Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN PRAKTEK KERJA PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

DI
PUSKESMAS KEDAI DURIAN

Disusun Oleh:
RINDA RAMADANI, S.farm
222130084

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PPROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER
DI
UPT PUSKEMAS KEDAI DURIAN
Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan

Disusun oleh :
RINDA RAMADANI, S.Farm
222130084

Pembimbing

apt. Cut Masyitah Thaib,S.Farm.,M.Si Apt. Khadijah, S.Farm


NIDN: 0101018106 NIP: 199403242022032002
Staf Pengajar Fakultas Farmasi Dan Ilmu Apoteker Penangung Jawab Instalasi
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Farmasi UPT. Puskesmas Kedai Durian

Medan, 5 Desember 2023


Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker
Universitas Sari Mutiara Indonesia Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Dekan, Universitas Sari Mutiara Indonesia
Ketua,

Taruli Rohana Sinaga, SP.,MKM., Ph.D apt. Dra. Modesta Tarigan, M.Si
NIDN 0116107103 NIDN 0119036801
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek
Kerja Pendidikan Profesi Apoteker (PKPPA) dan menyusun laporan Praktek
Kerja Pendidikan Profesi Apoteker (PKPPA) yang diselenggarakan pada tanggal
13 November sampai 8 Desember 2023 di UPT Puskesmas Kedai Durian. Adapun
Praktek Kerja Pendidikan Profesi ini merupakan salah satu syarat dalam
menyelesaikan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi
dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia untuk memperoleh gelar
apoteker.
Terlaksananya Praktek Kerja Pendidikan Profesi Apoteker ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Parlindungan Purba, SH., MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara
Medan
2. Ibu Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes selaku Rektor Universitas Sari
Mutiara Indonesia
3. Ibu Taruli Rohana Sinaga, SP., MKM., Ph.D selaku Dekan Fakultas
Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ibu apt. Dra Modesta Harmoni Tarigan, M.Si sebagai ketua program
Studi Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
5. Ibu apt. Cut Masyitah Thaib, S.farm.,M.Si, selaku Pembimbing yang
telah berkenan memberikan arahan, bimbingan dan berbagi
pengalamannya kepada penulis selama melaksanakan praktek kerja
pendidikan profesi apoteker hingga selesainya penulisan laporan ini.
6. Ibu apt. Khadijah, S.Farm selaku apoteker Penanggung jawab Apotek
(APA) di UPT Puskesmas Kedai Durian yang telah berkenan
memberikan arahan, bimbingan, pengetahuan dan pengalamannya
kepada penulis selama menjalani PKPPA sampai selesainya
penyusunan laporan ini
7. Seluruh pegawai di UPT Puskesmas Kedai Durian atas kerja sama dan
bantuan yang telah diberikan selama penulis melaksanakan Praktek
Kerja Pendidikan Profesi Apoteker di UPT Puskesmas Kedai Durian
8. Seluruh staf pengajar Program Studi Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara yang telah
memberikan bimbingan dan pengetahuan kepada penulis
9. Kedua orangtua tercinta, serta Keluarga yang senantiasa selalu
memberikan kasih sayang, semangat, doa restu dan dukungan kepada
penulis.
10. Teman-teman sejawat PKPPA di UPT Puskesmas Kedai Durian atas
kerja sama dan bantuan yang diberikan selama penulis melakukan
PKPPA.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.

Medan, 5 Desember 2023

Rinda Ramadani
RINGKASAN

Telah selesai dilakukan Praktek Kerja Pendidikan Profesi Apoteker

(PKPPA) farmasi komunitas di UPT Puskesmas Kedai Durian, Jalan Sari

Kelurahan Kedai Durian Kecamatan Medan Johor. PKPPA ini dilaksanakan

dalam upaya untuk memberikan perbekalan, keterampilan dan keahlian kepada

calon Apoteker dengan melihat secara langsung cara pengelolaan suatu Apotek

Puskesmas serta peran dan fungsi Apoteker Penanggung Jawab dalam

melaksanakan pelayanan kefarmasian di Puskesmas. PKPPA dilaksanakan pada

tanggal 13 November sampai 8 Desember 2023.

Kegiatan PKPPA di UPT Puskesmas Kedai Durian antara lain, memahami

peran dan fungsi Apoteker dalam pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis

habis pakai serta melakukan promosi kesehatan kepada masyarakat.


DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
RINGKASAN.................................................................................................. v
DAFTAR ISI................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................... 1
1.2 Tujuan PKPPA di Puskesmas............................................... 3
1.3 Manfaat PKPPA di Puskesmas............................................. 4
1.4 Pelaksanaan Kegiatan........................................................... 4

BAB II TINJAUAN UMUM....................................................................... 5


2.1 Pengertian Puskesmas.......................................................... 5
2.2 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas.................................... 6
2.3 Tugas Puskesmas.................................................................. 7
2.4 Fungsi Puskesmas................................................................. 7
2.5 Wewenang Puskesmas......................................................... 7
2.6 Organisasi Puskesmas.......................................................... 9
2.7 Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.................... 9
2.8 Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai................ 10
2.9 Pelayanan Farmasi Klinik.................................................... 17
2.10 Sumber Daya Manusia......................................................... 22
2.11 Sarana dan Prasarana............................................................ 23

BAB III TINJAUAN KHUSUS UPT. PUSKESMAS Kedai Durian ...... 26


3.1 Sejarah UPT Puskesmas Kedai Durian .............................. 26
3.2 Visi dan Misi UPT Puskesmas Kedai Durian ..................... 28
3.3 Upaya Kesehatan.................................................................. 28
3.4 Sarana Kesehatan................................................................. 29
3.5 Tenaga Kesehatan................................................................. 30
3.6 Data 10 Penyakit Terbesar................................................... 30

BAB IV PEMBAHASAN............................................................................. 32
4.1 Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker............................ 32
4.2 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP................................. 32
4.3 Pelayanan Informasi Obat (PIO)................................................... 38
4.4 Pelayanan Kefarmasian................................................................. 38
4.4.1 Pelayanan Resep........................................................... 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 41
5.1 Kesimpulan........................................................................... 41
5.2 Saran..................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 42


LAMPIRAN ................................................................................................... 44
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Data Geografis Puskesmas Kedai Durian ..................................... 27


Tabel 3.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ......................... 27
Tabel 3.3 Fasilitas Gedung UPT. Puskesmas Kedai Durian ....................... 29
Tabel 3.4 Tenaga Kesehatan UPT. Puskesmas Kedai Durian ...................... 30
Tabel 3.5 Data 10 Besar Penyakit di UPT. Puskesmas Kedai Durian .......... 30

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. UPT. Puskesmas Kedai Durian ................................................ 44
Lampiran 2. Apotek UPT. Puskesmas Kedai Durian.................................... 45
Lampiran 3. Meja Kerja dan Peracikan Apotek UPT. Puskesmas Kedai
Durian ....................................................................................... 46
Lampiran 4. Rak Obat Apotek UPT. Puskesmas Kedai Durian ................... 47
Lampiran 5. Etiket Obat .............................................................................. 48
Lampiran 6. Alur Pelayanan Resep UPT. Puskesmas Kedai Durian ........... 49
Lampiran 7. Resep ........................................................................................ 50
Lampiran 8. Kartu Persediaan Obat............................................................... 51
Lampiran 9. Lembar Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO).................................................................................... 52
Lampiran 10.Lemari High Alert, Narkotika dan Psikotropika UPT.
Puskesmas Kedai Durian .......................................................... 53
Lampiran 11. Gudang Obat UPT. Puskesmas Kedai Durian ......................... 54
Lampiran 12. Kegiatan Konseling Obat ........................................................ 55
Lampiran 13. Kegiatan Promosi Kesehatan ISPA ......................................... 56
Lampiran 14. Program Kesehatan Leaflet Obat Ispa...................................... 57

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia.

