Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan merupakan hal yang diutamakan oleh setiap orang untuk

dapat melakukan setiap kegiatan yang diinginkan. Oleh karena itu untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dibentuklah suatu upaya

kesehatan melalui pembangunan kesehatan. Menurut UU Nomor 36 Tahun

2009 tentang kesehatan, pembangunan kesehatan bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang

produktif secara sosial dan ekonomis (UU RI, 2009).

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan

sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok ataupun

masyarakat. Pengertian pelayanan kesehatan lainnya, dikemukakan oleh

Gani (1995) bahwa pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan

masyarakat berupa tindakan penyembuhan, pencegahan, pengobatan, dan

pemulihan fungsi organ tubuh seperti sedia kala.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 228 tahun 2002,

rumah sakit sebagai satu diantara sarana kesehatan yang memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat

1
2

strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat,

dengan demikian rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang

bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau

seluruh lapisan masyarakat.

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan satu diantara kegiatan di

rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal

tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

1197/Menkes/SK/XI/2004 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang

menyatakan pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak

terpisahkan dari sitrem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan

berorientasi pada pelayanan pasien, penyedian obat yang bermutu,

termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan

masyarakat.

Perubahan paradigma dalam pelayanan kefarmasian yang semula

drug oriented menjadi patient oriented membuat praktisi farmasi

berlomba-lomba untuk meningkatkan dan memperbaiki pelayanan

kefarmasian buakan hanya untuk mendapatkan keuntungan semata namun

lebih untuk memberikan manfaat yang optimal bagi pasien.

Pelayanan kefarmasian akan berjalan dengan baik bila di dukung

oleh SDM yang berkualitas dan potensial. Mengingat besarnya tanggung

jawab farmasis, maka Pendidikan kefarmasian bagi calon Ahli Madya

Farmasi sangat diperlukan dalam melaksanakan kefarmasian. Praktik

Kerja Lapangan di Rumah sakit Aqidah Kota Tangerang merupakan


3

kegiatan akademis, yang dimaksudkan menjadi sarana pembelajaran bagi

calon Ahli Madya Farmasi agar menjad tenaga ahli yang terampil dan

profesional.

B. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA


LAPANGAN

Praktik Kerja Lapangan dilakukan selama 26 hari, mulai tanggal 3

Februari 2020 sampai 29 Februari 2020 di Rumah Sakit Aqidah Kota

Tangerang.

C. TUJUAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

1. Tujuan Umum

Laporan ini bertujuan untuk memahami dan mempraktikan secara

langsung standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit sesuai

ketentuan yang berlaku di dalam sistem pelayanan.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu memahami kegiatan kefarmasian yang

dilakukan oleh rumah sakit.

b. Mahasiswa mampu membandingkan teori pelayanan yang

didapatkan dalam perkuliahan dengan praktik nyata di rumah sakit.

c. Mahasiswa mendapatkan pengalaman langsung tentang pelayanan

kefarmasian di rumah sakit.

d. Mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan dalam memberikan

komunikasi, informasi, edukasi tentang penggunaan obat kepada pasien.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI

1. Definisi Rumah Sakit

Rumah sakit berdasrkan Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun

2009 tentang rumah sakit Bab I pasal 1 adalah institusi pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawqat inap, rawat

jalan, dan gawat darurat.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No.159/B/Menkes/PER/II/1998, Rumah Sakit merupakan

sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan

kesehatan serta di manfaatkan untuk Pendidikan kesehatan dan

peneitian.

Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks,

menggunakan gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan

oleh berbagai kestuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi

dan menangani masalah medik modern, yang semuanya terikat

bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk pemulihan dan

pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar Dan Amalia,2004).

4
5

2. Tugas Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun

2009 Bab III Pasal 4, Rumah sakit mempunyai tugas memberikan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan

kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi

promotive, preventif, Kuratif dan Rehabilitatif.

3. Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.44 tahun

2009 Bab III Pasal 5, untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud

dalam Pasal , Rumah Sakit memiliki fungsi, antara lain

penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan

sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit, pemeliharaan dan

peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang

paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis,

penyelenggaraan Pendidikan dan pemberian pelayanan kesehatan,

penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan

teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan

kesehatan denang memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang

kesehatan.

4. Struktur Organisasi Rumah Sakit

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 983/Menkes/SK/IX/1992, pola organisasi rumah sakit

pemerintah tergantung pada besarnya rumah sakit. Rumah Sakit


6

dipimpin oleh seorang direktur dan membawahi satu sampai empat

wakil direktur. Wakil direktur pada umumnya terdiri atas wakil

direktur pelayanan medik, penunjang medik, keperawatan, keuangan

dan administrasi. Staf Medik Fungsional (SMF) berada dibawah

koordinasi komite medik. SMF terediri atas dokter umum, dokter gigi

dan dokter spesialis yang ada di suatu rumah sakit.

5. Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang No 44 Tahun 2009 Pasal 12,

rumah sakit harus memiliki tenaga tetap yang meliputi tenaga medis,

tenaga penunjang medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian,

tenaga manajemen farmasi rumah sakit, dan tenaga non kesehatan.

Tenaga kesehatan yang ada di Rumah Sakit meliputi dokter dan dokter

gigi, tenaga Keperawatan yang meliputi perawat dan bidan, tenaga

kefarmasian yang meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten

apoteker, tenaga kesehatan masyarakat yang meliputi epidemiolog

kesehatan, entomologi kesehatan, mikrobiolog kesehatan,

administrator kesehatan dan sanitarian, tenaga gizi yang meliputi

nutrisionis dan dietisen, tenaga keterapian fisik yang meliputi

fisioterapis, okupasiterapis, dan terapis wicara, tenaga keteknisian

medis yang meliputi radiographer, radio terapis, Teknisi gigi, teknisi

elektromedis, analis kesehatan, refraksionis potisien, otorik prosterik,

teknisi transfuse dan perekam medis.


