Dosen Pengampu:
Di susun Oleh:
Kelas:
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..1
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………....2
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..5
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………5
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………….. 6
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………….6
2.4 CPOB………………………………………………………………………………...46
2.4.1 Manajemen Mutu………………………………………………………………46
2.4.2 Personalia………………………………………………………………………47
2.4.3 Bangunan dan Fasilitas………………………………………………………...48
2.4.4 Peralatan……………………………………………………………………….49
2.4.5 Produksi……………………………………………………………………….50
2.4.6 Pengawasan Mutu……………………………………………………………..50
2.4.7 Inspeksi Diri…………………………………………………………………...51
2.4.8 Penanganan Keluhana…………………………………………………………52
2.4.9 Dokumentasi…………………………………………………………………..53
2.4.10 Pembuatan dan analisis berdasarkan Kontrak……………………………….54
2.4.11 Kualifikasi dan Validas……………………………………………………...54
BAB IV PENUTUP………………………………………………………………………..78
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………………...78
4.2 Saran……………………………………………………………………………….80
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….81
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Mahakuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Produksi Tablet Amoxicillin yang
baik” Tepat Waktu.
Makalah “Produksi Tablet Amoxicillin yang baik” disusun guna memenuhi tugas
Teknologi Sediaan Farmasi profesi apoteker di Institut Sains dan Teknologi Nasional Selain
itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
Cara Produksi Obat yang Baik khususnya Produksi Tablet Amoksisilin.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Apt., Teti
Indrawati, MS selaku dosen mata kuliah Teknologi Sediaan Farmasi. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni
penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUA
N
4
oleh pasien. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) ini bertujuan untuk menjamin obat
dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan
penggunaannya. Hal ini dimaksudkan agar obat dalam bentuk, bau dan rasanya dapat
diterima pasien dalam keadaan yang baik.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas makalah ini akan membahas bagaimana cara
memproduksi sediaan tablet amoksisilin yang baik mulai dari alur, proses produksi , evaluasi,
pengemasan, penyimpanan dan distribusi berdasarkan CPOB.
2. Apa komponen sediaan dan bagaimana rancangan formulasi sediaan tablet amoksisilin?
4. Untuk memahami cara produksi sediaan tablet amoksisilin yang baik (alur, proses
produksi, evaluasi, pengemasan dan penyimpanan dan distrbusi).
5. Untuk memahami formulasi sediaan tablet amoksisilin yang baik.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Amoksisilin
Amoksisilin adalah antibiotik dengan spektrum luas, digunakan untuk pengobatan
infeksi pada saluran nafas, saluran empedu dan saluran seni, gonorhea, gastroenteritis,
meningitis dan infeksi karena Salmonella sp., seperti demam tifoid. Amoksisilin adalah
turunan penisilin yang tahan asam tetapi tidak tahan terhadap penisilinase. Beberapa
keuntungan dibanding ampisilin adalah absorpsi obat dalam saluran cerna lebih
sempurna,sehingga kadar darah dalam plasma dan saluran seni lebih tinggi (Siswandono
& Bambang Soekardjo (Ed.). 2000).
Gambar 1. Struktur Amoksisilin
Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam metanol, tidak larut
dalam benzen, dalam karbon tetraklorida dan dalam kloroform.
Baku pembanding Amoksisilin BPFI, tidak boleh dikeringkan.
Merupakan bentuk trihidrat dari Amoksisilin. Simpan dalam wadah
tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari pembeku
2.1.2 Indikasi
Amoksislin digunakan untuk penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri
gram positif (seperti: Streptococcus pneumoniae, Enterococci, nonpenicilinase-
producing staphylococci, Listeria) maupun gram negatif Haemophilus Influenza,
Escherichia coli, Proteus mirabilis, Salmonella). Tetapi walaupun demikian,
aminophenisilin, amoksisilin secara umum tidak dapat digunakan secara sendirian untuk
pengobatan yang disebabkan oleh infeksi streprococcus dan staphilococcal. Beberapa
penyakit yang diindikasikan terhadap penggunaan amoksislin adalah, sebagai berikut 4,5:
7
Eradikasi Helicobacter pylori (Ulkus Peptik)
2.1.3 Kontraindikasi
8
2.2 Tablet
Menurut Farmakope Indonesia (Ed IV) tahun 1995 tablet adalah sediaan padat yang
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode
pembuatan, tablet dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet cetak
dibuat dengan cara dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul
menggunakan cetakan baja (tahan karat).
Bentuk tablet rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, dapat ditambahkan
bahan tambahan atau tanpa bahan tambahan. Bahan tambahan dapat berupa bahan
pengisi, penghancur, pengikat, pelicin, pelincir dan pembasah. Tujuan utama penggunaan
obat sediaan tablet adalah penghantaran obat ke lokasi kerja dengan dosisi yang cukup,
kecepatan kerja yang sesuai dan lama kerja yang sudah ditentukan serta beberapa kriteria
lainnya (Gloria M, 2016).
2.2.1 Jenis-jenis Tablet
Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi tunggal yang biasanya terdiri
dari zat aktif sendiri atau kombinasi dengan bahan eksipien seperti:
1) Pengisi (memberi bentuk): Laktosa
Adalah tablet konvensional yang dikompresi lebih dari satu siklus kompresi tunggal
sehingga tablet akhir tersebut terdiri atas 2 atau lebih lapisan. Disebut juga sebagai tablet
berlapis. Keuntungannya dapat memisahkan zat aktif yang inkompatibel (tidak
tersatukan).
c. Tablet Lepas Lambat
Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet tersebut melepaskan
dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang kemudian disusul dengan dosis
pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif atau konsentrasi zat aktif dalam darah cukup
untuk beberapa waktu tertentu. (misal tablet lepas lambat 6 jam, 12 jam, dsb).
9
d. Tablet Lepas Tunda (Tablet Salut Enterik)
Adalah tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap cairan
lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus.
e. Tablet Lepas Terkendali
Adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan gula baik berwarna
maupun tidak.Tujuan: melindungi zat aktif terhadap lingkungan udara (O2, lembab),
menutup rasa dan bau tidak enak, menaikkan penampilan tablet.
g. Tablet Salut Film
Tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, bewarna atau tidak dari bahan polimer
yang larut dalam air yang hancur cepat di dalam saluran cerna. Penyalutan tidak perlu
berkali- kali.
h. Tablet Effervesen
Tablet kempa yang jika berkontak dengan air menjadi berbuih karena mengeluarkan
CO2. Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminum.
i. Tablet Kunyah
Tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus dikunyah sebelum
ditelan.
2.2.2 Bentuk dan Ukuran Tablet
Tablet terdapat dalam berbagai bentuk, ukuran, bobot, kekerasan, ketebalan, sifat
solusi dan disintegrasi dan dalam aspek lain, tergantung pada penggunaan yang di maksud
dan metode pembuatannya. Tablet biasanya berbentuk bundar dengan permukaan datar,
atau konveks. Bentuk khusus, sepert kaplet, segitiga, lonjong, empat persegi, dan enam
persegi (heksagonal) telah di kembangkan oleh beberapa pabrik untuk membedakan
produknya untuk membedakan produknya terhadap produk pabrik lainnya. Tablet dapat
dihasilkan dalam berbagai bentuk, dengan membuat pons dan lubang kempa (lesung
tablet) cetakkan yang di desain khusus (Gloria M & Yetri E, 2018).
10
2.2.3 Ukuran dan Bobot Tablet
Berikut adalah penjelasan mengenai ukuran tablet menurut berbagai sumber, antara lain:
Kecuali dinyatakan lain, diameter tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3
kali tebal tablet (Gloria M & Yetri E, 2018).