Suatu usaha melalui pelayanan kesehatan perlu dilakukan untuk mendapatkan

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dalam Undang-Undang Kesehatan

Nomor 36 Tahun 2009 dinyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam

memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau.

Pemerintah bertanggung jawab untuk memastikan ketersediaan pelayanan

kesehatan yang merata dan terjangkau melalui perencanaan pengaturan dan

pengawasan atas penyelenggaraan upaya dan pelayanan kesehatan di masyarakat.

Salah satu upaya pemerintah dalam mewujudkan pembangunan kesehatan

masyarakat yaitu membentuk Pusat Kesehatan Masyarakat atau PUSKESMAS

(UU No 36, 2009).

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama,

dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya

(Permenkes, 2019).

Instalasi kesehatan yang didirikan oleh pemerintah guna membantu

masyarakat kurang mampu seperti puskesmas sangatlah membantu menjaga

kesehatan masyarakat, tetapi sejalan dengan perubahan puskesmas harus mampu

mengelola alat kesehatan, obat-obatan dengan baik. Puskesmas memberikan

1
pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat dengan sebaik-baiknya.

Secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan.

Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung

jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan keutuhan

konsep wilayah yaitu desa/kelurahan atau dusun/rukun warga (RW).

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah

tercapainya kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup 4 indikator utama, yaitu

lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan

derajat kesehatan penduduk serta mendukung tercapainya pembangunan

kesehatan nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup

schat. Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya

kesehatan masyarakat. Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan

upaya kesehatan masyarakat, Puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan

kefarmasian yang bermutu.

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak

terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu

sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat

pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan dan pelayanan

kesehatan masyarakat (Permenkes RI, 2016).

Penyelengaraan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas harus

didukung oleh ketersediaan sumber daya kefarmasian, pengorganisasian yang

berorientasi kepada keselamatan pasien, dan standar prosedur operasional sesuai

2
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penyelenggaran Pelayanan

3
Kefarmasian di Puskesmas dilaksanakan pada unit pelayanan berupa ruang

farmasi yang dipimpin oleh seorang apoteker sebagai penanggung jawab.

Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana

prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan

pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat,

informasi obat dan pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga,

dana, prasarana, sarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya

mencapai tujuan yang ditetapkan.

Mahasiswa calon Apoteker perlu mengetahui perannya pada lingkup pusat

pelayanan kesehatan masyarakat di pemerintahan sebagai salah satu tempat untuk

melaksanakan tugas profesinya kelak. Praktek Kerja Pendidikan Profesi Apoteker

(PKPPA) merupakan salah satu sarana bagi calon Apoteker untuk mendapatkan

pengalaman kerja, pengetahuan, gambaran dan pemahaman yang lebih mendalam

tentang peran apoteker di lingkup pelayanan kesehatan masyarakat. Oleh karena

itu, mahasiswa calon Apoteker melakukan PKPPA di UPT Puskesmas Kedai

Durian yang berlangsung dari tanggal 13 November sampai 8 Desmber 2023

untuk memberikan wawasan kepada calon Apoteker mengenai perannya di pusat

pelayanan kesehatan.

1.2 Tujuan PKPPA di Puskesmas

Praktek Kerja Pendidikan Profesi Apoteker di Puskesmas bertujuan untuk:

1. Meningkatkan pemahaman calon Apoteker tentang peran dan tanggung

jawab Apoteker di Puskesmas.

2. Meningkatkan pemahaman calon Apoteker tentang pelayanan kefarmasian

di Puskesmas.

4
3. Mampu melakukan promosi kesehatan masyarakat.

1.3 Manfaat PKPPA di Puskesmas

Adapun manfaat PKPPA di Puskesmas adalah:

1. Mengetahui, memahami dan mampu mengerjakan tanggung jawab

Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas.

2. Memperoleh pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di

Puskesmas.

3. Mahasiswa Apoteker mampu melakukan promosi kesehatan masyarakat.

1.4 Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Pendidikan Profesi Apoteker

(PKPPA) di UPT Puskesmas Kedai Durian Kecamatan Medan Johor yang

berlangsung dari tanggal 13 November sampai 8 Desember 2023.

5
BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Pengertian Puskesmas

Menurut Permenkes RI nomor 74 tahun 2016 Pusat Kesehatan Masyarakat

yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan

kabupaten/kota yang bertangung jawab menyelenggarakan pembangunan

kesehatan disuatu wilayah kerja.

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas

adalah tercapainya kecamatan sehat yang mencakup empat indikator yaitu

lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan

derajat kesehatan penduduk (Depkes RI, 2006).

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah

mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional dalam rangka

mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup sehat (Depkes RI, 2006).

Dalam menyelenggarakan Puskesmas agar dapat mencapai visi tersebut

perlu ditunjang dengan pelayanan kefarmasian yang bermutu dan

menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan serta upaya kesehatan

masyarakat.

a. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) adalah suatu kegiatan dan/atau

serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan,

pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderita akibat penyakit

dan memulihkan kesehatan perorangan (Menkes RI, 2019).

b. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menaggulangi

6
timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok dan

masyarakat (Menkes RI, 2019).

Permenkes No. 74 tahun 2016 tentang Puskesmas, menyebutkan bahwa

standar pelayanan kefarmasian dipuskesmas bertujuan:

a. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian

b. Menjamin kepastian hokum bagi tenaga kefarmasian

c. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak

rasional dalam rangka keselamatan pasien(patient safety).

2.2 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas

Prinsip penyelenggaraan Puskesmas sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan

No. 43 tahun 2019 tentang Puskesmas adalah:

a. Paradigma sehat.

Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen

dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi oleh

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

b. Pertanggung jawaban wilayah.

Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan

kesehatan di wilayah kerjanya.

c. Kemandirian masyarakat.

Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat.

d. Pemerataan.

Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan

terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa

7
membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.

e. Teknologi tepat guna.

Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan

teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah

dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.

f. Keterpaduan dan kesinambungan.

Puskesmas mengintegrasikan dan mengkordinasikan penyelenggaraan UKM

dan UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan sistem rujukan

yang di dukung dengan manajemen puskesmas.

2.3 Tugas Puskesmas

Tugas Puskesmas adalah melaksanakan kebijakan kesehatan untuk

mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka

mendukung terwujudnya kecamatan sehat (Menkes RI, 2019).

