Moewardi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Berdasarkan UU No 36 tahun 2009,
upaya kesehatan merupakan setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintegrasi, dan berkesinambungan untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan
penyakit (preventif), peningkatan kesehatan (promotif), pengobatan penyakit
(kuratif), dan pemeliharaan kesehatan (rehabilitatif) oleh pemerintah dan/atau
masyarakat.
Rumah sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.56/Menkes/per/2014). Sesuai dengan
Permenkes RI No 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit, menyebutkan bahwa Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan
Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu dan
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik.
Tujuan dari Pelayanan Kefarmasian yaitu untuk mengidentifikasi, mencegah, dan
menyelesaikan masalah terkait obat. Tuntutan pasien dan masyarakat akan
peningkatan mutu pelayanan kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari
paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi
paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi
Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care).
Instalasi Farmasi merupakan salah satu unit pelaksana fungsional yang
menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu departemen atau unit atau bagian di
suatu rumah sakit yang berada di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu
oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional dan merupakan tempat
atau fasilitas penyelenggeraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan
serta pelayanan kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit.
Pelayanan kefarmasian ini mempunyai peran yang sangat penting dalam
tercapainya keberhasilan proses pengobatan sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
Dalam upaya peningkatan pelayanan farmasi, diperlukan sumber daya
manusia yang kompeten. Seorang apoteker di rumah sakit dituntut memiliki
kemampuan manajerial dan farmasi klinik yang baik, disamping mampu
berkejasama dan berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya. Untuk
mempersiapkan sumber daya manusia khususnya apoteker yang baik dan
kompeten di bidang farmasi, maka dilaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) yang dilaksanakan selama 2 bulan di RSUD Dr.Moewardi tanggal 1 April
2016 – 31 Mei 2016. Adanya PKPA, maka diharapkan calon apoteker dapat lebih
kompeten, mengerti dan memahami peran dan tanggung jawab apoteker di rumah
sakit serta mengetahui semua aspek kegiatan kefarmasian yang berlangsung di
rumah sakit.
B. Tujuan PKPA
Praktek Kerja Profesi Apoteker di RSUD Dr.Moewardi bertujuan:
1. Mendidik dan melatih mahasiswa calon apoteker agar lebih kompeten
di dunia kerja.
2. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan praktis mahasiswa calon
apoteker dalam menjalankan profesinya dengan penuh amanah di
bidang rumah sakit.
3. Menjalin kerjasama dan komunikasi dengan rumah sakit dalam bidang
pendidikan dan pelatihan.
4. Mengetahui kegiatan farmasi di rumah sakit khususnya di instalasi
farmasi dari struktur organisasi, tugas dan fungsi manajemen serta
kegiatan yang dilakukan dalam upaya pelayanan kesehatan bagi
masyarakat.
5. Mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab apoteker dalam
BAB II
TINJAUAN UMUM
RSUD Dr.MOEWARDI
A. Sejarah
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi (RSDM) merupakan rumah
sakit milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang terletak di Jalan Kolonel
Sutarto No.132 Surakarta. RSUD Dr. Moewardi didirikan pada tahun 1942 pada
zaman penjajahan Belanda. Rumah sakit di Kota Surakarta terdapat tiga buah
Rumah Sakit Partikelir / Swasta:
1. Zieken Zorg, berkedudukan di Mangkubumen dengan nama partikelir
2. Misi
1. Menyediakan pelayanan kesehatan berbasis pada keunggulan sumber
daya manusia, kecanggihan dan kecukupan alat serta profesionalisme
manajemen pelayanan.
2. Menyediakan wahana pendidikan dan penelitian kesehatan yang unggul
berbasis pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
yang bersinergi dengan mutu layanan.
3. Tujuan
RSUD Dr. Moewardi memiliki tujuan meningkatkan kepuasan dan loyalitas
pasien, mewujudkan pelayanan yang efektif dan ekonomis, mewujudkan
kemandirian finansial rumah sakit, mewujudkan komitmen dan produktifitas
sumber daya manusia.
C. Akreditasi Rumah Sakit
RSUD Dr. Moewardi merupakan rumah sakit milik Pemerintah Provinsi
Jawa Tengah dengan kategori kelas A yang pada tahun 2007 berhasil lulus
penilaian tahap IV dan lulus sertifikat ISO 9001:2000. RSUD Dr. Moewardi juga
telah lulus sertifikasi akreditasi penuh tingkat lengkap pada tahun 2008-2011.
