OBAT TRADISIONAL
Disusun oleh :
Kelompok 7
DASPAR ARUNG BUA (19340101)
PROBO PRASTYO (19340102)
ANNISA HERMAWATI (19340103)
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
2.4 Tahapan Untuk Mendapatkan Izin Industri Obat Tradisional dari DepKes 12
3
2.8.10 Surat Izin Mendirikan Bangunan (SIMB) .......................................... 23
3.1.7 Distribusi............................................................................................. 41
4
3.3 Ruang Lingkup Cara Pembuatan Obat Tradisional DepKes ...................... 43
5
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perseroan Terbatas (PT) menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan
berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
terseluruhnya terbagi dalam saham. Syarat pendirian PT meliputi akta
pendirian, pengesahan oleh Menteri, dan melakukan pendaftaran.
Industri farmasi sendiri adalah badan usaha yang memiliki izin dari
Menteri Kesehatan RI untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau
bahan obat . Cara mendirikan industri farmasi menurut Kepmenkes Nomor
1799 Tahun 2010 Tentang Industri Farmasi.
Dalam pendirian industri obat tradisional selain perlunya izin
pendirian dan pemakaian nama PT, maka unsur penting dalam pendirian
industri obat tradisional yaitu Sarana, Prasarana, Sumber daya, managerial
dan proses produksi dan distribusi. Sarana mencakup lahan, bangunan dan
layout bangunan. Prasarana mencakup alat-alat dan bahan yang akan
digunakan dalam industri, yaitu bahan baku. Sumber daya mencakup
manusia/personalia, modal, dan metode. Proses produksi mencakup alur
produksi, dan distribusi pemasaran.
Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal
suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk
merancang strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi penilaian
terhadap faktor kekuatan (Strenght) dan kelemahan (Weakness).
Seementara, analisis eksternal mencakup factor peluang (Oppurtunity) dan
tantangan (Threat).
7
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami cara mendirikan industri obat tradisional.
2. Untuk memahami cara mendapatkan izin industry obat tradisional
3. Untuk memahami cara mengadakan sarana, pra-sarana dan SDM
4. Untuk memahami pelaksanaan produksi, distribusi, dan pemasaran
5. Untuk memahami analisis SWOT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
menyelenggarakan daftar perseroan setelah diperoleh pengesahan adalah
Menteri yang memberikan pengesahan badan hokum dan memasukkan
data perseroan secara langsung. Daftar perseroan memuat data tentang
Perseroan yang meliputi :
a. Nama dan tempat kedudukan, maksud dan tujuan serta kegiatan
usaha, jangka waktu pendirian, dan permodalan.
b. Alamat lengkap perseroan.
c. Nomor dan tanggal akta pendirian dan Keputusan Menteri
mengenai pengesahan badan hokum Perseroan.
d. Nomor dan tanggal akta perubahan anggaran dasar dan
persetujuan Menteri.
e. Nomor dan tanggal akta perubahan anggaran dasar dan tanggal
penerimaan pemberitahuan oleh Menteri.
f. Nama dan tempat kedudukan notaris yang membuat akta pendirian
dan akta perubahan anggaran dasar.
g. Nama lengkap dan alamat pemegag saham, anggota Direksi dan
anggota Dewan Komesaris Perseroan.
h. Nomor dan tanggal akta pembubaran atau nomor dan tanggal
penetapan pengadilan tentang pembubaran Perseroan yang telah
diberitahukan kepada Menteri.
i. Berakhirnya status badan hukum perseroan.
j. Neraca dan laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan
bagi perseroan yang wajib diaudit.
10
maupun yang tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan
standar mutu sebagai bahan farmasi. Perusahaan industri farmasi wajib
memperoleh izin usaha industri farmasi, karena itu industri tersebut wajib
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Persyaratan industri farmasi tercantum dalam Kepmenkes Nomor 1799 Tahun
2010 Tentang Industri Farmasi
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk
pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat.
11
Dikecualikan dari persyaratan di atas poin 1 dan 2, bagi pemohon izin industri
farmasi milik Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia
2.4 Tahapan Untuk Mendapatkan Izin Industri Obat Tradisional dari Departemen
Kesehatan
Untuk memperoleh izin Industri Obat Tradisional diperlukan persetujuan
prinsip. Permohonan Persetujuan Prinsip diajukan secara tertulis kepada
Direktur Jenderal BPOM. Persetujuan Prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal
BPOM setelah Industri Obat Tradisional memperoleh persetujuan Rencana
Induk Pembangunan (RIP) dari Kepala Badan. Dalam hal permohonan
persetujuan prinsip telah diberikan, Industri Obat Tradisional Terstandar dapat
langsung melakukan persiapan, pembangunan, pengadaan, pemasangan, dan
instalasi peralatan, termasuk produksi percobaan dengan memperhatikan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pendirian Industri Obat Tradisional Terstandar wajib memenuhi
ketentuan di bidang tata ruang dan lingkungan hidup dan wajib memenuhi
persyaratan CPOB dan dibuktikan dengan sertifikat yang berlaku selama 5
(lima) tahun sepanjang memenuhi persyaratan. Selain daripada itu, Industri
Obat Tradisional wajib melakukan farmakovigilans. Di mana apabila dalam
melakukan farmakovigilans Industri Obat Tradisional menemukan obat dan
atau bahan obat hasil produksinya yang tidak memenuhi standar dan/atau
persyaratan keamanan, khasiat/kemanfaatan dan mutu maka wajib melaporkan
hal tersebut kepada Kepala Badan.
