Disusun Oleh :
Rawis Eirene Christi (18340120)
Gilbert Keith Ferdy (18340141)
Alfiah (ketik sendiri)
Kelas : A
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya,
sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Teknologi Sediaan Farmasi dengan judul
“Sediaan Suspensi Oral” dengan tepat waktu.
Makalah ini berisi tentang cara pembuatan Suspensi Oral yang baik meliputi Metode,
stabilitas, dan evaluasi sediaan suspensi oral.
Selanjutnya penyusun mengucapkan terimakasih kepada ibu Dra. Nurul Akhatik.,
M.Si. sebagai dosen Teknologi Sediaan Farmasi yang telah membimbing kami agar dapat
memahami dan mengerti tentang mata kuliah Teknologi Sediaan Farmasi.
Saran dan kritik sangat penyusun harapkan untuk perbaikan maupun pengembangan
sehingga makalah ini dapat bermanfaat. Amin
Tim penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beberapa bentuk sediaan obat yang umumnya dipakai dalam pembuatan obat,
setiap bentuk sediaaan memiliki fungsi dan kegunaannya masing-masing sesuai
dengan kebutuhan dan untuk apa obat tersebut dipakai. Salah satu bentuk sediaan dari
obat yang sering dijumpai dan sering digunakan adalah suspensi.
Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat yang tidak
larut tetapi terdispersi dalam fase cair. Partikel yang tidak larut tersebut dimaksudkan
secara fisiologi dapat diabsorpsi yang digunakan sebagai obat dalam atau untuk
pemakaian luar denagn tujuan penyalutan. Sediaan dalam bentuk suspensi juga
ditujukan untuk pemakaian oral dengan kata lain pemberian yang dilakukan melalui
mulut. Sediaan dalam bentuk suspensi diterima baik oleh para konsumen dikarenakan
penampilan baik itu dari segi warna atupun bentuk wadahnya. Pada prinsipnya zat
yang terdispersi pada suspensi haruslah halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila
digojog perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Selain larutan,
suspensi juga mengandung zat tambahan (bila perlu) yang digunakan untuk menjamin
stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah digojog
dan dituang.
Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat
yang terbagi secara halus (dikenal sebagai suspensoid) disebarkan secara merata
dalam pembawa dimana obat menunjukkan kelarutan yang sangat minimum.
Beberapa suspensi diperdagangan tersedia dalam bentuk siap pakai, telah
disebarkan dalam cairan pembawa dengan atau tanpa penstabil dan bahan tambahan
farmasetik lainnya.
Selain itu pembuatan suspensi ini didasarkan pada pasien yang sukar
menerima tablet atau kapsul, terutama bagi anak-anak dan lansia, dapat menutupi rasa
obat yang tidak enak atau pahit yang sering kita jumpai pada bentuk sediaan tablet,
dan obat dalam bentuk sediaan suspensi lebih mudah diabsorpsi daripada tablet/kapsul
dikarenakan luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat.
Oleh karena itu dibuatlah sediaan suspensi. Pembuatan suspensi ini pula didasarkan
pada pengembangan sediaaan cair yang lebih banyak diminati oleh masyarakat luas.
Tetapi dalam pembuatan suspensi juga memerlukan ketelitian dalam proses
pembuatan sehingga kestabilannya dapat terjaga.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah
cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari partikel.
Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.
Penggunaan dalam bentuk suspensi bila dibandingkan dengan larutan
sangatlah efisien sebab suspensi dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak
stabil dalam air.
Kekurangan suspensi sebagai bentuk sediaan adalah pada saat penyimpanan,
memungkinkan terjadinya perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi, deflokulasi)
terutama jika terjadi fluktuasi atau perubahan temperatur.
Sasaran utama didalam merancang sediaan berbentuk suspensi adalah untuk
memperlambat kecepatan sedimentasi dan mengupayakan agar partikel yang telah
tersedimentasi dapat disuspensi dengan baik.
Jadi, alasan pembuatan suspensi yaitu untuk membuat sediaan obat dalam
bentuk cair dengan menggunakan zat aktif yang tidak dapat larut dalam air tetapi
hanya terdispersi secara merata. Dengan kata lain, bahan-bahan obat yang tidak dapat
larut dapat dibuat dalam bentuk suspensi.
