Disusun Oleh:
RUSNIANA, S.Farm
NIM: 212133082
Disusun oleh:
RUSNIANA, S.Farm
NIM 212133082
Pembimbing
apt. Grace anastasiabr Ginting, S.Farm, M. Si. Apt. Mainal Furqan, M.Si
NIDN: Nip: 19760912 200904 1 003
Staf Pengajar Fakultas Farmasi dan Ilmu Kepala Instalasi Farmasi RSUCM
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Aceh Utara
Indonesia Medan
Taruli Rohana Sinaga, SP., MKM apt. Dra. Modesta Harmoni Tarigan, M.Si
NIDN: 0116107103 NIDN: 0119036801
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Praktik Kerja Profesi Apoteker ini merupakan salah satu syarat dalam
mengikuti Program Studi Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia untuk memperoleh gelar apoteker.
Terlaksananya Praktik Kerja Profesi Apoteker ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
ii
7. Dosen-dosen dan seluruh staf pengajar Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
Medan yang telah banyak membimbing penulis selama melakukan
perkuliahan.
8. Seluruh karyawan di RSU CUT MEUTIA atas kerja sama dan bantuan yang
telah diberikan selama penulis melaksanakan praktik kerja profesi apoteker
ini.
9. Tidak lupa pula, rasa terimakasih tidak terhingga dan apresiasi setinggi-
tingginya penulis ucapkan kepada Orang tua saya yang saya kasihi yang
sayangi saya tanpa batas dan keluarga saya terimakasih atas doa, kasih
sayang, nasihat dan dukungan baik moril maupun materil, serta untuk
keluarga saya yang saya sayangi seperti diri saya sendiri tanpa mereka saya
tidak ada apa-apanya dan teman-teman yang selalu memberi saya semangat
tiada henti yang telah mendukung dalam doa
10. Last but not least, I wanna thank me. I wanna thank me for believing in me. I
wanna thank me for doing all this hard work. I wanna thank me for having
no days off. I wanna thank me for never quitting. I wanna thank me for just
being me at all times.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
PENULIS
iii
RINGKASAN
iv
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ................................................................................................................. i
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI ...................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
RINGKASAN ............................................................................................. …… iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………... ix
v
2.3.2.6 Visite ............................................................... 25
2.3.2.7 Pemantauan Terapi Obat ................................. 26
2.3.2.8 Monitoring Efek Samping Obat ...................... 27
2.3.2.9 Evaluasi Penggunaan Obat ............................. 27
2.3.2.10 Dispensing Sediaan Steril ............................. 27
2.3.2.11 Pemantauan Kadar Obat dalam Darah .......... 28
2.4 Instalasi CSSD ........................................................................ 28
BAB III TINJAUAN KHUSUS RSU CUT MEUTIA ................................ 29
3.1 Sejarah RSU CUT MEUTIA………………………………...29
3.2 Visi dan Misi RSU CUT MEUTIA………………………….30
3.2.1 Tugas dan Fungsi RSU CUT MEUTIA………………….......31
3.3 Struktur Organisasi RSU CUT MEUTIA……………………31
3.4 Instalasi Farmasi RSU CUT MEUTIA………………………33
4.1.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
Medis Habis
Pakai…………………………………………………….. 34
3.4.1.1 Pemilihan………………………………….... 34
3.4.1.2 Perencanaan………………………… ............ 35
3.4.1.3 Pengadaan ....................................................... 35
3.4.1.4 Penerimaan ...................................................... 36
3.4.1.5 Penyimpanan ................................................... 37
3.4.1.6 Pendistribusian ................................................ 38
3.4.1.7 Pemusnahan dan Penarikan............................. 39
3.4.1.8 Pengendalian ................................................... 40
3.4.1.9 Pencatatan dan Pelaporan ............................... 40
3.4.1.10 Monitoring dan Evaluasi............................... 40
3.4.2 Pelayanan Farmasi Klinis .............................................. 40
3.4.2.1 Pengkajian dan Pelayanan Resep .................... 40
3.4.2.2 Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat ......... 41
3.4.2.3 Rekonsiliasi Obat ............................................ 41
3.4.2.4 Pelayanan Informasi Obat ............................... 41
3.4.2.5 Konseling ........................................................ 42
3.4.2.6 Visite ............................................................... 42
3.4.2.7 Pemantauan Terapi Obat ................................. 42
3.4.2.8 Dispensing Sediaan Steril ............................... 42
3.5 Instalasi CSSD ........................................................................ 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 44
4.1 RSU CUT MEUTIA.................................................................. 44
4.2 Instalasi Farmasi RSU CUT MEUTIA………………………. 44
4.2.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
Medis Habis Pakai ………………………………………. 45
4.2.2 Pelayanan Farmasi Klinis………...………………….........47
vi
4.3 Instalasi CSSD………………………………………………....49
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 51
vii
DAFTAR LAMPIRAN
5 Gudang Farmasi................................................................................................57
9 Faktur Obat…………………………………………………………………..61
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
d. Penerimaan
e. Penyimpanan
f. Pendistribusian
g. Pemusnahandan penarikan
h. Pengendalian, dan
i. Administrasi (Menkes RI, 2016).