2.2.4 Komponen Tablet
A. Bahan Aktif
1) Bahan aktif yang tidak larut, dimaksudkan untuk bekerja secara local pada saluran,
misalnya dari golongan Antasid dan Adsorben
2) Bahan aktif yang tidak llarut, dimaksudkan sebagai obat sistemik setelah bahan obat
terdisolusi pada saluran pencernaan
B. Bahan Tambahan
11
2) Bahan Tambahan yang umum digunakan
Maksud penggunaan pelicin ialah supaya tablet yang dihhasilkan mudah keluar
dari cetakan dan anti lengket, disamping itu serbuk tablet/granul mudah mengalir dari
hopper ke ruang cetak. Umumnya digunakan Magnesium Stearat sebagai Lubricant,
Talkum sebagai Glidan dan Antiadheren, dan Aerosil sebagai Glidan.
e) Zat warna
Penambahan zat warna bertujuan untuk perbedaan produk, menutupi warna asli
yang kurang menarik,disamping itu untuk mendapatkan hasil yang homogen.
12
2.2.5 Metode Pembuatan Tablet
Dalam pembuatan tablet secara prinsip adalah dengan memasukkan massa cetak kedalam
ruang cetak (die) dan dikompresi diantara 2 pons. Massa yang sudah kompak kemudian
dikeluarkan daricetakan (ejeksi). Massa cetak adalah campuran serbuk atau granul yang
sudah siap untuk dicetak. Untuk dapat dicetak menjadi massa yang kompak, massa cetak
harus mempunyai kriteria sebagai berikut:
1) Mudah mengalir
2) Jika diberi tekanan mempunyai daya kohesi untuk membentuk massa kompak
(kompresibilitas)
3) Massa kompak mudah dikeluarkan dari ruang cetak
Untuk mendapatkan massa cetak yang memenuhi kriteria diatas perlu dilakukan
perlakuan sebelum dikompresi. Secara umum pembuatan tablet dapat dilakukan dengan 2
cara, yaitu:
Cetak Langsung
Pembuatan Tablet Basah
Granulasi
Kering
2) Memperbaiki kompresibilitas
2) Zat aktif dosis besar yang sulit mengalir atau sulit dikompresi dapat digranulasi basah,
jadi tablet yang baik
3) Distribusi zat aktif dalam dosis kecil lebih baik
2) Tidak dapat digunakan terhadap zat aktif yang sensitive terhadap panas dan lembab
14
Mekanisme Granulasi Kering adalah menciptakan ikatan antara partikel-partikel kering
dengan mengandalkan gaya mekanik yang timbul karena:
1) Menciutnya komponen dalam campuran karena tekanan tinggi
2) Timbulnya gaya tarik-menarik antara partikel padat (elektrostatik dan van der walls)
4)
2) Tidak menggunakan larutan pengikat sehingga tidak perlu mesin pengering dan waktu
pengeringan yang panjang.
3) Baik untuk zat aktif yang peka terhadapa panas dan lembab
Metode cetak langsung adalah proses pencetakan tablet dengan cara mengkompresi
langsung campuran zat aktif dengan eksipien (termasuk pengisi, pengikat, penghancur dan
lubrikan) menjadi massa yang kompak.
Keuntungan metode cetak langsung :
1) Lebih ekonomis, karena waktu proses lebih cepat sehingga penggunaan energi lebih
sedikit, peralatan dan tenaga lebih sedikit
2) Stabilitas zat aktif lebih baik, karena tidak menggunakan panas, lembab dan tekanan
kompresi yang tinggi.
3) Waktu disintegrasi lebih cepat, karena disintegran tidak digranulasi sehingga bekerja
lebih efektif.
4) Disolusi zat aktif lebih cepat, karena setelah tablet hancur langsung membebaskan
partikel primer dan melarut
15
Kekurangan metode cetak langsung :
1) Keterbatasan teknologi, karena tidak semua zat aktif dapat dikompresi secara langsung, hal
ini disebabkan kompresibilitas dan sifat alir yang kurang.
2) Mikronisasi yang ditujukan untuk meningkatkan disolusi dan ketersediaan hayati dapat
menurunkan sifat alir, karena serbuk halus cenderung menggumpal (gaya elektrostatik).
3) Pemilihan eksipein menjadi hal yang kritis karena kebanyakan zat aktif tidak
mempunyai kompresibilitas yang baik.
4) Adanya perbedaan ukuran partikel yang nyata antara zat aktif dan eksipein dapat
menyebabkan masalah ketidak tercampurnya antar komponen (unblending).
5) Homogenitas warna menjadi suatu masalah.
6) Masalah lubrikasi: Lubrikan golongan alkali stearat dapat mengurangi kekerasan tablet,
sehingga lama pencampuran harus diperhatikan (2 – 5’).
1) Mengembang: Umumnya zat disintegran berupa bahan jika kontak dengan air akan
mengembang, terhidrasi → perubahan volume → pecah
2) Pembentukan kapiler: Bahan yang porous jika kontak dengan air, terbentuk kapiler →
memperbesar penetrasi cairan kedalam tablet → hancur.
3) Reaksi kimia: Hasil reaksi kimia komponen dalam tablet menghasilkan gas → tablet
pecah. (Gloria M, 2016)
Sejumlah gram serbuk dimasukkan kedalam corong uji waktu alir. Penutup
corong di buka sehingga serbuk keluar dan ditampung pada bagian datar. Waktu
alir serbuk dicatat dan sudut diamnya dihitung dengan persamaan :
16
b. Uji Kompresibilitas
2. Evaluasi Tablet
Sebanyak 20 tablet ditimbang satu per satu, kemudian dihitung bobot rata-ratanya.
Sejumlah tablet yang telah di bebaskan dari debu ditimbang dan dimasukkan
kedalam friabilator. Mesin dijalankan dengan kecepatan 25rpm selama 4 menit.
Tablet dikeluarkan dan dibebaskan debukan kembali, lalu ditimbang. Persantase
kehilangan bobot menunjukkan kerapuhanya.
e. Uji Disolusi
Tablet dimasukkan kedalam labu yang berisi larutan lambung buatan sebagai
medium. Pengaduk dayung diputar dengan kecepatan 50 putaran per menit. Suhu
medium dijaga konstan 37ºC dan volume medium disolusi adalah 900mL. sampel
obat yang terlepas kedalam medium diambil pada menit ke 15, 30, 45, 60, 75, 90,
105, 120, 180, 240, 300, dan 360. Setiap pengambilan sampel (5ml) diganti
dengan medium yang baru dengan volume yang sama dengan yang diambil
17
sehingga volume medium selalu tetap. Tiap sampel yang diambil dari medium
disolusi diukur serapannya dengan spektrofotometer UV-VIS pada panjang
gelombang serapan maksimum.
18
B. KEKURANGAN TABLET
Warnanya cenderung memberikan bahaya.
Tablet dan semua obat harus disimpan diluar jangkauan anak-anak untuk
menjaga kesalahan karena menurut mereka tablet tersebut adalah permen.
Orang yang sukar menelan atau meminum obat.
Keinginan konsumen beda dengan yang kita buat/produk.
Beberapa obat tidak dapat dikepek menjadi padat dan kompa
19
2.2.8 Ruang Pembuatan Tablet
Bagian
Kelas Efisiensi
Bangunan
Kebersi saringan Pertuka
sesuai
han SUH R udara ran Keterangan
kelompok
U H akhir udara
kegiatan
(º (% (Kode EN Per jam
&tingkat
C) ) 779
kebersih
an &EN 1822)
F8 (75%)
atau90% - Ruang
ASHRAE52/ pengolahan
76 dan
E RUANG 20 – <70 (sistem 5-20 x pengemasan
KHUSUS 27 singlepass primer non
atau 100% steril
fresh - Pembuata
air) H13 n salep
(99,5%) kecuali
(sistemre salep
sir- kulasi mata
+ 10-
20%fresh
air)
20
Tingkat kebersihan ruang/area untuk pembuatan obat hendaklah diklasifikasikan sesuai
dengan jumlah maksimum partikulat udara yang diperbolehkan untuk tiap kelas kebersihan
sesuai tabel di bawah ini.
21
Gambar 4. Alur Proses Produksi
Dalam memproduksi suatu sediaan diperlukan sarana dan prasana yang menunjang
proses produksi.
1. Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk proses produksi tablet adalah Bangunan
dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain, konstruksi dan letak
yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk
memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus
dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil resiko terjadinya kekeliruan, pencemaran-
silang dan kesalahan lain, dan memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang
efektif untuk menghindari pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan
dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat.
Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata hendaklah dilakukan diarea
penimbangan terpisah yang didesain khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat
22
menjadi bagian dari area penyimpanan atau area produksi.
