Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)


Rumah Sakit Umum Provinsi NTB Jl. Prabu Angkasari Dasan Cermen
(4 April – 23 April 2022)

DI SUSUN OLEH :

1. IDA AYU BULAN KARIANI


2. AGAS HERFIANDIKA
3. AUDIA SAPUTRI
4. HISNAWATI
5. TITIN AGUSTININGSIH
6. JULIATI EKA PUTRI
7. YUNISA ANDRIANI
8. USWATUN HASANAH
9. LINDARI
10. WAHYU SEPTIANA
11. ARIF RAHMAN
12. M. IKHSANUL KHALIS

POLITEKNIK MEDICA FARMA HUSADA MATARAM


PROGRAM STUDI D3 FARMASI
TAHUN 2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)


RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Jl. Prabu Angkasari Dasan Cermen


Tanggal 4 April – 23 April 2022

Disetujui Oleh:

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

(Sri Rahmawati, S.Far., M.Pd) (apt. Fitrah Alamsyah., S.Si.,)


NIK. 36.085.2016.059

Mengetahui,
Ketua Program Studi D-III Farmasi
Politeknik Medica Farma HusadaMataram

(apt. Sri Idawati, S.Far., M.Pd)


NIK.36.085.2009.070

KATA PENGANTAR

ii
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillah, segala
puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga pelaksanaan dan penyusunan Laporan Praktik
Kerja Lapangan (PKL) di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB ini dapat selesai
tepat pada waktunya. Penulisan laporan ini merupakan suatu bentuk penanggung
jawaban terhadap Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) DIII Farmasi
Politeknik Medica Farma Husada Mataram. Penyelesaian Laporan Praktik Kerja
Lapangan ini tidak lepas dari bantuan doa dari keluarga, rekan, relasi dan teman-
teman yang telah mendukung dan meluangkan waktu untuk ikut berpartisipasi.
Pada kesempatan ini tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak apt. Fitrah Alamsyah, S.Si. selaku Kepala Instalasi Farmasi yang telah
memberikan izin kepada kami untuk mengenal dan belajar lebih jauh
mengenai Rumah Sakit Umum Provinsi NTB.
2. Ibu apt. Sri Idawati, S.Farm., M.Pd., Selaku Ketua Program Studi Farmasi
Politekni Medica Farma Husad Mataram
3. Ibu Sri Rahmawati, S.Farm., M.pd., Selaku Dosen Pembimbing Akademik
4. Ibu apt. Tuhfatul Ulya., M.Farm., Selaku Dosen Pembimbing Akademik
5. Serta kepada semua rekan-rekan yang telah mendukung dan membantu kami
yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, semoga Allah SWT senantiasa
memberikan yang terbaik bagi kita semua.

Penulis menyadari bahwa penulisan masih jauh dari kata sempurna karena
adanya keterbatasan kemampuan, pengetahuan, pengalaman dan ilmu yang kami
miliki dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata. Penyusun berharap
Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dapat membuahkan hasil yang baik dan
bermanfaat sehingga dapat menjadi panduan dalam menghadapi persaingan dan
lingkungan kerja yang semakin penuh tantangan di masa yang akan datang.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) ini masih banyak terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan.Oleh karena
itu, penyusun berharap kritik saran dan yang bersifat membangun untuk perbaikan

iii
selanjutnya. Semoga laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak
Akhir kata, penyusun mengucapkan mohon maaf apabila dalam penyusunan
laporan ini terdapat kekurangan dan kesalahan. Semoga laporan ini dapat berguna
bagi para pembaca

Mataram, April 2022

Penyusun

DAFTAR ISI

iv
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................ iii
DAFTAR ISI............................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Tujuan.............................................................................................. 2
C. Manfaat............................................................................................ 2
D. Ruang lingkup.................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Rumah Sakit........................................................ 4
B. Tinjauan Tentang Instalasi Farmasi Rumah Sakit........................... 7
C. Tinjauan Tentang Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram....... 8
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengelolaan Perbekalan Farmasi..................................................... 11
B. Pelayanan kefarmasian di IFRS Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa
Tenggara Barat................................................................................. 25
C. Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika di Rumah Sakit Umum Provinsi
Nusa Tenggara Barat........................................................................ 44
D. Pengelolaan Resep di Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat
.......................................................................................................... 44
E. Pelaporan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa
Tenggara Barat................................................................................. 45
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 47
B. Saran................................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Politeknik Medica Farma Husada Mataram merupakan institusi
pendidikan yang bergerak dalam bidang kesehatan salah satunya
kefarmasian. Praktek Kerja Lapangan (PKL) Politeknik Medica Farma
Husada Mataram merupakansalah satu program kuliah yang bertujuan
untuk menghasilkan Tenaga Farmasi yang terampil, terlatih dan mampu
mengembangkan diri dengan baik sebagai Tenaga Kesehatan yang
profesional.Kesehatan merupakan keadaan seimbang yang dinamis,
dipengaruhi faktor genetik, lingkungan dan pola hidup sehari-hari seperti
makan, minum, seks, kerja, istirahat, hingga pengelolaan kehidupan
emosional. Status kesehatan tersebut menjadi rusak bila keadaan
keseimbangan terganggu, tetapi kebanyakan kerusakan pada periode-
periode awal bukanlah kerusakan yang serius jika orang mau
menyadarinya (Santoso, 2009). Terdapat beberapa fasilitas penunjang
kesehatan, salah satunya yaitu Rumah Sakit.
Menurut Undang-undang No. 44 Tahun 2009 dalam pasal 1
menyebutkan bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat.Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah salah
satu Rumah Sakit di Nusa Tenggara Barat yang tergolong dalam Rumah
Sakit pendidikan yang mampu memberikan fasilitas dalam menerapkan
kegiatan pelatihan bagi mahasiswa terutama mahasiswa Politeknik Medica
Farma Husada Mataram untuk menerapkan ilmu yang sudah didapatkan
dan dapat diaplikasikan dalam bentuk praktek kerja lapangan. Diharapkan
mahasiswa praktek dapat mengetahui kegiatan pengelolaan obat yang ada
di Rumah Sakit. Praktek ini sangat besar manfaatnya bagi mahasiswa
dalam menerapkan pengetahuan teoritis yang didapatkan dari perguruan
tinggi secara langsung melalui Praktek Kerja Lapangan ini, diharapkan

1
dapat menghasilkan seorang Tenaga Kefarmasian yang benar-benar handal
dan profesional dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
B. Tujuan
Dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan kami mempunyai dua tujuan,
yaitu, tujuan umum dan tujuan khusus:
a. Tujuan Umum
Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan yaitu agar mahasiswa
memahami dan mampu mengaplikasikan ilmu kefarmasian di Rumah
Sakit.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa memahami sistem pengelolaan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan di Rumah Sakit.
2. Mahasiswa memahami sistem pelayanan obat di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit.
3. Mahasiswa memahami sistem pelayanan obat narkotik dan
psikotropik di Rumah Sakit.
4. Mahasiswa memahami sistem pengelolaan Resep di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit.
5. Mahasiswa memahami tentang sistem pelaporan di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit.

