Disusun oleh :
NIM : 61608100818012
BATAM
2019
SOAL :
Jawab :
Tidak sembarangan kasus diare yang bisa diobati dengan antibiotik. Antibiotik
adalah obat untuk mematikan bakteri dalam tubuh, sehingga hanya akan diresepkan
dan efektif untuk kasus diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
Di sisi lain, tidak sembarang pula antibiotik yang bisa diresepkan untuk masalah diare.
Kebanyakan efek samping dari obat antibiotik sebetulnya bisa mengganggu sistem
pencernaan sampai menyebabkan diare yang lebih parah.
Berikut adalah beberapa jenis obat antibiotik yang akan diresepkan dokter:
1. Cotrimoxazole
Dosis cotrimoxazole diberikan berbeda-beda tergantung dari usia dan berat badan
pasien. Umumnya orang dewasa akan diberikan 2 tablet sebanyak 2 kali sehari,
sementara untuk anak-anak dosisnya akan tergantung pada berat badan mereka.
Berikut adalah beberapa efek samping yang mungkin terjadi saat menggunakan
antibiotik ini :
Pasien yang diobati pakai cefixime rata-rata diarenya membaik dalam waktu 55
jam setelah minum obat. Sementara orang yang diberikan pil kosong, kondisi mereka
baru membaik setelah 80 jam.
Mekanisme kerja :
Cefixime bersifat bakterisida (antibiotik yang bersifat destruktif terhadap bakteri)
dan mempunyai pektrum luas terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Cefixime
mempunyai aktivitas yang poten terhadap bakteri gram positif seperti Streptococcus sp.,
Streptococcus pneumoniae, dan bakteri gram negatif seperti Branhamella catarrhalis,
Escherichia coli, Proteus sp., dan Haemophilus influenzae.
Mekanisme kerja cefixime adalah menghambat sintesis dinding sel. Obat ini
memiliki afinitas tinggi terhadap “penicillin-binding-protein” (PBP) 1 (1a, 1b, dan 1c) dan
3, dengan tempat aktivitas yang bervariasi tergantung jenis bakterinya. Cefixime stabil
terhadap beta laktamase yang dihasilkan oleh beberapa bakteri, dan mempunyai
aktivitas yang baik terhadap bakteri penghasil beta-laktamase.
Dosis lazim :
3. Metronidazole
Metronidazole adalah antibiotik yang digunakan untuk mengobati diare akibat
infeksi bakteri atau infeksi parasit giardiasis.
Mekanisme kerja :
Dosisi lazim :
1. Dosis metronidazole untuk dewasa pada penderita infeksi bakteri anaerob, dosis
metronidazole adalah :
Oral :
Dosis awal 800 mg, dilanjutkan 400 mg tiap 8 jam. Atau, 7.5 mg/kgBB tiap 6-8
jam.
Dosis maksimal: 4 gr/hari
Lama pengobatan biasanya 7 hari, namun menyesuaikan dengan tingkat
keparahan infeksi.
Efek samping :
Batuk
Hidung tersumbat
Sakit tenggorokan
Gejala demaml
Segera cari bantuan darurat jika Anda mengalami reaksi alergi setelah menggunakan
obat ini. Beberapa tanda dan gejala paling umum dari reaksi alergi obat seperti:
Gatal-gatal
Kesulitan bernapas
Bengkak pada wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan
4. Azythromycin
Azythromycin adalah obat antibiotik golongan makrolida (termasuk juga
eritromisin) yang bekerja melawan bakteri. Menurut penelitian tahun 2017,
azitromisin umum digunakan untuk mengatasi diare wisatawan (Traveller’s Diarrhea)
yang disebabkan oleh bakteri Campylobacter jejuni. Penelitian tersebut mengamati
kasus diare yang dialami oleh sejumlah wisatawan di Thailand, yang telah diminta
minum obat azitromisin. Hasilnya, gejala diare mereka membaik dalam 72 jam setelah
minum obat dengan dosis resep dokter.