12
1. Sebelum pengajuan permohonan Persetujuan Prinsip Industri Obat Herbal
Terstandar wajib mengajukan permohonan persetujuan Rencana Induk
Pembangunan (RIP) kepada Kepala Badan.
2. Persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) diberikan oleh Kepala
Badan dalam bentuk rekomendasi hasil analisis Rencana Induk
Pembangunan (RIP) paling lama dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari
kerja sejak permohonan diterima
13
Fotokopi nomor induk wajib pajak (NPWP);
Persetujuan lokasi dari Pemerintah Daerah Provinsi;
Persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP);
Rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat;
Asli surat pernyataan ketersediaan bekerja penuh dari masing-masing
apoteker penanggung jawab produksi, apoteker penanggung jawab
pengawasan mutu, apoteker penanggung jawab pemastian mutu.
2. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-maing apoteker penangnggung
jawab produksi, apoteker penanggung jawab pengawasan mutu, apoteker
penanggung jawab pemastian mutu.
3. Persetujuan prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal paling lama dalam
waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima atau
ditolak.
4. Jika persetujuan prinsip diterima, maka Industri Obat Tradisional akan
melaksanakan pembangunan fisik, Industri Obat Tradisional wajib
menyampaikan laporan informasi kemajuan pembangunan fisik setiap 6
(enam) bulan sekali kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada
Kepala Badan dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
5. Dalam pelaksanaan penyelesaian pembangunan fisik, atas permohonan
pemohon Industri Obat Tradisional diberikan jangka waktu 3 (tiga) tahun
dan dapat diperpanjang oleh Direktur Jenderal untuk paling lama 1 (satu)
tahun.
6. Persetujuan prinsip akan batal demi hukum apabila setelah jangka waktu
3 (tiga) tahun dan/atau setelah jangka waktu 1 (satu) tahun perpanjangan
Industri Obat Tradisional belum menyelesaikan pembangunan fisik.
Persetujuan prinsip berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diubah
berdasarkan permohonan dari pemohon izin Industri Obat Tradisional yang
bersangkutan.
14
2.7 Permohonan Izin
Menurut PerMenKes RI No.1799/MENKES/PER/XII/2010 Permohonan
Izin Industri Obat Tradisional harus ditandatangani oleh Direktur Utama dan
Apoteker penanggung jawab pemastian mutu. Permohonan Izin Industri Obat
Tradisional diajukan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada
Kepala Badan dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
Tata cara pengajuan Permohonan Izin adalah sebagai berikut:
1. Permohonan Izin Industri Obat Tradisional diajukan dengan kelengkapan
sebagai berikut:
Fotokopi Persetujuan Prinsip Industri Obat Tradisional;
Surat persetujuan penamanan modal untuk industri farmasi dalam
rangka penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri;
Daftar peralatan dan mesin-mesin yang digunakan;
Jumlah tenaga kerja dan kualifikasinya;
Fotokopi sertifikat upaya pengelolaan lingkungan dan upaya
pemantauan lingkungan dan analisis mengenai dampak lingkungan;
Rekomendasi kelengkapan adminsitratif izin Industri Obat Tradisional
dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi;
Rekomendasi pemenuhan persyaratan CPOB dari Kepala Badan;
Daftar pustaka wajib seperti Farmakope Indonesia edisi terakhir;
Asli surat pernyataan bekerja full time dari masing masing apoteker
produksi, pengawasan mutu dan pemasitan mutu;
Fotokopi surat pengangkatan masing-masing apoteker;
Fotokopi Ijazah dan STRA masing-masing apoteker;
Surat pernyatan komisaris dan direksi tidak terlibat pelanggaran
undang-undang
2. Paling lama dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya
tembusan permohonan Kepala Badan akan melakukan audit pemenuhan
persyaratan CPOB. Paling lama dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja
sejak diterimanya tembusan permohonan Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi melakukan verifikasi kelengkapan persyaratan administratif.
15
Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak dinyatakan
memenuhi persyaratan CPOB, Kepala Badan mengeluarkan rekomendasi
pemenuhan persyaratan CPOB kepada Direktur Jenderal dengan tembusan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan pemohon.
3. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak dinyatakan
memenuhi kelengkapan persyaratan administratif, Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi mengeluarkan rekomendasi pemenuhan persyaratan
administratif kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala
Badan dan pemohon.
4. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja setelah menerima
rekomendasi serta persyaratan lainnya, Direktur Jenderal menerbitkan Izin
Industri Obat Tradisional.
2.8 Tahapan Untuk Mendapatkan Izin Industri Obat Tradisional dari Departemen
Perindustrian dan Perdagangan
16
Persetujuan Prinsip dikeluarkan dalam waktu 14 hari kerja setelah
persyaratan diterima secara lengkap dan benar, dengan masa berlaku
selama-lamanya 4 tahun. Persetujuan Prinsip bukan merupakan
izinuntuk melakukan produksi komersial.
Sedangkan IUI Melalui Persetujuan Prinsip dikeluarkan dalam
waktu 14 hari kerja setelah persyaratan lengkap dan benar diterima,
dibuktikan dengan berita acara pemeriksaan. Izin ini berlaku selama
perusahaan yang bersangkutan beroperasi.