Dengan demikian sangatlah penting bagi kita sebagai tenaga farmasis untuk
mengetahui dan mempelajari pembuatan sediaan dalam bentuk suspensi yang sesuai
dengan persyaratan suspensi yang ideal ataupun stabil agar selanjutnya dapat
diterapakan pada pelayanan kefarmasian dalam kehidupan masyarakat.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pembuatan suspensi ini diantaranya adalah :
Mengetahui cara pembuatan suspensi yang baik
Mengevaluasi sediaan suspensi
2. Suspensi flokulasi
a. Ikatan antar partikel terdispersi lemah
b. Partikel dispersi mengendap secara perlahan
c. Partikel dispersi susah terdispersi kembali
d. Partikel dispersi membentuk cacking yang keras
Syarat-syarat suspensi adalah sebagai berikut :
Menurut FI edisi III adalah :
Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
Jika dikocok harus segera terdispersi kembali
Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspensi
Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok atau sedia
dituang
Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari
suspensi tetap agak konstan untuk jangka penyimpanan yang lama
Menurut FI edisi IV adalah :
Suspensi tidak boleh di injeksikan secara intravena dan intratekal
Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan untuk cara tertentu harus
mengandung anti mikroba
Suspensi harus dikocok sebalum digunakan.
e. NaCl (Natrium klorida) (FI IV hal. 584, Martindale 28 hal. 635, Excipient
hal. 440)
Rumus molekul : NaCl
Bobot molekul : 58,44
Pemerian : Kristal tidak berbau tidak berwarna atau serbuk kristal putih,
tiap 1g setara dengan 17,1 mmol NaCl. 2,54g NaCl ekivalen dengan 1 g
Na
Kelarutan : 1 bagian larut dalam 3 bagian air, 10 bagian gliserol
Sterilisasi : Autoklaf atau filtrasi (Martindale 28 hal: 635)
Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan. Larutan stabil dapat menyebabkan
pengguratan partikel dari tipe gelas
pH : 4,5 –7(DI 2003 hal 1415) 6,7-7,3 ( Excipient hal 672)
OTT : logam Ag, Hg, Fe
E NaCl : 1 (Sprowls hal 189)
Kesetaraan E elektrolit : 1 g ≈ 17,1 mEq
Konsentrasi/dosis : lebih dari 0,9% (Excipient hal 440). Injeksi IV 3-5%
dalam 100ml selama 1 jam (DI 2003 hal 1415). Injeksi NaCl mengandung
2,5-4 mEq/ml. Na+ dalam plasma = 135-145 mEq/L ( steril dosage form
hal 251 )
Khasiat/kegunaan : Pengganti ion Na+, Cl- dalam tubuh
Efek samping : Keracunan NaCl disebabkan oleh induksi yang gagal dapat
menyebabkan hipernatremia yang memicu terjadinya trombosit dan
hemorrage. Efek samping yang sering terjadi nausea, mual, diare, kram
usus, haus, menurunkan salivasi dan lakrimasi, berkeringat, demam,
hipertensi, takikardi, gagal ginjal, sakit kepala, lemas, kejang, koma dan
kematian.
Kontraindikasi : Untuk pasien penyakit hati perifer udem atau pulmonali
udem, kelainan fungsi ginjal.
Farmakologi : berfungsi untuk mengatur distribusi air, cairan dan
keseimbangan elektrolit dan tekanan osmotik cairan tubuh.
Alat Bahan
1. Mortir 12. Kertas perkamen 1. Sorbitol
2. Stamper 13. Spatula logam 2. Propilen glikol
3. Cawan porselin 14. Sudip 3. Sakarin
4. Batang pengaduk 15. Piknometer 4. Asam sitrat
5. Gelas kimia 16. Tabung sentrifuge 5. NaCl
6. Spiritus 17. Pipet tetes 6. Tragakan
7. Kaki tiga 18. Kertas lakmus 7. Nipagin
8. Botol 600 ml 19. pH universal 8. Nipasol
9. Botol 100 ml 20. Kertas saring 9. Aquadest
10. Gelas ukur 100 ml 21. Corong
11. Neraca analitik
3.2 Tahap Produksi
Campur:
Taburkan,
Kalibrasi Tuangkan air biarkan
botol 600 ml panas sebanyak mengembang
20 kali berat
tragakan
kedalam
lumpang
Gerus, lalu
Ad aquades Kemas,
tuangkan
sampai 600 ml beri etiket
kedalam botol
& label
BAB IV
PEMBAHASAN
Anief, Moh . 1997 . Ilmu Meracik Obat . Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas
Press