Anda di halaman 1dari 46

1

LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
APOTEK AZIZAH FARMA
GELOMBANG 2, TANGGAL 03 APRIL 2023 S.D 15 APRIL 2023

Oleh :

Hafizah Fauziah (202002027)

Wahyuni Arifin (202002107)

PROGRAM STUDI DII FARMASI

INSTITUT ILMU KESEHATAN PELAMONIA

MAKASSAR

2023
2

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
APOTEK AZIZAH FARMA
GELOMBANG 2 TANGGAL 03 APRIL S.D 16 APRIL 2023

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing lahan dan
pembimbing institusi sebagai bukti pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
di Apotek Azizah Farma pada tanggal 03 April s.d 16 April 2023.

Makassar, 13 April 2023

Menyetujui

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

Wahyudi A.Md.,Farm Apt. Dedy Ma’ruf S.Farm

Mengetahui
Kaprodi DIII Farmasi
Institut Ilmu Kesehatan Pelamonia

Apt. Desi Reski Fajar, S.Farm., M.Farm


NIDN. 0925119102

KATA PENGANTAR
3

Segala Puji bagi Allah SWT atas berkat, rahmat dan hidayahnya,
sehingga penulis dapat menyusun Laporan Kerja Lapangan diajukan
sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Farmasi.
Penulis pun menyadari bahwa Laporan Kerja Lapangan ini sangat jauh
dari kata sempurna akibat keterbatasan dari penulis. Maka dari itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun demi menyempurnakan Laporan Kerja Lapangan ini.
Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan
Laporan Kerja Lapangan ini, Laporan ini tidak dapat diselesaikan tanpa
adanya dukungan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak apt. Dedy Ma’ruf S.Farm Selaku Pembimbing Institusi
Pelamonia
2. Bapak Lendri M.Si.,S.St.,Pi Selaku Pemilik Sarana Apotek Azizah
Farma
3. Ibu Dr. A. Arni Rifai Sp. A, M. Kes. Selaku Dokter Spesialis Anak
Apotek Azizah Farma
4. Ibu apt. Rima Magfira S. Si Selaku Apoteker Apotek Azizah Farma
5. Ibu Fitri S.Keb Selaku Bidan Apotek Azizah Farma.
6. Kak Wahyudi A.Md.Farm dan Kak Izzahtun Nahda A.Md.Farm Selaku
Tenaga Teknis Kefarmasian.
Semoga Allah SWT membalas amal baik kita semua dan
semoga Laporan Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi banyak
orang. Aamiin Ya Robbal Aalamin.

Makassar, 15 April 2023


4

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN……...………..………………………………………..i
KATA PENGANTAR……...……………..
………………………………………..ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1

B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan Di Apotek...........................................2

C. Manfaat Praktek Kerja Lapangan Di Apotek.........................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4

A. Pengertian Apotek................................................................................4

B. Peraturan dan Perundang – Undangan Tentang Apotek......................5

C. Tugas dan Fungsi Apotek.....................................................................6

D. Persyaratan Pendirian Apotek..............................................................6

E. Struktur, Tugas Pokok dan Fungsi Apotek..........................................11

F. Persyaratan Kelengapan Apotek........................................................12

G. Pengelolaan Apotek............................................................................12

H. Deskripsi Resep, Copy Resep, dan Obat............................................16

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN PKL........................................................29

A. Deskripsi Umum Apotek Azizah Farma...............................................29

B. Deskripsi Kegiatan Praktik..................................................................29

BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................32

BAB V PENUTUP...............................................................................................35

A. Kesimpulan.........................................................................................35

B. Saran..................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................36
5

LAMPIRAN.........................................................................................................38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan kegiatan kurikuler
yang dilakukan oleh mahasiswa sesuai dengan dilakukan oleh
mahasiswa sesuai dengan tuntutan kurikulum sebagai penerapan
teori yang telah diperoleh agar mahasiswa memperoleh
pengalaman lapangan yang sesuai khususnya dalam bidang
farmasi (Lestari, 2006).
Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum
yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,
sebagaimana di maksudkan dalam pembukaan UUD 1945 melalui
pembangunan Nasional yang berkesinambungan. Pembangunan
Kesehatan sebagai bagian dari pembangunan Nasional bertujuan
untuk mempertinggi derajat Kesehatan termasuk keadaan gizi
masyarakat dan penyediaan obat-obatan di apotek dalam rangka
peningkatan kualitas dan taraf hidup serta kecerdasan dan
kesejahteraan pada umumnya (Menkes, 2002).
Apotek merupakan salah satu tempat praktek yang berkaitan
erat dengan kegiatan dan pelayanan kefarmasian. Di apotek
masyarakat bisa mendapatkan pelayanan yang berhubungan
dengan obat-obatan, selain itu juga diharapkan dapat melakukan
pengobatan sendiri yaitu melalui obat-obat bebas atau tanpa resep
dokter. Keberadaannya sangat menunjang bagi kelangsungan
Kesehatan pasien. Pelayanan yang dilakukan di apotek antara lain
adalah pengelolaan obat yaitu perencanaan pembelian obat,
6