C. Manafaat
1. Mampu memahami sistem pengelolaan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan di Rumah Sakit
2. Mampu memahami sistem pelayanan obat di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit.
3. Mampu memahami sistem pelayanan obat narkotik dan psikotropik
di Rumah Sakit.
4. Mampu memahami sistem pengelolaan Resep di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit
5. Mampu memahami tentang sistem pelaporan di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit
6. Mampu menulis etiket dan menempelkannya pada kemasan
sediaan farmasi
7. Mampu menyiapkan dan meracik sediaan farmasi

2
D. Ruang lingkup
Ruang lingkup pada praktek kerja lapangan (PKL) Rumah sakit
Universitas Mataram ini yaitu:
a. Pelayanan kefarmasian
b. Manejemen farmasi
c. Farmasetika
d. Farmakologi
e. Komunikasi farmasi
f. Pemasaran farmasi
g. Spesialit dan terminologi

3
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NUSA
TENGGARA BARAT
A. Tinjauan TentangRumah Sakit
1. Definisi Rumah Sakit
Menurut WHO (World Health Organization), Rumah Sakitadalah
bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan
fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif)
kepada masyarakat. Rumah Sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi
tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.
Berdasarkan PerMenKes no 72 tahun 2016, Rumah Sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat.
2. Tugas Dan Fungsi Rumah Sakit
a. Tugas Rumah Sakit
Berdasarkan UU RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
dinyatakan bahwa Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan
pelayanan kesehatan secara paripurna.
b. Fungsi Rumah Sakit
Berdasarkan UU RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
disebutkan bahwa Rumah Sakit mempunyai fungsi sebagai:
1) Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan
kesehatan sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit.
2) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesui kebutuhan medis.
3) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam
pemberian pelayanan kesehatan.

4
4) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta
penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka
peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika
ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
c. Tujuan Rumah Sakit
Berdasarkan pasal 3 Undang-Undang Negara Republik Indonesia
Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit tujuan Rumah Sakit
adalah:
1) Mempermudah akses masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan
2) Memberi perlindungan pasien, masyarakat, lingkungan Rumah
Sakit, dan sumber daya manusia di Rumah Sakit
3) Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan
Rumah Sakit
4) Memberi kepastian hukum kepada pasien masyarakat, serta
sumber daya manusia Rumah Sakitdan Rumah Sakit
3. Jenis Rumah Sakit
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit
dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.
a. Rumah Sakit Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis
penyakit.
b. Rumah Sakit Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis
penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ,
jenis penyakit atau kekhususan lainnya (Kemenkes, 2009).
4. Klasifikasi Rumah Sakit
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit
pasal 4, berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit.
Rumah Sakit Umum diklasifikasikan menjadi:

5
a. Klasifikasi Rumah Sakit Umum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri atas:
1) Rumah Sakit Umum kelas A adalah Rumah Sakit yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling
sedikit empat spesialis dasar, lima spesialis penunjang medik,
dua belas spesialis lain dan tiga belas subspesialis.
2) Rumah Sakit Umum kelas B adalah Rumah Sakit Umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling
sedikit empat spesialis dasar, empat spesialis penunjang
medik, delapan spesialis lain dan dua subspesialis dasar.
3) Rumah Sakit Umum kelas C adalah Rumah Sakit Umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling
sedikit empat spesialis dasar dan empat spesialis penunjang
medik.
4) Rumah Sakit Umum kelas D adalah Rumah Sakit yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling
sedikit dua spesialis dasar.
b. Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit dapat dibagi menjadi
Rumah Sakit Publik dan Rumah Sakit Privat.
1) Rumah Sakit Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan
hukum yang bersifat nirlaba.
2) Rumah Sakit Publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah
Daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan
Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3) Rumah Sakit Publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah
Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat(2) tidak dapat
dialihkan menjadi Rumah Sakit Privat.Rumah Sakit Privat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) dikelola oleh
badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan
Terbatas atau Persero.

6
Rumah Sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah Sakit
Pendidikan setelah memenuhi persyaratan danstandar Rumah
Sakitpendidikan.Rumah Sakit Pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri setelahberkoordinasi dengan
Menteri yang membidangi urusan pendidikan.
Menurut Kemenkes Tahun 2009pada Pasal 22, Rumah Sakit
Pendidikan merupakan Rumah Sakit yangmenyelenggarakan
pendidikan danpenelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan
profesikedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan
pendidikan tenaga kesehatan lainnya.
E. Tinjauan Tentang Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
1. Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
Menurut Permenkes No. 72 Tahun 2016, Instalasi farmasi Di
Rumah Sakitadalah instalasi di Rumah Sakit yang dipimpin oleh
seorang Apoteker dan dibantu oleh beberapa orang Apoteker, Tenaga
Ahli Madya Farmasi(D-3) dan Tenaga Menengah Farmasi (AA) yang
memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
dan merupakan tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang
bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian
yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup perencanaan,
pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan, dispensing
obat, pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan penggunaan
seluruh perbekalan kesehatan di Rumah Sakit serta pelayanan Farmasi
Klinik.
2. Tugas dan Tanggung Jawab
a. Menurut PerMenKes Nomor 72 Tahun 2016tentang standar
pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit, Tugas Instalasi Farmasi
Rumah Sakit yaitu: Menyelenggarakan, mengkoordinasikan,
mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan Pelayanan
FarmasiKlinis yang optimal dan profesional serta sesuai prosedur
dan etik profesi.

7
b. Melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) yang efektif, aman, bermutu
dan efisien.
c. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan BMHP guna memaksimalkan efek
terapi dan keamanan serta meminimalkan risiko.
d. Melaksanakan Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) serta
memberikan rekomendasi kepada Dokter, Perawat dan pasien.
e. Berperan aktif dalam Tim Farmasi dan Terapi.
f. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan
Pelayanan farmasi klinis.
g. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formulariumRumah Sakit.

F. Tinjauan Tentang Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB


1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram
a. Rumah Sakit Umum Provinsi NTB merupakan Rumah Sakit
Pendidikan milik Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
b. Luas lahan 122.416 m2
c. Surat keputusan gubernur kepala daerah tingkat I Nusa Tenggara
Barat No. 448/PEM.47/5/151 Tnggal 5 November 1969 Mengubah
status rumah sakit umum mataram yang dikelola pemerintah
kabupatrn Lombok barat menjadi milik dan dikelola pemerintah
daerah provinsi Nusa Tenggara Barat dan disebut rumah sakit
umum provinsi nusa tenggara barat.
d. Tahnun 2005 RSU mataram berubah tipe dari tipe B menjadi tipe
B pendidikan sesuai SK Menkes No.13/Menkes/Sk/1/2006 RSU
mataram menjadi RSUD provinsi NTB.
e. Pada tahun anggaran 2011 rsup NTB menerapkan pola pengelolaan
keuangan badan layanan umum daerah (PPK/BLUD)
2. Alamat
Jl. Prabu Angkasari Dasan Cermen, Mataram, Nusa Tenggara Barat

8
3. Visi Misi dan Motto
a. Visi
Menjadi rumah sakit rujukan yang unggul dalam pelayanan
pendidikan dan penelitian di Indonesia Timur.
b. Misi
1) Meningkatkan kelancaran dan ketepatan pelayanan kedokteran
yang profesional selaras dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran
2) Meningkatkan kelancaran dan kemudahan pelayanan asuhan
keperawatan yang komprehensif
3) Mendorong kelancaran dan ketertiban administrasi
ketatausahaan yang paripurna
4) Mengoptimalkan kemampuan dan kemandirian pengelolaan
keuangan
5) Memantapkan keterpaduan dan keseimbangan perencanaan
program
6) Mengembangkan ketersediaan, kemampuan dan keterampilan
tenaga medis/ non medis
7) Meningkatkan ketersediaan dan keakuratan data hasil
penelitian (rsud.ntbprov.go.id).
4. Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia pada Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa
Tenggara Barat secara keseluruhan Tahun 2020 adalah berjumlah
1.299 Pegawai.
5. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara
Barat
Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu departemen atau sistem
pelayanan Farmasi dalam suatu Rumah Sakit yang berada dibawah
pimpinan seorang Apoteker yang kompeten dalam hal:
a. Menyediakan obat-obatan untuk unit perawatan dan bidang-bidang
lain

