Anda di halaman 1dari 76

MAKALAH TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI PRODUKSI

TABLET AMOKSISILIN YANG BAIK

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Apt., teti Indrawati, MS

Di susun Oleh:

Riski Finklin 21340151


Hardianti 21340152
Agung Ngurah Feri 21340153
Bayu Nuryanto 21340154
Advent Rutim 21340155

Kelas:

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI


NASIONAL PROGRAM STUDI PROFESI
APOTEKER JAKARTA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..1

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………....2

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..5
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………5
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………….. 6
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………….6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………………...7


2.1 Amoksisilin…………………………………………………………………………….7
2.1.1 Aktivitas dan mekanisme kerja…………………………………………….. 7
2.1.2 Indikasi………………………………………………………………………9
2.1.3 Kontra indikasi………………………………………………………………10
2.1.4Efek samping…………………………………………………………………10
2.2 Tablet………………………………………………………………………………….11
2.2.1 Jenis – Jenis tablet…………………………………………………………..11
2.2.2 metode pembuatan tablet…………………………………………………….12
2.2.3 evaluasi sediaan tablet ………………………………………………………12
2.2.4 kelebihan dan kekurangan tablet…………………………………………….13
2.2.5 Ruang Pembuatan Tablet………………………………………………...….14
2.2.6 Alur Produksi Tablet………………………………………………………...19
2.2.7 Mekanisme Pelepasan Tablet………………………………………………..20
2.2.8 Alat yang di gunakan dalam proses pembuatan Tablet………………………21
2.3 Preformulasi…………………………………………………………………………...34
2.3.1 amoxicillin……………………………………………………………………….34
2.3.2 pvp……………………………………………………………………………….35
2.3.3 Na alginate………………………………………………………………………36
2.3.4 Pati Jagung………………………………………………………………………37
2.3.5 Gelatinum………………………………………………………………………..37
2.3.6 Talcum………………………………………………………………………….39
2.3.7 Aerosil…………………………………………………………………….…….40
2.3.8 Mg. Strearat………………………………………………………………..……40
2.3.9 As. Strearat……………………………………………………………………...41
2.3.10 Natrium benzoate……………………………………………………………… 42
2.3.11 Nipagin…………………………………………………………………………42
2.3.12 Avicel PH 102………………………………………………………………….43
1
2.3.13 Sukrosa…………………………………………………………………………44

2.4 CPOB………………………………………………………………………………...46
2.4.1 Manajemen Mutu………………………………………………………………46
2.4.2 Personalia………………………………………………………………………47
2.4.3 Bangunan dan Fasilitas………………………………………………………...48
2.4.4 Peralatan……………………………………………………………………….49
2.4.5 Produksi……………………………………………………………………….50
2.4.6 Pengawasan Mutu……………………………………………………………..50
2.4.7 Inspeksi Diri…………………………………………………………………...51
2.4.8 Penanganan Keluhana…………………………………………………………52
2.4.9 Dokumentasi…………………………………………………………………..53
2.4.10 Pembuatan dan analisis berdasarkan Kontrak……………………………….54
2.4.11 Kualifikasi dan Validas……………………………………………………...54

BAB III PEMBAHASAN…………………………………………………………………..57


3.1 Produksi Sediaan Tablet Amoksisilin Yang Baik………………………………….57
3.2 Komponen Sediaan dan Rancangan Formulasi……………………………………60
3.3 Pengadaan Sediaan Tablet Amoksisilin…………………………………………….64
3.4 Produksi Sediaan Dengan Cara Baik……………………………………………….65
3.5 Hasil Formulasi Sediaan Tablet Amoxicillin………………………………………73

BAB IV PENUTUP………………………………………………………………………..78
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………………...78
4.2 Saran……………………………………………………………………………….80

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….81

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Mahakuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Produksi Tablet Amoxicillin yang
baik” Tepat Waktu.
Makalah “Produksi Tablet Amoxicillin yang baik” disusun guna memenuhi tugas
Teknologi Sediaan Farmasi profesi apoteker di Institut Sains dan Teknologi Nasional Selain
itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
Cara Produksi Obat yang Baik khususnya Produksi Tablet Amoksisilin.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Apt., Teti
Indrawati, MS selaku dosen mata kuliah Teknologi Sediaan Farmasi. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni
penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 9 Mei 2022

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUA
N

1.1 Latar Belakang


Amoksisilin Merupakan antibiotik turunan dari penisilin semisintetik yang stabil
dalam suasana asam,dan kerja bakterisidanya seperti ampisilin. Amoksisilin absorpsinya
lebih baik daripada ampisilin,dan diabsorpsi dengan cepat dan baik pada saluran pencernaan
makanan. Amoksisilin memiliki stabilitas kurang baik karena dapat terurai pada suhu 30-
35⁰C dan tidak stabil terhadap paparan cahaya. Selain itu, amoksisilin memiliki kelarutan
yang kurang baik dalam air, berdasarkan karakteristik tersebut amoksisillin dapat di buat
dalam beberapa bentuk sediaan, yaitu Suspensi kering, kapsul dan tablet.
Tablet merupakan sediaan padat yang biasanya dibuat secara kempa cetak, berbentuk
rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan
penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Pada proses pembuatan tablet bahan
tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pelicin,
zat pembasah, zat pengikat atau zat lainnya yang cocok. Zat tambahan ini diperlukan untuk
mendapatkan kualitas sediaan yang memenuhi persyaratan formulasi. Salah satu zat
tambahan yang memiliki peran khusus dalam formulasi sediaan tablet yaitu bahan pengikat.
Amoksisilin dalam bentuk tablet memiliki bentuk bulat, berwarna putih, tidak berbau, rasa
agak pahit dan memiliki bobot 700 mg tiap tablet. Dosis umum untuk dewasa adalah >20 kg:
250 mg – 500 mg setiap 8 jam. Anak-anak <20 kg: 20 – 40 kg/BB/Hari dalam 3 dosis (IONI,
2017).
Untuk memproduksi tablet amoksisilin yang baik harus memenuhi persyaratan Cara
Pembuatan Obat yang Baik atau biasanya disebut CPOB. Oleh karena itu, semua industri
farmasi harus benar-benar berupaya agar dapat menghasilkan produk obat yang memenuhi
standard kualitas yang dipersyaratkan. Kemudian dibutuhkan juga langkah-langkah yang
tepat untuk rancangan formula yang baik maka dibutuhkan bahan baku yang berkualitas,
teknik pembuatan, pengemasan serta evaluasi sediaannya sehingga menghasilkan produk atau
sediaan stabil dan aman mulai dari proses produksi, distribusi hingga nantinya akan
dikonsumsi

4
oleh pasien. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) ini bertujuan untuk menjamin obat
dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan
penggunaannya. Hal ini dimaksudkan agar obat dalam bentuk, bau dan rasanya dapat
diterima pasien dalam keadaan yang baik.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas makalah ini akan membahas bagaimana cara
memproduksi sediaan tablet amoksisilin yang baik mulai dari alur, proses produksi , evaluasi,
pengemasan, penyimpanan dan distribusi berdasarkan CPOB.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana memproduksi sediaan tablet amoksisilin dengan cara yang baik?

2. Apa komponen sediaan dan bagaimana rancangan formulasi sediaan tablet amoksisilin?

3. Bagaimana pengadaan barang dan alurnya?

4. Bagaimana memproduksi sediaan amoksisilin yang baik (alur, proses produksi,


evaluasi, pengemasan, penyimpanan dan distribusi)?
5. Bagaimana formulasi sediaan tablet amoksisilin yang baik?
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami cara memproduksi sediaan tablet amoksisilin dengan baik.

2. Untuk memahami komponen sediaan dan bagaimana rancangan formulasi sediaan


tablet amoksisilin.
3. Untuk memahami proses pengadaan barang dan alurnya.

4. Untuk memahami cara produksi sediaan tablet amoksisilin yang baik (alur, proses
produksi, evaluasi, pengemasan dan penyimpanan dan distrbusi).
5. Untuk memahami formulasi sediaan tablet amoksisilin yang baik.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Amoksisilin
Amoksisilin adalah antibiotik dengan spektrum luas, digunakan untuk pengobatan
infeksi pada saluran nafas, saluran empedu dan saluran seni, gonorhea, gastroenteritis,
meningitis dan infeksi karena Salmonella sp., seperti demam tifoid. Amoksisilin adalah
turunan penisilin yang tahan asam tetapi tidak tahan terhadap penisilinase. Beberapa
keuntungan dibanding ampisilin adalah absorpsi obat dalam saluran cerna lebih
sempurna,sehingga kadar darah dalam plasma dan saluran seni lebih tinggi (Siswandono
& Bambang Soekardjo (Ed.). 2000).
Gambar 1. Struktur Amoksisilin

Menurut Farmakope Indonesia (V) tahun 2014, Amoksisilin mengandung tidak


kurang dari 900 μg dan tidak lebih dari μg per mg, C16H19N3O5S, dihitung terdapat zat
anhidrat.
 Pemerian Serbuk hablur, putih, praktis tidak berbau.

 Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam metanol, tidak larut
dalam benzen, dalam karbon tetraklorida dan dalam kloroform.
 Baku pembanding Amoksisilin BPFI, tidak boleh dikeringkan.
Merupakan bentuk trihidrat dari Amoksisilin. Simpan dalam wadah
tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari pembeku

2.1.1 Aktivitas dan Mekanisme Kerja


Amoksisilin merupakan prototip golongan aminopenisilin berspektrum
luas, tetapi aktivitasnya terhadap kokus gram positif kurang dari pada penisilin G.
Semua penisilin golongan ini dirusak oleh β-laktamase yang diproduksi kuman gram
positif maupun gram negatif. Amoksisilin (dalam bentuk trihidrat garam sodium) dapat
6
dikombinasikan dengan asam klavulanat (sebagai potasium klavulanat), penghambat β-
laktamase, untuk menambah spektrum dalam melawan organisme Gram-negatif, dan
untuk melawan mediator antibiotik bakteri yang resisten terhadap produksi β-
laktamase.1,4
Amoksisilin bekerja dengan menghambat dinding sel bakteri, dengan
menghambat cross-linkage di antara rantai polimer peptidoglikan linear yang menutupi
komponen mayor dari dinding sel kuman Gram-positif. Mekanisme kerja antibiotik ini
secara ringkas, adalah : (1) Obat bergabung dengan penicilin-binding protein (PBPs)
pada kuman. (2) terjadi hambatan sintesis dinding sel kuman karena proses
transpeptidasi antar rantai peptidoglika terganggu. (3) kemudian terjadi aktivitas enzim
proteolitik pada dinding sel yang mengakibatkan pecahnya dinding sel bakteri.1,3
Amoksisilin efektif terhadap organisme Gram-positif dan Gram- negatif. Bakteri
yang peka terhadap amoksisilin diantaranya adalah Staphylococcus, Streptococcus,
Diplococcus pneumoniae, Bacillus anthracis, Enterococcus, Corynebacterlum
diphtherlae, Salmonella sp, Shigella sp, H. Influenzae, Proteus mirabilis, E. Coli, N.
Gonorrhoeae, W. Meningitidis.4
Obat ini diabsorpsi lebih baik bila diberikan per oral dan menghasilkan kadar
yang lebih tinggi dalam plasma dan jaringan. Dengan dosis yang sama, amoksisilin
mencapai kadar dalam darah yang tingginya kira-kira 2 kali lebih tinggi daripada yang
dicapai oleh ampicilin. Tidak seperti ampisilin, absorpsinya tidak terganggu dengan
adanya makanan dalam lambung.3

2.1.2 Indikasi
Amoksislin digunakan untuk penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri
gram positif (seperti: Streptococcus pneumoniae, Enterococci, nonpenicilinase-
producing staphylococci, Listeria) maupun gram negatif Haemophilus Influenza,
Escherichia coli, Proteus mirabilis, Salmonella). Tetapi walaupun demikian,
aminophenisilin, amoksisilin secara umum tidak dapat digunakan secara sendirian untuk
pengobatan yang disebabkan oleh infeksi streprococcus dan staphilococcal. Beberapa
penyakit yang diindikasikan terhadap penggunaan amoksislin adalah, sebagai berikut 4,5:

7
 Eradikasi Helicobacter pylori (Ulkus Peptik)

 Infeksi saluran pernafasan:

Tonsilitis, sinusitis, laringitis, faringitis, bronkitis, bronkiektasis,


pneumonia.
 Infeksi saluran urogenital: Pielonefritis, sistitis, uretritis, gonore

 Infeksi pada kulit dan jaringan lunak:

Luka-luka, selulitis, furunkulosis, pioderma.

 Infeksi lainnya : otitis media, abses gigi.

2.1.3 Kontraindikasi

Beberapa kontra indikasi penggunaan amoksisilin adalah, sebagai berikut4:


 Hipersensitif terhadap antibiotik golongan β-laktam seperti
penisilin,sefalosporin.
 Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang diketahui peka terhadap penisilin.