pengadaan, pembelian, pelayanan dan penyerahan obat kepada


pasien serta pelaporan dan administrasi (Menkes, 2017).
Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan Kesehatan yang
memiliki peranan penting dalam meningkatkan kesehatan
masyarakat, harus mampu menjalankan fungsinya dalam
memberikan pelayanan kefarmasian dengan baik, yang
berorientasi langsung dalam proses penggunaan obat pada pasien.
Selain itu menyediakan dan menyalurkan obat serta perbekalan
farmasi, apotek juga merupakan sarana penyampaian informasi
menhgenai obat atau persediaan farmasi secara baik dan tepat,
sehingga dapat tercapai peningkatan Kesehatan masyarakat yang
optimal dan mendukung penyelenggaraan pembangunan
Kesehatan (Menkes, 2006).
Praktek kerja lapangan sangat memberi manfaat dan
berperan bagi mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan teoritis
yang didapat selama mengenyam Pendidikan di Akademi Farmasi.
Kegiatan praktek ini sebagai penjabaran disiplin ilmu yang erat
kaitannya dengan kefarmasian di apotek sehingga setiap bagian
dari kegiatan praktek kerja lapangan tersebut berguna bagi
mahasiswa Akademi Farmasi dan memberikan pengalaman dalam
mengetahui dan memahami tugas sebagai Ahli Madya Farmasi di
Apotek.
B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan di Apotek
Azizah Farma bertujuan untuk:
1. Membekali calon Ahli Madya Farmasi berupa wawasan
pengetahuan, pengalaman, Teknik operasional kegiatan farmasi
di apotek yang meliputo manajerial, sosiologi, pelayanan
Kesehatan, serta komunikasi, informasi, edukasi sehingga
diharapkan dapat memahami peran Ahli Madya Farmasi di
apotek.
7

2. Mengetahui strategi pengadaan, pengelolaan obat, dan


pelayanan pembekalan farmasi.
3. Menghetahui pelaksanaan pelayanan farmasi khususnya
konsultasi dan konseling di Apotek Azizah Farma.

C. Manfaat Praktek Kerja Lapangan


Adapun manfaat dari PKL ini bagi mahasiswa yaitu :
1. Untuk mengetahui dunia usaha yang sesungguhnya
2. Dapat meningkatkan sikap profesional pada dunia usaha
3. Dapat meningkatkan daya kreasi dan produktifitas mahasiswa
dalam memasuki dunia usaha yang sesungguhnya
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Apotek
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor : 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
992/MenKes/PER/X/1993 yang dimaksud dengan apotek
adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan
Kesehatan lainnya kepada masyarakat (Kemenkes RI, 2002).
Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Adapun
pelayanan kefarmasian merupakan pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi yang bertujuan hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien. Dalam pelayanan
farmasi terdapat standar pelayanan dimana merupakan tolak
ukur yang digunakan sebagai pedoman bagi tenaga
kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.
Pengaturan standar dalam pelayanan kefarmasian di apotek
juga bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kefarmasian, melindungi masyarakat dan pasien dari
penggunaan obat yang tidak rasional dalam keselamatan
pasien, serta menjamin kepastian hukum bagi tenaga teknik
kefarmasian. Terdapat standar pelayanan kefarmasian di
apotek yaitu pelayanan farmasi klinik dan pengelolaan sedian
9

farmasi, alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.


(MenKes RI, 2014).

B. Peraturan Perundang - Undangan Tentang Apotek


Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan Kesehatan
masyarakat yang diatur dalam :
a. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73
Tahun 2016 tentang Standar Kefarmasian di Apotek.
b. Undang – undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997
tentang Psikotropika.
c. Undang – undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009
tentang Narkotika.
d. Undang – undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2009
tentang Kesehatan.
e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 Tahun
1980 tentang Perubahan atas PP No. 26 tahun 1965
tentang Apotek.
f. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian.
g. Peraturan Menteri Kesehatan No.
922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata
Cara Pemberian Izin Apotek.
h. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
889/MenKes/PER/V/2001 tentang Register , Izin Praktek,
dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
i. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
10

922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata


Cara Pemberian Izin Apotek.
j. Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 tahun 2017 tentang
Apotek berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 9
tahun 2017 pengaturan apotek ini bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di apotek,
memberikan perlindungan pasien dan masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kefarmasian di apotek dan
menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dalam
memberikan pelayanan kefarmasian di apotek (Panduan
PKL Kefarmasian Pelamonia).
C. Tugas dan Fungsi Apotek
Berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009, tugas dan fungsi
apotek adalah:
a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
b. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian
c. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan
mendstribusikan sediaan farmasi, antara lain obat, bahan
obat, obat tradisional dan kosmetika.
d. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional.
(Peraturan Perundang-undangan, 2009).
D. Persyaratan pendirian Apotek
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.
922/MENKES/PER/X/1993 pasal 6:
11

a. Untuk mendapatkan izin Apotek, apoteker atau apoteker


yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah
memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat,
perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan
lainnya yang merupakan milik sendiri atau pihak lain.
b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama
dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan
farmasi.
c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi
lainnya diluar sediaan farmasi (Permenkes, 1993).
Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan
No.1332/MenKes/SK/X/2002 pasal 4:
a. Izin Apotek diberikan oleh Menteri
b. Menteri Melimpahkan wewenang pemberian izin apotek
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kota.
c. Kepala Dinas Kesehatan Kabupatenn/ kota wajib
melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin,
pencairan izin dan pencabutan izin apotek sekali setahun
kepada Menteri dan tebusan disampaikan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi (Permenkes, 2002).
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemohon agar
dapat memperoleh surat izin pendirian apotek.
1. Surat Permohonan Izin Usaha Pendirian Apotek
2. Surat Perjanjian Akta Notaris Apoteker dengan PSA
(Pemilik Sarana Apoteker)
3. Surat Pernyataan Apoteker tidak Terlibat UU
kKefarmasian bermaterai 10000
4. Surat Penugasan
5. Surat Sumpah
6. Ijazah Apoteker
12