f. Visite
g. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
j. Dispensing sediaan steril, dan
k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) (Menkes RI, 2016).
2
1.2 Tujuan Kegiatan
3
BAB II
4
b. Fungsi Rumah Sakit
5
Tabel. Klasifikasi Rumah Sakit
- 15 Apoteker - 13 Apoteker
- 24 TTK - 20 TTK
6
ketergantungan obat dan ginjal (Presiden RI, 2021).
4. Tenaga kesehatan lain dan tenaga non kesehatan, sesuai dengan kebutuhan
pelayanan rumah sakit (Menkes RI, 2014).
7
2.2 Komite/Tim Farmasi dan Terapi (TFT)
Tim Farmasi dan Terapi dapat diketuai oleh seorang dokter atau seorang
apoteker, apabila diketuai oleh dokter maka sekretarisnya adalah apoteker, namun
apabila diketuai oleh apoteker, maka sekretarisnya adalah dokter. Tim Farmasi dan
Terapi harus mengadakan rapat secara teratur, minimal 2 (dua) bulan sekali dan
untuk Rumah Sakit besar rapat diadakan sekali dalam satu bulan. Rapat Tim
Farmasi dan Terapi dapat mengundang pakar dari dalam maupun dari luar rumah
sakit yang dapat memberikan masukan bagi pengelolaan. Tim Farmasi dan Terapi,
memiliki pengetahuan khusus, keahlian-keahlian atau pendapat tertentu yang
bermanfaat bagi Tim Farmasi dan Terapi (Menkes RI, 2016).
8
h. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan obat di rumah
sakit(Menkes RI, 2016).
Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat dibagi menjadi dua bagian
9
utama yaitu pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai dan pelayanan farmasi klinis. Adapun sub fungsi masing-masing
yaitu:
a. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai, antara lain:
10
xii. Melakukan pemusnahan dan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan
dan BahanMedis Habis Pakai yang sudah tidak dapat digunakan;
xiii. Mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan
dan BahanMedis Habis Pakai;
xiv. Melakukan administrasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan danBahan Medis Habis Pakai;
b. Pelayanan farmasi klinis, antara lain:
i. Mengkaji dan melaksanakan pelayanan resep atau permintaan obat.
ii. Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan obat.
iii. Melaksanakan rekonsiliasi obat.
iv. Memberikan informasi dan edukasi penggunaan obat baik
berdasarkan resepmaupun obat non resep kepada pasien/keluarga
pasien.
v. Melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan
lain.
vi. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait
denganSediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai.
vii. Memberikan konseling pada pasien dan/atau keluarganya.
viii. Melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO).
- Pemantauan efek terapi obat
- Pemantauan Efek Samping Obat
- Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)
11
xvi. Melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
(Menkes RI, 2016).
3. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Uraian tugas tertulis dari masing-masing staf Instalasi Farmasi harus ada
dan sebaiknya dilakukan peninjauan kembali paling sedikit setiap tiga tahun
sesuai kebijakan dan prosedur di Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Penilaian
terhadap sumber daya manusia setidaknya meliputi:
12
a. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
13
Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari
pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian dan administrasi yang
diperlukan bagi kegiatan pelayanan kefarmasian (Menkes RI, 2016).