7

6. Fasilitas dan Peralatan

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1197/MENKES/SK/X/2004 fasilitas bangunan, ruangan dan

peralatan harus memenuhi ketentuan dan perundang-undangan

kefarmasian yang berlaku, antara lain lokasi harus menyatu dengan

sistem pelayanan rumah sakit, terpenuhinya luas yang cukup untuk

penyelenggaraan manajemen, pelayanan langsung pada pasien,

dispensing serta da penanganan limbah, dipisahkan juga antara jalur

steril bersih dan daerah abu-abu, bebas kontaminasi dan persyaratan

ruang tentang suhu, pencehayaan, kelembapan, tekanan dan keamana

yang baik dari pencuri maupun binatang pengerat.

Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan

terutama untuk perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non

steril, maupun sediaan cair untuk pemakaian luar atau dalam. Fasilitas

peralatan harus dijamin sensitive pada pengukuran dan memenuhi

persyaratan, peneraan dan kalibrasi untuk peralatan tertentu setiap

tahun. Peralatan minimal yang tersedia di IFRS, antara lain peralatan

untuk penyimpanan, peracikan dan pembuatan obat baik non steril

maupun aseptic, peralatan kantor untuk administrasi dan arsip,

kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan pelayanan informasi

obat, lemari penyimpanan khusus untuk narkotika, lemari pendingin

dan AC untuk obat yang termolabil, penerangan, sarana air, ventilasi

dan sistem pembuangan limbah yang baik serta alarm.


8

7. Jenis Dan Klsasifikasi Rumah Sakit

Berdarkan Undang-Undang No 44 Tahun 2009 Bab IV Pasal

18, Rumah Sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan

pengelolaannya, yaitu:

a. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan

1) Rumah Sakit Umum

Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada

semua bidang dan jenis penyakit. Klasifikasi Rumah Sakit

Umum, antara lain rumah sakit umum kelas A merupakan

rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medis spesialitis luas dan subspesialitis luas, Rumah

sakit umum kelas B merupakan rumah sakit yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya

11 spesialitis dan subspesialitis terbatas, Rumah sakit umum

kelas C merupakan rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialitis dasar,

Rumah sakit umum kelas D merupakan rumah sakit umum

yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis

dasar.

2) Rumah Sakit Khusus

Rumah Sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu

bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin

ilmu, golongan umur, organ tubuh, jenis penyakit, atau


9

kekhususan lainnya. Klasifikasi Rumah Sakit Khusus, antara

lain Rumah Sakit Khusus Kelas A, Rumah Sakit Khusus Kelas

B, Rumah Sakit Khusus Kelas C.

b. Berdasarkan Pengelolaannya

1) Rumah Sakit Publik

Dikelola oleh Pemerintah ata Pemerintah Daerah,

diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan

Umum/Badan Layanan Umum Daerah sesuia dengan peraturan

perundang-undangan dan tidak dapat dialihkan menjadi rumah

sakit privat.

2) Rumah Sakit Privat

Dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang

terbentuk perseroan terbatas (Persero).

c. Berdasarkan Afiliasi Pendidikan

1) Rumah Sakit Pendidikan

Rumah sakit yang telah memenuhi persyaratan dan standar

rumah sakit Pendidikan dan ditetapkan oleh Menteri

Pendidikan. Rumah sakit ini, menyelenggarakan program

Pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang

Pendidikan profesi kedokteran, Pendidikan kedokteran

berkelanjutan dan Pendidikan tenaga kesehatan lainnya.

2) Rumah Sakit Non Pendidikan


10

Merupakan rumah sakit yang tidak menyelenggarakan

program Pendidikan dan penelitian.

8. Akreditasi Rumah Sakit

a. Definisi Akreditasi

Pengakuan yang diberikan pemerintah pada rumah sakit karna

telata memenuhi standar pelayanan yang telah ditentukan.

1) Tujuan Umum

Mendapatkan gambaran seberapa jauh rumah sakit di

Indonesia telah memenuhi berbagai standar yang telah

ditentukan, dengan demikian mutu pelayanan rumah sakit dapat

dipertanggung jawabkan.

2) Tujuan Khusus

Memberikan pengakuan dan penghargaan kepada rumah

sakit yang telah mencapai tingkat pelayanan kesehatan sesuai

standar yang ditetapkan, memberikan jaminan kepada petugas

rumah sakit bahwa semua fasilitas tenaga dan lingkungan yang

diperlukan tersedia, sehingga mendukung upaya penyembuhan

dan pengobatan pasien dengan sebaik-baiknya, memberikan

jaminan dan kepuasan kepada customer dan masyarakat bahwa

pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit diselenggarakan

sebaik mungkin.

b. Manfaat Akreditasi

1) Bagi rumah sakit


11

Sebagai forum komunikasi dan konsultasi antara rumah

sakit dengan badan akreditasi, adanya self evalution, yaitu

rumah sakit dapat mengetahui pelayanan yang masih berada

dibawah standar dan melakukan peningkatan, penting untuk

penerimaan pegawai untuk mengatasi turn over staf rumah

sakit (tenaga medis, paramedis, non medis), sebagai alat

negoisasi dengan perusahaan asuransi, alat pemasaran pada

masyarakat, untuk meningkatkan citra rumah sakit, dan

kepercayaan masyarakat kepada rumah sakit, dapat

menggunakan untukkepentingan pengajuan anggaran dan

perencanaan atau pengembangan rumah sakit dengan

mengetahui kekurangan yang ada di rumah sakit.

2) Bagi Pemerintah

Sebagai suatu pendekatan untuk membudayakan dan

konsep mutu pelayanan rumah sakit melalui pembinaan terarah

dan berkesinambungan, gambaran keadaan rumah sakit di

Indonesia dalam pemenuhan standar yang ditentukan sebagai

bahan masukan untuk masa yang akan datang.

3) Bagi Perusahaan Asuransi

Untuk negosiasi klaim asuransi kesehatan dengan rumah

sakit dan mendapat gambaran rumah sakit yang dapat dijadikan

mitra kerja.
12

4) Bagi Masyarakat

Masyarakat dapat memilih rumah sakit yang dianggap baik

pelayanannya dan masyarakat merasa lebih aman mendapat

pelayanan rumah sakit yang telat diakreditasi.

5) Bagi Pemilik

Memiliki rasa bangga bila rumah sakit telah diakreditasi

dan pemilik dapat menilai efisiensi dan efektivitas layanan

yang dilakukan oleh manajemen dan seluruh tenaga yang ada.