Kelengkapan Persyaratan Izin Usaha Industri (IUI), sebagai berikut:
Fotokopi NPWP;
Fotokopi Akte Pendirian Perusahaan yang telah disahkan oleh
Departemen Kehakiman dan HAM;
Fotokopi IMB;
Fotokopi KTP/Nama Direksi dan Dewan Komisaris;
Fotokopi Persetujuan Prinsip;
Formulir Model Pm-II (informasi pembangunan proyek);
Fotokopi UKL dan UPL atau SPPL;
Fotokopi Izin Lokasi;
Foto Copy izin UU Gangguan atau AMDAL.
17
disahkan oleh pejabat yang berwenang dari Kantor Pendaftaran
Perusahaan.
Kelengkapan Persyaratan Wajib Daftar Perusahaan (WDP), sebagai
berikut:
a) Fotokopi akta pendirian perseroan;
b) Fotokopi data akta pendirian perseroan;
c) Fotokopi akta perubahan pendirian perseroan (apabila ada);
d) Fotokopi KTP atau paspor Direktur Utama/penanggung jawab
perusahaan;
e) Fotokopi Izin Usaha/surat keterangan yang dipersamakan;
f) Fotokopi surat permohonan pengesahan badan hukum dari notaris
kepada Menteri Kehakiman dan HAM dan bukti pembayaran
administrasi proses pengesahan badan hukum dari Departemen
Kehakiman dan HAM.
Proses penerbitan TDP adalah 10 hari kerja setelah persyaratan
lengkap dan benar diterima. Masa berlaku TDP adalah 5 tahun sejak
diterbitkan dan wajib diperbaharui selambat-lambatnya 3 bulansebelum
masa berlaku habis.
18
e. Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dari Pemda setempat bagi
kegiatan usaha perdagangan yang dipersyaratkan SITU berdasarkan
Undang-Undang Gangguan (HO);
f. Neraca perusahaan.
SIUP dikeluarkan dalam waktu 5 hari kerja setelah Form Surat Permohonan
(SP)-SIUP diterima secara lengkap dan benar. Masa berlaku SIUP adalah selama
perusahaan bersangkutan masih melakukan kegiatan perdagangan.
SIUP terdiri atas tiga kategori yaitu :
SIUP Kecil, diterbitkan bagi perusahaan yang memiliki modal disetor dan
kekayaan bersih dibawah Rp. 200 juta di luar tanah dan bangunan.
SIUP Menengah, diterbitkan bagi perusahaan yang memiliki modal disetor
dan kekayaan bersih Rp. 200 juta s/d Rp. 500 juta di luar tanah dan
bangunan.
SIUP Besar, diterbitkan bagi perusahaan yang memiliki modal disetor dan
kekayaan bersih di atas Rp. 500 juta di luar tanah dan bangunan.
Persyaratan untuk memperoleh persetujuan prinsip sebagaimana
dimaksud terdiri dari:
a. surat permohonan;
b. fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan;
c. susunan Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas;
d. fotokopi KTP/Identitas Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas;
e. pernyataan Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas
tidakpernah terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di
bidang farmasi;
f. fotokopi bukti penguasaan tanah dan bangunan;
g. fotokopi Surat Izin Tempat Usaha;
h. Surat Tanda Daftar Perusahaan;
i. fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan;
j. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak;
k. persetujuan lokasi dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
19
l. Rencana Induk Pembangunan (RIP) yang mengacu pada pemenuhan
CPOTB dan disetujui Kepala Badan;
m. asli surat pernyataan kesediaan bekerja penuh dari Apoteker penanggung
jawab;
n. fotokopi surat pengangkatan Apoteker penanggung jawab dari
pimpinanperusahaan;
o. fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA); dan
p. jadwal rencana pendirian bangunan industri dan pemasangan
mesin/peralatan.
20
2.8.5 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
21
fotocopy ippl dari dinas tata ruang.
izin lokasi dari bpn.
fotocopy imb.
surat dari bkpm/bkpmd bagi perusahaan yang menggunakan fasilitas
pma/pmdn.
situ/iuug bagi perusahaan yang mengajukan heregistrasi.
fotocopy npwp.
fotocopy retribusi
fotocopy akta pendirian perusahaan bagi perusahaan yang berbadan
hukum/badan usaha.
surat pelimpahan penggunaan tanah.
22
hanya anggota keluarga terdekat, tidak memerlukan izin usaha, dan bukan
merupakan suatu badan hukum atau suatu persekutuan dikecualikan dari wajib
Daftar Perusahaan.
23
2.8.12 Sertifikat Halal MUI
Sertifikat Halal MUI adalah fatwa tertulis Majelis Ulama Indonesia yang
menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syariat islam. Sertifikat Halal
MUI ini merupakan syarat untuk mendapatkan ijin pencantuman label halal pada
kemasan produk dari instansi pemerintah yang berwenang. Tahapan yang dileawti
perusahaan yang akan mendaftar proses sertifikasi Halal MUI :
1. Memahami persyaratan sertifikasi Hlal dan mengikuti pelatihan SJH
2. Menerapkan system jaminan halal (SJH)
3. Menyiapkan dokumen sertifikasi Halal
4. Melakukan pendaftaran sertifikasi Halal (upload data)
5. Melakukan monitoring pre audit dan pembayran akad sertifikasi
6. Pelaksanaan audit.
24
Tata Cara Persetujuan Prinsip Industri Obat Tradisional:
a. Permohonan Persetujuan prinsip diajukan kepada direktur jendral dengan
tembusan kepada kepala badan dan kepala dinas kesehatan profinsi dengan
menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam formulir 1 terlampir.