9
b. Mengarsipkan resep-resep baik untuk pasien rawat jalan maupun
rawat inap
c. Membuat obat-obatan
d. Menyalurkan, membagikan obat-obatan narkotika dan obat yang
diresepkan
e. Menyimpan dan membagikan preparat-preparat biologis
f. Membuat, menyiapkan, mensterilkan preparat parenteral
g. Menyediakan serta membagikan keperluan-keperluan tersebut
secara profesional

10
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi


1. Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan BMHP sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan
Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP ini berdasarkan:
a. Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan
terapi;
b. Standar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP yang telah
ditetapkan;
c. Pola penyakit;
d. Efektifitas dan keamanan;
e. Pengobatan berbasis bukti;
f. Mutu;
g. Harga; dan
h. Ketersediaan di pasaran.
Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium
Nasional. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar obat yang
disepakati staf medis, disusun oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi
yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit. Formularium Rumah
Sakit harus tersedia untuk semua penulis resep, pemberi obat, dan
penyedia obat di Rumah Sakit. Evaluasi terhadap Formularium Rumah
Sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan
kebutuhan Rumah Sakit. Penyusunan dan revisi Formularium Rumah
Sakit dikembangkan berdasarkan pertimbangan terapetik dan ekonomi
dari penggunaan obat agar dihasilkan Formularium Rumah Sakit yang

11
selalu mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan pengobatan yang
rasional. Tahapan proses penyusunan Formularium Rumah Sakit:
a. Membuat rekapitulasi usulan obat dari masing-masing Staf
Medik Fungsional (SMF) berdasarkan standar terapi atau standar
pelayanan medik;
b. Mengelompokkan usulan obat berdasarkan kelas terapi;
c. Membahas usulan tersebut dalam rapat Komite/Tim Farmasi dan
Terapi, jika diperlukan dapat meminta masukan dari pakar;
d. Mengembalikan rancangan hasil pembahasan Komite/Tim
Farmasi dan Terapi, dikembalikan ke masing-masing SMF untuk
mendapatkan umpan balik;
e. Membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF;
f. Menetapkan daftar obat yang masuk ke dalam Formularium
Rumah Sakit;
g. Menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi; dan
h. Melakukan edukasi mengenai Formularium Rumah Sakit kepada
staf dan melakukan monitoring.
Kriteria pemilihan obat untuk masuk Formularium Rumah Sakit:
a. Mengutamakan penggunaan obat generik;
b. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling
menguntungkan penderita;
c. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas;
d. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan;
e. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan;
f. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh
pasien;
g. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi
berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung; dan
h. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman
(evidence based medicines) yang paling dibutuhkan untuk
pelayanan dengan harga yang terjangkau.

12
i. Dalam rangka meningkatkan kepatuhan terhadap formularium
Rumah Sakit, maka Rumah Sakit harus mempunyai kebijakan
terkait dengan penambahan atau pengurangan obat dalam
Formularium Rumah Sakit dengan mempertimbangkan indikasi
penggunaaan, efektivitas, risiko, dan biaya.
Pemilihan Sediaan farmasi dan BMHP di Rumah Sakit Umum
Provinsi Nusa Tenggara Barat dilakukan berdasarkan:
a. Formularium Rumah Sakit tahun 2020
b. Formularium nasional tahun 2021
c. E-katalog 5.0 yang dapat diakses melalui lkpp.go.id.
2. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan
jumlah dan periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
BMHP sesuai denganhasil kegiatan pemilihan untuk menjamin
terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat dengan
menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-
dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi,
epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan
disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Pedoman perencanaan
harus mempertimbangkan:
a. Anggaran yang tersedia;
b. Penetapan prioritas;
c. Sisa persediaan;
d. Data pemakaian periode yang lalu;
e. Waktu tunggu pemesanan; dan
f. Rencana pengembangan.

Perencanaan di Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat


menggunakan metode konsumsi berdasarkan data pemakaian tiga
bulan terakhir, dengan sedikit modifikasi kombinasi berdasarkan
epidemiologi dan event-event tertentu.

13
3. Pengadaan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan
jumlah dan periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
BMHP sesuai denganhasil kegiatan pemilihan untuk menjamin
terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat dengan
menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-
dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi,
epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan
disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Pedoman perencanaan
harus mempertimbangkan:
g. Anggaran yang tersedia;
h. Penetapan prioritas;
i. Sisa persediaan;
j. Data pemakaian periode yang lalu;
k. Waktu tunggu pemesanan; dan
l. Rencana pengembangan.

Pengadaan di Gudang farmasi Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa


Tenggara Barat dilakukan setiap bulan dengan menggunakan beberapa
metode diantaranya yaitu:
1. Pembelian
 Pembelian langsung, Pembelian langsung adalah pembelian
yang nominalnya dibawah 25 juta.
 Pengaadan langsung, Pengadaan langsung adalah pembeliaan
yang nominalnya diatas 25 juta hingga maksimal 200 juta.
 Penunjukan langsung, Penunjukan langsung adalah pembelian
yang nominalnya diatas 200 juta hingga maksimal 500 juta
 Tender dengan nominal pembelian yaitu diatas 500 juta.
 Kemudian pembelian juga dilakukan melalu e-katalog, yang
berhak melakukan pengadaan melalui e-katalog adalah Pejabat
pengadaan yang memiliki akun rumah sakit.

14
Proses pengadaan di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB
menggunakan RAB (Rencana Anggaran Belanja) dengan Alur sebagai
berikut:

Kepala instalasi

Kabid Penunjang

Meneruskan

Wadir Pelayanan

Melihat sisa dana Farmasi Keuangan

Diarsipkan dan
dibuatkan nomer surat Admin Tata Usaha RS

Direktur

UPBJ (Unit Pengadaan


Barang Jasa)

Menentukan metode
pengadaan dan PPK (Pejabat Pemegang
menunjuk distributor Komitmen)
(PBF)

RAB (Rencana Anggaran Belanja) dibuat oleh Kepala instalasi


diteruskan ke kabid penunjang kemudian ke wadir pelayanan untuk
ditandatangani, setelah disetujui kemudian diteruskan ke Bagian
keuangan untuk melihat sisa dana farmasi, setelah itu diterusakan ke
Admin tata usaha rumah sakit untuk diarsipkan dan dibuatkan nomer
surat, lalu diserakan ke Direktur untuk disetujui, kemudian diteruskan
ke UPBJ (Unit Pengadaan Barang Jasa) dan UPBJ meneruskan ke PPK

15
(Pejabat Pemegang Komitemen) untuk menentukan metode
pengadaannya dan menunjuk distributor (PBF).

2. Produksi
Produksi adalah suatu kegiatan untuk menciptakan atau
menambah nilai guna suatu barang untuk memenuhi kebutuhan.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara
Barat melakuakan proses produksi antara lain:
 Alkohol 70%
 Clorheksidin 0,2% (Antiseptik).
Tujuannya adalah untuk memenuhi stok yang kurang di pasaran
atau persediaan yang banyak tetapi membutuhkan konsentrasi yang
berbeda.