Mekanisme kerja :
Dosis lzim :
Azithromycin biasanya diberikan dengan dosis : dewasa dan anak diatas 16 thn
termasuk usia lanjut, infeksi saluran nafas dan infeksi kulit dan struktur kulit tidak
terkomplikasi dengan 500 mg sehari sebagai dosis tunggal pada hari pertama, kemudian
dilanjutkan 250 mg sehari pada hari kedua sampai hari kelima.
Efek samping :
efek samping yang biasanya muncul saat mengkonsumsi obat azithromycin :
Mual, muntah
Rasa tidak nyaman di perut
Kembung
Diare
Penurunan nafsu makan
Gangguan pendengaran
Gangguan ginjal akut
Gangguan fungsi hati
Pusing/vertigo
Kejang
Sakit kepala
Jika salah satu efek samping seperti yang telah disebutkan diatas menetap dan
berlangsung secara lama atau bertambah parah disertai gejala berat lain seperti
pada denyut jantung tidak teratur, pusing berat kesulitan bernafas, sesak, dan pingsan.
Segera konsultasikan ke dokter atau pergi ke rumah sakit terdekat.
5. Ciprofloxacin
Ciprofloxacin adalah antibiotik golongan fluoroquinolone. Antibiotik ini berguna
untuk mengatasi bakteri Campylobacter jejuni dan Salmonella enteritidis penyebab
diare. Masih dalam penelitian yang sama seperti di atas, ciprofloxacin dianggap mampu
menjadi obat antibiotik untuk diare dan akan diberikan apabila efek obat lini pertama
seperti cotrimoxazole dan cefixime tidak ampuh. Terlebih, pemberian obat ciprofloxacin
secara oral (diminum) diyakini akan lebih cepat diserap dengan baik oleh saluran cerna.
Namun, pemberian obat ini hanya berlaku pada area atau daerah yang tidak memiliki
kasus resistensi antibiotik fluoroquinolone.
Mekanisme kerja :
bekerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri. Antibiotik tidak akan
bekerja menyembuhkan infeksi virus (seperti pilek, flu). Penggunaan antibiotik apapun
yang tidak perlu atau berlebihan dapat mengurangi efektivitasnya.
Dosis lazim :
Efek samping :
Efek samping ciprofloxacin yang serius adalah:
Pusing, pingsan, detak jantung cepat atau tidak teratur.
Sendi mendadak nyeri, terdengar suara menderak atau meletus, memar,
bengkak, rasa nyeri, kekakuan, atau kehilangan kemampuan bergerak pada sendi
mana pun.
Diare berair atau berdarah.
Kebingungan, berhalusinasi, depresi, berpikir atau bertindak lain dari biasanya.
Sakit kepala, telinga berdenging, pusing, mual, gangguan penglihatan, sakit di
belakang mata.
Kulit pucat atau menguning, urin berwarna gelap, demam, lemas.
Lebih jarang atau sama sekali tidak buang air kecil.
Mudah memar atau berdarah.
Mati rasa, kesemutan, atau sakit tidak wajar di bagian tubuh mana pun.
Gejala awal ruam, seringan apa pun.
Reaksi alergi parah – demam, sakit tenggorokan, bengkak pada wajah atau lidah,
mata terasa terbakar, sakit pada kulit, diikuti dengan ruam merah atau ungu
yang menyebar (terutama ke wajah atau tubuh bagian atas) dan kulit melepuh
dan mengelupas.
Ciprofloxacin juga dapat menyebabkan efek samping yang lebih ringan, mungkin
termasuk:
Mual, muntah.
Pusing atau mengantuk.
Penglihatan buram.
Merasa gugup, cemas, atau mudah marah.
Gangguan tidur (insomnia atau bermimpi buruk).
2. Jelaskan mekanisme kerja, dosis lazim dan efek sampingdari masing-maing obat dibawah ini:
a. Loperamide
Mekanisme kerja :
Loperamide adalah obat untuk mengobati diare mendadak. Cara kerjanya
adalah dengan memperlambat gerak usus dan membuat feses menjadi lebih padat.
