Dosen Pembimbing:
Apt. Sinta Ratna Dewi S.Farm M.SI
Kelompok Mahasiswa :
1. Fadilla Mubakkira S.nao 1911102415020
2. Nasya Cahaya Nabilah 1911102415016
3. Rahmadinda Umi Khansa 1911102415004
Laporan ini disusun guna memenuhi salah satu syarat akademik dalam mencapai
derajat Sarjana Farmasi Frogram Studi S1 Farmasi Fakultas Farmasi UMKT
Disusun oleh :
1. Fadilla Mubakkira S.nao 1911102415020
2. Nasya Cahaya Nabilah 1911102415016
3. Rahmadinda Umi Khansa 1911102415004
apt. Muhammad Firdaus S.Farm apt. Sinta Ratna Dewi, S.Farm., M.Si
NIP : 19711030 NIDN : 1107118501
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyusun makalah Kuliah Kerja Praktik (KKP) Universitas
Muhammadiyah Kalimantan Timur Samarinda di Apotek Anugrah Farma dengan
baik dan lancar.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang bersangkutan dalam pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Praktik (KKP)
kepada :
1. Prof. Dr. H. Bambang Setiaji, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Kalimantan Timur.
2. Dr. Hasyrul Hamzah, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Kalimantan Timur.
3. Apt. Ika Ayu Mentari, M.Farm, selaku Ketua Program Studi S1 Farmasi
Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.
4. Chaerul Fadly M.L., M. Biomed, selaku koordinator mata Kuliah Kerja
Praktik (KKP)
5. Apt.Sinta Ratna Dewi, S.Farm.,M.Si, selaku dosen pembimbing yang selalu
memberikan bimbingan dan pengarahan selama kami melakukan Kuliah
Kerja Praktek (KKP) di Apotek Anugrah Farma.
6. Apt. Muhammad Firdaus, S. Farm, selaku Apoteker di Apotek Anugrah
Farma yang telah membimbing dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek
(KKP).
7. Kepada kakak Jen, kakak Nabilah, kakak Rifka selaku Tenaga Teknis
Kefarmasian (TTK) di Apotek Anugrah Farma yang memberikan informasi
dan pelajaran mengenai Apotek Anugrah Farma.
Kami menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna karena adanya
keterbatasan kemampuan, pengetahuan, pengalaman dan ilmu yang kami
miliki dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata. Penulis berharap
KKP ini dapat membuahkan hasil yang baik dan bermanfaat sehingga dapat
menjadi panduan dalam menghadapi persaingan dan lingkungan kerja yang
semakin penuh tantangan di masa yang akan datang. Penulis menyadari
ii
bahwa dalam penulisan laporan KKP ini masih banyak terdapat kekurangan
dan ketidaksempurnaan.
Oleh karena itu, Kami berharap kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk perbaikan selanjutnya. Semoga laporan KKP ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak. Akhir kata, penulis mengucapkan mohon maaf apabila dalam
penulisan laporan ini terdapat kekurangan dan kesalahan. Semoga laporan ini
dapat berguna bagi para pembaca.
Tim Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kuliah Kerja Praktek meruapakan salah satu mata kuliah yang harus
dipenuhi oleh setiap mahasiswa/mahasiswi Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Kalimantan Timur. Kuliah kerja praktek adalah tugas
akademik yang diwajibkan kepada mahasiswa untuk mempelajari sistem
dunia kerja yang sesungguhnya dengan cara magang di suatu intansi lembaga
pada bagian atau divisi tertentu dalam beberapa waktu yang telah ditentukan.
Apotek adalah suatu tempat tertentu, tepat dilakukan pekerjaan kefarmasian
dan penyaluran perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada
masyarakat. Salah satu realisasi pembangunan dibidang farmasi oleh
pemerintah dan swasta adalah dengan menyediakan sarana pelayanan
kesehatan salah satunya Apotek. (Pemenkes 9 Tahun 2017)
Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian. Standar pelayanan kefarmasian
meliputi standar pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai; dan pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan bahan medis habis pakai dilakukan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku meliputi perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian,
pencatatan, dan pelaporan. Pelayanan farmasi klinik di apotek merupakan
bagian dari pelayanan kefarmasian yang langsung bertanggung jawab kepada
pasien berkaitan dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis palai demgam maksud menvapai hasil yang pasti untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien. Pelayanan farmasi klinik meliputi pengkajian dan
pelayanan resep, dispensing, pelayanan informasi obat, konseling, pelayanan
kefarmasiaan di rumah, pemantauan terapi obat (PTO), dan monitoring efek
samping obat (MESO). (Permenkes 73 Tahun 2016)
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017
menyebutkan bahwa apotek merupakan suatu sarana pelayanan kefarmasian
tempat dilakukannya praktik kefarmasian oleh apoteker. Pelayanan
kefarmasian menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51
tentang Pekerjaan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi
dengan bermaksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien.