2.1.4 Efek samping


Reaksi alergi terhadap derivat para-aminofenol jarang terjadi. Manifestasinya berupa
eritem atau urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa demam dan lesi pada mukosa.
Fenasetin dapat menyebabkan anemia hemolitik, terutama pada pemakaian kronik.
Anemia hemolitik dapat terjadi berdasarkan mekanisme autoimmune, defisiensi enzim
G6PD dan adanya metabolit yang abnormal. Methemoglobinemia dan
Sulfhemoglobinemia jarng menimbulkan masalah pada dosis terapi, karena hanya kira-
kira 1-3% Hb diubah menjadi met-Hb. Methemoglobinemia baru merupakan masalah
pada takar lajak. Insidens nefropati analgesik berbanding lurus dengan penggunaan
Fenasetin. Tetapi karena Fenasetin jarang digunakan sebagai obat tunggal, hubungan
sebab akibat sukar disimpulkan. Eksperimen pada hewan coba menunjukkan bahwa
gangguan ginjal lebih mudah terjadi akibat Asetosal daripada Fenasetin. Penggunaan
semua jenis analgesik dosis besar secara menahun terutama dalam kombinasi dapat
menyebabkan nefropati analgetik

8
2.2 Tablet
Menurut Farmakope Indonesia (Ed IV) tahun 1995 tablet adalah sediaan padat yang
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode
pembuatan, tablet dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet cetak
dibuat dengan cara dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul
menggunakan cetakan baja (tahan karat).
Bentuk tablet rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, dapat ditambahkan
bahan tambahan atau tanpa bahan tambahan. Bahan tambahan dapat berupa bahan
pengisi, penghancur, pengikat, pelicin, pelincir dan pembasah. Tujuan utama penggunaan
obat sediaan tablet adalah penghantaran obat ke lokasi kerja dengan dosisi yang cukup,
kecepatan kerja yang sesuai dan lama kerja yang sudah ditentukan serta beberapa kriteria
lainnya (Gloria M, 2016).
2.2.1 Jenis-jenis Tablet

Tablet Kempa Tujuan Saluran Pencernaan

a. Tablet Konvensional Biasa

Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi tunggal yang biasanya terdiri
dari zat aktif sendiri atau kombinasi dengan bahan eksipien seperti:
1) Pengisi (memberi bentuk): Laktosa

2) Pengikat (memberi adhesivitas/kelekatan saat bertemu saluran pencernaan): musilago


amili, amilum
3) Desintegrator (mempermudah hancurnya tablet)

b. Tablet Kempa Multi/Kempa Ganda

Adalah tablet konvensional yang dikompresi lebih dari satu siklus kompresi tunggal
sehingga tablet akhir tersebut terdiri atas 2 atau lebih lapisan. Disebut juga sebagai tablet
berlapis. Keuntungannya dapat memisahkan zat aktif yang inkompatibel (tidak
tersatukan).
c. Tablet Lepas Lambat

Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet tersebut melepaskan
dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang kemudian disusul dengan dosis
pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif atau konsentrasi zat aktif dalam darah cukup
untuk beberapa waktu tertentu. (misal tablet lepas lambat 6 jam, 12 jam, dsb).

9
d. Tablet Lepas Tunda (Tablet Salut Enterik)

Adalah tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap cairan
lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus.
e. Tablet Lepas Terkendali

Yang pelepasan zat aktifnya terkendali pada waktu-waktu tertentu.

f. Tablet Salut Gula

Adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan gula baik berwarna
maupun tidak.Tujuan: melindungi zat aktif terhadap lingkungan udara (O2, lembab),
menutup rasa dan bau tidak enak, menaikkan penampilan tablet.
g. Tablet Salut Film

Tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, bewarna atau tidak dari bahan polimer
yang larut dalam air yang hancur cepat di dalam saluran cerna. Penyalutan tidak perlu
berkali- kali.
h. Tablet Effervesen

Tablet kempa yang jika berkontak dengan air menjadi berbuih karena mengeluarkan
CO2. Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminum.
i. Tablet Kunyah

Tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus dikunyah sebelum
ditelan.
2.2.2 Bentuk dan Ukuran Tablet

Tablet terdapat dalam berbagai bentuk, ukuran, bobot, kekerasan, ketebalan, sifat
solusi dan disintegrasi dan dalam aspek lain, tergantung pada penggunaan yang di maksud
dan metode pembuatannya. Tablet biasanya berbentuk bundar dengan permukaan datar,
atau konveks. Bentuk khusus, sepert kaplet, segitiga, lonjong, empat persegi, dan enam
persegi (heksagonal) telah di kembangkan oleh beberapa pabrik untuk membedakan
produknya untuk membedakan produknya terhadap produk pabrik lainnya. Tablet dapat
dihasilkan dalam berbagai bentuk, dengan membuat pons dan lubang kempa (lesung
tablet) cetakkan yang di desain khusus (Gloria M & Yetri E, 2018).

10
2.2.3 Ukuran dan Bobot Tablet

Berikut adalah penjelasan mengenai ukuran tablet menurut berbagai sumber, antara lain:

Menurut R. Voigt (1994):

- Garis tengah pada umumnya 15 - 17 mm

- Bobot tablet pada umumnya 0,1 - 1 gram

Menurut Lachman et al (1994):

- Tablet oral biasanya berukuran 3/16 - ½ inc

- Berat tablet berkisar antara 120 - 700 mg ≥ 800mg

- Diameter ¼ - 7/6 inc

Menurut Dom Martin (1971):

- Diameter 1/8 – 1 1/5 inc

Menurut FI III (1979):

Kecuali dinyatakan lain, diameter tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3
kali tebal tablet (Gloria M & Yetri E, 2018).
2.2.4 Komponen Tablet

A. Bahan Aktif

1) Bahan aktif yang tidak larut, dimaksudkan untuk bekerja secara local pada saluran,
misalnya dari golongan Antasid dan Adsorben

2) Bahan aktif yang tidak llarut, dimaksudkan sebagai obat sistemik setelah bahan obat
terdisolusi pada saluran pencernaan
B. Bahan Tambahan

1) Klasifikasi eksipien berdasarkan peranannya

Pertama adalah eksipien yang berperan dalam membantu proses pengempaan


(berpengaruh pada fluiditas dan kompaktibilitas) massa yaitu: bahan pengisi pengencer,
pengikat, glidan dan lubrikan.
Kedua adalah eksipien yang membantu memperbaiki karakter sifat fisik tablet, yaitu
bahan: penghancur, pewarna, sertapembasahdansurface-active agents. tablet yang
diperuntukkan untukhancur dan memberi rasa di mulut juga membutuhkan bahan
pemanis dan flavors (Gloria M & Yetri E, 2018).

11
2) Bahan Tambahan yang umum digunakan

a) Bahan pengisi (Diluent/filler)

Fungsi pengisi untuk memperbesar volume dan menambah bobot tablet.


Lazim digunakan Laktosum, Amylum Manihot, Avicel, Calsii Phosphas, Calcii
Carbonas dan bahan lain yang cocok.
b) Bahan pengikat (Binder)

Penggunaan bahan pengikat dalam pembuatan tablet gunanya untuk mengikat


partikel serbuk/padat supaya menyatu dan merekat, sehingga tablet tidak mudah pecah
dan retak, menambah kekerasan tablet. Termasuk pengikat antara lain, Larutan
gelatiin,, Mucilago amyli, Larutan PVP, sesuaikan rentang kadar masing-masing
bahan.
c) Bahan penghancur (Disintegran)

Penghancur dimasukkan dalam proses pembuatan tablet dengan tujuan


supaya tablet yang dihasilkan dapat hancur, jika proses pembuatan dengan metode
granulasi maka perlu penghancur luar. Biasanya digunakan Amylum Manihot,
Starch 1500, LH- PC
d) Bahan pelicin (Glidan), Pelincir (Lubricant), Anti lengket (Antiadheren).

Maksud penggunaan pelicin ialah supaya tablet yang dihhasilkan mudah keluar
dari cetakan dan anti lengket, disamping itu serbuk tablet/granul mudah mengalir dari
hopper ke ruang cetak. Umumnya digunakan Magnesium Stearat sebagai Lubricant,
Talkum sebagai Glidan dan Antiadheren, dan Aerosil sebagai Glidan.
e) Zat warna

Penambahan zat warna bertujuan untuk perbedaan produk, menutupi warna asli
yang kurang menarik,disamping itu untuk mendapatkan hasil yang homogen.

Keamanan zat warna dengan konsentrasi yang digunakan harus diperhatikan,


kemampuan pewarnaan yang cukup kuat dan kompatibel dengan formulasi (Gloria
M, 2016).

12
2.2.5 Metode Pembuatan Tablet

Dalam pembuatan tablet secara prinsip adalah dengan memasukkan massa cetak kedalam
ruang cetak (die) dan dikompresi diantara 2 pons. Massa yang sudah kompak kemudian
dikeluarkan daricetakan (ejeksi). Massa cetak adalah campuran serbuk atau granul yang
sudah siap untuk dicetak. Untuk dapat dicetak menjadi massa yang kompak, massa cetak
harus mempunyai kriteria sebagai berikut:
1) Mudah mengalir

2) Jika diberi tekanan mempunyai daya kohesi untuk membentuk massa kompak
(kompresibilitas)
3) Massa kompak mudah dikeluarkan dari ruang cetak

Untuk mendapatkan massa cetak yang memenuhi kriteria diatas perlu dilakukan
perlakuan sebelum dikompresi. Secara umum pembuatan tablet dapat dilakukan dengan 2
cara, yaitu:

Cetak Langsung
Pembuatan Tablet Basah
Granulasi
Kering

Gambar 2. Metode Pembuatan Tablet


Granulasi dalah proses pembesaran partikel karena partikel kecil bergabung menjadi
partikel besar membentuk agregat atau disebut juga sebagai aglomerasi. Tujuan Granulasi
yaitu sebagai berikut:
1) Memperbaiki sifat alir serbuk atau campuran serbuk

2) Memperbaiki kompresibilitas

3) Menyeragamkan ukuran serbuk atau campuran serbuk agar tidak terjadi


pemisahan/segregasi
4) Mengurangi masalah debu selama fabrikasi

5) Merubah densitas serbuk

6) Merubah sifat hidrofob zat aktif/campuran serbuk menjadi hidrofil

7) Memperbaiki penampilan fisik tablet


13
8) Mengembalikan pelepasan zat aktif

a. Metode Granulasi Basah

Granulasi basah adalah proses penambahan cairan granulasi kedalam serbuk


menggunakan alat pengaduk sehingga diperoleh aglomerat. Metode granulasi basah masih
banyak digunakan karena mempunyai beberapa keuntungan, antara lain:
1) Kohesivitas dan kompresibilitas serbuk/campuran serbuk dapat ditingkatkan

2) Zat aktif dosis besar yang sulit mengalir atau sulit dikompresi dapat digranulasi basah,
jadi tablet yang baik
3) Distribusi zat aktif dalam dosis kecil lebih baik

4) Pemisahan komponen selama proses pencekatan dapat dicegah

5) Kecepatan disolusi zat aktif hidrofob dapat ditingkatkan dengan menggunakan


eksipien hidrofil
6) Mengurangi masalah debu selama fabrikasi

7) Pelepasan zat aktif dapat dikendalikan dengan memilih eksipien yang


sesuai Kekurangan Granulasi Basah yaitu sebagai berikut:
1) Biaya cukup tinggi, waktu lebih lama, alat lebih banyak, energi dan ruangan lebih besar

2) Tidak dapat digunakan terhadap zat aktif yang sensitive terhadap panas dan lembab

3) Ketidakcampuran sesama zat aktif/eksipien alam campuran lebih sering


terjadi Mekanisme Granulasi Basah
Menciptakan ikatan antara partikel-partikel padat melalui proses penggumpalan dengan
penambahan pengikat basah yang diikuti pengeringan setelah massa basah lebih dulu
digranulasi. Massa basah digranulasi, dikerjakan di dalam mesin granulator. Fungsinya untuk
menekan masa yang lembab melalui suatu permukaan yang berlubang dilengkapi dengan
pangayak 4,6,8 atau 12 mesh.
b. Metode Granulasi Kering

Granulasi kering dilakukan terhadap campuran serbuk yang dikompresi tanpa


menggunakan panas dan pelarut. Ada dua cara yang dapat dilakukan yaitu:
1) Membuat bongkah (slugg): Dikerjakan dengan menggunakan mesin tablet

2) Membuat lempengan: Campuran serbuk digiling menjadi lempengan dengan mesin


khusus (chilsonator, roller compactor)

14
Mekanisme Granulasi Kering adalah menciptakan ikatan antara partikel-partikel kering
dengan mengandalkan gaya mekanik yang timbul karena:
1) Menciutnya komponen dalam campuran karena tekanan tinggi

2) Timbulnya gaya tarik-menarik antara partikel padat (elektrostatik dan van der walls)

3) Efek pengikat dari pengikat kering (karena jeratan, misal: selulosa)

4)

Keuntungan metoda granulasi kering yaitu :

1) Menggunakan alat lebih sedikit, karena itu investasi lebih kecil.