7. Surat Pernyataan Apoteker Tidak Bisa Bekerja di


Apotek Lain Bermaterai 10000
8. Fotocopy KTP Permohonan
9. Ijazah Asisten Apoteker
10. Surat Penugasan Asisten Apoteker
11. Surat Pernyataan Asisten Apoteker bekerja Full Time
di Apotek tersebut bermaterai 10000.
12. Surat Pernyataan Asisten Apoteker Tidak Bekerja di
Apotek lain bermaterai 10000
13. KTP Asisten Apoteker
14. SITU (Surat Izin Tempat Usaha)
15. Daftar Ketenagaan
16. Pas Foto Ukuran 4x6 sebanyak 3 lembar.
Tata cara mengurus izin Apotek berdasarkan
Kepmenkes No.1332/Menkes/SK/X/2002 yaitu:
a. Yang berwenang memberi Izin SIA : Kadinkes
Kabupaten/Kota
Surat Izin Apotek atau SIA adalah surat izin yang
diberikan oleh Menteri kepada Apoteker atau
apoteker bekerja sama dengan pemilik sarana
untuk menyelenggarakan Apotek di suatu tempat
tertentu.
b. Yang berhak memperoleh izin : Apoteker
Apoteker adalah Sarjana farmasi yang telah lulus
dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker,
mereka yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku berhak melakukan
pekerjaan farmasi di Indonesia sebagai Apoteker.
Mekanisme pengajuan Pendirian Apotek :
a. Mengajukan berkas permohonan di loker
pelayanan
13

b. Pemeriksaan berkas (lengkap)


c. Survey ke lapangan (apabila perlu)
d. Penetapan SKRD
e. Proses Izin
f. Pembayaran di kasir
g. Penyerahan Izin Pendirian Apotek.

Ketentuan Pemberian Izin

a. Permohonan Izin Apotek diajukan kepada


Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
b. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
selambat-lambatnya 6 hari kerja setelah
menerima permohonan dapat meminta
bantuan kepada Kepala Balai POM untuk
melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan
Apotek untuk melakukan kegiatan.
c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau
Kepala Balai POL sel selambatnya 6 hari
kerja setelah permintaan bantuan dari
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
melaporkan pemeriksaan setempat.
d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dengan ayat (2) dan (3) tidak
dilaksanakan. Apoteker pemohon dapat
membuat surat pernyataan siap melakukan
kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat.
e. Dalam jangka waktu 12 hari kerja setelah
diterima laporan hasil pemeriksaan
sebagaimana dimaksud ayat (3), atau
pernyataan dimaksud ayat (4) Kepala Dinas
14

Kesehatan Kabupaten/Kota setempat


mengeluarkan Surat Izin Apotek.
f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala
Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum
memenuhi syarat Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12
hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan.
g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (6), Apoteker diberi
kesempatan untuk melengkapi persyaratan
yang belum dipenuhi selambat-lambatnya
dalam jangka waktu 1 bulan sejak tanggal
Surat Penundaan. (Permenkes, 2002).
Prosedur dan administrasi pemberian
izin apotek (Hartono, 2018) :
Apoteker mengajukan surat permohonan
SIA kepada Kepala Dinas Kesehatan
(Kadinkes) Kabupaten/Kota setempat,
dengan lampiran :
a. Fotocopy SP (Surat Pesanan) / Surat
Izin Kerja Apoteker
b. Fotocopy denah bangunan dan
keterangan kondisi bangunan
c. Surat keterangan status bangunan (hak
milik atau sewa)
d. Daftar tenaga Kesehatan (Asisten
Apoteker)
e. Daftar alat perlengkapan Apotek (Alat
pengelahan racikan, alat perlengkapan
farmasi/lemari, dan buku-buku standart)
15

f. Surat pernyataan tidak bekerja


diperusahaan farmasi lain atau tidak
menjadi APA (Asisten Pendamping
Apoteker) di Apotek lain
g. Surat izin atasan (untuk pegawai negeri
dan ABRI)
h. Akte perjanjian kerja sama dengan
Pemilik Sarana Apotek (PSA)
i. Surat keterangan PSA tidak terlibat
pelanggaran peraturan perundang –
undangan di bidang obat.
j. Apotek kemudian akan diberikan Surat
Izin Apotek (SIA) yang merupakan izin
untuk penyelenggaraan apotik di suatu
tempat tertentu.
Izin Apotek berlaku untuk seterusnya
selama apotek yang bersangkutan masih
aktif melakukan kegiatan dan Apoteker
Pengelolah Apotek dapat melaksanakan
pekerjaannya dan masih memenuhi
persyaratan. Untuk memperoleh izin apotek
tidak dipungut biaya dalam bentuk apapun (
Peraturan Menteri Kesehatan No
922/MENKES/PER/X/1993 pasal 2).
16

E. Struktur, Tugas Pokok dan Fungsi Apotik

PSA (Pemilik Sarana Apotek)

LENDRI M.Si.,S.St.,Pi

Dokter Spesialis Anak


Dr. A. ARNI RIFAI Sp.A,M.Kes

APA (Apoteker Pengelola Apotek)


Apt. RIMA MAGFIRAH S.Si

TTK TTK

Wahyudi A.Md.Farm Izzahtun Nahda A.Md.Farm

F. Persyaratan Kelengkapan Apotek

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia No. 9 tahun 2017 tentang apotek Pasal 9.
Mengenai:
1. Peralatan Apotek meliputi semua peralatan yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian.
2. Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain
meliputi rak obat, alat peracikan, bahan pengemas obat,
lemari pendingin, meja, kursi, komputer, sistem pencatatan
17

mutasi obat, formulir catatan pengobatan pasien dan


peralatan lain sesuai dengan kebutuhan.
3. Formulir catatan pengobatan pasien sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) merupakan catatan mengenai riwayat
penggunaan Sediaan Farmasi dan/atau Alat Kesehatan atas
permintaan tenaga medis dan catatan pelayanan apoteker
yang diberikan kepada pasien (Permenkes, 2017).
G. Pengelolaan Apotek

Pengelolaan Perbekalan Farmasi menurut Peraturan


Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai dilakukan sesuai ketentuan
peraturan perundang- undangan yang berlaku meliputi
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan
(Permenkes, 2016).
1. Perencanaan

Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan


Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan
kemampuan masyarakat.
2. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka
pengadaan Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin
kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu
penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan
18

dengan kondisi fisik yang diterima.