Imodium adalah salah satu merek obat loperamide yang paling dikenal.
Loperamide juga digunakan untuk mengurangi jumlah cairan yang keluar pada pasien
yang dilakukan ileostomi, dan untuk mengobati diare pada orang dengan penyakit
radang usus.
Loperamide hanya digunakan untuk mengobati gejala, namun tidak bisa
menyembuhkan penyebab diare (misalnya infeksi). Terapi gejala lain dan penyebab
diare harus ditentukan oleh dokter. Loperamide tidak boleh diminum oleh pada kurang
dari 6 tahun kecuali bila dianjurkan oleh dokter. Obat ini juga tidak boleh digunakan
pada bayi kurang dari 24 bulan.
Dosis lazim :
Dosis loperamide untuk diare akut :
loperamide tablet, kapsul, dan liquid: Dosis awal 4 mg secara oral setelah BAB
pertama. Dosis tumatan: 2 mg setiap setelah BAB, tidak lebih dari 16 mg dalam 24 jam.
Perbaikan klinis biasanya terjadi dalam 48 jam.
Efek samping :
Efek samping loperamide (Imodium) yang cukup umum terjadi adalah:
Pusing
Mengantuk, rasa lelah
Sembelit
Nyeri perut ringan
Ruam kulit atau gatal ringan
Berhenti menggunakan loperamide dan hubungi dokter jika Anda mengalami efek
samping serius berikut ini:
Nyeri perut atau kembung
Diare terus menerus atau memburuk
Diare air atau berdarah
Reaksi kulit berat – demam, sakit tenggorokan, bengkak pada wajah atau lidah,
rasa terbakar pada mata, nyeri kulit, diikuti ruam merah atau ungu yang
menyebar (khususnya pada wajah atau tubuh bagian atas) dan menyebabkan
lepuhan dan mengelupas
b. Attapulgite
Nama dagang : molagit
Mekanisme kerja :
Attapulgite : merupakan obat diare yang bekerja dengan cara memperlambat aktivitas
usu besar, sehingga usus lebih bnayak menyerap air dan membuat feses menjadi lebih
padat. Selain itu, obat ini juga dapat membantu mengurangi rasa mulas atau kram perut
akibat diare.
Pectin : merupakan senyawa polisakarida kompleks yang terdapat dalam dinding sel
tumbuhan dan biasanya dapat ditemukan pada buah dan sayuran. Dalam
bidang kesehatan, pektin bermanfaat sebagai obat penyakit diare.
Dosis lazim :
Dosis yang tepat sesuai dengan rekomendasi dari dokter setelah
mempertimbangkan beberapa kondisi kesehatan, usia, berat badan dan sebagainya.
Adapun dosis obat ini yang sering direkomendasikan antara lain:
Untuk pasien dewasa, dosis yang dianjurkan adalah 2 tablet tiap habis buang air
besar dengan dosis maksimum 12 tablet sehari (24 jam).
Untuk pasien anak-anak (6 -12 tahun), dosis yang dianjurkan adalah 1 tablet tiap
habis buang air besar dengan dosis maksimum 6 tablet sehari (24 jam).
Efek samping :
Sebagaimana obat-obatan lainnya, molagit juga memliki beberapa efek samping.
Efek samping molagit yang umum terjadi adalah konstipasi. Dan tidak menutup
kemungkinan terjadi efek samping lain berupa perut kembung, sakit perut, dan mual.
Dosis lazim :
Untuk mengobati diare dan mencegah intoleransi laktosa, dosis pemberian Lacto-B pada
anak usia 1 – 6 tahun adalah 3 sachet per hari, sedangkan pada anak dibawah usia 1
tahun dosisnya adalah 2 sachet per hari.
Efek samping :
Lacto-B umumnya dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh dan dinilai aman
untuk digunakan. Akan tetapi pada beberapa hari setelah pemakaian pertama, mungkin
merasakan rasa tidak nyaman pada perut termasuk perut kembung dan frekuensi buang
gas yang meningkat.
TERIMAKASIH IBU