6) Bagi Pegawai

Pegawai akan merasa aman bila bekerja pada rumah sakit

yang telah diakreditasi, bila nilainya baik pegawai akan

mendapatkan imbalan (materi/non materi).

c. Tahapan Akreditasi

Tahap 1 mencakup pelayanan dasar yaitu administrasi dan

manajemen, pelayanan medis, pelayanan gawat darurat, pelayanan

keperawatan, rekam medis, tahap 2 mencakup layanan penunjang

lain yaitu kamar operasi, pelayanan perinental resiko tinggi,

pelayanan radiologi, pelayanan laboratorium, pelayanan farmasi,

pengendalian infeksi di rumah sakit, keselamatan kerja, kebakaran

dan kewaspadaan bencana. Tahap 3 mencakup pelayanan anastesi

dan reaminasi, pelayanan rehabilitas medis, pelayanan gizi,


13

pelayanan intensif, pelayanan sterilisasi sentral, pemeliharaan

sarana dan pelayanan lain seperti askes, bank donor dan

perpustakaan.

d. Keputusan Akreditasi

1) Tidak Dapat Diakreditasi

Bila rumah sakit dianggap belum mampu memenuhi

standar yang ditetapkan oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit

(skor kurang dari 65%).

2) Akreditasi Bersyarat

Bila rumah sakit telah memenuhi kriteria minimal yang

ditetapkan oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit tetapi belun

cukup untuk memenuhi syarat Akreditasi penuh (skor minimal

65% dan setiap bidang pelayanan tidak mempunyai nilai

kurang dari 60%). Akreditasi ini berlaku dalam satu tahun dan

dalam satu tahun tersebut harus mengajukan akreditasi lagi

untuk mendapatkan akreditasi penuh.

3) Akreditasi Penuh

Bila rumah sakit telah memenuhi standar yang telah di

tetapkan oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit dan sarana

kesehatan lainnya (total skor minimal 75% dan masing-masing

bidang pelayanan skor tidak ada yang kurang dari 60%).

Setelah masa tiga tahun rumah sakit dapat mengajukan


14

akreditasi lagi yaitu tiga bulan sebelum masa berlaku status

akreditasi berakhir.

4) Akreditasi Istimewa

Bila rumah sakit telah memenuhi standar secara penuh

selama tiga periode berturut-turut akan mendapatkan status

akreditasi istimewa untuk masa lima tahun.

D. INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT (IFRS)

1. Definisi IFRS

Suatu unit atau bagian di rumah sakit, tempat atau fasilitas

penyelenggaraan semua fungsi pekerjaan kefarmasian yang mengelola

semua aspek obat mulai dari produksi, pengembangan, pelayanan

farmasi untuk semua individu pasien, professional kesehatan dan

program rumah sakit disebut sebagai Instalasi Farmasi Rumah Sakit

(siregar dan amalia, 2004, p.25).

2. Tujuan IFRS

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004, tujuan IFRS adalah untuk

melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan

biasa maupun keadaan gawat darurat sesuai dengan keadaan pasien

dan fasilitas yang tersedia, menyelenggarakan kegiatan pelayanan

professional berdasarkam prosedur kefarmasian dan etik profesi,

melaksanakan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) mengenai


15

obat, menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang

berlaku, melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui Analisa,

telaah dan evaluasi pelayanan, mengawasi dan memberi pelayanan

bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi pelayanan, mengadakan

penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metode.

3. Tugas Pokok dan Fungsi IFRS

a. Tugas Pokok

Instalasi Farmasi Rumah Sakit memiliki beberapa tugas

pokok, antara lain melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal,

menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional

berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi, melaksanakan

Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), memberikan pelayanan

yang bermutu melalui Analisa dan evaluasi untuk meningkatkan

mutu pelayanan farmasi, melakukan pengawasan berdasarkan

aturan-aturan yang berlaku, menyelenggarakan pendidikan dan

pelatihan di bidang farmasi, mengadakan penelitian dan

pengembangan di bidang farmasi, memfasilitasi dan mendorong

tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah sakit

(Kemenkes RI No 1197/MENKES/SK/X/2004,p,6).

b. Fungsi IFRS

Instalasi Farmasi Rumah Sakit memiliki fungsi antara lain,

pengelolan perbekalan farmasi, pelayanan kefarmasian dalam

penggunaan obat dan alat kesehatan.


16

Pengelolan perbekalan farmasi memiliki bagian-bagian

fungsi, antara lain memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan

pelayanan rumah sakit, merencanakan kebutuhan perbekalan

farmasi secara optimal, mengadakan perbekalan farmasi

berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan

yang berlaku, memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi

kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit, menerima

perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang

berlaku, menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi

dan persyaratan kefarmasian, mendistribusikan perbekalan farmasi

ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.

Pelayanan kefarmasian dengan penggunaan obat dan alat

kesehatan juga memiliki bagian-bagian fungsi sendiri, meliputi

mengkaji instruksi pengobatan atau resep pasien, mengidentifikasi

masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat

kesehatan, mencegah dan mengatasu masalah yang berkaitan

dengan obat dan alat kesehatan, memberikan informasi kepada

petugas kesehatan pasien atau keluarga, memberi konseling kepada

pasien/keluarga, melakukan pencampuran obat suntik, melakukan

penyiapan nutrisi parenteral, melakukan penanganan obat kanker,

melakukan penentuan kadar obat dalam darah, melakukan

pencatatan setiap kegiatan, melaporkan setiap kegiatan (Kemenkes

RI No 1197/MENKES/SL/X/2004).
17

c. Organisasi IFRS

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004, struktur minimal

organisasi IFRS memiliki kepala IFRS, bidang adminitrasi, Bagian

pengelolaan perbekalan, bagian farmasi klinik dan bagian

manajemen mutu. Struktur ini bersifat dinamis dan harus

disesuaikan dengan situasi serta kondisi rumah sakit. Intalasi

farmasi rumah sakit dipimpin oleh Apoteker. Pelayanan faramsi

diselenggarakan dan dikelola oleh Apoteker, yang mempunyai

pengalaman minimal dua tahun di bagian farmasi rumah sakit.

Apoteker telah terdaftar di Depkes dan mempunyai surat izin kerja.