4. Penyimpanan
a. Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli
dari pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat dimana
isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah
terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang
jelas pada wadah baru. Wadah sekurang- kurangnya
memuat nama Obat, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa.

b. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada


kondisi yang sesuai sehingga terjamin keamanan dan
stabilitasnya.

c. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk


penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan
kontaminasi

d. Sistem penyimpanan dilakukan dengan


memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi Obat
serta disusun secara alfabetis.

e. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First


Expire First Out) dimana metode ini merupakan
pengelohan barang dengan cara mengeluarkan atau
memanfaatkan barang yang memiliki masa kadaluarsa
paling dekat terlebih dahulu dan FIFO (First In First Out)
dimana metode ini merupakan salah satu metode
menajemen persediaan dengan cara memakai stok
barang di Gudang sesuai dengan waktu masuknya.
5. Pemusnahan dan penarikan
a. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai
dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat
kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau
19

psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh


Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
b. Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika
dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga
kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat
izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan menggunakan Formulir 1 sebagaimana
terlampir.
c. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima)
tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan
oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya
petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara
Pemusnahan Resep menggunakan Formulir 2
sebagaimana terlampir dan selanjutnya dilaporkan kepada
dinas kesehatan kabupaten/kota.
d. Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus
dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
e. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi
standard/ketentuan peraturan perundang-undangan
dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah
penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan
inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall)
dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
f. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh
Menteri.
6. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis
20

dan jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan,


melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan,
penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan,
kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian
pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan
menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau
elektronik. Kartu stok sekurang- kurangnya memuat nama
Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah
pengeluaran dan sisa persediaan.
7. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan


Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur),
penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk
penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan
kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal.
Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan
untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan,
barang dan laporan lainnya.
Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang
dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, meliputi pelaporan
narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya. Petunjuk
teknis mengenai pencatatan dan pelaporan akan diatur
lebih lanjut oleh Direktur Jenderal.
H. Deskripsi resep, Copy Resep dan Obat
1. Deskripsi Resep
Pengertian resep berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia nomor
21

1027/MENKES/SK/IX/2004, resep adalah permintaan tertulis


dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan perundangan yang berlaku (Permenkes, 2004).
Bagian-Bagian resep yang baik harus ditulis lengkap
dan jelas supaya dapat dilayani secara tepat dan relatif
cepat. Selain itu, agar proses pengobatan dapat berhasil
maka resepnya harus baik dan benar (Lestari dkk.,2002).
Resep harus dituliskan dengan lengkap, supaya dapat
memenuhi syarat untuk dibuatkan obatnya di apotek. Resep
yang lengkap terdiri atas 4 bagian yaitu :
a. Penulisan (Inscriptio)
1) Nama dan alamat dokter serta nomor surat ijin praktek,
dan dapat pula dilengkapi dengan nomor telepon, jam
dan hari praktek.
2) Nama kota serta tanggal resep itu ditulis oleh dokter.
3) Tanda R/, singkatan dari recipie berarti harap diambil.
b. Resep (prescriptio)
Nama setiap jenis atau bahkan obat yang diberikan
serta jumlahnya. Jenis atau bahan obat dalam resep
terdiri dari :
1) Remedium cardinale atau obat pokok yang mutlak
harus ada, obat pokok ini dapat berupa bahan tunggal,
tetapi juga dapat terdiri dari beberapa bahan
2) Remedium adjuvants yaitu bahan yang membantu kerja
obat pokok. Adjuvants tidak mutlak perlu ada dalam tiap
resep
3) Corrigens, hanya diperlukan untuk memperbaiki
rasa,warna atau bau obat (corrigens saporis, coloris,
dan odoris)
22

4) Constituens atau vehikulum, sering kali perlu terutama


kalau resep berupa komposisi dokter sendiri dan bukan
obat jadi misalnya constituens obat minum umumnya
air.
c. Petunjuk Penggunaan Obat (Signatura)
1) Aturan pemakaian obat umumnya ditulis dengan singkatan
bahasa latin. Aturan pakai ditandai denga signa, biasa
disingkat “S”.
2) Nama penderita dibelakang kata Pro: merupakan
identifikasi penderita, dan sebaiknya dilengkapi dengan
alamatnya yang akan memudahkan penelusuran bila terjadi
sesuatu dengan obat pada penderita. Jika penderita
seorang anak, maka harus dituliskan umurnya, sehingga
apoteker dapat mencek apakah dosis yang diberikan sudah
cocok untuk anak umur sekian. Penulisan nama penderita
tanpa umur pada resep, dapat dianggap resep itu
diperuntukkan bagi orang dewasa, dicantumkan dibelakang
Pro: Tuan/Nyonya atau Bapak/Ibu diikuti nama penderita.
d. Tanda Tangan (Subscriptio)
Tanda tangan atau paraf dari dokter/ dokter gigi/ dokter
hewan yang menuliskan resep tersebut yang menjadikan
suatu resep itu otentik. Resep obat suntik dari golongan
narkotika harus dibubuhi tanda tangan lengkap oleh
dokter/dokter gigi/dokter hewan yang menulis resep dan tidak
cukup dengan paraf saja (Joenoes, 2007). Masing-masing
bagian dari resep tersebut mempunyai fungsi penting,
sehingga jika resep tidak lengkap akan mengganggu
kelancaran penyediaan obat (Lestari dkk.,2002).
2. Deskripsi Copy Resep

