Anda di halaman 1dari 28

PerKa BPOM No 24 Tahun

2021
Pedoman Pengelolaan
Narkotika, Psikotropika dan
Prekursor Farmasi Yang Baik
Di Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian

MARYANTI
( 59061670)
The Process

Pengadaan Penerimaan Penyimpanan

Pemusnahan
Penyerahan Pengembalian &
Pelaporan
Pengadaan
1. Obat Narkotika harus bersumber dari fasilitas 3. Pengadaan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi
resmi berupa Pedagang Besar Farmasi yang harus bersumber dari fasilitas resmi dengan dibuktikan izin
memiliki izin khusus menyalurkan Narkotika yaitu fasilitas sesuai ketentuan perundang-undangan, harus dipilih
PBF Kimia Farma. PBF yang telah memiliki sertifikat CDOB dan Terjamin
2. Obat Psikotropika dan Prekursor bersumber legalitas, keamanan, mutu dan Khasiat Narkotika, Psikotropika
dari fasilitas resmi berupa Pedagang Besar dan Prekursor dengan memastikan Izin Edar Narkotika,
Farmasi Psikotropika dan Prekursor Farmasi yang akan dipesan

4. Pengadaan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi


di Puskesmas harus berdasarkan LPLPO (Laporan Pemakaian
Dan Lembar Permintaan Obat) Yang ditandatangani atau
diparaf Apoteker Penanggung Jawab dan ditandatangani
Kepala Puskesmas.
5. Surat Pesanan dapat dilakukan menggunakan system elektronik

Mencantumkan nama sarana sesuai izin dan disertai nomor izin dan alamat lengkap
dengan nomor telepon/faksimili bila ada serta stemple sarana
Sistem elektronik harus bisa menjamin otoritas penggunaan system hanya oleh
Penanggung Jawab Fasilitas Pelayanan Kefarmasian
Mencantukan nama fasilitas distribusi pemasok beserta alamat lengkap
Mencantumkan nama,bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah dan isi kemasan dari
obat yang dipesan
Memberikan nomor urut, nama kota dan tanggal penulisan yang jelas.
Surat pesanan narkotika, psikotropika dan precursor farmasi harus dibuat terpisah
dari surat pesanan untuk obat lain
5. Surat Pesanan dapat dilakukan menggunakan system elektronik

Sistem elektronik yang digunakan harus menjamin ketertelusuran produk, sekurang-


kurangnya dalam batas waktu 5 (lima) tahun terakhir
Surat pesanan elektronik harus dapat ditunjukkan dan dipertanggungjawabkan
kebenarannya pada saat pemeriksaan baik dari pihak yang menerbitkan surat pesnaan
maupun pihak yang menerima surat pesanan
Harus tersedianya system backup data secara elektronik
Sistem pesanan elektronik harus memudahkan dalam evaluasi dan penarikan data
pada saat dibutuhkan oleh pihak yang menerima suart pesanan.
pesanan secara elektronik yang dikirimkan ke pemasok harus dipastikan diterima oleh pemasok, yang
dapat dibuktikan melalui adanya pemebritahuan secara elektronik dari pihak pemasok bahwa pesanan
tersebut telah diterima
5. Surat Pesanan dapat dilakukan menggunakan system elektronik

Surat pesanan secara manual (asli) harus diterima oleh pemasok selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari setelah adanya pemberitahuan secara elektronik dari pihak
pemasok bahwa pesnan elektronik telah diterima
6. Apabila Surat Pesanan dibuat secara manual, maka surat pesanan
harus:

A B C
Asli dan dibuat sekurang-kuragnya rangkap 3 serta Ditandatangani oleh Apoteker/ Tenaga Teknis Kefarmasian Dicantumkan nama
tidak dibenarkan dalam bentuk faksimili dan Penanggung Jawab, silengkapi dengan nama jelas, dan sarana sesuai izin
fotokopi. Sua rankap surat pesanan diserahkan nomor Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)/ Surat Izin dan nama lengkap
kepada pemasok dan 1 rangkap sebagai arsip Praktik Tenaga Teknis Kefarmasian (SIPTTK) dan stemple sarana

D E F
Dicantumkan nama fasilitas Dicantumkan nama, bentuk Siberikan nomor urut, nama
distribusi pemasok beserta dan kekuatan sediaan, kota dan tanggal dengan
alamat lengap jumlah dari obat yang penulisan yang jelas
dipesan.
6. Apabila Surat Pesanan dibuat secara manual, maka surat pesanan
harus:

G H
Surat Pesanan Narkotika, Psikotropika, Prekursor Farmasi Sesuai ketentuan peraturan perundang-
dibuat terpisah dari surat pesanan untuk obat lain undangan
7. Apabila Surat pesanan narkotika, psikotropika dan surat precursor farmasi
tidak dapat digunakan karena suatu hal, maka Surat pesanan tersebut harus
diberi tanda pembatalan yang jelas dan diarsipkan Bersama dengan surat
pesanan narkotika, surat pesanan psikotropika atau surat [pesanan precursor
farmasi.

