PENGELOLAAN RESEP
KELOMPOK IX
KELAS E
Adiyanto 19344058
Agus priyanto 19344045
Ariany budiharyaty 19344050
Inas widhiarni 19344063
dengan baik. Makalah ini dibuat sebagai tugas kelompok matakuliah Farmasi
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kesalahan dalam menyusun makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
3
II.5. Pemusnahan dan Penarikan Resep........................................21
III.1. Kesimpulan..........................................................................22
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….24
4
BAB I
PENDAHULUAN
seorang dokter kepada apoteker yang berisi nama obat, bahan medis habis pakai,
alat kesehatan untuk digunakan sendiri atau untuk pasien. Dokter menulis resep
harus mencantumkan nama, alamat, No. SIP, tanggal menulis resep, tanda R/,
nama obat, jumlah, aturan pakai, tanda tangan atau paraf dokter, nama dan umur
pasien.
Obat yang ditulis dalam resep ada yang golongan obat bebas, obat bebas
terbatas, obat keras, obat psikotropika atau obat narkotika. Untuk obat golongan
dikemudian hari membutuhkan informasi dari resep tersebut. Oleh karena itu
5
5. Bagaimana cara pemusnahan dan penarikan resep
1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai tugas kelompok matakuliah
ajaran 2019/2020.
1.4. Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Resep
6
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 73 tahun 2016
tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untut
7
Yaitu resep yang sudah dimodifikasi atau diformat oleh dokter bisa
2. Resep medicinal
Yaitu resep obat jadi, bisa berupa obat paten, merek dagang maupun
lain.
Yaitu penulisan resep obat dengan nama generic dalam bentuk sediaan
di bidang farmasi.
8
4. Instalasi farmasi atau apotek rentang waktu bukanya lebih
material oriented.
1. Dokter umum.
9
2.
gigi diberi izin menulis resep semua jenis obat yang ditujukan
(ambillah). Dibelakang tanda ini (R/) biasanya baru tertera nama dan
jenis pelayanan sesuai SIP, nomor SID/ SIP, alamat praktek, nomor
telepon dan waktu praktek. (Riza, 2017). Suatu resep yang lengkap
1. Prescriptio/Ordonatio
2. Inscriptio
10
Berisi nama, alamat, no. telepon dokter dan SIP/SIK dokter, kota dan
3. Invactio
4. Signatura
5. Subscrioptio
6. Pro (diperuntukkan)
11
ingin orang lain mengetahuinya. Oleh karena itu kerahasian
dijaga, kode etik dan tata cara penulisan resep diperlukan untuk
1. Tanda Segera
sebagai berikut:
Cito : segera
Urgent: penting
12
Bila dokter ingin resepnya dibuat dan dilayani segera oleh
Statim dan PIM dapat ditulis sebelah kanan atas atau bawah blanko
resep (Jas, 2008). Urutan yang didahulukan adalah PIM, statim dan
cito.
oleh pemerintah.
13
5. Resep yang Mengandung Narkotika
yang artinya dapat diulang, tidak boleh ada u.c (usus cognitus) yang
1. Resep ditulis jelas dengan tinta dan lengkap di kop resep, tidak ada
sendok dengan signa bila genap ditulis angka romawi, tetapi angka pecahan
dokter bersangkutan dan dicantumkan alamat pasien dan resep tidak boleh
14
9. Tidak menyingkat nama obat dengan singkatan yang tidak umum
(singkatan sendiri).
10. Hindari tulisan sulit dibaca hal ini dapat mempersulit pelayanan.
record dokter dalam praktik dan bukti pemberian obat kepada pasien yang
Penulisan resep dalam bahasa latin dan dalam bentuk singkatan, ini
sudah baku dan bahasa ini sudah jarang dipakai dalam komunikasi
obat lebih mendalam mengenai berbagai jenis, bentuk, sediaan dan jumlah
kimia.
1. Pengkajian administratif
15
Persyaratan administrasi meliputi: nama dokter, alamat praktek dokter, SIP
dokter, tanda tangan/ paraf dokter, tanggal penulisan resep, nomor telepon dokter,
nama pasien, alamat pasien, umur pasien, jenis kelamin pasien, berat badan pasien
a. Penulisan nama dokter ada yang menggunakan tulisan tangan dan ada
yang menggunakan stampel. Nama dokter berguna bila terdapat hal yang
pada penulisan resep maka apoteker dapat dengan mudah menghubungi dokter
setiap dokter dan dokter gigi yang akan melakukan praktik kedokteran
SIP dokter.
ditulis oleh dokter penulis resep, oleh pihak apoteker tanggal resep
16
memerlukan pengobatan jangka panjang serta pemantauan resep yang
yang tidak jelas akan menyebabkan obat keliru diberikan pada pasien
(Joenoes, 2001).