Selain berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan dan unit bisnis,
apotek juga merupakan salah satu tempat pengabdian dan praktik tenaga
1
teknis kefarmasian dalam melakukan pekerjaan kefarmasian. Pekerjaan
kefarmasian merupakan pembuatan termasuk juga dalam pengendalian mutu
sediaan farmasi, keamanan, pengadaan, penyimpanan, serta pendistribusian
atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atau resep dokter,
pelayanan informasi obat, dan pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009)
B. Tujuan
1. Mendapatkan pengalaman langsung dalam dunia pelayanan kesehatan,
khususnya pelayanan kefarmasian di Apotek sebelum memasuki dunia
kerja.
2. Mempelajari bagaimana cara pengelolaan apotek yang sesuai dengan
SOP
3. Menyiapkan Tenaga Kefarmasian yang terampil.
C. Manfaat
1. Memberikan pengalaman mahasiswa/mahasiswi pada dunia pelayanan
kesehatan khususnya dibidang pelayanan kefarmasiaan di apotek.
2. Mengetahui cara kerja dari pengelolaan apotek yang sesuai dengan SOP.
3. Memberikan kesempatan agar mahasiswa/mahasiswi dapat belajar
berinteraksi dan mengembangkan diri sebagai persiapan terjun ke dunia
kerja kefarmasian sehingga menjadikan tenaga kefarmasian yang
terampil.
2
BAB II
PROFIL TEMPAT KKP
3
apotek yang memadai, peyalanan yang ramah, cepat dan tepat menjadi
kunci utama pengembangan apotek. Arti dari nama Apotek Anugrah ialah
bahwa kesehatan itu merupakan sebuah anugrah..
C. Struktur Organisasi Apotek
PSA
Ir. Bapak Setiono Topandi
APA
Apt. Muhammad Firdaus. S,farm
4
c. Bertanggung jawab atas inventaris apotek yang dimiliki terkait
biaya pemeliharaan maupun pemakaiannya.
d. Secara umum bertanggung jawab atas urusan kepegawaian dan
keamanan apotek dalam melakukan kegiatan usahanya. Selain itu
Pemilik Sarana Apotek juga berwenang untuk mengambil
keputusan dalam seluruh kegiatan apotek yang mencakup
penjualan, pengadaan kontrak, perjanjian jual beli dengan pihak
ketiga dan pembukaan rekening di bank.
2. Apoteker Pengelola Apotek (APA)
Umumnya Apoteker pengelola apotek adalah orang yang telah
mempunyai Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) yang
dikeluarkan langsung oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Komite Farmasi Nasional.Dalam perjanjian kerjasama akan diatur
mengenai hak dan kewajiban apoteker pengelola apotek yang
disepakati oleh keduanya terkait dengan teknis pengelolaan
operasional apotek.
Tugas dan kewajiban Apoteker Pengelola Apotek antara lain:
a. Melayani resep dokter sesuai dengan tanggung jawah dan standar
profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat serta
melayani penjualan obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter
b. Memberi informasi yang berkaitan dengan penggunaan
pemakaian obat secara tepat, aman dan rasionalatas Informasi
yang diberikan kepada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara
pemakaian obat, cara penyimpanan obat. jangka waktu
pengobatan, makanan minuman/ aktifitas yang hendaknya
dihindari selama terapi dan informasi lain yang diperlukan.
c. Melakukan pengelolaan apotek meliputi pembuatan, pengelolaan,
peracikan, pengubahan bentuk. pencampuran, penyimpanan dan
penyerahan obat dan bahan obat, pengadaan, penyimpanan,
penyaluran dan penyerahan sediaan farmasi lainnya dan
pelayanan informasi mengenai sediaan farmasi.
3. Administrasi
Administrasi mempunyai pekerjaan untuk mengelola data
keuangan, menyiapkan laporan kas setiap hari dan melakukan
rekapitulasi laporan harian baik secara tertulis maupun dalam bentuk
fisik, seperti laporan buku kas, buku bank, laporan penerimaan,
laporan pengeluaran dana dan anggaran
5
4. Tenaga Teknis Kefarmasian
Membantu Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian,
yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis
Farmasi dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker
E. Visi dan Misi Apotek Anugrah Farma
Visi
1. Menjadi apotek yang kuat dan sehat secara finansial
2. Menjadi sumber manfaat bagi pemilik sarana apotek (PSA),
karyawan, dan masyarakat sekitar.
