Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesat yang menjadikan


dunia pendidikan semakin berkembang dan maju termasuk pendidikan kesehatan.
Kemajuan ini menuntut setiap praktisi kesehatan untuk selalu meningkatkan ilmu dan
keterampilan agar dapat memberikan pelayanan prima kepada pasien sesuai dengan
standart kompetensi yang ditetapkan. Tenaga Teknis Kefarmasian memiliki tugas dan
peranan penting dalam pelayanan kefarmasian. Dengan berkembangnya pelayanan
obat, kesembuhan dan kesinambungan pengobatan pasien sangat tergantung pada
kemampuan, keterampilan, ketelitian dan pengetahuan Tenaga Teknis Kefarmasian
saat melayani resep dokter. Berkembangnya pelayanan obat secara terkomputerisasi,
saat ini Tenaga Teknis Kefarmasian dituntut untuk menguasai penggunaan komputer
dan pengetahuan dibidang administrasi sehingga dengan demikian terciptalah tenaga
kesehatan yang tepat dan siap pakai sebagai Tenaga Teknis Kefarmasian.

Dengan Praktek Kerja Lapangan (PKL) siswa dan siswi SMK Farmasi Jember
dapat mempelajari dan mengasah keterampilan dalam memberikan pelayanan resep
dokter serta dapat menambah pengetahuan mengenai tugas serta tanggung jawab
Tenaga Teknis Kefarmasian. Siswa juga mendapat gambaran lingkungan kerja serta
melatih mahasiswa untuk bersosialisasi dan melatih kedisiplinan.

Rumah sakit merupakan rujukan pelayanan kesehatan untuk pusat kesehatan


masyarakat, terutama upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Dengan
demikian diharapkan rumah sakit selaku penyedia jasa memberikan pelayanan yang
terbaik. Pelayanan yang diselenggarakan oleh rumah sakit meliputi pelayanan medis,
penunjang medis, keperawatan, rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan.
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan pelayanan penunjang

1
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
medis di rumah sakit. Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang
terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan obat
dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan.
Pengalaman belajar merupakan hal yang sangat penting bagi peserta didik
untuk mencapai keberhasilan dalam tujuan pendidikan yang dapat diperoleh melalui
pendidikan di kelas, laboratorium maupun lapangan. Untuk memperoleh pengalaman
belajar, pada tatanan yang nyata dan komprehensif sehingga siswa dapat lebih siap
dan mandiri, maka dilaksanakan praktek kerja lapangan. Dengan adanya praktek
kerja lapangan para siswa dapat mengetahui langsung kondisi dan situasi pada dunia
kerja, sehingga mampu belajar menghadapi berbagai tantangan dalam dunia kerja dan
belajar untuk menganalisis suatu gejala dan masalah agar kelak dapat diaplikasikan
langsung pada pasien dengan diberi bimbingan dan pengarahan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui tata cara pekerjaan Asisten Tenaga Kefarmasian (ATK ) yang siap
terjun ke masyarakat dan juga siswa memperoleh pengalaman belajar, pada tatanan
yang nyata sehingga siswa mempunyai gambaran tentang peranan yang
sesungguhnya dalam meberikan penyuluhan kesehatan terutama pada pemakaian obat
obatan dan alkes.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktik kerja lapangan siswa mampu :
a. Mengerti dan memahami ruang lingkup Rumah Sakit Umum dr. H. Koesnadi.
b. Mengenal peran, fungsi, dan tanggung jawab sebagai seorang Tenaga Teknis
Kefarmasian di RSU Koesnadi
c. Memperoleh pengalaman langsung dalam menjalankan kegiatan di RSU
Koesnadi sehingga lebih siap dalam menjalankan tugasnya serta mampu
mengembangkan diri di bidang kefarmasian.
Dengan tujuan PKL tersebut diharapkan siswa dapat meningkatkan
kemampuannya dalam menjalankan tugas kefarmasian secara profesi

2
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
BAB II
TINJAUAN APOTEK

2.1 Sejarah Instalasi Farmasi RSU Koesnadi Bondowoso

Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian


integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan
pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan
pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik. Sedangkan
menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang dimaksud
dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Secara singkat rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan untuk melakukan
pelayanan kesehatan. Rumah Sakit dapat dipandang sebagai suatu struktur
terorganisasi yang menggabungkan berbagai profesi kesehatan dengan tugasnya
masing-masing. RSU dr. H. Koesnadi adalah rumah sakit daerah kelas B. Berdiri
sebelum tahun 1933 "Regenthshap Zienkenhius". Luas tanah 1.037 m2. Terdiri dari
ruang berobat jalan, rawat inap, gawat darurat, dan tata usaha.
Tahun 1952-1956 Rumah Sakit Umum Bondowoso dengan kapasitas 150 TT.
Perda No.10 tahun 1984 RSUD berubah menjadi RSU. Perda No. 66 tahun tahun
1996 RSU menjadi RSD (tahun 2000). Peraturan Mendagri No. 445.35-1182 tgl 11
September 1998 RSD. dr. H. Koesnadi yang berkelas C uji coba swadana. Sejak
tahun 1999 Perda No. 7 menjadi swadana penuh. Sejak tanggal 15 Desember 2005
RSD dr. H. Koesnadi Bondowoso menjadi kelas B Non Pendidikan dan dilakukan
pendampingan oleh BPKP dalam upaya menuju Badan Layanan Umum (BLU).
Tanggal 15 Desember 2006 telah resmi menjadi Rumah Sakit Kelas B Non
Pendidikan. Tanggal 28 Januari 2008 sesuai dengan Peraturan Daerah No. 3 tahun
2008 tentang Tata Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, Rumah Sakit

3
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
Daerah (RSD) dr. H. Koesnadi Bondowoso menjadi Rumah Sakit Umum (RSU).
Keputusan Bupati Bondowoso Nomor 445/522/430.42/2008 tanggal 24 Juni 2008
tentang Rumah Sakit Umum dr. H. Koesnadi Bondowoso menjadi Badan Layanan
Umum Bertahap. Keputusan Bupati Bondowoso No. 188.45/450/430.6.2/2011
tentang Penetapan RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso sebagai Badan Layanan Umum
Daerah Penuh, tanggal 9 Agustus 2011.

