Anda di halaman 1dari 12

TUGAS FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI

OBAT ANTI DIARE

Disusun oleh :

NAMA : BAGUS SETIAWAN

NIM : 61608100818012

M.K : FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

STIKES MITRA BUNDA PERSADA

BATAM

2019
SOAL :

1. Obat antibiotik untuk diare dan jelaskan mekanisme kerjanya !


2. Jelaskan mekanisme kerja, dosis lazim dan efek sampingdari masing – maing obat di
bawah ini :
a. Loperamide
b. Attapulgite
c. Nama dagang dari lacto bacylus (Lacto-B)

Jawab :

1. Obat antibiotik untuk anti diare :


Diare dapat disebabkan oleh beragam hal, mulai dari infeksi, baik virus maupun bakteri,
intoleransi laktosa, alergi makanan, hingga keracunan makanan. Diare karena infeksi virus
paling sering disebabkan oleh rotavirus dan norovirus. Sedangkan diare yang disebabkan oleh
bakteri, dapat terjadi saat seseorang mengonsumsi makanan atau minuman yang
terkontaminasi oleh  bakteri E. Coli,  Salmonella,  Shigella,  dan Campylobacter.

Obat antibiotik untuk mengatasi diare

Tidak sembarangan kasus diare yang bisa diobati dengan antibiotik. Antibiotik
adalah obat untuk mematikan bakteri dalam tubuh, sehingga hanya akan diresepkan
dan efektif untuk kasus diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri.

Di sisi lain, tidak sembarang pula antibiotik yang bisa diresepkan untuk masalah diare.
Kebanyakan efek samping dari obat antibiotik sebetulnya bisa mengganggu sistem
pencernaan sampai menyebabkan diare yang lebih parah.

Maka saat meresepkan antibiotik untuk diare, dokter harus memastikan dulu


diagnosisnya apakah benar disebabkan oleh infeksi bakteri atau bukan. Biasanya untuk
membuat diagnosis ini dokter akan menguji sampel feses Anda di laboratorium. 

Berikut adalah beberapa jenis obat antibiotik yang akan diresepkan dokter:

1. Cotrimoxazole

Cotrimoxazole adalah obat antibiotik yang mengandung dua jenis zat obat, 


sulfametoksazol dan trimetoprim, untuk menghentikan pertumbuhan bakteri di dalam
tubuh. Antibiotik ini biasanya diresepkan untuk kasus diare yang disebabkan oleh
infeksi Escherichia coli (E. coli). Antibiotik ini dapat dikonsumsi oleh anak-anak dan
orang yang alergi terhadap penisilin. Akan tetapi tidak cocok untuk orang yang alergi
terhadap obat sulfonamid.
Mekanisme kerja :
Antibiotik pada Cotrimoxazole (sulfametoksazol dan trimetoprim) bekerja
dengan cara menghambat enzim metabolisme asam folat pada bakteri yang peka.
Trimethoprim sendiri adalah bakterisida sedangkan sulfamethoxazole adalah
bakteriostatik. Dalam bentuk kombinasi, antibiotik ini berfungsi sebagai bakterisida.
Obat Cotrimoxazole bermanfaat untuk mengobati infeksi-infeksi oleh bakteri yang
resisten sulfamethoxazole tapi masih peka terhadap trimethoprim termasuk diare.

Dosis lazim dewasa untuk traveller diare : Cotrimoxazole (trimethoprim /


sulfamethoxazole  160 mg/800 mg) secara oral setiap 12 jam selama 5 hari.

Dosis cotrimoxazole diberikan berbeda-beda tergantung dari usia dan berat badan
pasien. Umumnya orang dewasa akan diberikan 2 tablet sebanyak 2 kali sehari,
sementara untuk anak-anak dosisnya akan tergantung pada berat badan mereka. 