Misi
1. Menyelenggarakan pelayanan apotek yang profesional sehingga
dapat memberikan nilai tambah bagi presepsi, owner dan para
pelanggan.
2. Menyediakan secara lengkap berbagai pilihan obat dengan harga
terjangkau agar dapat terus optimal mewujudkan kualitas hidup yang
yang sehat bagi masyarakat.
3. Memberikan pelayanan yang berkualitas dengan selalu memperbarui
pengetahuan serta meningkatkan mutu dan kualitas apotek dalam
upaya memuaskan pelanggan
F. Pengelolaan Apotek Anugrah Farma
Perizinan Apotek Anugerah Farma:
Nama Apotek : Apotek Anugerah Farma
Pemilik Sarana Apotek : Ir Setiono Topandi
Alamat Apotek : Jl. Ir. Sutami Blok I no.2
Apoteker Penanggung Jawab : Apt. M. Firdaus S.Farm
Nomor SIPA : 503/172/SIPA/100.26
Nomor SIA : 800/Apt-083/100.02/VII/2017
Jenis layanan yang terdapat di Apotek Anugrah Farma adalah;
1. Layanan Resep Tunai
2. Layanan Resep Kredit (BPJS)
4. Alat Kesehatan
5. Praktek Dokter Umum/BPJS
6. Praktek Dokter Gigi
6
BAB III
DESKRIPSI TUGAS
7
Surat Pesanan dapat menggunakan sistem elektronik. Sistem elektronik
yang digunakan harus bisa menjamin ketertelusuran produk, sekurang
kurangnya dalam batas waktu 5 (lima) tahun terakhir dan harus tersedia
sistem back up data secara elektronik. Surat pesanan secara elektronik
yang dikirimkan ke distributor harus dipastikan diterima oleh distributor,
yang dapat dibuktikan melalui adanya pemberitahuan secara elektronik
dari pihak distributor bahwa pesanan tersebut telah diterima.
Pengadaan obat-obatan pada apotek menggunakan sistem pedagang
besar farmasi (PBF) yang datang langsung ke apotek atau melakukan
pemesanan melalui telepon untuk memenuhi pengadaan
barang. Keterlambatan obat yang disebakan oleh kekosongan obat dari
pabrik merupakan masalah yang sering di jumpai apotek dalam pengdaan
barang dan cara untuk mengatasi hal tersebut yaitu melakukan pemesanan
saat persediaan di apotek mulai menipis tidak sampai stok obat benar-
benar habis.
Metode pengadaan melalui pembelian, hibah, produksi. Sementara
pembelian ada 4 metode antara lain :
a. Tender terbuka; berlaku untuk semua rekanan yang terdaftar dan sesuai
dengan kriteria yang telah ditentukan.
b. Tender terbatas/ lelang tertutup; hanya dilakukan pada rekanan tertentu
yang sudah terdaftar dan memiliki riwayat jejak yang baik.
c. Negosiasi/ tawar menawar; dilakukan pendekatan langsung untuk item
tertentu.
d. Pembelian langsung; pembelian jumlah kecil yang perlu segera tersedia
(BPOM,2008)
METODE PENGADAAN
a. Pengadaan dalam jumlah terbatas meliputi :
1) Order barang yang terbatas
2) Modal terbatas
3) Kecepatan aliran barang
4) Stock obat
5) Keberadaan PBF dalam kota (lead time cepat)
b. Pengadaan secara berencana
1) Order berdasarkan waktu tertentu
2) Order berdasarkan periode musim tertentu
3) Keberadaan PBF di luar kota (lead time lama)
c. Pengadaan secara spekulatif
1) Kemungkinan kenaikan harga
2) Bonus yang ditawarkan
8
Hal yang harus diperhatikan dalam pengadaan :
1) Modal yang dimiliki
2) Kecepatan aliran barang
d. Konsinyasi
1) Produk yang masih dalam tahap promosi
2) Bentuk pembayaran
Surat pesanan dibuat dengan memperhatikan jumlah kebutuhan obat yang
akan dipesan, proses ini merupakan proses pengadaan, atau merupakan
proses kelanjutan dari perencanaan. Setelah obat direncanakan jumlah
yang dipesan dan sudah ditentukan PBF maka data tersebut ditulis di surat
pesanan. Surat pesanan biasanya ditanda tanganin oleh Apoteker
Pengelolah Apotek dan diberi stempel apotek, untuk menambah legalitas
SP.
9
3. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Penerimaan dan
pemeriksaan merupakan salah satu kegiatan pengadaan agar obat yang
diterima sesuai dengan jenis, jumlah dan mutunya berdasarkan Faktur
Pembelian dan Surat Pengiriman Barang yang sah.