2. Untuk memperkecil resiko bahaya medis yang serius akibat terjadinya pencemaran
silang, suatu sarana khusus dan self-container hendaklah disediakan untuk produksi
obat tertentu seperti produk yang dapat menimbulkan sensitif tinggi, produk lainya
seperti antibiotik tertentu (misal penisilin). Produk hormone seks, produk sitotoksik,
produk tertentu dengan bahan aktif berpotensi tinggi, produk biologi (misal yang
berasal dari mikroorganisme hidup) dan produk non-obat hendaklah diprodukdsi di
bangunan terpisah.
3. Area penyimpanan hendaklah memiliki kapasitas yang memadai untuk menyimpan
dengan rapi dan teratur berbagai macam bahan dan produk seperti bahan awal dan
bahan pengemasan, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, produk dalam status
karantina, produk yang telah diluluskan, produk yang di tolak, produk yang
dikembalikan atau produk yang ditarik dari peredaran. Area penyimpanan hendaklah di
desain atau disesuaikan untuk menjamin kondisi penyimpanan yang baik; terutama area
tersebut hendaklah bersih, kering dan dapat penerangan yang cukup serta dipelihara
dalam batas suhu yang ditetapkan. Apabla kondisi penyimpanan khusus (misal suhu,
kelembaban) dibutuhkan, kondisi tersebut hendaklah disiapkan, dipantau dan dicatat
dimana diperlukan.
23
B. Sistem Disolusi
Metode pembuatan yang paling umum adalah dengan system enkapsulasi dimana pelepasan obat
ditentukan oleh ketebalan dan laju disolusi dari membrane polimer.
C. Tekanan Osmosis
Tekanan osmosis merupakan tenaga penggerak yang memungkinkan terjadinya pelepasan obat yang
konstan, berlangsung pada order nol sampai kadar bahan aktif osmotic berada di bawah kelarutan
jenuhnya.
D. Sistem Erosi
Teknik erosi pada sediaan tablet lepas lambat bukan merupakan proses disintegrasi terapi merupakan
proses hilangnya struktur integritas dari lapisan yang paling luar pada gastrointestinal tract.
Pelepasan obat di pengaruhi oleh PH dan tergantung pada atraksi partikel pada permukaan tablet dan
disolusinya. Jika erosi berjalan secara konstan maka jumlah obatnyang dilepaskan akan menurut
sejalan dengan menurunnya luas permukaan tablet. Hal ini dipengaruhi oleh diameter tablet dan
ketebalannya pada saat kompresi.
Proses pertama dalam pembuatan tablet adalah pengayakan. Pada proses ini bahan-
bahan diayak terlebih dahulu untuk menghindari kontaminasi benda asing dan didapatkan
bahan dengan ukuran kehalusan yang sama. Proses pengayakkan dapat dilakukan dengan
menggunakan mesin, seperti Fitzmill dan Sifter.
Fitzmill adalah suatu mesin yang digunakan untuk menghaluskan bahan baku utama
menjadi serbuk-serbuk halus untuk memudahkan dilakukannya pencampuran. Fitzmill
digunakan untuk menggiling campuran untuk pembuatan granulasi sehingga menjadi lebih
halus dan ukurannya seragam. Di dalam alat ini terdapat pisau-pisau yang dapat
menghaluskan dan ayakan untuk menyeragamkan ukuran.
24
Sifter adalah mesin pengayak yang berukuran besar yangmampu beroperasi dengan
kapasitas besar. Mesin ini merupakan salah satu mesin yang berfungsi mengayak atau
memisahkan produk berdasarkan granulasi. Setiap mesin sifter terdiri dari delapan pintuyang
masing-masing pintu terdapat 24-27 ayakan dengan ukuranmesh yang berbeda-beda. Prinsip
kerja alat ini adalah dengan memberi gerakan padasifter dan produk dialirkan melalui
ayakan- ayakan yeng terdapatdalam sifter dan masing-masing output akan keluar melalui
masing- masing lubang.
Mixing merupakan proses pencampuran berbagai bahan baku. Untuk proses mixing itu
sendiri dapat dilakukan dengan dan menggunakan mesin seperti Drum Rotator, Reynold
Mixer dan dan Ribbon Blender.
Drum Rotator adalah alat yang berguna untuk menghomogenkan suatu campuran serbuk
sehingga menghasilkan campuranyang homogen. Alat ini berupa drum yang diisikan suatu
campuran lalu diletakkan pada rotator. Drum Rotator digunakan untuk membalikkan dan
memutar. Drum Rotator digunakan untuk membalikkan dan memutardrum serta isi drum.
Jenis alat drum ini memiliki gigi cincin danrotator yang baik dapat menggunakan tenaga
listrik maupun hidrolik.
Reynold Mixer merupakan alat yang berguna untuk mencampukan campuran dan
larutan pengikat sehingga meng-hasilkan granul basah.Alat ini terdiri dari reynold bowl,
pengaduk/impeller dan mesin Reynold Mixer. Reynold Bowl merupakan wadah untuk
pencampuran berbentuk silinder dengan bagian bawah melengkung atau datar.
Pengaduk/impeller digunakan untuk mengaduk campuran, jenis dari pengaduk beragam
disesuaikan pada sifat dari zat yang akan dicampurkan. Sedangkan mesin reynold mixer
merupakan mesin yang digunakan untuk menjalankan Reynold Mixer.
25
Gambar 7. Alat Reynold Mixer
Ribbon Blender merupakan salah satu alat pencampur yang dapat menghasilkan suatu
dispersi yang sejenis atau homogen. Pada alat ini terdapat sumber tenaga yang berfungsi
sebagai penggerak dalam proses pengadukannya.Pada alat ini bejana atau wadah tidak
bergerak atau berputar. Pada pencampuran menggunakan Ribbon Blender hanya pengaduk
yang bergerak melingkari wadah atau bejana alat tersebut. Tujuan pengadukan ini agar suatu
komponen dapat terdispersi menjadi homogen dan tidak menimbulkan pengendapan. Selain
itutujuan dari alat ini adalah untuk mendapatkan hasil yang elastis dan pengembangan gluten
yang diinginkan. Keuntungan dari alat ini ialah mudah dipelihara dan bahan kecil dapat
didispersikan tanpa membutuhkan pencampuran terlebih dahulu.
Granulation atau granulasi adalah proses pembuatan ikatan partikel – partikel kecil
membentuk padatan yang lebih besar atau agregat permanen melalui penggumpalan massa,
sehingga dapat dibuat granul yang lebih homogen dari segi kadar, massa jenis,ukuran serta
bentuk partikel. Salah satu alat yang digunakan dalam proses granulation ini adalah Rotary
Wet Granulation (RWG).
Rotary wet granulation atau RWG adalah mesin untuk pembuatan granul dari bahan
obat khususnya pada pembuatan tablet yang sebelumnya semua bahan-bahan obat telah
dicampur terlebih dahulu di mesin mixer. Komponen yang kontak langsung dari produk dari
26
mesin Rotary Wet Granulation terbuat dari stainless steel yang telah memenuhi standar kadar
stainless steel untuk pembuatan bahan obat.
Pengoperasian Rotary Wet Granulation hanya memiliki dua tombol yang berfungsi yaitu
tombol hijau atau tombol ON untuk menjalankan mesin dan tombol merah atau OFF untuk
mematikan mesin.
Proses drying ini merupakan proses menghilangkan sejumlah airyang terkandung dalam
massa tablet. Pada proses ini alat yang sering digunakan antara lain, Drying Oven dan Fluid
Bed Dryer.
Drying Oven merupakan alat yang digunakan untuk mengeringkan produk pada suhu
rendah secara konstant. Alat ini berguna untuk mengeringkan granul basah dengan
temperature terkontrol. Prinsip kerja mesin ini adalah memanaskan produk pada suhu yang
bias diatur, disertai dengan penyedotan (pemvakuman) uap air dari produk yang dipanaskan
tersebut.
Fluid Bed Drying atau pengeringhamparan fluidisasi adalah alat pengering dengan
menggunakan prinsip fluidisasi.