2.2 Apoteker Pengelola Instalasi Farmasi

2.2.1 Apoteker Pengelola Apotek (APA)

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.922/Menkes/Per/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara
pemberian izin apotek pada pasal 1 dijelaskan bahwa APA adalah seorang apoteker
yang telah diberikan Surat Izin Apotek (SIA).
Apoteker Pengelola Apotek (APA) berkewajiban menyediakan dan
memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, mampu
berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi
multidisipliner, kemampuan mengelola Sumber Daya Manusia (SDM) secara efektif,
selalu belajar sepanjang karier dan membantu memberi pendidikan serta memberi
peluang untuk meningkatkan pengetahuan.
2.2.2 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA)
Menurut Kepmenkes No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek, Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan
profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker.
Setiap profesi harus disertifikasi secara resmi oleh lembaga keprofesian untuk tujuan
diakuinya keahlian pekerjaan keprofesiannya dan proses ini sering dikenal dengan
kompetensi Apoteker. Kompetensi Apoteker menurut International Pharmaceutical
Federation (IPF) adalah kemauan individu farmasis untuk melakukan praktek

4
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
kefarmasian sesuai syarat legal minimum yang berlaku serta mematuhi standar
profesi dan etik kefarmasian.
2.2.3 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA)
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 889/MENKES/PER/V/2011
tentang Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian pada pasal 1
dijelaskan bahwa Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah seorang apoteker yang
telah diberikan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA). Adapun persyaratan yang harus
dipenuhi untuk menjadi Apoteker Pengelola Apotek adalah:
a. Ijazah telah terdaftar pada Departemen Kesehatan.
b. Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai Apoteker.
c. Memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) atau surat penugasan dari
Menteri Kesehatan.
d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan
tugasnya sebagai Apoteker.
e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker
Pengelola di apotek lain.
Selain APA dikenal pula Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti.
Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di samping APA dan atau
menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek sedangkan apabila APA
karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA dapat menunjuk
Apoteker Pengganti.
2.3 Lokasi Instalasi Farmasi

Menurut Menteri Kesehatan RI No. 278 Tahun 1981 dinyatakan bahwa yang
dimaksud dengan lokasi apotek adalah tempat bangunan apotek didirikan, lokasi
apotek yang baru atau berpindah, jumlah dan jarak minimal antar apotek ditetapkan
oleh Menteri Kesehatan. Penentuan lokasi yang harus menjadi pertimbangan segi
penyebaran dan pemerataan pelayanan kesehatan adalah jumlah penduduk, jumlah
dokter yang praktek, sarana pelayanan kesehatan lainnya, hygiene lingkungan dan

5
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
faktor-faktor yang terkait setelah adanya otonomi daerah maka faktor jarak sudah
tidak dipermasalahkan lagi.

RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso terletak di Jalan Piere Tendean no. 3


Bondowoso, Jawa Timur. RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso berbatasan dengan:

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Pertokoan


Sebelah Barat : Berbatasan dengan Permukiman Penduduk
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Safari II
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kamar Jenasah, Permukian Penduduk
2.4 Tata Cara Pendirian Apotek
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam mendirikan instalasi
farmasi Rumah Sakit yaitu :

1. Bangunan
Bangunan IFRS harus memiliki luas yang cukup sesuai persyaratan yang telah
ditentukan sehingga menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta
memelihara perbekalan kesehatan dibidang farmasi. Dan bagunan IFRS dr. H.
Koesnadi memiliki luas yang cukup sesuai persyaratan dan letak lokasi yang cukup
strategis karena bertempatan dipusat kota.

2. Lokasi dan Jumlah IFRS


Penentuan lokasi, jumlah dan jarak antara apotek harus mempetimbangkan segi
penyebaran , pemerataan , pelayanan kesehatan , lingkungan dan faktor-faktor yang
lain. Dan di IFRS dr. H. Koesnadi lokasi untuk tiap apotek berada di tempat yag
cukup strategis.

3. Pelengkapan IFRS
 Alat pembuatan obat dan pengolahan obat.
 Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika.
 Perlengkapan dan penyimpanan perbekalan di bidang farmasi.

6
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
 Alat dan perlengkapan peraturan Perundang – undangan yang berhubungan
dengan apotek.

4. Pengelolaan IFRS meliputi :


 Pembuatan, Pengolahan, Peracikan, pengobatan untuk campuran, penyimpanan
dan peyerahan obat atau bahan obat
 Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, penyerahan perbekalan farmasi lainya
 Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi

2.5 Sarana Kefarmasian Dan Perlengkapan Administrasi

2.5.1 Sarana Kefarmasian

Sarana ke farmasian diantaranya berupa bangunan yaitu :

1. Bangunan IFRS mempunyai sumber air yang dan penerangan yang cukup.
2. Apotek terdiri dari kasir, ruang tunggu, tempat peracikan obat dan
penyimpanan obat.
3. Bangunan IFRS mempunyai bangunan yang cukup luas.