2) Tidak menggunakan larutan pengikat sehingga tidak perlu mesin pengering dan waktu
pengeringan yang panjang.

3) Baik untuk zat aktif yang peka terhadapa panas dan lembab

Kekurangan metoda granulasi kering yaitu :


1) Memerlukan alat khusus untuk membuat lempengan.

2) Sulit untuk memperoleh campuran dengan warna yang homogen.

Menghasilkan banyak debu

c. Metode Cetak Langsung

Metode cetak langsung adalah proses pencetakan tablet dengan cara mengkompresi
langsung campuran zat aktif dengan eksipien (termasuk pengisi, pengikat, penghancur dan
lubrikan) menjadi massa yang kompak.
Keuntungan metode cetak langsung :

1) Lebih ekonomis, karena waktu proses lebih cepat sehingga penggunaan energi lebih
sedikit, peralatan dan tenaga lebih sedikit
2) Stabilitas zat aktif lebih baik, karena tidak menggunakan panas, lembab dan tekanan
kompresi yang tinggi.
3) Waktu disintegrasi lebih cepat, karena disintegran tidak digranulasi sehingga bekerja
lebih efektif.

4) Disolusi zat aktif lebih cepat, karena setelah tablet hancur langsung membebaskan
partikel primer dan melarut

15
Kekurangan metode cetak langsung :

1) Keterbatasan teknologi, karena tidak semua zat aktif dapat dikompresi secara langsung, hal
ini disebabkan kompresibilitas dan sifat alir yang kurang.
2) Mikronisasi yang ditujukan untuk meningkatkan disolusi dan ketersediaan hayati dapat
menurunkan sifat alir, karena serbuk halus cenderung menggumpal (gaya elektrostatik).
3) Pemilihan eksipein menjadi hal yang kritis karena kebanyakan zat aktif tidak
mempunyai kompresibilitas yang baik.
4) Adanya perbedaan ukuran partikel yang nyata antara zat aktif dan eksipein dapat
menyebabkan masalah ketidak tercampurnya antar komponen (unblending).
5) Homogenitas warna menjadi suatu masalah.

6) Masalah lubrikasi: Lubrikan golongan alkali stearat dapat mengurangi kekerasan tablet,
sehingga lama pencampuran harus diperhatikan (2 – 5’).

Mekanisme disintegran (penghancur tablet) yaitu :

1) Mengembang: Umumnya zat disintegran berupa bahan jika kontak dengan air akan
mengembang, terhidrasi → perubahan volume → pecah
2) Pembentukan kapiler: Bahan yang porous jika kontak dengan air, terbentuk kapiler →
memperbesar penetrasi cairan kedalam tablet → hancur.
3) Reaksi kimia: Hasil reaksi kimia komponen dalam tablet menghasilkan gas → tablet
pecah. (Gloria M, 2016)

2.2.6 Evaluasi Umum Pembuatan Tablet

1. Evaluasi Massa Serbuk

a. Uji Sifat Alir dan sudut diam

Sejumlah gram serbuk dimasukkan kedalam corong uji waktu alir. Penutup
corong di buka sehingga serbuk keluar dan ditampung pada bagian datar. Waktu
alir serbuk dicatat dan sudut diamnya dihitung dengan persamaan :

16
b. Uji Kompresibilitas

Sejumlah serbuk dimasukkan ke dalam gelas ukur 100ml dan dicatat


volumenya sebagai Vo, kemudian dilakukan pengetukan sebanyak 500kali, lalu
dicatat kembali volumenya sebagai V, dan indeks kompresibiltas di hitung
sebagai berikut:

2. Evaluasi Tablet

a. Uji Keseragaman Bobot

Sebanyak 20 tablet ditimbang satu per satu, kemudian dihitung bobot rata-ratanya.

b. Uji Keseragaman Ukuran

Sebanyak 10 tablet di ukur diameter dan tebalnya satu persatu dengan


menggunakan penggaris adalah kemudian dihitung rata-ratanya.
c. Uji Kekerasan Tablet

Sebanyak 10 tablet secara bergantian di-letakkan di antara ruang penjepit


kemudian di jepit dengan memutar alat penekan, sehingga tablet kokoh
ditempatnya dan petunjuk berada pada skala 0, melalui putaran pada sebuah
sekrup, tablet akan pecah dan dibaca penunjuk skala pada alat tersebut.
d. Uji kerapuhan tablet

Sejumlah tablet yang telah di bebaskan dari debu ditimbang dan dimasukkan
kedalam friabilator. Mesin dijalankan dengan kecepatan 25rpm selama 4 menit.
Tablet dikeluarkan dan dibebaskan debukan kembali, lalu ditimbang. Persantase
kehilangan bobot menunjukkan kerapuhanya.

e. Uji Disolusi

Tablet dimasukkan kedalam labu yang berisi larutan lambung buatan sebagai
medium. Pengaduk dayung diputar dengan kecepatan 50 putaran per menit. Suhu
medium dijaga konstan 37ºC dan volume medium disolusi adalah 900mL. sampel
obat yang terlepas kedalam medium diambil pada menit ke 15, 30, 45, 60, 75, 90,
105, 120, 180, 240, 300, dan 360. Setiap pengambilan sampel (5ml) diganti
dengan medium yang baru dengan volume yang sama dengan yang diambil
17
sehingga volume medium selalu tetap. Tiap sampel yang diambil dari medium
disolusi diukur serapannya dengan spektrofotometer UV-VIS pada panjang
gelombang serapan maksimum.

2.2.7 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TABLET


A. KELEBIHAN TABLET
 Lebih mudah disimpan
 Memiliki usia pakai yang lebih panjang dibanding obat bentuk lainnya
 Bentuk obatnya lebih praktis
 Konsentrasi yang bervariasi.
 Dapat dibuat tablet kunyah dengan bahan mentol dan gliserin yang dapat larut dan
rasa yang enak, dimana dapat diminum, atau memisah dimulut.
 Untuk anak-anak dan orang-orang secara kejiwaan, tidak mungkin menelan tablet,
maka tablet tersebut dapat ditambahkan penghancur, dan pembasah dengan air
lebih dahulu untuk pengolahannya.
 Tablet oral mungkin mudah digunakan untuk pengobatan tersendiri dengan
bantuan segelas air.
 Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil
 kemungkinan tertinggal ditenggorokan, terutama bila
 tersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi.
 Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah.
 Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan yang
terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas
kandungan yang paling lemah.
 Secara umum, bentuk pengobatan dangan menggunakan tablet lebih disukai
karena bersih, praktis dan efisien.
 Sifat alamiah dari tablet yaitu tidak dapat dipisahkan, kualitas bagus dan dapat
dibawa kemana-mana, bentuknya kompak, fleksibel dan mudah pemberiannya
 Tablet tidak mengandung alcohol
 Tablet dapat dibuat dalam berbagai dosis.

18
B. KEKURANGAN TABLET
 Warnanya cenderung memberikan bahaya.
 Tablet dan semua obat harus disimpan diluar jangkauan anak-anak untuk
menjaga kesalahan karena menurut mereka tablet tersebut adalah permen.
 Orang yang sukar menelan atau meminum obat.
 Keinginan konsumen beda dengan yang kita buat/produk.
 Beberapa obat tidak dapat dikepek menjadi padat dan kompa

19
2.2.8 Ruang Pembuatan Tablet

Pembuatan tablet di Industri Farmasi dilakukan di Kelas E dengan klasifikasi ruangan


sebagai berikut:

REKOMENDASI SISTEM TATA UDARA UNTUK TIAP KELAS KEBERSIHAN


(POP CPOB 2009)
VENTIL
ASI

Bagian
Kelas Efisiensi
Bangunan
Kebersi saringan Pertuka
sesuai
han SUH R udara ran Keterangan
kelompok
U H akhir udara
kegiatan
(º (% (Kode EN Per jam
&tingkat
C) ) 779
kebersih
an &EN 1822)

F8 (75%)
atau90% - Ruang
ASHRAE52/ pengolahan
76 dan
E RUANG 20 – <70 (sistem 5-20 x pengemasan
KHUSUS 27 singlepass primer non
atau 100% steril
fresh - Pembuata
air) H13 n salep
(99,5%) kecuali
(sistemre salep
sir- kulasi mata
+ 10-
20%fresh
air)

20
Tingkat kebersihan ruang/area untuk pembuatan obat hendaklah diklasifikasikan sesuai
dengan jumlah maksimum partikulat udara yang diperbolehkan untuk tiap kelas kebersihan
sesuai tabel di bawah ini.

Gambar 3. Jumlah Maksimum Partikel Udara

21
Gambar 4. Alur Proses Produksi

2.2.9 Alur Proses Produksi Tablet

Dalam memproduksi suatu sediaan diperlukan sarana dan prasana yang menunjang
proses produksi.
1. Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk proses produksi tablet adalah Bangunan
dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain, konstruksi dan letak
yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk
memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus
dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil resiko terjadinya kekeliruan, pencemaran-
silang dan kesalahan lain, dan memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang
efektif untuk menghindari pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan
dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat.

Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata hendaklah dilakukan diarea
penimbangan terpisah yang didesain khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat
22
menjadi bagian dari area penyimpanan atau area produksi.

2. Untuk memperkecil resiko bahaya medis yang serius akibat terjadinya pencemaran
silang, suatu sarana khusus dan self-container hendaklah disediakan untuk produksi
obat tertentu seperti produk yang dapat menimbulkan sensitif tinggi, produk lainya
seperti antibiotik tertentu (misal penisilin). Produk hormone seks, produk sitotoksik,
produk tertentu dengan bahan aktif berpotensi tinggi, produk biologi (misal yang
berasal dari mikroorganisme hidup) dan produk non-obat hendaklah diprodukdsi di
bangunan terpisah.
3. Area penyimpanan hendaklah memiliki kapasitas yang memadai untuk menyimpan
dengan rapi dan teratur berbagai macam bahan dan produk seperti bahan awal dan
bahan pengemasan, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, produk dalam status
karantina, produk yang telah diluluskan, produk yang di tolak, produk yang
dikembalikan atau produk yang ditarik dari peredaran. Area penyimpanan hendaklah di
desain atau disesuaikan untuk menjamin kondisi penyimpanan yang baik; terutama area
tersebut hendaklah bersih, kering dan dapat penerangan yang cukup serta dipelihara
dalam batas suhu yang ditetapkan. Apabla kondisi penyimpanan khusus (misal suhu,
kelembaban) dibutuhkan, kondisi tersebut hendaklah disiapkan, dipantau dan dicatat
dimana diperlukan.

2.2.10 Mekanisme Pelepasan Lepas Lambat


Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk membuat sediaan lepas lambat yaitu
metode berdasarkan modifikasi karakteristik laju pelepasa obat dari sediaan (Lachman.
et al 1994).
Modifikasi Karakteristik laju pelepasan obat dari sediaan dapat dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain:
A. Sistem Difusi
Dalam system ini, pelepasam obat ditentukan oleh difusinya melalui suatu polimer yang
tidak larut air. Ada dua macam difusi yaitu Reservoir Devices dan Matriks Devices
Reservoir Devices Dalam Reservoir Device, inti obat dikelilingi oleh suatu membrane
polimer Matriks Devices Dalam Matriks Device, obat terlarut atau terdispersi homogeny
dalam suatu polimer yang inert.

23
B. Sistem Disolusi

Metode pembuatan yang paling umum adalah dengan system enkapsulasi dimana pelepasan obat
ditentukan oleh ketebalan dan laju disolusi dari membrane polimer.
C. Tekanan Osmosis
Tekanan osmosis merupakan tenaga penggerak yang memungkinkan terjadinya pelepasan obat yang
konstan, berlangsung pada order nol sampai kadar bahan aktif osmotic berada di bawah kelarutan
jenuhnya.
D. Sistem Erosi
Teknik erosi pada sediaan tablet lepas lambat bukan merupakan proses disintegrasi terapi merupakan
proses hilangnya struktur integritas dari lapisan yang paling luar pada gastrointestinal tract.
Pelepasan obat di pengaruhi oleh PH dan tergantung pada atraksi partikel pada permukaan tablet dan
disolusinya. Jika erosi berjalan secara konstan maka jumlah obatnyang dilepaskan akan menurut
sejalan dengan menurunnya luas permukaan tablet. Hal ini dipengaruhi oleh diameter tablet dan
ketebalannya pada saat kompresi.

2.2.11 Alat yang digunakan dalam Proses Pembuatan Tablet


1. Alat pada proses Pengayakan

Proses pertama dalam pembuatan tablet adalah pengayakan. Pada proses ini bahan-
bahan diayak terlebih dahulu untuk menghindari kontaminasi benda asing dan didapatkan
bahan dengan ukuran kehalusan yang sama. Proses pengayakkan dapat dilakukan dengan
menggunakan mesin, seperti Fitzmill dan Sifter.

