DISUSUN OLEH :
APRIYANI EFENDI ( 61608100818002 )
HERIANSYAH ( 61608100818025 )
MIFTACH YULIANDA S ( 61608100818037 )
MUTI’AH IKHTISYAM ( 61608100818044 )
Pembimbing 1, Pembimbing 2,
Diketahui oleh,
Program Studi Sarjana Farmasi Institut kesehatan Mitra Bunda Persada
Ketua
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala berkah, rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat memperoleh kesehatan serta kesempatan untuk dapat
menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan di Rumah Sakit Harapan Bunda ini dengan
baik.
Praktek Kerja lapangan (PKL) di Rumah Sakit Harapan Bunda merupakan salah
satu program Pendidikan Sarjana farmasi di institute kesehatan Mitra Bunda Persada
Batam. PKL ini dilaksanakan atas kerjsama pihak institute kesehatan Mitra Bunda Persada
Batam dengan pihak Rumah Sakit Harapan Bunda dalam membimbing mahasiswa/i Sarjana
Farmasi. Kegiatan PKL dilaksanakan pada tanggal 21 Desember 2020 – 02 Januari 2021.
Pada penulisan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah memberi bimbingan, arahan, bantuan dan dukungan moral . Ucapan terima kasih ini
kami tujukan kepada :
1. Allah SWT yang telah memudahkan dan melancarkan proses pelaksanaan kegiatan
Praktek Kerja Lapangan.
2. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan selama pelaksanaan kegiatan
Praktek Kerja Lapangan.
3. Ibu Apt.Sri Hainil, S.Si,M.Farm selaku Kepala Prodi S1 Farmasi institut kesehatan
Mitra Bunda Persada
4. Ibu Apt.Suci fitriani Sammulia M.pharm.,Sci selaku pembimbing Praktek Kerja
Lapangan (PKL) dari institute kesehatan Mitra Bunda Persada
5. Ibu Apt.Rakhmi Febrina Y, S.farm selaku pembimbing lahan dari RS Harapan
Bunda Batam
6. Ibu Apt.Aprilya Sri R, M.farm. selaku pembimbing dari RS Harapan Bunda Batam
7. Seluruh staf dari Instalasi farmasi RS Harapan Bunda Batam
8. Serta rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan semangat dan dukungan
secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari atas ketidaksempurnaan penyusunan laporan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) ini. Namun penulis tetap berharap laporan ini akan memberikan manfaat
bagi para pembaca. Demi kemajuan penulis, penulis juga mengharapkan adanya masukan
berupa kritik atau saran yang berguna.
Batam, 02 Januari 2021
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 1
2016)..........................................................................................8
iv
2.5.1 Perencanaan...............................................................................9
2.5.2 Pengadaan..................................................................................9
2.5.3 Penyimpanan...........................................................................10
2.5.4 Distribusi.................................................................................10
BAB V PENUTUP.....................................................................................................20
5.1 Kesimpulan.................................................................................................20
5.2 Saran...........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................22
LAMPIRAN...............................................................................................................23
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perubahan pradigma pendidikan kefarmasian dari “drug orientad” ke “patient
oriented” memberikan tantangan tersendiri bagi institusi pendidikan tinggi
farmasi di Indonesia dalam menyiapkan lulusan yang bermutu dan siap
pakai.sejalan dengan itu, program studi farmasi, institute kesehatan Mitra Bunda
Persada Batam melakukan berbagai upaya guna mengimplementasikan pradigma
diatas terutama pengenalan konsep “Pharmaceutical Care“ atau asuhan
kefarmasian kepada mahasiswa sejak awal. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya
untuk memperkenalkan peserta didik dengan dunia nyata tempat kerja apoteker
sejak mereka masih kuliah, diantaranya program “early exposure“ keberbagai
sarana kefarmasian seperti di apotek, rumah sakit, gudang farmasi, puskesmas dan
lain-lain.
1
Harapan utama dari kegiatan praktek ini disamping meningkatkan
keahlian profesional mahasiswa agar sesuai dengan tuntutan kebutuhan tenaga
kerja, agar mahasiswa memiliki etos kerja yang meliputi: kemampuan bekerja,
motivasi kerja, inisiatif, kreatif, disiplin dan tanggung jawab sehingga
menghasilkan hasil pekerjaan yang berkualitas.
2
3. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi tenaga kefarmasian
yang profesional.
Waktu
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN RUMAH SAKIT
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
340/MENKES/PER/III/2010 adalah “Rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat”.
Pengertian rumah sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit, dinyatakan bahwa “Rumah sakit merupakan sarana pelayanan
kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi
tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan
dan gangguan kesehatan”.
Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian
integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan
pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan
pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.
