Anda di halaman 1dari 46

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang
harus diwujudkan melalui pembangunan kesehatan. Pembangunan
kesehatan merupakan salah satu upaya guna tercapainya kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
kesehatan dalam masyarakat yang optimal. (Depkes RI, 2006)
Berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, salah satu
unsur kesehatan adalah saranan kesehatan. Sarana kesehatan meliputi Balai
Pengobatan, Pusar Kesehatan Masyarakat, Rumah Sakit Umum, Rumah
Sakit Khusus dan Sarana Kesehatan lainnya.
Rumah Sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang
mempunyai misi untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau oleh seluruh masyarakat, juga sebagai tempat pendidikan dan
pelatihan tenaga kesehatan serta tempat penelitian dan pengembangan
kesehatan. Salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di
Rumah Sakit adalah Pelayanan Farmasi (Siregar, 2003).
Kegiatan yang dilakukan Instalasi Farmasi Rumah Sakit meliputi
pengelolahan pembekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian dalam
penggunaan obat dan alat kesehatan. pengelolahan pembekalan farmasi
meliputi perencanaan, pengadaan, meproduksi, penerimaan, penyimpanan,
dan pendistribusian. Pada pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat
dan alat kesehatan sangat diperlukan peran professional seorang Apoteker.
Apoteker bertanggung jawab dalam menjamin penggunaan obat yang
efektif, rasional, aman, dan terjangkau oleh pasien dengan menerapkan
pengetahuan, keterampilan, dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan
lainnya (Siregar, 2003)
Permenkes 889 tahun 2011 menyatakan bahwa Tenaga Teknis
Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalankan
pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya

1
Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
Karena termasuk Tenaga Teknis kefarmasian, sejak 2011 setiap asisten
apoteker yang akan dan telah bekerja di apotek/ pelayanan kefarmasian
harus memiliki STRTTK (Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis
Kefarmasian) dan SIKTTK (Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian).
Izin tersebut diurus di Dinas Kesehatan kabupaten/ Kota tempat asisten
apoteker tersebut bekerja
Menurut UU No. 36 tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan, posisi
Asisten apoteker berubah. Asisten Apoteker tidak lagi disebut Tenaga
Kesehatan tetapi masuk sebagai Asisten Tenaga Kesehatan. Asisten apoteker
tidak dimasukkan tenaga kesehatan karena pendidikannya di bawah D3.
Apoteker adalah tenaga profesi yang memiliki dasar pendidikan serta
keterampilan dibidang farmasi dan diberi wewenang serta tanggung jawab
untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Tanggung jawab apoteker
adalah mengembangkan pelayanan farmasi yang luas dan bermutu, dapat
memenuhi kebutuhan dari berbagai departemen diagnotik dan terapi,
pelayanan keperawatan, staf medic, dan rumah sakit secara keseluruhan
dalam memberikan pelayanan yang baik (Siregar, 2003)
Dalam upaya meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya di rumah sakit ,
maka Stikes Harapan Ibu Program Studi Farmasi menyelenggarakan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang bekerja sama dengan Rumah Sakit
Royal Prima. Dengan diadakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) diharapkan
mahasiswa mampu memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan dalam
kefarmasian yang nyata dan langsung dalam melaksanakan kegiatan
pelayanan kesehatan farmasi.

2
1.2 TUJUAN KEGIATAN
Adapun tujuan dari Praktek Keja Lapangan yaitu:
1. Untuk menerapkan keterampilan dan pengetahuan kepada mahasiswa
dalam bentuk kerja nyata.
2. Untuk mengembangkan keberanian dalam memberikan suatu informasi
kepada orang lain secara langsung.
3. Untuk memperluas dan mengetahui tentang berbagai macam pengelolaan
sediaan farmasi.
4. Memberikan pengalaman kerja yang nyata dan langsung dalam
melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan farmasi.
5. Untuk mengetahui peran apoteker dan tenaga teknis kefarmasian di
Rumah Sakit
6. Untuk mempelajari cara pelayanan kefarmasian seperti ke pasien baik di
rumah sakit rawat inap, pasien rawat jalan, pasien OK dan pasien IGD
(Instalasi Gawat Darurat).

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 TINJAUAN UMUM
2.1.1 Pengertian Rumah Sakit
Menurut undang-undang republik indonesia nomor 44 tahun 2009
Pasal 1 bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Menurut undang-undang republik indonesia nomor 44 tahun 2009
Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan
kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan,
persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan
keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.
2.1.2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 Tugas dan fungsi Rumah Sakit Rumah Sakit mempunyai tugas
memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna,
penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit, pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna
tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis, penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan,
penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
2.1.3 Prosedur Pendirian Rumah Sakit
Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 56 tahun
2014 tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit meliputi Rumah Sakit
dapat didirikan dan diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
atau swasta. Rumah Sakit yang didirikan dan diselenggarakan oleh

4
Pemerintah merupakan unit pelaksana teknis dari instansi. Pemerintah
yang tugas pokok dan fungsinya di bidang kesehatan ataupun instansi
Pemerintah lainnya, Rumah Sakit yang didirikan dan diselenggarakan
oleh Pemerintah Daerah harus merupakan unit pelaksana teknis daerah
atau lembaga teknis daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan
keuangan badan layanan umum daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta
harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di
bidang perumahsakitan. Dikecualikan bagi Rumah Sakit publik yang
diselenggarakan oleh badan hukum yang bersifat nirlaba. Sifat nirlaba
dibuktikan dengan laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan
publik.
2.1.4 Sarana dan Prasarana
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit menyatakan sebagai berikut :
1. Prasarana Rumah Sakit sebagaimana meliputi: instalasi air, instalasi
mekanikal dan elektrikal, instalasi gas medik, instalasi uap, instalasi
pengelolaan limbah, pencegahan dan penanggulangan kebakaran,
petunjuk, standar dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat,
instalasi tata udara, sistem informasi dan komunikasi dan ambulan.
2. Prasarana sebagaimana harus memenuhi standar pelayanan,
keamanan, serta keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggaraan
Rumah Sakit.
3. Prasarana sebagaimana harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi
dengan baik.
4. Pengoperasian dan pemeliharaan prasarana Rumah Sakit
sebagaimana harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai
kompetensi di bidangnya.
5. Pengoperasian dan pemeliharaan prasarana Rumah Sakit
sebagaimana harus didokumentasi dan dievaluasi secara berkala dan

berkesinambungan.