3. Dropping/hibah
Dropping/hibah adalah kegiatan penerimaan perbekalan farmasi
dari pihak lain secara cuma-cuma untuk kepentingan sosial
 Dinas kesehatan provinsi berupa obat-obat Covid-19, Obat
malaria, TB mdr, Hepatitis, APD Covid-19.
 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berupa OAT (Obat Anti
Tuberkulosis) dan
 BNPB berupa APD (masker, hand sanitizer)

4. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
dalam kontrak atau SP dengan kondisi fisik yang diterima. Semua
dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
Dalam proses penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
BMHP di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataramharus melakukan
pemeriksaan terhadap :
a. Pemeriksaan faktur dan surat jalan.

16
b. Jumlah sediaan farmasi, alat kesehatan serta BMHP disesuaikan
dengan faktur atau surat jalan.
c. Nomor batch dan ED
d. PCS (Menghitung Perbiji Obat yang Diterima).
Berdasarkan salinan perBPOM no.4 tahun 2018, penerimaan obat
dan bahan obatNarkotika dan Psikotropikaharus dilakukan oleh
Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian Penanggung Jawab. Bila
Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian Penanggung Jawab berhalangan
hadir, penerimaan obat dan bahan obat dapat didelegasikan kepada
Tenaga Kefarmasian yang ditunjuk oleh Apoteker/Tenaga Teknis
Kefarmasian Penanggung jawab. Pendelegasian dilengkapi dengan
suratpendelegasian penerimaan obat/bahan obat.

Penerimaan dilakukan di Gudang Rumah Sakit oleh Asisten apoteker


yang masuk kedalam Panitia Penerima dan Pemeriksa Barang, Setelah
sediaan farmasi dan BMHP di pesan dan barang datang ke Rumah Sakit
Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat, Panitia Penerima dan Pemeriksa
melakukan penerimaan dengan memeriksa:
 Tujuan pengiriman
 Nama sediaan
 Bentuk sediaan
 Kekuatan sediaan
 Jumlah sediaan, di sesuaikan antara barang yang datang dengan
RAB (Rencana Anggaran Belanja)
 No batch
 Expired date dengan minimal 2 tahun

Setelah barang diperiksa oleh Panitia Penerima dan Pemeriksa


barang di Gudang Rumah Sakit, petugas gudang rumah sakit
menginformasikan kepada gudang farmasi, kemudian gudang farmasi
meminta barang ke Gudang Rumah Sakit dengan menyerahkan lembar
permintaan barang sebanyak 2 rangkap, satunya untuk arsip Gudang

17
Rumah Sakit dan satunya lagi untuk gudang farmasi. Kemudian
Gudang Rumah Sakit menyiapkan permintaan dari Gudang farmasi,
Lalu petugas gudang farmasi mengambil dan mengecek kembali apakah
sesuai atau tidak barang yang diminta dengan yang tertera di lembar
permintaan.

5. Penyimpanan
Komponen yang harus diperhatikan antara lain:
a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat
diberi label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal
pertama kemasan dibuka, tanggal kadaluwarsa dan peringatan
khusus.
b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan
kecuali untuk kebutuhan klinis yang penting.
c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan
pasien dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas
dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted) untuk
mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati.
d. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP yang dibawa oleh
pasien harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi.
e. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi. Instalasi farmasi
harus dapat memastikan bahwa obat disimpan secara benar dan
diinspeksi secara periodik.

Penyimpanan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Provinsi


Nusa Tenggara Barat terdiri dari 6 ruangan yaitu:
1. Ruang satu
Untuk penyimpanan obat sediaan tablet
2. Ruang dua
Untuk penyimpanan obat injeksi, sirup, salep, tetes mata, tetes
telinga, Narkotika, psikotropika dan prekursor dengan lemari

18
khusus dan terkunci, Obat yang harus disimpan pada suhu dingin
yaitu insulin, suppositoria, ovula dan vaksin. dan obat hight alert
contohnya Natrium bikarbonat dan MGSO4 40%.
3. Ruang tiga dan empat
Untuk penyimpanan alkes dan BMHP
4. Ruang lima
Untuk penyimpanan cairan infuse, alat-alat tindakan seperti
benang, pisau dan jarum bedah.
5. Ruang enam
Untuk penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) seperti
Alkohol 96 % dan 70%, Clorheksidin, Formalin, Betadine. Bahan
yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi
tanda khusus bahan berbahaya.
Sediaan farmasi dan BMHP diurutkan berdasarkan alphabet
dengan menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First
In First Out (FIFO). Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
BMHP dengan penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look
Alike Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi
penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan
Obat.

6. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan
tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin
terlaksananya pengawasan dan pengendalian sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP di unit pelayanan. Sistem distribusi di unit
pelayanan dapat dilakukan dengan cara:
a. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)

19
1) Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan
dan dikelola oleh Instalasi Farmasi.
2) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah
yang sangat dibutuhkan.
3) Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi
yang mengelola (di atas jam kerja) maka pendistribusiannya
didelegasikan kepada penanggung jawab ruangan.
4) Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat
floor stock kepada petugas farmasi dari penanggung jawab
ruangan.
5) Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan
kemungkinan interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang
disediakan di floor stock.
b. Sistem Resep Perorangan
Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
berdasarkan resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap
melalui instalasi farmasi.
c. Sistem Unit Dosis/Unit Dose Dispensing (UDD)
Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
berdasarkan resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis
tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien.
Sistem UDD ini digunakan untuk pasien rawat inap.
d. Sistem Kombinasi
Sistem pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
BMHP bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi a +
b atau b + c atau a + c.
Sistem distribusi UDD sangat dianjurkan untuk pasien rawat inap
mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan pemberian Obat dapat
diminimalkan sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan sistem

20
floor stockyang mencapai 18%. Sistem distribusi dirancang atas dasar
kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan:
a. Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada; dan
b. Metode sentralisasi atau desentralisasi.

Sistem di unit pelayanan Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara


Barat dilakukan dengan cara:
a. Sistem resep perorangan
Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
berdasarkan resep perorangan/pasien rawat jalan, rawat inap dan
Instalasi Gawat Darurat (IGD) melalui instalasi farmasi.
b. Sistem unit dosis
Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
berdasarkan resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis
tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien.
Sistem UDD ini digunakan untuk pasien rawat inap.

Adapun alur pendistribusian di Rumah Sakit Umum Provinsi


Nusa Tenggara Barat pada setiap unit depo farmasi yaitu secara
manual:

Depo Farmasi Mengajukan Permintaan


dengan membawa Lembar permintaan dan
Buku amprahan

Gudang Farmasi

Dilayani

Pengecekan dan Penyiapan


Obat dan BHMP

21
Dikirim ke setiap depo farmasi yang
melakukan amprahan

Gambar 3.1 Alur Pendistribusian di gudang farmasi ke depo farmasi

Ruang rawat inap pasien, instalasi rumah


sakit, instalasi rawat jalan Mengajukan
Permintaan dengan membawa Lembar
permintaan dan Buku amprahan

Gudang Farmasi

Dilayani

Pengecekan dan Penyiapan


BHMP

Masing-masing ruangan mengambil sendiri


BMHP yang diminta ke Gudang farmasi

22
Gambar 3.2 Alur Pendistribusian di gudang farmasi ke Ruang rawat inap
pasien, instalasi rumah sakit, instalasi rawat jalan

Pendistribusian Obat dan BMHP dilakukukan ke Depo-depo Farmasi,


Ruang perawatan pasien, Instalasi-instalasi dan intalasi rumah sakit.
Perbedaannya adalah untuk depo farmasi Transporter dari Gudang farmasi
yang mengantar langsung obat dan BMHP ke Depo farmasi, sedangkan
Ruang perawatan pasien, Instalasi-instalasi dan intalasi rumah sakit
mengambil sendiri BMHP yang diminta.

7. Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan
penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP. Pengendalian
penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP dapat
dilakukan oleh instalasi farmasi harus bersama dengan Komite/Tim
Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit. Tujuan pengendalian persediaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP adalah untuk:
a. Penggunaan obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit;
b. Penggunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi; dan
c. Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa,
dan kehilangan serta pengembalian pesanan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP.

Cara mengendalikan sediaan farmasi dan BMHP di Rumah Sakit Umum


Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu Stock opname yang dilakukan secara
periodik dan berkala (setiap 3 bulansekali)

8. Pencatatan/pelaporan
1. Petugas gudang farmasi wajib melakukan pencatatan
pengeluaran barang dikartu stok barang.

23
2. Petugas gudang depo farmasi wajib melakukan pencatatan
kadaluarsa obat pada buku pencatataan dan pengendalian stok
obat kadaluwarsa.
3. Setiap bulan petugas gudang farmasi melakukan pelaporan Obat
Narkotika Psikotropika, dan Laporan mutasi
4. Obat narkotika dan psikotropika di laporakan oleh admin Tata Usaha
Gudang farmasi dimana sebelumnya data obat narkotika dan
psikotroopika telah di kumpulkan dari masing-masing depo farmasi di
Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat.
5. Setiap tiga bulan sekali petugas gudang melakukan stok opname (SO)
untuk mengendalikan sediaan farmasi.
6. Petugas farmasi melakukan pencatatan untuk obat ED, jika ada obat
ED maka akan di pisahkan dan di proses untuk retur ke distributor.

9. Pemusnahan
Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
BMHP yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara
yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi
standar/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh
pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM
(mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin
edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada
Kepala BPOM. Penarikan alat kesehatan dan BMHP dilakukan
terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri. Pemusnahan
dilakukan untuk sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP bila:
a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
b. Telah kadaluwarsa;
c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan; dan/atau
d. Dicabut izin edarnya.
Tahapan pemusnahan terdiri dari:

24
a. Membuat daftar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP yang
akan dimusnahkan;
b. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;
c. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan
kepada pihak terkait;
d. Menyiapkan tempat pemusnahan; dan
e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk
sediaan serta peraturan yang berlaku.
Usulan penghapusan barang adalah kegiatan untuk menghapus
barang dari dokumen administrasi karena barang salah tidak dapat
digunakan lagi.
a) Kepala logistik farmasi mengumpulkan dan menyusun data
perbekalan farmasi yang sudah tidak dapat di pakai di lingkungan
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram dan diserahkan kepada
kepala instalasi farmasi
b) Kepala instalasi farmasi mengusulkan kepada kepala Sub bagian
perlengkapan untuk dilakukan pemusnahan barang.
c) Kepala Logistik Farmasi menyiapkan barang yang akan
dimusnahkan
d) Kepala Instalasi Farmasi menjadi saksi proses pemusnahan barang
e) Berdasarkan berita acara pemusnahanbarang, petugas farmasi
mencatat dalam buku stok, kartu kendalin dan kartu barang.

Pemusnahan di Rumah sakit umum provinsi nusa tenggara barat


dilakukan melalui pihak ketiga dengan alur:
1. Sediaan farmasi dan BMHP yang akan di musnahkan disimpan
2. Membuat surat penghapusan asset ke kantor Gubernur
3. Jika sudah disetujui maka pihak ketiga yang akan mengambil
barang dan dilakukan pemusnahan di Siduarjo.

3.3 Pelayanan Kefarmasian di IFRS Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa


Tenggara Barat

25
1. Gudang farmasi
a. System pelayanan gudang farmasi
1) Jumlah Ketenagaan
Jumlah ketenagaan di Gudang farmasi Rumah Sakit Umum
Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari:
 Apoteker satu orang
 Asisten Apoteker tiga orang
 Tenaga admin dua orang
 Transporter tiga orang
.
2) Unit Yang dilayani
Unit yang dilayani Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum
Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari:
1. Depo farmasi
 Rawat inap Gili Gede
 Depo farmasi Rawat inap
 Pantai Kuta
 Depo farmasi Pantai Cemara
 Depo Farmasi Rawat jalan
 Depo Farmasi IGD (Instalasi Gawat Darurat)
 Depo farmasi IBS (Instalasi Bedah Sentral)
2. Ruang rawat inap pasien
 Ruang pantai kuta
 Ruang teratai
 Ruang gili gede
 Ruang gili nanggu
 Ruang gili trawangan
 Ruang ottaq kokoq
 Ruang segara anak
 Ruang sendang gile
3. Instalasi rumah sakit
 CSSD
 IBS (Instalasi Bedah Sentral)

26
 Instalasi gizi
 Instalasi forensik.
4. Instalasi rawat jalan
 Poliklinik gigi
 Poliklinik THT
 Poliklinik gizi
 Poliklinik kulit dan kelamin
 Poliklinik kanduungan
 Poliklinik bedah
 Poliklinik saraf
 Poliklinik mata
 Poliklinik jantung
 Poliklinik radiologi

3) Jam Layanan
Jam layanan di Gudang Farmasi yaitu jam 07:30 – 14:00 WITA
b. Alur pelayanan gudang farmasi

Depo Farmasi Mengajukan Permintaan


dengan membawa Lembar permintaan dan
Buku amprahan

Gudang Farmasi

Dilayani

Pengecekan dan Penyiapan


Obat dan BHMP

Dikirim ke setiap depo farmasi yang


melakukan amprahan

27
Gambar 3.3 Alur Pendistribusian di gudang farmasi ke depo farmasi

Ruang rawat inap pasien, instalasi rumah


sakit, instalasi rawat jalan Mengajukan
Permintaan dengan membawa Lembar
permintaan dan Buku amprahan

Gudang Farmasi

Dilayani

Pengecekan dan Penyiapan


BHMP

Masing-masing ruangan mengambil sendiri


BMHP yang diminta ke Gudang farmasi

Gambar 3.4 Alur Pendistribusian di gudang farmasi ke Ruang rawat inap


pasien, instalasi rumah sakit, instalasi rawat jalan

Pendistribusian Obat dan BMHP dilakukukan ke Depo-depo Farmasi,


Ruang perawatan pasien, Instalasi-instalasi dan intalasi rumah sakit.
Perbedaannya adalah untuk depo farmasi Transporter dari Gudang
farmasi yang mengantar langsung obat dan BMHP ke Depo farmasi,
sedangkan Ruang perawatan pasien, Instalasi-instalasi dan intalasi rumah
sakit mengambil sendiri BMHP yang diminta.