Prinsip kerja mesin pengering iniadalah penghembusan udara panasoleh kipas peniup
(blower) melalui suatu saluran ke atas bak pengering yang menembus hamparan bahan
sehingga bahan tersebut dapat bergerak dan memiliki sifat seperti fluida. Metode
pengeringan fluidisasi digunakan untuk mempercepat proses pengeringan dan
27
mempertahankan mutu bahan kering.
Pada saat compressing dilakukan tahap pencetakan bentuk tablet. Pada proses ini perlu
dilakukan pengecekan, hal ini bertujuan agar menghasilkan tablet dengan berat, kekerasan
dan ketebalan yang sesuai dengan spesifikasi.Untuk proses compressing ini, mesin–mesin
yang dapat digunakan yaitu: Killian RUZS dan Manesty.
Compressing Tablet KillianRuzs berguna untuk mencetak tablet. Mesin pencetak tablet
ini merupakan mesin pencetak tablet double punch, yaitu terdiri dari dua punch. Cara kerja
alat ini adalah dengan memasukkan granul ke tempat pencetakkannya dan dikempa oleh
gerakan punch atas dan bawah. Mesin ini biasanya digunakan untuk produksi tablet skala
besar di perusahaan-perusahaan farmasi
Mesin Tablet TDP-1.5 adalah jenis mesin cetak tablet elektriktipe kecil. Mesin cetak
tablet single punch ini memiliki kapasitas kecil, cocok untuk industri kecil, industri rumah
28
tangga, laboratorium pendidikan dan laboratorium pengujian. Dapat digunakan untuk
produksi obat, obat herbal, ablet pertanian (seperti pupuk) atau produk lain yang berbentuk
tablet. Penggunaan mudah dengan kapasitas produksi tiap jam cukup tinggi.
Proses coating diawali dengan color coating dengan larutan penyalutyaitu coating
solution enteric apricot orange dan dilanjutkan dengancoating menggunakan coating
solution enteric clear sebagai larutangloss. Mesin mesin yang mungkin dapat digunakan
untuk proses penyalutan yaitu Accela Cota 48” dan CoatingPan.
Accela Cota 48’’berguna sebagai alat penyalutan tablet. Alat ini dilengkapi dengan
penyemprot atau sprayer yang dapat menyemprot larutan penyalut kedalam coating pan.
Pada alat juga terdapat saluran udara masuk dan saluran udara keluar agar tablet yang telah
disemprot dengan larutan coating dialiri udara yang telah diatur suhu, tekanan dan alirannya
sehingga tablet yang telah disalut menjadi kering.
29
Gambar 16. Alat Markem Printer
2.3. PREFORMULASI
2.3.1 Amoxicillin
Struktur Molekul
30
2.3.2 PVP
Struktur Kimia
Pemerian : Natrium alginate tidak berbau dan tidak berasa, putih pucat serbuk berwarna
coklat Kekuningan
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol (95%) ,eter,Klorofom,dan campuran etanol/air,
di mana Kadar etanol lebih besar dari 30%. Praktis tidak larut dalam pelarut
organic lainya dan larutan asam. Perlahan lahan dilarutkan dalam air dan
membentuk laritan koloid kental
31
Stabilitas : Disimpan pada kelembaban relative rendah dan suhu dingin.
Larutan natrium alginate yang stabil pada pH 4-10, di bawah pH 3, alginate akan mengendap
1% b/v .
Penyimpanan : Larutan natrium alginate tidak boleh di simpan pada wadah logam
Kegunaan : Zat Pengikat
2.3.5 Gelatinum
Struktur Kimia
32
Pemerian : Lembaran, kepingan atau potongan atau serbuk kasar sampai halus, kuning
lemah atau coklat terang, warna bervariasi tergantung ukuran partikel.
Larutanya berbau lemah seperti kaldu, jika kedap stabil di udara , tetapi
mudah terurai oleh mikroba jika lembab atau dalam bentuk larutan
Kelarutan : Tidak larut dalam air dingin, mengembang dan lunak jika dicelup dalam air,
menyerap air secara bertahap sebanyak 5-10 kali beratnya , dan dalam
campuran panas gliserin dan air, tidak larut dalam etanol, dalama
klorofom, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik di tempat kering
Kegunaan : Zat Penghancur
2.3. 6 Talcum
Struktur Kimia
33
2.3.7 Aerosil
Struktur Kimia
Penyimpanan : simpan pada wadah tertutup rapat dan baik, dingin, dan tempat yang
kering.
Kegunaan : pelincir.
34
putih atau kuning pucat mirip lemak lilin.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, larut dalam 30 bagian etanol (95%)P, dalam 2
bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter
Kadar : 1- 20 %
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
Pemerian : granul atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau,
stabil di udara
Kelarutan : mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, dan lebih mudah larut
dalam etanol 90%
Ph :8
Stabilitas : larutan berairnya mungkin harus disterilisasi dengan autoclave
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Zat Pengawet
2.3.11 Nipagin
Struktur Kimia
35
Pemerian : Serbuk hablur berwarna putih hamper tidak berbau dan tidak mempunyai
Rasa
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih. Dalam bagian
etanol 95% dan dalam 3 bagian aseton. Mudah larut dalam eter dan
dalam larutan alkali hidroksida
Stabilitas : Stabil dalam wadah tertutup baik, kering dan sejuk
2.3.13 Sukrosa
Rumus Molekul : C12H22O11
Massa molar :342,3 g/mol
Pemerian : hablur tidak berwarna
Kelarutan : larut dalam 0,5 bagian air dan dalam 370 bagian etanol (95%).
36
Penyimpanan : dalam wadah tertutup bai
bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek
produksi dan pengendalian mutu. Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh
adalah sangat esensial untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat yang
bermutu tinggi.
Pembuatan secara sembarangan tidak dibenarkan bagi produk yang digunakan untuk
menyelamatkan jiwa, atau memulihkan, atau memelihara kesehatan. Tidaklah cukup jika
produk jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian, tetapi yang lebih penting
adalah bahwa mutu harus dibentuk ke dalam produk tersebut. Mutu obat tergantung pada
bahan awal, bahan pengemas, proses produksi dan pengendalian mutu, bangunan, peralatan
yang dipakai, dan personel yang terlibat. Pemastian mutu suatu obat tidak hanya
mengandalkan pada pelaksanaan pengujian tertentu saja, namun obat hendaklah dibuat
dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau secara cermat.
Aspek CPOB berdasarkan pedoman CPOB 2012 meliputi manajemen mutu;
personalia; bangunan dan fasilitas; peralatan; sanitasi dan higiene; produksi; pengawasan
mutu; inspeksi diri dan audit mutu; penanganan keluhan terhadap produk, penarikan
kembali produk dan produk kembalian; dokumentasi; pembuatan dan analisis berdasarkan
kontrak; kualifikasi dan validasi.
37
2.4.1. Manajemen Mutu
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan
penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin
edar(registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena
tidakaman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen bertanggung jawab untuk
pencapaian tujuan ini melalui suatu“Kebijakan Mutu”, yang memerlukan partisipasi
dan komitmen jajaran di semuadepartemen di dalam perusahaan, parapemasok dan para
distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan
system Pemastian Mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar
serta menginkorporasi Cara Pembuatan Obat yang Baik termasuk Pengawasan Mutu dan
Manajemen Risiko Mutu.
38
2.4.2. Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem
pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu, industri
farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personel yang terkualifikasi dalam jumlah
yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personel hendaknya memahami dan
melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Seluruh personel hendaklah
memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan,
termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaan.
Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas spesifik dan kewenangan
daru personel pada posisi penanggung jawab hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas
tertulis. Tugas mereka boleh didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk serta mempunyai
tingkat kualifikasi yang memadai.
39
kewajibannya dalam melaksanakan tanggung jawab atau yang dapat menimbulkan
konflik kepentingan pribadi atau finansial.