5
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai prasarana Rumah Sakit
sebagaimana diatur dengan Peraturan Menteri.
2.1.5 Klasifikasi Rumah Sakit
Undang-undang republik indonesia Nomor 44 tahun 2009 Tentang
klasifikasi rumah sakit di sebutkan bahawa Dalam rangka
penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi
rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan
berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit.
Klasifikasi Rumah Sakit umum terdiri atas : a.Rumah Sakit umum kelas
A;
b.Rumah Sakit umum kelas B
c.Rumah Sakit umum kelas C;
d.Rumah Sakit umum kelas D.
Klasifikasi Rumah Sakit khusus terdiri atas :
a.Rumah Sakit khusus kelas A;
b.Rumah Sakit khusus kelas B;
c.Rumah Sakit khusus kelas C.

A. Klasifikasi berdasarkan kepemilikan


Klasifikasi berdasarkan kepemilikan terdiri atas:
1. Rumah sakit pemerintah terdiri atas: rumah sakit vertikal yang
langsung dikelola oleh departemen kesehatan, rumah sakit pemerintah
daerah, rumah sakit militer, rumah sakit bumn.
2. Rumah sakit swasta adalah rumah sakit yang dikelola oleh masyarakat
B. Klasifikasi berdasarkan jenis pelayanannya
Berdasarkan jenis pelayanannya, rumah sakit ini terdiri atas:
1. Rumah sakit umum memberi pelayanan kepada berbagai penderita
dengan berbagai jenis kesakitan, memberi pelayanan diagnosis dan
terapi untuk berbagai kondisi medik, seperti penyakit dalam, bedah,
pediatrik, psikiatri, ibu hamil, dan sebagainya.
2. Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberi pelayanan
diagnosis

6
3. dan pengobatan untuk penderita dengan kondisi medik tertentu baik
bedah maupun non bedah, seperti rumah sakit kanker, bersalin,
psikiatri, pediatrik, ketergantungan obat, rumah sakit rehabilitasi dan
penyakit kronis.
C. Klasifikasi berdasarkan lama tinggal di rumah Sakit
Berdasarkan lama tinggal, rumah sakit terdiri atas:
1) Rumah sakit perawatan jangka pendek adalah rumah sakit yang
merawat penderita selama rata-rata kurang dari 30 hari.
2) Rumah sakit perawatan jangka panjang adalah rumah sakit yang
merawat penderita dalam waktu rata-rata 30 hari atau lebih.
D. Klasifikasi berdasarkan kapasitas tempat tidur
Rumah sakit pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan kapasitas
tempat tidur sesuai pola berikut:
a. di bawah 50 tempat tidur
b. 50 – 99 tempat tidur
c. 100 – 199 tempat tidur
d. 200 – 299 tempat tidur
e. 300 – 399 tempat tidur
f. 400 – 499 tempat tidur
g. 500 tempat tidur atau lebih
E. Klasifikasi berdasarkan afiliasi Pendidikan
Rumah sakit berdasarkan afiliasi pendidikan terdiri atas dua jenis yaitu:
1. Rumah sakit pendidikan adalah rumah sakit yang melaksanakan
program pelatihan dalam bidang medik, bedah, pediatrik dan bidang
spesialis lain.
2. Rumah sakit non pendidikan adalah rumah sakit yang tidak memiliki
afiliasi dengan universitas disebut rumah sakit non pendidikan.
F. Klasifikasi berdasarkan status akreditasi
Rumah sakit berdasarkan status akreditasi terdiri atas rumah sakit
yang telah diakreditasi dan rumah sakit yang belum diakreditasi. Rumah
sakit telah diakreditasi adalah rumah sakit yang telah diakui secara
formal oleh suatu badan sertifikasi yang diakui, yang menyatakan bahwa

7
suatu rumah sakit telah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan
tertentu.
2.1.6 Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Instalasi farmasi rumah sakit adalah fasilitas pelayanan penunjang
medis, dibawah pimpinan seorang apoteker dibantu oleh beberapa orang
apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, dan kompeten secara profesional, yang bertanggung jawab
atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang terdiri atas
pelayanan paripurna, mencakup perencanaan, pengadaan, produksi,
penyimpan pembekalan sedianaan/sediaan farmasi, dispensing obat
berdasarkan resep bagi penderita rawat inap dan jalan, pengendalian
mutu dan pengendalian distribusi dan penggunaa pembekalan kesehatan
dirumah sakit serta pelayanan farmasi klinik.
2.1.7 Pelayanan Kefarmasian
Menurut peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 58
tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit, bahwa
untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian di rumah sakit yang
berorientasi kepada keselamatan pasien, diperlukan suatu standar yang
dapat digunakan sebagai acuan dalam pelayanan kefarmasian. Pelayanan
kefarmasian adalah suatu pelayana langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien,
sedangkan standar pelayanan kefarmasian merupakan suatu tolak ukur
yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kerja dalam
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.
Menurut peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 58
tahun 2014 pasal 2 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit
meliputi Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian,Menjamin kepastian
hukum bagi tenaga kefarmasian,Melindungi pasien dan masyarakat dari
penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien
(patient safety)