Efek Samping Cotrimoxazole :

Berikut adalah beberapa efek samping yang mungkin terjadi saat menggunakan
antibiotik ini :

 Efek samping cotrimoxazole yang umum seperti mual, muntah, ruam,


diare , demam, gatal nyeri otot dan sendi.
 Reaksi alergi yang parah bisa terjadi bagi orang-orang yang sensitif terhadap
obat-obat golongan sulfonamide termasuk cotrimoxazole, seperti sindrom
stevens-johnson, nekrolisis epidermal toksik, nekrosis hati
fulminan, agranulositosis, anemia aplastik, dan diskrasia darah lainnya.
 Hati-hati terhadap kemungkinan super infeksi pada saluran pencernaan yang
disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan jamur atau bakteri pada pencernaan.
 Obat ini bisa menyebabkan hemolisis pada pasien yang kekurangan enzim
glukosa-6-fosfat  dehidrogenase (enzim yang berperan dalam produksi sel darah
merah), terutama jika diberikan pada dosis yang tinggi.
 Pada pasien lanjut usia, efek samping lebih rentan terjadi misalnya penekanan
sumsum tulang dan penurunan trombosit (terutama jika obat ini diberikan
bersamaan dengan diuretik jenis tiazid).
2. Cefixime 

Cefixime adalah antibiotik golongan sefalosporin yang bekerja melawan bakteri


di tubuh Anda. Menurut penelitian tahun 2010, obat cefixime diyakini manjur untuk
cepat memulihkan diare terutama pada kasus gastroenteritis (muntaber) akibat infeksi
bakteri Salmonella typhi. Dari 68 peserta uji, sebagian diberikan cefixime dan sebagian
lainnya diberikan pil plasebo (obat kosong) untuk mengobati diare. Hasilnya, orang yang
mengonsumsi cefixime lebih cepat sembuh daripada yang minum plasebo.

Pasien yang diobati pakai cefixime rata-rata diarenya membaik dalam waktu 55
jam setelah minum obat. Sementara orang yang diberikan pil kosong, kondisi mereka
baru membaik setelah 80 jam.

Mekanisme kerja :
Cefixime bersifat bakterisida (antibiotik yang bersifat destruktif terhadap bakteri)
dan mempunyai pektrum luas terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Cefixime
mempunyai aktivitas yang poten terhadap bakteri gram positif seperti Streptococcus sp.,
Streptococcus pneumoniae, dan bakteri gram negatif seperti Branhamella catarrhalis,
Escherichia coli, Proteus sp., dan Haemophilus influenzae.
Mekanisme kerja cefixime adalah menghambat sintesis dinding sel. Obat ini
memiliki afinitas tinggi terhadap “penicillin-binding-protein” (PBP) 1 (1a, 1b, dan 1c) dan
3, dengan tempat aktivitas yang bervariasi tergantung jenis bakterinya. Cefixime stabil
terhadap beta laktamase yang dihasilkan oleh beberapa bakteri, dan mempunyai
aktivitas yang baik terhadap bakteri penghasil beta-laktamase.

Dosis lazim :

Dosis cefixime untuk dewasa :


Dosis yang dianjurkan adalah cefixime 400 mg per hari. Dapat diminum dengan
cara sekaligus yakni cefixime tablet 400 mg sehari sekali, atau diminum dua kali dengan
dosis terbagi, yakni obat cefixime 200 mg diminum dua kali sehari (setiap 12 jam).

Dosis cefixime untuk anak dan bayi 6 bulan ke atas :


Dosis obat cefixime yang dianjurkan untuk anak-anak adalah 8 mg/hari dengan
mengonsumsi cefixime sirup. Seperti pada dewasa, ini dapat diberikan sebagai dosis
harian tunggal atau dapat diberikan dalam dua dosis terbagi, yakni 4 mg setiap 12 jam .
Efek samping :
Terdapat beberapa efek samping yang biasa muncul pada saat pegobatan
dengan Cefixime, sebagai berikut:
 Adanya reaksi hipersensitivitas seperti kulit kemerahan, gatal dll
 Gangguan fungsi ginjal
 Gangguan saluran cerna seperti nyeri perut, diare, mual, muntah, rasa penuh
dalam lambung dll
 Demam

3. Metronidazole
Metronidazole adalah antibiotik yang digunakan untuk mengobati diare akibat
infeksi bakteri atau infeksi parasit giardiasis.

Mekanisme kerja :

Cara kerja obat metronidazole adalah dengan menghentikan pertumbuhan


bakteri dan protozoa. Antibiotik ini tidak akan berpengaruh pada infeksi virus seperti
demam dan influenza.

Dosisi lazim :
1. Dosis metronidazole untuk dewasa pada penderita infeksi bakteri anaerob, dosis
metronidazole adalah :
Oral :

 Dosis awal 800 mg, dilanjutkan 400 mg tiap 8 jam. Atau, 7.5 mg/kgBB tiap 6-8
jam.
 Dosis maksimal: 4 gr/hari
 Lama pengobatan biasanya 7 hari, namun menyesuaikan dengan tingkat
keparahan infeksi.