2.4 Fungsi Puskesmas

Dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Puskesmas memiliki

dua fungsi yaitu sebagai penyelenggara UKM dan UKP tingkat pertama di

wilayah kerjanya selain itu juga puskesmas memiliki fungsi sebagai wahana

pendidikan

bidang kesehatan, wahana program intersip, dan/atau sebagai jejaring rumah sakit

pendidikan (Menkes RI, 2019).

2.5 Wewenang Puskesmas

Wewenang Puskesmas dalam penyelenggaraan UKM adalah untuk:

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang dibutuhkan.

8
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.

c. Melaksanakan komunikasi, informasi dan pemberdayaan masyarakat

dibidang kesehatan.

d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan

masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang

bekerjasama dengan sektor lain terkait.

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya

kesehatan berbasis masyarakat.

f. Melaksanakan perencanaa kebutuhan dan peningkatan kompetensi sumber

daya manusia puskesmas.

g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.

h. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada keluarga,

kelompok dan masyarakat dengan mempertimbangkan faktor biologis,

psikologis, social, budaya dan spiritual.

i. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan

cakupan pelayanan kesehatan.

j. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk

dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penaggulangan

penyakit.

k. Melaksankan kegiatan pendekatan keluarga

l. Melakukan kolaborasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama

dan rumah sakit di wilayah kerjanya.

Wewenang Puskesmas dalam penyelenggaraan UKP adalah untuk:

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasarsecarakomprehensif,

9
berkesinambungan bermutu dan holistic yang mengintegrasikan faktor

biologis, psikologis, sosial, dan budaya dengan membina hubungan dokter-

pasien yang erat dan setara.

b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan promotif dan

preventif.

c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat

d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan kesehatan,

keamanan, keselamatan pasien dan petugas, pengunjung dan lingkungan

kerja.

e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif, dan kerja

sama inter dan antar profesi

f. Melaksanakan penyelenggaraan rekam medis

g. Melaksankan pencatatan dan pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan

akses pelayanan kesehatan (Menkes RI, 2019).

2.6 Organisasi Puskesmas

Pola struktur organisasi Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) telah

diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes/PMK) Nomor 43 Tahun

2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Struktur Organisasi Puskesmas paling

sedikit harus memiliki:

a. Kepala Puskesmas.

b. Kepala tata usaha; dan

c. Penanggung jawab.

2.7 Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

10
Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan

untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah

yang berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan masyarakat akan

peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari

paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi

paradigma lama yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi

Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care) (Depkes RI, 2006).

Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi 2 kegiatan, yaitu kegiatan

yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis

Habis Pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus

didukung oleh sumber daya manusia dan sarana dan prasarana (Depkes RI, 2006).

2.8 Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai merupakan salah satu

kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan, permintaan,

penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan

pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk menjamin

kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan obat dan bahan medis habis pakai

yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga

kefarmasian, mewujudkan sistem informasi manajemen dan melaksanakan

pengendalian mutu pelayanan (Menkes RI, 2016).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 74 tahun 2016 tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Kegiatan pengelolaan obat dan

bahan medis habis pakai meliputi:

1. Perencanaan Kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

11
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi obat dan bahan medis habis

pakai untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan

kebutuhan puskesmas.

Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:

a. Perkiraan jenis dan jumlah obat dan bahan medis habis pakai yang

mendekati kebutuhan.

b. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.

c. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

Perencanaan kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai di puskesmas

setiap periode dilaksanakan oleh ruang farmasi di puskesmas. Proses seleksi obat

dan bahan medis habis pakai dilakukan dengan mempertimbangkan pola penyakit,

pola konsumsi obat periode sebelumnya, data mutasi obat, dan rencana

pengembangan. Proses seleksi obat dan bahan medis habis pakai juga harus

mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan formularium nasional.

Proses seleksi ini harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di puskesmas

seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program yang

berkaitan dengan pengobatan (Menkes RI, 2016).

Proses perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi per tahun dilakukan

secara berjenjang (bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian

Obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat

(LPLPO). Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota akan melakukan

kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan Sediaan Farmasi Puskesmas di wilayah

kerjanya, menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan memperhitungkan

waktu kekosongan Obat, buffer stock, serta menghindari stok berlebih. (Menkes

12
RI, 2016).

2. Permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Tujuan permintaan obat dan bahan medis habis pakai adalah memenuhi

kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai di puskesmas, sesuai dengan

perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. (Menkes RI, 2016).

Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan

Laporan Pemakaian dan LembarPermintaan Obat (LPLPO) untuk perencanaan

kebutuhan obat per bulan. Permintaan diajukan kepada dinas kesehatan

kabupaten/kota, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan dan

kebijakan pemerintah daerah setempat (Menkes RI, 2016).

3. Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Penerimaan obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan dalam

menerima obat dan bahan medis habis pakai dari instalasi farmasi kabupaten/kota

sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya adalah agar obat yang

diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh

puskesmas dan memenuhi persyaratan keamanan, khasiat dan mutu (Menkes RI,

2016).

Tenaga Kefarmasian wajib melakukan pengecekan terhadap Sediaan Farmasi

dan Bahan Medis Habis Pakai yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti,

jenis dan jumlah Sediaan Farmasi, bentuk Sediaan Farmasi sesuai dengan isi

dokumen LPLPO, ditandatangani oleh Tenaga Kefarmasian, dan diketahui oleh

Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, maka Tenaga Kefarmasian dapat

mengajukan keberatan. Masa kadaluarsa minimal dari Sediaan Farmasi yang

13
diterima disesuaikan dengan periode pengelolaan di Puskesmas ditambah satu

bulan. (Menkes RI, 2016).

4. Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai merupakan suatu kegiatan

pengaturan terhadap obat yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari

kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan

persyaratan yang ditetapkan. Tujuannya adalah agar mutu obat yang tersedia di

puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan

(Menkes RI, 2016)

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan obat sesuai dengan

Peraturan Badan POM nomor 4 tahun 2018, tentang Pengawasan pengelolaan

obat, bahan obat, narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi di fasilitas

pelayanan kefarmasian meliputi:

a. Dalam wadah asli dari produsen.

b. Kecuali diperlukan pemindahan dari wadah aslinya untuk pelayanan resep,

obat dapat disimpan dalam wadah baru yang dapat menjamin keamanan,

mutu dan ketertelusuran obat dengan dilengkapi dengan identitas obat

meliputi nama obat dan zat aktifnya, bentuk dan kekuatan sediaan, nama

produsen, jumlah, nomor bets dan tanggal kadaluarsa.

c. Disimpan pada suhu yang sesuai sebagaimana tertera pada kemasan dan/atau

label sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.

d. Tidak bersinggungan langsung antara kemasan dan lantai.

e. Dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi obat serta

disusun secara alfabetis.