8
A. Pelayanan farmasi klinik meliputi :
a. Pengkajian dan pelayanan resep
Kegiatan pengkajian resep meliputi administrasi, kesesuain
farmasetik dan pertimbangan klinis.
b. Penelusuran riwayat penggunaan obat
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian
informasi obat, setelah pengkajian resep dilakukan hal seperti :
Menyiapkan obat sesuai dengan pemintaan resep, Melakukan
peracikan obat bila di perlukan, Memberikan etiket yang sesuai,
Memasukkan obat ke wadah yang tepat dan terpisah untuk obat
yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari
penggunaan yang salah.
c. Pelayanan informasi obat (PIO)
Merupakan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker dalam
pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak,
dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala
aspek penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau
masyarakat. Informasi mengenai obat termasuk obat resep, obat
bebas dan herbal.
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute
dan metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik
dan alternative, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan
menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga,
sifat fisika atau kimia dari obat dan lain-lain.
d. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara apoteker dan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku
dalam penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi
pasien. Untuk mengawali konseling, apoteker menggunakan three
prime questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dianggap
rendah, perlu dilanjutkan dengan metode health belief model.

9
Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga
pasien sudah memahami obat yang digunakan.
e. Pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy care)
Jenis pelayanan kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan oleh
apoteker meliputi : Pencarian/penilaian masalah yang berhubungan
dengan pengobatan, Identifikasi kepatuhan pasien, Pendampingan
pengelolaan obat dan/atau alat kesehatan di rumh, misalnya cara
pemakaina obat asma, penyimpanan insulin, Konsultasi masalah
obat atau kesehatan secara umum, Monitoring pelaksanaan,
efektifitas dan keamanan penggunaan obat berdasarkan catatan
pengobatan pasien, Dokumentasi pelaksanaan pelayanan
kefarmasian dirumah dengan menggunakan formulir.
f. Pemantauan terapi obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien
mendapatkan terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.
Criteria pasien Pemantau terapi obat adalah Anak-anak dan lanjut
usia, ibu hamil da menyusui, Menerima obat lebih dari 5 jenis,
Adanya multidiagnosis, Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau
hati, Menerima obat dengan indeks terapi sempit, Menerima obat
yang sering diketahui menyebabkan reaksi obat yang merugikan.
g. Monitoring efek samping obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal
yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis
dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.
Kegiatan monitoring efek samping obat diantaranya:
Mengeidentifkasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami efek samping obat, Mengisi formulir monitoring efek
samping obat (MESO), Melaporkan ke pusat monitoring efek
samping obat nasional dengan menggunakan formulir.

10
2.1.8 Pengelolaan Sedian Farmasi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun
2014 Tentang Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Dan Bahan
Medis Habis Pakai.
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan.
A. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola
penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
B. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan
Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
C. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
D. Penyimpanan
1. Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari
pabrik.Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan
pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan
harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah
sekurang-kurangnya memuat nama Obat, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa.
2. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3. .Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis.

11
4. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out)
yaitu yang punya masa kedaluwarsanya lebih awal atau yang
diterima lebih awal harus digunakan lebih awal sebab logistik dan
peralatan yang datang lebih awal biasanya juga diproduksi lebih
awal dan umurnya relatif lebih tua dan masa kadaluwarsanya
mungkin lebih awal.FIFO (First In First Out) yaitu yaitu yang
masuk pertama kali, maka dia keluar pertama kali.
E. Pemusnahan
1. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan
jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak
yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh
Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh
Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang
memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja.
2. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun
dapat dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker
disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan
cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan
Berita Acara Pemusnahan Resep selanjutnya dilaporkan kepada
dinas kesehatan kabupaten/kota.
F. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan
jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan
sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal
ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian
pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok
baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-
kurangnya memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah
pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.

12
G. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi
pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stock),
penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya
disesuaikan dengan kebutuhan.Pelaporan terdiri dari pelaporan
internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan pelaporan yang
digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan,
barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan
yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan meliputi pelaporan narkotika,
psikotropika dan pelaporan lainnya.

13
2. 2 TINJAUAN KHUSUS
2.2.1 Rumah Sakit Royal Prima Jambi
Rumah sakit royal prima jambi berlokasi di Jalan Raden Wijaya,
RT 35, Kelurahan Thehok, Kecamatan Jambi Selatan. Sementara dari
pihak yayasan Prima dari Medan. Dipimpin oleh direktur Dr. Adrianto
gazali. M.Kes dimana merupakan salah satu rumah sakit swasta dengan
akreditas C di kota jambi. Rumah Sakit ini berukuran sedang, tempat ini
tersedia 52 tempat tidur inap dengan 40 dokter,perlayanan Inap Termasuk
Kelas Ekonomis 4 dari 52 tempat tidur di rumah sakit ini berkelas VIP
keatas.
Izin operasional rumah sakit ini sudah diberikan oleh Walikota
Jambi dengan SK nomor 649 tahun 2012. Luas bangunan RS ini untuk
adalah 2.072,4 meter persegi dengan tiga lantai.Rumah sakit ini di bawah
naungan dari yayasan pendidikan Prima, Medan. Fasilitas di rumah sakit
tersebut diantaranya seperti pelayanan gawat darurat, rawat jalan atau
poliklinik spesialis meliputi penyakit dalam, ruang anak, ruang bedah,
ruang bedah tulang atau orthopedic, bedah syaraf, kandungan dan
kebidanan serta poliklinik dokter umum serta instalasi farmasi.
Di RS itu juga tersedia poliklinik gigi dan mulut,untuk rawat inap
ada 64 tempat tidur yang meliputi, di ruang VIP ada 4 ruangan dan 4
tempat tidur. Kemudian di kelas 1 ada 22 tempat tidur, kelas 2 ada 18
tempat tidur, kelas 3 ada 18 tempat tidur dan perinatologi atau bayi
sebanyak 2 tempat tidur. Rumah sakit ini juga ditunjang dengan ruang
ICU dengan kapastitas 6 tempat tidur.
2.2.2 Tata Ruang dan perlengkapan
1. Tata ruang instalasi farmasi meliputi :
Ruang tunggu, ruang Administrasi , ruang penyimpanan obat
(gudang), ruang dokter, ruang penyerahan obat, tempat pencucian
obat, kamar mandi dan toilet.
2. Perlengkapan instalasi farmasi meliputi :
a. Alat pembuangan, pengolahan dan peracikan seperti mortir, tong
sampah dan alat lainnya.