Pada Desember 2012 dilakukan survei tahap pertama terhadap RSUD Dr.
Moewardi oleh JCIA (Joint Commission International Accreditation), dilanjutkan
dengan survei tahap kedua pada September 2013. Pada November 2014 RSUD
Dr. Moewardi melakukan akreditasi KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit)
dengan hasil lulus paripurna sehingga dapat melanjutkan akreditasi JCIA tahap
selanjutnya. Setelah dinyatakan lulus paripurna oleh KARS maka harus dilakukan
evaluasi setiap tahun selama 5 tahun kedepan. Survei pertama setelah dinyatakan
lulus paripurna dilakukan pada tanggal 24-25 November 2015 dengan hasil
paripurna.
direktur yaitu wakil direktur pelayanan, wakil direktur keuangan dan wakil
direktur umum. Untuk kepentingan pengembangan profesi, direktur dibantu
oleh kelompok jabatan fungsional.
2. Tiap-tiap wakil direktur membawahi beberapa bidang bagian dan instalasi yang
dibantu oleh:
a. Unsur struktural dalam bentuk bidang dan bagian yang bertugas
mengkoordinasi kegunaan instalasi terkait.
b. Unsur non struktural dalam bentuk instalasi yang bertugas mengelola
pelaksanaan kegiatan pelayanan di satuan kerjanya, baik pelayanan medis,
penunjang medis maupun non medis.
Komite medik yang berfungsi membantu atau menjembatani direktur dengan staf
medik fungsional, terutama untuk pengembangan profesi kedokteran.
BAB III
URAIAN KEGIATAN
PKR merupakan sub unit farmasi yang melayani kebutuhan akan sediaan farmasi
untuk ruang perawatan berupa kapas, kasa, sarung tangan, tissue, alkohol, infus,
cairan-cairan, gas medis, spare part alat kesehatan, alat dan bahan radiologi.
Sediaan farmasi yang tidak diresepkan adalah sediaan farmasi sebagai penunjang
tindakan medis yang tidak dirinci tersendiri, tetapi masuk dalam tarif paket
tindakan medis, misalnya gas medis, antiseptik, plester, verban, film x-ray,
hemodialisa set, catgut, dan kebutuhan trolly emergency di tiap ruang perawatan.
Kegiatan di Sub Instalasi Produksi Farmasi RSDM yaitu produksi
perbekalan farmasi merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk dan
mengemas kembali perbekalan farmasi untuk menunjang kebutuhan dan
memenuhi pelayanan kesehatan di rumah sakit. Oleh karena itu dibutuhkan unit
produksi sebagai unit pelaksana teknis di bawah sub instalasi pengelolaan
perbekalan farmasi yaitu suatu unit produksi. Unit produksi dipimpin oleh seorang
Katim (koordinator tim) dan dibantu oleh seorang karyawan. Tidak semua produk
farmasi di produksi pada unit ini. Adapun kriteria perbekalan farmasi yang
diproduksi yaitu sediaan farmasi dengan mutu sesuai standar dengan harga yang
lebih murah, memerlukan pengemasan kembali (repacking), sediaan yang
mempunyai stabilitas tertentu sehingga harus dibuat baru, sediaan farmasi yang
tidak tersedia di pasaran, sediaan farmasi dengan formula khusus dan sediaan
farmasi untuk penelitian. RSUD Dr. Moewardi melakukan repacking kapsul
CaCO3, pembuatan mineral mix, serta pengenceran formalin konsentrasi 3% dan
10%, perhidrol 3% dan 4%, alkohol 70%.
Mahasiswa PKPA melakukan kegiatan di stase unit produksi selama dua
hari. Kegiatan yang dilakukan meliputi repacking kapsul CaCO3 serta pembuatan
mineral mix.
E. Sub Instalasi Distribusi Perbekalan Farmasi
1. UDPF Rawat Jalan
Unit Distribusi Perbekalan Farmasi (UDPF) Rawat Jalan merupakan bagian
yang berhubungan dengan pelayanan kefarmasian yang langsung kepada pasien,
dalam menjaga kualitas pelayanannya UDPF rawat jalan dilakukan dengan cepat,
tepat, nyaman dan mudah. Pelayanan kefarmasian UDPF Rawat Jalan dilakukan
pada jam kerja sesuai dengan kebijakan rumah sakit.