Penerimaan sediaan farmasi di Apotek harus dilakukan oleh Apoteker.
Bila Apoteker berhalangan hadir, penerimaan sediaan farmasi dapat
didelegasikan kepada Tenaga Kefarmasian yang ditunjuk oleh Apoteker
Pemegang Surat Izin Apotek (SIA).
Pemeriksaan sediaan farmasi yang dilakukan meliputi :
a. Kondisi kemasan termasuk segel, label/penandaan dalam keadaan baik.
b. Kesesuaian nama, bentuk, kekuatan sediaan obat, isi kemasan antara
arsip surat pesanan dengan obat yang diterima.
c. Kesesuaian antara fisik pbat dengan faktur pembelian dan Surat
Pengiriman Barang (SPB) yang meliputi :
1) Kebenaran nama produsen, nama pemasok, nama obat, jumlah,
bentuk, kekuatan sediaan obat da nisi kemasan
2) Nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.
Apabila hasil pemeriksaan ditemukan sediaan farmasi yang diterima tidak
sesuai dengan pesanan seperti nama, kekuatan sediaan sediaan farmasi,
jumlah atau kondisi kemasan dan fisik tidak baik, maka sediaan farmasi
harus segera dikembalikan pada saat penerimaan(BPOM, 2008).
4. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat
yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak
mutu sediaan farmasi. Tujuan penyimpanan adalah untuk memelihara
mutu sediaan farmasi, menghindari penggunaan yang tidak bertanggung
jawab, menjaga ketersediaan, serta memudahkan pencarian dan
pengawasan.
Tujuan penyimpanan adalah menjamin mutu tetap baik serta
memudahkan dalam pencarian, memudahkan pengawasan persediaan,
menjamin keamanan dari pencurian obat dan menjamin pelayanan yang
cepat dan tepat
Penyimpanan obat yang diterapkan oleh apotek yaitu penyusunan
berdasarkan abjad, bentuk sediaan atau stabilitas atau kesesuaian suhu
pada tempat penyimpanan obat. Penyimpanan obat yang biasa dilakukan di
apotek yakni berdasarkan golongan obat di terapkan pada obat bebas, obat
10
bebas terbatas, obat keras dan obat narkotik. Penyimpanan berdasarkan
abjad diterapkan pada obat-obat yang bisa di jual secara bebas dan obat
yang harus disertai dengan resep dokter. Tidak mengalami masalah yang
berarti dan sesuai dengan standar yang telah di tetapkan. Penyimpanan
berdasarkan bentuk sediaan diterapkan pada obat berupa sirup bebas,
salep, injeksi, cairan dan lain-lain. Tidak mengalami masalah yang berarti
dan sesuai dengan standar yang telah di tetapkan. Penyimpanan
berdasarkan suhu yang dilakukan dengan tujuan agar obat tersebut tidak
rusak seperti suppositoria, ovula dan insulin yang disimpan dalam lemari
es supaya tidak merusak bentuk dan khasiatnya.
5. Pencatatan
Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor
keluar dan masuknya (mutasi) sediaan farmasi di apotek. Pencatatan dapat
dilakukan dalam bentuk digital atau manual. Pencatatan dilakukan setiap
proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai (BMHP) meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur),
penyimpanan (kartu stok), Penyerahan (nota atau struk penjualan) dan
pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan (Permenkes, No. 73
tahun 2016). Pecatatan dilakukan terhadap setiap tahapan pengelolaan
mulai dari pengadaan, penyerahan dan pemusnahan secara tertib dan
akurat serta disahkan oleh Apoteker Penanggung Jawab. Pencatatan
sekurang – kurangnya memuat :
a. Nama Jumlah, bentuk dan kekuatan sediaan, isi dan jenis kemasan,
nomor batch dan tanggal kadaluarsa dan nama produsen.
b. Jumlah yang diterima, diserahkan dan sisa persediaan.
c. Tujuan Penyerahan
6. Pelaporan
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan
internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan
manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya.
Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan,
meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya
(Permenkes, No. 73 tahun 2016). Apoteker Penanggung Jawab Apotek
wajib membuat dan menyimpan catatan serta mengirimkan laporan
pemasukan dan pengeluaran obat yang mengandung prekursor farmasi
efedrin dan pseudoefedrin dalam bentuk sediaan tablet/kapsul/injeksi.
Laporan yang dimaksud adalah :
a. Laporan pemasukan obat mengandung prekursor farmasi efedrin dan
pseudoefedrin dalam bentuk sediaan tablet/kapsul/injeksi.
11
b. Laporan kehilangan.
c. Laporan pemusnahan obat mengandung prekursor farmasi.