14
b. Alat penyimpanan dan pembekalan farmasi seperti lemari
pendingin dan lemari obat.
c. Wadah pengemas dan pembungkus, etiket dan plastik pengemas
d. Tempat penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika (lemari
OKT)
e. Buku standar FI, ISO, IMO, Daftar Pelaporan Harga Obat, serta
kumpulan peraturan perundang-undangan yang berhubungan
dengan apotek.
f. Alat administrasi seperti blanko pesanan obat, faktur, kwitansi,
salinan resep dan lain-lain.
2.2.3 Administrasi
Buku catatan pembelian, buku catatan penjualan, buku catatan keuangan,
dan kartu stock obat, SP, Buku Wajib Apotek (FI, ISO, buku standar
IMO). Administratif, kegiatannyaa meliputi : agenda atau pengarsipan
dimana pengaplikasiannya sebagai berikut :
a. Alur proses barang masuk dari pembelian (kontan atau kredit)
Pembelian disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan setempat, jenis
obat yang diperlukan dapat dilihat dari buku data-data obat yang mau
dipesan (defecta untuk pesanan membeli barang serta pengendalian
persediaan), baik dari bagian penerimaan resep atau obat bebas di
counter muka maupun dari petugas gudang.
b. Alur proses barang keluar
Setiap barang yang keluar dari gudang, disediakan buku permintaan
barang, yang ditulis oleh seorang asisten apoteker. Buku tersebut
memuat kolom nama barang jumlah yang diminta, jumlah yang
diberikan, sisa persediaan dan keterangan. Dari kolom sisa persediaan
dapat di pakai sebagai alat bantu untuk pengadaan barang (defecta
untuk pesanan membeli barang serta pengendalian persediaan).

15
2.2.4 Pengelolahan Sediaan Farmasi di Instalasi Farmasi RS Royal Prima
Jambi
1. Perencanaan
Perencanaan Merupakan suatu proses kegiatan dalam
pemilihan jenis, jumlah dan harga pembekalan farmasi yang sesuai
dengan kebutuhan anggaran yang ada di rumah sakit royal prima
Jambi.Dengan cara mengumpulkan data obat dan alat kesehatan
ditulis dibuku pesanan bisa melalui telepon kecuali obat narkotika
dan psikotropik.Tujuan perencanaan perbekalan farmasi adalah
untuk menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai
dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah
sakit royal prima tersebut .
2. Pengadaan
Tujuan pengadaan obat adalah agar tersedianya obat dengan
jenis dan jumlah yang cukup sesui kebutuhan dengan mutu yang
cukup dan terjamin serta dapat diperoleh pada saat
diperlukan.Pengadaan merupakan proses untuk penyediaan obat
yang dibutuhkan di unit pelayanan kesehatan di instalasi farmasi
Royal prima dimana stok barang yang sudah habis dan akan
digunakan secepatnya harus melakukan pengadaan dengana cara
merelisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui
melalui:
Tujuan pengadaaan :
Untuk mendapatkan perbekalan farmasi dengan harga yang
layak, dengan mutu yang baik, pengiriman barang terjamin dan tepat
waktu, proses berjalan lancer, dan tidak memerlukan tenaga serta
waktu berlebihan karena obat atau alat kesehatan yang akan dipesan
akan dipergunakan secepat mungkin di Royal Prima Jambi.
1. Pembelian
Pengadaan sediaan farmasi di Rumah Sakit royal prima
sama seperti instalasi lain pada umumnya yaitu obat-obat yang
mendekati batas minimum dicatat dibuku defecta kemudian

16
diberikan kepada petugas bagian pengorderan digudang farmasi
lalu gudang farmasi menentukan stok obat yang harus di order.
Setelah itu bagian gudang farmasi menghibungi Perusahaan Besar
Farmasi (PBF) tertentu dengan menggunakan Surat Pemesanan
(SP) yang diketahui dan ditanda tangani Apoteker (contoh Surat
Pesanan Terlampir).
2. Produksi
Produksi perbekalan farmasi di rumah sakit merupakan
kegiatan membuat, merubah bentuk, dan pengemasan kembali
sediaan farmasi steril atau non-steril untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit.Di rumah sakit royal prima
meracik obat membuat pulveres,salep,kapsul dan melarutkan
sirup kering.
3. Sumbangan /hibah/droping
Pada prinsipn pengelolaan perbekalan farmasi dari hibah/
sumbangan, mengikuti kaidah umum pengelolaan perbekalan
farmasi regular. Perbekalan farmasi yang tersisa dapat dipakai
untuk menunjang pelayanan kesehatan disaat situasi normal.
3. Penerimaan
Penerimaan dilakukan oleh Tenaga Teknis kefarmasian, untuk
obat golongan narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Royal Prima. Sediaan farmasi dan
alat kesehatan yang telah diterima akan di cek kondisinya, dicocokan
antara faktur dan SP serta sediaan farmasi dan alkes untuk menjamin
kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan
harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang
diterima. Kemudian faktur dan SP disatukan.Penerimaan sediaan
farmasi di Rumah Sakit Royal Prima susdah sesuai yaitu Setelah
barang yang diorder tersebut datang kemudian barang tersebut
diterima bersama faktur dan diperiksa oleh petugas gudang farmasi.
Petugas gudang farmasi memeriksa tanggal kadaluarsa dari obat