2.5.2 Perlengkapan Kefarmasian

Perlengkapan farmasi adalah semua perlengkapan atau peralatan yang


digunakan untuk melaksanakan tugas dan semua kegiatan kefarmasian. Yang
termasuk dalam perlengkapan farmasi adalah :

 Mortir dan Stamper


 Blender obat atau Pulverizer
 Timbangan milligrams balance
 Sendok dan sudip
 Kertas Perkamen
 Kresek
 Plastik

7
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
 Klip plastik
 Serbet
 Etiket
 Copy resep

Perlengkapan kefarmasian lainnya yang mendukung kegiatan guna menyimpan


bahan-bahan atau sediaan adalah :

 Lemari untuk menyimpan obat-obat narkotik


 Lemari untuk menyimpan obat-obat psikotropik
 Lemari untuk obat generik
 Lemari untuk obat paten
 Lemari pendingin untuk menyimpan sediaan–sediaan yang tidak tahan pada
suhu kamar

2.5.3 Perlengkapan Administrasi

Perlengkapan administrasi dalam apotek meliputi buku-buku sebagai beriku:

 Kartu stok barang


 Surat pesanan obat
 Etiket
 Surat pesanan obat narkotika
 Surat pesanan psikotropik
 Rekap mutasi atau SIM ( Sistem Informasi Menejemen)
 Copy resep
 Nota atau kwitansi

2.6 Penataan perbekalan Kefarmasian Dan Ruang Gudang dan Fungsinya

Penyimpanan perbekalan farmasi di gudang harus memiliki beberapa kriteria,


antara lain meliputi keamanan, tertib administrasi, dan memenuhi persyaratan secara
farmasetis ditinjau dari sifat fisika dan sifat kimia bahan, yang harus disesuaikan

8
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
dengan penggolongan perbekalan farmasi, tujuannya untuk memudahkan pengawasan
dan penyaluran perbekalan farmasi.

Penyimpanan berarti mengelola barang yang ada dalam persediaan, dengan


maksud selalu dapat menjamin ketersediaannya bila sewaktu-waktu dibutuhkan
paien, tempat peyimpanan yakni gudang farmasi.

 Tujuan penyimpanan :
 Memelihara mutu barang dan menjaga kelangsungan persediaan (selalu ada
stock).
 Menjamin keamanan dari kecurian dan kebakaran.
 Memudahkan dalam pencarian dan pengawasan prsediaan barang kadaluwarsa.
 Menjamin pelayanan yang cepat dan tepat.

2.6.1 Gudang Farmasi

 Fungsi gudang farmasi adalah :


a) Menjamin pelayanan yang cepat dan tepat. Menerima, menyimpan,
memelihara, dan mendistribusikan perbekalan farmasi.
b) Menyiapkan penyusunan rencana, pencatatan pelaporan mengenai persediaan
dan penggunaan perbekalan farmasi.
c) Mengamati mutu dan khasiat obat yang disimpan.

 Pengelola Gudang
a) Dilaksanakan oleh tenaga yang kompeten, terdidik, mempunyai ijin untuk
menangani yakni Pemeriksaan obat/alkes /aldok yang baru datang.
b) Penerimaan obat (perbekalan farmasi)
c) Pengaturan
d) Penyimpanan
e) Pengeluaran

9
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
f) Transportasi
g) Administrasi

Pelaporan farmasis. Guna mempermudah pengawasan maka unit perbekalan


farmasi harus dibawah pengelolaan farmasis untuk menjamin persediaan selalu tetap
memenuhi persyaratan kefarmasian.

 Kegiatan di Gudang :

Persyaratan ruang penyimpanan perbekalan farmasi :

 Accessibility, ruang penyimpanan harus mudah dan cepat diakses


 Utilities, ruang penyimpanan harus memiliki sumber listrik, air, AC, dan
fasilitas lain.
 Communication, ruangan penyimpanan itu harus memiliki alat komunikasi.
 Drainage, ruangan penyimpanan harus berada di lingkungan baik dengan
sistem pengairan yang baik pula.
 Size, ruang penyimpanan harus memiliki ukuran yang cukup untuk menampung
barang yang ada.
 Security, ruang penyimpanan aman dari resiko pencurian dan penyalahgunaan
serta hewan pengganggu.

 Jenis perbekalan farmasi yang disimpan di gudang :

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan :

 Penyimpanan Obat 25°C (sejuk) : disimpan dalam ruangan ber-AC


 Penyimpanan dingin disimpan dalam lemari pendingin (2-8°C).
 Penyimpanan 0°C disimpan dalam freezer.
 Narkotika disimpan dalam lemari narkotika yang mempunyai aturan sesuai
dengan ketentuan.

10
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
 Barang mudah terbakar disimpan dalam ruangan bersuhu 25°C dan dilengkapi
pelet besi .
 Barang yang masih berada di kemasan/didalam kotak di letakkan di gudang
yang bersuhu ±30°C , disusun sesuai keinginan yang tercatum di kotak dan
menggunakan alas berupa pelet plastik.

 Metode penyimpanan perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit :


 Berdasarkan bentuk sediaan, penyimpanan sediaan padat (tablet), sediaan cair
(sirup), sediaan injeksi, infus, reagen serta alat-alat kesehatan harus dipisahkan
 Menurut abjad atau alfabetis
 Menurut farmakoterapi
 Sistem First in first out (FIFO)/ First expire first out (FEFO) atau kombinasi
keduanya. Untuk sistem FIFO, penyimpanan berdasarkan pada obat yang
pertama kali masuk, sedangkan sistem FEFO berdasarkan pada obat yang
punya expire date terdekat.