Kepala bagian produksi dan kepala bagian pengawasan mutu haruslah seorang
apoteker yang cakap, terlatih, dan memiliki pengalaman praktis yang memadai di bidang
industri farmasi dan keterampilan dalam kepemimpinan sehingga memungkinkan
melaksanakan tugas secara profesional. Kepala bagian produksi hendaklah memiliki
wewenang serta tanggung jawab penuh untuk mengelola produksi obat. Kepala bagian
pengawasan mutu adalah satu-satunya yang memiliki wewenang untuk meluluskan bahan
awal, produk antara, produk ruahan, dan obat jadi bila prroduk tersebut sesuai dengan
spesifikasinya, atau menolaknya bila tidak cocok dengan spesifikasinya, atau bila tidak
dibuat sesuai dengan prosedur yang disetujui dan kondisi yang ditentukan.
2.4.3. Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain, konstruksi dan
letakyang memadai, serta disesuaikan kondisinyadan dirawat dengan baik untuk
memudahkanpelaksanaan operasi yang benar. Tata letakdan desain ruangan harus dibuat
sedemikianrupa untuk memperkecil risiko terjadi kekeliruan, pencemaran silang dan
kesalahanlain, serta memudahkan pembersihan,sanitasi dan perawatan yang efektif
untukmenghindarkan pencemaran silang,penumpukan debu atau kotoran, dan dampaklain
yang dapat menurunkan mutu obat.
Tingkat kebersihan ruang/area untuk pembuatan obat hendaklah diklasifikasikan
sesuai dengan jumlah maksimum partikulat udara yang diperbolehkan untuk tiap kelas
kebersihan seperti di bawah ini:
40
1. Kelas A
Untuk kegiatan yang beresiko tinggi, misalnya pengisian wadah tutup karet, ampul, dan
vial terbuka, penyambungan secara aseptik. Umumnya kondisi ini dicapai dengan
memasang unit aliran udara laminar (laminar air flow) dengan kecepatan 0,36-0,54
m/detik. Contoh kegiatan: pembuatan dan pengisian aseptik, pengisian salep mata steril,
pengisian bubuk steril dan pengisian suspensi steril.
2. Kelas B
Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptik, kelas ini adalah lingkungan latar
belakang untuk zona kelas A.
3. Kelas C
Untuk pembuatan larutan bila ada risiko di luar kebiasaan, pengisian produk yang akan
mengalami sterilisasi akhir.
4. Kelas D
Untuk melakukan tahap pembuatan produk steril dengan tingkat risiko lebih rendah.
Contoh kegiatan: penanganan komponen setelah pencucian, pembuatan obat steril
dengan sterilisasi akhir.
5. Kelas E
Ruang untuk pengolahan dan pengemasan primer obat non steril. Contoh kegiatan:
pembuatan salep, kecuali salep mata.
2.4.4. Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang
tepat,ukuran yang memadai serta ditempatkan dandikualifikasi dengan tepat agar mutu
obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets-ke-bets dan untuk
memudahkanpembersihan serta perawatan agar dapatmencegah kontaminasi silang,
penumpukan debu atau kotoran dan hal-hal yangumumnya berdampak buruk pada mutu
produk.
41
2.4.5. Sanitasi dan Higiene
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggihendaklah diterapkan pada setiap
aspekpembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi danhigiene meliputi personil, bangunan,
peralatandan perlengkapan, bahan produksi sertawadahnya, bahan pembersih dan
desinfeksi,dan segala sesuatu yang dapat merupakansumber pencemaran produk.
Sumberpencemaran potensial hendaklah dihilangkanmelalui suatu program sanitasi dan
higieneyang menyeluruh dan terpadu.
Untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan untuk keamanan
personel, hendaklah personel mengenakan pakaian pelindung yang bersih dan sesuai
dengan tugasnya termasuk penutup rambut. Hendaklah dihindarkan bersentuhan
langsung antara tangan operator dengan bahan awal, produk antara dan produk ruahan
yang terbuka dan juga dengan bagian peralatan yang bersentuhan dengan produk.
2.4.6. Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan; danmemenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan
produk yangmemenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan
izin edar
42
2.4.7. Pengawasan Mutu
Pengawasan Mutu merupakan bagian yangesensial dari Cara Pembuatan Obat
yang Baik untuk memberikan kepastian bahwa produksecara konsisten mempunyai
mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua
pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan keharusan untuk mencapai
sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi.
43
2.4.9. Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan
Produk Kembalian
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan
terjadi kerusakan obat harus dikaji dengan telitisesuai dengan prosedur tertulis.
Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem,
bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat
dari peredaran secara cepat dan efektif.
Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu
atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran. Penarikan
kembali produk dilakukan jika ditemukan produk yang cacat mutu atau jika ada
laporan mengenai reaksi merugikan yang serius serta beresiko terhadap kesehatan.
Penarikan kembali produk dapat berakibat penundaan atau penghentian pembuatan
obat tersebut. Produk yang ditarik kembali hendaklah diberi identifikasi dan
disimpan terpisah di area yang aman sementara menunggu keputusan terhadap
produk tersebut.
Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, kemudian
dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa,
atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang menimbulkan keraguan
akan identitas, mutu, jumlah, dan keamanan obat yang bersangkutan. Penanganan
produk kembalian dan tindak lanjutnya hendaklah didokumentasikan dan
dilaporkan. Bila produk harus dimusnahkan, dokumentasi hendaklah mencakup
berita acara pemusnahan yang diberi tanggal dan ditandatangani oleh personel
yang melaksanakan dan saksi.
44
2.4.10. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi
yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang
jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas
yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan
kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan.
Dokumen Produksi Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan
dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan
dokumen adalah sangat penting.
45
BAB III PEMBAHASAN
47
pengolahan bets memenuhi semua spesifikasi yang ditentukan menunggu pelulusan dari
kepala bagian Manajemen Mutu QA (Pemastian Mutu).
48
3.2 Komponen Sediaan dan Rancangan Formulasi
Jumlah
Kompone Bahan Karakteristik
(%)
n
F1 F2 F3
Putih, serbuk kristal sedikit
Zat aktif Amoksisili 58 50 50 berbau,
n kelembapan tinggi dan suhu diatas
37oC dapat mempengaruhi
stabilitas.
Serbuk sangat halus, berwarna putih
Pengikat PVP - - 1,4 sampai krem, tidak atau hampir
tidak berbau, Higroskopik
Penghancur Serbuk amorf lunak berwarna
Pati Jagung - 6,5 2,1
/ putih dan tanpa rasa manis
Disintegra
n
Pelicin / Sangat halus, putih keabu-
Talkum 0,65 0,195 0,7
Glidan abuan putih, tidak berbau, serbuk
kristal.
Berwarna putih, memiliki bau
Pelincir
Mg. Stearat 1 0,65 0,35 samar asam stearat dan rasa yang
/
khas. Serbuk berminyak dan mudah
Lubrika
melekat pada
n
kulit.
Granul putih atau kristal, bersifat
Natriu higroskopik dalam bentuk
Pengawet
m - - 0,07 serbuknya, tidak berbau atau
Benzoa memiliki bau seperti benzoatnya,
t memilki rasa yang tidak
manis.
Avicel Sebagai depolimer selulosa
Pengisi
pH 11 4,32 Qs berwarna
102 putih, tidak berbau, tidak berasa
49
dan tidak berbau
Kristal tidak berwarna, berupa
Pemanis
Sakarosa - - 7 masa kristalin, atau serbuk kristal
putih, tidak
berbau, rasa manis
Parameter :
Tablet bulat Tablet bulat
Tablet bulat . Organoleptis= Warna, Rasa, Bau,
berwarna berwarna putih,
berwarna Penampilan (mengkilap atau
putih, rasa rasa sedikit
putih, rasa kusam), dan Tekstur permukaan
pahit, bau manis, bau
pahit, bau (halus atau kasar).
obat, obat,
obat, . Uji kerapuhan= < 1%
Karakteristik Sediaan penampilan penampilan
penampilan . Keseragaman Bobot= Bila bobot
mengkilap, mengkilap,
kusam, rata-rata lebih kurang 300 mg,
tekstur tekstur
tekstur jika ditimbang satu persatu tidak
permukaan permukaan
permukaan lebih dari 2 buah tablet yang
halus halus
kasar masing- masing bobotnya
n (Zat (Zat aktif), (Zat aktif), ratanya, dan tidak ada satupun
Komponen
aktif), pati jagung PVP tablet yang bobotnya
50
(pelicin), Mg (penghancur) jagung . Uji waktu hancur = Tidak lebih
stearat , Talkum (penghancur), dari 15 menit
(pelincir), (pelicin) , talkum . Uji kekerasan dikatakan baik
Avicel pH Mg Stearat (pelicin), apabila mempunyai kekerasan
102 (pengisi) (pelincir), mg.stearat antara 4-8 kg.