sudah tepat atau belum dengan umur pasien terutama anak-anak. Dalam
resep terdapat nama pasien, tetapi tidak mencantumkan umur, maka resep
k. Berat badan pasien digunakan sebagai control supaya lebih akurat dalam
17
khusus dalam pengaturan dosis, karena pasien anak memiliki berat badan
yang lebih kecil dari pada pasien dewasa. Apabila bobot pasien anak
diketahui, maka perhitungan dosis berdasarkan berat badan akan lebih sesuai,
2. Kesesuaian farmasetik
a. Nama obat adalah obat yang diresepkan oleh dokter untuk pasiennya,
bentuk sediaan, misalnya tablet dengan satuan milligram atau larutan dengan
obat yang diresepkan tidak tersedia dalam berbagai macam kekuatan. Maka
pada resep obat sangat penting maka harus ditulis dengan jelas agar tidak
berapa banyak obat yang dibutuhkan untuk terapi pada pasien. Jika dalam
18
resep tidak dicantumkan jumlah obat maka apoteker harus mengkonfirmasikan
a. Dispensing.
pasien akibat penanganan, tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah. Hasil
medication error ini menyebabkan terjadinya pemakaian obat yang tidak tepat.
1. Prescribing error : kesalahan yang terjadi selama proses peresepan obat atau
kesalahan penulisan dosis, lupa menulis kadar obat, tulisan tangan pada resep yang
tidak terbaca, tidak adanya aturan pakai, tidak jelas nama obat.
meliputi content error dan labeling error : Jenis dispensing error ini dapat berupa
pemberian obat yang tidak tepat dan obat tidak sesuai dengan resep.
19
4. Administration error : kesalahan yang terjadi selama proses pemberian obat
kepada pasien meliputi kesalahan teknik pemberian rute, waktu, salah pasien
(Charles, 2006).
penulis resep dan pasien, selain itu berkaitan dengan tidak adanya informasi
dengan klinis seperti kesalahan dosis obat, interaksi obat dan kesalahan cara
penggunaan obat.
1. Resep yang mengandung narkotika dipisahkan dan diberi garis merah dibawah
nama obat.
2. Resep disimpan menurut urutan tanggal dan nomor urut penerimaan resep.
dilakukan dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang memadai oleh apoteker
20
apotek. Pada pemusnahan resep harus dibuat berita acara pemusnahan sesuai
dengan bentuk yang telah ditentukan, rangkap 4 dan ditanda-tangani oleh apoteker
apotek. Berita acara tersebut dikirim masing – masing kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi dan arsip di apotek. Berita acara pemusnahan resep
memuat:
5. Apoteker tidak dibenarkan mengulangi penyerahan obat atas dasar resep yang sama
apabila pada resep aslinya tercantum n.i (ne iteratur = tidak boleh diulang)
atau obat narkotika atau obat lain yang oleh Menkes dan Badan POM yang
kefarmasian di Apotek, )
21
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan dari data yang diperoleh dari penyusunan makalah ini, maka dapat
disimpulkkan bahwa:
1. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan
apotek. Apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat yang ditulis dalam
tinjauan kerasionalan obat. Resep yang lengkap harus ada nama, alamat
dan nomor ijin praktek dokter, tempat dan tanggal resep, tanda R/ pada
bagian kiri untuk tiap penulisan resep, nama obat dan jumlahnya, kadang-
kadang cara pembuatan atau keterangan lain (liter, prn, cito) yang
dibutuhkan, aturan pakai, nama pasien, serta tanda tangan atau paraf
dokter.
4. Copy resep atau turunan resep adalah salinan resep yang dibuat oleh
apoteker atau apotek. Selain memuat semua keterangan obat yang terdapat
22
B. SARAN
Saran penulis dari penyusunan makalah ini berikutnya adalah sebaiknya
setiap apoteker dan petugas kesehatan lainnya harus mengikuti semua aturan yang
DAFTAR PUSTAKA
23
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 73 Tahun
2016. Kepmenkes No. 1027/Menkkes/SK/IX/2004.
Jas, A. (2008). Perihal Resep & Dosis serta Latihan Menulis Resep.
Universitas Sumatera Utara Press. Medan. Halaman 5-12.
Zaman, J. (2001). Ars Prescriben resep yang rasional. Jilid 23. Airlangga
University press. Halaman 18.
Bobb, A., Gleason, K., Husch, M., Feinglass, J., Yarnold, P.R., Noskin,
G.A. (2004). The Epidemiology of Prescribing Errors: The Potential Impact of
Computerized Prescriber Order Entry. Archives of Internal Medicine. 164:
785-792.
Ni, K.M., Siang, C.S., dan Muhammad Nor, R. (2002) Non compliance with
Prescriptions Writing Requirements and Prescribings Errors in an
Outpatient Department. Malaysian of Journal Pharmacy. 1 (2): 45-50.
24