14
f. Memperhatikan kemiripan penampilan dan penamaan obat Look Alike Sound

Alike (LASA) dengan tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi

penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan obat.

g. Memperhatikan sistem First Expired First Out (FEFO) dan/atau system

First In First Out (FIFO).

h. Untuk Produk Rantai Dingin (Cold Chain Product) harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

a) Tempat penyimpanan minimal chiller untuk produk dengan persyaratan

penyimpanan suhu 2 s/d 8º C dan freezer untuk produk dengan

persyaratan penyimpanan suhu -25 s/d -15º C

b) Tempat penyimpanan harus dilengkapi dengan alat monitoring suhu yang

terkalibrasi.

c) Penyimpanan tidak terlalu padat sehingga sirkulasi udara dapat dijaga,

jarak antara produk sekitar 1-2 cm.

i. Penyimpanan obat dan bahan obat harus dilengkapi dengan kartu stok, dapat

berbentuk kartu stok manual maupun elektronik.

Kartu stok harus memuat informasi nama obat, bentuk sediaan, kekuatan

sediaan, jumlah persediaan, tanggal dan nomor dokumen, sumber

penerimaan, jumlah yang diterima, jumlah yang diserahkan/digunakan,

nomor bets dan kadaluarsa obat, paraf petugas yang ditunjuk.

5. Pendistribusian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Pendistribusian obat dan bahan medis habis pakai merupakan kegiatan

pengeluaran dan penyerahan obat dan bahan medis habis pakai secara merata dan

teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi puskesmas dan

15
jaringannya. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan obat sub unit

pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan jenis, mutu,

jumlah dan waktu yang tepat (Menkes RI, 2016). Sub-sub unit di Puskesmas dan

jaringannya antara lain:

a. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas

b. Puskesmas Pembantu

c. Posyandu

Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain) dilakukan

dengan cara pemberian obat sesuai resep yang diterima (floor stock), pemberian

obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau kombinasi, sedangkan

pendistribusian ke jaringan puskesmas dilakukan dengan cara penyerahan obat

sesuai dengan kebutuhan (floor stock) (Menkes RI, 2016).

6. Pemusnahan dan penarikan

Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai

yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan

perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah

penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh

pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada

Kepala BPOM.

Penarikan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin

edarnya dicabut oleh Menteri. Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi dan

Bahan Medis Habis Pakai bila:

16
a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu;

b. telah kadaluawarsa

c. tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau

kepentingan ilmu pengetahuan; dan/atau

d. dicabut izin edarnya.

Tahapan pemusnahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai terdiri

dari:

a. Membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakaiyang akan

dimusnahkan;

b. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;

c. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak

terkait;

d. Menyiapkan tempat pemusnahan; dan

e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta

peraturan yang berlaku.

7. Pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Pengendalian obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan untuk

memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan

program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan

kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Tujuannya adalah

agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan

dasar. Pengendalian obat terdiri dari:

a. Pengendalian persediaan

b. Pengendalian penggunaan

17
c. Penanganan sediaan farmasi hilang, rusak dan kadaluarsa.

8. Administrasi

Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan merupakan rangkaian

kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat dan bahan medis habis pakai secara

tertib, baik obat dan bahan medis habis pakai yang diterima, disimpan,

didistribusikan dan digunakan di puskesmas atau unit pelayanan lainnya (Menkes

RI, 2016). Pencatatan dan pelaporan adalah:

a. Bukti bahwa pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai telah

dilakukan

b. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian

c. Sumber data untuk pembuatan laporan

9. Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai

dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk:

(1) Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan

obat dan bahan medis habis pakai sehingga dapat menjaga kualitas

maupun pemerataan pelayanan.

(2) Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan obat dan Bahan Medis

Habis Pakai.

(3) Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan. (Menkes

RI, 2016).

2.9 Pelayanan Farmasi Klinik

Pelayanan farmasi klinis merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian

18
yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan obat dan

bahan medis habis pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk

meningkatkan mutu kehidupan pasien (Menkes RI, 2016).

Menurut Permenkes RI No. 74 Tahun 2016 pelayanan farmasi klinis

bertujuan untuk:

a. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan kefarmasian di

Puskesmas

b. Memberikan pelayanan kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas,

keamanan dan efisiensi obat dan bahan medis habis pakai

c. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan pasien

yang terkait dalam pelayanan kefarmasian

d. Melaksanakan kebijakan obat di puskesmas dalam rangka meningkatkan

penggunaan obat secara rasional

Pelayanan farmasi klinis di puskesmas menurut Permenkes RI nomor

74 tahun 2016, tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas meliputi:

1. Pengkajian dan pelayanan Resep

Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,

persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap

maupun rawat jalan.

a. Persyaratan administrasi meliputi:

a) Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien

b) Nama, dan paraf dokter

c) Tanggal resep

d) Ruangan/unit asal resep

19
b. Persyaratan farmasetik meliputi:

a) Bentuk dan kekuatan sediaan

b) Dosis dan jumlah obat

c) Stabilitas dan ketersediaan

d) Aturan dan cara penggunaan

e) Inkompatibilitas (ketidakcampuran obat)

c. Persyaratan klinis meliputi:

a) Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat

b) Duplikasi pengobatan

c) Alergi, interaksi dan efek samping obat

d) Kontra indikasi

e) Efek adiktif (Menkes RI, 2016).

Kegiatan penyerahan (dispensing) dan Pemberian Informasi Obat (PIO)

merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik obat,

memberikan label/etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi yang

memadai disertai pendokumentasian.

Tujuannya adalah:

a. Pasien memperoleh obat sesuai dengan kebutuhan klinis/pengobatan.

b. Pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi intruksi pengobatan.

2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk

memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker,

perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien (Menkes RI, 2016).

Tujuannya adalah:

20
a. Menyediakan informasi mengenai obat kepada tenaga kesehatan lain di

lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat.

b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan

dengan obat (contoh: kebijakan permintaan obat oleh jaringan dengan

mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat penyimpanan yang

memadai).

c. Menunjang penggunaan obat yang rasional.

Kegiatannya seperti:

a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro aktif

dan pasif.

b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui

telepon, surat atau tatap muka.

c. Membuat buletin, leaflet, label obat, poster, majalah dinding dan lain-lain.

d. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap,

serta masyarakat.

e. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan

tenaga kesehatan lainnya terkait dengan obat dan Bahan Medis Habis Pakai.

f. Mengkoordinasikan penelitian terkait obat dan kegiatan pelayanan

kefarmasian (Menkes RI, 2016).

3. Konseling

Konseling merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian

masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien rawat jalan dan

rawat inap, serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya konseling adalah

memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien/keluarga

21
pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama

penggunaan obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan

penggunaan obat.

Kegiatannya seperti:

a. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.

b. Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter

kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended question),

misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai obat, bagaimana cara

pemakaian, apa efek yang diharapkan dari obat tersebut, dan lain-lain.

c. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat.

d. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan

menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan obat

untuk mengoptimalkan tujuan terapi.

Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan, seperti:

a. Kriteria pasien:

a) Pasien rujukan dokter

b) Pasien dengan penyakit kronis

c) Pasien dengan obat yang berindeks terapetik sempit dan poli farmasi.

d) Pasien geriatrik

e) Pasien pediatrik

f) Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas

b. Sarana dan prasarana:

a) Ruangan khusus

b) Kartu pasien/catatan konseling (Menkes RI, 2016).