Avicel pH (pelincir),
102 (pengisi) Natrium
benzoat
(pengawet),
avicel pH 102
(pengisi),
sakarosa
(pemanis
)
Kempa Granulasi
Metode Granulasi
langsung Kering Kering
Uji evaluasi
Uji
granul (sudut
keseragaman
diam,
bobot, uji
Uji kecepatan alir
keseragaman
organoleptis, granul), uji
ukuran, uji
uji keseragaman
kerapuhan, uji
Keseragaman bobot, uji
waktu hancur,
Evaluas bobot, uji keseragaman
uji evaluasi
i kerapuhan, uji ukuran, bobot
granul (sudut
waktu hancur, rata-rata, uji
diam,
uji kekerasan kerapuhan, uji
kecepatan alir
waktu hancur,
granul)
uji
kekerasa
n
51
Hasil evaluasi dari formula 1 dengan menggunakan metode kempa langsung
menunjukkan hasil organoleptis tablet berwarna putih, rasa pahit, bentuk bulat penampilan
mengkilap, tekstur permukaan halus. Untuk uji waktu hancur 22 menit yakni tidak memenuhi
persyaratan FI selama tidak lebih 15 menit. Waktu hancur tablet yang semakin lama maka
efek terapi yang ditimbulkan tubuh akan semakin lama, uji kekerasan didapatkan hasil 14,6
kp. Pada uji keseragaman bobot didapatkan hasil 711,4 mg telah memenuhi keseragaman
bobot menurut FI, sedangkan uji kerapuhan tablet 0,048% memenuhi syarat < 1 %.
Formula 2 menunjukkan hasil pada uji keseragaman bobot memenuhi persyaratan pada
FI. Pada uji keseragaman ukuran dengan tebal 6,18 mm, diameter 20,54 mm, Uji kerapuhan
52
sebesar 33,10%. Uji evaluasi granul (sudut diam: 26,5⁰ hal ini menunjukkan bahwa
rancangan formula daya mengalir serbuk baik karena sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa bila sudut lebih kecil dari 30⁰ menunjukkan serbuk dapat mengalir bebas,
dan uji kecepatan alir granul didapat 0,16 g/detik, untuk syarat dari kecepatan yaitu sifat alir
suatu granul dikatakan baik jika waktu alir tidak lebih dari 10 detik, jadi kecepatan alir granul
formula baik) (Lachman et al, 1994).
Pada formula 3 bobot rata-rata tablet yang didapat sebesar 655,96 hal ini telah
memenuhi syarat yakni tidak ada satu tablet yang nilainya dibawah dari yang telah
dipersyaratkan oleh FI edisi V 2014 (bobot rata-rata tablet dikatakan baik dan dapat
digunakan jika memenuhi syarat nilai sebesar 660 ± 10,56 mg), hasil uji keseragaman bobot
telah memenuhi syarat sesuai FI V tahun 2014, uji kerapuhan tablet didapatkan hasil 0,14%
dapat disiimpulkan bahwa uji kerapuhan memenuhi syarat yang mengacu pada FI V tahun
2014 yaitu maksimal nilai dari kerapuhan sebesar 1%, uji waktu hancur didapatkan hasil 12
menit 35 detik, hal ini sesuai dengan persyaratan FI yakni tidak lebih dari 15 menit, uji
kekerasan yang didapat sebesar 9,45 kp sesuai dengan literatur.
3.3 Pengadaan Sediaan Tablet Amoksisilin
Mutu obat di industri farmasi tidak hanya diketahui dari hasil pengujian, namun
harus dibuat dan dibentuk ke dalam setiap produk yang dibuat. Dalam proses
pembuatan obat, terdapat berbagai bagian yang menyokong keberhasilan suatu proses
pembuatan obat, mulai dari kedatangan bahan baku hingga obat lulus untuk dipasarkan.
Berikut alur bahan baku untuk produksi sediaan obat :
1. Pengadaan bahan baku dilakukan oleh bagian PPIC yang di kepalai oleh
Apoteker karena apoteker dibekali pengetahuan tentang manajemen dan juga di
bekali pengetahuan mengenai stabilitas bahan baku yang dalam pemilihan bahan
baku harus dilakukan dengan baik sesuai dengan stabilitas dari bahan baku, dan
sesuai dengan jumlah bahan baku yang dibutuhkan.
2. Kemudian manager atau penanggung jawab produksi yaitu seorang apoteker
melakukan pemesanan kepada suplier sesuai dengan bahan bakunya. Apabila
bahan baku yang dipesan tersebut tidak tersedia pada suplier yang bersangkutan
selanjutnya akan dilakukan pembelian. Kepala atau manager pembeliaan adalah
seorang apoteker karena apotekerlah yang mengetahui tentang bahan baku dan
bahan kemas itu sendiri beserta dokumen-dokumen penyertanya yang penting
mengenai bahan baku yang dipesan.
53
3. Setelah bahan baku diterima, bagian QC yang dikepalai oleh seorang apoteker
akan melakukan pemeriksaan dan pengujian bahan baku. Jika bahan yang tidak
memenuhi spesifikasi akan dikembalikan ke pemasok/suplier, dan bahan yang
memenuhi spesifikasi akan dirubah labelnyadari quarantine released.
4. Kemudian, petugas gudang melakukan penyimpanan bahan baku tersebut ke
dalam gudang dengan karakteristik dan spesifikasi dari masing-masing bahan
baku.
5. Untuk proses produksi, bahan tersebut akan diminta melalui form permintaan
bahan, untuk kemudian ditimbang dan dilanjutkan ke bagian produksi. Transfer
bahan baku dari gudang ke area produksi juga jadi aspek penting tersendiri.
Karena spesifikasi ruang gudang dengan spesifikasi ruang produksi berbeda.
Diawali dari pengambilan bahan baku dari gudang yang telah diluluskan
oleh bagian QC. Pengeluaran bahan baku dari gudang untuk proses produksi
harus disertai dokumen Raw Material Requisition. Bahan baku yang telah diambil
dari gudang ditimbang di dalam ruang timbang. Bahan yang telah ditimbang
diberilabel/penandaan dan dimasukkan ke ruang produk antara untuk menunggu
proses granulasi dalam pembuatan tablet.
Proses selanjutnya adalah proses mixing, hingga terbentuk massa granul
basah. Massa granul basah diayak. Granul basah yang diperoleh dikeringkan
dengan fluid bed dryer (FBD) hingga diperoleh granul kering. Pada proses ini
dilakukan cek kadar air oleh bagian IPC. Granul yang diperoleh dan telah kering
dicampur dengan bahan penghancur dan bahan pelicin di dalam mixer, pada
proses ini dilakukan pemeriksaan keseragaman kadar zat aktif terhadap granul
oleh bagian analisa (laboratorium analisa). Granul selanjutnyadicetak.
Tablet yang dihasilkan diperiksa oleh bagian IPC meliputi pemeriksaan
keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur Sedangkan untuk
pengujian disolusi dan kadar zat aktif dilakukan oleh bagian analisa. Setelah
tablet lulus uji, dimasukkan pada pengemasan primer yang meliputi proses
stripping. Dilakukan pemeriksaan kebocoran strip oleh bagian IPC. Selanjutnya
dikemas sekunder dan diperiksa penampilan, kelengkapan, dan penandaan oleh
54
QC. Jika lulus uji, dimasukkan ke dalam gudang produk jadi.
55
2. Evaluasi
Uji alir granul dilakukan dengan alat granules flowdex tester. Jumlah
sampel yang digunakan adalah 20 g. Parameter yang diukur adalah
kecepatan alir granul dan sudut istirahat.
b. Uji kecepatan alir granul
56
Uji ini dilakukan dengan menggunakan alat Tap Density Tester. Sampel
yang digunakan 20 g. Pemeriksaan dilakukan dengan memasukkan granul
sampai volume 100 ml dalam gelas ukur kemudian ditimbang bobotnya.