14
Rumah sakit harus menyusun kebijakan terkait manajemen penggunaan obat
yang efektif. Kebijakan tersebut harus ditinjau ulang sekurang-kurangnya sekali
setahun. Peninjauan ulang sangat membantu Rumah Sakit memahami kebutuhan
dan prioritas dari perbaikan sistem mutu dan keselamatan penggunaan obat yang
berkelanjutan (Menkes RI, 2016).
2.3.1.1 Pemilihan
6. Mutu.
7. Harga.
8. Ketersediaan di pasaran.
Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada formularium nasional.
Formularium Rumah Sakit merupakan daftar obat yang disepakati staf medis,
disusun oleh Komite/Tim Farmasi Terapi yang ditetapkan pimpinan Rumah Sakit.
Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulisresep, pemberi obat
dan penyedia obat di rumah sakit. Evaluasi terhadap formularium Rumah Sakit
harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakandan kebutuhan Rumah Sakit
(Menkes RI, 2016).
2.3.1.2 Perencanaan
15
Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria
tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk
menghindari kekosongan obat dengan metode yang dapat dipertanggungjawabkan
dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi,
epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Pedoman
perencanaan harus mempertimbangkan:
16
mempunyai Nomor Izin Edar; dan
- Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk
Sediaan Farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai tertentu
(contoh: vaksin, reagensia) atau pada kondisi tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan.
17
c. Sumbangan/dropping/hibah
2.3.1.4 Penerimaan
2.3.1.5 Penyimpanan
18
2.3.1.6 Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan
tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah dan ketepatan waktu. Rumah sakit
harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananya
pengawasan dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai di unit pelayanan (Menkes RI, 2016).
Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara berikut:
1. Sistem persediaan lengkap di ruangan (floor stock).
- Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola
oleh instalasi farmasi.
- Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang
disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat
dibutuhkan.
19
dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap.
4. Sistem kombinasi
Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi a + b
20
Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM). Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
Medis Habis Pakai dilakukan oleh BPOM atau pabrikan asal. Rumah Sakit harus
mempunyai sistem pencatatan terhadap kegiatan penarikan (Menkes RI, 2016).
2.3.1.8 Pengendalian
2.3.1.9 Administrasi
21
rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek
samping karena obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga
kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin.
22
pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara
atau data rekam medik/pencatatan penggunaan obat pasien (Menkes RI, 2016).
23
- Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang
berhubungan dengan obat atauSediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan
Bahan Medis Habis Pakai,terutama bagi TFT.
2.3.2.5 Konseling
24
- Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
- Mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan obat
melalui Three Prime Question.
2.3.2.6 Visite
25
keluar rumah sakit baik atas permintaan pasien maupun sesuai dengan program
rumah sakit yang biasa disebut dengan pelayanan kefarmasian di rumah (Home
Pharmacy Care). Sebelum melakukan kegiatan visite apoteker harus
mempersiapkan diri dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan
memeriksa terapi obat dari rekam medik atau sumber lain (Menkes RI, 2016).
26
untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek Samping Obat Adalah Reaksi
Obat yang Tidak Dikehendaki yang terkait dengan kerja farmakologi.
Tujuan MESO adalah:
- Menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang
berat,tidak dikenal, frekuensinya jarang.
- Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang
barusaja ditemukan.
- Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan
/mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya ESO.
- Meminimalkan risiko kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki.
- Mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak
dikehendaki (MenkesRI, 2016).
27
2.3.2.11 Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)
28
BAB III
Rumah sakit umum Cut Meutia telah ada sejak awal proklamasi
kemerdekaan R.I yaitu merupakan normalisasi dari ex. Rumah sakit perkebunan
milik belanda pada zaman penjajahan dan dialihkan menjadi rumah sakit milik
pemeri
ntah RI. Keadaan bangunan prasarana fisik rumah sakit umum Cut Meutia sebelum
repelita masih sangat sederhana, yaitu berupa gedung-gedung peninggalan belanda.
Bangunan tambahan yang dibangun tahun 1961 dan 1963 dengan kapasitas
berjumlah 40 (empat puluh) tempat tidur. Semenjak repelita I sampai dengan
repelita IV dengan dana APBD dan bantuan pihak ketiga, fasilitas prasarana fisik
telah dikembangkan dengan membangun gedung tambahan serta mengganti
gedung-gedung yang telah sangat tua serta tidak sesuai lagi dengan kebutuhan.