Fitzmill adalah suatu mesin yang digunakan untuk menghaluskan bahan baku utama
menjadi serbuk-serbuk halus untuk memudahkan dilakukannya pencampuran. Fitzmill
digunakan untuk menggiling campuran untuk pembuatan granulasi sehingga menjadi lebih
halus dan ukurannya seragam. Di dalam alat ini terdapat pisau-pisau yang dapat
menghaluskan dan ayakan untuk menyeragamkan ukuran.

Gambar 5. Alat Fitzmill

24
Sifter adalah mesin pengayak yang berukuran besar yangmampu beroperasi dengan
kapasitas besar. Mesin ini merupakan salah satu mesin yang berfungsi mengayak atau
memisahkan produk berdasarkan granulasi. Setiap mesin sifter terdiri dari delapan pintuyang
masing-masing pintu terdapat 24-27 ayakan dengan ukuranmesh yang berbeda-beda. Prinsip
kerja alat ini adalah dengan memberi gerakan padasifter dan produk dialirkan melalui
ayakan- ayakan yeng terdapatdalam sifter dan masing-masing output akan keluar melalui
masing- masing lubang.

2. Alat pada proses Mixing

Mixing merupakan proses pencampuran berbagai bahan baku. Untuk proses mixing itu
sendiri dapat dilakukan dengan dan menggunakan mesin seperti Drum Rotator, Reynold
Mixer dan dan Ribbon Blender.
Drum Rotator adalah alat yang berguna untuk menghomogenkan suatu campuran serbuk
sehingga menghasilkan campuranyang homogen. Alat ini berupa drum yang diisikan suatu
campuran lalu diletakkan pada rotator. Drum Rotator digunakan untuk membalikkan dan
memutar. Drum Rotator digunakan untuk membalikkan dan memutardrum serta isi drum.
Jenis alat drum ini memiliki gigi cincin danrotator yang baik dapat menggunakan tenaga
listrik maupun hidrolik.

Gambar 6. Alat Drum Rotator

Reynold Mixer merupakan alat yang berguna untuk mencampukan campuran dan
larutan pengikat sehingga meng-hasilkan granul basah.Alat ini terdiri dari reynold bowl,
pengaduk/impeller dan mesin Reynold Mixer. Reynold Bowl merupakan wadah untuk
pencampuran berbentuk silinder dengan bagian bawah melengkung atau datar.
Pengaduk/impeller digunakan untuk mengaduk campuran, jenis dari pengaduk beragam
disesuaikan pada sifat dari zat yang akan dicampurkan. Sedangkan mesin reynold mixer
merupakan mesin yang digunakan untuk menjalankan Reynold Mixer.

25
Gambar 7. Alat Reynold Mixer

Ribbon Blender merupakan salah satu alat pencampur yang dapat menghasilkan suatu
dispersi yang sejenis atau homogen. Pada alat ini terdapat sumber tenaga yang berfungsi
sebagai penggerak dalam proses pengadukannya.Pada alat ini bejana atau wadah tidak
bergerak atau berputar. Pada pencampuran menggunakan Ribbon Blender hanya pengaduk
yang bergerak melingkari wadah atau bejana alat tersebut. Tujuan pengadukan ini agar suatu
komponen dapat terdispersi menjadi homogen dan tidak menimbulkan pengendapan. Selain
itutujuan dari alat ini adalah untuk mendapatkan hasil yang elastis dan pengembangan gluten
yang diinginkan. Keuntungan dari alat ini ialah mudah dipelihara dan bahan kecil dapat
didispersikan tanpa membutuhkan pencampuran terlebih dahulu.

Gambar 8. Alat Ribbon Blender

3. Alat pada proses Granulation

Granulation atau granulasi adalah proses pembuatan ikatan partikel – partikel kecil
membentuk padatan yang lebih besar atau agregat permanen melalui penggumpalan massa,
sehingga dapat dibuat granul yang lebih homogen dari segi kadar, massa jenis,ukuran serta
bentuk partikel. Salah satu alat yang digunakan dalam proses granulation ini adalah Rotary
Wet Granulation (RWG).
Rotary wet granulation atau RWG adalah mesin untuk pembuatan granul dari bahan
obat khususnya pada pembuatan tablet yang sebelumnya semua bahan-bahan obat telah
dicampur terlebih dahulu di mesin mixer. Komponen yang kontak langsung dari produk dari

26
mesin Rotary Wet Granulation terbuat dari stainless steel yang telah memenuhi standar kadar
stainless steel untuk pembuatan bahan obat.
Pengoperasian Rotary Wet Granulation hanya memiliki dua tombol yang berfungsi yaitu
tombol hijau atau tombol ON untuk menjalankan mesin dan tombol merah atau OFF untuk
mematikan mesin.

Gambar 9. Alat Rotary Wet Granulation

4. Alat pada proses Drying

Proses drying ini merupakan proses menghilangkan sejumlah airyang terkandung dalam
massa tablet. Pada proses ini alat yang sering digunakan antara lain, Drying Oven dan Fluid
Bed Dryer.
Drying Oven merupakan alat yang digunakan untuk mengeringkan produk pada suhu
rendah secara konstant. Alat ini berguna untuk mengeringkan granul basah dengan
temperature terkontrol. Prinsip kerja mesin ini adalah memanaskan produk pada suhu yang
bias diatur, disertai dengan penyedotan (pemvakuman) uap air dari produk yang dipanaskan
tersebut.

Gambar 10. Alat Drying Oven

Fluid Bed Drying atau pengeringhamparan fluidisasi adalah alat pengering dengan
menggunakan prinsip fluidisasi.
Prinsip kerja mesin pengering iniadalah penghembusan udara panasoleh kipas peniup
(blower) melalui suatu saluran ke atas bak pengering yang menembus hamparan bahan
sehingga bahan tersebut dapat bergerak dan memiliki sifat seperti fluida. Metode
pengeringan fluidisasi digunakan untuk mempercepat proses pengeringan dan

27
mempertahankan mutu bahan kering.

Gambar 11. Alat Fluid Bed Drying

5. Alat pada proses Compressing/Pencetakan

Pada saat compressing dilakukan tahap pencetakan bentuk tablet. Pada proses ini perlu
dilakukan pengecekan, hal ini bertujuan agar menghasilkan tablet dengan berat, kekerasan
dan ketebalan yang sesuai dengan spesifikasi.Untuk proses compressing ini, mesin–mesin
yang dapat digunakan yaitu: Killian RUZS dan Manesty.
Compressing Tablet KillianRuzs berguna untuk mencetak tablet. Mesin pencetak tablet
ini merupakan mesin pencetak tablet double punch, yaitu terdiri dari dua punch. Cara kerja
alat ini adalah dengan memasukkan granul ke tempat pencetakkannya dan dikempa oleh
gerakan punch atas dan bawah. Mesin ini biasanya digunakan untuk produksi tablet skala
besar di perusahaan-perusahaan farmasi

Gambar 12. Alat Compressing Tablet KillianRuzs

Mesin Tablet TDP-1.5 adalah jenis mesin cetak tablet elektriktipe kecil. Mesin cetak
tablet single punch ini memiliki kapasitas kecil, cocok untuk industri kecil, industri rumah

28
tangga, laboratorium pendidikan dan laboratorium pengujian. Dapat digunakan untuk
produksi obat, obat herbal, ablet pertanian (seperti pupuk) atau produk lain yang berbentuk
tablet. Penggunaan mudah dengan kapasitas produksi tiap jam cukup tinggi.

Gambar 13. Mesin Tablet TDP-1.5

6. Alat pada proses Coating

Proses coating diawali dengan color coating dengan larutan penyalutyaitu coating
solution enteric apricot orange dan dilanjutkan dengancoating menggunakan coating
solution enteric clear sebagai larutangloss. Mesin mesin yang mungkin dapat digunakan
untuk proses penyalutan yaitu Accela Cota 48” dan CoatingPan.
Accela Cota 48’’berguna sebagai alat penyalutan tablet. Alat ini dilengkapi dengan
penyemprot atau sprayer yang dapat menyemprot larutan penyalut kedalam coating pan.
Pada alat juga terdapat saluran udara masuk dan saluran udara keluar agar tablet yang telah
disemprot dengan larutan coating dialiri udara yang telah diatur suhu, tekanan dan alirannya
sehingga tablet yang telah disalut menjadi kering.

29
Gambar 16. Alat Markem Printer

2.3. PREFORMULASI
2.3.1 Amoxicillin
Struktur Molekul

Rumus Kimia :  C16H19N3O5S


BM : 365,4g/mol
Titik Lebur : 194c
Titik Didih : 743,2c
Pemerian : serbuk hablur; putih; praktis tidak berbau.
Kelarutan : sukar larut dalam air dan dalam methanol; tidak larut dalam
benzen; dalam karbon tetraklorida dan dalam klorofom.
Ph : antara 3,5 dan 6,0; lakukan penetapan menggunakan larutan
2mg/ml
Wadah dan Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, pada suhu ruang terkendali

30
2.3.2 PVP
Struktur Kimia

Rumus Molekul : (C6H9NO)n


Pemerian : pemerian berbentuk serbuk halus berwarna putih sampai putih kekuningan,
karakteristik : tidak berbau atau hamper berbau, higroskopis.
Kelarutan : larut dalam asam, kloroform, etanol (95%), keton, methanol, dan air. Polivinil
pirolidon atau pvp tidak larut dalam eter, hidrokarbon dan minyak mineral.
Stabilitas : pvp menjadi lebih gelap dengan pemanasan pada suhu 150 C, tetapi stabil
pada pemaparan panas yang singkat pada suhu 110 – 130 c
Wadah dan Penyimpanan : wadah kedap udara, ditempat yang kering dan sejuk.
Kegunaan : Zat Pengikat

2.3.3 Na. Alginat


Struktur Kimia

Rumus Molekul : (C6H7O6Na)n

Pemerian : Natrium alginate tidak berbau dan tidak berasa, putih pucat serbuk berwarna
coklat Kekuningan
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol (95%) ,eter,Klorofom,dan campuran etanol/air,
di mana Kadar etanol lebih besar dari 30%. Praktis tidak larut dalam pelarut
organic lainya dan larutan asam. Perlahan lahan dilarutkan dalam air dan
membentuk laritan koloid kental

31
Stabilitas : Disimpan pada kelembaban relative rendah dan suhu dingin.
Larutan natrium alginate yang stabil pada pH 4-10, di bawah pH 3, alginate akan mengendap
1% b/v .
Penyimpanan : Larutan natrium alginate tidak boleh di simpan pada wadah logam
Kegunaan : Zat Pengikat

2.3.4 Pati Jagung


Struktur Kimia

Rumus Molekul : C6H10O5


Pemerian : serbuk sangat halus, putih.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Zat Penghancur

2.3.5 Gelatinum
Struktur Kimia

Rumus molekul : (C102H151N31)

32
Pemerian : Lembaran, kepingan atau potongan atau serbuk kasar sampai halus, kuning
lemah atau coklat terang, warna bervariasi tergantung ukuran partikel.
Larutanya berbau lemah seperti kaldu, jika kedap stabil di udara , tetapi
mudah terurai oleh mikroba jika lembab atau dalam bentuk larutan
Kelarutan : Tidak larut dalam air dingin, mengembang dan lunak jika dicelup dalam air,
menyerap air secara bertahap sebanyak 5-10 kali beratnya , dan dalam
campuran panas gliserin dan air, tidak larut dalam etanol, dalama
klorofom, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik di tempat kering
Kegunaan : Zat Penghancur

2.3. 6 Talcum
Struktur Kimia

Rumus Molekul : Mg3Si4O10(OH)2


Pemerian : serbuk hablur, sangat halus, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran,
warna putih atau Kelabu
Kelarutan : tidak larut dalam hampir semua larutan
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : zat tambahan

33
2.3.7 Aerosil
Struktur Kimia

Rumus Moleku : SiO2


Pemeriana : Serbuk ringan, putih, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air
pH : 3.8-4.2
Stabilitas : Bersifat Higroskopis tetapi mengadsorbsi besar air tanpa mencairkan
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

2.3.8 Magnesium . Stearam


Rumus Kimia : Mg(C18H35O2)2
Berat Molekul : 591,27 g/mol
Pemerian : serbuk sangat halus, putih terang, menegendap., jika disentuh terasa halus
tanpa ada butiran kasar, bau mirip asam strearat rasa yang khas. Serbuk
minyak mudah melekat pada kulit
Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol, etanol 95%, eter dan air, sedikit larut
Benzene panas dan etanol panas
Stabilitas : mg strearat stabil jika penyimpanannya benar.

Penyimpanan : simpan pada wadah tertutup rapat dan baik, dingin, dan tempat yang
kering.
Kegunaan : pelincir.

2.3.9 Asam Astearat


Rumus Molekul : CH3(CH2)16COOH.
Pemerian : zat padat, keras, mengkilat, menunjukkan susunan hablur

34
putih atau kuning pucat mirip lemak lilin.

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, larut dalam 30 bagian etanol (95%)P, dalam 2
bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter
Kadar : 1- 20 %
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.