22
Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan

mendapat risiko masalah terkait obat misalnya lanjut usia, lingkungan sosial,

karateristik obat, kompleksitas pengobatan, kebingungan atau kurangnya

pengetahuan dan keterampilan tentang bagaimana menggunakan Obat dan/atau

alat kesehatan perlu dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy

Care) yang bertujuan tercapainya keberhasilan terapi obat (Menkes RI, 2016).

2.10 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di

puskesmas adalah minimal harus dilaksanakan oleh 1 (satu) orang tenaga

Apoteker sebagai penanggung jawab, yang dapat dibantu oleh Apoteker, tenaga

teknis kefarmasian da/atau tenaga kesehatan lainnya sesuai kebutuhan. Dalam hal

puskesmas belum memiliki apoteker sebagai penanggung jawab, penyelenggaraan

pelayanan kefarmasian secara terbatas dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian

di bawah pembinaan dan pengawasan apoteker yang ditunjuk oleh Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota (Kemenkes RI, 2020).

Jumlah kebutuhan apoteker di Puskesmas dihitung berdasarakan rasio

kunjungan pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan serta memperhatikan

pengembangan Puskesmas. Rasio untuk menentukan jumlah Apoteker di

Puskesmas bila memungkinkan di upayakan 1 (satu) Apoteker untuk 50 (lima

puluh) pasien per hari (Menkes RI, 2016).

Kompetensi apoteker di puskesmas sebagai berikut:

a. Mampu menyediakan dan memberikan pelayanan kefarmasian yang bermutu.

b. Mampu mengambil keputusan secara profesional.

c. Mampu berkomunikasi yang baik dengan pasien maupun profesi kesehatan

23
lainnya dengan menggunakan bahasa verbal, nonverbal maupun bahasa lokal.

d. Selalu belajar sepanjang karier baik pada jalur formal maupun informal,

sehingga ilmu dan keterampilan yang dimiliki selalu baru (up to date).

Sedangkan asisten apoteker hendaknya dapat membantu pekerjaan apoteker

dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian tersebut (Depkes RI, 2006).

2.11 Sarana dan Prasarana

Sarana adalah suatu tempat, fasilitas yang secara langsung terkait dengan

pelayanan kefarmasian, sedangkan prasarana adalah tempat, fasilitas dan peralatan

yang secara tidak langsung mendukung pelayanan kefarmasian. Dalam upaya

mendukung pelayanan kefarmasian di puskesmas diperlukan adanya sarana dan

prasarana yang memadai disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing

puskesmas dengan memperhatikan luas cakupan, ketersediaan ruang rawat inap,

jumlah karyawan, angka kunjungan dan kepuasan pasien (Depkes RI, 2006).

Menurut Permenkes No 74 tahun 2016 tentang Standar pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas, sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan

kefarmasian di Puskesmas meliputi sarana yang memiliki fungsi:

a. Ruang Penerimaan resep

Ruang penerimaaan resep meliputi tempat penerimaan resep, 1 (satu) set meja

dan kursi, serta 1 (satu) set komputer jika memungkinkan. Ruang penerimaan

resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah terlihat oleh pasien.

b. Ruang pelayanan resep dan peracikan

Ruang pelayanan resep dan peracikan meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan

meja peracikan. Di ruang peracikan disediakan peralatan peracikan,

timbangan obat, air minum (air mineral) untuk pengencer, sendok obat, bahan

24
pengemas obat, lemari pendingin, temperatur ruangan, blangko salinan resep,

etiket dan label obat, buku catatan pelayanan resep, buku-buku referensi

standar sesuai kebutuhan, serta alat tulis secukupnya. Ruang ini diatur agar

mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang cukup. Jika memungkinkan

disediakan pendingin ruangan (air conditioner) sesuai kebutuhan.

c. Ruang penyerahan obat

Ruang penyerahan obat meliputi konter penyerahan obat, buku pencatatan

penyerahan obat. Ruang penyerahan obat dapat digabungkan dengan ruang

penerimaan resep.

d. Ruang konseling

Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling, lemari buku,

buku-buku referensi sesuai kebutuhan, leaflet, poster, alat bantu konseling,

buku catatan konseling, formulir jadwal konsumsi obat, formulir catatan

pengobatan pasien dan lemari arsip serta 1 (satu) set komputer jika

memungkinkan.

e. Ruang penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai

Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,

kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan

keamanan petugas. Selain itu juga memungkinkan masuknya cahaya yang

cukup. Ruang penyimpanan yang baik perlu dilengkapi dengan rak/lemari

obat, pallet, pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan

khusus narkotika dan psikotropika, lemari penyimpanan khusus narkotika dan

psikotropika, lemari penyimpanan obat khusus, pengukur suhu dan kartu

suhu.

25
f. Ruang arsip

Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan dengan

pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai dan pelayanan kefarmasian

dalam jangka waktu tertentu.

Istilah ruang disini tidak harus diartikan sebagai wujud ruangan secara fisik,

namun lebih kepada fungsi yang dilakukan. Bila memungkinkan setiap fungsi

tersebut disediakan ruangan secara tersendiri. Jika tidak, maka dapat digabungkan

lebih dari 1 (satu) fungsi, namun harus terdapat pemisahan yang jelas antar fungsi.

26
BAB III

TINJAUAN KHUSUS UPT. PUSKESMAS KEDAI DURIAN

3.1 Sejarah UPT. Puskesmas Kedai Durian

Peresmian Puskesmas Kedai Durian berdiri pada tahun 1993 oleh

Gubernur Provinsi Sumatera Utara.

Puskesmas Kedai Durian terletak di Jl. Sari No.- Kelurahan Kedai Durian, Kec. Medan

Johor. Puskesmas Kedai Durian memiliki wilayah kerja seluas 430 Ha, Meliputi 3

Kelurahan dan 33 lingkungan dengan jumlah penduduk 48.332 Jiwa Kecamatan Medan

Johor merupakan bagian pemerintah Kota Medan. Kecamatan Medan Johor meliputi 6

(enam) Kelurahan yaitu :

 Kelurahan Kedai Durian

 Kelurahan Titi Kuning

 Kelurahan Suka Maju

 Kelurahan Pangkalan Masyhur

 Kelurahan Gedung Johor

 Kelurahan Kwala Bekala

Adapun batas wilayahnya adalah :

o Sebelah utara berbatasan dengan wilayah Kecamatan Medan Maimun

o Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Deli Serdang

o Sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kecamatan Medan Amplas

o Sebelah barat berbatasan dengan wilayah Kecamatan Medan Barat

Keadaan Demografi Kecamatan Medan Johor, yaitu :

27
o Luas wilayah = 430 Ha

o Jumlah Kelurahan = 3 Kelurahan

o Jumlah Lingkungan = 33 Lingkungan

Tabel 3.1 Data Geografis Puskesmas Kedai Durian Tahun 2022

JUMLAH LUAS
NO KELURAHAN JUMLAH KK
LINGKUNGAN WILAYAH
1. Titi Kuning 7.589 15 180

2. Kedai Durian 2.524 5 98

3. Suka Maju 4.077 13 152

JUMLAH 14.190 33 430 Ha

Secara demografis, Puskesmas Kedai Durian terdiri dari 3 kelurahan.