Menurut Azwar (2002), rumah sakit merupakan institusi yang integral dari
organisasi kesehatan dan organisasi sosial, berfungsi menyediakan pelayanan
kesehatan yang lengkap. Rumah sakit juga merupakan pusat latihan bagi tenaga
profesi kesehatan dan sebagai pusat penelitian untuk riset kesehatan.
Di Indonesia dikenal tiga jenis rumah sakit yaitu rumah sakit berdasarkan
kepemiliknnya, rumah sakit berdasarkan jenis pelayanannya dan rumah sakit
berdasarkan kelasnya. Berdasarkan kepemilikannya, dibedakan tiga macam rumah
sakit, yaitu
(1) rumah sakit pemerintah (RS Pusat, RS Provinsi, RS Kabupaten), RS
BUMN/ABRI dan RS Swasta,
(2) RS Umum, RS Jiwa, RS Khusus,
(3) RS kelas A, B, C dan RS kelas D. Namun, semua RS Kabupaten telah
ditingkatkan statusnya menjadi RS Kelas C (Muninjaya, 2004).
Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan yang bersifat dasar dan spesialistik dan subspesialistik. Rumah Sakit
Umum Pemerintah adalah rumah sakit umum milik pemerintah baik Pusat, ataupun
Daerah. Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar (Siregar, 2003).
4
Sedangkan Muninjaya, (2005) menyatakan bahwa RS Kelas C mempunyai
minimal empat spesialistik dasar (bedah, penyakit dalam, kebidanan, dan anak).
5
dari segi penghasilan karir, peningkatan pengetahuan maupun jaminan
masa depan.
3. Sukses Yayasan :
Yayasan Harapan Bunda sebagai pemilik Rumah Sakit Harapan Bunda
selain melaksanakan Misi sosialnya juga bisa mendapatkan “Keuntungan“
yang akan dipergunakan untuk pengembangan Rumah Sakit maupun
program lainya.
II. Menyelenggarakan layanan kesehatan paripurna yang bermutu tinggi dan
terjangkau oleh masyarakat.
III. Membuat program-program yang memudahkan atau meringankan
masyarakat dalam mendapatkan layanan kesehatan secara lengkap.
6
7. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium Rumah Sakit
TJ BPJS TJ HARIAN
KONSELING
ADMINISTRASI
PENGOLALA ALKES (DIAN ARIZIA) 1.KHAIRULAHABIB,Amd.fa
rm
VISITE
2. Inggrianti w,Amd,Farm
3.Lucia pradika,Amd.Farm
7
ASISTEN APOTEKER JURU RACIK
- KLEMENTINA,Amd,farm 2. Mailina
-RISDA DIANA,Amd,farm
-DEVI NURM,Amd,farm
-WILYADI
-ESTI ADNRI,Amd,farm
-NENCY APRILIYA,S.Farm
-FAUSTIN EUFRACIA.S.Farm
8
6. Pendistribusian
7. Pemusnahan dan Penarikan
8. Pengendalian
9. Administrasi
2.5.2. PENGADAAN
Tujuanya untuk merealisasikan perencanaan
1. Tender terbuka
9
Yaitu rumah sakit mengumumkan kepada semua PBF bahwa sedang
membutuhkan suatu obat
2. Tender tertutup
Yaitu rumah sakit hanya memilih beberapa PBF untuk memesan atau membeli
obat
3. Negosisiasi
Terkait penegoan atau tawar menawar
4. Just in time
Yaitu ketika barang itu dibutuhkan baru dicari
5. Hibah atau sumbangan
Contohnya obat anti TB, HIV
2.5.3 PENYIMPANAN
Berdasarkan :
Alfabetis
Bentuk sediaan
Suhu
2.5.4 DISTRIBUSI
1. Internal
Yaitu penyaluran dari gudang ke depo farmasi
2. Eksternal
Yaitu penyaluran dari depo ke pasien
a. Individual Prescribing
Pasien mendapatkan resep dari dokter dan instalasi farmasi melayani sesuai
yang tertulis dalam resep untuk pasien tersebut. Keuntungan sistem ini adalah
efisiensi dalam jumlah tenaga yang melayani, dapat diterapkan untuk pasien
rawat jalan maupun rawat inap dan mudah dalam mengontrol persediaan
obatnya. Namun kelemahannya adalah waktu kontak dengan pasien/ keluarga
terbatas serta asuhan kefarmasian kurang optimal.
b. Ward Floor Stock
Dalam sistem ini, penyediaan obat dilayani dalam jumlah tertentu sebagai
stok obat di ruang perawatan. Kebutuhan obat tiap dilayani dari stock obat
10
ruang pelayanan ini. Kelebihan sistem ini adalah bahwa obat siap pakai oleh
karena tersedia di ruang perawatan, efisiensi jumlah tenaga yang dibutuhkan.