8. apabila surat pesanan tidak bisa dilayani baik Sebagian atau


seluruhnya, harus meminta surat penolakan pesanan dari pemasok.
9. Apabila pengadaan Narkotika, Psikotropika atau Prekursor dilakukan melalui
system pengadaan barang/jasa pemerintah, termasuk e-purchasing maka:

A B E
Apoteker Penanggung Jawab Apoteker Penanggung Jawab Apoteker Penanggung Jawab
menyampaikan daftar kebutuhan menyampaikan Surat Pesanan Harus memonitor pelaksanaan
obat kepada pelaksana system Kepada pemasok pengadaan obat pemerintah . dan
pengadaan barang/jasa
pemerintah F
Apoteker penanggung jawab harus
C D menyimpan Salinan dokumen e-
Jumlah pengadaan narkotika, Pengadaan narkotika,
purchasing atau dokumen pengadaan
psikotropika atau precursor psikotropika atau precursor
termasuk Surat Perintah Mulai Kerja
farmasi tidak dalam jumlah farmasi dilakukan oleh pelaksana
(SPMK)/Surat Perintah Kerja (SPK)
eceran (kemasan penyaluran system pengadaan barang/jasa
lengkap beserta daftar obat dan
terkecil) pemerintah.
jumlah obat yang akan diadakan
10 11 12
Fasilitas pelayanan kefarmasian Arsip surat pesanan narkotika, Arsip LPLPO disimpan sekurang-
yang tergabung di dalam satu psikotropika dan precursor kurangnya selama 5 (lima) tahun
grup, maka pengadaan surat farmasi harus disimpan berdasarkan urut bulan LPLPO
pesanan narkotika, psikotropika sekurang-kurangnya selama 5
dan surat pesanan precursor (lima) tahun berdasarkan
farmasi dilakukan oleh masing- tanggal dan nomor urut surat
masing fasilitas pelayanan pesanan
kefarmasian

13 14 15
Arsip surat pesanan narkotika, Faktur pembeliaan narkotika Faktur pembeliaan psikotropika
surat pesanan psikotropika atau dan SPB Narkotika dan harus atau SPB psikotropika harus
surat pesanan precursor farmasi disimpan bersatu dengan arsip disimpan bersatu dengan arsip
harus dipisahkan dengan arsip pesanan narkotika surat pesanan psikotropika
surat pesanan produk lain
17
Surat penolakan pesanan dari
pedagang besar farmasi harus
diarsipkan menjadi satu dengan
arsip surat pesanan 18
16
Seluruh arsip dokumen yang
Faktur pembelian precursor
berkaitan dengan kegiatan
farmasi dan SPB precursor
pengadaan narkotika,
farmasi harus disimpan Bersatu
psikotropika dan precursor
dengan arsip surat pesanan
farmasi harus mampu telusur
precursor farmasi
dan dapat ditunjukkan pada
saat diperlukan.
Surat Pesanan
Narkotika
Surat Pesanan
Psikotropika
Surat Pesanan
Prekursor
Penerimaan
1 2 3
Penerimaan Narkotika, Fasilitas pelayanan Penerimaan narkotika,
Spsikotropika dan kefarmasian hanya psikotropika dan precursor
Prekursor farmasi dapat melakukan farmasi di fasilitas pelayanan
harus berdasarkan penerimaan narkotika, kefarmasian harus dilakukan
faktur pembelian psikotropika dan oleh Apotekeker Penanggung
dan/atau surat precursor farmasi yang Jawab dan untuk Puskesmas
pengiriman barang ditunjukkan untuk yang tidak memiliki APJ
yang sah, dan untuk fasilitas pelayanan penerimaan dapat dilakukan
puskesmas dari kefarmasian tersebut oleh tenaga kefarmasian,
Instalasi Farmasi sebafaimana tertera tenaga medis atau kesehatan
Pemerintah Daerah dalam surat pesanan lain yang ditunjuk oleh
harus berdasarkan Kepala Puskesmas
LPLPO
Penerimaan
4
Bila Apoteker Penanggunng Jawab
berhalang hadir, maka penerimaan
daoat didelegasikan kepada tenaga
kefarmasian yang ditunjuk oleh
Apoteker Penanggungjawab.
Pendelegasian dilengkapi dengan surat
pendelegasian penerimaan narkotika,
psikotropika dan precursor farmasi
5.
Penerimaan Narkotika, psikotropika, precursor farmasi fasilitas dan pelayanan
kefarmasian harus melakukan pemeriksaan