b. Sebelum pengajuan permohonan persetujuan prinsip sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), permohonan wajib mengajukan permohonan
persetujuan rencana induk pembangunan (RIP) kepada Kepala Badan
dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam formulir 2
terlampir.
c. Persetujuan rencana induk pembangunan (RIP) diberikan oleh kepala badan
dalam bentuk rekomendasi hasil analisis Rencana Induk Pembangunan
(RIP) paling lama dalam jangka waktu 14 hari kerja sejak permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima dengan menggunakan contoh
sebagaimana tercantum dalam formulir 3 terlampir.
d. Permohonan persetujuan prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan dengan kelengkapannya.
e. Persetujuan pronsip diberikan oleh direktur jenderal paling lama dalam
waktu 14 hari diterima dengan menggunakan contoh sebagaimana terlampir
pada formulir 4 terlampir atau menolaknya dengan menggunakan contoh
sebagaimana tercantum pada formulir 5 terlampir.
25
Permohonan izin industri farmasi dengan status penanaman modal
asing atau penanaman modal dalam negeri yang telah mendapatkan surat
persetujuan penanaman modal dari instansi yang menyelenggarakan urusan
penanaman modal , wajib mengajukan permohonan persetujuan prinsip sesuai
dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal ini.
26
2.12 Bangunan Industri Obat Tradisional
27
bahan aktif berpotens tinggi, produk biologi (misal yang berasal dari
mikroorganisme hidup) dan produk non-obat hendaklah diproduksi di
bangunan terpisah.
Luas area kerja dan area penyimpanan bahan atau produk yang
sedng dalam proses hendaklah memadai untuk memungkinkan penempatan
peralatan dan bahan secara teratur dan sesuai denganalur proses, sehingga
dapat memperkecil resiko terlewatnya atau salah melaksanakan tahapan
proses produksi atau pengawasan. Permukaan dinding, lantai dan langit-
langit bagian dalam ruangan dimana terdapat bahan baku dan bahan
pengemas primer, produk antara atau ruahan yang terpapar ke lingkungan
hendaklah halus, bebas retak dan sambungan terbuka, tidak partikular, serta
memungkinkan pelaksaan pembersihan (bila perlu desinfeksi) yang mudah
dan efektif.
Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah ibuat dari bahan
kedap air , permukaannya rata dan memungkinkan pelaksaan pembersihan
yang cepat dan efisien apabila terjadi tumpahan bahan. Sudur antara dinding
dan lantai di are pengolahan hendaklah berbentuk lengkungan.
Pipa, fiting lampu, titik ventilasi dan instalasi sarana penunjang lain
hendaklah dirancang sedemikian rupa untuk menghindari terbentuknya
ceruk yang sulit dibersihkan. Untuk kepentingan perawatan sedapat
mungkin instalasi sarana penunjang seperti ini hendaklah dapat dijangkau
dari luar area pengolahan.
Pipa yang terpasang di dalam ruangan tidak boleh menempel
dinding tetapi digantung dengn menggunakan siku-siku pada jarak cukup
untuk memudahkan pembersihan menyeluruh.Pemasangan rangka atap,
pipa dan saluran udara di dalam hendaklah dihindari.Apabila tidak
terhindarkan, maka prosedur dan jadwal pembersihan instalasi tersebut
hendaklah dibuat dan diikuti.Lubang udara masuk dan keluar serta pipa-
pipa dan salurannya hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah
pencemaran terhadap produk.Saluran pembuangan air hendaklah cukup
besar, dirancang dan dilengkapi dengan bak kontrol serta ventilsi yang baik
28
maupun mencegah aliran balik sedapat mungkin saluran terbuka dicegah
tetapi bila perlu hendaklah cukup dangkal untuk memudahkan pembersihan
dan desinfeksi.
Area produksi hendaklah diventilasi secara efektif dengan
menggunakan sistem pengendalian udara termasuk filter udara denga
tingkat efisiensi yang dapat mencegah pencemaran dan pencemaran silang,
pengendalian kelembaban udara sesuai kebutuhan produk yang diproses dan
kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan dan dampaknya terhadap
lingkungan luar pabrik. Area produksi hendaklah dipantau secara teratur
baik selama ada maupun tidak ada kegiatan produksi untuk memastikan
pemenuhan terhadap spesifikasi yang dirancang sebelumnya.Area dimana
dilakukan kegiatan yang menimbulkan debu misalnya pada saat
pengambilan sampel, penimbangan bahan/produk, pencampuran dan
pengolahan bahn atau produk pengemasan produk serbuk, memerlukan
sarana penunjang khusus untuk mencegah pencemaran silang dan
memudahkan pembersihan.
Tata letak ruang area pengemasan dirancang khusus untuk
mencegah campur baur atau pencemaran silang. Area produksi hendaklah
mendapat penerangan yang memadai, terutama penerangan dimana
pengawasan visual dilakukan pada saat proses berjalan. Pengawasan selama
proses dapat dilakukan di dalam area produksi sepanjang kegiatan tersebut
tidak menimbulkan resiko terhadap produksi obat. Pintu area produksi yang
berhubungan langsung ke lingkungan luar, deperti pintu bahaya kebakaran,
hendaklah ditutup rapat.Pintu tersebut hendaklah diamankan sedemikian
rupa sehingga hanya dapat digunakan dalam keadaan darurat sebagai pintu
keluar.Pintu dalam area prosuksi yang berfugsi sebagai barier terhadap
pencemaran silang hendaklah selalu ditutup apabila seang digunakan.