57
d. Tap Density
Uji ini dilakukan dengan menggunakan alat Tap Density Tester. Bobot
sampel yang digunakan 20 g. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
memasukkan granul sampai 100 ml ke dalam gelas ukur kemudian alat
dijalankan dan diamati volume pada tiapa interval 100 ketukan dari 100
sampai 500 ketukan, kemudian 1000 ketukan.Pada 1000 ketukan amati
volume granul pada tiap interval 1000 ketukan sampai total 4000 ketukan.
Hitung tap density pada saat volume konstan selama 3 kali berturut-turut.
e. Distribusi partikel
Uji ini menggunakan sampel 10 g dan diayak dengan ukuran ayakan tertentu
f. Penetapan Kadar
a. Keseragaman bobot
Uji ini menggunakan timbangan. Sampel diambil dari hopper kanan dan
hopper kiri pada awal, tengah dan akhir produksi. Pemeriksaan ini juga
dilakukan oleh bagian produksi setiap 30 menit.
b. Kerapuhan
Uji ini menggunakan alat Friablilty tester . Sampel yang digunakan diambil
dari hopper kanan maupun kiri pada awal, tengah dan akhir produksi.
c. Kekerasan
d. Waktu hancur
e. Ketebalan
58
Alat yang digunakan Dial Thickness tester
f. Keseragaman kadar
59
dikeluarkan R&D
g. Uji disolusi
61
diserah terimakan ke bagian gudang. Beberapa informasi tercantum pada master
box antara lain, terlindung dari cahaya, cara menyusun, jangan memakai alat
pengait, dan maksimal tumpukan, yang memiliki tujuannya untuk menghindari
kerusakan selama penyimpanan atau pendistribusian. Tahap pengemasan
sekunder dilakukan In process control dengan memeriksa hasil dari printed
material.
4. Penyimpanan
Proses distribusi terdiri dari dua bagian yaitu distribusi bahan baku dan
62
bahan kemas serta distribusi produk jadi. Distribusi bahan baku dan bahan kemas
ke lokasi produksi. Distribusi obat jadi amoksilin untuk market lokal melalui
63
distributor dan distribusi obat jadi untuk market luar negri dan eksport melalui
forwarder. Proses distribusi bahan baku dan bahan kemas yang akan digunakan
untuk produksi dilakukan berdasarkan work order (WO) picklist yang
dikeluarkan oleh bagian PPIC. Picklist berisi jenis dan jumlah bahan baku dan
bahan kemas yang dibutuhkan untuk proses produksi amoksilin, yang telah
disesuaikan dengan forecast marketing. Untuk bahan baku, setelah WO picklist
keluar maka petugas gudang akan menyiapkan bahan baku yang diminta,
selanjutnya akan diserahkan ke bagian dispensing untuk ditimbang. Penimbangan
dilakukan oleh 1 orang petugas gudang dan 1 orang dari petugas produksi serta
disaksikan oleh seorang dispensing supervisor dari pihak produksi. Sisa bahan
baku akan dikembalikan lagi ke dalam gudang. Untuk bahan kemas, petugas
gudang akan menyiapkan bahan sesuai dengan jumlah yang diminta dan
mengantarkan ke bagian produksi yang meminta. Pada saat serah terima bahan
baku maupun bahan kemas, dilakukan pengecekan ulang oleh bagian produksi
terhadap jumlah bahan yang diterima, jika sesuai, picklist akan ditandatangani.
Kemudian picklist tersebut akan diserahkan kembali ke bagian produksi yang
bersangkutan untuk selanjutnya disimpan dalam job sheet/batch record sebagai
dokumen. Setelah proses produksi selesai maka bagian produksi akan melakukan
penerimaan work order (WO receive) ke lokasi “income-fg” dengan status
karantina untuk diperiksa oleh QC. Untuk produk obat yang telah lulus dari
pengujian maka akan dilakukan pemindahan barang dari bagian produksi ke
gudang finished good, kemudian barang diperiksa oleh petugas gudang yang
meliputi pemeriksaan fisik, jumlah serta nomor bets dan setelah cocok maka
barang akan diterima dan diletakkan sesuai dengan spesifikasi penyimpanan dari
produk tersebut. Pada saat penerimaan maka akan ada pencatatan pada log book
mengenai produk obat yang diterima serta pemasukan data dalam sistem Mfg-
Pro yang dilakukan oleh pihak produksi saat WO receive. Proses penerimaannya
dilakukan pada loading area yang telah disiapkan.
Proses distribusi produk jadi kepada distributor dilakukan berdasarkan
packing list yang dikeluarkan oleh bagian marketing. Dalam hal ini distributor
akan mengirimkan order ke bagian marketing, kemudian marketing akan
memasukkan data pesanan dari distributor (placement order), setelah itu akan
dikeluarkan packing list-nya. Packing list ini kemudian akan dihitung nilai rupiah
dari barang yang akan didistribusikan oleh bagian keuangan, sedangkan dari
petugas gudang akan menyiapkan barang yang diminta dan order distributor
64
harus sudah sesuai
65
dengan multipack berdasarkan packing list yang diterima. Setelah barang yang
diminta sudah siap, maka akan dibuat surat panggilan ke distributor untuk
mengambil barang. Setelah itu, bagian keuangan akan melakukan pemotongan
stok barang yang ada di dalam sistem (shipment) dan mencetak invoice.
Kemudian barang tersebut akan diserahkan kepada distributor sesuai dengan
jadwal yang ditentukan dan proses penyerahan barang ke distributor dilakukan di
ruang transito untuk dilakukan crosscheck kesesuaian barang.
3.5 Hasil Formulasi Sediaan Tablet Amoxicillin
Karakteristik
Komponen Bahan Bahan
Jumlah Persentase (%) Karakteristi
k
Putih, serbuk kristal sedikit berbau, kelembapan
Zat aktif Amoxicillin
50 tinggi dan suhu diatas 37oC dapat mempengaruhi
stabilitas.
Serbuk sangat halus, berwarna putih sampai
Pengikat PVP
1,4 krem, tidak atau hampir tidak berbau,
Higroskopik
Serbuk amorf lunak berwarna putih dan tanpa
Penghancu Pati jagung
2,1 rasa manis
r
Sangat halus, putih keabu-abuan putih, tidak
Pelicin Talkum
0,7 berbau serbuk kristal.
67
rasa sedikit manis, bau (mengkilap atau kusam), dan Tekstur
obat, penampilan permukaan (halus atau kasar).
mengkilap, tekstur 2. Uji kerapuhan= tidak lebih dari 1%
permukaan halus 3. Keseragaman Bobot= Bila bobot rata-rata
Amoksisilin (Zat aktif), lebih kurang 300 mg, jika ditimbang satu
PVP (pengikat), Pati persatu tidak lebih dari 2 buah tablet yang
Pada formula baru merupakan formula hasil dari pengembangan formulasi 1 dan 2 ,
metode yang digunakan granulasi kering melihat dari karakteristik zat aktif amoksisilin yang
tidak tahan dengan air. Konsentrasi zat aktif amoksisilin yang digunakan yaitu 50 % dan
menambahkan PVP sebagai pengikat untuk penambah kekerasan. Untuk evaluasi granul
68
kecepatan alir didapatkan hasil 5,35 gram/detik dimana hasil tersebut memenuhi syarat
mudah mengalir 4-10 gram/detik. Waktu alir granul berpengaruh terhadap keseragaman
bobot tablet apabila waktu alir baik maka keseragaman bobot tablet akan baik juga. Sudut
diam granul didapatkan hasil 30,25◦ telah memenuhi syarat cukup sudut diam granul yaitu
30-40◦, besar kecilnya sudut diam berpengaruh terhadap bentuk ukuran dan kelembaban
serbuk.