29
Pada tahun 1998 pembangunan rumah sakit umum cut meutia aceh utara
yang baru dimulai dengan dana bantuan ADB III dan pada tahun 2001 dilakukan
peresmiannya yang dilakukan oleh perwakilan ADB IIIserta pemerintahan daerah
kabupaten aceh utara,sejak saat itu kegiatan rumah sakit umum daerah cut meutia
di buket rata dioperasionalkan. Secara bertahap dimulai dengan kegiatan rawat
jalan. Pada tahun 2002 operasional rumah sakit buket rata baru berjalan secara
penuh dengan kapasitas tempat tidur 135 TT, serta terjadi penambahan tempat tidur
pada setiap tahunnya.
Pada tanggal 13 s/d 15 Desember 2017 Rumah Sakit Umum Cut Meutia
Kabupaten Aceh Utara telah dilakukan survey Akreditasi sebagai rumah sakit Tipe
B dan telah lulus akreditasi Kars Versi 2012 Tingkat paripurna.
3.2 Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit Umum Cut Meutia
30
Motto Rumah Sakit Umum Cut Meutia adalah
B : erkualitas
E : fisiensi
R : asa Memiliki
A : man & Nyaman
M : urah Dan Mudah
A : kurat
L : ancar Lengkap
3.2.1. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Umum Cut Meutia
31
2. Bagian Keuangan
a. Subbagian Administrasi Penerimaan dan Mobilisasi Dana
b. Subbagian Akuntansi
3. Bagian Bina Program
a. Subbagian Perencanaan dan Anggaran
b. Subbagian Evaluasi dan Pelaporan Program
32
k. Komite PPI; dan
l. Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
m. Satuan Pemeriksa internal
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Cut Meutia dipimpin oleh seorang
Apoteker yang berada dan bertanggungjawab langsung kepada Wakil Direktur
Pelayanan dan penunjang yang memimpin pelayanan dan penunjang Rumah Sakit
Umum Cut Meutia dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan teknis, pelayanan medis,
bidang keperawatan dan bidang penunjang medis sesuai peraturan perundang-
undangan untuk mendukung kelancaran tugas pokok Rumah Sakit Umum Cut
Meutia Kabupaten Aceh Utara.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Cut Meutia mempunyai tugas
menyelenggarakan, mengkoordinasikan, merencanakan, mengawasi dan
mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit Umum Cut
Meutia.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Cut Meutia mempunyai fungsi, yaitu:
33
3.4.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP
3.4.1.1 Pemilihan
Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
dapat dilakukan dengan mengacu pada standar pengobatan/pedoman diagnose dan
terapi, standar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
telah ditetapkan, pola penyakit, efektifitas dan keamanan, pengobatan berbasis
bukti mutu, harga dan ketersediaan dipasaran. Formularium rumah sakit merupakan
daftar obat yang disepakati staf medis, disusun oleh komite/tim farmasi dan terapi
yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit. Formularium rumah sakit disusun
mengacu kepada formularium nasional.
Penyusunan dan revisi Formularium Rumah sakit dikembangkan
berdasarkan pertimbangan terapetik dan ekonomi dari penggunaan obat agar
dihasilkan Formularium Rumah Sakit yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi
kebutuhan pengobatan yang rasional.
a. Membuat rekapitulasi usulan obat dari masing – masing Staf Medik Fungsional
(SMF) berdasarkan standar terapi atau standar pelayanan medik.
b. Mengelompokkan usulan obat berdasarkan kelas terapi.
c. Membahas usulan tersebut dalam rapat Komite/Tim Farmasi dan Terapi, jika
diperlukan dapat meminta masukan dari pakar.
d. Mengembalikan rancangan hasil pembahasan Komite/Tim Farmasi dan Terapi,
dikembalikan kemasing – masing SMF untuk mendapatkan umpan balik
e. Membahas hasil umpan balik dari masing – masing SMF.
f. Menetapkan daftar obat yang masuk kedalam Formularium Rumah Sakit.
g. Menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi, dan
h. Melakukan edukasi mengenai Formularium Rumah Sakit Kepada staf dan
melakukan monitoring.