Pada pelaksanaannya Apoteker dibantu oleh Tenaga Ahli Madya

Farmasi dan Tenaga Menengah Farmasi.

d. Sumber Daya Manusia IFRS

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesi Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004, personalia pelayanan

farmasi rumah sakit adalah sumber daya manusia yang melakukan

pekerjaan kefarmasian di rumah sakit yang termasuk dalan began

organisasi rumah sakit dengan persyaratan, antara lain terdaftar di

Departemen Kesehatan, terdaftar di Asosiasi Profesi, mempunyai

izin kerja dan mempunyai SK penempatan.

Penyelenggaraan pekayanan kefarmasian dilaksanakan oleh

tenaga farmas professional yang berwenang berdasarkan undang-


18

undang, memenuhi persyaratan baik dari segi aspek hukum, strata

Pendidikan, kualitas maupun kuantitas dengan jaminan kepastian

adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap

keprofesian terus menerus dalam rangka menjaga mutu profesi dan

kepuasan pelanggan. Kualitas dan rasio kuantitas harus disesuaikan

dengan beban kerja dan keluasan cakupan pelayanan serta

perkembangan dan visi rumah sakit.

Adapun jenis ketenagaan yang dibutuhkan IFRS

berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004,

antara lain untuk pekerjaan kefarmasian dibutuhkan tenaga

apoteker, sarjana farmasi, asisten apoteker untuk pekerjaan

administrasi dibutuhkan tenaga administrasi, operator computer

atau teknisi yang memahami kefarmasian dan pembantu pelaksana.

Untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik dalam

penentuan kebutuhan tenaga harus dipertimbangkan kealifikasi

Pendidikan disesuaikan dengan jenis pelayanan/tugas fungsi,

penambahan disesuaikan dengan tanggung jawab dan peningkatan

keterampilan disesuaikan dengan tugas.

e. Ruang Lingkup IFRS

Ruang lingkup IFRS digolongkan menjadi 2, yaitu lingkup

fungsi farmasi non klinik dan klinik. Lingkup fungsi farmasi non

klinik meliputi perencanaan, penetapan spesifikasi produk dan

pemasok, pengadaan, pembelian, produksi, penyimpanan,


19

pengemasan dan pengemasan kembali, distrubusi dan pengedalian

semua perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan di rumah

sakit secara keseluruhan.

Lingkup fungsi farmasi klinik mencangkup fungsi farmasi

yang dilakukan dalam program rumah sakit meliputi Pemantauan

Terapi Obat (PTO), Evaluasi penggunaan obat (EPO), penangan

bahan sitotostik, pelayanan unit perawatan kritis, pemeliharaan

formularium, penelitian, pengendalian infeksi di rumah sakit,

Pelayanan Informasi Obat (PIO), pemantauan dan Pelaporan

Reaksi Obat Merugikan (ROM), sistem formularium, Panitia

Farmasi dan Terapi, sistem pemantauan kesalahan obat, buletin

terapi obat, program edukasi bagi apoteker, dokter, perawat,

investigasi obat, dan Unit Gawat Darurat.

Selain itu IFRS dapat dibedakan atas beberapa organisasi,

antara lain:

1) IFRS sebagai Organisasi Produksi

Dalam hal ini ruang lingkup fungsi IFRS terutama

menyediakan dan menjamin mutu produk yang dihasilakn,

serta berupaya memastikan terapi obat, menjamin mutu prosuk

yang dihasilakan, serta berupaya memastikan terapi obat yang

efektif, aman dan rasional. Selain itu, IFRS juga megadakan

pengendalian penggunaan serta sistem distribusi obat yang

tanggap dan akurat bagi seluruh pasien.


20

2) IFRS sebagai Organisasi Pengembangan

Dalam hal ini wajib mengikuti dan meneraapkan

perkambangan ilmu kedokteran farmasi, penyakit, perawatan

dalam pelayanannya di rumah sakit, agar selalu sepadan dengan

kemajuan pelayanan medis dan kepererawatan.

IFRS sebagai organisasi pengembangan juga harus aktif

dalam edukasi tentang obat bagi professional kesehatan, agar

mereka dapat menyempurnakan penuliasan serta pengunaan

obat yang tepat, aman dan rasional. Pendidikan tentang obat

juga merupakan kewajiban IFRS, guna meningkatkan

pengertian serta kepatuhan pasien menggunakan obatnya

dengan tepat.

f. Pengelolaan Perbekalan farmasi

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004, pengelolaan

perbekalan farmasi adalah suatu proses yang merupakan siklus

kegiatan dimulai dari pemliliha, perencanaan, pengadaan,

penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,

penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang

diperlukan bagi kegiatan pelayanan.

Tujuan pengolaan perbekalan farmasi, antara lain

mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efesien,

menerapkan farmako ekonomi dalam pelayanan, meningkatkan


21

kompetensi/kemampuan tenaga farmasi, mewujudkan sistem

informasi manajemen berdaya guna dan tepat guna dan

melaksanakan pengendalian mutu pelayanan.

Seleksi merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau

masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit, indentifikasi

pemelihian terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria

pemelihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi

sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.

Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan

jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan

kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat

dengan mengggunakan metode yang dapat di pertanggung

jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan

antara lain kosumsi, epidemiologi, kombinasi metode kosumsi dan

epidemiologi yang disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan

kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui, melalui

pembelian yang bisa secara tender dan secara langsung dari

pabrik/distributor/pedagang besar farmasi atau rekanan, produksi

dan pembuatan sediaan farmasi yang memproduksi steril dan non

steril, sumbangan/dropping/hibah.
22

Produksi merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk

dan pengemasan kembali sediaan farmasi steril atau non steril

untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima

perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai dengan aturan

kefarmasian di rumah sakit.

Penyimpanan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

menyimpan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang

ditetapkan, antara lain menurut bentuk sediaan dan jenisnya,

suhunya, kestabilannya, mudah tidaknya meledak atau terbakar,

tahan atau tidaknya terhadap cahaya di sertai dengan sistem FEFO

(First Expired First Out), FIFO ( First In First Out) dan Alphabet.

Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan

perbekalan farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam

proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk

menunjang pelayanan medis. Sistem distribusi dirancang atas dasar

kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan

mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas sumber daya yang

ada, metode sentralisasi atau desentralisasi, sistem floor stock,

resep individu, sistem dosis unit atau kombinasi.

g. Sistem Distribusi Obat

Tatanan jaringan sarana, personil, prosedur, dan jaminan mutu

yang serasi, terpadu dan berorientasi penderita dalam kegiatan


23

penyampaian sediaan obat beserta informasinya kepada penderia

disebut sistem distribusi obat. Sistem ini, digolongkan menjadi 2

yaitu:

1) Sistem Distribusi Obat Pasien Rawat Jalan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004, merupakan

kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat jalan di

rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau

desentralisasi dengan sistem reserp perorangan (Individual

Prescribing) oleh apotek.

2) Sistem Distribusi Obat Pasie Rawat Inap

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004, merupakan

kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat inap yang

diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi

dengan sitem lengkap di ruangan (Floor Stock), sistem resep

perorangan (Individual Prescribing), sistem dosis unit (Unit

Dose Dispensing) dan sistem kombinasi oleh Satelit farmasi.

Sistem distribusi untuk pasien rawat inap yang diterapkan

bervariasi dari rumah sakit ke rumah sakit, dan hal itu

tergantung pada kebijakan rumah sakit, kondisi dan keberadaan

fasilitas fisik, personil dan tata ruang rumah sakit.


24

Sistem distribusi obat untuk pasien rawat inap mencakup

penghantaran sediaan obat yang telah di dispensing apotek ke

tempat perwatan pasien dengan keamanan dan ketetpan obat,

ketepatan pasien, ketepatan jadwal, tanggal, waktu, dan metode

pemberian dan ketetapan tenaga kesehatan pemberi obat

kepada pasie serta keutuhan mutu obat.

h. Pelayanan Farmasi Klinik

1) Definisi

Farmasi klinik dapat didefinisikan sebagai suatu keahlian

khas ilmu kesehatan, bertanggung jawab untuk memastikan

penggunaan obat yang aman dan sesuai pada pasien, melalui

penerapan pengetahuan dan berbagai fungsi terspesialisasi pada

perawatan pasien yang memerlukan Pendidikan khusus

(spesialisasi) dan atau pelatihan terstruktur tertentu. Keahlian

ini mensyaratkan penggunaan pertimbangan dalam

pengumpulan dan interprestasi data pasien, serta keterlibatan

khusus pasien dan interaksi langsung antar professional

(Charles J.P. Siregar,2006, p.5).

Tujuan utama pelayanan farmasi klinik adalah

meningkatkan keuntungan terapi obat dan mengoreksi

kekurangan yang terdeteksi dalam proses penggunaan obat.

Karena itu, misi farmasi klinik adalah meningkatkan dan

memastikan kerasionalan, pemanfaatan dan keamanan terapi


25

obat. Praktisi professional lainpun berbagi fungsi dalam

melaksanakan misi ini, tetapi hal ini bukan merupakan

perhatian intensif mereka (Charles J.P. Siregar,2006, p.6)

2) Kegiatan Farmasi klinik

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004, kegiatan

farmasi klinik, meliputi pengakjian resep, dispensing,

pemantauan dan pelaporan efek samping obat, pelayanan

informasi obat, konseling, pemantauan kadar obat dalam darah,

ronde atau visite pasien dan pengkajian penggunaan obat.

Pengkajian penggunaan obat merupakan kegiatan dalam

pelayanan kefarmasian yang di mulai dari seleksi persyaratan

administrasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik

untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.

Pengkajian resep merupakan kegiatan dalam pelayanan

kefarmasian yang dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,

persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik untuk pasien

rawat inap maupun rawat jalan.

Dispensing merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai

dari tahap validasi, interpretasi, menyiapkan atau meracik obat,

memberikan label atau etiket, penyerahan obat dengan

pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem

dokumentasi.
26

Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat merupakan

kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang

merugikan atau tidak diharapkanyang terjadi pada dosis normal

yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksi, diagnosi

dan terapi.

Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan pelayanan

yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi

secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker,

perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.

Konseling merupaka suatau proses yang sistematik untuk

mengidentifikasidan dan penyelesaian masalah pasien yang

berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat pasien

rawat jalan dan pasien rwat inap.

Pemantauan kadar obat dalam darah dengan melakukan

pemeriksaan kadar beberapa obat tertentu atas permintaan dari

dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit.

Ronde atau visite pasien merupakan kegiatan kunjungan ke

pasien rawat inap bersama tim dokter dan tenaga kesehatan

lainnya.

Pengkajian penggunaan obat merupakan program evaluasi

penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk

menjamin obat-obat yang digunakan sesuai dengan indikasi,

efektif, aman dan terjangkau oleh pasien.


BAB III

GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT AQIDAH

A. RUMAH SAKIT AQIDAH

1. Aspek Sejarah

Rumah Sakit AQIDAH adalah badan usaha dari PT.

FARCHAN MEDIKA UTAMA yang disahkan notaris Suriminah,

S.H. dengan akta pendirian perusahaan nomor 03 tanggal 10

Desember 2005.

Rumah Sakit AQIDAH terletak di Kecamatan Ciledug Kota

Tangerang, berada di lokasi yang cukup strategis, yaitu kawasan

pemukiman, serta didukung dengan sarana transportasi yang baik

merupakan nilai tambah dari RS ini. Dilihat dari letaknya, berada

tepat di wilayah Kota Tangerang yang berbatasan langsung dengan

Kabupaten Tangerang dan beberapa Kecamatan.

RS AQIDAH dibangun mulai tahun 2006 dan dikelola oleh

PT. Farchan Medika Utama, dengan persiapan keseluruhan

memakan waktu 2 tahun.

Setelah melalui proses yang panjang akhirnya Rumah Sakit

"AQIDAH" mendapatkan Izin Tetap Penyelenggaraan Rumah

Sakit Ibu dan Anak pada tahun 2011 berdasarkan Surat Keputusan

Walikota Tangerang nomor 445/Kep - 470/BPPT/RS. 07.2011

yang ditetapkan pada 29 September 2011.

27
28

2. Visi, Misi, Motto Rumah Sakit Aqidah

a. Visi Rumah Sakit Aqidah

Menjadi rumah sakit yang terkemuka yang memberikan

pelayanan kesehatan prima.

b. Misi Rumah Sakit Aqidah

Memberikan pelayanan yang berkualitas, professional,

informatif, cepat, tepat, ramah dan penuh kasih saying kepada

masyarakat.

c. Motto Rumah Sakit Aqidah

Melayani dengan kasih saying dan professional.