2. Untuk anak-anak penderita infeksi bakteri, dosis metronidazole adalah:


Oral: (usia 1-10 tahun) 40 mg/kg dalam dosis tunggal, atau 15-30 mg/kg dalam 2-3
dosis terbagi selama 7 hari. Dosis maksimal: 2 gram/dosis

Efek samping :

Beberapa efek samping metronidazole adalah:

 Sensasi panas, perih, atau menyengat


 Kebas atau kesemutan pada tangan atau kaki

 Batuk

 Hidung tersumbat

 Sakit tenggorokan

 Gejala demaml

 Terasa logam pada mulut Anda

Segera cari bantuan darurat jika Anda mengalami reaksi alergi setelah menggunakan
obat ini. Beberapa tanda dan gejala paling umum dari reaksi alergi obat seperti:

 Gatal-gatal
 Kesulitan bernapas
 Bengkak pada wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan

4. Azythromycin
Azythromycin adalah obat antibiotik golongan makrolida (termasuk juga
eritromisin) yang bekerja melawan bakteri. Menurut penelitian tahun 2017,
azitromisin umum digunakan untuk mengatasi diare wisatawan (Traveller’s Diarrhea)
yang disebabkan oleh bakteri Campylobacter jejuni. Penelitian tersebut mengamati
kasus diare yang dialami oleh sejumlah wisatawan di Thailand, yang telah diminta
minum obat azitromisin. Hasilnya, gejala diare mereka membaik dalam 72 jam setelah
minum obat dengan dosis resep dokter. 

Mekanisme kerja :

Azithromycin adalah derivat dari erythromycin yang lebih poten. Azithromycin


bekerja dengan cara mengikat sub unit 50s dari ribosom bakteri sehingga menghambat
translasi mRNA. Dengan demikian sistesis protein akan terganggu sehingga
pertumbuhan bakteri akan terhambat. Peristiwa ini bersifat bakteriostatis (yaitu
antibiotik yang bekerja menghambat pertumbuhan atau multiplikasi bakteri), namun
dalam konsentrasi tinggi hal ini dapat bersifat bakteriosidal(yaitu antibiotik yang bersifat
destruktif terhadap bakteri). Macrolide biasanya menumpuk pada leukosit dan akan
dihantarkan ke tempat terjadinya infeksi.

Dosis lzim :
Azithromycin biasanya diberikan dengan dosis : dewasa dan anak diatas 16 thn
termasuk usia lanjut, infeksi saluran nafas dan infeksi kulit dan struktur kulit tidak
terkomplikasi dengan 500 mg sehari sebagai dosis tunggal pada hari pertama, kemudian
dilanjutkan 250 mg sehari pada hari kedua sampai hari kelima. 
Efek samping :
efek samping yang biasanya muncul saat mengkonsumsi obat azithromycin :
 Mual, muntah
 Rasa tidak nyaman di perut
 Kembung
 Diare
 Penurunan nafsu makan
 Gangguan pendengaran
 Gangguan ginjal akut
 Gangguan fungsi hati
 Pusing/vertigo
 Kejang
 Sakit kepala
Jika salah satu efek samping seperti yang telah disebutkan diatas menetap dan
berlangsung secara lama atau bertambah parah disertai gejala berat lain seperti
pada denyut jantung tidak teratur, pusing berat kesulitan bernafas, sesak, dan pingsan.
Segera konsultasikan ke dokter atau pergi ke rumah sakit terdekat.

5. Ciprofloxacin 
Ciprofloxacin adalah antibiotik golongan fluoroquinolone. Antibiotik ini berguna
untuk mengatasi bakteri Campylobacter jejuni dan Salmonella enteritidis penyebab
diare. Masih dalam penelitian yang sama seperti di atas, ciprofloxacin dianggap mampu
menjadi obat antibiotik untuk diare dan akan diberikan apabila efek obat lini pertama
seperti cotrimoxazole dan cefixime tidak ampuh. Terlebih, pemberian obat ciprofloxacin
secara oral (diminum) diyakini akan lebih cepat diserap dengan baik oleh saluran cerna.
Namun, pemberian obat ini hanya berlaku pada area atau daerah yang tidak memiliki
kasus resistensi antibiotik fluoroquinolone.