Beberapa kriteria yang digunakan untuk pemilihan obat yang masuk
kedalam Formularium Rumah Sakit adalah :
34
a. Mengutamakan penggunaan obat generic.
b. Memiliki rasio manfaat – risiko (benefit – risk ratio) yang paling
menguntungkan penderita.
c. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas.
d. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan.
e. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan.
f. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien.
g. Memiliki rasio manfaat – biaya (benefit – cost ratio) yang tertinggi berdasarkan
biaya langsung dan tidak langsung.
h. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidencebased
medicine) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga yang
terjangkau.
3.4.1.2 Perencanaan
3.4.1.3 Pengadaan
35
berkesinambungan dimulai dari pemilihan,penentuan jumlah yang dibutuhkan,
penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan
pemasok, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan
pembayaran. Pengadaan (Pembelian) perbekalan farmasi untuk Rumah Sakit
Umum Cut Meutia salah satunya di PBF Banda Aceh.
3.4.1.4 Penerimaan
a. Gudang Farmasi
Prosedur penerimaan perbekalan farmasi di gudang farmasi Rumah Sakit
Umum Cut Meutia adalah sebagai berikut:
1. Tim penerima barang memeriksa kesesuaian surat pesanan dengan faktur
yang meliputi:
a) Nama, satuan, jumlah, jenis dan bentuk sediaan
b) Kondisi fisik.
c) Tanggal kadaluarsa.
2. Bila telah memenuhi syarat, barang akan diterima oleh tim penerima barang
farmasi kemudian diserahkan kepada petugas penanggungjawab untuk
masing-masing barang.
3. Bila tidak memenuhi syarat barang tersebut dikembalikan ke supplier untuk
diganti.
4. Penanggung jawab masing-masing barang melakukan pencatatan di dalam
kartu stok dan dilaporkan pada Apoteker penanggung jawab.
5. Apoteker penanggung jawab akan merekapitulasi stok yang telah dibuat
oleh masing-masing penanggungjawab
b. Depo Farmasi
Prosedur penerimaan perbekalan farmasi di Depo Farmasi baik Rawat Jalan
maupun Rawat Inap adalah
36
1. Petugas memeriksa kesesuaian surat permintaan dengan penerimaan
meliputi:
a) Nama, satuan, jumlah, jenis dan bentuk sediaan
b) Kondisi fisik.
c) Tanggal kadaluarsa.
2. Bila telah memenuhi syarat, barang akan diterima
3. Bila tidak memenuhi syarat akan dikonfirmasi ke Gudang Farmasi
3.4.1.5 Penyimpanan
Setelah dilakukan penerimaan di instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Cut
Meutia, sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai disimpan
sesuai tempatnya. Penyimpanan perbekalan farmasi sesuai dengan persyaratan
untuk menjamin kualitas dan keamanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai yang disusun berdasarkan:
1) Bentuk sediaan.
2) Alfabetis.
3) FIFO (First in First Out) dan FEFO (First expired First Out), dimana
barang yang baru diterima disimpan di bagian belakang dari barang yang
diterima sebelumnya, dan sistem FEFO yang berdasarkan tanggal
kadaluarsa barang.
4) Penyimpanan perbekalan farmasi sesuai dengan suhu. Untuk sediaan yang
termolabil disimpan dalam lemari pendingin disertai alat pengukur suhu
(suhu 2–8 °C). sedangkan sediaan yang stabil pada suhu ruangan disimpan
pada rak penyimpanan disertai alat pengukur suhu dan kelembaban.
5) Narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus dan terkunci.
6) Obat-obat yang perlu diwaspadai “High Alert” contohnya larutan pekat
MgSO4 40%, NaCl 3% diberi tanda High Alert dan obat – obat yang
mempunyai penampilan dan penamaan yang mirip (LASA- Look Alike
Sound Alike) diberi jarak terpisah yaitu kelang satu obat. Contoh Obat
LASA seperti injeksi ephinefrin dan ephedrin diberi tanda “LASA” pada
tempat penyimpanannya. Penyimpanan obat High Alert di gudang farmasi
37
disimpan dalam lemari khusus dan diberi stiker garis merah di sekeliling
lemari.