2.3.10 Natrium Benzoat

Rumus Kimia : C7H5NaO2

Pemerian : granul atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau,
stabil di udara
Kelarutan : mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, dan lebih mudah larut
dalam etanol 90%
Ph :8
Stabilitas : larutan berairnya mungkin harus disterilisasi dengan autoclave
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Zat Pengawet

2.3.11 Nipagin
Struktur Kimia

Rumus Molekul : 152,15

35
Pemerian : Serbuk hablur berwarna putih hamper tidak berbau dan tidak mempunyai
Rasa
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih. Dalam bagian
etanol 95% dan dalam 3 bagian aseton. Mudah larut dalam eter dan
dalam larutan alkali hidroksida
Stabilitas : Stabil dalam wadah tertutup baik, kering dan sejuk

2.3.12 Avicel ph 102


Struktur Kimia

Rumus Molekul : (C6H10O5)n

Pemerian : serbuk kristalin dengan partikel berpori; berwarna putih,


tidak berbau; dan tidak berasa
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, larutan asam dan Sebagian
besar pelarut organik
Stabilitas : material higroskopis yg stabil.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat pada tempat yg sejuk dan kering.

2.3.13 Sukrosa
Rumus Molekul : C12H22O11
Massa molar :342,3 g/mol
Pemerian : hablur tidak berwarna
Kelarutan : larut dalam 0,5 bagian air dan dalam 370 bagian etanol (95%).

36
Penyimpanan : dalam wadah tertutup bai

2.3 Cara pembuatan obat yang baik (CPOB)

bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek
produksi dan pengendalian mutu. Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh
adalah sangat esensial untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat yang
bermutu tinggi.
Pembuatan secara sembarangan tidak dibenarkan bagi produk yang digunakan untuk
menyelamatkan jiwa, atau memulihkan, atau memelihara kesehatan. Tidaklah cukup jika
produk jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian, tetapi yang lebih penting
adalah bahwa mutu harus dibentuk ke dalam produk tersebut. Mutu obat tergantung pada
bahan awal, bahan pengemas, proses produksi dan pengendalian mutu, bangunan, peralatan
yang dipakai, dan personel yang terlibat. Pemastian mutu suatu obat tidak hanya
mengandalkan pada pelaksanaan pengujian tertentu saja, namun obat hendaklah dibuat
dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau secara cermat.
Aspek CPOB berdasarkan pedoman CPOB 2012 meliputi manajemen mutu;
personalia; bangunan dan fasilitas; peralatan; sanitasi dan higiene; produksi; pengawasan
mutu; inspeksi diri dan audit mutu; penanganan keluhan terhadap produk, penarikan
kembali produk dan produk kembalian; dokumentasi; pembuatan dan analisis berdasarkan
kontrak; kualifikasi dan validasi.

37
2.4.1. Manajemen Mutu

Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan
penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin
edar(registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena
tidakaman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen bertanggung jawab untuk
pencapaian tujuan ini melalui suatu“Kebijakan Mutu”, yang memerlukan partisipasi
dan komitmen jajaran di semuadepartemen di dalam perusahaan, parapemasok dan para
distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan
system Pemastian Mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar
serta menginkorporasi Cara Pembuatan Obat yang Baik termasuk Pengawasan Mutu dan
Manajemen Risiko Mutu.

38
2.4.2. Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem
pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu, industri
farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personel yang terkualifikasi dalam jumlah
yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personel hendaknya memahami dan
melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Seluruh personel hendaklah
memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan,
termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaan.
Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas spesifik dan kewenangan
daru personel pada posisi penanggung jawab hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas
tertulis. Tugas mereka boleh didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk serta mempunyai
tingkat kualifikasi yang memadai.

Struktur organisasi hendaklah sedemikian rupa sehingga bagian produksi,


pemastian mutu, dan pengawasan mutu dipimpin oleh orang yang berlainan, yang tidak
saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Masing-masing hendaklah diberi
wewenang penuh dan sarana pendukung yang diperlukan untuk dapat melaksanakan
tugasnya secara efektif. Hendaklah personel tersebut tidak mempunyai kepentingan lain
di luar organisasi yang dapat menghambat atau membatasi kewajibannya dalam
melaksanakan tanggung jawab atau yang dapat menimbulkan konflik kepentingan pribadi
atau finansial.
Kepala bagian produksi dan kepala bagian pengawasan mutu haruslah seorang
apoteker yang cakap, terlatih, dan memiliki pengalaman praktis yang memadai di bidang
industri farmasi dan keterampilan dalam kepemimpinan sehingga memungkinkan
melaksanakan tugas secara profesional. Kepala bagian produksi hendaklah memiliki
wewenang serta tanggung jawab penuh untuk mengelola produksi obat. Kepala bagian
pengawasan mutu adalah satu-satunya yang memiliki wewenang untuk meluluskan bahan
awal, produk antara, produk ruahan, dan obat jadi bila prroduk tersebut sesuai dengan
spesifikasinya, atau menolaknya bila tidak cocok dengan spesifikasinya, atau bila tidak
dibuat sesuai dengan prosedur yang disetujui dan kondisi yang ditentukan.

39
kewajibannya dalam melaksanakan tanggung jawab atau yang dapat menimbulkan
konflik kepentingan pribadi atau finansial.
Kepala bagian produksi dan kepala bagian pengawasan mutu haruslah seorang
apoteker yang cakap, terlatih, dan memiliki pengalaman praktis yang memadai di bidang
industri farmasi dan keterampilan dalam kepemimpinan sehingga memungkinkan
melaksanakan tugas secara profesional. Kepala bagian produksi hendaklah memiliki
wewenang serta tanggung jawab penuh untuk mengelola produksi obat. Kepala bagian
pengawasan mutu adalah satu-satunya yang memiliki wewenang untuk meluluskan bahan
awal, produk antara, produk ruahan, dan obat jadi bila prroduk tersebut sesuai dengan
spesifikasinya, atau menolaknya bila tidak cocok dengan spesifikasinya, atau bila tidak
dibuat sesuai dengan prosedur yang disetujui dan kondisi yang ditentukan.
2.4.3. Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain, konstruksi dan
letakyang memadai, serta disesuaikan kondisinyadan dirawat dengan baik untuk
memudahkanpelaksanaan operasi yang benar. Tata letakdan desain ruangan harus dibuat
sedemikianrupa untuk memperkecil risiko terjadi kekeliruan, pencemaran silang dan
kesalahanlain, serta memudahkan pembersihan,sanitasi dan perawatan yang efektif
untukmenghindarkan pencemaran silang,penumpukan debu atau kotoran, dan dampaklain
yang dapat menurunkan mutu obat.
Tingkat kebersihan ruang/area untuk pembuatan obat hendaklah diklasifikasikan
sesuai dengan jumlah maksimum partikulat udara yang diperbolehkan untuk tiap kelas
kebersihan seperti di bawah ini:

40
1. Kelas A
Untuk kegiatan yang beresiko tinggi, misalnya pengisian wadah tutup karet, ampul, dan
vial terbuka, penyambungan secara aseptik. Umumnya kondisi ini dicapai dengan
memasang unit aliran udara laminar (laminar air flow) dengan kecepatan 0,36-0,54
m/detik. Contoh kegiatan: pembuatan dan pengisian aseptik, pengisian salep mata steril,
pengisian bubuk steril dan pengisian suspensi steril.
2. Kelas B
Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptik, kelas ini adalah lingkungan latar
belakang untuk zona kelas A.
3. Kelas C
Untuk pembuatan larutan bila ada risiko di luar kebiasaan, pengisian produk yang akan
mengalami sterilisasi akhir.
4. Kelas D
Untuk melakukan tahap pembuatan produk steril dengan tingkat risiko lebih rendah.
Contoh kegiatan: penanganan komponen setelah pencucian, pembuatan obat steril
dengan sterilisasi akhir.
5. Kelas E
Ruang untuk pengolahan dan pengemasan primer obat non steril. Contoh kegiatan:
pembuatan salep, kecuali salep mata.

2.4.4. Peralatan

Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang
tepat,ukuran yang memadai serta ditempatkan dandikualifikasi dengan tepat agar mutu
obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets-ke-bets dan untuk
memudahkanpembersihan serta perawatan agar dapatmencegah kontaminasi silang,
penumpukan debu atau kotoran dan hal-hal yangumumnya berdampak buruk pada mutu
produk.

41
2.4.5. Sanitasi dan Higiene
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggihendaklah diterapkan pada setiap
aspekpembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi danhigiene meliputi personil, bangunan,
peralatandan perlengkapan, bahan produksi sertawadahnya, bahan pembersih dan
desinfeksi,dan segala sesuatu yang dapat merupakansumber pencemaran produk.
Sumberpencemaran potensial hendaklah dihilangkanmelalui suatu program sanitasi dan
higieneyang menyeluruh dan terpadu.
Untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan untuk keamanan
personel, hendaklah personel mengenakan pakaian pelindung yang bersih dan sesuai
dengan tugasnya termasuk penutup rambut. Hendaklah dihindarkan bersentuhan
langsung antara tangan operator dengan bahan awal, produk antara dan produk ruahan
yang terbuka dan juga dengan bagian peralatan yang bersentuhan dengan produk.
2.4.6. Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan; danmemenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan
produk yangmemenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan
izin edar

Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personel yang kompeten.


Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina, pengambilan
sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan, pengemasan dan
distribusi hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur atau instruksi tertulis dan bila
perlu dicatat.
Aspek produksi mencakup spesifikasi bahan awal; validasi proses (pembersihan,
sterilisasi, dan lainnya); prosedur tetap; sistem penomoran bets/lot produk ruahan atau
produk jadi; penimbangan dan penyerahan bahan baku obat; pengembalian bahan baku
obat; pengolahan bahan baku menjadi produk obat jadi; monitoring; dan dokumentasi
Semua prosedur produksi hendaklah divalidasi dengan tepat, sesuai dengan
prosedur yang telah ditentukan dan catatan hasilnya hendaklah didokumentasikan.
Perubahan yang penting dalam proses, baik itu penggantian alat maupun penggantian
asal bahan baku, hendaklah dilakukan validasi ulang. Hal ini untuk menjamin bahwa
perubahan tersebut akan tetap menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang
telah ditentukan.

42
2.4.7. Pengawasan Mutu
Pengawasan Mutu merupakan bagian yangesensial dari Cara Pembuatan Obat
yang Baik untuk memberikan kepastian bahwa produksecara konsisten mempunyai
mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua
pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan keharusan untuk mencapai
sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi.

Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta


termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa
semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk
dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan
memenuhi persyaratan.
Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus
terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk.
Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu dari Produksi dianggap hal yang fundamental
agar Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan dengan memuaskan.

2.4.8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu


Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi
dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program inspeksi
diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan
untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah
dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan
yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara obyektif.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan di samping itu, pada situasi
khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan
yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya dilaksanakan. Prosedur
dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut
yang efektif.

43
2.4.9. Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan

Produk Kembalian
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan
terjadi kerusakan obat harus dikaji dengan telitisesuai dengan prosedur tertulis.
Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem,
bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat
dari peredaran secara cepat dan efektif.
Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu
atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran. Penarikan
kembali produk dilakukan jika ditemukan produk yang cacat mutu atau jika ada
laporan mengenai reaksi merugikan yang serius serta beresiko terhadap kesehatan.
Penarikan kembali produk dapat berakibat penundaan atau penghentian pembuatan
obat tersebut. Produk yang ditarik kembali hendaklah diberi identifikasi dan
disimpan terpisah di area yang aman sementara menunggu keputusan terhadap
produk tersebut.
Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, kemudian
dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa,
atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang menimbulkan keraguan
akan identitas, mutu, jumlah, dan keamanan obat yang bersangkutan. Penanganan
produk kembalian dan tindak lanjutnya hendaklah didokumentasikan dan
dilaporkan. Bila produk harus dimusnahkan, dokumentasi hendaklah mencakup
berita acara pemusnahan yang diberi tanggal dan ditandatangani oleh personel
yang melaksanakan dan saksi.

44
2.4.10. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi
yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang
jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas
yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan
kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan.
Dokumen Produksi Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan
dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan
dokumen adalah sangat penting.

2.4.11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak


Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui
dan dikendalikan untuk menghindarkan kesalah pahaman yang dapat menyebabkan
produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara
Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat secara jelas yang menentukan
tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara
jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab
penuh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).

2.4.12. Kualifikasi dan Validasi


Bagian ini menguraikan prinsip kualifikasi dan validasi yang dilakukan di industri
farmasi. CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang
perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang
dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat
memengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan kajian risiko
hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi.

