 922 Tahun 1993 tentang pekerjaan kefarmasian.

 PP RI No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

 ISO Indonesia Volume 45, tahun 2010-2011

 Anief Moh, 1987. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM Press.

 Anonim,2003. Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia,No.679/MENKES/SK/X/2003,tentang Izin Kerja Asisten

Apoteker.Jakarta :Menkes RI.


 Anonim,2003. Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia,No.1332/MENKES/SK/X/2002,tentang. Ketentuan dan Tata

CaraPemberianIzin Apotek. Jakarta : Menkes RI

 ISFI,2003,Standar Kompetensi Farmasi Indonesia : Jakarta

 Hadiwidjojo Suryadi, 1992. Pengelolaan Apotek. Bandung :Ikatan Sarjana Farmasi.

 Soekanto,S,1990. Aspek Hukum Apotek dan Apoteker. Bandung :Mandar Maju.

 Syamsuni, 2006. Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi. Penerbit Buku Kedokteran

EGC: Jakarta.

LAMPIRAN

Lampiran 1: Alur Pelayanan Obat Apotek


Lampiran 2: Struktur Organisasi Apotek

APOTEKER

KORTEK

(Kordinasi teknis)

TTK 2 TTK 1 TTK 3

(Tenaga Teknik (Tenaga Teknik (Tenaga Teknik

Kefarmasi 2) Kefarmasian 2) Kefarmasian 3)

Lampiran 3: Alur Permintaan Obat

Lampiran 4 : Kartu Stok Gudang

1) Psikotropika
2) Narkotika
Lainnya

Lampiran 5 : Etiket
Lampiran 6 : Surat Pesanan

1. SP Narkotika

2. SP Psikotropika
No. ……

SURAT PESANAN PSIKOTROPIKA

Yang bertanda rangan dibawah ini :


Nama : ………………………………………………………………….
Jabatan : ………………………………………………………………….
Mengajukan permohonan kepada :
Nama Perusahaan : ………………………………………………………………….
3.

1. Sp Narkotika

2. Sp Psikotropika

3. Sp Prekusor

4. Sp OOT (

3.SP Reguler
4.SP Prekursor

SURAT PESANAN OBAT MENGANDUNG PREKURSOR FARMASI

NO.SP:KFA/TGLK/PREK/

Yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : Neli Silvia Ningrum,S.Farm.,Apt

Jabatan : Apoteker Pengelola Apotek

No SIPA : 19950718/SIPA_406.022/2019/2021

Mengajukan Permohonan kepada:

Nama PBF : ………………………………………….

Alamat :………………………………………….

No.Telepon :………………………………………….

Jenis Obat mengandung precursor farmasi sebagai berikut:

Nama Obat Mengandung Zat Bentuk dan Satuan Jumlah Keterangan


Prekursor Farmasi Aktif Kekuatan Sediaan

Untuk keperluan Apotek

Nama Apotek : APOTEK KIMIA FARMA TRENGGALEK

Alamat :Jl. Soekarno Hatta No.217, Kelutan, Trenggalek

No.Telepon : (0355) 7690499

Surat Ijin Apotek :503.Apotek/016/406.022//2019

Trenggale, ………………………………

Pemesan

Neli Silvia Ningrum, S.Farm., Apt

SIPA: 19950718/SIPA_406.022/2019/2021
5.SP OOT (Obat-Obat Tertentu )

SURAT PESANAN OBAT MENGANDUNG OBAT-OBAT TERTENTU FARMASI

NO.SP:KFA/TGLK/OOT/

Yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : Neli Silvia Ningrum,S.Farm.,Apt

Jabatan : Apoteker Pengelola Apotek

No SIPA : 19950718/SIPA_406.022/2019/2021

Mengajukan Permohonan kepada:

Nama PBF : ………………………………………….

Alamat : ………………………………………….

No.Telepon : ………………………………………….

Jenis Obat mengandung obat-obat tertentu farmasi sebagai berikut:

Nama Obat Mengandung Zat Bentuk dan Satuan Jumlah Keterangan


Prekursor Farmasi Aktif Kekuatan Sediaan

Untuk keperluan Apotek

Nama Apotek : APOTEK KIMIA FARMA TRENGGALEK

Alamat : Jl. Soekarno Hatta No.217, Kelutan, Trenggalek

No.Telepon : (0355) 7690499

Surat Ijin Apotek : 503.Apotek/016/406.022//2019

Trenggale, ………………………………

Pemesan

Neli Silvia Ningrum, S.Farm., Apt

SIPA: 19950718/SIPA_406.022/2019/2021

Anda mungkin juga menyukai