UDPF Rawat Jalan di RSDM terbagi menjadi dua, yaitu UDPF Rawat Jalan
Reguler dan Rawat Jalan Paviliun.UDPF rawat jalan reguler melayani semua
pasien rawat jalan di gedung wijaya kusuma, sebagian besar pasien merupakan
pengguna BPJS kesehatan, sedangkan UDPF rawat jalan cendana melayani semua
pasien umum rawat jalan di gedung cendana. Unit Distribusi Perbekalan Farmasi
(UDPF) Rawat Jalan juga melayani e-resep, e-resep ini merupakan sistem
peresepan dengan komputerisasi, sistem resep ini bisa dipesan secara on line ke
apotik, tidak dibawa ke apotik oleh pasien, system ini mengurangi kesalahan
pengobatan, mudah dibaca, memperbaiki praktek dokter dan effisiensi kesalahan
apotik. Paling penting, dokter dan apotik bertukar data resep secara mudah dan
cepat dan menghemat waktu.
a. Unit Distribusi Pelayanan Rawat Jalan regular
UDPF Rawat Jalan Reguler berada di Gedung Wijaya Kusuma Lantai 1.
Unit ini dikepalai oleh seorang APJ (Apoteker Penanggung Jawab) dibantu 2
apoteker lainnya, satu Katim (Koordinator Tim) serta beberapa TTK (Tenaga
Teknis Kefarmasian) serta administrasi. Pelayanan kefarmasian hanya dilakukan
satu shift sesuai dengan kebijakan yang berlaku yaitu mulai jam 07.00-selesai.
Pengadaan obat dan alat kesehatan di UDPF rawat jalan dengan cara mengajukan
bon permintaan barang ke sub unit gudang pada hari yang telah ditentukan, yaitu
hari kamis dan sabtu. Sedangkan untuk keperluan cito dapat dilakukan pada selain
hari-hari tersebut, atau dapat mengambil di UDPF lain dan dicatat pada buku bon.
UDPF Rawat Jalan Reguler melayani resep pasien dari poli rawat jalan reguler
yang merupakan anggota BPJS. Selain itu unit ini juga melayani resep pasien
BPJSdari kandungan poli dalam dan THT.
b. UDPF Rawat Jalan di Paviliun Cendana
Sistem pelayanan di UDPF rawat jalan cendana hampir sama dengan sistem
pelayanan di UDPF rawat jalan regular. UDPF rawat jalan cendana melayani
masyarakat umum yang bukan merupakan anggota BPJS atau asuransi kesehatan
lainnya. UDPF Rawat Jalan Paviliun Cendana melayani resep pasien dari poli
rawat jalan pavilun cendana yang sebagian besar merupakan pasien umum dan
sebagian kecil pasien anggota BPJS yang di danai oleh pihak penyelenggara BPJS
Kesehatan. Selain itu unit ini juga melayani resep pasien BPJS dari poli jantung,
poli saraf dan poli bedah.
2. UDPF Rawat Inap
UDPF Rawat Inap Reguler (Apotek kin) merupakan salah satu Unit
RSDM yang bertugas melayani kebutuhan obat dan alat kesehatan bagi pasien
rawat inap, baik pasien dengan penjamin BPJS maupun pasien umum yang
menempati kelas VIP. Adapun kegiatan mahasiswa PKPA pada unit ini meliputi:
melakukan penyiapan obat oral, injeksi, sediaan infus, serta alat kesehatan habis
pakai sesuai permintaan resep; mencocokkan jumlah maupun kesesuaian sediaan
obat dengan etiket sesuai permintaam resep; dan mengambil obat di gudang
farmasi sesuai dengan Form Permintaan Barang (FPB). UDPF Rawat Inap
Reguler melayani resep dari beberapa ruang perawatan yaitu:
Melati 1 : khusus melayani pasien interna. Obat dan alkes diambil di
UDPF Rawat Inap Reguler kemudian dilakukan UDD di Ruang Melati I.
Melati II : melayani pasien pediatri.
Melati III : melayani pasien kelas I dengan berbagai kasus penyakit.
HCU Melati : melayani pasien perawatan intensif interna.
Mawar I : melayani pasien obsgyn.
Mawar II : melayani pasien bedah.
Mawar III : melayani pasien onkologi.
Anggrek I : melayani pasien paru dan psikiatri.
Anggrek II : melayani pasien neuro, HCU neuro, kulit dan THT.
Wing Melati : melayani pasien kelas 3 dengan berbagai kasus penyakit.