45
BAB III PEMBAHASAN

3.1 Produksi Sediaan Tablet Amoksisilin Yang Baik


Produksi dalam industri farmasi harus mengikuti pedoman yang tertera dalam
CPOB sehingga menghasilkan produk obat yang senantiasa memenuhi persyaratan
mutu yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam proses produksi meliputi pengadaan bahan awal, pencemaran
silang, penimbangan dan penyerahan, pengembalian, pengolahan, kegiatan
pengemasan, pengawasan selama proses produksi, dan karantina bahan jadi.
Penerapan CPOB di industri farmasi dimaksudkan untuk menghindari terjadinya
kesalahan dalam proses produksi obat sehingga tidak membahayakan jiwa manusia.
Produksi adalah kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan, mengolah, membuat
mengemas, dan/atau mengubah bentuk sediaan farmasi dan alat kesehatan. Untuk
menjaga mutu obat yang dihasilkan, maka setiap tahap dalam proses produksi selalu
dilakukan pengawasan mutu In Process Control (IPC).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam produksi :
1. Pengadaan Bahan Awal
Pengadaan bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan
memenuhi spesifikasi yang relevan. Pengadaan bahan awal dilakukan oleh bagian
PPIC dikepalai oleh apoteker. Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan
tersisa hendaklah dicatat yang berisi keterangan mengenai pasokan, nomor bets/lot,
tanggal penerimaan, tanggal pelulusan, dan tanggal kadaluwarsa (BPOM, 2006).
2. Pencegahan Kontaminasi Silang
Tiap tahap proses, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap pencemaran
mikroba dan pencemaran lain. Resiko pencemaran silang ini dapat timbul akibat
tidak terkendalinya debu, uap, percikan atau organisme dari bahan atau produk yang
sedang diproses, dari sisa yang tertinggal pada alat dan pakaian kerja operator.
Pencemaran silang hendaklah dihindari dengan tindakan teknis atau pengaturan yang
tepat. Pada saat proses mixing atau pencampuran diruang mixing pengawasan
dilakukan oleh karyawan bagian QC dibawah tanggung jawab manajer QC (BPOM,
2006).
3. Penimbangan dan Penyerahan
Penimbangan dan penyerahan bahan awal, bahan pengemas, produk antara produk
ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus produksi dan memerlukan dokumentasi
46
lengkap. Hanya bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan. yang
telah diluluskan oleh pengawasan mutu (QC) dan masih belum kadaluwarsa yang boleh
diserahkan (BPOM, 2006).
4. Pengembalian

Semua bahan awal dan bahan pengemas yang dikembalikan ke gudang


penyimpanan hendaklah di dokumentasikan dengan benar oleh bagian QC (BPOM,
2006).
5. Pengolahan

Semua bahan yang dipakai di dalam pengolahan hendaklah di periksa sebelum


dipakai. Semua peralatan yang dipakai dalam pengolahan hendaklah diperiksa dan
dinyatakan berita acara tertulis sebelum digunakan. Semua kegiatan pengolahan
hendaklah dilaksanakan mengikuti prosedur yang tertulis, tiap penyimpangan
hendaklah dilaporkan , dan semua produk antara hendaklah diberi label yang benar dan
dikarantina sampai diluluskan oleh bagian pengawasan mutu (QC) (BPOM, 2006).
6. Pengemasan

Kegiatan pengemasan berfungsi mengemas produk ruahan menjadi produk jadi.


Pengemasan hendaklah dilaksanakan di bawah pengendalian yang ketat untuk menjaga
identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas serta dilaksanakan sesuai
dengan instruksi yang diberikan dan menggunakan bahan pengemas yang tercantum
dalam proses pengemasan induk oleh bagian QC.
7. Pengawasan Selama In Process Production
Pengawasan selama proses hendaklah mencakup
:
a. Semua parameter produk, volume atau jumlah isi produk diperiksa pada saat
awal dan selama proses pengolahan atau pengemasan.
b. Kemasan akhir diperiksa selama proses pengemasan dengan selang waktu
yang teratur untuk memastikan semua komponen sesuai dengan yang
ditetapkan dalam prosedur pengemasan induk oleh bagian pengawasan mutu
(QC).
8. Karantina Produk Jadi

Karantina produk jadi merupakan tahap akhir pengendalian sebelum penyerahan ke


gudang dan siap untuk didistribusikan. sebelum diluluskan untuk diserahkan ke gudang,
pengawasan yang ketat hendaklah dilaksanakan untuk memastikan produk dan catatan

47
pengolahan bets memenuhi semua spesifikasi yang ditentukan menunggu pelulusan dari
kepala bagian Manajemen Mutu QA (Pemastian Mutu).

48
3.2 Komponen Sediaan dan Rancangan Formulasi

Jumlah
Kompone Bahan Karakteristik
(%)
n
F1 F2 F3
Putih, serbuk kristal sedikit
Zat aktif Amoksisili 58 50 50 berbau,
n kelembapan tinggi dan suhu diatas
37oC dapat mempengaruhi
stabilitas.
Serbuk sangat halus, berwarna putih
Pengikat PVP - - 1,4 sampai krem, tidak atau hampir
tidak berbau, Higroskopik
Penghancur Serbuk amorf lunak berwarna
Pati Jagung - 6,5 2,1
/ putih dan tanpa rasa manis
Disintegra
n
Pelicin / Sangat halus, putih keabu-
Talkum 0,65 0,195 0,7
Glidan abuan putih, tidak berbau, serbuk
kristal.
Berwarna putih, memiliki bau
Pelincir
Mg. Stearat 1 0,65 0,35 samar asam stearat dan rasa yang
/
khas. Serbuk berminyak dan mudah
Lubrika
melekat pada
n
kulit.
Granul putih atau kristal, bersifat
Natriu higroskopik dalam bentuk
Pengawet
m - - 0,07 serbuknya, tidak berbau atau
Benzoa memiliki bau seperti benzoatnya,
t memilki rasa yang tidak
manis.
Avicel Sebagai depolimer selulosa
Pengisi
pH 11 4,32 Qs berwarna
102 putih, tidak berbau, tidak berasa
49
dan tidak berbau
Kristal tidak berwarna, berupa
Pemanis
Sakarosa - - 7 masa kristalin, atau serbuk kristal
putih, tidak
berbau, rasa manis
Parameter :
Tablet bulat Tablet bulat
Tablet bulat . Organoleptis= Warna, Rasa, Bau,
berwarna berwarna putih,
berwarna Penampilan (mengkilap atau
putih, rasa rasa sedikit
putih, rasa kusam), dan Tekstur permukaan
pahit, bau manis, bau
pahit, bau (halus atau kasar).
obat, obat,
obat, . Uji kerapuhan= < 1%
Karakteristik Sediaan penampilan penampilan
penampilan . Keseragaman Bobot= Bila bobot
mengkilap, mengkilap,
kusam, rata-rata lebih kurang 300 mg,
tekstur tekstur
tekstur jika ditimbang satu persatu tidak
permukaan permukaan
permukaan lebih dari 2 buah tablet yang
halus halus
kasar masing- masing bobotnya

Amoksisili Amoksisilin Amoksisilin menyimpang 5% dari bobot rata-

n (Zat (Zat aktif), (Zat aktif), ratanya, dan tidak ada satupun
Komponen
aktif), pati jagung PVP tablet yang bobotnya

Talkum (pengikat), Pati menyimpang lebih dari 10% dari


bobot rata-ratanya
. Uji keseragaman ukuran =
memenuhi persyaratan apabila
diameter tablet tidak lebih dari 3
kali
dan tidak kurang 11/2 tebal
tablet.

50
(pelicin), Mg (penghancur) jagung . Uji waktu hancur = Tidak lebih
stearat , Talkum (penghancur), dari 15 menit
(pelincir), (pelicin) , talkum . Uji kekerasan dikatakan baik
Avicel pH Mg Stearat (pelicin), apabila mempunyai kekerasan
102 (pengisi) (pelincir), mg.stearat antara 4-8 kg.
Avicel pH (pelincir),
102 (pengisi) Natrium
benzoat
(pengawet),
avicel pH 102
(pengisi),
sakarosa
(pemanis
)
Kempa Granulasi
Metode Granulasi
langsung Kering Kering

Uji evaluasi
Uji
granul (sudut
keseragaman
diam,
bobot, uji
Uji kecepatan alir
keseragaman
organoleptis, granul), uji
ukuran, uji
uji keseragaman
kerapuhan, uji
Keseragaman bobot, uji
waktu hancur,
Evaluas bobot, uji keseragaman
uji evaluasi
i kerapuhan, uji ukuran, bobot
granul (sudut
waktu hancur, rata-rata, uji
diam,
uji kekerasan kerapuhan, uji
kecepatan alir
waktu hancur,
granul)
uji
kekerasa
n

51
Hasil evaluasi dari formula 1 dengan menggunakan metode kempa langsung
menunjukkan hasil organoleptis tablet berwarna putih, rasa pahit, bentuk bulat penampilan
mengkilap, tekstur permukaan halus. Untuk uji waktu hancur 22 menit yakni tidak memenuhi
persyaratan FI selama tidak lebih 15 menit. Waktu hancur tablet yang semakin lama maka
efek terapi yang ditimbulkan tubuh akan semakin lama, uji kekerasan didapatkan hasil 14,6
kp. Pada uji keseragaman bobot didapatkan hasil 711,4 mg telah memenuhi keseragaman
bobot menurut FI, sedangkan uji kerapuhan tablet 0,048% memenuhi syarat < 1 %.
Formula 2 menunjukkan hasil pada uji keseragaman bobot memenuhi persyaratan pada
FI. Pada uji keseragaman ukuran dengan tebal 6,18 mm, diameter 20,54 mm, Uji kerapuhan

52
sebesar 33,10%. Uji evaluasi granul (sudut diam: 26,5⁰ hal ini menunjukkan bahwa
rancangan formula daya mengalir serbuk baik karena sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa bila sudut lebih kecil dari 30⁰ menunjukkan serbuk dapat mengalir bebas,
dan uji kecepatan alir granul didapat 0,16 g/detik, untuk syarat dari kecepatan yaitu sifat alir
suatu granul dikatakan baik jika waktu alir tidak lebih dari 10 detik, jadi kecepatan alir granul
formula baik) (Lachman et al, 1994).
Pada formula 3 bobot rata-rata tablet yang didapat sebesar 655,96 hal ini telah
memenuhi syarat yakni tidak ada satu tablet yang nilainya dibawah dari yang telah
dipersyaratkan oleh FI edisi V 2014 (bobot rata-rata tablet dikatakan baik dan dapat
digunakan jika memenuhi syarat nilai sebesar 660 ± 10,56 mg), hasil uji keseragaman bobot
telah memenuhi syarat sesuai FI V tahun 2014, uji kerapuhan tablet didapatkan hasil 0,14%
dapat disiimpulkan bahwa uji kerapuhan memenuhi syarat yang mengacu pada FI V tahun
2014 yaitu maksimal nilai dari kerapuhan sebesar 1%, uji waktu hancur didapatkan hasil 12
menit 35 detik, hal ini sesuai dengan persyaratan FI yakni tidak lebih dari 15 menit, uji
kekerasan yang didapat sebesar 9,45 kp sesuai dengan literatur.
3.3 Pengadaan Sediaan Tablet Amoksisilin

Mutu obat di industri farmasi tidak hanya diketahui dari hasil pengujian, namun
harus dibuat dan dibentuk ke dalam setiap produk yang dibuat. Dalam proses
pembuatan obat, terdapat berbagai bagian yang menyokong keberhasilan suatu proses
pembuatan obat, mulai dari kedatangan bahan baku hingga obat lulus untuk dipasarkan.
Berikut alur bahan baku untuk produksi sediaan obat :
1. Pengadaan bahan baku dilakukan oleh bagian PPIC yang di kepalai oleh
Apoteker karena apoteker dibekali pengetahuan tentang manajemen dan juga di
bekali pengetahuan mengenai stabilitas bahan baku yang dalam pemilihan bahan
baku harus dilakukan dengan baik sesuai dengan stabilitas dari bahan baku, dan
sesuai dengan jumlah bahan baku yang dibutuhkan.
2. Kemudian manager atau penanggung jawab produksi yaitu seorang apoteker
melakukan pemesanan kepada suplier sesuai dengan bahan bakunya. Apabila
bahan baku yang dipesan tersebut tidak tersedia pada suplier yang bersangkutan
selanjutnya akan dilakukan pembelian. Kepala atau manager pembeliaan adalah
seorang apoteker karena apotekerlah yang mengetahui tentang bahan baku dan
bahan kemas itu sendiri beserta dokumen-dokumen penyertanya yang penting
mengenai bahan baku yang dipesan.

53
3. Setelah bahan baku diterima, bagian QC yang dikepalai oleh seorang apoteker
akan melakukan pemeriksaan dan pengujian bahan baku. Jika bahan yang tidak
memenuhi spesifikasi akan dikembalikan ke pemasok/suplier, dan bahan yang
memenuhi spesifikasi akan dirubah labelnyadari quarantine released.
4. Kemudian, petugas gudang melakukan penyimpanan bahan baku tersebut ke
dalam gudang dengan karakteristik dan spesifikasi dari masing-masing bahan
baku.
5. Untuk proses produksi, bahan tersebut akan diminta melalui form permintaan
bahan, untuk kemudian ditimbang dan dilanjutkan ke bagian produksi. Transfer
bahan baku dari gudang ke area produksi juga jadi aspek penting tersendiri.
Karena spesifikasi ruang gudang dengan spesifikasi ruang produksi berbeda.