17
tersebut dan nomor faktur. Barang yang dipesan sesuai dengan faktur
akan ditanda tangani oleh petugas digudang farmasi.
4. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan
memelihara dengan cara menempatkan obat-obat yang diterima
sesuai dengan tempat yang dinilai aman dan tidak dapat merusak
mutu obat.Pada Rumah Sakit Royal Prima Penyimpanan Obat
disesuai kan dengan jenis obat yaitu obat disimpan dalam wadah asli
pabrik, diletakan/disusun berdasarkan bentuk sediaan, golongan,
alfabetis dengan sistem FIFO (First in First Out) dimana obat yang
pertama masuk akan dikeluarkan telebih dahulu dan FEFO (First
Expired First Out) dimana obat yang lebih cepat expired akan
dikeluarkan terlebih dahulu.barang yang memiliki kadaluarsa lebih
awal diletakkan dibarisan depan agar barang tersebut tidak terlalu
lama tersimpan digudang.
o o
Obat disimpan pada suhu kamar yaitu 25 C - 27 C. Obat yang
bersifat termolabil, tidak tahan terhadap suhu tinggi, disimpan dalam
o o
lemari pendingin denga n suhu 2 C - 8 C. Obat-obat yang perlu
perhatian khusus seperti golongan psikotropika dan narkotika di
simpan dalam lemari penyimpanan khusus.
5. Distribusi
Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam pengeluaran
dan pengiriman obat-obatan dari gudang farmasi untuk memenuhi
kebutuhan unit-unit pelayanan kesehatan. Obat –obat yang berada
digudang disalurkan kebeberapa ruangan atau unit-unit dirumah sakit
khususnya instalasi farmasi. Sebelum disalurkan obat-obat tersebut
harus dicatat dikartu stok dan buku untuk masing-masing ruangan.
Misalnya di instalasi farmasi Royal Prima meminta Asam
Mefenamat 1 box lalu petugas gudang farmasi mencatatt dikartu stok
dan dibuku apotek.

18
6. Pelayanan Resep
Pelayanan Resep merupakan proses dari bagian kegiatan yang
harus dikerjakan dimulai dari menerima resep dari dokter hingga
penyerahan obat kepada pasien. Tujuan dari pelayanan resep adalah
agar pasien mendapatkan obat yang sesuai dengan resep dokter serta
bagaimana cara pemakaian obat tersebut.Proses pelayanan resep
dalam Instalasi Farmasi di Rumah Sakit Royal Prima yaitu Resep
yang diserahkan oleh pasien ke Instalasi Farmasi kemudian diterima
oleh tenaga teknisi kefarmasian untuk dilakukan skrining resep agar
tidak terjadi kesalahan.setelah itu tenaga teknis kefarmasian
menuliskan harga pembayaran dan diberikan kepada pasien
sementara menunggu pasien selesai membayar, petugas menyiapkan
obat yang terdapat didalam resep dan menulis etiket sesuai indikasi
masing-masing obat.
7. Pemusnahan
Pemusnahan dirumah sakit Royal prima yaitu Obat-obat yang
rusak atau mendekati tanggal kadaluwarsa akan di retur oleh
Apoteker dengan menghubungi pihak PBF atau sales yang
bersangkutan untuk melakukan retur. Obat diretur 3-6 bulan sebelum
kadaluwarsa dan ada yang diretur setelah kadaluwarsa, tergantung
dari PBF dimana obat tersebut diperoleh. Obat rusak atau
kadaluwarsa yang tidak dapat diretur akan dikumpulkan, dicatat dan
dilaporkan untuk dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk
sediaan. Pemusnahan obat rusak atau kadaluwarsa yang mengandung
narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan
oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota. Pemusnahan Obat selain
narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan
oleh Tenaga Teknis Kefarmasian lain yang memiliki surat izin
praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan obat dilakukan setiap
tahun.

19
8. Pencatatan dan Pelaporan
Instalasi farmasi rumah sakit royal prima melakukan
Pencatatan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan
(kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan
lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pencatatan ini dilakukan
setiap hari.
Pelaporan terdiri dari pelaporan keuangan, barang dan lainya di
catat setiap hari melalui sistem komputerisasi dan di laporkan satu
bulan sekali ke direktur Rumah Sakit Royal Prima Jambi. Setiap
pelaporan sediaan farmasi baik narkotika dan psikotropika akan di
laporkan ke Dinas Kesehatan Kota Jambi.

20
BAB III
PEMBAHASAN

Instalasi farmasi rumah sakit adalah fasilitas pelayanan penunjang medis,


dibawah pimpinan seorang apoteker dibantu oleh beberapa orang apoteker serta
asisten apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, dan kompeten secara professional, yang bertanggung jawab atas seluruh
pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang terdiri atas pelayanan paripurna,
mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpan pembekalan
sedianaan/sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat
inap dan jalan, pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan penggunaa
pembekalan kesehatan dirumah sakit serta pelayanan farmasi klinik.
Perencanaan Merupakan suatu proses kegiatan dalam pemilihan jenis,
jumlah dan harga pembekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan anggaran
yang ada di rumah sakit royal prima Jambi. Dengan cara mengumpulkan data obat
dan alat kesehatan ditulis dibuku pesanan bisa melalui telepon kecuali obat
narkotika dan psikotropik. Tujuan perencanaan perbekalan farmasi adalah untuk
menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan
kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit royal prima tersebut .
Pengadaan merupakan proses untuk penyediaan obat yang dibutuhkan di
unit pelayanan kesehatan di instalasi farmasi Royal prima dimana stok barang
yang sudah habis dan akan digunakan secepatnya harus melakukan pengadaan
dengana cara merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui,
agar tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai kebutuhan
dengan mutu yang cukup dan terjamin serta dapat diperoleh pada saat diperlukan.
Tujuan pengadaaan adalah untuk mendapatkan pembekalan farmasi dengan harga
yang layak, dengan mutu yang baik, pengiriman barang terjamin dan tepat waktu,
proses berjalan lancar, dan tidak memerlukan tenaga serta waktu berlebihan
karena obat atau alat kesehatan yang akan dipesan akan dipergunakan secepat
mungkin di Royal Prima Jambi.
Rangkaian proses pengadaan unutuk mendapatkan perbekalan farmasi
dilakukan dengan pemesanan. Hal ini sesuai dengan peraturan presiden RI no 94