A B C
Kondisi kemasan Kesesuaian nama Kesesuaian antara fisik
Narkotika, narkotika, narkotika, psikotropika dan
psikotropika dan psikotropika dan precursor farmasi dengan
precursor farmasi precursor farmasi, faktur pembelian/LPLPO
termasuk segel, label, bentuk, kekuatan, dan/atau SPB yang meliputi:
penandaan dalam sediaan obat, isi 1. Kebenaran nama
keadaan baik kemasan antara arsip produsen, nama
surat pesanan (SP)/ pemasok, nama
LPLPO denganobat narkotika, psikotropika
yang diterima dan precursor farmasi.
2. Nomor bets dan tanggal
kadaluwarsa
6.
Apabila hasil pemeriksaan ditemukan Narkotika, Psikotropika dan atau Prekursor Farmasi yang diterima
tidak sesuai dengan pesanan seperti nama, kekuatan sediaan obat, jumlah atau kondisi kemasan tidak
baik, maka Narkotika, Psikotropika dan atau Prekursor Farmasi harus segera dikembalikan pada saat
penerimaan. Apabila pengembalian tidak dapat dilaksanakan pada saat penerimaan misalnya pengiriman
melalui ekspedisi maka dibuatkan Berita acara yang menyatakan penerimaan tidak sesuai dan
disampaikan ke pemasok untuk dikembalikan

7.
Jika pada hasil pemeriksaan ditemukan ketidaksesuaian nomor bets atau tanggal kadaluwarsa antara fisik
dengan faktur pembelian/ LPLPO dan atau SPB harus dibuat koreksi dan dikonfirmasi ketidaksesuain
dimaksud kepada pihak pemasok .

8.
Jika pada hasil pemeriksaan dinyatakan sesuai dan kondisi kemasan obat baik maka Apoteker atau Tenaga
Teknis Kefarmasian yang mendapat delegasi wajib menandatangani Faktur Pembelian/ LPLPO dan atau
SPB dengan mencantumkan nama lengkap, nomor SIPA/ SIPTTK dan stempel sarana
9.
Apabila pengadaan Narkotika, Psikotropika dan atau Prekursor Farmasi dilakukan melalui sistem
pengadaan barang/ jasa pemerintahan maka :

a) Penerimaan narkotika, psikotropika dan atau precursor farmasi harus melibatkan apoteker atau
tenaga teknis kefarmasian yang ditunjuk pejabat penandatanganan kontrak
b) Apoteker penanggung jawab mendokumentasi Salinan berita acara serah terima barang dan berita
acara penyelesaian pekerjaan
Penyimpanan
1.
Dalam wadah asli dari produsen
2.
terpisah dari produk lain dan terlindung dari dampak yang tidak diinginkan akibat
paparan cahaya matahari, suhu, kelembaban atau faktor eksternal lain

3.
Memperhatikan kemiripan penampilan dan penamaan Obat (LASA, Look
Alike Sound Alike) dengan tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi
penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan Obat

4.
Narkotika harus disimpan dalam lemari khusus penyimpanan Narkotika

5.
Psikotropika harus disimpan dalam lemari khusus penyimpanan Psikotropika.
Prekursor Farmasi harus disimpan di tempat yang aman berdasarkan analisis
risiko
Penyimpanan
6. Lemari khusus penyimpanan Narkotika dan Psikotropika harus mempunyai 2 (dua) buah
kunci yang berbeda, satu kunci dipegang oleh Apoteker Penanggung Jawab dan satu kunci
lainnya dipegang oleh pegawai lain yang dikuasakan

7. Penyimpanan Narkotika, Psikotropika dan/atau Prekursor Farmasi harus dilengkapi


pencatatan menggunakan kartu stok, dapat berbentuk kartu stok manual maupun elektronik.
Sedangkan precursor farmasi harus disimpan ditempat yang aman berdasarkan analisis
resiko