29

3. Struktur Organisasi Rumah Sakit

4. Fasilitas Pelayanan Rumah Sakit Aqidah

a. Pelayanan Gawat Darurat

Kegiatan ini memberikan pelayanan 24 jam dengan

pelayanan medis dan non medis secara cepat, tepat dan akurat.

UGD dilayani oleh tenaga professional, meliputi dokter umum,

paramedis, perawat yang terkait dengan pelayanan UGD. Fasilitas

pelayanan UGD, meliputi emergency 24 jam, ambulan, observasi,

bedah minos, kasus non emergency diluar poliklinik dan lain-lain.


30

Fasilitas penunjang UGD, antara lain laboratorium, radiologi, dan

apotek.

b. Pelayanan Rawat Jalan

Pelayanan rawat jalan meliputi, poliklinik bedah, poliklinik

anak, poliklinik kandungan, poliklinik THT, poliklinik gigi,

poliklinik syaraf, poliklinik penyakit dalam, poliklinik paru-paru,

dan poliklinik kulit dan kelamin.

c. Pelayanan Rawat Inap

Pelayanan rawat inap di rumah sakit Aqidah memiliki kelas

yang bervariasi dan ditata secara baik sesuai kebutuhan perawatan

untuk melayani pasien rawat inap, mulai dari kelas VVIP sampai

kelas III yang dilaksanakan oleh departemen rawat inap.

d. Pelayanan Bedah

Kegiatan ini merupakan sarana pelayanan terpadu yang

meliputi tindakan operatif berencana maupun darurat serta

tindakan diagnostic. Pelayanan bdeah teridiri dari poliklinik bedah

yang dilayani oleh staf berpengalaman yang terdiri dari dokter

spesialis perawat spesialis serta tenaga non medis bersertifikat

khusus. Rumah sakit aqidah terdiri dari bedah umum, bedah

kebidanan, bedah syaraf, bedah gigi dan mulut, dan anasthesi.

e. Pelayanan Kamar Bersalin

Rumah sakit Aqidah memberikan pertolongan persalinan

baik normal maupun dengan penyulit, tindakan medis yang bersifat


31

diagnostic, ruang observasi, ruangan pelayanan USG, kuret, ruang

persiapan dan pasca tindakan, penyuluhan gizi dan ASI.

f. Pelayanan Laboratorium

g. Pelayanan Radiologi

h. Pelayanan Unit Gizi

i. Pelayanan Fisioterapi

j. Pelayanan Ruang Isolasi

k. Pelayanan Ruang HCU

l. Pelayanan Instalasi Farmasi

B. INSTALASI FARMASI

1. Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu

departemen atau unit atau bagian disuatu rumah sakit dibawah

pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa tenaga

teknis kefarmasian yang memenuhi persyaratan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara

professional, tempat atau fasilitas penyelenggara yang bertanggung

jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang

terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup farmasi, dispensing

obat berdasarkan resep bagi pasien rawat tinggal dan rawat jalan,

pengendalian mutu, dan pengendalian distribusi dan penggunaan

seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit, pelayanan farmasi

klinik umum dan spesialis, mencakup pelaynan langsung pada


32

pasien dan pelayanan klinik yang merupakan program rumah sakit

secara keseluruhan (siregar,2013).

2. Struktur Instalasi Farmasi Rumah Sakit Aqidah

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Aqidah dipimpin oleh

apoteker dan di bantu oleh apoteker pendamping pertama sebagai

penanggung jawab pengelolaan dan perbaikan farmasi dan

dilaksanakan oleh asisten apoteker, apoteker pendamping kedua

sebagai penanggung jawab pelayanan farmasi klinis (rawat inap),

apoteker pendamping ketiga sebagai penanggung jawab pelayanan

rawat jalan, dan dilaksanakan oleh asisten apoteker, dan

penanggung jawab adminsitrasi instalasi farmasi rumah sakit

aqidah di pimpin oleh asisten apoteker.

3. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

a. Perencanaan

Perbekalan farmasi di rumah sakit aqidah direncanakan

berdasarkan pada perkiraan kebutuhan rata-rata, mengajukan

permintaan dari Instalasi farmasi ke Gudang farmasi dan petugas

bagian Gudang farmasi melakukan pemesanan ke distributor atau

PBF.

b. Pengadaan Obat Di Instalasi Farmasi

Pengadaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

merealisasikan perencanaan yang telah ditetapkan, Sumber

pengadaan meliputi pembelian ke PBF.


33

c. Penerimaan

Barang yang telah di pesan melalui distributor atau PBF di

terima oleh petugas bagian gudnag farmasi (asisten apoteker)

kemudian akan diperiksa kelengkapan admisnitrasi barang seperti

faktur, surat pesanan, jumalah barang yang dating, nomor batch,

tanggal kadaluarsa, tanggal produksi. Jika sudah lengkap maka

barang di terima ditulis dalam pembukuan atau di input di sistem

Gudang farmasi rumah sakit aqidah. Lalu di lakukan penyimpanan

dengan sistem FIFO dan FEFO.

d. Pendistribusian

Perbekalan farmasi di rumah sakit aqidah sesuai dengan

permintaan perbekalan farmasi dari instalasi farmasi, baik

pelayanan rawat inap maupun rawat jalan, ruang perawatan, ruang

operasi, laboratorium, UGD, dan radiologi. Pendistribusian

biasanya dilakukan setiap hari.

e. Pencatatan

Pencatatan dilakukan oleh petugas Gudang farmasi secara

manual setiap barang dating dan keluar di catat kedalam kartu stok.

Pencatatan lain juga dilakukan melalui sistem pengadaan di

Gudang farmasi rumah sakit aqidah. pencatatan juga dilakukan

pada barang yang kadaluarsa atau rusak.

f. Pelaporan
34

Pelaporan kepada Dinas Kesehatan hanya dilakukan untuk

obat-obat narkotika dan psikotropika setiap bulannya.

g. Pemusnahan

Pemusnahan dilakukan terhadap resep yang sudah lebih

dari 3 tahun disimpan dan untuk obat-obat yang sudah kadaluarsa.