2.7 Personalia

Tenaga Kefarmasian dan Non Farmasi

 Apoteker : 1. Liliana Alika S.Farm.Apt


2. Januar DHP S.Farm.Apt
3. Ambar R, S.Farm., Apt
 Kepala ruangan :
a) Rawat Inap : Liliana Alika S.Farm.Apt
b) Rawt Jalan : Januar DHP S.Farm,Apt
c) Gudang :Anita Dyah Wardhani S.Farm, Apt
 Asisten Apoteker : 1. Febe Feria
2. Kusfitrianto
3. Cindy Claudia C

11
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
4. Widyawati
5. Yurin Sabrina
6. Ahmad Saiful
7. Wiwin Sulastri
8. Khairunisa
9. Agustin Trias W
10. Eko Suprianto
11. Rike Virgoestini
12. Lyke Nartina Sari
13. Tri Wahyu S
14.Rafik Santoso
15. Sutarjo
16. Sulis Karyawati
17. Linda S
18.Avia Indriaweni
19. Meria Yeni
20.

 Jam Kerja

Jam kerja di IFRS dr.Koesnadi dibagi menjadi 3 shift , Yaitu :

07.30 – 16.00 Shift Pagi

16.00 – 21.00 Shfit Sore

21.00 – 07.00 Shift Malam

Jam kerja ini hanya berlaku di Rawat Innap saja.Untuk Rawat Jalan hanya
berlaku shift pagi.
Adapun tugas masing-masing adalah :

Apoteker : Bertanggung jawab atas pelayanan di instalasi farmasi

12
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
Kepala ruangan : Sebagai penangggung jawab apotik

Staff Ruangan : Sebagai pembantu kepala ruangan

Asisten Apoteker : Meracik obat untuk pasien dan memberikan KIE

Pembantu AA : mengambil obat dan membantu Asisten Apoteker

Tenaga administrasi :

a) Staff gudang : 1. Menerima tempat resep dan faktur

2. Tempat menghitung jumlah barang di gudang

b) Gudang : 1. Mempersiapkan pengadaan obat di apotek.

2. Mengatur penyimpanan obat dan askes di apotek.

3. Mengatur arus barang obat masuk dan barang obat keluar.

4.Mengatur perencanaan pengadaan obat.

5.Mengatur barang-barang obat di gudang mengenai


Exp.Date.

BAB III

KEGIATAN PKL DI INSTALASI FARMASI

3.1 Pelayanan Kefarmasian

Menurut peraturan mentri kesehatan republik indonesia No 8 Tahun 2014


tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit, pelayanan kefarmasian adalah
suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.

13
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Bertujuan Untuk:

a. Meningkatkan Pelayanan Kefarmasian


b. Menjamin Kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian
c. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaa obat yang tidak rasional
dalam rangka keselamatan pasien (pasien safety)

3.1.1 Pelayanan Resep Dokter

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi ,kepada apoteker
,baik dalam bentuk kertas maupun electronik untuk menyediakan dan menyerahkan
obat bagi pasien sesuai peraturann yang berlaku.

Etika Pelayanan, Pelayanan obat terutama pada saat penyerahan obat dan
pemberian informasi kepada pasien, petugas harus memperhatikan etika dalam
pelayanan kesehatan, karena disamping perlu sopan santun dan kesabaran dalam
melayani pasien, juga karena pasien sebagai penderita penyakit biasanya dalam
keadaan tidak sehat atau kurang stabil emosinya. Kesadaran petugas bahwa pasien
dan keluarganya perlu ditolong terlepas dan status sosial, golongan dan agama atau
kepercayaannya, serta pengetahuan yang terbatas. Pasien memerlukan bantuan agar
tidak mengalami bahaya karena ketidak tahuannya tentang penyakit dan pengobatan.

Petugas harus menyadari bahwa pasien berhak menerima informasi yang baik
dan benar, serta pasien berhak dilindungi terhadap penyakit.
Begitu juga penyampaian informasi yang menyangkut efek samping atau
keadaan tingkat keparahan penyakit pasien hendaklah disampaikan secara hati-hati
dan agar kerahasiaan penyakitnya dapat dijaga dengan sebaik-baiknya.
3.1.1.1 Gambar Alur pelayanan resep

14
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
3.1.1.2 Prosedur:

1. Resep diterima dari pasien yang telah rujuk ke dokter.


2. Melakukan pengecekan pasien meliputi (nama,tanggal lahir,alamat
pasien,nomer telfon).
3. Memberi tahu harga yang akan dibayar pasien, apakah pasien setuju untuk
menebus resep setengahnya atau tidak.
4. Setelah pasien setuju berikan nomor urut resep agar pasien menunggu.
5. Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pencampuran, pengubahan bentuk dan
menyerahkan obat kepada pasien.
6. Pemberian etiket dan label pada obat.
7. Membuat salinan resep dan kwitansi untuk bukti pembayaran pasien.
8. TTK memeriksa kebenaran dan kejelasan resep, obat, dosis, penggunaan obat,
kontra indikasi obat dengan pasien.
9. Penyerahan Obat kepada Pasien.
10. Pelayanan KIE

3.1.1.3 Penerimaan Resep Dokter

 penerimaan resep dokter Non Narkotik


1. Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan administrasi.
2. Kontrol sesuai farmasetika (bentuk sediaan, cara dan lama pemakaian).