28
2. Depo farmasi rawat jalan
1) Sistem pelayanan rawat jalan
a. Jumlah ketenagaan
Jumlah tenaga di Depo Farmasi Rawat Jalan terdiri atas 13
orang, yaitu sebagai berikut :
1) 4 orang apoteker,
2) 7 orang tenaga teknis kefarmasian,
3) 2 orang tenaga umum.
b. Pasien yang dilayani
Pasien yang dilayani oleh Depo Farmasi Rawat Jalan yaitu
pasien inhealth, BANSOS, pasien umum dan psien BPJS yang
berasal dari beberapa poliklinik yang ada di RSUD PROVINSI
NTB.

c. Jam layanan
Pelayanan di Depo Farmasi Rawat Jalan dilakukan pada hari :
Senin – kamis = Pukul 07:30 - 14:00 Wita
Jum’at = Pukul 07:30 - 12:00 Wita
Sabtu = Pukul 07:30 - 13:30 Wita
Minggu dan hari libur TUTUP
2) Pengelolaan Sediaan Depo Farmasi Rawat Jalan
1. Pemilihan Obat
Dilakukan berdasarkan Formularium Nasional dan Formularium
Rumah Sakit.
2. Perencanaan
Perencanaan obat dilakukan berdasarkan metode konsumsi.
3. Pengadaan 
Pengadaan obat dilakukan dengan cara amprahan. Amprahan
dilakukan 2 kali dalam satu minggu, yaitu pada hari senin dan
hari kamis dengan cara mencatat obat-obat yang kosong pada
buku amprahan dan disalin pada form lembar amprahan. Pada

29
saat melakukan amprahan harus membawa buku amprahan untuk
dijadikan arsip pada Depo Farmasi Rawat Jalan dan satu lembar
form amprahan untuk disimpan di gudang. Adapun tata cara
pengadaan yang dilakukan yaitu:
a) Buku dan lembar form amprahan diantar ke gudang.
b) Kemudian gudang akan menyiapkan obat dan akan diantar ke
Depo Farmasi Rawat Jalan.
c) Selanjutnya pihak Depo Farmasi Rawat Jalan akan menerima
dan menata obat pada rak stok penyimpanan obat. Terdapat
beberapa obat yang harus dituliskan stok yang masuk pada
kartu stoknya, seperti obat kanker, HIV, hemophili/talasemi,
psikotropika dan narkotika.
4. Penerimaan Obat
Obat atau alat kesehatan yang datang dari gudang akan dicek
berdasarkan permintaan pada buku amprahan, adapun yang dicek
yaitu seperti nama obat, jumlah obat, dan ED (Expire Date) dari
setiap obat yang datang.
Jika obat/alkes diterima akan ditandatangani oleh petugas yang
melakukan amprahan, namun jika tidak diterima, petugas
amprahan akan mengkonfirmasi kembali atau mengembalikan
obat pada pihak gudang.
5. Penyimpanan Obat
a. Berdasarkan bentuk sediaan. contoh insulin dan suppositoria
disimpan pada kulkas dengan suhu 2-8C.
b. Berdasarkan golongan, contohnya psikotropika dan narkotika
disimpan terpisah menggunakan lemari khusus (lemari
dengan 2 pintu).
Obat yang telah disimpan berdasarkan golongan maupun bentuk
sediaan selanjutnya akan ditata kembali secara alfabetis
(berdasarkan abjad A-Z). Depo farmasi rawat jalan juga memiliki
box emergency dan trolly emergency yang disimpan di beberapa
poliklinik yang melakukan tindakan, kemudian akan dicek setiap

30
1 bulan sekali oleh apoteker dan dibantu oleh TTK. Proses
pengecekan dilakukan dengan cara menyesuaikan obat pada kartu
stok dengan obat yang tersedia. Jika obat ada akan dicentang dan
jika tidak ada akan disilang. Untuk poliklinik yang memiliki box
emergency seperti TB MDR, poli jantung, radiologi, poli bedah,
poli syaraf, poli mata, gigi, dan kulit, sedangkan poliklinik yang
memiliki trolly emergency yaitu Rawat inap, IGD dan
hemodialisis.
6. Pendistribusian
Pendistribusian obat dilakukan berdasarkan permintaan resep
yang menggunakan form resep RSUD dan ditulis oleh dokter
yang mempunyai SIP di RSUD PROVINSI NTB.
7. Pencatatan dan pelaporan
SPM (Standar pelayanan minimal) rawat jalan terdiri atas :
a. Jumlah resep sesuai FORNAS/ Formularium Rumah Sakit.
b. Laporan obat generik dan non generik
c. Kesalahan pemberian obat
d. Laporan kepuasan pasien
e. Laporan waktu tunggu pasien
f. Jumlah resep yang dilayani setiap hari
g. Laporan psikotropika dan Narkotika
h. Laporan obat-obatan kanker, HIV, hemophilia dan thalasemia
serta alat kesehatan tertentu.
3) Alur Pelayanan Depo Farmasi Rawat jalan
Depo farmasi rawat jalan melakukan pemberian obat maksimal
7 hari, untuk obat atau barang tertentu seperti obat kanker, HIV, perlu
dientri/dimasukan terlebih dahulu kedalam SIMRS, kemudian diberi
nomor agar bisa disediakan. Sedangkan untuk obat biasa (BPJS)
dientri pada akhir pelayanan.

Pasien datang membawa resep

31
Skrining resep

Print etiket

Obat disiapkan

Etiket obat

Obat diserahkan ke pasien


disertai PIO

Pasien tandatangan pada


resep

3. Depo farmasi gili gede

1) Sistem pelayanan depo farmasi gili gede


a. Jumlah ketenagaan
Depo farmasi Gili Gede memiliki 19 tenaga kerja meliputi 2
karyawan tenaga umum, 9 apoteker dan 10 tenaga teknis
farmasi.
b. Unit yang dilayani
Depo farmasi Gili Gede melayani 2 gedung yang terdiri dari 6
ruang rawat inap yaitu;
a. Gili gede
b. Otak koko
c. Gili nanggu
d. Segara anak
e. Sendang gili
f. Gili trawangan

32
Jenis pasien yang dilayani pasien BPJS, pasien BANSOS,
umum dan asuransi
c. Jam layanan
Pelayanan di depo farmasi Gili Gede dilakukan dari:
- jam 07.00-14.00 (shif pagi)
- (shif siang) jam 14.00-21.00.
Pelayanan diluar jam kerja depo dilayani oleh depo farmasi
IGD.
2) Pengelolaan Sediaan Depo Farmasi Rawat Inap Gili Gede
1. Pemilihan Obat
Dilakukan berdasarkan Formularium Nasional dan Formularium
Rumah Sakit.
2. Perencanaan
Perencanaan obat dilakukan berdasarkan metode konsumsi. yaitu
berdasarkan permintaan yang sering diresepkan, jumlah yang
diamprah bisa diperkirakan dengan melihat jumlah pengeluaran
obat atau barang datang perbulan.
3. Pengadaan 
Pengadaan obat dilakukan dengan cara amprahan. Amprahan
dilakukan 2 kali dalam satu minggu, yaitu pada hari senin dan
hari kamis dengan cara mencatat obat-obat yang kosong pada
buku amprahan dan disalin pada form lembar amprahan. Pada
saat melakukan amprahan harus membawa buku amprahan untuk
dijadikan arsip pada Depo Farmasi gii gede dan satu lembar form
amprahan untuk disimpan di gudang. Adapun tata cara pengadaan
yang dilakukan yaitu:
d) Buku dan lembar form amprahan diantar ke gudang.
e) Kemudian gudang akan menyiapkan obat dan akan diantar ke
Depo Farmasi gili gede.
f) Selanjutnya pihak Depo Farmasi gili gede akan menerima dan
menata obat pada rak stok penyimpanan obat. Terdapat
beberapa obat yang harus dituliskan stok yang masuk pada

33
kartu stoknya, seperti obat kanker, HIV, hemophili/talasemi,
psikotropika dan narkotika.
4. Penerimaan Obat

Obat dan BMHP yang datang dari gudang akan dicek


jumlah da ED, adapun yang dicek yaitu seperti nama obat, jumlah
obat, dan ED (Expire Date) dari setiap obat yang datang.
Penerimaan atau serah terima obat dan BMHP dilakukan oleh
trasporter gudang dan Jika obat/alkes diterima akan ditanda
tangani oleh petugas yang melakukan amprahan tenaga umum
atau tenaga te, namun jika tidak diterima, petugas amprahan akan
mengkonfirmasi kembali atau mengembalikan obat pada pihak
gudang.