Pemusnahan dilakukan dengan cara dibakar, dirusak atau

dihancurkan.

h. Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan untuk menjaga agar alat kesehatan

dan obat-obatan di instalasi farmasi dan Gudang farmasi rumah

sakit Aqidah tetap dalam keadaan baik. Seperti menjaga suhu

ruangan tetap normal atau sejuk, pemantauan suhu kulkas dan suhu

kulkas vaksin.

4. Pelayanan Instalasi Farmasi RS Aqidah

a. Pelayanan Resep Rawat Jalan

Dalam melakukan pelayanan resep rawat jalan di rumah sakit

aqidah, rumah sakit aqidah masih menggunakan resep manual yang

dituliskan langsung oleh dokter umum maupun dokter specialis di

rumah sakit aqidah. Instalasi Rumah Sakit aqidah hanya menerima

resep yang dituliskan langsung oleh dokter di rumah sakit aqidah

tidak menerima resep dari dokter luar.

b. Pelayanan Resep Rawat Inap


35

Pelayanan resep rawat inap di rumah sakit aqidah dilakukan

dengan sistem UDD (unit dose dispensing) yang merupakan sistem

distribusi untuk mengurangi kesalahan obat dimana adanya sitem

pemeriksaan ganda.

5. Farmasi Klinik Di RS Aqidah

Pelayanan Farmasi Klinik merupaka pelayanan langsung yang

diberikan apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome

terapi dan meminimalisir resiko terjadinya efek samping karena obat,

untuk tujuan keselamatan pasien (quality safety) sehingga kualitas hidup

pasien terjamin (syamsu rizal,2016).

a. Standar pelayanan farmasi dirumah sakit berdasarkan PMK

No.58 Tahun 2014

Pelayanan Farmasi klinik:

1) Pengkajian Resep

Kegiatan ini dilakukan untuk memeriksa kelengkapan

persyaratan resep yang meliputi : persyaratan administrasi

(nama, usia, jenis kelamin, berat badan pasien : nama,

nomor ijin, paraf dokter dan alamat) tanggal resep,

persyaratan farmasi (bentuk dan kekuatan sediaan, dosis,

jumlah obat, ketersediaan, aturan pakai, cara dan teknik

penggunaan) dan persyaratan klinis (ketepatan indikasi,

dosis dan waktu pengunaan obat, duplikasi pengobatan


36

alergi, interaksi dan efek samping obat, kontraindikasi,

serta efek adiktif).

2) PIO

Kegiatan pemberian informasi obat kepada pelayan

kesehatan atau masyarakat umum, yang dilakukan dengan 2

jenis kegiatan pemberian informasi obat secara aktif dan

secara pasif.

Pemberian informasi obat secara aktif merupakan

pelayanan pemberian informasi, yang dilakukan dengan

cara membuat seminar untuk staf kesehatan yang ada di

rumah sakit Aqidah misalnya untuk perawat, dokter dan

teanga medis lainnya.

Pemberian informasi obat pasif merupakan pelayanan

informasi obat yang dilakukan dengan cara menjawab

pertanyaan yang diajukan oleh pasien.

3) Konseling Pasien Rawat Jalan

Kegiatan ini merupakan pemantauan kepatuhan enggunaan

obat pasien rawat jalan. Biasanya pasien yang mendapatkan

konseling adalah pasien-pasien yang menderita penyakit

kronis, yang memerlukan penggunaan obat secara kontinu,

sehingga kepatuhan penggunaan obat oleh pasien perlu di

pantau agar tercapai efek terapi yang diinginkan serta

pasien dengan kebutuhan khusus lainnya.


37

4) Visite Pasien

Kegiatan ini dilakukan oleh apoteker yang dilaksanakan di

ruang rawat inap. Dalam kegiatan ini apoteker menanyakan

kepada pasien tentang penyebab penyakit pasien tersebut,

keluhan yang terjadi kepada pasien, selain itu juga

memberikan kepastian kepada pasien tentang penggunaan

obat yang sesuai aturan, lalu apoteker pengkajian terhadap

catatan perawat dan rekam medis pasien yang berguna

dalam pemberian obat.

5) KIE

Komunikasi, Informasi, dan Edukasi dilakukan pada

saat penyerahan obat pada pasien di instalasi farmasi RS

Aqidah, pembuatan leaflet dan pemberian konseling di

ruang rawat inap atau diruang konseling Instalasi farmasi

RS Aqidah pada saat pasien akan pulang. Hal ini bertujuan

untuk memberikan informasi kepada konsumen atau pasien

mengenai obat yang diberikan dari dokter yang menulis

resep.

6) Formularium Rumah Sakit

Formularium rumah sakit adalah himpunan obat

yang diterima atau disetujui oleh Komite farmasi untuk

digunakan di rumah sakit dan dapat di revisi pada setiap

batas waktu yang ditentukan.


BAB IV

KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN DAN

PEMBAHASAN

A. PELAYANAN FARMASI DI INSTALASI FARMASI RS AQIDAH

1. Pelayanan Rawat Jalan Di Instalasi Farmasi RS Aqidah

a. Gambaran Umum

Rawat jalan adalah pelayanan medis kepada seorang

pasien untuk tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan,

rehabilitas, dan pelayanan kesehatan lainnya, tanpa

mengharuskan pasien tersebut di rawat inap. Keuntungannya,

pasien tidak perlu mengeluarkan biaya untuk menginap.

Instalasi Rumah sakit Aqidah mempunyai pelayanan

resep rawat jalan dan hanya menerima resep dari dokter yang

praktik langsung di rumah sakit aqidah dan tidak menerima

resep dari instalasi atau apotek luar.

b. Tujuan Praktik Kerja Lapangan

1) Mengetahui kegiatan pelayanan resep rawat jalan di

Instalasi rumah sakit Aqidah.

2) Mengetahui cara pelayanan resep rawat jalan yang baik dan

benar.

3) Mampu menberikan pelayanan yang baik dan benar kepada

pasien rawat jalan di rumah sakit Aqidah.

38
39

c. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan

Pada saat melakukan praktik kerja lapangan mahasiswa di

tempatkan di Instalasi Farmasi.

1) Memperhatikan bagaimana alur resep rawat jalan di

Instalasi farmasi rumah sakit Aqidah

2) Melakukan pelayanan terhadap resep umum maupun

BPJS.