Namun kelemahannya adalah kemungkinan terjadinya kesalahan pemberian
obat karena tidak ada pemeriksaan ulang, jumlah persediaan obat di ruang
perawatan meningkat, kemungkinan kehilangan obat besar, resiko kerusakan
obat dan jumlah obat ED (expired date-red) meningkat.
c. One Day Dose Dispensing (ODDD).
Penyediaan obat dalam sistem ini dilakukan oleh instalasi farmasi pada
pasien rawat inap yang dikemas/disiapkan dalam dosis tunggal untuk
pemakaian sehari (24 Jam). Kelebihan dari sistem ini adalah pasien lebih
mudah mendapatkan obat, menghindari pemberian obat double, pasien
membayar obat yang diminum saja. Sedangkan bagi instalasi farmasi,
pelayanan yang diberikan lebih berorientasi pada pasien, menurunkan biaya
obat, mengurangi medical error serta pengelola stok obat secara sentralisasi
sehingga pengendalian obat bisa ditingkatkan. Namun demikian sistem ini
mempunyai kelemahan, yaitu: membutuhkan SDM lebih banyak, beban kerja
Instalasi Farmasi menjadi berlipat ganda, terjadi pemborosan embalage,
penulisan permintaan obat berulang-ulang, dapat terjadi keterlambatan
pemberian obat atau lupa tidak dilanjutkan.
11
BAB III
URAIAN KEGIATAN
KEGIATAN
MAGANG/KUNJUNGAN
(EARLY EXPOSURE)
12
tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient
safety).
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
14
resep dan terakhir menyerahkan obat kepada pasien. Untuk pasien umum sebelum
obat diserahkan terlebih dahulu membayar di kasir apotek, sementara untuk
pasien dengan jaminan kesehatan cukup dengan menandatangani tanda terima
obat yang nantinya akan ditagihkan kepada pihak jaminan kesehatan tersebut
setelah awal bulan berikutnya. Selanjutnya pasien diberi informasi tentang cara
pemakaian obat berdasarkan aturan pakainya dengan tujuan agar tidak terjadi
kesalahan dalam pemakaian. Biasanya pasien membutuhkan penjelasan lebih
mendalam tentang aturan pakai obat khususnya penggunaan insulin.
Kegiatan lainnya yaitu stock opname yang dilakukan setiap tiga bulan
sekali. Stock opname bertujuan untuk mengetahui jumlah obat yang ada dan
mengetahui expire date obat–obat tersebut. Melalui kegiatan tersebut dapat
dicegah penggunaan obat-obatan expire untuk pelayanan pasien.
15
3) Obat diserahkan kepada perawat atau keluarga pasien atau obat yang
dipesan diantar ke ruangan beserta kuitansi asli dan dilakukan
penagihan biaya obat langsung kepada pasien atau keluarga pasien
sedangkan lembar copy kuitansi beserta copy resep sebagai pertinggal
di apotek. Kartu obat diserahkan kepada perawat kembali dan setelah
pasien pulang disimpan ke bagian administrasi Instalasi Farmasi
Rumah Sakit.
b. Pasien JKN (BPJS)
Ketentuan yang berlaku untuk pasien kredit dan BPJS Askes rawat
inap pada dasarnya hampir sama dengan ketentuan pada pelayanan rawat
jalan. Pelayanan rawat inap pasien JKN (BPJS) dan pasien kredit meliputi
semua unit pelayanan dan ruang rawat. Pemilihan jenis dan jumlah obat
berdasarkan Formularium Nasional bagi pasien JKN (BPJS)dan bagi
pasien kredit pemilihan obat berdasarkan Formularium Rumah sakit
harapan bunda Prosedur pelayanan farmasi pasien JKN (BPJS) dan pasien
kredit Perawat atau keluarga pasien membawa kartu obat dan surat
keterangan dari perusahaan atau kartu JKN bagi peserta BPJS yang
menjamin pasien ke pelayanan farmasi rawat inap.
Obat yang tertulis di kartu obat diinput kedalam suatu komputer
kemudian dicetak tanda terima tersebut tiga rangkap. Obat disiapkan,
distempel sudah diberikan kredit, diberi etiket dan dikemas. Obat
diserahkan kepada perawat atau keluarga pasien setelah menandatangani
tanda terima obat. Kartu obat diserahkan kepada perawat atau keluarga
pasien.
16
4.3 Pelayanan Farmasi di Depo
Depo di RSHB adalah cabang instalasi farmasi RSHB yang melayani
instalasi IGD, Operator Kamer ( OK) dan verlos kamer (VK)
17
shift sore selama seminggu. Ruangan yang di bagi yaitu ruangan Apotek
Instalasi Farmasi di Rumah Sakit Harapan Bunda Batam.
Rumah Sakit Harapan Bunda Batam ada pembagian tugas untuk
membantu Apoteker dan Asisten Apoteker yang ada di rumah sakit.