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja

Puskesmas Kedai Durian dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja

puskesmas Kedai Durian Tahun 2022

Jumlah Penduduk
Luas Jumlah
N Laki- Perempua Jumlah
Kelurahan Wilayah Lingkunga
o laki n Penduduk
(Ha) n

Titi
1 12.884 13.040 25.924
180 15
Kuning

Kedai
2 4.429 4.323 8.752
98 5
Durian

Suka
3 6.796 6.860 13.656
152 13
Maju

Jumlah 431 33 24.109 24.223 48.332

28
Berdasarkan Tabel 3.2 diatas didapat bahwa distribusi penduduk di

Wilayah kerja puskesmas Kedai Durian paling banyak adalah Kelurahan Titi

Kuning dengan jumlah penduduk 25.924 jiwa.

3.2 Visi dan Misi UPT Puskesmas Kedai Durian

Visi:

Visi : Terwujudnya Masyarakat Kota medan yang Sehat dalam keberkahan, Maju

dan Kondusif

Misi:

1. Melaksanakan pelayanan Kesehatan yang paripurna, merata dan bermutu

2. Menumbuhkembangkan kemandirian dan partisipasi Masyarakat melalui

pemberdayaan Masyarakat dan kemitraan dalam Pembangunan kesehatan

3. Melaksanakan Penanggulam Masalah Kesehatan secara Komperhensif

4. Meningkatkan manajemen dan informasi Kesehatan yang akuntabel,

transparan, budaya guna dan berhasil guna serta modern.

3.3 Upaya Kesehatan

UPT Puskesmas Kedai Durian sebagai fasilitas pelayanan kesehatan

tingkat pertama di wilayah kerja Medan Kota, menyelenggarakan upaya kesehatan

wajib dan upaya kesehatan pengembangan.

a. Upaya Kesehatan Wajib

- Pelayanan Promosi Kesehatan termasuk UKS

- Pelayanan Kesehatan Lingkungan

29
- Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana yang bersifat
UKM

- Pelayanan Gizi yang bersifat UKM

- Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


- Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat

b. Upaya Kesehatan Pengembangan

- Upaya Kesehatan Jiwa

- Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

- Upaya Pembinaan Kesehatan Tradisional

- Upaya Kesehatan Olahraga

- Upaya Kesehatan Indra

- Upaya Kesehatan Lansia

- Upaya Kesehatan Kerja


- Pelayanan Kesehatan Laboratorium

3.4 Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan puskesmas harus dapat mendukung setiap kegiatan

pelayanan agar pasien dapat merasa nyaman selama mendapatkan pelayanan

kesehatan di puskesmas. Untuk sarana atau fasilitas yang ada di UPT Puskesmas

Kedai Durian dapat dilihat pada Tabel 3.3 di bawah ini:

Tabel 3.3 Fasilitas Gedung UPT Puskesmas Kedai Durian

No Fasilitas Gedung Jumlah


1. Ruang Dokter / Periksa Pasien 2
2. Ruang Obat 1
3. Ruang Suntik / Tindakan 1
4. Ruang KB-KIA/ IMS 1
5. Ruang KLinik Gigi 1
6. Ruang Pendaftaran / Loket 1
7. Ruang Tunggu 1
8. Ruang Gizi 1
9. Laboratorium Sederhana 1

30
10 Kamar Mandi 6

3.5 Tenaga Kesehatan

UPT Puskesmas Kedai Durian memiliki tenaga kesehatan yang terdiri dari

tenaga medis, paramedik dan staf adminitrasi dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai

berikut:

Tabel 3.4 Tenaga Kesehatan UPT Puskesmas Kedai Durian

No Tenaga Kesehatan Jumlah


1. Dokter umum 4
2. Dokter Gigi 1
3. Apoteker 1
4. Asisten Apoteker 3
5. Perawat 11
6. Perawat gigi 2
7. Bidan 7
8. Analis 2
9. Gizi 1
10. Penyuluh 1
11. Radiografer 1
12. Administrasi 1
13. Refraksionis 1
Total 36

3.6 Data 10 Penyakit Terbesar

Berdasarkan hasil laporan tahun 2022 di UPT Puskesmas Kedai Durian

didapatkan 10 Besar Penyakit yang ada di wilayah kerja UPT Puskesmas Kedai

Durian. Data dapat dilihat pada Tabel 3.5

Tabel 3.5 Data 10 Besar Penyakit di UPT. Puskesmas Kedai Durian Tahun
2022

No Nama penyakit Jumlah pasien


(Januari-Desember 2021)
1 ISPA 1928
2 Hipertensi 864

31
3 Penyakit pada sitem otot dan 596
jaringan pengikat
4 Infeksi penyakit usus lain 577
5 Penyakit vulva dan jaringan 418
periapical
6 Penyakit kulit alergi 341
7 Penyakit lain pada saluran 293
pernpasan atas lain
8 Diare 269
9 Penyakit kulit infeksi 237
10 Penyakit dan kelainan susunan 227
saraf lainya

32
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Kegiatan Praktek Kerja Pendidikan Profesi Apoteker

Pelaksanaan Praktek Kerja Pendidikan Profesi Apoteker (PKPPA) di UPT

Puskesmas Kedai Durian, Kecamatan Medan Johor dilakukan selama tiga minggu

kerja terhitung mulai dari tanggal 13 November sampai 8 Desember 2023. Hal

yang dilakukan selama Praktek Kerja Pendidikan Profesi Apoteker meliputi

pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP), pelayanan

farmasi klinik dan promosi kesehatan Ispa.

4.2 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP

Pada proses pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai

adanya dilakukan perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan,

pendistribusian, penarikan, pengendalian, dan administrasi.

a. Perencanaan

Perencanaan obat merupakan suatu rangakain proses kegiatan menentukan

jenis, jumlah obat dalam rangka pengadaan. Tujuan dari perencanaan ini yaitu

tersedianya jenis dan jumlah obat yang tepat sesuai kebutuhan, menghindari

terjadinya kekosongan obat dan meningkatkan efisiensi dan kerasionalan

penggunaan obat.

UPT Puskesmas Kedai Durian merencanakan obat dan BMHP berdasarkan:

1. Pola penyakit.

2. Karakteristik pengunjung atau pasien (Data Pemakaian Obat

Sebelumnya)

3. DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional).

33
Perencanaan obat untuk satu tahun dituangkan dalam Rencana

Kebutuhan Obat (RKO) yang diajukan ke Dinas Kesehatan Kota Medan.

b. Permintaan

Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-masing

puskesmas diajukan oleh Kepala Puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota

Medan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)

sesuai dengan kebutuhan puskesmas.

LPLPO berisi laporan pemakaian obat bulan sebelumnya dan daftar

permintaan obat untuk kebutuhan bulan berikutnya. Tujuan permintaan obat

adalah memenuhi kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai di puskesmas,

sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Formulir LPLPO berisi

nomor, nama obat, stok awal, penerimaan, pamakaian, persediaan, sisa stok,

permintaan, dan keterangan (Menkes RI, 2016).