3) Melakukan pengecekan harga.

4) Melakukan penginputan obat-obat yang tertera di resep

rawat jalan.

5) Melakukan penyimpanan obat dengan sistem FIFO dan

FEFO.

6) Melakukan penyimpanan sedian farmasi atau alat

kesehatan berdasarkan golongannya.

7) Membuat etiket sesuai dengan aturan pakai yang tertera

di resep.

8) Mencatat permintaan obat atau alat kesehatan yang

kosong di instalasi farmasi untuk diminta ke bagian

Gudang farmasi.

9) Menyiapkan dan meracik obat-obatan resep rawat jalan.

10) Menghitung jumlah resep rawat jalan.

11) Mencatat pengeluaran obat narkotika.


40

12) Melakukan KIE kepada pasien rawat jalan dan di

dampingi oleh apoteker.

2. Pelayanan Rawat Inap Di Instalasi Farmasi RS Aqidah

a. Gambaran Umum

Rawat inap adalah proses perangkapan pasien oleh tenaga

professional akibat penyakit tertentu, dimana pasien diinapkan

di suatu ruangan di rumah sakit.

Pelayanan rawat inap di RS Aqidah melayani pasien umum

maupun BPJS dan merupakan paskes kedua.

b. Tujuan Praktik Kerja Lapangan

1) Mengetahui bagaimana cara melakukan pelayanan yang

baik dan benar kepada pasien rawat inap.

2) Mengetahui alur peresepan pasien rawat inap di RS Aqidah.

3) Mengetahui distribusi obat dan alat kesehatan pada pasien

rawat inap di RS Aqidah.

c. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan

1) Menyiapkan obat-obat atau alat kesehatan yang diresepkan

oleh dokter untuk pasien rawat inap.

2) Mengeluarkan stock obat pasien rawat inap.

3) Mencatat pengambilan obat dan alat kesehatan pada

formulir permintaan obat dan alat kesehatan rawat inap

sesuai dengan nama, nomor rekam medis, tanggal lahir, dan

dokter yang menangani pasien tersebut.


41

4) Meretur obat-obatan dan alat kesehatan pasien rawat inap

pada saat pasien pulang.

5) Menyiapkan resep pulang pasien rawat inap.

6) Membuat laporan total pemakain obat-obatan di instalasi

farmasi pada saat pasien pulang.

7) Menyiapkan paket atau box untuk pasien operasi persalinan

ataupun pasien bedah.

8) Mencatat pemakaian obat-obatan narkotika.

B. PELAYANAN FARMASI DI GUDANG FARMASI

1. Gambaran Umum

Gudang farmasi menurut Kemenkes RI 2014 mempunyai

tugas pengelolaan (penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian)

perbekalan farmasi dan peralatan kesehatan yang diperlukan dalam

rangka pelayanan kesehatan pencegahan dan pemberantasan

penyakit dan pembinaan kesehatan di kabupaten sesuai petunjuk

dinas kesehatan (Kemenkes RI, 2014).

Kegiatan penerimaan obat dari supplier lakukan oleh

petugas gudang obat di gudang. Adapun hal-hal yang dilakukan

dalam kegiatan penerimaan obat dimulai dari periksa lembar

permintaan yang datang dengan kiriman, periksa jumlahnya sesuai

atau tidak antara barang yang datang dengan yang dipesan.

Kemudian melakukan periksaan kemasan obat. Setelah obat


42

diperikas maka dibuat catatan penerimaan. Setelah itu petugas

Gudang harus memeriksa jenis, bentuk, kondisi dan tanggal.

2. Tujuan Praktik Kerja Lapangan

a. Mengetahui bagaimana cara penyimpanan, pengadaan obat,

penerimaan obat, perencanaan, pendistribusian obat dan

pengendalian obat.

b. Mengetahui cara pemusnahan obat kadaluarsa dengan baik dan

benar.

3. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan

a. Mencatat permintaan obat dan alat kesehatan yang kosong di

instalasi farmasi.

b. Menerima barang datang dari PBF atau distributor dengan

menyesuaikan nama obat, jumlah obat, nomor batch, tanggal

kadaluarsa, tanggal pembuatan dan di awasi oleh petugas

Gudang farmasi.

c. Melakukan penyimpanan dengan sitem FIFO dan FEFO di

Gudang farmasi.

d. Mencatat persediaan obat-obatan yang ada di Gudang farmasi.

e. Mencatat obat-obatan yang kadaluarsa.

f. Memusnahkan obat-obatan atau alat kesehatan yang

kadaluarsa.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas Rumah Sakit Aqidah adalah rumah sakit

yang melayani pasien rawat inap dan rawat jalan. Yang dilakukan di

Instalasi farmasi. Dalam pelaksanaannya di pimpin oleh Apoteker dan

dibantu oleh tenaga medis lainnya. Rumah sakit Aqidah terdiri dari

beberapa kelas rawat inap mulai dari VVIP sampai kelas III. Rumah sakit

aqidah memiliki beberapa fasilitas dari berbagai poliklinik, Unit Gawat

Darurat dan Ruang Intensif.

Sistem penyimpanan obat-obatan dan alat kesehatan di instalasi

farmasi dan Gudang farmasi rumah sakit Aqidah menggunakan sistem

FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out).

Pendistribusian obat dan alat kesehatan dari Gudang farmasi ke

Instalasi farmasi dan depo lain yang kemudian di serahkan kepada pasien.

Kegiatan pengelolaan obat dan alat kesehatan di rumah sakit

aqidah sudah sesuai dengan prosedur yaitu meliputi perencanaan,

pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pencatatan dan

pelaporan.

43
B. SARAN

1. Agar dilakukan pemisahan depo rawat inap dan rawat jalan agar

meminimalisir human error.

44
45

2. Agar PIO di Rumah Sakit Aqidah dapat dimanfaatkan secara maksimal

perlu dibuat sosialisasi tentang pelayanan informasi obat berupa

pembuatan brosur tentang manfaat PIO.

3. Agar memperbaiki kartu stock pengeluaran dan penerimaan obat yang

ada di Instalasi Farmasi dan Gudang Farmasi Rumah sakit Aqidah.

4. Agar lebih teliti dalam mencatat obat-obatan atau alat kesehatan yang

sudah kadaluarsa.

Anda mungkin juga menyukai