21
tahun 2007 tentang pengendalian dan pengawasan atas pengadaan dan penyaluran
bahan obat. Pembelian dengan penawaran yang kompetitif ( tender) merupakan
suatu metode penting untuk mencapai keseimbangan yang tepat antara mutu dan
harga, apabila ada dua atau lebih pemasok, apoteker harus mendasarkan pada
kriteria mutu produk, reputasi produsen, harga, berbagai syarat, ketepatan waktu
pengiriman, mutu pelayanan pemasok, dapat dipercaya, kebijakan tentang barang
yang dikembalikan dan pengemasan.
Pengadaan sediaan farmasi di Rumah Sakit royal prima sama seperti
instalasi lain pada umumnya yaitu obat-obat yang mendekati batas minimum
dicatat dibuku defecta kemudian diberikan kepada petugas bagian pengorderan
digudang farmasi lalu gudang farmasi menentukan stok obat yang harus di order.
Setelah itu bagian gudang farmasi menghubungi Perusahaan Besar Farmasi (PBF)
tertentu dengan menggunakan Surat Pesanan (SP) yang diketahui dan ditanda
tangani Apoteker.
Produksi pembekalan farmasi di rumah sakit merupakan kegiatan membuat,
merubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan farmasi steril atau non-steril
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Di rumah sakit
royal prima meracik obat membuat pulveres, salep, kapsul dan melarutkan sirup
kering.Pada prinsip pengelolaan pembekalan farmasi dari hibah/ sumbangan,
mengikuti kaidah umum pengelolaan perbekalan farmasi regular. Perbekalan
farmasi yang tersisa dapat dipakai untuk menunjang pelayanan kesehatan disaat
situasi normal.
Penerimaan dilakukan oleh Tenaga Teknis kefarmasian, untuk obat
golongan narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Royal Prima. Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang telah diterima
akan di cek kondisinya, dicocokan antara faktur dan SP serta sediaan farmasi dan
alkes untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu
penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang
diterima Kemudian faktur dan SP disatukan. Penerimaan sediaan farmasi di
Rumah Sakit Royal Prima sudah sesuai. Setelah barang yang diorder tersebut
datang kemudian barang tersebut diterima bersama faktur dan diperiksa oleh
petugas gudang farmasi. Petugas gudang farmasi memeriksa tanggal kadaluarsa

22
dari obat tersebut dan nomor faktur. Barang yang dipesan sesuai dengan faktur
akan ditanda tangani oleh Apoteker.
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan
cara menempatkan obat-obat yang diterima sesuai dengan tempat yang dinilai
aman dan tidak dapat merusak mutu obat. Tujuan penyimpanan obat adalah
Memelihara mutu obat, Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab,
Menjaga kelangsungan persediaan, Memudahkan pencarian dan pengawasan.
Pada Rumah Sakit Royal Prima Jambi Penyimpanan Obat disesuai kan dengan
jenis obat yaitu Obat disimpan dalam wadah asli pabrik, diletakan/disusun
berdasarkan bentuk sediaan, golongan, alfabetis dengan sistem FIFO (First in First
Out) dimana obat yang pertama masuk akan dikeluarkan telebih dahulu dan FEFO
(First Expired First Out) dimana obat yang lebih cepat expired akan dikeluarkan
terlebih dahulu. Barang yang memiliki kadaluarsa lebih awal diletakkan dibarisan
depan agar barang tersebut tidak terlalu lama tersimpan digudang. Obat disimpan
o o
pada suhu kamar yaitu 25 C - 27 C. Obat yang bersifat termolabil, tidak tahan
o o
terhadap suhu tinggi, disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 2 C - 8 C.
Obat-obat yang perlu perhatian khusus seperti golongan psikotropika dan
narkotika di simpan dalam lemari penyimpanan khusus. Lemari penyimpanan
khusus yang biasa disebut lemari OKT berukuran 40 cm x 80 cm x 100 cm yang
ditempelkan pada dinding, begitupun hal nya dengan lemari prekursor.
Psikotropika disimpan dalam lemari khusus psikotropika. Narkotika disimpan
dalam lemari khusus narkotika, yaitu yang memiliki dua lapis pintu yang di kunci,
kunci di pegang oleh Apoteker Penanggung Jawab atau Apoteker pengelola
Apotek. Lemari di tempel pada dinding atau lantai dengan cara di paku.
Tujuannya adalah agar lemari tidak mudah dipindahkan.
Instalasi farmasi di rumah sakit royal prima juga menyediakan kartu stok
dengan cara elektronik. Kartu stok ini memuat nama obat dan sisa persediaan
obat. kartu stok ini berperan dalam pengendalian persediaan. Pengendalian
tersebut dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan sesuai
kebutuhan pelayanan.
Suatu rangkaian kegiatan dalam pengeluaran dan pengiriman obat-obatan dari
gudang farmasi untuk memenuhi kebutuhan unit-unit pelayanan kesehatan. Obat –