Mekanisme kerja :
bekerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri. Antibiotik tidak akan
bekerja menyembuhkan infeksi virus (seperti pilek, flu). Penggunaan antibiotik apapun
yang tidak perlu atau berlebihan dapat mengurangi efektivitasnya.
Dosis lazim :

Dosis ciprofloxacin untuk infeksi kandung kemih

Infeksi saluran kemih parah karena bakteri E coli:


Umur 1-18 tahun:
 Melalui infus: gunakan 6-10 mg/kg/IV setiap 8 jam (dosis maksimal: 400
mg/dosis)
 Melalui mulut atau diminum sebanuak10-20 mg/kg setiap 12 jam (dosis
maksimal: 750 mg/dosis)

Efek samping :
Efek samping ciprofloxacin yang serius adalah:
 Pusing, pingsan, detak jantung cepat atau tidak teratur.
 Sendi mendadak nyeri, terdengar suara menderak atau meletus, memar,
bengkak, rasa nyeri, kekakuan, atau kehilangan kemampuan bergerak pada sendi
mana pun.
 Diare berair atau berdarah.
 Kebingungan, berhalusinasi, depresi, berpikir atau bertindak lain dari biasanya.
 Sakit kepala, telinga berdenging, pusing, mual, gangguan penglihatan, sakit di
belakang mata.
 Kulit pucat atau menguning, urin berwarna gelap, demam, lemas.
 Lebih jarang atau sama sekali tidak buang air kecil.
 Mudah memar atau berdarah.
 Mati rasa, kesemutan, atau sakit tidak wajar di bagian tubuh mana pun.
 Gejala awal ruam, seringan apa pun.
 Reaksi alergi parah – demam, sakit tenggorokan, bengkak pada wajah atau lidah,
mata terasa terbakar, sakit pada kulit, diikuti dengan ruam merah atau ungu
yang menyebar (terutama ke wajah atau tubuh bagian atas) dan kulit melepuh
dan mengelupas.

Ciprofloxacin juga dapat menyebabkan efek samping yang lebih ringan, mungkin
termasuk:
 Mual, muntah.
 Pusing atau mengantuk.
 Penglihatan buram.
 Merasa gugup, cemas, atau mudah marah.
 Gangguan tidur (insomnia atau bermimpi buruk).
2. Jelaskan mekanisme kerja, dosis lazim dan efek sampingdari masing-maing obat dibawah ini:

a. Loperamide
Mekanisme kerja :
Loperamide adalah obat untuk mengobati diare mendadak. Cara kerjanya
adalah dengan memperlambat gerak usus dan membuat feses menjadi lebih padat.
Imodium adalah salah satu merek obat loperamide yang paling dikenal.
Loperamide juga digunakan untuk mengurangi jumlah cairan yang keluar pada pasien
yang dilakukan ileostomi, dan untuk mengobati diare pada orang dengan penyakit
radang usus.
Loperamide hanya digunakan untuk mengobati gejala, namun tidak bisa
menyembuhkan penyebab diare (misalnya infeksi). Terapi gejala lain dan penyebab
diare harus ditentukan oleh dokter. Loperamide tidak boleh diminum oleh pada kurang
dari 6 tahun kecuali bila dianjurkan oleh dokter. Obat ini juga tidak boleh digunakan
pada bayi kurang dari 24 bulan.

Dosis lazim :
Dosis loperamide untuk diare akut :
loperamide tablet, kapsul, dan liquid: Dosis awal 4 mg secara oral setelah BAB
pertama. Dosis tumatan: 2 mg setiap setelah BAB, tidak lebih dari 16 mg dalam 24 jam.
Perbaikan klinis biasanya terjadi dalam 48 jam.

Dosis loperamide untuk diare kronis :


Tablet, kapsul, dan liquid: Dosis awal 4 mg secara oral sekali diikuti dengan 2 mg
secara oral setiap setelah BAB, tidak lebih dari 16 mg dalam 24 jam. Dosis rumatan rata-
rata yaitu 4-8 mg. Perbaikan klinis biasanya terjadi dalam 10 hari. jika tidak ada
perbaikan klinis pada dosis maksimal 16 mg selama 10 hari, gejala cenderung tidak
dapat dikontrol dengan pemberian lebih lanjut.