Pelaporan penggunaan narkotika dilakukan setiap bulan. Laporan
penggunaan obat narkotika dilakukan melalui online SIPNAP ( Sistem
Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). Asisten Apoteker setiap bulannya
menginput data penggunaan narkotika dan psikotropika melalui melalui
SIPNAP lalu setelah data terinput, data tersebut di import.. Laporan
meliputi laporan pemakaian narkotika untuk bulan bersangkutan (meliputi
nomor urut, nama bahan / sediaan, satuan, persediaan awal bulan),
password dan username didapatkan setelah melakukan registrasi pada
Dinas Kesehatan setempat.
7. Penyaluran
Penyaluran obat dibagi menjadi dua yaitu penyaluran menggunakan
resep dokter dan non resep dokter. Resep dokter diterima oleh apotek
secara umum dan diterima atas dasar kerja sama apotek dengan pihak lain
misalkan BPJS. Pembelian obat tanpa menggunakan resep atau penjualan
obat bebas, obat bebas terbatas harus terpantau oleh Apoteker. Masalah
yang sering di jumpai yaitu adanya penyaluran obat psikotropika secara
bebas tanpa menggunakan resep dokter sehingga penyaluran tersebut tidak
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.(PMK,26,2018)
Penggunaan obat merupakan siklus pengelolaan obat yang tidak
terpisahkan dari fungsi pengelolaan obat yang lain. Proses penggunaan
obat dimulai dari penulisan resep obat oleh dokter kemudian penyerahan
obat kepada pasien sampai obat digunakan oleh pasien. Aspek penggunaan
obat diletakkan dalam konteks dukungan terhadap kerasionalan peresepan.
(Nofriana, 2011)
Proses penggunaan obat meliputi : diagnosis, peresepan oleh dokter,
pengeluaran obat serta penggunaan obat oleh pasien dengan tepat. Seorang
dokter diharapkan meresepkan obat yang rasional, yaitu dengan indikasi
yang tepat, dosis yang tepat, memperhatikan efek samping dan
kontraindikasinya serta harga yang wajar. Setelah diresepkan, selanjutnya
menjadi tugas bagian farmasi untuk menyiapkan dan menyerahkan obat
kepada pasien
8. Pemusnahan dan Penarikan
Sediaan farmasi kedaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai
dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan sediaan farmasi
kedaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika
dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Pemusnahan sediaan farmasi selain narkotika dan
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga
12
kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja.
Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan.
Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan
oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau
cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan
Resep dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi yang tidak dapat
digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Penarikan sediaan farmasi yang tidak
memenuhi standar/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan
oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM
(mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar
(voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala
BPOM. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
9. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem
pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan
untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan,
kerusakan, kedaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan.
Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan
cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya memuat nama
sediaan farmasi, tanggal kedaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah
pengeluaran dan sisa persediaan.
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program
yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan sediaan farmasi di apotek.
10. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat
pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk
penjualan) dan pencatatan lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal
merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen
Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan
eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban
13
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan, meliputi
pelaporan narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya. (Wirda et al,
2020)
B. Hasil Observasi
Hasil observasi kuliah kerja praktik (KKP) dilakukan sebagai berikut:
Sumber data primer antara lain:
1. Tenik Wawancara
Pasien datang ke apotek dengan permintaan obat tertentu/ menyebutkan
keluhan tertentu, TTK menggali informasi dengan mengajukan beberapa
pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang dapat membantu
dalam upaya perekomendasian terapi. Rekomendasi obat harus sesuai
dengan keluhan pasien beserta konfirmasi harga yang disetujui oleh
pasien, setelah itu dilanjutkan dengan proses transaksi/pembelian obat
setelah itu dilakukan penyerahan obat disertai dengan pemberian informasi
obat (PIO) dan monitoring penggunaan obat.
Teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan
pertanyaanpertanyaan kepada pihak terkait mengenai masalah yang diteliti
sehingga mendapatkan data yang dapat dipercaya. Hasil data yang didapat
diperoleh dengan melakukan interview langsung pada orang kepercayaan
yaitu Apoteker Penanggung Jawab Apotek Anugrah Farma.
2. Teknik Observasi
Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara
mengamati langsung obyek yang diteliti, mengenai kondisi dan hal-hal
yang dilakukan oleh instansi secara terencana dan sistematis. Dimana
obyek yang berhasil penulis dapatkan pada Apotek antara lain tempat
penyimpanan obat, dan tempat pembayaran obat yang telah di beli oleh
para konsumen.