Sistem distribusi di UDPF Rawat Inap Reguler menggunakan sistem
kombinasi dari sistem ODD (One Daily Dose) dan UDD (Unit Dose Dispensing).
Sistem ODD yaitu sistem pemberian sediaan obat kepada pasien untuk keperluan
satu hari (obat diberikan dalam satu hari), sedangkan UDD merupakan sistem
pemberian sediaan obat kepada pasien dalam pelayanan sekali pakaidalam bentuk
dosis terbagi untuk penggunaan 24 jam. Akan tetapi, di RSDM belum dapat
menerapkan sistem UDD secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan terbatasnya
sumber daya manusia dan ruangan yang tidak mencukupi.
Pelayanan resep obat dan alat kesehatan habis pakai di UDPF Rawat Inap
Reguler dilakukan selama 24 jam. Pelaksanaan jam kerja karyawan dibagi
menjadi 3 shift jaga, yaitu shift pagi (07.00-14.00 WIB), shift siang (14.00-21.00
WIB) dan shift malam (21.00 -07.00 WIB). UDPF Rawat Inap Reguler dipimpin
oleh seorang APJ dibantu seorang Katim dan beberapa TTK. APJ dan Katim
harus hadir pada shift pagi dengan tujuan untuk memudahkan koordinasi dan
memudahkan saat melakukan “trace root” apabila ada kesalahan.
UDPF Rawat Inap Paviliun 1 melayani resep pasien rawat inap di Instalasi
Rawat Inap Paviliun Cendana dengan sistem unit dosis di ruang Cendana 1/2/3
maupun anggrek 3 sesuai ruangan pasien dirawat. UDPF Rawat Inap Paviliun
Cendana 1 yang hanya melayani resep obat dan alat kesehatan habis pakai selama
24 jam. Pelaksanaan jam kerja karyawan dibagi menjadi 3 shift jaga, yaitu shift
pagi (07.00-14.00 WIB), shift siang (14.00-21.00 WIB) dan shift malam (21.00-
07.00 WIB).Sedangkan UDPF Rawat Inap Paviliun Cendana 2 dan 3 hanya
melakukan pelayanan 2 shift saja. Jika ada resep malam dari semua bangsal
(ruangan) masuk ke UDPF Rawat Inap Paviliun Cendana 1.
UDPF aster berada di gedung aster lantai 1 dekat dengan pintu masuk
gedung aster. Unit ini dipimpin oleh seorang APJ dibantu seorang Katim serta
beberapa TTK. UDPF aster melayani resep pasien rawat inap di Instalasi Rawat
Inap Aster dengan sistem unit dosis di ruang Aster sesuai ruangan pasien dirawat.
UDPF Aster melayani resep obat dan alat kesehatan habis pakai selama 24 jam.
Pelaksanaan jam kerja karyawan dibagi menjadi 2 shift jaga, yaitu shift pagi
(07.00-14.00 WIB) dan shift siang (09.00-16.00 WIB). Pada prinsipnya unit ini
sama dengan UDPF Rawat Inap lainnya, perbedaannya terletak pada jenis pasien.
UDPF Aster sebagian besar melayani pasien umum dan BPJS dengan fasilitas
yang lebih unggul dengan spesialisasi penyakit kardiovaskuler.
3.UDPF Gawat Darurat
UDPF Gawat Darurat berada di Gedung Wijaya Kusuma Lantai 1 yang
terletak satu lokasi dengan IGD. UDPF Gawat Darurat dipimpin oleh seorang
Apoteker dan dibantu seorang Katim serta beberapa TTK. Kondisi gawat darurat
tidak dapat diperkirakan baik dari segi waktu kejadian, tempat kejadian maupun
tingkat kegawatdaruratan atau tingkat keparahan pasien. Oleh karena itu, semua
tim yang berada di IGD harus selalu siaga selama 24 jam untuk melakukan
pelayanan kesehatan yang cepat, tepat, terarah, terpadu dan optimal bagi semua
pasien dalam kondisi darurat. UDPF Gawat Darurat melakukan pelayanan selama
24 jam yang terbagi menjadi 3 shift yaitu shift pagi (07.00-14.00), shift siang
(14.00-21.00) dan shift malam (21.00-07.00). Unit ini melayani resep dari pasien
yang baru masuk IGD serta pasien IGD baik rawat jalan maupun rawat inap.