5. Penyimpanan Obat
a. Berdasarkan bentuk sediaan. Tablet, sirup, salep, injeksi,
infus dan alkes. Untuk obat
b. Berdasarkan golongan, contohnya psikotropika dan narkotika
disimpan terpisah menggunakan lemari khusus (lemari
dengan 2 pintu).
c. Resep obat-obatan yang memerlukan penyimpanan pada suhu
dingin baik itu dalam bentuk supositorial ataupun injeksi
disimpan dalam lemari pendingin (2-8°C)

Kemudian akan ditata kembali secara alfabetis. Depo farmasi


Gili Gede juga memiliki trolly emergency yang disimpan di
beberapa ruangan yang melakukan tindakan, kemudian akan
dicek setiap 1 bulan oleh apoteker dan dibantu oleh TTK. Proses
pengecekan dilakukan dengan cara menyesuaikan obat pada
kartu stok dengan obat yang tersedia. Jika obat ada akan
dicentang dan jika tidak ada akan disilang.

6. Pendistribusian

34
Pendistribusian obat di Depo Farmasi Gili Gede ilakukan
secara UDD (unit dose dispensing) pada pasien.
7. Pencatatan dan Pelaporan
SPM (Standar pelayanan minimal) Depo Farmasi Gili Gede
terdiri atas :
1) Jumlah resep sesuai FORNAS/Formularium Rumah Sakit.
2) Laporan obat generik dan non generik
3) Kesalahan pemberian obat
4) Laporan stok oknam per tiga bulan sekali
5) Jumlah resep yang dilayani setiap hari
6) Laporan Alkes

3) Alur Pelayanan Depo Farmasi Gili Gede


Pelayanan depo farmasi Gili Gede menggunakan sistem UDD( unit
dose dispensing) yang artinya pembelian obat perhari per sekali
minum. Sistem UDD digunakan disemua ruangan kecuali di gili
nanggu, keuntungan menggunakan UDD adalah dapat
mengoptimalkan penggunaan obat pasien dikarnakan apoteker dan
TTK langsung memantau penggunaan obat pasien diruangan serta bisa
menjalin komunikasi dengan tenaga kesehatan lain. Dan keuntungan
pemberian obat secara UDD adalah obat yang sudah tidak digunakan
dapat dikembalikan serta atau di input kembali untuk menjadi stok
depo farmasi gili gede, dan menjadi lebih efisien dan efektif dari sisi
pengadaan. Alur pelayanan di depo Gili Gede yakni resep datang
dibawah oleh perawat secara gelondongan. Obat dibawa pagi oleh
perawat kecuali siang dan malam biasanya keluarga pasien yang
membantu kecuali pasien covid.

35
ALUR PELAYANAN SECARA UDD

Perawat mengantar resep

Diterima apoteker

Apoteker menelaah resep

Terapi dicatat di DPT( daftar pemberian


terapi)

Penyiapan obat dan BHP

Pengantarn obat ke ruang perawatan

TTK menata obat di lemari obat masing-


masing pasien

Apoteker menyerahkan obat ke pasien


36
4. Depo farmasi IBS (Instalasi Bedah Sentral)
Depo instalasi Farmasi Bedah Sentral merupakan salah satu unit
pelayanan IFRS yang digunakan khusus untuk melayani dan
menyediakan semua jenis kebutuhan operasi baik obat, alat kesehatan
maupun bahan habis pakai.
1. Jumlah ketenagaan
Jumlah keteagaan di Depo farmasi Bedah Sentral yaitu satu
orang Apoteker koordinator dan empat orang Tenaga Teknis
Kefarmasian
2. Jenis pasien yang dilayani
Depo Farmasi Bedah Sentral melayani semua jenis pasien
yaitu:
a. BPJS
b. Umum
3. Jam layanan
Jam layanan di Depo farmasi Bedah sentral yaitu jam 07:30-
14:00 wita. Untuk Depo farmasi OK CITO dibagi menjadi dua
shif yaitu 07:00-14:00 wita (Pagi) dan 14:00-08:00 (Siang).
4. Teknis pelayanan
a. Pengelolaan Perbekalan
Depo farmasi IBS melayani operasi elektif , CITO dan juga :
 Bedah umum
 Bedah urologi
 Obgin
 Mata
 Bedah anak
 THT
 Orthopedi
 Bedah saraf
b. Pemilihan Obat

37
Pemilihan obat pada Depo Instalasi Bedah Sentral
berdasarkan paket operasi. Berdasarkan jenis operasi (paket
amprahan operasi), paket operasi terdiri dari :
1) GA (General Anestesi)
Merupakan tindakan anestesi yang dilakukan dengan
menghilangkan nyeri secara sentral yang disertai hilangnya
kesadaran dan bersifat pulih kembali (reversible).
a) Operasi THT
b) Operasi Ca Mamae/Tumor Mamae
c) Operasi Bedah Umum/ Orthopedi (bagian tubuh perut
keatas)

2) Spinal Anestesi
Merupakan anestesi regional yaitu pembiusan yang
tidak meyebabkan hilangnya kesadaran pasien secara total.
Contoh operasi dengan paket spinal :
a) Semua operasi kandungan yang tidak beresiko, misalnya
kehamilan tanpa keracunan dan tekanan darah tinggi.
b) Operasi Hernia
c) Operasi Fraktur Cruris (patah kaki)
d) Operasi Batu Buli atau Prostat.
3) Lokal Anestesi
Merupakan teknik untuk menghilangkan atau mengurangi
sensasi di bagian tubuh tertentu. Hal ini memungkinkan pasien
untuk menjalani prosedur pembedahan kecil dan tes untuk
mematikan saraf di daerah dimana prosedur berlangsung.
c. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan obat dan alat kesehatan untuk depo
IBS dilaksanakan setiap hari sesuai kebutuhan operasi dengan
metode konsumsi dengan melihat pemakain sebelumnya dan
keadaan stok pada depo tersebut.
d. Pengadaan

38
Depo Instalasi Bedah Sentral melakukan pengadaan dengan
mengamprah ke Gudang farmasi menggunakan buku amprahan
dan lembar permintaan obat.
e. Penerimaan
Alur penerimaan barang di Depo Farmasi Bedah Sentral :
1. Barang masuk ke Depo Instalasi Bedah Sentral, yang
berasal dari Gudang farmasi, setelah itu dilakukan
crosscheck kesesuaian barang/BMHP dengan permintaan
yang tertulis di Buku amprahan :
2. Kesesuaian nama obat/BMHP dengan pesanan yang tertulis
di buku amprahan
a. Jumlah obat
b. Kemasan
c. Kadaluarsa
d. Setiap jumlah barang masuk dan keluar di tulis pada
kartu stok barang.
b) Penyimpanan
Penyimpanan obat berdasarkan bentuk sediaan dan alfabet
untuk injeksi, sedangkan untuk obat narkotika di simpan dalam
lemari khusus danobat-obat yang penyimpanannya pada suhu
dingin (2˚C-8˚C) disimpan dalam lemari pendingin. Alat
kesehatan/BMHP diletakan pada lemari penyimpanan sesuai
dengan jenisnya. Sistem penyimpanan untuk obat dan BMHP
adalah FIFO dan FEFO
f. Pendistribusian
Pendistribusian obat dan BMHP di Depo Farmasi Bedah
Sentral adalah Individual Prescribing. Sistem distribusi
Individual Prescribing diterapkan dengan pengambilan obat dan
BMHP oleh Perawat atas instruksi Dokter.
g. Pencatatan dan pelaporan
Laporan khusus untuk pencatatan peresepan Narkotika dan
Psikotropika yang dilaporkan setiap bulan ke bagian Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat

39
untuk digabung dengan laporan Narkotika dan Psikotropika dari
depo lain.