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
15
B. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan
farmasi di Apotek Anugrah Farma melalui jalur resmi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengadaan perbekalan dan
sediaan farmasi di Apotek Anugrah Farma dilakukan dengan melalui
beberapa cara diantaranya pembelian secara langsung dari pabrik/ distributor/
pedagang besar Farmasi (PBF) dengan menggunakan media kominikasi
telefon dan beberapa BPF memiliki aplikasi pemesanan barang yang telah
disediaakan. Obat dipesan dengan menggunakan surat pesanan yang akan
diberikan saat barang pesanan telah datang. Tidak lupa apotek menyimpan
salinan SP menghindari double order.
Di Apotek Anugrah Farma sendiri obat-obat yang dipesan akan ditulis oleh
TTK dan dicek kemudian di tanda tangani oleh apoteker, setelah itu diberi
stample. Hal ini dilakukan karena meminimalisir waktu apoteker ditempat.
Saat kurir PBF datang mengantarkan pesanan yang dipesan melalui telefon
atau seles BPF barulah SP diberikan.
Menurut hasil observasi lainnya, Apotek Anugrah Farma jarang sekali
menerima barang konsinyasi. Pihak apotek juga menghindari pengadaan
secara tunai Cash On Delivery. Pembayaran yang dilakukan adalah secara
kredit dimana pembayaran dilakukan setelah faktur jatuh tempo.
C. Penerimaan
Penerimaan di Apotek Anugrah Farma sudah sesuai dengan SOAP yang
berlaku dilakukan dengan melihan kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu,
waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi
fisik yang diterima. Setiap pengiriman sediaan farmasi yang dipesan disertai
faktur rangkap empat (2 lembar untuk PBF, 1 lembar untuk penagihan dan 1
lembar untuk Apotek) dan SP yang ditandatangani oleh APA. Barang yang
datang dicocokkan dengan SP, bila sesuai akan ditandatangani oleh APA atau
AA disertai dengan nomor surat ijin kerja dan diberikan stempel Apotek
sebagai bukti sediaan Farmasi telah diterima.
Berdasarkan hasil observasi tidak jarang TTK tidak mengecek exp. date
sehingga saat obat yang mendekati exp. date sering dilakukan retur beberapa
bulan setelah obat datang. Terkadang beberapa kali terdapat obat yang tidak
sesuai dengan quantity yang ditulis pada surat pesanan. Hal ini sering terjadi
sehingga saat menerima barang sangat dibutuhkan keteliian dan pentingnya
untuk pengecekan terlebih dahulu.
D. Penyimpanan
Beberapa sistem penyimpanan perbekalan Farmasi di Apotek Anugrah
Farma meliputi :
1. Efek Farmakologi
16
Penyimpanan berdasarkan efek farmakologi di Apotek Anugrah Farma
meliputi obat-obat Antibiotik, Analgetik, Obat Untuk Saluran Cerna dan
vitamin
2. Alfabetis
Obat disusun berdasarkan alfabetis untuk mempermudah dalam pencarian
tetapi sudah dalam sistem menurut Efek farmakologi, stabilitas dan
golongan obat.
3. Stabilitas Obat
Penyimpanan obat berdasarkan stabilitas obat di Apotek Anugrah Farma di
bagi menjadi dua yaitu penyimpanan pada suhu ruang (15-30◦C) dan pada
suhu dingin (2-8◦C). Contoh produk yang harus disimpan pada suhu dingin
yaitu insulin, suppositoria dan ovula.
4. Golongan Obat
Obat-obat OTC, alat kesehatan dan suplemen disimpan diarea etalase
depan. Sedangkan obat keras generik di simpan di rak terpisah dibagian
dalam ruangan dengan obat keras branded. Obat-obat Narkotika dan
Psikotropika disimpan dalam lemari khusus yang selalu terkunci.
5. Bentuk Sediaan
Penyimpanan berdasarkan bentuk sediaan dilakukan dengan membedakan
rak penyimpanan dan pengelompokan perbekalan Farmasi yang sejenis.
Contohnya membedakan penyimpanan sediaan injeksi, sediaan tablet atau
kapsul dan sediaan sirup serta sediaan semisolid. Untuk sediaan sirup
dikumpulkan sama dengan bentuk sediaannya seperti Amoxicilin dry syrup,
Parasetamol, Antibiotik suspensi dan lain-lain. Hal ini juga berlaku untuk
semua bentuk sediaan yang lain.
Penyimpanan obat/barang di Apotek Anugrah Farma dilakukan
menggunakan prinsip FIFO dan FEFO. Tujuan dari sistem FIFO dan FEFO
ini untuk menghindari kemungkinan terjadinya penumpukan barang yang
dapat berujung pada kadaluarsanya obat sebelum dapat dijual sehingga dapat
merugikan apotek. Berdasarkan hasil observasi dilapangan Apotek Anugrah
Farma lebih sering menggunakan prinsip FIFO dilihat dari saat bareng datang
penyusunan obat lebih sering mengikuti prinsip FIFO.