15
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
3. Kontrol persyaratan administrative (nama dokter, tanggal penulisan resep,
tanda tangan atau paraf dokter, alamat pasien, umur jenis kelamin, nama obat,
jumlah obat yang diminta dan informasi lainnya).
4. Mengkonsultasikan kepada dokter tentang masalah resep apabila diperlukan

 penerimaan Resep Dokter Narkotik dan Psikotropik


1. Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan administrasi.
2. Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetika (bentuk sediaan, cara dan
lama pemakaian).
3. Narkotik hanya dapat diserahkan atas dasar resep asli rumah sakit, puskesmas,
apotek lainnya, balai pengobatan ,dokter. Salinan resep narkotik dalam tulisan
“iter” tidak boleh dilayani sama sekali.
4. Salinan resep narkotik yang baru dilayani sebagian atau yang belum dilayani
sama sekali hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli.
5. Mengkonsultasikan ke dokter tentang masalah resep apabila diperlukan

3.1.1.4 Peracikan obat

 Peracikan Obat Non Narkotik :


1. Menyiapkan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai dengan
permintaan pada resep.
2. Mengambil obat
3. Menutup kembali wadah obat setelah pengambilan dan mengembalikan
ketempat semula.
4. Meracik obat (sesuai yang diminta dalam resep tersebut).
5. Mengencerkan sirup kering sesuai takaran dengan air yang layak minum.
6. Menyiapkan etiket (warna putih untuk obat dalam, warna biru untuk obat luar,
dan etiket lainnya seperti kocok dahulu untuk sediaan cair).
7. Menulis nama dan cara pemakaian obat pada etiket sesuai dengan permintaan
dalam resep.

16
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
8. Obat diberi wadah yang sesuai dan diperiksa kembali jenis dan jumlah obat
sesuai permintaan dalam resep.

 Peracikan Obat Narkotik dan Psikotropik :


1. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep.
2. Untuk obat racikan apoteker menyiapkan obat jadi yang mengandung
narkotika dan psikotropik.
3. Menutup dan mengembalikan wadah obat pada tempatnya. Jangan lupa untuk
mencatat pada kartu stok obat Narkotik dan Psikotropik.
4. Menulis nama dan cara pemakaian obat pada etiket sesuai dengan permintaan
dalam resep.
5. Obat diberi wadah yang sesuai dan diperiksa kembali jenis dan jumlah obat
sesuai permintaan dalam resep.

3.1.1.5 Penyerahan obat

 Penyerahan Obat Non Narkotik :


1. Melakukan pemeriksaan akhir sebelum dilakukan penyerahan (kesesuaian
antara penulisan etiket dengan resep).
2. Memanggil nama pasien.
3. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien.
4. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat.
5. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh apoteker
(bila di butuhkan).
6. Menyimpan resep pada tempatnya dan mendokumentasikan.

 Penyerahan Obat Narkotik dan Psikotropik :

17
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
1. Melakukan pemeriksaan akhir kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep
sebelum dilakukan penyerahan.
2. Memanggil nama dan nomor tunggu resep.
3. Mengecek identitas dan alamat pasien yang berhak menerima.
4. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat.
5. Menanyakan obat yang disertai pemberian informasi obat.
6. Menyimpan resep pada tempatnya dan mendokumentasikan

3.1.1.6 Penyimpanan resep dokter

 Penyimpanan Resep Dokter Non Narkotik.


Resep disimpan menurut tanggal dan nomer penerimaan atau pembuatan resep
dapat pula disimpan menurut nomer urutnya, resep disimpan selama kurang lebih 5
tahun.

 Penyimpanan Resep Obat Narkotik dan Psikotropik


Resep disimpan menurut tanggal dan nomer penerimaan atau pembuatan resep
dapat pula disimpan menurut nomer urutnya, resep yang mengandung narkotika dan
psikotropika harus dipisahkan dari yang lainnya dan harus ditandai garis merah
dibawah nama obatnya, resep disimpan selama kurang lebih 5 tahun.

3.1.2 Pelayanan Tanpa Resep Dokter

Pelayanan obat bebas dan obat bebas terbatas adalah obat yang dapat dilayani
dan dijual tanpa resep dokter, dalam pelayanannya kita juga kwitansi atau nota
pembelian kepada pasien sebagai tanda bukti penjualan, berikut adalah daftar obat
yang dapat dilayani tanpa menggunakan resep dokter :

 Obat Bebas

Obat bebas adalah obat yang dapat di jual bebas kepda umum tanpa resep
dokter. Tidak termasuk narkotika, psikotropika, obat bebas terbatas, dan sudah

18
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
terdaftar di Departemen Kesehatan RI. Obat golongan ini ditandai dengan lingkaran
berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh: Paracetamol 1 tablet
mengandung paracetamol 500mg, Aspilet 1 tab mengandung asetosal 80mg/tab.

Penandaan obat bebas diatur berdasarkan SK Menkes RI Nomor


2380/A/SK/VI/1983 tentang tanda khusus untuk obat bebas .
Logo obat bebas :

 Obat Bebas Terbatas


Obat bebas terbatas atau yang masuk dalam daftar “W”, menurut bahasa
Belanda “W” singkatan dari “Waarschuwing” artinya peringatan. Jadi, maksudnya
obat yang pada penjualannya disertai dengan peringatan tertentu yang ditandai
dengan lingkaran biru bergaris tepi hitam. Contoh: paratusin, proris dan CTM.
Logo Obat Bebas Terbatas :

Obat ini sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli
bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada
kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi warna
hitam. Dengan 6 peringatan:

19
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
 Obat WajibApotek

Obat wajib apotek (OWA) adalah jenis obat keras yang biasa diserahkan tanpa
harus menggunakan resep dari dokter. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 347/Menkes/SK/VII/1990 yang telah diperbaharui dengan Keputusan Menteri
Kesehatan No. 924/Menkes/Per/X/1993 menyatakan bahwa:

a. Obat wajib apotek boleh diserahkan tanpa resep dokter.


b. Peningkatan peran apoteker di apotek dalam pelayanan Komunikasi Informasi
Edukasi (KIE).
c. Peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan untuk swamedikasi

Secara sederhana, daftar obat wajib apotek (OWA) ditetapkan menjadi tiga yaitu:

1. Daftar obat wajib apotek no. 1

20
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
Contoh: Asam Mefenamat mengandung 500mg maks 20 tab
2. Daftar obat wajib apotek no. 2
Contoh: Ibuprofen tab mengandung 400 mg maks 10 tab, 600 mg maks 10 tab

3. wajib apotek no. 3


Contoh: Allopurinol 1 tab mengandung 100mg maks 10 tab.