3. Area penyimpanan
Area penyimpanan hendaklah memeiliki kapasitas yang memedai
untuk menyimpan dengan rapi dan teratur berbagai macam bahan dan
produk seperti bahan awal dan bahan pengemasan, produk antara, produk
29
ruahan dan produk jadi, produk dalam status karantina, produk yang telah
diluluskan, produk yang telah ditolak, produk yang telah dikembalikan atau
produk yang ditarik dari peredaran.
4. Area Pengawasan Mutu
Laboratorium Pengawasan Mutu hendaklah terpisah dari area
produksi, area pengujian biologis, mikrobiologi hendaklah dipisahkan satu
dengan yang lain. Luas ruangan hendaklah memadai untuk untuk mencegah
campur baur dan pencemaran silang. Hendaklah disediakan tempat
penyimpanan yang luas memadai untuk sampel, baku pembanding, dan
pelarut pereaksi.
2.12.2 Personalia
Industri farmasi hendaklah memiliki personil yang sehat, terkualifikasi dan
berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai.Sumber daya manusia sangat
penting dalam pementukan dan penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan
dan pembuatan obat yang benar.Oleh sebab itu industri farmasi bertanggung jawab
untuk menyediakan personel berkualitas dalam jumlah yang memadai untuk
melaksanakan semua tugas.Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab
masing-masing dan dicatat.Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOTB
dan memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi
mengenai hygiene yang berkaitan dengan pekerjaan.
30
Obat-obatan hewan diproduksi sesuai dengan CPOTB (Cara Pembuatan
Obat Tradisional yang Baik) dari Kementrian Pertanian dan terdiri dari sediaan
injeksi, cairan oral, serbuk larut air, dan bentuk sediaan lainnya.
31
dan internasioanl yang relevan (Richard L.Daft 2010:253) Selanjutnya Fredi
Rangkuti (2004: 18) menjelaskan bahwa Analisis SWOT adalah identifikasi
berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis
ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan
peluang (opportunity), bersamaan itu juga dapat meminimalkan kelemahan
(weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategi
berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan.
Dengan demikian perencanaan strategi harus menganalisa factor-faktor strategi
perusahaan (kekuatan,kelemahan,peluang dan ancaman) dalam kondisi yang saat
ini. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunity)
dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strenght) dan kelemahan
(weakness).
32
BAB III
PEMBAHASAN
33
inovatif serta meningkatkan pengetahuan, keamanan dan penggunaan obat
tradisional khas Indonesia.
34
c. Menentukan kebijakan yang dilaksanakan perusahaan, melakukan
penjadwalan seluruh kegiatan perusahaan.
2. Direktur utama
a. Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan-kegiatan di
bidang administrasi keuangan,kepegawaian dan kesekretarian.
b. Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pengadaan dan
peralatan perlengkapan.
c. Merencanakan dan mengembangkan sumber-sumber pendapatan
serta pembelanjaan dan kekayaan perusahaan.
d. Mengendalikan uang pendapatan, hasil penagihan rekening
penggunaan air dari langganan.
e. Melaksanakan tugas-tugas yang di berikan Dewan Direksi.
f. Dalam melaksanakan tugas-tugas Direktur Umum bertanggung
jawab kepada Dewan direksi.
g. Memimpin seluruh dewan atau komite eksekutif.
h. Menawarkan visi dan imajinasi di tingkat tertinggi (biasanya bekerja
sama dengan MD atau CEO)
i. Memimpin rapat umum, dalam hal; untuk memastikan pelaksanaan
tata tertib: keadilan dan kesempatan bagi semua untuk berkontribusi
secara tepat; mengarahkan diskusi kea rah consensus; menjelaskan
dan menyimpulkan tindakan dan kebijakan.
j. Bertindak sebagai perwakilan organisasi dalam hubungannya
dengan dunia luar.
k. Memainkan bagian terkemuka dalam menentukan komposisi dari
board dan sub-komite, sehingga tercapai keselarasan dan efektivitas.
l. Mengambil keputusan sebagaimana di delegasikan oleh BOD atau
pada situasi tertentu yang dianggap perlu, yang diputuskan dalam
meeting-meeting BOD.
m. Menjalankan tanggung jawab dari direktur perusahaan sesuai
dengan standaretika dan hokum, sebagai refrensi dalam (apapun
standar dokumen kebijakan direktur yang mungkin anda gunakan).
35
3. Direktur
a. Menetapkan Prosedur kegiatan perusahaan ditiap-tiap manajer
untuk mencapai sasaran yang ditetapkan perusahaan.
b. Menetapkan tujuan dari tiap-tiap manajer yang ada.
c. Mengawasi dan mengkoordinir kegiatan-kegiatan dari manajer
secara periodik dan pertanggungjawabannya.
d. Mengadakan pengangkatan, mutasi dan pemberhentian karyawan
beserta gajinya.
e. Menetapkan kebijakan operasional perusahaan untuk jangka
pendek.
f. Sebagai pimpinan dari perusahaan.
g. Direktur bertanggung jawab atas kerugian PT yang disebabkan
direktur tidak menjalankan kepengurusan PT sesuai dengan maksud
dan tujuan PT anggaran dasar, kebijakan yang tepat dalam
menjalankan PT serta UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas. Atas kerugian PT, direktur akan dimintakan
pertanggungjawabannya secara perdata.
h. Apabila kerugian PT disebabkan kerugian bisnis dan direktur telah
menjalankan kepengurusan PT sesuai dengan maksud dan tujuan PT
anggaran dasar, kebijakan yang tepat dalam menjalankan PT serta
UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, maka direktur
tidak dapat dipersalahkan atas kerugian PT.