Kegiatan PKPA di UDPF Gawat Darurat dilakukan selama dua hari pada shift
pagi. Kegiatan yang dilakukan meliputi menerima, membaca, memeriksa
keabsahan dan kelengkapan resep, selain itu mencari interaksi obat yang
diresepkan. Mahasiswa PKPA tidak diperbolehkan melakukan entri data pasien
dan pemberian harga obat karena untuk meminimalisir terjadinya kesalahan.
Setelah entri data dilakukan, mahasiswa PKPA mempersiapkan obat dan alat
kesehatan habis pakai sesuai permintaan resep. Resep oral pasien rawat inap
dipersiapkan dengan sistem UDD (Unit Daily Dose), sedangkan untuk pasien
rawat jalan dipersiapkan sesuai permintaan resep. Obat dan alat kesehatan yang
sudah dipersiapkan kemudian dilakukan pengecekan ulang (double check) oleh
pertugas farmasi untuk meminimalisir terjadinya kesalahan pengambilan obat.
Resep pasien rawat inap yang telah dipersiapkan didistribusikan ke masing-
masing ruang perawatan.
4. UDPF Rawat Intensif
Unit Perawatan Intensif adalah unit khusus di rumah sakit yang memberikan
pelayanan maksimum, dukungan dari fungsi vital dan terapi untuk penderita
dengan kegagalan akut akan tetapi dapat berubah menjadi kegagalan multi dari
sistem vital (paru-paru, jantung, ginjal, dan sistem syaraf).
UDPF Rawat Intensif di RSDM melayani resep pasien umum, BPJS, dan
pasien kerjasama yang dirawat di ruang ICU, PICU, NICU, HCU Bedah, dan
hemodialisa. Pelayanan kefarmasian di UDPF Rawat Intensif menggunakan
sistem ODD. Adapun kegiatan mahasiswa PKPA pada unit ini meliputi:
melakukan penyiapan obat oral, injeksi, sediaan infus, serta alat kesehatan habis
pakai sesuai permintaan resep; mencocokkan jumlah maupun kesesuaian sediaan
obat dengan etiket sesuai permintaam resep; dan mengambil obat di gudang
farmasi sesuai dengan Form Permintaan Barang (FPB).
sukarela yang bersifat confidential dan secara lebih dini membantu orang
mengetahui status HIV/AIDS. Konseling pra testing memberikan pengetahuan
tentang HIV/AIDS dan manfaat testing, pengambilan keputusan untuk testing, dan
perencanaan atas issue HIV/AIDS yang akan dihadapi. Konseling post testing
membantu seseorang untuk mengerti dan menerima status HIV/AIDS dan
merujuk pada pelayanan dukungan. Konteks dari VCT adalah kerelaan dari
seseorang untuk melakukan tes HIV tanpa paksaan, rahasia terjamin, pelayanan
nyaman dan empati, mempromosikan perubahan perilaku yang bertanggung
jawab, pengobatan ARV dan memberikan pemecahan berbagai masalah terkait
dengan HIV/AIDS.
6. TBMDR
TBMDR merupakan singkatan dari Tuberculosis Multi Drug Resistant.
Penatalaksanaan pasien TBMDR di RSDM dilakukan dengan menerapkan strategi
DOTS yaitu diawasi langsung oleh petugas PMO yang merupakan petugas
kesehatan dari rumah sakit, pengawasan dilakukan dengan ketat dimana pasien
harus dalam pengawasan penuh oleh PMO ketika pasien menelan obat.
Pengobatan TBMDR memerlukan waktu lebih lama dari pasien TB bukan MDR,
sekitar 19-24 bulan karena pasien memerlukan pengobatan yang lebih kompleks
yaitu menggunakan OAT yang memiliki banyak efek samping. Pasien yang
dinyatakan menderita TBMDR harus mendapatkan KIE yang lengkap sehingga
pasien memiliki motivasi untuk melakukan pengobatan secara teratur dan tuntas
serta perlu ditekankan bahwa ketidakteraturan dalam pengobatan dapat
menimbulkan resiko kekambuhan, kegagalan pengobatan dan kematian.