 Alkes

Alkes adalah instrumen, apparatus, mesin dan/atau implant yang tidak


mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mediagnosis, menyembuhkan
dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada
manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Contoh:
urine bag, soft pad, hypafix,transofix dll

 Obat parenteral

Istilah parenteral digunakan untuk cara pemberiannya di suntikkan ke dalam


jaringan kulit. Contoh : Mecobalamin inj, Ranitidin inj, Furosemid inj,
Omeprazole inj dll

 Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata ‘Kontra’ yang berarti mencegah dan ‘Konsepsi’
yang berarti pembuahan atau pertemuanantara sel telur dan sel sperma. Jadi
kontrasepsi dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat pertemuan antara sel telur dan sel sperma. Kontrasepsi dapat
menggunakan beberapa cara, baik dengan menggunakan hormon, alat atau melalui
prosedur Operasi. Contoh : Pil KB, Copper T, Implant.

21
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
 Alur Pelayanan Non Resep

 Prosedur
1) pasien datang dengan keluhan tertentu lalu berkonsultasi dengan apoteker
untuk menentukan obat yang sesuai.
2) Apoteker memeriksa stock obat dan harga.
3) Jika pasien setuju ,lakukan pembayaran.
4) Penyerahan obat dengan wadah yang rapi.
5) Pelaksanaan KIE

3.1.3 Pelayanan Komunikasi Informasi dan Edukasi di Instalasi Farmasi RSUD


Dr. H Koesnadi.

3.1.3.1 Informasi : - Cara pemakaian obat (sesuai etiket)


3.1.3.2 Waktu pemakaian

22
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
Tujuan dari KIE yaitu mencegah terjadinya kesalahgunaan obat yang dapat
merugikan dan membahayakan masyarakat yang kurang mengerti tentang
penggunaan obat. Definisi komunikasi dari unsur KIE merupakan proses
penyampaian gagasan dari seseorang kepada orang lain sedangkan informasi
diperlukan untuk :

1. Memberikan dasar penggunaan obat yang aman dan efektif.


2. Memberikan informasi obyektif mengenai obat yang aman dan efektif.
3. Memberikan pertimbangan dari harga obat-obatan yang sejenis.

Berikut ini merupakan pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi yang


dilakukan meliputi:
 Memberikaninformasi cara pemakaianobat.
Contoh : pemakaian suppositoria yaitu lewat dubur.
 Memberikan informasi tentang aturan pakai
Contoh : dalam sehari meminum berapa kali
 Memberikan informasi waktu pemakaian
Contoh : diminum sesudah/sebelum makan
 Memberikan informasi tentang efek samping
Contoh : seperti pusing, mual, muntah
 Memberikan informasi tentang cara penyimpanan
Contoh : untuk obat-obatan yang tidak tahan pada suhu kamar harus disimpan
di lemari pendingin dengan suhu dibawah 200C (seperti, suppositoria, ovula,
vaksin, dan obat minum yang tidak tahan pada suhu kamar).

Pasien yang wajib menerima KIE antara lain:

1. Pasien geriatri (pasien yang berumur diatas 65 tahun).


2. Pasien Pediatri (Bayi yang berumur dibawah 2 tahun)
3. Pasien dengan penyakit degeneratif seperti jantung hipertensi dan lain–lain
4. Polifarmasi yaitu pasien yang menerima banyak obat

23
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
5. Pasien yang baru mendapat resep
6. Pasien lama yang mendapat resep baru
7. Pasien yang menerima obat dengan indeks terapi sempit, seperti digoksin.
8. Pasien yang menerima obat dengan efek samping yang sering muncul dan
mengganggu kesadaran seperti : efek samping mengantuk pada obat CTM.
3.2 Pengelolaan IFRS

3.2.1 Pengelolaan Obat


 Arus Obat Masuk
a) Perencanaan
Untuk menghindari kekosongan obat maupun alkes, maka harus dibuat
perencanaan yang baik. Di Apotek RSUD Dr. H. Koesnadi Bondowoso setiap harinya
dilakukan pengecekan terhadap obat-obatan terutama obat-obat yang fast moving.
Pengecekan terbilang mudah dikarenakan obat-obatnya sedikit. Apabila ada obat
yang habis atau menjelang habis maka ditulis pada form mutasi, kemudian dari form
mutasinama-nama obat yang akan dipesan diklarifikasikan sesuai dengan PBF-nya
masing-masing untuk kemudian ditulis pada surat pesanan (SP). Surat pesanan
diserahkan kepada distributor yang datang atau dapat melalui telepon. Khusus untuk
pemesanan melalui telepon surat pesanan diberikan menyusul pada saat barang
dikirim ke apotek. Pembayaran dapat dilakukan secara tunai atau kredit.
b) Penerimaan Barang