Kegiatan pengadaan/permintaan obat meliputi:

1. Permintaan rutin dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun Gudang

Farmasi Kabupaten untuk masing-masing puskesmas, dimana pengadan obat

dan bahan medis habis pakai di UPT Puskesmas Kedai Durian dilakukan

setiap sebulan sekali.

2. Permintaan obat dilakukan dengan menggunakan formulir Laporan

Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO), sesuai dengan jumlah

obat yang dibutuhkan.

3. Permintaan obat ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan dan

selanjutnya diselesaikan oleh Gudang Farmasi Kabupaten/Kota.

4. Rancangan Kebutuhan Obat (RKO) dilakukan setiap sebulan sekali,

34
permintaan obat ini khusus permintaan dari poli di puskesmas dengan dana

yang sudah ditentukan.

Sumber dana yang digunakan untuk permintaan UPT Puskesmas Kedai

Durian, Kecamatan Medan Johor, adalah:

 DAK (Dana Alokasi Kota)

 APBD (Anggaran Program Belanja Daerah)

 P-APBD (Program Kerja APBD)

 APBN (Anggaran Program Belanja Nasional)

 JKN E-Katalog (Katalog Elektronik Jaminan Kesehatan Nasional)

 JKN Non E-Katalog

c. Penerimaan

Penerimaan obat merupakan suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan

yang diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola

dibawahnya.

Tujuannya agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan

permintaan yang diajukan oleh puskesmas. Petugas puskesmas melakukan

pengecekkan terhadap obat-obat yang diserahkan, mencakup nama sediaan, jenis

sediaan, kekuatan sediaan, jumlah kemasan, jumlah obat, kondisi fisik obat

(bentuk, warna, keutuhan, kekentalan), tanggal kadaluarsa sesuai dengan isi

dokumen (LPLPO) dan ditanda tangani oleh petugas penerima/diketahui oleh

pimpinan Puskesmas. Jika terdapat kekurangan pada saat penerimaan obat,

Penerima obat wajib menuliskan jenis yang kurang (rusak, jumlah kurang dan

lain-lain). Setiap penambahan obat-obatan, dicatat dan dibukukan pada buku

penerimaan obat dan kartu stok.

35
d. Penyimpanan

Penyimpanan merupakan suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan

yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun

kimia dan mutunya tetap terjamin. Disini yang lebih diutamakan persyaratan

gudang dan pengaturan penyimpanan obat. Pengaturan obat dikelompokkan

berdasarkan bentuk sediaan dan disusun berdasarkan alfabetis dengan nama

generik.

Penyusunan dilakukan dengan sistem First In First Out (FIFO)dan First

Expired First Out (FEFO) untuk masing-masing obat. Artinya obat yang masuk

pertama dikeluarkan terlebih dahulu dari obat yang datang kemudian. Untuk obat

Look Alike Sound Alike (LASA) dan obat High Alert diberikan penanda khusus,

untuk meminimalkan kesalahan saat pengambilan obat.

Penyimpanan dilakukan menggunakan Lemari Kaca (Lemari Sediaan Sirup,

Lemari Obat High Alert dan Lemari Sediaan Pemakaian Obat Luar) dan Rak

Pallet. Untuk Obat Psikotropika dan Obat Narkotika disimpang di masing-masing

lemari khusus tertutup dan memiliki penguncian ganda (double lock) dimana

kedua kuncinya disimpan oleh dua orang berbeda (Apoteker dan Tenaga Teknis

Kesehatan) dengan tujuan agar pengeluaran dan pemasukan obat dapat dipantau,

obat psikotropika dan narkotika menjadi tanggung jawab apoteker. Obat yang

termolabil seperti vaksin disimpan di kulkas dan suhunya dipantau setiap hari.

Gudang Penyimpanan dilengkapi air conditioner (AC) dan Termometer Raksa

agar suhu tetap terjaga sehingga kualitas obat terjamin.

Sediaan yang telah masuk digudang selalu dicatat di buku dan kartu stock

dimana meliputi nama obat, asal/sumber obat, nomor batch, tanggal kadaluarsa,

36
tanggal sediaan masuk dan keluar, serta jumlah sisa stok.

e. Pendistribusian

Tujuannya pendistribusian adalah untuk memenuhi kebutuhan obat sub unit

pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan jenis, mutu,

jumlah dan waktu yang tepat.

Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di UPT Puskesmas Kedai

Durian di distribusikan Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan

Puskesmas (IGD, Poli Umum, Poli Gigi, TB Paru dan KIA, Poli Anak).

Pendistribusian langsung kepada pasien di UPT Puskesmas Kedai Durian

dilakukan dengan system individual prescribing yaitu dengan menebus obat ke

Apotek Puskesmas dengan membawa resep yang didapat dari dokter. Alur

distribusi sediaan farmasi kepada pasien diawali dengan diterimanya resep oleh

Apoteker lalu apoteker akan mengkaji resep (persyaratan administrasi, persyaratan

farmasetis dan persyaratan klinis), jika ada yang tidak/kurang jelas, ditanyakan

kembali ke dokter yang memberikan resep lalu tenaga teknis kefarmasian

menyiapkan obat. Peracikan obat dilakukan sesuai dengan yang tertulis diresep.

Kemudian obat diberikan ke pasien dengan etiket yang jelas serta dilakukan

pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi meliputi nama dan kandungan

obat, khasiat obat, dosis obat, cara pemakaian obat, waktu pemakaian obat dan

efek samping obat. Obat dan Pelayanan di Puskesmas tidak dipungut biaya kepada

pasien.

f. Penanganan Obat Rusak dan Kadaluarsa

Selama Praktek Kerja Profesi Apoteker di UPT Puskesmas Kedai Durian ada

37
ditemukannya obat rusak atau kadaluarsa. Adapun penanganan yang terhadap obat

rusak atau kadaluarsa yaitu memisahkan obat rusak atau kadaluarsa dari

penyimpanan obat lainnya, selanjutnya didata/dicatat jenis dan jumlah obat yang

rusak atau kadaluarsa agar Apoteker penanggung jawab melaporkan kepada pihak

Dinas Kesehatan Kota Medan. Kemudian Petugas Dinas Kesehatan akan

mengambil sediaan farmasi yang telah kadarluarsa disertai dengan berita acara

penarikan sediaan farmasi.

Penarikan Sediaan Farmasi di UPT Puskesmas Kedai Durian dilakukan sekali

dalam setahun untuk sediaan farmasi yang telah kadaluarsa atau pun rusak (terjadi

inkompabilitas sediaan/fisik obat rusak).

g. Pengendalian

Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit

pelayanan kesehatan dasar. Pengendalian obat terdiri dari:

 Pengendalian persediaan

Pengendalian persediaan dilakukan dengan cara pencatatan barang masuk

dan keluar pada Kartu Stok sediaan.

 Pengendalian penggunaan

Pengendalian penggunaan dilakukan dengan cara menyesuaikan

jumlah/dosis sediaan yang diminta dengan kebutuhan individu/kelompok.

 Penanganan sediaan farmasi rusak dan kadaluarsa.

Penanganan sediaan farmasi rusak dan kadaluarsa akan di data dan di

laporkan kepada pihak Dinas Kesehatan Kota Medan

h. Administrasi

Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk

38
memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Kegiatan administrasi

terdiri dari pencatatan dan pelaporan, administrasi keuangan dan adminitrasi

penarikan (Menkes RI, 2016).