E. Pencatatan
Pencatatan di Apotek Anugrah Farma dilakukan setiap hari melitputi
keluar masuk obat. Pencatatan data pasien dan pembuatan kuitansi serta
salinan resep juga dilakukan setiap hari menggunakan sistem komputerisasi
dengan tujuan untuk memonitor semua kegiatan di Apotek Anugrah Farma
agar dapat berjalan dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan serta
dapat meberikan bukti data mengenai jumlah barang, jenis barang, waktu
pengeluaran dan seluruh rangkaian proses pendistribusian barang. Pecatatan
17
dilakukan terhadap setiap tahapan pengelolaan mulai dari pengadaan,
penyerahan dan pemusnahan secara tertib dan akurat serta disahkan oleh
Apoteker Penanggung Jawab.
Pada bagian obat dalam meliputi obat keras, narkotik dan psikotropik
memiliki kartu stok yang akan di isi saat obat tersebut keluar dan masuk.
Khusus kartu stok akan diisi saat obat masuk dan diakhir pergantian sift di isi
untuk bagian obat keluar.
F. Pelaporan
Pelaporan pada kegiatan di Apotek Anugrah Farma seperti membuat dan
menyimpan catatan serta mengirimkan laporan pemasukan dan pengeluaran
obat yang mengandung prekursor farmasi efedrin dan pseudoefedrin dalam
bentuk sediaan tablet/kapsul/injeksi dilakukan sendiri oleh Apoteker
Penanggung Jawab Apotek yang nantinya akan diserahkan kepada Badan
POM Direktorat Pengawasan Napza dengan tembusan ke balai Besar atau
Balai POM. Laporan yang dimaksud seperti :
1. Laporan pemasukan obat mengandung prekursor farmasi efedrin dan
pseudoefedrin dalam bentuk sediaan tablet/kapsul/injeksi.
2. Laporan kehilangan.
3. Laporan pemusnahan obat mengandung prekursor farmasi.
Pelaporan penggunaan narkotika dilakukan setiap bulan. Laporan
penggunaan obat narkotika dilakukan melalui online SIPNAP (Sistem
Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). Menurut hasil observasi semua
kegiatan pelaporan dilakukan oleh Apoteke Penanggung Jawab sendiri tanpa
dibantu oleh TTK maupun PSA setiap bulannya. Penginput data penggunaan
narkotika dan psikotropika melalui melalui SIPNAP lalu setelah data terinput,
data tersebut di import (paling lama sebelum tanggal 10 pada bulan
berikutnya). Laporan meliputi laporan pemakaian narkotika untuk bulan
bersangkutan (meliputi nomor urut, nama bahan / sediaan, satuan, persediaan
awal bulan).
Pelaporan narkotik dan psikotropika dilakukan sebulan sekali, dibuat 4
rangkap untuk Dinas Kesehatan Kota Samarinda dengan Tembusan Dinas
Kesehatan Kota Provinsi Kalimantan Timur, Balai POM Kalimantan Timur
dan untuk arsip Apotek. Pelaporan narkotik dan psikotropik juga dapat
dilakukan secara online melalui situs SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotik
dan Psikotropik).
G. Penyaluran
Penyaluran obat di Apotek Anugrah Farma selain dengan menjual
kemasyarakat jug penyaluran menggunakan resep dokter dan non resep
dokter. Resep dokter diterima oleh apotek secara umum yang berperaktek
18
berdampingan dengan apotek dan adanya dasar kerja sama apotek dengan
pihak BPJS.
Menurut hasil observasi resep-resep yang masuk di Apotek Anugrah
Farma terbagi menjadi 2, yaitu resep umum dan resep BPJS. Kedua resep
tersebut diperoleh dari peraktek dokter yang berjalan berdampingan dengan
apotek sejak 8 tahun silam. Resep-resep yang masuk akan disimpan dan di
arsipkan hingga 5 tahun kedepan. Untuk resep BPJS setiap bulannya akan
dilakukan perhitungan akumulasi biaya obat yang akan dibayar oleh pihak
BPJS ke pihak apotek. Menurut hasil observasi ada perbedaan pemberian
jenis obat, yaitu pada pasien umum obat yang diresepkan merupakan obat
bermerek dagang (paten) sedangkan untuk pasien BPJS obat yang diresepkan
merupakan obat-obat generik.