3.4 Produksi Sediaan Dengan Cara Baik

1. Alur Proses Produksi

Diawali dari pengambilan bahan baku dari gudang yang telah diluluskan
oleh bagian QC. Pengeluaran bahan baku dari gudang untuk proses produksi
harus disertai dokumen Raw Material Requisition. Bahan baku yang telah diambil
dari gudang ditimbang di dalam ruang timbang. Bahan yang telah ditimbang
diberilabel/penandaan dan dimasukkan ke ruang produk antara untuk menunggu
proses granulasi dalam pembuatan tablet.
Proses selanjutnya adalah proses mixing, hingga terbentuk massa granul
basah. Massa granul basah diayak. Granul basah yang diperoleh dikeringkan
dengan fluid bed dryer (FBD) hingga diperoleh granul kering. Pada proses ini
dilakukan cek kadar air oleh bagian IPC. Granul yang diperoleh dan telah kering
dicampur dengan bahan penghancur dan bahan pelicin di dalam mixer, pada
proses ini dilakukan pemeriksaan keseragaman kadar zat aktif terhadap granul
oleh bagian analisa (laboratorium analisa). Granul selanjutnyadicetak.
Tablet yang dihasilkan diperiksa oleh bagian IPC meliputi pemeriksaan
keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur Sedangkan untuk
pengujian disolusi dan kadar zat aktif dilakukan oleh bagian analisa. Setelah
tablet lulus uji, dimasukkan pada pengemasan primer yang meliputi proses
stripping. Dilakukan pemeriksaan kebocoran strip oleh bagian IPC. Selanjutnya
dikemas sekunder dan diperiksa penampilan, kelengkapan, dan penandaan oleh

54
QC. Jika lulus uji, dimasukkan ke dalam gudang produk jadi.

55
2. Evaluasi

a. Sifat alir granul

Uji alir granul dilakukan dengan alat granules flowdex tester. Jumlah
sampel yang digunakan adalah 20 g. Parameter yang diukur adalah
kecepatan alir granul dan sudut istirahat.
b. Uji kecepatan alir granul

Sampel granul dimasukkan ke dalam corong dengan cara dialirkan lewat


dinding corong dimana lubang bagian bawah corong tertutup. Setelah
semua sampel granul masuk, lubang bawah dibuka sambil diukur kecepatan
alirnya menggunakan stopwatch. Meja uji diaalasi dengan kertas untuk
menampung granul yang keluar dari corong. Hasil tampungan yang
berbentuk kerucut diukur diameter dan tingginya, kemudaian dicari sudut
istirahatnya (ά).
c. Bulk Density

56
Uji ini dilakukan dengan menggunakan alat Tap Density Tester. Sampel
yang digunakan 20 g. Pemeriksaan dilakukan dengan memasukkan granul
sampai volume 100 ml dalam gelas ukur kemudian ditimbang bobotnya.

57
d. Tap Density

Uji ini dilakukan dengan menggunakan alat Tap Density Tester. Bobot
sampel yang digunakan 20 g. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
memasukkan granul sampai 100 ml ke dalam gelas ukur kemudian alat
dijalankan dan diamati volume pada tiapa interval 100 ketukan dari 100
sampai 500 ketukan, kemudian 1000 ketukan.Pada 1000 ketukan amati
volume granul pada tiap interval 1000 ketukan sampai total 4000 ketukan.
Hitung tap density pada saat volume konstan selama 3 kali berturut-turut.
e. Distribusi partikel

Uji ini menggunakan sampel 10 g dan diayak dengan ukuran ayakan tertentu

f. Penetapan Kadar

Dilakukan di laboratorium oleh Quality Control dengan metoda analisa


yang dikeluarkan oleh R&D. Granul yang memenuhi persyaratan ditempel
label Released dan dapat dilanjutkan untuk proses pencetakan massa granul
menjadi tablet. Tablet yang dihasilkan diambil sampelnya apakah
memenuhi spesifikasi atau tidak. Selama menunggu pemeriksaan IPC,
tablet ditempel label karantina dan disimpan di ruang WIP.
Pemeriksaan IPC tablet meliputi :

a. Keseragaman bobot

Uji ini menggunakan timbangan. Sampel diambil dari hopper kanan dan
hopper kiri pada awal, tengah dan akhir produksi. Pemeriksaan ini juga
dilakukan oleh bagian produksi setiap 30 menit.

b. Kerapuhan

Uji ini menggunakan alat Friablilty tester . Sampel yang digunakan diambil
dari hopper kanan maupun kiri pada awal, tengah dan akhir produksi.
c. Kekerasan

Uji ini menggunakan alat hardness tester .

d. Waktu hancur

Uji ini menggunakan alat Desintegration tester.

e. Ketebalan
58
Alat yang digunakan Dial Thickness tester

f. Keseragaman kadar

bahan aktif Dilakukan di laboratorium QC menggunakan metoda anlisa yang

59
dikeluarkan R&D

g. Uji disolusi

Alat yang digunakan adalah disolution tester . Penetapan kadar dilakukan


dengan menggunakan metoda analisa yang dikeluarkan oleh R&D
3. Pengemasan

Proses pengemasan dilakukan untuk mengemas produk ruahan menjadi


produk jadi, pengemasan akan dilaksanakan di bawah pengendalian yang ketat
untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas dengan
beberapa proses pengemasan. Pengemasan primer untuk tablet amoksilin dibuat
dalam 2 bentuk yaitu strip dan blister. Bahan kemasan strip adalah alufoil,
sedangkan bahan kemasan blister adalah plastik dan alufoil. Bahan pengemasan
yang digunakan adalah bahan pengemas yang sudah dinyatakan lulus oleh
departemen QC. Pengecekan bahan pengemas dilakukan sebelum proses
pengemasan, dengan pengecekan berupa nomor bets dan kualitas pengemas.
Pengemas yang tidak layak pakai tidak digunakan untuk proses pengemasan dan
akan dikarantina untuk dimusnahkan. Pertimbangan pemilihan strip atau blister
terletak pada stabilitas bahan yang dikemas dan permintaan pasar. Bahan yang
dikemas dengan strip akan lebih stabil dibandingkan dikemas dengan blister.
Obat– obat yang peka cahaya hanya dapat dikemas dengan strip, karena blister
memiliki bagian transparan yang dapat ditembus cahaya sehingga obat yang peka
cahaya dapat rusak. Kemasan blister lebih mudah dibuka dengan pendorongan
dari belakang (push through pack) dan lebih disukaikonsumen.
Pengemasan sekunder dilakukan langsung setelah pengemasan primer,
mesin dibuat model in- line dengan urutan mesin labelling, mesin printing untuk
label, mesin printing untuk kemasan sekunder dan mesin sealing master box.
Proses kritis dari pengemasan sekunder sehingga memerlukan perhatian yaitu
proses printing. Proses printing dilakukan dengan printer dengan warna tinta
hitam yang tidak mudah terhapus oleh udara atau gesekan, yang dicetak adalah
nomor batch, expired date, dan tanggal produksi. Hasil printing yang tidak bagus
(miring, kabur), dapat dihapus dengan larutan penghapus/semacam thinner
kemudian dilakukan reprinting. Pengemasan sekunder masih dilakukan dengan
bantuan tenaga manusia dengan dimasukkan secara manual dalam dus kemasan.
Dus kemasan juga akan diprint nomor batch, expired date, dan tanggal produksi.
Dus kemasan dimasukkan ke dalam master box dan ditutup dengan lakban.
60
Master box dilabel dan selanjutnya

61
diserah terimakan ke bagian gudang. Beberapa informasi tercantum pada master
box antara lain, terlindung dari cahaya, cara menyusun, jangan memakai alat
pengait, dan maksimal tumpukan, yang memiliki tujuannya untuk menghindari
kerusakan selama penyimpanan atau pendistribusian. Tahap pengemasan
sekunder dilakukan In process control dengan memeriksa hasil dari printed
material.
4. Penyimpanan

Penyimpanan bahan baku dan produk jadi amoksilin hasil produksi di


gudang industri farmasi salah satu tahapan penting dalam rangka menjaga
kualitas produk agar tetap memenuhi persyaratan sampai produk di tangan
konsumen. Hal ini harus dilakukan karena suhu penyimpanan material dapat
mempengaruhi kualitas dari material dan akan berdampak pada keamanan
(safety), efektifitas (eficacy), dan kualitas (quality) dari produk amoksilin yang
dihasilkan. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kondisi penyimpanan
diantaranya yaitu suhu, kelembaban, kebersihan, pencahayaan, ventilasi atau
kualitas udara serta adanya segregasi atau pemisah. Dari beberapa faktor tersebut
yang paling dominan mempengaruhi kualitas material dan produk saat
penyimpanan yaitu suhu. Suhu penyimpanan yang tidak sesuai dapat
menyebabkan kerusakan material atau produk. Sehingga material dan produk
amoksilin harus disimpan pada suhu penyimpanan yang sesuai untuk menjamin
keamanan, efektifitas, dan kualitas dari produk amoksilin serta dilakukan
pengendalian atau monitoring suhu penyimpanan agar ketika terjadi ketidak
sesuaian dapat segera ditangani.
Kondisi penyimpanan untuk material dan produk amoksilin akan
disesuaikan dengan sifat material maupun produk amoksilin yang disimpan serta
instruksi yang tertera pada label atau kemasan material maupun produk. Selain itu
untuk suhu penyimpanan material dapat disesuaikan dengan MSDS (Material
Safety Data Sheet). Jika diluar kondisi penyimpanan yang seharusnya maka perlu
dilakukan penelusuran dan pemastian bahwa material atau produk yang disimpan
tersebut masih memenuhi syarat kualitas yang ditentukan, misalnya dilihat dari
data stabilitasnya. Uji stabilitas dapat menggambarkan pengaruh dari faktor
lingkungan terhadap material ataupun produk amoksilin selama penyimpanan.
5. Distribusi

Proses distribusi terdiri dari dua bagian yaitu distribusi bahan baku dan
62
bahan kemas serta distribusi produk jadi. Distribusi bahan baku dan bahan kemas
ke lokasi produksi. Distribusi obat jadi amoksilin untuk market lokal melalui

63
distributor dan distribusi obat jadi untuk market luar negri dan eksport melalui
forwarder. Proses distribusi bahan baku dan bahan kemas yang akan digunakan
untuk produksi dilakukan berdasarkan work order (WO) picklist yang
dikeluarkan oleh bagian PPIC. Picklist berisi jenis dan jumlah bahan baku dan
bahan kemas yang dibutuhkan untuk proses produksi amoksilin, yang telah
disesuaikan dengan forecast marketing. Untuk bahan baku, setelah WO picklist
keluar maka petugas gudang akan menyiapkan bahan baku yang diminta,
selanjutnya akan diserahkan ke bagian dispensing untuk ditimbang. Penimbangan
dilakukan oleh 1 orang petugas gudang dan 1 orang dari petugas produksi serta
disaksikan oleh seorang dispensing supervisor dari pihak produksi. Sisa bahan
baku akan dikembalikan lagi ke dalam gudang. Untuk bahan kemas, petugas
gudang akan menyiapkan bahan sesuai dengan jumlah yang diminta dan
mengantarkan ke bagian produksi yang meminta. Pada saat serah terima bahan
baku maupun bahan kemas, dilakukan pengecekan ulang oleh bagian produksi
terhadap jumlah bahan yang diterima, jika sesuai, picklist akan ditandatangani.
Kemudian picklist tersebut akan diserahkan kembali ke bagian produksi yang
bersangkutan untuk selanjutnya disimpan dalam job sheet/batch record sebagai
dokumen. Setelah proses produksi selesai maka bagian produksi akan melakukan
penerimaan work order (WO receive) ke lokasi “income-fg” dengan status
karantina untuk diperiksa oleh QC. Untuk produk obat yang telah lulus dari
pengujian maka akan dilakukan pemindahan barang dari bagian produksi ke
gudang finished good, kemudian barang diperiksa oleh petugas gudang yang
meliputi pemeriksaan fisik, jumlah serta nomor bets dan setelah cocok maka
barang akan diterima dan diletakkan sesuai dengan spesifikasi penyimpanan dari
produk tersebut. Pada saat penerimaan maka akan ada pencatatan pada log book
mengenai produk obat yang diterima serta pemasukan data dalam sistem Mfg-
Pro yang dilakukan oleh pihak produksi saat WO receive. Proses penerimaannya
dilakukan pada loading area yang telah disiapkan.
Proses distribusi produk jadi kepada distributor dilakukan berdasarkan
packing list yang dikeluarkan oleh bagian marketing. Dalam hal ini distributor
akan mengirimkan order ke bagian marketing, kemudian marketing akan
memasukkan data pesanan dari distributor (placement order), setelah itu akan
dikeluarkan packing list-nya. Packing list ini kemudian akan dihitung nilai rupiah
dari barang yang akan didistribusikan oleh bagian keuangan, sedangkan dari
petugas gudang akan menyiapkan barang yang diminta dan order distributor
64
harus sudah sesuai

65
dengan multipack berdasarkan packing list yang diterima. Setelah barang yang
diminta sudah siap, maka akan dibuat surat panggilan ke distributor untuk
mengambil barang. Setelah itu, bagian keuangan akan melakukan pemotongan
stok barang yang ada di dalam sistem (shipment) dan mencetak invoice.
Kemudian barang tersebut akan diserahkan kepada distributor sesuai dengan
jadwal yang ditentukan dan proses penyerahan barang ke distributor dilakukan di
ruang transito untuk dilakukan crosscheck kesesuaian barang.
3.5 Hasil Formulasi Sediaan Tablet Amoxicillin

Karakteristik
Komponen Bahan Bahan
Jumlah Persentase (%) Karakteristi
k
Putih, serbuk kristal sedikit berbau, kelembapan
Zat aktif Amoxicillin
50 tinggi dan suhu diatas 37oC dapat mempengaruhi
stabilitas.
Serbuk sangat halus, berwarna putih sampai
Pengikat PVP
1,4 krem, tidak atau hampir tidak berbau,
Higroskopik
Serbuk amorf lunak berwarna putih dan tanpa
Penghancu Pati jagung
2,1 rasa manis
r
Sangat halus, putih keabu-abuan putih, tidak
Pelicin Talkum
0,7 berbau serbuk kristal.