Obat-obat yang telah datang dari distributor disertai dengan faktur rangkap
empat, yaitu satu fraktur asli dan satu salinan untuk PBF dan dua salinanannya
diberikan pihak apotek untuk keperluan adminstrasi. Setelah pengecekan barang baik
jumlah, waktu kadaluarsa, dan kondisi fisik, maka fraktur ditanda tangani oleh
petugas yang menerima dan distempel untuk menyatakan kesesuaian barang yang
diterima.
c) Penyimpanan Barang
Obat-obat yang telah diterima kemudian disimpan. Penyimpanan dilakukan
untuk mencegah terjadinya kerusakan baik fisik maupun khasiatnya. Penyimpanan di

24
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
Apotek RSUD Dr. Koesnadi dikelompokan sesuai dengan bentuk sediaan disimpan
pada sebuah lemari yang berukuran sedang. Misalnya obat yang sediaan sirup dipisah
dengan tablet. Sementara itu obat yang memerlukan penanganan khusus seperti
suppositoria, vaksin dan obat lainnya disimpan dalam lemari pendingin sesuai dengan
suhunya. Di Apotek RSUD Dr. Koesnadi dikelompokan ada penyimpanan khusus
untuk obat golongan psikotropika dan narkotika.

d) Pemakaian Barang
Obat-obat yang digunakan di RSUD. Dr. Koesnadi hanya obat-obat khusus
untuk anak, jadi dalam pemakaian tidak ada sistem khusus. Pemberian obat disertai
dengan informasi bagaimana aturan pakainya, cara penggunaan dan efek yang terjadi
sehingga pasien bisa mengetahui.
 Penyimpanan Barang
Barang datang disertai faktur disesuaikan dengan surat pesanan dan kemudian
dicatat pada buku penerimaan barang. Gudang mengecek apakah barang yang datang
tersebut sesuai dengan faktur yang telah diterima. Penyimpanan obat di gudang
berdasarkan Alfabet, obat paten dan generik. Sediaan Tablet, Sirup, Injeksi tempat
penyimpanannya berbeda.
Penyimpanan barang dirawat inap dilakukan berdasarkan alfabetis, bentuk
sediaan, stabilitas, suhu penyimpanan, obat paten/generic, untuk penyimpanan
ALKES dan obat injeksi dipisahkan, sedangkan penyimpanan narkotik dan
psikotropik disimpan di lemari khusus yang terkunci.
Sedangkan Penyimpanan di rawat jalan dilakukan berdasarkan alvabetis, bentuk
sediaan, obat paten/generic, stabilitas suhu penyimpanan, dan untuk obat narkotik dan
psikotropik disimpan dilemari khusus terkunci.

 Arus barang keluar

25
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
Pihak apotik menulis obat yang sudah habis stoknya di apotek di LPO
(lembar permintaan obat)

LPO diberikan ke bagian gudang

Bagian gudang mengambil obatnya

Apotek menerima resep dari pasien

Apoteker menyerahkan obat kepada pasien

Adanya pengeluaran obat

 Penjelasan :
Arus obat keluar yang dijalankan di instalasi farmasi RSU.Dr.H.Koesnadi
Bondowoso adalah menggunakan system FIFO (First In First Out) dan FEFO (First
Expired First Out) yaitu barang yang keluar terlebih dahulu adalah barang yang
datang pertama atau yang mendekati batas tanggal kadaluarsa. Penataan barang yang
datang pertama atau yang mendekati tanggal kadaluarsa diletakkan diurutan bagian
depan dengan tujuan barang-barang tersebut dapat keluar terlebih dahulu.

3.2.2 Pengelolaan Keuangan


 Arus Uang Masuk
Uang masuk adalah segala dana yang masuk ke dalam kas Apotek baik
melalui resep dokter maupun secara bebas. Uang yang masuk ke kas ini nantinya
diserahkan ke bendahara rumah sakit. Uang masuk mempunyai skema yaitu :

26
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
Pembelian obat dengan resep dokter
maupun tanpa resep dokter

Kasir memberi harga

Pasien membayar

Adanya pemasukan

 Arus uang keluar


Uang keluar adalah segala dana yang keluar dari kas Apotek baik digunakan
untuk pembelian obat ke distributor dan adanya pelayanan obat kepada pasien, maka
terjadi pula arus barang keluar obat dan alkes. Adapun skema dari arus uang keluar
ini sebagai berikut :

Persediaan obat menipis

Bagian pengadaan melakukan


pembelian ke PBF

PBF memberi harga

Bagian rumah sakit membayar


kepada PBF
27
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
Adanya pengeluaran keuangan

 Penjelasan :
Instalasi farmasi mencatat obat yang telah menipis, kemudian membeli barang
pada PBF lalu pihak PBF memberi harga. Instalasi farmasi membayar sesuai dengan
jangka waktu yang telah disetujui oleh PBF. Maka terjadi pengeluaran. Selain skema
diatas uang di gunakan untuk :
a. Pengadaan barang
b. Pembayaran hutang dagang
c. Pembayaran gaji karyawan
d. Pembayaran obat

BAB IV

PELAPORAN

Sesuai intruksi dari Depkes POM, pencatatan laporan tentang obat-obatan


narkotika, morfin, dan petidin harus mencantumkan alamat pasien yang menerima
resep dari dokter, dengan tujuan apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
misalnya saja ada kekurangan, kelebihan ataupun kesalahan dalam pengambilan obat,
kita dapat dengan mudah menghubungi pasiennya. Laporan ini dilaporkan setiap
bulan. Pencatatan obat psikotropika juga harus dilaporkan setiap bulan yang mana
meliputi sediaan awal bulan, penambahan, pengurangan dan sisa akhir bulan atau
akhir tahun.