23
obat yang berada digudang disalurkan kebeberapa ruangan atau unit-unit dirumah
sakit khususnya instalasi farmasi. Sebelum disalurkan obat-obat tersebut harus
dicatat dikartu stok dan buku untuk masing-masing ruangan. Misalnya di instalasi
farmasi Royal Prima meminta Asam Mefenamat 1 box lalu petugas gudang
farmasi mencatat dikartu stok dan dibuku apotek.
Pelayanan Resep merupakan proses dari bagian kegiatan yang harus
dikerjakan dimulai dari menerima resep dari dokter hingga penyerahan obat
kepada pasien. Tujuan dari pelayanan resep adalah agar pasien mendapatkan obat
yang sesuai dengan resep dokter serta bagaimana cara pemakaian obat tersebut.
Proses pelayanan resep dalam Instalasi Farmasi di Rumah Sakit Royal Prima yaitu
Resep yang diserahkan oleh pasien ke Instalasi Farmasi kemudian diterima oleh
tenaga teknisi kefarmasian untuk dilakukan skrining resep agar tidak terjadi
kesalahan. Setelah itu tenaga teknis kefarmasian menuliskan harga pembayaran
dan diberikan kepada pasien sementara menunggu pasien selesai membayar,
petugas menyiapkan obat yang terdapat didalam resep dan menulis etiket sesuai
indikasi masing-masing obat.
Pemusnahan dirumah sakit Royal prima yaitu Obat-obat yang rusak atau
mendekati tanggal kadaluwarsa akan di return oleh Apoteker dengan
menghubungi pihak PBF atau sales yang bersangkutan untuk melakukan return.
Obat direturn 3-6 bulan sebelum kadaluwarsa dan ada yang direturn setelah
kadaluwarsa, tergantung dari PBF dimana obat tersebut diperoleh. Obat rusak atau
kadaluwarsa yang tidak dapat diretur akan dikumpulkan, dicatat dan dilaporkan
untuk dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat
rusak atau kadaluwarsa yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan
oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota. Pemusnahan
Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan
oleh Tenaga Teknis Kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat
izin kerja. Pemusnahan obat dilakukan setiap tahun.
Instalasi farmasi rumah sakit royal prima melakukan Pencatatan pada setiap
proses pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan meliputi pengadaan
(surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk
penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pencatatan ini

24
dilakukan setiap hari. Pelaporan akan dilakukan setiap satu bulan sekali,
pelaporan keuangan dan barang lainnya akan dilaporkan kepada direktur Rumah
Sakit Royal Prima Jambi dan pelaporan obat akan di laporkan ke Dinas Kesehatan
Kota Jambi.
Asuhan kefarmasian (Pharmaceutical care) merupakan tanggung jawab
langsung apoteker maupun tenaga tekhnis kefarmasian di rumah sakit royal prima
pada pelayanan yang berhubungan dengan pengobatan pasien dengan tujuan
mencapai hasil yang ditetapkan yang memperbaiki kualitas hidup pasien. Asuhan
kefarmasian tidak hanya melibatkan terapi obat tapi juga keputusan tentang
penggunaan obat pada pasien. Termasuk keputusan untuk tidak menggunakan
terapi obat, pertimbangan pemilihan obat, dosis, rute dan metode pemberian,
pemantauan terapi obat dan pemberian informasi dan konseling pada pasien.
Asuhan kefarmasian adalah konsep yang melibatkan tanggung jawab farmasis
yang menuju keberhasilan outcome tertentu sehingga pasien membaik dan
kualitas hidupnya meningkat . Outcome yang dimaksud adalah : Merawat
Penyakit, Menghilangkan atau menurunkan gejala, Menghambat atau
memperlama proses penyakit, Mencegah penyakit atau gejala
Di instalasi farmasi royal prima jambi memberikan konseling yaitu
memberikan kesempatan kepada pasein untuk mengeksplorasikan diri yang dapat
mengarah pada peningkatan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran tentang
penggunaan obat yang benar. Di rumah sakit Royal prima melakukan konseling
dengan tujuan terhadap pasien Membina hubungan /komunikasi farmasis dengan
pasien dan membangun kepercayaan pasien kepada farmasis, memberikan
informasi yang sesuai kondisi dan masalah pasien, membantu pasien
menggunakan obat sesuai tujuan terapi dengan memberikan cara /metode yang
memudahkan pasien menggunakan obat dengan benar. Materi yang disampaikan
dalam konseling Nama Obat,tujuan pengobatan,Jadwal/aturan pengobatan, dosis,
saat, frekwensi penggunaan, Cara /rute penggunaan, Lama penggunaan, ESO yang
umum terjadi, Interaksi dengan obat lain ( resep /OTC ), Interaksi dengan
makanan -minuman , Pengaruh terhadap gaya hidup, Cara penyimpanan &
pembuangan sisa obat /obat rusak, Interpretasi hasil lab, dll.

25
Apoteker / tenaga teknis kefarmasian menyampaikan informasi dengan
cara individu bertatap muka pada pasien dan keluarganya,baik Rawat jalan
maupun Rawat Inap dengan tertulis (label, leaflet).Apoteker menjelaskan tentang
dosis regimen obat di rumah, efek yang diharapkan dan efek samping yang
mungkin terjadi serta cara pengatasan/tindakan yang harus dilakukan pasien jika
mengalami ESO. Jenis Pertanyaan yang diajukan pasien pada waktu Konseling
Indikasi, Aturan pakai, Cara pakai (rute), Lama pemakaian obat, Efek samping
obat, Cara Penyimpanan, Nama obat /Identifikasi obat, Interaksi obat dengan obat,
Interaksi obat dengan makanan/minuman, Dosis.