Selain pengujian organolaptis pada tablet dapat dilakukan pengujian lain, berupa
keseragaman bobot dengan rata-rata 665, 52 mg . Untuk keseragaman ukuran didapat
ketebalan tablet sebesar 5,5 mm dengan diameter 18 mm dengan hasil tersebut telah
memenuhi persyaratan yaitu diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang 11/2 tebal
tablet. Untuk
69
uji kekerasan didapat hasil 9,45 kp telah sesuai persyaratan dimana dikatakan baik apabila
mempunyai kekerasan 4-8 kg. Uji kerapuhan 0,14 % telah memenuhi syarat menurut FI yaitu
tablet yang baik memiliki kerapuhan < 1% dalam mempertahankan zat aktifnya. Uji waktu
hancur didapatkan hasil 12 menit 35 detik telah memenuhi persyaratan yaitu tidak lebih dari
15 menit, waktu hancur yang cepat maka efek terapi yang akan ditimbulkan oleh tubuh akan
cepat pula.
70
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Cara produksi sediaan tablet amoxicillin yang baik yakni dimulai dari tahap
merancang formulasi yang dilakukan oleh bagian R&D (dikepalai 1 orang
apoteker) kemudian dilanjutkan dengan pembuatan oleh bagian produksi
(dikepalai 1 apoteker) dimulai dari penimbangan bahan baku sampai tahap
pengemasan, dan disimpan ke dalam gudang obat jadi. QC (dikepalai 1 Apoteker)
melakukan pengawasan mutu pada setiap proses produksi, QA(dikepalai 1
apoteker) bertanggungjawab terhadap pereleasan produk jadi yang telah dibuat
oleh bagian produksi dengan menjamin semua produk sesuai dengan ketentuan-
ketentuan pada CPOB.
2. Komponen yang digunakan dalam membuat sediaan tablet amoksisilin yang baik
adalah terdapat zat aktif berupa amoxicillin tryhidrate dengan bahan tambahan
yaitu PVP,Na alginat (pengikat), Pati jagung, Amylum (Penghancur/Disintegran),
Talkum,Aerosil (Pelican/Glidan), Mg. Stearat, As stearat (Pelincir/Lubrikan),
Natrium Benzoat, Nipagin (Pengawet), Avicel pH 102 (Pengisi), Sukarosa
(Pemanis).
3. Pengadaan sedian tablet amoksisilin. Pengadaan barang dilakukan sesuai dengan
permintaan masing-masing bagian. Permintaan barang-barang inventory
dilakukan oleh bagian PPIC dengan cara mengeluarkan MPR (Material Purchase
Requisition), sedangkan barang-barang Non-Iventory diminta oleh bagian yang
bersangkutan dengan cara mengeluarkan PR (Purchase Requisition). Kedua surat
tersebut kemudian diserahkan kebagian purchasing, kemudian bagian purchasing,
melakukan pembelian sesuai dengan kebutuhan. Bagian purchasing melakukan
pembelian sesuai dengan supplier yang telah ditetapkan sebelumnya. Pembelian
barang dilakukan oleh bagian purchasing dengan cara mengeluarkan Purchase
Order (PO) yang diserahkan ke supplier. Purchase Order yang akan diberikan
kepada supplier, sebelumnya harus sudah mendapatkan persetujuan dari Plant
Manager.
4. Alur produksi tablet amoxicillin :
a Diawali dengan penimbangan
71
b Proses selanjutnya dilakukan granulasi hingga terbentuk masa granul
kemudian dilakukan evaluasi pemeriksaan IPC granul meliputi : sifat alir
granul, uji kecepatan alir granul, Bulk Density, Tap Density dan penetapan
kadar.
c Penetapan kadar dilakukan dilaboratorium oleh Quality Control dengan
metoda analisa yang dikeluarkan oleh R&D.
d Granul yang memenuhi persyaratan ditempel label Released dan dapat
dilanjutkan untuk proses pencetakan massa granul menjadi tablet.
e Selanjutnya dilakukan pengayakan kemudian bahan dicampur kembali
dengan penambahan bahan pengikat, pelicin dll untuk dikempa.
f Tablet dikemas dan dilakukan pengecekan stabilitasnya oleh bagian IPC.
Pemeriksaan IPC meliputi keseragaman bobot, kerapuhan, kekerasan,
waktu hancur, ketebalan, keseragaman kadar, dan uji disolusi.
g Tablet yang telah lulus pemeriksaan dapat dikemas dengan bahan
pengemas yang sudah dinyatakan lulus oleh departemen QC. Pengecekan
bahan pengemas dilakukan sebelum proses pengemasan, dengan
pengecekan berupa nomor bets dan kualitas pengemas. Pengemas yang
tidak layak pakai tidak digunakan untuk proses pengemasan dan akan
dikarantina untuk dimusnahkan.
h Setelah proses produksi selesai maka bagian produksi akan melakukan
penerimaan Work Order (WO receive) ke lokasi “income-fg” dengan
status karantina untuk diperiksa oleh QC. Untuk produk obat yang telah
lulus dari pengujian maka akan dilakukan pemindahan barang dari bagian
produksi ke gudang finished good, kemudian barang diperiksa oleh
petugas gudang yang meliputi pemeriksaan fisik, jumlah serta nomor bets
dan setelah cocok maka barang akan diterima dan diletakkan sesuai
dengan spesifikasi penyimpanan dari produk tersebut sesuai CPOB.
i Proses distribusi produk jadi kepada distributor dilakukan berdasarkan
packing list yang dikeluarkan oleh bagian marketing.
5. Formula tablet amoksisilin yang dibuat adalah amoksisilin 50% dengan bahan
tambahannya PV 1.4%, Pati jagung 2,1%, Talkum 0,7%, Mg stearat 0,35%,
Natrium Benzoat 0,07%, Avicel pH 102 qs, Sakarosa 7%. Tablet amoksisilin
dibuat dengan metode granulasi kering yaitu metode yang dilakukan dengan cara
membuat granul secara mekanis tanpa bantuan bahan pengikat. Karakteristik hasil
evaluasi tablet amoksisilin adalah berbentuk bulat, berwarna putih, rasa sedikit
72
manis, penampilan mengkilap dan tektstur permukaan halus. Bobot rata-rata
tablet sebesar 655,96 mg, uji kerapuhan 0,14%, uji waktu hancur 12 menit 35
detik, uji kekerasan 9,45 kp. Evaluasi Granul : Uji Kecepatan Alir 5,35 gram
73
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G., 2006, Pengembangan Sediaan Farmasi, hal 207-217, Penerbit ITB,
Bandung American society of Healt-System pharmacy. 2010. AHFS. Drug
Information.USA : ASHP incorporation
Ansel Howarrd C. 2011. Pengantar bentuk sediaan farmasi edisi ke empat.Penerbit
universitas Indonesia : Jakarta
Badan POM. 2018. Pedoman cara pembuatan obat yang baik. Jakarta : BPOM
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia edisi V:
Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995. Farmakope Indonesia, Edisi III :
Jakarta Excipients 6th ed. London: Pharmaceutical Press
Kustanti, T., 2015, Uji Stabilitas Fisik dan Kimia Sediaan Sirup Racikan yang
Mengandung Amoksisilin. Disertasi, Fakultas Farmasi, Purwokerto: Universitas
Muhamadiyah Purwokerto
Lachman L., Herbert, A.L & Joseph , L.K,2008. Teori dan Praktik Industri Farmasi
Edisi III. Penerbit Universitas Indonesia : Jakarta
Maetin (1971) “DisPensing of Medication” Mark Publishing Company ;
USA Murtini Gloria dan Yetri Elisa. 2018. Teknologi sediaan solid.
Parrot, E.L.1971. Pharmaceutical Techonology Fundamental Pharmaceutics, 3th,
Burgess Publishing Company, Minneapolis.
R. Voight (1994) “Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi IV” Gadjahmada UI-Pres ;
Yogyakarta
Rowe, R C., Sheskey, P. J., and Quinn, M.E. 2009. Handbook of Pharmaceutical U.S.
Pharmacopia. The United States Pharmacopia, USP. 30/The National Formulary, NF
25. 2007. Rocvillie, MD: U.S Pharmacopial Convention.
Wahyuningsih, I., 2013, Formulasi Tablet Serbuk Pisang Raja (Musa xparadisia
AAB) Sebagai Penutup Tukak Lambung Pada Tikus. Pharmaciana.
74
75