4. Direktur keuangan
a. Direktur keuangan dapat membentuk organ setingkat di bawahnya
yang jumlahnya di tetapkan dengan persetujuan Dewan Direksi.
b. Mengawasi Operasional mengenai keuangan perusahaan.
c. Melakukan pengecekan lapangan mengenai bagian keuangan
d. Meminta pertanggungjawaban dari tiap-tiap bagian yang ada
dibawahnya
e. Mempertanggungjawabkan kegiatan yang ada mengenai bagian
keuangan
36
f. Menetapkan prosedur pelaksanaan secara rinci tentang keuangan
g. Menetapkan standar pekerjaan lapangan untuk menjamin tidak
adanya kebocoran dalam bagian keuangan.
5. Direktur personalia
a. Mengembangkan system perencanaan personalia dan pengendalian
kebijakan pegawai
b. Melaksanakan Kebutuhan administrasi dan kepagawaian.
c. Membina pengembangan staff administrasi.
6. Manager
Tugas seorang manager adalah bagaimana mengintegrasikan berbagai macam
variabel (karakteristik, budaya, pendidikan dan lain sebagainya) kedalam suatu
tujuan organisasi yang sama dengan cara melakukan mekanisme penyesuaian.
Adapun mekanisme yang diperlukan untuk menyatukan variabel diatas adalah
sebagai berikut:
a. Pengarahan (direction) yang mencakup pembuatan keputusan,
kebijaksanaan, supervisi, dan lain-lain.
b. Rancangan organisasi dan pekerjaan.
c. Seleksi, pelatihan, penilaian, dan pengembangan.
d. Sistem komunikasi dan pengendalian.
e. Sistem reward.
7. Manager personalia
a. Pengorganisasian, perencanaan program & pengendalian Unit
Personalia
b. Flow Process Administrasi seluruh kegiatan Personalia
c. Proses & Prosedur Rekrutmen : searching, interview, test and
selection.
d. Remuneration Management : Struktur dan Skala Gaji, Basic Salary,
Allowance, Incentive & Overtime.
e. System Penilaian Kinerja Karyawan
f. Seluruh Perizinan Ketenaga Kerjaan
g. Promosi, Mutasi & Demosi serta PHK
37
h. Handling karyawan Tetap, Kontrak & Harian serta PKL
i. Perjalanan Dinas dalam/luar negeri serta fasilitasnya
j. Training & Evaluasi
k. Medical, Hospital, Asuransi & Dana Pensiun karyawan
l. Benefit & Fasilitas Lainnya\
m. System Penyediaan Data Karyawan, Surat-surat serta Form
Administrasi kegiatan personalia
n. Buat dan pastikan System Dokumentasinya yang Efektif
o. Buat System pelaporan Seluruh Kegiatan Personalia.
8. Manager pemasaran
a. Menetapkan prosedur operasional Informasi yang lebih efisien
b. Melaporkan hasil kerja kepada direktur secara berkala.
c. Bertanggung jawab penuh tentang fungsi dan tugas sebagai kepala
bagian pemasaran secara berkala kepada direktur.
9. Manager pabrik
a. Berkaitan Kepada Direktur :
Bertanggung jawab kepada direktur perusahaan langsung.
Melakukan konsultasi berkala supaya tercapai keselarasan
pelaksanaan tugas.
b. Berkaitan Dengan Produksi :
Bersama-sama dengan bagian lain untuk mengantisipasi dan
mengatasi berbagai persoalan produksi
Mengarahkan setiap bagian yang di tunjuk oleh direktur
perusahaan.
Bersama-sama dengan supervisor menangani masalah
pabrik.
Manajer pabrik membawahi PPC, Produksi, Pembelian, dan
Gusang Bahan Buku.
10. ADM dan Gudang
Bagian ini akan mengecek semua administrasi dan transaksi berhubungan
dengan jalannya perusahaan. Bagian ini terdiri dari CMT, Acounting, dan Kasir.
38
a. CMT bertugas untuk mengurus hal hal berkaitan dengan pihak
Outsourcing.
b. Accounting bertugas untuk melakukan membukukan transaksi yang
terjadi.
c. Kasir bertugas untuk membuat laporan penerimaan dan pengeluaran
uang harian.
11. Devisi Regional
a. Mengelola asset untuk menjalankan bisnis secara benar.
b. Menyepakati target kinerja dengan direksi.
c. Beroperasi sebagai badan usaha yang memberi keuntungan.
d. Menjalankan standar dan prosedur yang ditetapkan perusahaan.
3.1.5 Personalia
Direksi : 1 orang
Direktur Utama : 1 orang
Direktur Keuangan : 1 orang
Direktur : 1 orang
Packaging Supervisor : 1 orang
Direktur Personalia : 1 orang
Manager Personal : 1 orang
Manager pabrik : 1 orang
Admin dan Gudang : 1 orang
Manager pemasaran : 1 orang
Production Supervisor : 1 orang
Manager : 1 orang
Buruh : 24 orang (Produksi 12 orang, Pengemasan 6 orang,
Security 6 orang)
3.3.2 Produksi
Simplisia daun sirsak yang diterima dari pemasok sebelum disimpan di
gudang dan digunakan dalam proses produksi diperiksa terlebih dahulu untuk
39
mengontrol kualitas bahan baku apakah sudah sesuai dengan standar. Sebelum
menjadi produk, simplisia akan melalui tahapan-tahapan dalam proses produksi
yang meliputi sortasi, pencucian, pengeringan, penggilingan, pencampuran, dan
pengemasan.