Copy resep atau turunan resep adalah salinan resep


yang dibuat oleh Apoteker atau apotek. Istilah lain dari copy
23

resep adalah apograph, exemplum, afschrtif. Apabila


Apoteker Pengelola Apotek (APA) berhalangan melakukan
tugasnya, penandatanganan atau pencantuman paraf pada
salinan resep yang dimaksud atas dilakukan oleh Apoteker
Pendamping atau Apoteker Pengganti dengan
mencantumkan nama terang dan status yang bersangkutan.
Salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter
penulis atau yang merawat penderita-penderita sendiri dan
petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang
menurut perundang-undangan yang berlaku (Anief, M.,
1996).
Copy resep atau salinan resep selain memuat semua
keterangan yang termuat dalam resep asli, copi resep juga
harus memuat hal-hal berikut:
a. Nama dan alamat apotek
b. Nama dan nomor SIK apoteker pengelola apotek
c. Tandatangan atau paraf apoteker
d. Tanda det (detur) untuk obat yang sudah diserahkan, dan
atau tanda nedet (ne detur) untuk obat yang belum
diserahkan
e. Nomor resep dan tanggal pembuatan copy resep atau
resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis
resep, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan,
atau petugas lain yang berwenang menurut peraturan
perundangundangan yang berlaku.
3. Deskripsi Obat
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang
digunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam maupun
bagian luar guna mencegah, meringankan, maupun
menyembuhkan manusia. Menurut undang-undang, yang
dimaksud dengan obat adalah suatu bahan atau campuran
24

bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam


menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada
manusia atau hewan termasuk memperelok tubuh atau
bagian tubuh manusia (Syamsuni, 2006).

Selain pengertian obat secara umum di atas, ada juga


pengertian obat secara khusus. Berikut ini beberapa
pengertian obat secara khusus :
a. Obat jadi adalah obat dalam keadaan murni atau
campuran dalam bentuk salep, cairan, supositoria,
kapsul, pil, tablet, serbuk atau bentuk lainnya yang
secara teknis sesuai dengan FI atau buku resmi lain
yang ditetapkan pemerintah.
b. Obat paten adalah obat jadi dengan nama dagang yang
terdaftar atas nama pembuat yang telah diberi kuasa dan
obat itu dijual dalam kemasan asli dari perusahaan yang
memproduksinya.
c. Obat baru adalah obat yang berisi zat (berkhasiat/tidak
berkhasiat), seperti pembantu, pelarut, pengisi, lapisan
atau komponen lain yang belum dikenal sehingga tidak
diketahui khasiat dan kegunaannya.
d. Obat asli adalah obat yang diperoleh langsung dari
bahan-bahan alamiah, diolah secara sederhana
berdasarkan pengalaman dan digunakan dalam
pengobatan tradisional.
e. Obat tradisional adalah obat yang didapat dari bahan
alam, diolah secara sederhana berdasarkan pengalaman
dan digunakan dalam pengobatan tradisional.
f. Obat esensial adalah obat yang paling banyak
25

dibutuhkan untuk layanan kesehatan masyarakat dan


tercantum dalam daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)
yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI.
g. Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang
ditetapkan dalam FI untuk zat berkhasiat yang
dikandungnya.
(Syamsuni, 2006).
Pemerintah menetapkan beberapa peraturan mengenai
“Tanda” untuk membedakan jenis-jenis obat yang beredar di
wilayah Republik Indonesia agar pengelolaan obat menjadi
mudah. Beberapa peraturan tersebut antara lain yaitu:
a. UU No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika
b. UU RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika
c. Kepmenkes RI No. 2396/A/SK/VIII/86 tentang Tanda
Khusus Obat Keras Daftar G
d. Kepmenkes RI No. 347/Menkes/SK/VIII/90 tentang Obat
Wajib Apotek
e. Kepmenkes RI No. 2380/A/SK/VI/83 tentang Tanda
Khusus Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas.
f. Permenkes RI No.688/Menkes/Per/VII/1997 tentang
Peredaran Psikotropika.
Berdasarkan ketentuan peraturan tersebut, maka obat
dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu:
a. Obat Bebas

Obat tanpa peringatan, yang dapat diperoleh tanpa


resep dokter disebut obat bebas. Tandanya berupa
lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi hitam.
Contoh obat bebas adalah Panadol®, Promag®, dan
Diatab®
26

Penandaan Obat Bebas

b. Obat Bebas Terbatas

Obat dengan peringatan, yang dapat diperoleh


tanpa resep dokter disebut obat bebas terbatas.
Tandanya berupa lingkaran bulat berwarna biru dengan
garis tepi hitam. Komposisi obat bebas terbatas
merupakan obat keras sehingga dalam wadah atau
kemasan perlu dicantumkan tanda peringatan (P1-P6).
Tanda peringatan tersebut berwarna hitam dengan
ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm (disesuaikan
dengan warna kemasannya) dan diberi tulisan peringatan
penggunaannya dengan huruf berwarna putih.