Efek samping :
Efek samping loperamide (Imodium) yang cukup umum terjadi adalah:
 Pusing
 Mengantuk, rasa lelah
 Sembelit
 Nyeri perut ringan
 Ruam kulit atau gatal ringan
Berhenti menggunakan loperamide dan hubungi dokter jika Anda mengalami efek
samping serius berikut ini:
 Nyeri perut atau kembung
 Diare terus menerus atau memburuk
 Diare air atau berdarah
 Reaksi kulit berat – demam, sakit tenggorokan, bengkak pada wajah atau lidah,
rasa terbakar pada mata, nyeri kulit, diikuti ruam merah atau ungu yang
menyebar (khususnya pada wajah atau tubuh bagian atas) dan menyebabkan
lepuhan dan mengelupas

b. Attapulgite
Nama dagang : molagit
Mekanisme kerja :

Molagit merupakan obat diare yang bekerja dengan cara menyerap bakteri,


virus, dan zat racun yang menjadi penyebab diare. Kegunaan lain obat ini adalah
membantu mengurangi intensitas buang air besar dan memperbaiki konsistensi feses
yang encer.
Molagit mengandung 700 mg Attapulgite dan 50 mg pectin. Kandungan obat-
obatan tersebut memiliki fungsi tersendiri untuk pengobatan simtomatik pada penyakit
diare. Adapun fungsi Attapulgite dan Pectin adalah :

Attapulgite : merupakan obat diare yang bekerja dengan cara memperlambat aktivitas
usu besar, sehingga usus lebih bnayak menyerap air dan membuat feses menjadi lebih
padat. Selain itu, obat ini juga dapat membantu mengurangi rasa mulas atau kram perut
akibat diare.

Pectin : merupakan senyawa polisakarida kompleks yang terdapat dalam dinding sel
tumbuhan dan biasanya dapat ditemukan pada buah dan sayuran. Dalam
bidang kesehatan, pektin bermanfaat sebagai obat penyakit diare.

Dosis lazim :
Dosis yang tepat sesuai dengan rekomendasi dari dokter setelah
mempertimbangkan beberapa kondisi kesehatan, usia, berat badan dan sebagainya.
Adapun dosis obat ini yang sering direkomendasikan antara lain:
 Untuk pasien dewasa, dosis yang dianjurkan adalah 2 tablet tiap habis buang air
besar dengan dosis maksimum 12 tablet sehari (24 jam).
 Untuk pasien anak-anak (6 -12 tahun), dosis yang dianjurkan adalah 1 tablet tiap
habis buang air besar dengan dosis maksimum 6 tablet sehari (24 jam).
Efek samping :
Sebagaimana obat-obatan lainnya, molagit juga memliki beberapa efek samping.
Efek samping molagit yang umum terjadi adalah konstipasi. Dan tidak menutup
kemungkinan terjadi efek samping lain berupa perut kembung, sakit perut, dan mual.

c. Lacto bacylus (Lacto-B)


Sediaan pada Lacto-B mengandung mikroorganisme Lactobacillus acidophilus,
Bifidobacterium lingun, Streptococcus thermophillus, vitamin C, vitamin B1, vitamin B2,
vitamin B6, Niacin, dan Protein.
Mekanisme kerja :
Ketidakseimbangan antara mikroorganisme baik dan buruk dapat menyebabkan
permasalahan kesehatan. Lacto-B bekerja dengan cara membantu mengkoreksi ketidak
seimbangan antara mikroorganisme baik dan buruk agar fungsi tubuh kembali normal.
Kandungan Lactobacillus dan Bifidobacterium dalam kandungan Lacto-B membantu
memecah makanan yang masuk dalam usus, menyerap nutrien, dan melawan bakteri
buruk penyebab penyakit.

Dosis lazim :
Untuk mengobati diare dan mencegah intoleransi laktosa, dosis pemberian Lacto-B pada
anak usia 1 – 6 tahun adalah 3 sachet per hari, sedangkan pada anak dibawah usia 1
tahun dosisnya adalah 2 sachet per hari.

Efek samping :
Lacto-B umumnya dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh dan dinilai aman
untuk digunakan. Akan tetapi pada beberapa hari setelah pemakaian pertama, mungkin
merasakan rasa tidak nyaman pada perut termasuk perut kembung dan frekuensi buang
gas yang meningkat.
TERIMAKASIH IBU 

Anda mungkin juga menyukai