7. UPOS
UPOS merupakan salah satu bagian dari unit dispensing sediaan steril
yang khusus menyiapkan sediaan steril campuran obat seperti IV admixture,
pencampuran elektrolit pekat dan TPN (Total Parenteral Nutrisi). UPOS dipimpin
oleh seorang APJ dan dibantu oleh beberapa TTK. UPOS berada di Gedung
Melati Lantai 1 yang terbagi menjadi dua ruangan, yaitu ruang rekonstitusi dan
ruang administrasi. Unit ini melakukan pelayanan setiap Hari Senin-Sabtu yang
terbagi dalam dua shift yaitu shift pagi (07.00-14.00) dan shift tanggung (09.00-
16.00). UPOS menerima resep dari semua ruang perawatan yang memerlukan
rekonstitusi khusus obat dalam bentuk injeksi. Biasanya resep yang dikerjakan
berasal dari pasien NICU dan HCU Neo untuk iv admixture, dan untuk TPN
berasal dari NICU, HCU Neo, HCU Melati 2, dan PICU, sedangkan pencampuran
elektrolit pekat dari semua bangsal.
Kegiatan mahasiswa PKPA di UPOS berlangsung selama empat hari.
Kegiatan yang dilakukan meliputi: melakukan telaah resep yang meliputi
ketepatan obat, indikasi, pasien, dosis, kontra indikasi dan interaksi obat;
menghitung volume sediaan yang diambil, mencatat pemberian obat pasien pada
lembar CPO; menyiapkan obat yang akan direkonstitusi; mengambil baju steril di
CSSD dan menyerahkan baju steril yang telah dipakai di unit laundry.
8. Farmasi Klinis Di RSDM Surakarta
Kegiatan farmasi klinik juga dilakukan di Melati 1 yang merupakan ruang
penyakit interna infeksi dan non infeksi. Kegiatan mahasiswa PKPA di farmasi
klinik selama 6 hari, yaitu dengan memantau profil pengobatan pasien yang
dipilih. Kasus yang dipilih dikaji lebih lanjut mengenai profil pengobatannya,
ketepatan penggunaan obat dan dosis yang diberikan ada tidaknya DRP pada
terapi yang diberikan. Selain itu mahasiswa diperkenankan mengunjungi pasien
untuk memantau perkembangan pasien dan mencari informasi tambahan yang
diperlukan dan tidak terdapat pada rekam medik ataupun mengkonfirmasi yang
tertulis di rekam medik.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan dan pengamatan PKPA dari bulan April 2016
sampai Mei 2016 dapat disimpulkan antara lain :
1. Pelaksanaan PKPA di RSUD Dr. Moewardi memberikan banyak manfaat
yang besar bagi mahasiswa untuk memasuki dunia kerja terutama dirumah
sakit, dalam rangka umtuk menjalankan peran dan fungsi Apoteker secara
profesional sesuai dengann sumpah ddan etika kefarmasian, peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Instalasi farmasi RSUD Dr. Moewardi mempunyai peranan penting dalam
pelayanan kesehatan di rumah sakit terutama dalam bidang managerial,
karena semua perbekalan farmasi dikelola secara penuh oleh farmasi.
3. Secara umum, tugas dan fungsi dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr.
Moewardi sudah berjalan dengan baik.
B. Saran
1. Peningkatan dan pengoptimalan pengetahuan tentang obat dan kemampuan
apoteker dalam berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lain terutama dokter,
serta berinteraksi dengan pasien dan keluarga pasien sehingga peran apoteker
dalam Pengelolaan Penggunaan Obat secara Rasional (PPOSR) dapat
diimplementasikan secara maksimal.
2. Materi dan kegiatan PKPA belum efektif dan efisien karena sebaagian besar
aktivitas yang dilakukan mahasiswa hanya membantu dalam pelayanan
sediaan farmasi.
3. Untuk kegiatan Farmasi klinik yang mereview pengobatan di bangsal melati,
alangkah baiknya jika kasus yang diangkat cukup satu saja serta visite ke
pasien juga dilakukan, sehingga mahasiswa PKPA dapat mereview kasus
tersebut lebih optimal.
4. Untuk kegiatan diskusi kasus farmasi klinik dengan tenaga kesehatan lainnya
seperti dokter, alangkah baiknya jika tetap dilaksanakan sesuai jadwal yang
telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan, Jakarta.
Depkes RI, 2009, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun
2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, Depkes RI, Jakarta.
Depkes RI, 2014.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 56 tahun
2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, Jakarta.
Depkes RI, 2014.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.58 Tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Jakarta.
IFRS RSDM, 2014, Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi RSUD Dr. Moewardi,
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr Moewardi, Surakarta.
IFRS RSDM, 2014, Pedoman Pengorganisasian Instalasi Farmasi RSUD Dr.
Moewardi, Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr Moewardi, Surakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.