Penandaan Obat Bebas Terbatas

Tanda-tanda peringatan ini sesuai dengan golongan


obatnya yaitu:
Penandaan untuk P No. 1 sampai P No.6
1) P No. 1
Penandaan :
27

Contoh obat : procold, komix, OBH, Decolgen,


Ultraflu, dan Fatigon.
2) P No. 2

Penandaan :

Contoh obat : Oral-B, Betadine gargle, Betadine


gargle, Listerin dan Minosep
3) P No. 3

Penandaan :

Contoh obat : Insto, kalpanax, Canesten krim, dan


Fosen enema

4) P No. 4

Penandaan :

Contoh obat : Decoderm, Neoidoine, Sigaret Atsma

5) P No. 5
28

Penandaan :

Contoh obat : Bufacort dan bufacetin, Dulcolax


Suppositoria

6) P No. 6

Penandaan :

Contoh obat : Anusol Suppositoria.

c. Obat Keras Daftar G

Obat-obat yang mempunyai khasiat mengobati,


menguatkan, mendesinfeksi, dan lain-lain, pada tubuh
manusia, baik dalam bungkusan atau tidak yang
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan disebut obat keras.
Tanda khusus obat keras yaitu lingkaran merah dengan
garis tepi hitam dan huruf K di dalamnya yang ditulis
pada etiket dan bungkus luar.

Obat keras merupakan obat yang hanya bisa


didapatkan dengan resep dokter dan dapat diulang tanpa
29

resep baru bila dokter menyatakan pada resepnya “boleh


diulang“. Obat-obat golongan ini antara lain obat jantung,
obat diabetes, hormon, antibiotika, beberapa obat ulkus
lambung, semua obat suntik,dan psikotropika (Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 02396/A/SK/ lll/86, 1986).

d. Psikotropika

Zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan


narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku
disebut psikotropika. Penggolongan dari psikotropika
berdasarkan Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang
Psikotropika adalah:
1) Psikotropika golongan I adalah Psikotropika yang
hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan.
Contoh: etisiklidina, tenosiklidina, metilendioksi, dan
metilamfetamin (MDMA).
2) Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang
berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam
terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan.
Contoh: amfetamin, deksamfetamin, metamfetamin,
dan fensiklidin.
3) Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang
berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
30

mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma


ketergantungan. Contoh: amobarbital, pentobarbital,
siklobarbital.
e. Narkotika

Obat narkotika adalah obat yang berasal dari


tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi
sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan nyeri dan menimbulkan
ketergantungan. Narkotika digolongkan menjadi 3
golongan :
1) Obat narkotika golongan I

Hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu


pengetahuan dan dilarang digunakan untuk
kepentingan lainnya.
Contoh: Tanaman: Papaver somniferum L. (semua
bag. termsk buah & jerami kec. bijinya), Erythroxylon
coca; Cannabis sp. Zat/senyawa : Heroin
2) Obat narkotika golongan II

Dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan


kesehatan dan atau pengembangan ilmu
pengetahuan. Distribusi diatur oleh pemerintah.
Contoh: Morfin dan garam- gramnya Petidin
3) Obat narkotika golongan III

Dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan


kesehatan dan atau pengembangan ilmu
31

pengetahuan. Distribusi diatur oeh pemerintah.


Contoh : Codein
Obat narkotika ini dapat diperoleh di apotik, harus
dengan resep dokter Penggolongan Narkotika, dan
Narkotika golongan I, II, III (UU No. 35 thn 2009)
f. Jamu

Jamu merupakan bahan obat alam yang sediannya


masih berupa simplisia sederhana, seperti irisan rimpang,
daun atau akar kering. Sedang khasiatnya dan
keamanannya baru terbukti setelah secara empiris
berdasarkan pengalaman turun-temurun.

Contoh jamu: tolak angina, komix, beras kencur. Berikut


penandaan untuk jamu.

g. Obat Herbal Terstandar (OHT)

Obat Herbal Terstandar adalah suatu sediaan yang


sudah berbentuk ekstrak dengan bahan dan proses
pembuatan yang terstandarisasi. Herbal terstandar juga
harus melewati uji praklinis seperti uji toksisitas, kisaran
dosis, farmakologi, dan teratogenik. Contoh Obat Herbal
Terstandar: diapet, mastin, kapsul lelap, kiranti pegal linu,
histimuno. Berikut penandaan untuk Obat Herbal
Terstandar
32

h. Fitofarmaka

Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang


telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah
dengan uji praklinis dan uji klinis bahan baku serta produk
jadinya telah di standarisir. Contoh fitofarmaka : stimuno,
nodiar, rheumaneer.
1) sediaan oral

a) Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari satu


macam obat atau lebih atau bahan inert lainnya
yang dimasukan ke dalam cangkang kapsul
gelatin keras atau lunak yang dapat larut.
b) tablet adalah sediaan padat yang mengandung
bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
c) puyer adalah campuran kering bahan obat atau
zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk
pemakaian oral.
d) Sirup adalah larutan oral yang mengandung
sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi (sirup
simpleks adalah sirup yang hampir jenuh dengan
sukrosa).

e) Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan


manis dimaksudkan untuk penggunaan vital, dan
biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan
mengandung etanol 90
33

% yang berfungi sebagai kosolven.


f) Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung
partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam
fase cair.
g) Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu
cairannya terdispersi dalam cairan lain dalam
bentuk tetesan kecil.
2) sediaan luar (topikal)

a) Pasta adalah sediaan setengah padat yang


mengandung satu atau lebih bahan obat yang
ditujukan untuk pemakaian topical.
b) krim adalah bentuk sediaan setengah padat,
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut
atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.

BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN PKL
A. Deskripsi Umum Apotek Azizah Farma
Apotek Azizah Farma didirikan pada tanggal 22 September
2022. Dimana asal nama “Azizah” dari apotek ini yaitu nama
dari anak pemilik apotek. Pada tahun itu juga Apotek Azizah
Farma memulai kerja sama dengan Dokter spesialis. Selain itu
masyarakat juga bisa memeriksakan kadar kolesterol, gula
darah, dan tekanan darah dan masyarakat juga bisa konseling.
34

Apotek Azizah Farma buka selama 14 jam perharinya yaitu


dari pukul 08.00-22.00 WITA.
Bangunan apotek terdapat3 lantai dan terdapat 2 ruangan.
Pada ruangan pertama terdapat ruang tunggu pasien tempat
penjualan obat Over The Counter (OTC), obat herbal, alat
kesehatan, tempat kasir, tempat memeriksa kesehatan seeprti
pemeriksaan tekanan darah, kolesterol, gula darah dan tempat
untuk konseling. Sedangkan pada ruangan kedua yaitu tempat
praktek Dokter Spesialis Anak dan dilantai 2 dan 3 masih
kosong. Personalia di Apotek Azizah Farma terdiri dari 5 orang
yaitu terdiri dari 1 orang PSA (Pemilik Sarana Apotek), 1 Dokter
Spesialis Anak, 1 Apoteker, dan 2 orang Tenaga Teknis
Kefarmasian.
B. Deskripsi Kegiatan Praktik
Adapun deskripsi kegiatan praktik yang dilakukan selama
di apotek Azizah Farma yaitu :
1. Mengecek Expired Date Obat
Obat yang telah melewati masa kadaluwarsa dapat
berbahaya apabila dikonsumsi, hal ini akibat berkurangnya
stabilitas obat maka dapat menghasilkan efek toksik. Oleh
karena itu dilakukan pengecekan terhadap obat yang ada
dan kemudian jika terdapat obat yang telah melewati masa
kadaluwarsa selanjutnya di pisahkan.
2. Memeriksa Stok Obat
Dalam pemeriksaan stok obat ini kami mengecek obat
yang kurang di lemari obat kemudian diambil stok obatnya di
lemari stok obat dan melakukan penyusunan secara rapi.
Obat yang kurang dan tidak ada di lemari stok obat dicatat
dibuku defekta agar kemudian dilakukan pemesanan.
3. Melayani pembeli
35

Melayani pembeli dalam hal ini adalah membatu


Apoteker dalam mengambil obat dan juga memberi etiket
obat lalu menyerahkan obat kepada pasien serta
memberikan Pemberian Informasi Obat (PIO) yang dilakukan
oleh Apoteker di apotek Azizah Farma.
4. Mencatat obat dan alat kesehatan yang terjual
Pencatatan obat dilakukan secara manual apabila obat
terjual kemudian dilakukan pencatatan. Pencatatan
keuangan meliputi adminitrasi untuk uang masuk, uang
keluar dicatat dibuku harian penjualan. Tujuan
dilakukannnya pencatatan ini adalah sebagai data transaksi
5. Menerima barang dari Pedagang Besar Farmasi (PBF)
Penerimaan barang pesanan di Apotek Azizah Farma
dilakukan untuk menjamin kesesuaian yang tertera dalam
Faktur dengan kondisi fisik yang diterima. Penerimaan
barang harus dilakukan dengan mengecek kesesuain barang
yang datang dengan faktur dan SP. Kesesuain meliputi :
nama barang, jumlah barang, satuan, harga, diskon, dan
nama PBF serta mengecek masa kadaluarsanya. Faktur di
periksa tanggal pesan dan tanggal jatuh temponya, lalu di
tanda tangani dan di cap oleh Apoteker atau Tenaga Teknis
Kefarmasian.
6. Penyimpanan obat
Setelah perbekalan farmasi diterima dilakukan
perhitungan harga dengan memperhatikan laba apotek.
Harga obat dihitung dari faktur setelah PPN ditambahkan 10
% sebagai keuntungan apotek. Harga dicantumkan dalam
kemasan obat. Setelah dilakukan pemberian harga dilakukan
penyimpanan perbekalan farmasi. Penyimpanan obat
setelah proses penerimaan dilakukan di Apotek Azizah
Farma adalah sebagai berikut:
36