7) Bahan B3 disimpan di dalam wadah yang tertutup rapat, apabila setelah
digunakan segera ditutup, jika tidak rapat menutupnya maka dapat
merusak B3 karna bahan B3 mudah teroksidasi dengan adanya oksigen di
udara. Bahan B3 diberi stiker dengan logo tanda mengiritasi, korosif,
berbahaya terhadap lingkungan, bahan kimia karsigonik, beracun, mudah
menyala, dan mudah meledak. Bahan B3 di Rumah Sakit Umum Cut
Meutia disimpan didalam ruangan terpisah demi keamanan dan terhindar
dari hal – hal buruk. Di Rumah Sait Umum Cut Meutia terdapat bahan B3
(bahan berbahaya dan beracun), adapun bahan B3 tersebut sebagai
berikut: Alkohol 70%, alcohol 96%, Betadine Solution,spiritus, formalin
37%, Hydrogen Peroksida ( H202) 50%, Tabung gas LPG, Gas oksigen,
Handscrub.
3.4.1.6 Distribusi
1. Gudang Farmasi
Pendistribusian dilakukan oleh Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Cut
Meutia ke unit-unit terkait seperti poliklinik, ruang perawatan,depo farmasi. Depo
Farmasi mencakup : Depo Pusat (Central), Depo 1, Depo 3, Depo Ok, Depo IGD.
Instalasi farmasi dalam hal ini bertanggung jawab terhadap efektifitas dan
keamanan perbekalan farmasi yang ada di depo farmasi, dimana pada masing-
masing depo farmasi mempunyai seorang Apoteker penanggung jawab.
2. Depo Farmasi
a. Depo Rawat jalan
Depo farmasi rawat jalan menerapkan sistem distribusi resep. Obat
diserahkan kepada pasien berdasarkan resep Dokter. Resep pasien rawat jalan
dibedakan berdasarkan kronis dan tidaknya penyakit. Untuk pasien dengan
penyakit kronis biasanya Dokter meresepkan jumlah obat untuk 30 hari pemakaian,
sedangkan untuk pasien yang tidak kronis Dokter meresepkan obat tidak lebih dari
10 hari pemakaian.
38
Depo farmasi rawat jalan melayani pasien yang datang ke poliklinik Rumah
Sakit Umum Cut Meutia, setelah selesai pemeriksaan di poliklinik dan pasien
mendapatkan resep dari Dokter, selanjutnya pasien membawa resep ke depo
farmasi rawat jalan, kemudian pasien diberi nomor antrian dan nomor antrian
tersebut juga dicatat pada lembaran resep. Pemberian nomor antrian bertujuan
untuk menghindari kesalahan pemberian obat kepada pasien. Setelah obat disiapkan
sesuai resep, obat diserahkan kepada pasien beserta informasi yang diperlukan.
b. Depo Rawat inap
Depo Farmasi Rawat Inap menerapkan sistem distribusi ODDD (One Day
Dose Dispensing) . Setiap harinya petugas mengisi CPO(Catatan Pemberian Obat)
dan menyiapkan obat, alat kesehatan, dan BMHP. Sistem distribusi ODDD dimana
pasien mendapat obat dalam dosis satu hari pemakaian. Penerapan sistem ODDD
bertujuan untuk mengurangi resiko kehilangan obat karena Apoteker dapat
mengontrol jumlah obat yang digunakan pasien sehingga penggunaan obat rasional
dan efektif dapat dicapai.
3.4.1.7 Pemusnahan
Pemusnahan dan Penarikan dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit
mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan No.72 tahun 2016 tentang standar
pelayanan kefarmasian di rumah sakit yaitu pemusnahan resep oleh pihak Rumah
Sakit setiap 5 tahun sekali dengan membuat berita acara pemusnahan dan membuat
laporan kepada kepala Rumah Sakit.