Berwarna putih, memiliki bau samar asam stearat


Pelincir Mg Stearat dan rasa yang khas. Serbuk berminyak dan
0,35
mudah melekat pada kulit.

Granul putih atau kristal, bersifat higroskopik


Natriu
Pengawet dalam bentuk serbuknya, tidak berbau atau
m 0,07
memiliki bau seperti benzoatnya, memilki rasa
Benzoa
yang tidak manis.
t
Avicel Sebagai depolimer selulosa berwarna putih,
Pengisi
pH Qs tidak berbau, tidak berasa dan tidak berbau
102
66
Kristal tidak berwarna, berupa masa kristalin,
Pemanis Sakarosa
7 atau serbuk kristal putih, tidak berbau, rasa
manis
Karakteristik Sediaan Parameter :
Tablet bulat berwarna
1. Organoleptis= Warna, Rasa, Bau,
putih,
Penampilan

67
rasa sedikit manis, bau (mengkilap atau kusam), dan Tekstur
obat, penampilan permukaan (halus atau kasar).
mengkilap, tekstur 2. Uji kerapuhan= tidak lebih dari 1%
permukaan halus 3. Keseragaman Bobot= Bila bobot rata-rata

Amoksisilin (Zat aktif), lebih kurang 300 mg, jika ditimbang satu

PVP (pengikat), Pati persatu tidak lebih dari 2 buah tablet yang

jagung (penghancur), masing-masing bobotnya menyimpang 5%

talkum (pelicin), dari bobot rata- ratanya, dan tidak ada


Kompone mg.stearat (pelincir), satupun tablet yang bobotnya menyimpang
n Natrium benzoat lebih dari 10% dari bobot rata-ratanya

(pengawet), avicel pH 102 4. Uji keseragaman ukuran = memenuhi

(pengisi), sakarosa persyaratan apabila diameter tablet tidak

(pemanis) lebih dari 3 kali dan tidak kurang 11/2 tebal


tablet.
5. Uji waktu hancur = Tidak lebih dari 15 menit
6. Uji kekerasan dikatakan baik apabila
mempunyai kekerasan antara 4-8 kg.
Metode Granulasi Kering

Uji evaluasi granul


(sudut diam, kecepatan
alir granul,
Evaluasi kompresibilitas) , uji
keseragaman bobot, uji
keseragaman ukuran,
bobot rata-rata, uji
kerapuhan, uji
waktu hancur, uji
kekerasan

Pada formula baru merupakan formula hasil dari pengembangan formulasi 1 dan 2 ,
metode yang digunakan granulasi kering melihat dari karakteristik zat aktif amoksisilin yang
tidak tahan dengan air. Konsentrasi zat aktif amoksisilin yang digunakan yaitu 50 % dan
menambahkan PVP sebagai pengikat untuk penambah kekerasan. Untuk evaluasi granul
68
kecepatan alir didapatkan hasil 5,35 gram/detik dimana hasil tersebut memenuhi syarat
mudah mengalir 4-10 gram/detik. Waktu alir granul berpengaruh terhadap keseragaman
bobot tablet apabila waktu alir baik maka keseragaman bobot tablet akan baik juga. Sudut
diam granul didapatkan hasil 30,25◦ telah memenuhi syarat cukup sudut diam granul yaitu
30-40◦, besar kecilnya sudut diam berpengaruh terhadap bentuk ukuran dan kelembaban
serbuk.
Selain pengujian organolaptis pada tablet dapat dilakukan pengujian lain, berupa
keseragaman bobot dengan rata-rata 665, 52 mg . Untuk keseragaman ukuran didapat
ketebalan tablet sebesar 5,5 mm dengan diameter 18 mm dengan hasil tersebut telah
memenuhi persyaratan yaitu diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang 11/2 tebal
tablet. Untuk

69
uji kekerasan didapat hasil 9,45 kp telah sesuai persyaratan dimana dikatakan baik apabila
mempunyai kekerasan 4-8 kg. Uji kerapuhan 0,14 % telah memenuhi syarat menurut FI yaitu
tablet yang baik memiliki kerapuhan < 1% dalam mempertahankan zat aktifnya. Uji waktu
hancur didapatkan hasil 12 menit 35 detik telah memenuhi persyaratan yaitu tidak lebih dari
15 menit, waktu hancur yang cepat maka efek terapi yang akan ditimbulkan oleh tubuh akan
cepat pula.

70
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Cara produksi sediaan tablet amoxicillin yang baik yakni dimulai dari tahap
merancang formulasi yang dilakukan oleh bagian R&D (dikepalai 1 orang
apoteker) kemudian dilanjutkan dengan pembuatan oleh bagian produksi
(dikepalai 1 apoteker) dimulai dari penimbangan bahan baku sampai tahap
pengemasan, dan disimpan ke dalam gudang obat jadi. QC (dikepalai 1 Apoteker)
melakukan pengawasan mutu pada setiap proses produksi, QA(dikepalai 1
apoteker) bertanggungjawab terhadap pereleasan produk jadi yang telah dibuat
oleh bagian produksi dengan menjamin semua produk sesuai dengan ketentuan-
ketentuan pada CPOB.
2. Komponen yang digunakan dalam membuat sediaan tablet amoksisilin yang baik
adalah terdapat zat aktif berupa amoxicillin tryhidrate dengan bahan tambahan
yaitu PVP,Na alginat (pengikat), Pati jagung, Amylum (Penghancur/Disintegran),
Talkum,Aerosil (Pelican/Glidan), Mg. Stearat, As stearat (Pelincir/Lubrikan),
Natrium Benzoat, Nipagin (Pengawet), Avicel pH 102 (Pengisi), Sukarosa
(Pemanis).
3. Pengadaan sedian tablet amoksisilin. Pengadaan barang dilakukan sesuai dengan
permintaan masing-masing bagian. Permintaan barang-barang inventory
dilakukan oleh bagian PPIC dengan cara mengeluarkan MPR (Material Purchase
Requisition), sedangkan barang-barang Non-Iventory diminta oleh bagian yang
bersangkutan dengan cara mengeluarkan PR (Purchase Requisition). Kedua surat
tersebut kemudian diserahkan kebagian purchasing, kemudian bagian purchasing,
melakukan pembelian sesuai dengan kebutuhan. Bagian purchasing melakukan
pembelian sesuai dengan supplier yang telah ditetapkan sebelumnya. Pembelian
barang dilakukan oleh bagian purchasing dengan cara mengeluarkan Purchase
Order (PO) yang diserahkan ke supplier. Purchase Order yang akan diberikan
kepada supplier, sebelumnya harus sudah mendapatkan persetujuan dari Plant
Manager.
4. Alur produksi tablet amoxicillin :
a Diawali dengan penimbangan

71
b Proses selanjutnya dilakukan granulasi hingga terbentuk masa granul
kemudian dilakukan evaluasi pemeriksaan IPC granul meliputi : sifat alir
granul, uji kecepatan alir granul, Bulk Density, Tap Density dan penetapan
kadar.
c Penetapan kadar dilakukan dilaboratorium oleh Quality Control dengan
metoda analisa yang dikeluarkan oleh R&D.
d Granul yang memenuhi persyaratan ditempel label Released dan dapat
dilanjutkan untuk proses pencetakan massa granul menjadi tablet.
e Selanjutnya dilakukan pengayakan kemudian bahan dicampur kembali
dengan penambahan bahan pengikat, pelicin dll untuk dikempa.
f Tablet dikemas dan dilakukan pengecekan stabilitasnya oleh bagian IPC.
Pemeriksaan IPC meliputi keseragaman bobot, kerapuhan, kekerasan,
waktu hancur, ketebalan, keseragaman kadar, dan uji disolusi.
g Tablet yang telah lulus pemeriksaan dapat dikemas dengan bahan
pengemas yang sudah dinyatakan lulus oleh departemen QC. Pengecekan
bahan pengemas dilakukan sebelum proses pengemasan, dengan
pengecekan berupa nomor bets dan kualitas pengemas. Pengemas yang
tidak layak pakai tidak digunakan untuk proses pengemasan dan akan
dikarantina untuk dimusnahkan.
h Setelah proses produksi selesai maka bagian produksi akan melakukan
penerimaan Work Order (WO receive) ke lokasi “income-fg” dengan
status karantina untuk diperiksa oleh QC. Untuk produk obat yang telah
lulus dari pengujian maka akan dilakukan pemindahan barang dari bagian
produksi ke gudang finished good, kemudian barang diperiksa oleh
petugas gudang yang meliputi pemeriksaan fisik, jumlah serta nomor bets
dan setelah cocok maka barang akan diterima dan diletakkan sesuai
dengan spesifikasi penyimpanan dari produk tersebut sesuai CPOB.
i Proses distribusi produk jadi kepada distributor dilakukan berdasarkan
packing list yang dikeluarkan oleh bagian marketing.
5. Formula tablet amoksisilin yang dibuat adalah amoksisilin 50% dengan bahan
tambahannya PV 1.4%, Pati jagung 2,1%, Talkum 0,7%, Mg stearat 0,35%,
Natrium Benzoat 0,07%, Avicel pH 102 qs, Sakarosa 7%. Tablet amoksisilin
dibuat dengan metode granulasi kering yaitu metode yang dilakukan dengan cara
membuat granul secara mekanis tanpa bantuan bahan pengikat. Karakteristik hasil
evaluasi tablet amoksisilin adalah berbentuk bulat, berwarna putih, rasa sedikit
72
manis, penampilan mengkilap dan tektstur permukaan halus. Bobot rata-rata
tablet sebesar 655,96 mg, uji kerapuhan 0,14%, uji waktu hancur 12 menit 35
detik, uji kekerasan 9,45 kp. Evaluasi Granul : Uji Kecepatan Alir 5,35 gram

73
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G., 2006, Pengembangan Sediaan Farmasi, hal 207-217, Penerbit ITB,
Bandung American society of Healt-System pharmacy. 2010. AHFS. Drug
Information.USA : ASHP incorporation
Ansel Howarrd C. 2011. Pengantar bentuk sediaan farmasi edisi ke empat.Penerbit
universitas Indonesia : Jakarta
Badan POM. 2018. Pedoman cara pembuatan obat yang baik. Jakarta : BPOM
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia edisi V:
Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995. Farmakope Indonesia, Edisi III :
Jakarta Excipients 6th ed. London: Pharmaceutical Press
Kustanti, T., 2015, Uji Stabilitas Fisik dan Kimia Sediaan Sirup Racikan yang
Mengandung Amoksisilin. Disertasi, Fakultas Farmasi, Purwokerto: Universitas
Muhamadiyah Purwokerto
Lachman L., Herbert, A.L & Joseph , L.K,2008. Teori dan Praktik Industri Farmasi
Edisi III. Penerbit Universitas Indonesia : Jakarta
Maetin (1971) “DisPensing of Medication” Mark Publishing Company ;
USA Murtini Gloria dan Yetri Elisa. 2018. Teknologi sediaan solid.
Parrot, E.L.1971. Pharmaceutical Techonology Fundamental Pharmaceutics, 3th,
Burgess Publishing Company, Minneapolis.
R. Voight (1994) “Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi IV” Gadjahmada UI-Pres ;
Yogyakarta
Rowe, R C., Sheskey, P. J., and Quinn, M.E. 2009. Handbook of Pharmaceutical U.S.
Pharmacopia. The United States Pharmacopia, USP. 30/The National Formulary, NF
25. 2007. Rocvillie, MD: U.S Pharmacopial Convention.

Wahyuningsih, I., 2013, Formulasi Tablet Serbuk Pisang Raja (Musa xparadisia
AAB) Sebagai Penutup Tukak Lambung Pada Tikus. Pharmaciana.

74
75

Anda mungkin juga menyukai