Pembagian tugas tersebut seperti berada di depan yaitu menerima resep dan
skrining resep serta mengisi form ceklis dan memeriksa obat yang sudah di
racik atau pun di buat etiket serta sudah mengambil obat nya. Untuk
pengambilan obat rawat inap dapat di ambil sesuai resep dan yang sudah
diambil obatnya dengan resep di ceklis untuk tanda bukti bahwa obat telah di
ambil, dan rawat jalan pemberian tanda pada resep obat yang telah di ambil
juga sama, tetapi untuk rawat jalan resep dan obat terpisah karena untuk
pembagian resep secara langsung kepada pasien.
Dalam kegiatan pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian terdapat
Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan evaluasi
untuk peningkatan mutu sesuai target yang ditetapkan. Pelaksanaan, yaitu m
onitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja (membandingkan
antara capaian dengan rencana kerja); memberikan umpan balik terhadap hasil
capaian. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi, yaitu melakukan perbaikan
kualitas pelayanan sesuai target yang ditetapkan dan meningkatkan kualitas
pelayanan jika capaian sudah memuaskan.
Mengapa? Penyusunan Obat di Rumah sakit Harapan bunda Batam
berdasarkan Alfabetis, Bentuk sediaan, LASA (Look Alike Sound Alike) atau
NORUM (Nama obat rupa ucapan mirip), Narkotik, psikotropika, prekursor,
high alert disimpan di lemari khusus, Berdasarkan suhu misalnya vaksin,
suppositoria dan insulin karena agar tidak terjadi kesalahan waktu
pengambilan obat, kita semua harus lebih berhati-hati agar tidak terjadi
kesalahan demi keamanan pasien.
18
Mengapa? Di bagian obat prekusor ada tulisan high alert dan lasa,
karena obat-obat tersebut memiliki resiko yang tinggi, pengambilan obat
tersebut harus di cek kembali, dan di kartu stock obat tersebut harus di
cantumkan nama pasien
19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Pengenalan Klinik di
Rumah Sakit Harapan Bunda disimpulkan bahwa:
1. Penyimpanan obat di rumah sakit harapan bunda berdasarkan alfabetis, bentuk
sediaan, Penyimpanan khusus untuk obat Narkotika, OKT, High alert dan
Prekursor serta NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip) atau LASA (Look
Alike Sound Alike) dan kebutuhan suhu setiap obat Saran
2. Formularium rumah sakit harapan bunda di revisi setiap dua tahun sekali
3. Formularium di bentuk oleh KFT (Komite Farmasi dan Terapi)
4. Peran Asisten Apoteker dibawah pimpinan Apoteker sangat berpengaruh
dalam penyelesaian dan berjalannya sistem instalasi farmasi di suatu rumah
sakit harapan bunda
5.2 Saran
5.1.1 Saran untuk Institut Kesehatan Mitra Bunda Batam
1. Diharapkan kegiatan PKL seperti ini dapat berlangsung seterusnya
namun dengan persiapan dan perencanaan yang lebih matang.
Sehingga tidak ada kesalahan dalam jadwal maupun di lahan PKL
2. Diharapkan dapat memberikan bekal tambahan lebih banyak bagi
mahasiswa dan mahasiswi program studi farmasi Institut kesehatan
mitra bunda agar mampu bersaing dalam dunia kerja dan mampu
mencetak mahasiswa dan mahasiswi yang profesional di bidang
kefarmasian sehingga membawa nama baik Institut kesehatan mitra
bunda
3. Sebaiknya pelaksanaan magang/kunjungan (Early Exposure)
pengenalan klinik dilaksanakan pada waktu yang lebih lama di satu
20
atau dua tempat saja agar mahasiswa lebih dapat memahami perannya
di bidang kefarmasian sebagai seorang farmasis.
21
DAFTAR PUSTAKA
Siregar, Charles J.P. (2003). Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Widayati, S., dan Zairina, N., 2004, Peran Farmasis Dalam Pelayanan Informasi Obat
Untuk Pasien Melalui Konseling, Prosiding Kongres Ilmiah XI ISFI 3-6 juli 2004
Jawa Tengah.
22
LAMPIRAN
23
Lampiran 2 : penyimpanan obat high alert berupa tablet dan ,injeksi,
24
Lampiran 3: penyimpanan sediaan high alert yang harus bersuhu khusus
25
Lampiran 4 : penyimpanan obat injeksi
26
Lampiran 5 : penyimpanan obat suppositoria
27
Lampiran 6: penyimpanan obat sirup
28
Lampiran 8 : penyimpanan obat tetes mata ,salep mata , dan tetes telinga
29
Lampiran 10 : buku- buku amprahan obat
30
Lampiran 12 : kartu bon obat
31
Lampiran 13 : copy resep
32
Lampiran 14 : etiket putih untuk pemakaian obat dalam
33
Lampiran 16 : klip obat
34