Berikut alur pelayanan resep yang terdapat di Apotek Anugrah Farma :
19
Alur pelayanan non resep di Apotek Anugrah Farma yaitu sebagai
berikut :
H. Pemusnahan
Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung Narkotik atau
Psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Pemusnahan obat di Apotek Anugrah Farma dilakukan
berkala untuk memusnahkan persediaan obat yang telah lewat waktu
kadaluwarsanya dan yang mengalami kerusakan sehingga tidak dapat
digunakan lagi ataupun tidak bisa diretur. Selain pemusnahan obat, resep
yang telah melewati masa simpai juga dapat dimusnahkan, resep yang
melewati masa simpan juga dimusnahkan, resep yang melewati masa lima
tahun dapat dimusnahkan dengan cara dibakar. Untuk resep umum yang tidak
berisi Narkotik dan Psikotropika ditimbang terlebih dahulu dan dimusnahkan,
sedangkan untuk resep yang mengandung Narkotik dan Psikotropika,
dihitung terlebih dahulu jumlah lembabnya, kemudian dimusnahkan. Berikut
prosedur pemusnahan obat pada Apotek Anugrah Farma :
1. Barang yang dapat dimusnahkan harus memenuhi kriteria, yaitu
rusakm(perubahan primer/sediaan) dan lewat tanggal kadaluwarsanya.
2. Lakukan pendataan barang yang akan dimusnahkan, ajukan
permohonan izin prinsip dari Direksi PT.Kimia Farma Apotek disertai
usulan tim/panitia pemusnahan obat.
20
3. Ajukan surat pemberitahuan kepada Kepala Kantor Dinas Kesehatan
kota/kabupaten setempat tentang pemusnahan obat.
4. Pemusnahan barang dilakukan sesuai dengan tata cara peraturan
menteri Kesehatan Republik Indonesia, yaitu dihancurkan untuk obat
sirup.
21
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan Kuliah Kerja Peraktek yang
dilaksanakan di Apotek Anugrah Farma maka dapat disimpulkan beberapa
hal, yaitu :
1. Apotek Anugrah Farma merupakan tempat yang sangat baik untuk
dilakukannya perkerjaan kerfarmasian dan pelayanan obat pada
masyarakat karena peserta KKP memperoleh ilmu pelayanan
kefarmasian dengan memberikan pelayanan langsung kepada
masyarakat.
2. Pengelolaan sistem manajemen Apotek Anugrah Farma telah
berjalan dengan baik, dan kerja sama antar karyawan juga berjalan
dengan baik, dimana masing-masing memiliki job description yang
dilakukan dengan sikap professional.
3. Apotek Anugrah Farma telah menjalankan usaha sesuai dengan
peraturan pemerintah yang berlaku.
4. Apoteker Pengelola Apotek (APA) memiliki peran yang penting
dalam pengelolaan apotek, baik dalam fungsi manajerial maupun
sebagai tenaga kesehatan yang menjalankan fungsi profesi.
5. Apoteker dan TTK telah menjalankan tugas dan fungsinya dengan
baik sebagai pelaksana pelayanan resep dan berperan serta dalam
pengelolaan obat dan perbekalan farmasi di apotek.
B. Saran
Pengelolaan sistem manajemen Apotek Anugrah Farma telah berjalan
dengan baik, dan kerja sama antar karyawan juga berjalan dengan baik,
dimana masing-masing memiliki job description yang dilakukan dengan
sikap professional. Diharapkan kepada Apotek Anugrah Farma dapat
mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat
yang telah dicapai selama ini.
22
DAFTAR PUSTAKA
BPOM. (2016). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Obat-Obat
Tertentu Yang Sering Disalahgunakan. Jakarta: Makanan, Badan
Pengawas Obat dan Makanan.
DepKes RI. (1997). Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
DepKes RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor
1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Permenkes No. 922 Tahun
1993 tentang Ketentuan dan Tata cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta:
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. .
DepKes RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Apotek. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
DepKes RI. (2009). Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia. .
DepKes RI. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2010 tentang Prekursor. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2009.
DepKes RI. (2014). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014
Tentang Tenaga Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Narendra P. M., S. O. (2017). Analisis Tingkat Kepuasan Pelanggan Terhadap
Pelayanan di Apotek Kimia Farma Gatot Subroto Bandung. Kartika-
Jurnal Ilmiah Farmasi, 5(1), 31-37.
23
LAMPIRAN
i. Denah lokasi
24
ii. Daftar Riwayat Hidup Mahasiswa
25
iii. Surat Keterangan Telah Melaksanakan KKP dari Instansi Tempat KKP
26
iv. Lembar Monitoring KKP
27
28
v. Dokumentasi Kegiatan
29
Contoh Surat Pesanan Contoh Kartu Stok
Pemberian Cindramata
30