5. Depo farmasi IGD (Instalasi Gawat Darurat)

1) Sistem pelayanan IGD


a. Jumlah ketenagaan
Jumlah tenaga di Depo Farmasi Rawat Jalan terdiri atas 15
orang, yaitu sebagai berikut :
1) 3 orang apoteker,
2) 5 orang tenaga teknis kefarmasian,
3) 7 orang tenaga umum.
b. Pasien yang dilayani
Pasien yang dilayani oleh Depo Farmasi IGD yaitu pasien HCU,
NICU, PICU, IGD
c. Jam layanan
Pelayanan dilakukan dalam 24 jam, dengan pembagian shift
yaitu :
Pagi : pukul 07:00 - 14:00
Siang : pukul 14:00 -21:00
Malam : pukul 21:00 - 07:00
2) Pengelolaan Sediaan Depo Farmasi IGD
1. Pemilihan Obat
Dilakukan berdasarkan Formularium Nasional dan Formularium
Rumah Sakit.
2. Perencanaan
Perencanaan obat dilakukan berdasarkan metode konsumsi.
3. Pengadaan 
Pengadaan obat dilakukan dengan cara amprahan. Amprahan
dilakukan 2 kali dalam satu minggu, yaitu pada hari senin dan
hari kamis dengan cara mencatat obat-obat yang kosong pada
buku amprahan dan disalin pada form lembar amprahan. Pada
saat melakukan amprahan harus membawa buku amprahan untuk

40
dijadikan arsip pada Depo Farmasi IGD dan satu lembar form
amprahan untuk disimpan di gudang. Adapun tata cara pengadaan
yang dilakukan yaitu:
a) Buku dan lembar form amprahan diantar ke gudang.
b) Kemudian gudang akan menyiapkan obat dan akan diantar ke
Depo Farmasi IGD.
c) Selanjutnya pihak Depo Farmasi IGD akan menerima dan
menata obat pada rak stok penyimpanan obat. Terdapat
beberapa obat yang harus dituliskan stok yang masuk pada
kartu stoknya.
4. Penerimaan Obat
Obat atau alat kesehatan yang datang dari gudang akan dicek
berdasarkan permintaan pada buku amprahan, adapun yang dicek
yaitu seperti nama obat, jumlah obat, dan ED (Expire Date) dari
setiap obat yang datang.
Jika obat/alkes diterima akan ditandatangani oleh petugas yang
melakukan amprahan, namun jika tidak diterima, petugas
amprahan akan mengkonfirmasi kembali atau mengembalikan
obat pada pihak gudang.
5. Penyimpanan Obat
Penyimpanan obat berdasarkan bentuk sediaan dan alfabet untuk
injeksi, sedangkan untuk obat narkotika di simpan dalam lemari
khusus danobat-obat yang penyimpanannya pada suhu dingin
(2˚C-8˚C) disimpan dalam lemari pendingin. Alat
kesehatan/BMHP diletakan pada lemari penyimpanan sesuai
dengan jenisnya. Sistem penyimpanan untuk obat dan BMHP
adalah FIFO dan FEFO
6. Pendistribusian
Pendistribusian obat dilakukan berdasarkan permintaan resep
yang menggunakan form resep RSUD dan ditulis oleh dokter
yang mempunyai SIP di RSUD PROVINSI NTB.
7. Pencatatan dan pelaporan

41
SPM (Standar pelayanan minimal) rawat jalan terdiri atas :
i. Jumlah resep sesuai FORNAS/ Formularium Rumah Sakit.
j. Laporan obat generik dan non generik
k. Kesalahan pemberian obat
l. Laporan kepuasan pasien
m. Laporan waktu tunggu pasien
n. Jumlah resep yang dilayani setiap hari
o. Laporan psikotropika dan Narkotika

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Mahasiswa Politeknik Medica Farma Husada Mataram bisa menambah
wawasan tentang sistem pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan
Kesehatan Rumah Sakit Umum Provinsi NTB
2. Mahasiswa Politeknik Medica Farma Husada Mataram sudah mampu
memahami dan menerapkan pelayanan obat di instalasi farmasi Rumah
Sakit Umum Provin NTB
3. Mahasiswa Politeknik Medica Farma Husada Mataram sudah mampu
memahami dan menerapkan system pelayanan dan pengelolaan obat
Narkotika dan Psikotropika di Rumah Sakit Umum NTB
4. Mahasiswa Politeknik Medica Farma Husada Mataram sudah mampu
memahami dan menerapkan system pengelolaan resep di Instalasi farmasi
Rumah Sakit Umum Provinsi NTB
5. Mahasiswa Politeknik Medica Farma Husada Mataram sudah mampu
memahami dan menerapkan system pelaporan di Instalasi farmasi Rumah
Sakit Umum Provinsi NTB
4.2 Saran

42
Sebaiknya dilakukan peningkatan pengontrolan dan pengawasan
terhadap persediaan obat untuk meminimalkan kekosongan obat di Depo
farmasi Rumah Sakit, salah satunya dengan peningkatan kedisplinan
dalam pencatatan kartu stok obat agar control persediaan obat lebih mudah
dilakukan sehingga Rumah Sakit Umum Provinsi NTB dapat
meningkatkan pelayanan disetiap unitnya.

43
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang


Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta. Kemenkes, 2009.
Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta 2009. Diakses
dari.jkn.kemenkes.go.id.2014 PerMenKes, 2016.
Undang-undang Nomor 72 Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Undang-undang no Nomor
340/MENKES/PER/III 2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit. Direktorat Jenderal
Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Santoso S., 2009.Kesehatan dan Gizi.
Jakarta : Rineka Cipta

44
LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Permintaan obat dan alkes

Lampiran 2. Kartu stok

45
Lampiran 3. Berita Acara Retur Obat dan alkes

Lampiran 5. Ruang 1 Penyimpanan tablet

46
Lampiran 6. Ruang 2 penyimpanan injeksi. Sirup, salep, tetes mata, tetes telinga, narkotika dan
psikotropika

Lampiran 7. Ruang 3 dan 4 Penyimpanan Alkes dan BMHP

Lampiran 8. Ruang 5 Penyimpanan cairan infuse dan alat-alat Tindakan bedah

47
Lampiran 9. Ruang 6 Penyimpanan B3 (Bahan berbahaya dan beracun)

Lampiran 10. Penyimpanan obat termolabil

Lampiran 11. Form RAB (Rencana Anggaran Belanja)

48

Anda mungkin juga menyukai