Pembuatan laporan dimulai dari perencanaan sampai dengan distribusi,

dengan metode komputerisasi dengan sumber data LPLPO.

4.3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

PIO (Pelayanan Informasi Obat) merupakan kegiatan pelayanan yang

dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas baik

kepada dokter, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. PIO pada

Puskesmas Kedai Durian biasanya apoteker menjelaskan kepada tenaga

kesehatan obat mana yang lebih baik diberikan kepada pasien, sedangkan PIO

kepada pasien adalah menjelaskan terkait obat yang diterima oleh pasien, dimana

merupakan pasien rawat jalan.

4.4 Pelayanan Kefarmasian

4.4.1 Pelayanan Resep

a. Penerimaan Resep

i. Menerima resep dari pasien.

ii. Memeriksa kelengkapan resep yaitu: nama dr, nomor surat izin

praktek, alamat dan tanda tangan / paraf dokter penulis resep,

tanggal resep. nama obat, dosis, jumlah yang diminta, nama pasien,

umur pasien dan jenis kelamin.

iii. Memeriksa kesesuaian farmasetik, yaitu: nama obat, dosis, jumlah

yang diminta, cara pemakaian bentuk sediaan, dosis, potensi,

stabilitas, inkompabilitas, cara dan lama pemberian.

39
iv. Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan

kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan

alternatif, bila perlu meminta persetujuan setelah pemberitahuan.

b. Peracikan Obat

i. Membersihkan tempat dan peralatan kerja.

ii. Mengambil wadah obat dari rak sesuai dengan nama dan jumlah obat

yang diminta dan memeriksa mutu dan tanggal kadaluarsa obat yang

akan diserahkan kepada pasien.

iii. Mengambil obat/bahan obat dari wadahnya dengan menggunakan alat

yang sesuai, misalnya sendok/spatula.

iv. Memberikan sediaan sirup kering harus dalam keadaan sudah

dicampur air matang sesuai dengan takarannya pada saat akan

diserahkan kepada pasien.

v. Untuk sediaan obat racikan, langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menghitung kesesuaian dosis.

2) Menyiapkan pembungkus dan wadah obat racikan sesuai dengan

kebutuhan.

3) Menggerus obat yang jumlahnya lebih besar dan selanjutnya

digerus sampai homogen.

4) Membagi dan membungkus obat dengan merata.

5) Tidak mencampur antibiotika didalam sediaan puyer.

6) Sebaiknya puyer tidak disediakan dalam jumlah yang besar

sekaligus.

7) Menuliskan nama pasien dan cara penggunaan obat pada etiket

40
yang sesuai dengan permintaan dalam resep dengan jelas dan

dapat dibaca.

8) Memeriksa kembali jenis dan jumlah obat sesuai permintaan pada

resep, lalu memasukan obat ke dalam wadah yang sesuai agar

terjaga mutunya.

c. Penyerahan Obat

i. Memeriksa kembali kesesuaian antara jenis, jumlah dan cara

penggunaan obat dengan permintaan pada resep.

ii. Memanggil dan memastikan nomor urut/nama pasien.

iii. Menyerahkan obat disertai pemberian informasi obat.

iv. Memastikan bahwa pasien telah memahami cara penggunaan obat.

v. Meminta pasien untuk menyimpan obat di tempat yang aman dan

jauh dari jangkauan anak-anak.

41
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh setelah melakukan Praktek Kerja

Pendidikan Profesi Apoteker di UPT Puskesmas Kedai Durian adalah sebagai

berikut:

a. Calon Apoteker harus memahami peran dan tanggung jawab Apoteker

sebagai Apoteker Penanggung jawab di Puskesmas sesuai dengan peraturan

yang berlaku.

b. Praktek Kerja Pendidikan Profesi Apoteker (PKPPA) di Puskemas

memberikan wawasan dan pengalaman secara mendalam tentang

keterampilan dan pengetahuan Apoteker dalam menjalankan peran dan

fungsinya secara profesional sesuai standar kompetensi di Puskesmas.

c. Praktek Kerja Pendidikan Profesi Apoteker (PKPPA) di Puskemas

memberikan wawasan kepada kami calon Apoteker tentang cara melakukan

promosi kesehatan yang baik dan benar.

5.2. Saran

a. Diharapkan untuk UPT Puskesmas Kedai Durian agar menyediakan ruang

konseling untuk menyampaikan informasi obat kepada pasien.

b. Diharapkan di UPT Puskesmas Kedai Durian lebih meningkatkan dan

menjaga kebersihan lingkungan di area puskesmas.

42
DAFTAR PUSTAKA

Arif Muttaqin. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

BPOM RI. 2018. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 8 Tentang Pengawasan Pengelolaan Obat,
Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekusor Farmasi di Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia.

Depkes RI. 2006. Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta:


Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alkes.

Dewanto. 2003. Patofisiologi Nyeri. Majalah Kedokteran Atmajaya. 3(2) : 203-


11.

Kase, K.D.C. 2005. Ilustrated Kinesio Taping Fourth Edition. Tokyo: Ken’i-Kai.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010.


Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pedoman Pelaksanaan Promosi


Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 75 tentang Puskesmas. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 74 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Cara Cerdas Gunakan Obat: Buku
Panduan Agent of Change. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Mutaqqin. 2011.Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal. Buku Kedokteran EGC.

43
Jakarta : 290.
Presiden Republik Indonesia. 2009a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. 2009b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009


tentang Kesehatan. Jakarta.

Profil Puskesmas Kedai Durian Kota Medan Tahun 2022.

Rahmawati et al. 2006. Nyeri Musculoskeletal dan Hubungannya Dengan


Kemampuan Fungsional Fisik Pada Lanjut Usia. Jakarta: Bagian Anatomi
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.

Team MMN. (2017). Basic Pharmacology and Drug Notes. Makassar: Medical
Mini Notes Publishing.

44
LAMPIRAN

Lampiran 1. UPT. Puskesmas Kedai Durian

45
Lampiran 2. Apotek UPT. Puskesmas Kedai Durian

46
Lampiran 3. Meja Kerja dan Peracikan Apotek UPT. Puskesmas Kedai Durian

47
Lampiran 4. Rak Obat Apotek UPT. Puskesmas Kedai Durian

48
Lampiran 5. Etiket Obat

49
Lampiran 6. Alur Pelayanan Resep UPT. Puskesmas Kedai Durian

50
Lampiran 7. Resep

51
Lampiran 8. Kartu Persediaan Obat

52
Lampiran 9. Lembar Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)

53
Lampiran 10. Lemari High Alert, Narkotika dan Psikotropika UPT. Puskesmas
Kedai Durian

54
Lampiran 11. Gudang Obat UPT. Puskesmas Kedai Durian

55
Lampiran 12. Kegiatan Konseling Obat

56
Lampiran 13. Kegiatan Promosi Kesehatan Tentang Ispa

57
Lampiran 14. Program Kesehatan Leaflet Obat Ispa

PUSKESMAS KEDAI
DURIAN

58

Anda mungkin juga menyukai