26
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pelaksaan kegiatan praktek kerja lapangan yang
telah dilakukan dan di jabarkan dalam pembahasan pada bab
sebelumnya maka dapat di ambil kesimpulan bahwa Dalam setiap
pengeluaran obat, alat kesehatan dan pembekalan Farmasi lainnya
menggunakan metode FIFO dan FEFO, Pengadaan pembekalan
farmasi berdasarkan atas stock minimun obat yang di pesan melalui
PBF yang resmi. Sistem penerimaan pembekalan farmasi dilakukan
oleh apoteker penanggung jawab instalasi farmasi atau tenaga teknik
kefarmasian (TTK), sediaan farmasi yang akan di simpan
menggunakan sistem penyimpanan pembekalan farmasi di instalasi
farmasi sesuai dengan bentuk sediaan, jenis obat, dosis, sifat fisik dan
kimia yang kemudian disusun secara alfabetis sesuai dengan namanya.
Penyimpanan pembekalan farmasi di gudang farmasi diletakan sesuai
dengan susunan alfabetis dan jenis sedian. Stock opname untuk semua
pembekalan farmasi dilakukan tiga bulan sekali. Untuk obat narkotika
dan psikotropika di laporkan juga kepada Dinas Kesehatan dan
BPOM. Pencatatan penjualan pembekalan farmasi di lakukan setiap
hari serta di rekap setiap bulan. Di instalasi Farmasi memberikan
konseling yaitu Suatu proses yang memberikan kesempatan kepada
pasein untuk mengeksplorasikan diri yang dapat mengarah pada
peningkatan pengetahuan. Secara teoritis pelayanan dan pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan habis pakai lainnya
mengacu pada perundang-undangan dengan perbedaan sistem
pengelola pada sarana kesehatan.

27
4.2 SARAN
Kepada pihak Institusi (Kampus) :
- Sebaiknya memberi terlebih dahulu teori (farmasi praktis, farmasi rumah
sakit dan Undang-undang yang terkait di bidang farmasi) sebelum dilakukkan
PKL.
- Sebaiknya pembekalan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan PKL
lebih diperbanyak dan sebaiknya pembekalan PKL dilakukan sebulan sebelum
kegiatan PKL dilaksanakan sehingga mahasiswa dapat lebih siap lagi
dalam melaksanakan PKL
Kepada pihak Instalasi Farmasi :
- Meningkatkan pelayanan terhadap Pemberian Informasi Obat (PIO) dan
konseling kepada pasien
- Meningkatkan ketersediaan perbekalan farmasi

- Sebaiknya mahasiswa yang hendak melaksanakan PKL dapat menguasai


pelajaran kefarmasian khususnya sinonim, mengetahui nama-nama obat baik
generik maupun paten serta alkes yang ada di tempat kegiatan PKL.
- Hendaknya mahasiwa PKL lebih disiplin, menjaga sikap dan mengikuti
segala aturan yang telah ditetapkan oleh instansi yang menjadi tempat PKL.

28
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard C.2006. Panduan untuk Apoteker. Jakarta: ECG.


Departemen Kesehatan RI. 2006. Standart Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen
Kesehatan RI. Jakarta
Firmansyah, Muhammad. 2009. Tata Cara Mengurus Perizinan Usaha Farmasi
& Kesehatan. Jakarta: Visimedia.
Manajemen Rumah Sakit. Jakarta: Pustaka Sinar harapan, Hal : 91 – 99.) :
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian.
Siregar, Charles J.P .2003. Farmasi Rumah Sakit : Teori dan Terapan. Jakarta :
EGC
Tanpa Nama. 2011. ISO (Informasi Spesialis Obat) Indonesia. Jakarta: ISFI. Tjay,
T.H. 2000. Obat-obat Penting. Edisi V. Jakarta: Depkes RI. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang psikotropika
Undang-Undang PerMenKes Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit

29
LAMPIRAN 1
STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI FARMASI
RUMAH SAKIT ROYAL PRIMA JAMBI

DIREKTUR

Dr. Adrianto Gazali, M.Kes

Kepala Instalasi Farmasi


Rumah Sakit

Reny Destriana, S.Si, Apt

Administrasi IFRS

Feni Dwi Jaya Sari, Farm

Pengelolaan Perbekalan Pelayanan Farmasi Manajemen Mutu


Farmasi Klinik
Feni Dwi Jaya Sari, Farm Apoteker Apoteker

Antonio, Am. Farm Apoteker Apoteker


Christine D. Am.Farm

Putri A. Am.Farm Apoteker Asisten Apoteker

Indah Sari S. Am.Farm

Aris Am.Farm Apoteker

Jufri Am.Farm

30
LAMPIRAN 2

Lampiran 2. contoh Faktur

31
LAMPIRAN 3

Contoh SP Psikotropika Contoh SP Narkotika

Contoh SP Prekursor Contoh SP obat bebas,obat bebas


terbatas dan obat keras

32
LAMPIRAN 4

Lampiran 4. Contoh Resep

33
LAMPIRAN 5

Lampiran 5. Contoh permintaan barang stock untuk ruangan

34
GAMBAR 1

Gambar 1. Lemari sedian injeksi patent

35
GAMBAR 2

Gambar 2. Lemari obat tablet patent

36
GAMBAR 3

Gambar 3. Suhu Lemari pendingin

37
GAMBAR 4

Gambar 4. Lemari pendingin

38
GAMBAR 5

Gambar 5. Lemari OKT

39
GAMBAR 6

Gambar 6. Lemari Prekursor

40
GAMBAR 7

Gambar 7. Alat Kesehatan

41
GAMBAR 8

Gambar 8. Lemari Injeksi Antibiotik

42
GAMBAR 9

Gambar 9. Lemari Sirup

43
GAMBAR 10

Gambar 10. Lemari Obat Tablet Generik

44
GAMBAR 11

Gambar 11. Lemari Obat tetes

45
GAMBAR 12

Gambar 12. Lemari Injeksi Generik

46

Anda mungkin juga menyukai