Pemusnahan obat dan BMHP dilakukan oleh IPSLRS (Instalasi Pemeliharaan
Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit). Awalnya obat yang sudah mendekati tanggal
kadaluarsa dikumpulkan dan dikembalikan ke Instalasi Farmasi. Kemudian
diteruskan ke IPSLRS untuk dimusnahkan. IPSLRS menangani semua limbah hasil
kegiatan dari semua instalasi, unit-unit dan ruangan di Rumah Sakit Umum Cut
Meutia meliputi limbah padat (limbah padat medis dan limbah padat non medis),
limbah cair dan limbah gas. Pengelolaan limbah medis di Rumah Sakit Umum Cut
Mutia sudah sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204/MENKES/SK/X 2004 tentang
persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit.
39
3.4.1.8 Pengendalian
40
3.4.2.2 Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
Rekonsiliasi obat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia dilakukan pada tiga
tahap, yaitu :
1) Ketika pasien masuk rumah sakit dilakukan di IGD
didokumentasikan dalam lembar rekam medik pasien awal
masuk.
2) Pindah antar ruangan di dokumentasikan dalam lembar rekam
medik.
Pelayanan Informasi Obat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia telah dilakukan
terhadap pasien yang mengambil obat di unit pelayanan farmasi rawat jalan.
Dengan adanya informasi, diharapkan pasien mengerti tentang cara penggunaan
obat, mewaspadai Efek Samping Obat (ESO) yang mungkin timbul selama
penggunaan obat, mengetahui manfaat pengobatan sehingga dapat meningkatkan
kepatuhan pasien dan pengobatan yang optimal dapat berjalan.
Pelayanan informasi obat bisa berupa penyuluhan yang dilakukan oleh
tenaga farmasi klinis, baik informasi seputarobat, ketersediaan obat dan alat-alat
41
kesehatan lainnya. Pelayanan informasi obat pada pasien rawat jalan bisa berupa
edukasi terhadap pasien-pasien yang butuh instruksi khusus seperti pemakaian
antibiotik, cara penggunaan insulin, dan penggunaan obat-obat sitostatika untuk
pasien kemoterapi.
3.4.2.5.Konseling
Konseling di Rumah Sakit Umum Cut Meutia telah dilakukan pada pasien
rawat jalan, biasanya dilakukan untuk kriteria pasien yang butuh penanganan
khusus seperti pasien kondisi khusus(pediatri, geriatric, ibu hamil), pasien dengan
menggunakan obat dengan instruksi khusus, pasien polifarmasi, dan pasien dengan
tingkat kepatuhan rendah.
3.4.2.6.Visite
42
melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya
kesalahan pemberian obat.
Kegiatan dispensing sediaan steril, dalam penanganan sediaan sitostatika secara
akurat, meliputi:
- Melakukan perhitungan dosis secara akurat.
- Melarutkan sediaan obat kanker dengan pelarut yang sesuai.
- Mencampurkan sediaan obat kanker sesuai dengan protokol terapi.
- Mengemas dalam kemasan tertentu, dan
- Membuang limbah sesuai prosedur yang berlaku.
- Penanganan tumpahan sediaan sitostatika dilakukan oleh petugas yang terlatih.
43
BAB IV
PEMBAHASAN
44
pendistribusian. Adapun bagian dari farmasi klinis yang telah berjalan adalah
pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran riwayat penggunaan obat, rekonsiliasi
obat, pelayanan informasi obat, konseling, visite, pemantauan terapi obat,
dispensing sediaan steril.
I. Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai ini berdasarkan
kepada:
II. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan
harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan, untuk menghindari
kekosongan obat dengan menggunakan metode konsumsii disesuaikan dengan yang
dibutuhkan.
45
farmasi untuk kebutuhan berdasarkan permintaan dari gudang kecuali ada
permintaan kebutuhan khusus yang mendesak. Prinsip pengadaan perbekalan
farmasi yaitu tersedianya seluruh kebutuhan perbekalan farmasi dengan jenis dan
jumlah yang memadai sesuai dengan formularium yang berlaku di rumah sakit.
Untuk pengadaan obat golongan narkotika seperti: kodein, pethidin,
fentanyl, dan morfin sulfat dilakukan oleh unit pengadaan dengan menggunakan
surat pesanan form N-9 kepada PT. Kimia Farma yang ditandatangani oleh Kepala
Instalasi Farmasi. Sedangkan obat psikotropika seperti diazepam dan luminal dapat
dipesan dari PBF lainnya selain PT. Kimia Farma. Pengadaan prekusor farmasi
harus berdasarkan rencana kebutuhan produksi prekusor farmasi.