a. Sortasi
Simplisia yang akan digunakan disortir terlebih dahulu untuk menghindari
terdapatnya benda atau bahan asing yang tidak diinginkan masuk dalam proses
produksi misalnya batu, paku, plastik dan kotoran lainnya.
b. Pencucian
Simplisia yang sudah disortir dicuci dengan air bersih, pencucian dilakukan
dengan tujuan menghilangkan pencemaran pada simplisia
c. Pengeringan
Setelah dilakukan pencucian simplisia dikeringkan dalam dua tahap. Tahap
pertama simplisia dijemur di bawah sinar matahari dan tahap kedua dikeringkan
dalam oven pengering. Proses pengeringan dalam dua tahap ini bertujuan untuk
menjaga agar simplisia tetap berada dalam keadaan kering atau tidak lembab
sehingga terhindar dari perkembangbiakan mikroorganisme yang dapat merusak
mutu simplisia. Setelah dilakukan pengeringan, dilakukan quality control di
laboratorium untuk mengetahui kadar air simplisia, apabila kadar air masih berlebih
dilakukan pengeringan di oven kembali. Simplisia yang sudah melalui proses
pengeringan dikategorikan sebagai bahan baku bersih.
d. Penggilingan
Bahan baku bersih yang akan diolah menjadi produk jadi sebelum diracik
akan melalui proses penggilingan dengan mesin giling. Setelah digiling bahan
baku tersebut diayak menjadi serbuk halus sesuai standar yang ditentukan untuk
digunakan dalam pembuatan obat tradisional kemasan serbuk.
e. Pencampuran
Bahan baku yang sudah berupa serbuk halus akan ditimbang dan diracik dengan
bahan lain sesuai dengan formulasi produk. Setelah diracik bahan-bahan tersebut
diaduk dengan mesin pengaduk sehingga tercampur rata.
40
f. Pengemasan
Serbuk simplisia yang sudah dicampur dimasukan dalam kemasan yang sudah
dibuat. Produk yang dihasilkan PT. Herbal Utama adalah obat herbal untuk
berbagai penyakit terutama antikanker. Obat herbal ini aman dan tanpa efek
samping dalam bentuk serbuk dalam kemasan kapsul.
3.1.6 Distribusi
Untuk pendistribusian pada produk Obat Tradisional PT. Harapan Farma akan
dilakukan pada skala wilayah pulau jawa saja yang menjadi fokus kami secara
perlahan untuk mensukseskan pemasaran di pulau jawa terlebih dahulu dimana
pulau jawa sebagai salah satu pulau dengan jumlah penduduk paling banyak di
Indonesia.
3.2 Kelengkapan Persyaratan Pendirian Industri PT. Harapan Farma dari
Departemen Kesehatan
3.2.1 Kelengkapan Persyaratan Persetujuan Prinsip
Kelengkapan Persyaratan Permohonan Persetujuan Prinsip PT. Harapan
Farma yang diajukan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala
Badan dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, sebagai berikut:
41
m. Asli surat pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing–masing
Apoteker penanggung jawab produksi, Apoteker penanggung jawab
pengawasan mutu, dan Apoteker penanggung jawab pemastian mutu
n. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing Apoteker penanggung
jawab produksi, Apoteker penanggung jawab pengawasan mutu, dan
Apoteker penanggung jawab pemastian mutu dari pimpinan perusahaan PT.
Harapan Farma
Persetujuan prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal paling lama dalam waktu
28 (empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima atau ditolak.Persetujuan
prinsip berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diubah berdasarkan permohonan
dari pemohon izin Industri Obat Herbal Terstandar yang bersangkutan.
42
j. Fotokopi Ijazah dan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dari masing-
masing Apoteker penanggung jawab produksi, Apoteker penanggung jawab
pengawasan mutu dan Apoteker penanggung jawab pemastian mutu
k. Surat pernyataan Komisaris dan Direksi tidak pernah terlibat, baik langsung
atau tidak langsung dalam pelanggaran perundang-undangan di bidang
kefarmasian
Paling lama dalam waktu 70 (tujuh puluh) hari kerja, Direktur Jenderal
menerbitkan Izin Industri Obat Herbal Terstandar.
43
karyawan juga memperoleh pelatihan awal yang berkesinambungan, termasuk
instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaannya.
3.3.3 Bangunan, Fasilitas, dan Peralatan
Bangunan, fasilitas dan peralatan yang dimiliki oleh PT. Harapan Farma
memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya
dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata
letak dan desain ruangan dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi
kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, dan memudahkan pembersihan,
sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan pencemaran silang,
penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu
obat yang buat. Karena berpotensi untuk terdegradasi dan terserang hama serta
sensitivitasnya terhadap kontaminasi mikroba maka produksi dan terutama
penyimpanan bahan yang berasal dari tanaman dan binatang dilakukan perhatian
khusus. Bangunan dan fasilitas serta semua peralatan kritis dikualifikasi untuk
menjamin reprodusibiltas dari bets-ke-bets.
44
3.3.5 Dokumentasi
Dokumentasi pada PT. Harapan Farma merupakan bagian dari sistem
informasi manajemen karena dokumentasi yang baik merupakan bagian yang
esensial dari pemastian mutu.Pada PT. Harapan Farma dokumentasi yang jelas
merupakan suatu bagian yang fundamental untuk memastikan bahwa setiap
karyawan menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena
hanya mengandalkan komunikasi lisan.Spesifikasi dari dokumen formula
pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari
kekeliruan dan tersedia secara tertulis.