28
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
Laporan ini harus ditanda tangani oleh Apoteker Pengelola Apotek dan diterima
oleh Kepala Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten paling lambat tanggal 10 pada bulan
berikutnya, laporan ini ditujukan kepada :

1) Kepala Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso.


2) Kepala Bidang Farmasi dan Makanan Kantor Wilayah Depkes Propinsi Jawa
Timur.
3) Kepala Balai POM.
4) Arsip.

Supaya lebih jelas, berikut adalah pelaporan untuk masing-masing obat :

 Narkotik Dan Psikotropik


Pelaporan Narkotik dan Psikotropik dilakukan oleh Apoteker Penanggung
jawab Apotek (APA) dengan cara mencocokkan stok awal dan stok akhir, jumlah
obat mulai stok awal sampai stok akhir jumlahnya harus sama dengan jumlah obat
yang ada di gudang. Setelah sama maka dilakukan Pelaporan narkotika dan
psikotropik dengan cara online dengan menggunakan aplikasi SIPNAP langsung ke
DEPKES PUSAT atau DEPKES RI yang pelaporannya dilakukan setiap bulan dan
paling lambat tgl 10.

Format laporannya dibuat rangkap 2 :


1. Yang pertama di kirim langsung secara online ke DEPKES RI
2. Yang ke dua di print sebagai arsip untuk rumah sakit

 Morfin Dan Petidin


Morfin dan Petidin merupakan obat narkotik golongan ke-2. Pelaporann Morfin
Dan Petidin sama dengan pelaporan obat narkotika yang lain, yaitu dengan cara
online langsung ke DEPKES PUSAT atau DEPKES RI yang dilakukan oleh
Apoteker Penanggung jawab Apotek (APA).

29
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Masalah yang ditemukan

1. Kesulitan membaca resep dokter karena belum terbiasa.


2. Lama menyiapkan obat atau alkes karena belum mengerti letak dari masing-
masing obat dan alkes di instalasi
3. Kurang berhati-hati dalam menyiapkan obat atau alkes
4. Kesulitan dalam mengerjakan racikan kapsul yang berjumlah lebih dari 10

30
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
5. Gugup saat memberikan obat dan KIE kepada pasien
6. Kurang teliti dalam menulis etiket obat

5.2 Pembahasan masalah

1. Meminta bantuan AA senior jika menemukan kesulitan membaca resep


dokter.
2. Dapatbertanyakepada Asisten
Apotekerseniorjikakesulitanmencariletakobatdiapotek.
3. Harus lebih berhati-hati dalam melakukan pekerjaan
4. Harus lebih bersabar dan teliti dalam meracik kapsul yang berjumlah >10
5. Harus lebih percaya diri
6. Harus lebih bersabar dalam menghadapi pasien
7. Harus bisa menyesuaikan diri dalam keadaan apapun

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Pada saat PKL kita calon Asisten Tenaga Kefarmasian banyak menemukan
masalah-masalah yaitu seperti Kesulitan membaca resep dokter karena belum
terbiasa, lama menyiapkan obat atau alkes karena belum mengerti letaknya di apotek,
kurang berhati-hati dalam menyiapkan obat atau alkes, kesulitan dalam mengerjakan
racikan kapsul yang berjumlah kurang dari 10,Gugup saat memberikan obat dan KIE
kepada pasien,kurang teliti dalam menulis etiket obat.

31
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
Namun semua kesulitan itu dapat kita atasi dengan beberapa cara yaitu kita
sering sering bertanya kepada apoteker atau asisten apoteker yang ada di rumah sakit
Dr H Koesnadi, dan juga sering sering berlatih untuk membaca resep,meningkatkan
ketelitian dalam membaca resep dokter,lebih teliti ,dan tepat melayani pasien.

6.2 Saran

6.2.1 Untuk Siswa

Peran seorang Asisten Tenaga Kefarmasian (ATK) sangatlah dibutuhkan dalam


pelayanan maupun pemberian informasi mengenai obat sehingga pada waktu PKL
lebih menguasai ilmu kefarmasian dan mampu memberikan KIE yang baik dalam
memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pasien.

Dan sebagai calon Asisten Tenga Kefarmasian (ATK) kecepatan, ketepatan


dan ketelitianseharusnyalebihditingkatkan agar pasienmerasapuasdenganpelayanan
yang kitaberikan.

6.2.2 Untuk Sekolah

Dan untuk sekolah, agar lebih ditingkatkan lagi dalam memberikan ilmu dan
pengetahuannya kepada siswa dan siswinya. Agar ke depannya lebih baik lagi
dalam menjalankan peran sebagai seorang Asisten Tenaga Kefarmasian (ATK).

32
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
LAMPIRAN-LAMPIRAN

 Surat Pesanan

33
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
 Surat Pesanan Narkotika

34
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
 Surat Pesanan Psikotropika

35
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
 Surat Pesanan Obat Mengandung Prekursor

 Surat Pesanan Obat Obat Tertentu (OOT)

36
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
 Copy Resep

37
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
 Etiket

38
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
39
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
40
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
 Etiket Khusus Pasien Onkologi

41
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
 Kwitansi

42
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
 Nota

 Struktur Organisasi

43
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
44
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
 Denah Apotek

45
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
 Berita acara pemusnahan

46
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
 Kartu stok barang

 Colcitine 0,5g

Gudang: IFRS:

47
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
 Depakote 250mg

Gudang: IFRS

48
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
 OBH Syrup

Gudang: IFRS:

49
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
50
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019
51
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2018-2019

Anda mungkin juga menyukai