IV. Penerimaan
Penerimaan perbekalan farmasi yang telah dipesan oleh unit pengadaan
dilakukan oleh petugas penerima (logistic/gudang). Petugas penerima memiliki
tugas memeriksa kesesuaian barang dengan faktur dan surat pesanan yang meliputi:
jenis, jumlah, tanggal kadaluarsa, nomor batch, dan kondisi barang. Jika tidak
sesuai, maka barang tidak diterima. Jika sesuai, petugas penerima barang
menandatangani di faktur kemudian di entry ke komputer dan dicatat di kartu stok.
V. Penyimpanan
46
Penyimpanan obat-obat narkotika dan psikotropika disimpan pada lemari
khusus yang memiliki 2 kunci yang berbeda, terdiri dari 2 pintu. Kunci masing-
masing lemari dipegang oleh dua orang yang berbeda yang telah diberi kuasa oleh
Apoteker penanggung jawab gudang. Lemari tersebut terletak di tempat yang tidak
diketahui oleh umum, tetapi dapat diawasi langsung oleh Apoteker penanggung
jawab dan Asisten.
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) disimpan khusus terpisah dari Lemari
obat dan gudang alat kesehatan. Bahan-bahan yang disimpan di Lemari B3 adalah
bahan-bahan cair seperti formalin, alkohol, povidon iodine, cairan
antiseptik/detergent/gel cuci tangan, H2O2 dan alkohol.Semua bahan berbahaya dan
beracun (B3) disertai dengan Material Safety Data Sheet (MSDS).
VI. Pendistribusian
Pengkajian dan pelayanan resep pada pasien rawat jalan dan rawat inap di
Rumah Sakit Umum Cut Meutia meliputi administratif, farmasetik dan klinis. Pada
pengkajian resep di Rumah Sakit Umum Cut Meutia belum sesuai dengan kebijakan
Permenkes no.72 tahun 2016 yaitu tidak sepenuhnya dikaji oleh Apoteker.
47
maupun dokter serta perawat.
c. Rekonsiliasi obat
48
h. Dispensing Sediaan Steril
Dispensing sediaan steril meliputi pencampuran obat-obat sitostatika di
ruang pencampuran kemoterapi. Seharusnya dispensing sediaan steril dilakukan
sepenuhnya oleh Apoteker, namun karena keterbatasan jumlah Apoteker,
pekerjaan tersebut dilakukan oleh tenaga tenik kefarmasian yang sudah dilatih.
49
BAB V
5.1 Kesimpulan
50
DAFTAR PUSTAKA
Badan POM. (2018). Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 34tentang
Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Badan POM.
Badan POM. (2018). Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 4 tentang
Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan
Perekursor Farmasi di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian. Jakarta: Badan
POM.
Depkes RI. (2009). Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (Central Sterile Supply
Department/CSSD) di Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.
Menkes RI. (2012). Pedoman Teknis Prasaranan Rumah Sakit Sistem Instalasi Gas
Medik dan Vakum Medik. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Menkes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 4 tentang
Penggunaan Gas Medik dan Vakum Medik pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Menkes RI. (2020). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 3 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
51
Sakit. Jakarta: Presiden Republik Indonesia.
Rusli. (2016). Farmasi Rumah Sakit dan Klinik. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Halaman 24-29, 33-35, 39-44
52
Lampiran 1. Struktur Organisasi RSCUM
53
Lampiran 2. Struktur Instalasi Farmasi BLUD RSUCM
54
Lampiran 3. Formularium RSUCM
55
Lampiran 4. Rak Obat Ruang Depo Pusat
56
Lampiran. 5 Gudang Farmasi
57
Lampiran 6. SURAT PESAN NARKOTIKA
58
Lampiran. 7 SURAT PESAN PSIKOTROPIKA
59
Lampiran 8. SURAT PESAN PREKUSOR
60
Lampiran 9. FAKTUR OBAT
61
Lampiran 10. LEMARI HIGH ALERT
62
Lampiran 11. LAPORAN SIPNAP NARKOTIKA
63
Lampiran 12. LAPORAN SIPNAP PSIKOTROPIKA
64