8. Prekursor Farmasi harus disimpan di tempat yang aman berdasarkan analisis risiko

9. Narkotika dan Psikotropika yang rusak dan/atau kedaluwarsa harus disimpan secara terpisah
dari Narkotika yang layak guna, dalam lemari penyimpanan khusus Narkotika dan diberi
penandaaan yang jelas

10. Melakukan stok opname Narkotika dan Psikotropika secara berkala sekurang-kurangnya
sekali dalam 1 (satu) bulan dan melakukan stok opname Prekursor Farmasi secara berkala
sekurang-kurangnya sekali dalam 6 (enam) bulan
11.
Mutasi Narkotika, Psikotropika dan/atau Prekursor Farmasi dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit
ke depo/unit antara lain rawat inap, rawat jalan, kamar operasi, instalasi gawat darurat, harus
tercatat pada kartu stok dengan disertai bukti serah terima obat dari instalasi farmasi kepada
depo/unit
Penyerahan
1. Penyerahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi Golongan Obat Keras
kepada pasien hanya dapat dilakukan berdasarkan resep dokter

2. Resep yang diterima dalam rangka penyerahan Narkotika, Psikotropika dan/atau


Prekursor Farmasi wajib dilakukan skrining

3. Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan Puskesmas hanya dapat melayani resep Narkotika,
Psikotropika dan/atau Prekursor Farmasi berdasarkan resep dari Instalasi Farmasi
Rumah Sakit dan Puskesmas tersebut

4. Fasilitas Pelayanan Kefarmasian hanya dapat menyerahkan Narkotika, Psikotropika


dan/atau Prekursor Farmasi kepada pasien

5. Selain dapat menyerahkan kepada pasien, Apotek juga dapat menyerahkan Narkotika,
Psikotropika dan/atau Prekursor Farmasi kepada Apotek, Puskesmas, Instalasi Farmasi
Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, Dokter
Pengembalian
1. Pengembalian Narkotika, Psikotropika dan/atau Prekursor Farmasi kepada pemasok
harus dilengkapi dengan dokumen serah terima pengembalian Narkotika, Psikotropika
dan/atau Prekursor Farmasi yang sah dan fotokopi arsip Faktur Pembelian
2. Pengembalian Narkotika, Psikotropika dan/atau Prekursor Farmasi juga dapat dilakukan
dari depo/unit antara lain rawat inap, rawat jalan, kamar operasi, instalasi gawat darurat
kepada Instalasi Farmasi Rumah Sakit dalam hal rusak atau kedaluwarsa, pengalihan
penggunaan antar depo/unit dan/atau Bisa penggunaan/pelayanan

3. Setiap pengembalian Narkotika, Psikotropika dan/atau Prekursor Farmasi wajib dicatat


dalam Kartu Stok

4. Seluruh dokumen pengembalian harus terdokumentasi dengan baik dan


mampu telusur

5. Dokumen pengembalian yang memuat Narkotika, Psikotropika dan Prekursor


farmasi harus disimpan terpisah dari dokumen pegembalian obat lainnya
Pemusnahan
1.
Penanggung Jawab Fasilitas Pelayanan Kefarmasian wajib memastikan kemasan termasuk
label Narkotika, Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasi yang akan dimusnahkan telah
dirusak

2.
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasi dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan
Pelaporan
1. Pelaporan Pemasukan dan Penyerahan/Penggunaan Narkotika dan Psikotropika dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

2. Dalam hal ditemukan Narkotika, Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasi yang diduga
substandard atau ilegal termasuk palsu, Fasilitas Pelayanan Kefarmasian harus melaporkan
kepada Badan POM melalui Unit Pelaksana Teknis terdekat

3. Pelaporan sebagaimana dimaksud pada butir paling sedikit mencakup

• informasi obat yaitu nama obat, dosis, komposisi, nomor bets, tanggal produksi dan/atau tanggal
kedaluwarsa nomor izin edar, foto produk yang menampilkan bentuk sediaan dan kemasan, pendaftar
dan/atau produsen
• Kronologis singkat penemuan obat, antara lain waktu kejadian, kondisi penyimpanan, kondisi
kemasan primer dan/atau sekunder, lokasi temuan, keterangan yang mendasari dugaan sebagai
substandard dan/atau ilegal termasuk palsu
-TERIMA KASIH-

Anda mungkin juga menyukai