3.3.6 Produksi
Produksi pada PT. Harapan Farma dilaksanakan dengan mengikuti prosedur
tervalidasi yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan Cara Pembuatan Obat
Tradisional Yang Baik sehingga senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi
persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar
(registrasi).
45
Penerima Kontrak dibuat secara jelas sehingga masing-masing pihak mengerti dan
memahami tanggung jawab dan kewajiban masing-masing.
46
3.4 Aspek Finansial PT. Harapan Farma
3.4.1 Rencana Anggaran Tahun Ke-1
No Uraian Spesifikasi Jumlah Biaya
1. Pagar Keliling
700m x Rp. 600.000 = Rp
420.000.000
2. Gapura Gerbang = Rp
11.000.000
3. Bangunan Kantor
Luas Banguan 50m x Rp
500.000 = Rp. 25.000.000
Gudang Produksi
Luas Bangunan 250m x 500.000
= Rp 125.000.000
Gudang Penyimpanan Hasil
Produksi
Luas Bagunan 100m x 500.000
= Rp. 50.000.000
4. Sumber Air (PDAM) dan
Instalasinya
47
Biaya Pemasangan Rp.
10.000.000
5. Listrik PLN & Instalasinya
Biaya Pemasangan Rp.
20.000.000
6. Waktu pembangunan selama 1
tahun
7. Mulai Pembangunan : Januari
2020
48
8 Penanganan 1.Biaya penanganan limbah Rp. 200.000.000
limbah
TOTAL Rp.
4.631.000.000
Diketahui:
Modal awal beserta investasi : Rp. 4.631.000.000,-
Jumlah kas masuk 1 tahun : Rp. 1.500.000.000.-
Maka:
𝑹𝒑. 𝟒.𝟔𝟑𝟏.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎,_
PP = 𝑹𝒑.𝟏.𝟓𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎,− 𝒙 𝟏 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 = 4.6 tahun
𝑅𝑝.2.500.000.000−
BEP unit = 𝑅𝑝.55.000−𝑅𝑝.20.000 = 71,428 𝑢𝑛𝑖𝑡
49
3.5 Metode Analisis SWOT PT. Harapan Farma
Metode analisi SWOT merupakan metode analisis strategi dari faktor
internal perusahaan yang meliputi strengths dan weakness serta faktor ekternal
perusahaan yang meliputi opportunities dan threats. Dimana di dalam aplikasinya
adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan dari sebuah
peluang (opportunities) yang ada, kemudian bagaimana cara mengatasi kelemahan
(weakness) yang mencegah keuntungan, selanjutnya bagaimana kekuatan
(strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah
bagaimana cara mengatasi kelemahan (weakness) yang mampu membuat ancaman
(threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.
1. Strength (Kekuatan)
a. Biaya produksi yang dibutuhkan rendah
b. Memiliki jaringan untuk distribusi yang luas
c. Jangkauan yang cepat dalam mendapatkan konsumen
d. Kegunaan produk yang sangat penting bagi kesehatan (anti kanker)
e. Harga yang terjangkau
f. Banyak khasiat kegunaan produk sebagai antibakteri, antivirus,
antijamur, antihipertensi, menyehatkan syaraf, dan lain-lain
2. Weakness (Kelemahan)
Teknologi yang digunakan mengandalkan matahari. Sehingga pada
musim penghujan pengeringan belum merata. Dan Untuk mengatasi masalah
tersebut PT. Harapan Farma mengambil bahan baku dari pengumpul.
3. Opportunity (Kesempatan)
a. Teknologi yang canggih untuk mendukung proses kerja
b. Selera Masyarakat yang membutukan produk herbal secara instan
c. Menjadi salah satu sponsor dalam kegiatan promosi
4. Threatment (Ancaman)
a. Adanya pesaing
b. Krisis Ekonomi yang menyebabkan bahan baku tidak stabil
c. Merebaknya Jamu-jamu berbahan kimia obat (BKO)
50
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
51
alat produksi yang terdiri mesin perajang bahan baku, mesin pengering
bahan baku, mesin cetak kemasan dengan total biaya Rp. 55.000.000,00
dengan estimasi pengadaan alat dimulai pada bulan Januari 2021. Jumlah
SDM pada Industri Obat Tradisional di PT Harapan Farma sebanyak 36
orang dimana karyawan yang bekerja di office 12 orang dan yang bekerja
dilapangan (pabrik) sebanyak 24 orang dimana 6 orang bagian produksi, 6
orang bagian pengecekan produk, 6 orang bagian pengemasan, serta 6 orang
sebagai kemanan atau security pabrik.
4. Sebelum proses produksi, simplisia diperiksa terlebih dahulu untuk
mengontrol kualitas bahan baku apakah sudah sesuai dengan standar.
Sebelum menjadi produk jadi, simplisia akan melalui tahapan-tahapan
dalam proses produksi yang meliputi sortasi, pencucian, pengeringan,
penggilingan, pencampuran, dan pengemasan. Produk-produk PT. Harapan
Farma didistribusikan ke PBF yang tersebar di wilayah pulau jawa.
5. BEP yang dapat diberikan kepada investor yaitu dalam waktu 4,6 tahun
produksi, pada penjual ke 71.428 unit mulai memperoleh keuntungan.
52
DAFTAR PUSTAKA
53