a. Obat/bahan obat disimpan dalam wadah asli dari pabrik


(box obat).
b. Semua obat obat harus disimpan pada kondisi yang
sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
c. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan
bentuk sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara
alfabetis, dengan memperhatikan LASA (Look Alike
Sound Alike).
d. Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire
First Out) dan FIFO (First In First Out)
BAB IV
PEMBAHASAN
Apotek Azizah Farma merupakan apotek yang pertama kali
berdiri di kelurahan Kassi – kassi . Apotek ini dibuat karena pemilik
Apotek Azizah Farma kedepannya akan membuat Apotek Azizah
Farma dengan bisnis Franchise atau bisnis waralaba merupakan
sebuah metode membuka bisnis dengan nama, merek dagang
hingga produk dan bahan dari bisnis yang sudah ada.
Kegiatan PKL di Apotek Azizah Farma dilaksanakan selama 2
minggu, mulai dari tanggal 03 April hingga 15 April 2023. Peserta
PKL dibagi menjadi 2 shift dimana shift pagi dimulai pada pukul
08.30-13.30 WITA dan shift siang dimulai pada pukul 12.00-17.00
WITA
Tujuan dilaksanakannya Praktek Kerja Lapangan (PKL) di
apotek Azizah Farma yaitu untuk memperkenalkan mahasiswa
pada dunia usaha, menumbuh dan meningkatkan sikap profesional
yang diperlukan mahasiswa untuk memasuki dunia usaha,
meningkatkan daya kreasi dan produktifitas terhadap mahasiswa
sebagai persiapan dalam menghadapi atau memasuki dunia usaha
yang sesunggunya, meluaskan wawasan dan pandangan
mahasiswa terhadap jenis-jenis pekerjaan dilakukan di apotek
khususnya apotek Azizah Farma.
Pada hari pertama terlebih dahulu diberikan pembekalan
terkait apotek Azizah Farma serta arahan dari pembimbing lahan
seperti mempelajari obat-obat dan kondisi serta situasi yang ada di
apotek Azizah Farma. Dan hari berikutnya dilakukan pengecekan
expired date dan juga stok obat yang kosong, mahasiswa juga
diajarkan bagaimana melayani pasien terkhusus jika ada pasien
yang melakukan swamedikasi. Dalam melayani pasien tersebut
peserta Praktek Kerja Lapangan (PKL) membantu Apoteker atau
Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) dalam mengambil obat lalu

37
menyerahkan obat kepada pasien. Dan untuk Pemberian Informasi
Obat (PIO), Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi
khusus, rute dan metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi,
terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu
hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas,
ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain
yang dilakukan oleh Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian
(TTK) diapotek OK Farma setelah menyerahkan obat kemudian
dilakukan pencatatan dibuku harian penjualan sebagai data
transaksi.
Apoteker di Apotek juga dapat melayani Obat non Resep atau
pelayanan swamedikasi. Apoteker harus memberikan edukasi
kepada pasien yang memerlukan Obat non Resep untuk penyakit
ringan dengan memilihkan Obat bebas atau bebas terbatas yang
sesuai. Selain itu juga dapat melayani konseling. Konseling
merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien atau
keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku
dalam penggunaan Obat dan menyelesaikan masalah yang
dihadapi pasien.
Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan three
prime questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah,
perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief Model. Dengan
kriteria pasien yang sesuai menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Apotek,
Pada saat ada pengantar barang dari Pedagang Besar
Farmasi (PBF) mahasiswa diberikan kesempatan untuk menerima
barang serta diajari untuk melakukan skrining faktur, dengan
mengecek kesesuain barang yang datang dengan faktur dan SP.
Kesesuain meliputi : nama barang, jumlah barang, satuan, harga,

38
diskon, dan nama PBF serta mengecek masa kadaluarsanya.
Faktur diperiksa tanggal pesan dan tanggal jatuh temponya, lalu di
tanda tangani dan di cap oleh Apoteker atau Tenaga Teknis
Kefarmasian. Salinan faktur dikumpulkan setiap hari lalu dicatat
sebagai data arsip faktur.
Setelah obat diterima dilakukan perhitungan harga dengan
memperhatikan laba apotek. Harga obat dihitung dari faktur setelah
PPN ditambahkan sebagai keuntungan apotek. Harga dicantumkan
dalam kemasan obat. Setelah dilakukan pemberian harga dilakukan
penyimpanan. penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan
bentuk sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis
pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out).
Sistem FEFO (First Expired First Out) adalah penyimpanan barang
dimana barang yang mendekati tanggal kadaluarsanya diletakkan
didepan sehingga akan dikeluarkan lebih dulu dari yang lainnya,
sedangkan barang yang tanggal kadaluarsanya masih lama
diletakkan dibelakang, demikian seterusnya. Sistem ini digunakan
agar perputaran barang di apotek dapat terpantau dengan baik
sehingga meminimalkan banyaknya obat-obat yang mendekati
tanggal kadaluarsanya berada di apotek.
Praktek kerja lapangan sangat memberi manfaat dan
berperan bagi mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan
teoritis yang didapat selama mengenyam pendidikan di Institut
Ilmu Kesehatan Pelamonia Makassar. Kegiatan praktek ini
sebagai penjabaran disiplin ilmu yang erat kaitannya dengan
kefarmasian sehingga mahasiswa diharapkan terampil dalam
bidang kefarmasian di apotek sehingga setiap bagian dari
kegiatan praktek kerja lapangan tersebut berguna bagi mahasiswa
dan memberikan pengalaman dalam mengetahui dan memahami
tugas sebagai Tenaga Teknis Kefarmasian di Apotek.

39
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan Praktek
Kerja Lapangan di Apotek Azizah Farma yaitu :
1. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini sangat
bermanfaat bagi kami karena dapat menambah
keterampilan, pengetahuan dan wawasan untuk calon
Tenaga Teknis Kefarmasian.
2. Keberadaan Apotek Azizah Farma ini sangat
membantu masyarakat dalam melakukan pelayanan
kesehatan karena terdapat di tempat yang strategis.
B. Saran
Sebaiknya Apotek Azizah Farma menyediakan lebih
banyak stock obat sehingga memudahkan masyarakat
terdekat untuk membeli obat Apotek Azizah Farma.

40
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 1996. Penggolongan Obat berdasarkan Khasiat dan


Penggunaannya,Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta

Departemen Kesehatan RI. 2009. Undang-Undang Republik


Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Peraturan


PemerintahRepublik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian.Departemen Kesehatan
Republik Indonesia;Jakarta

Depkes RI. 2004. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.


Keputusan Menteri Kesehatan Nomor.
1027/Menkes/SK/IX/2004.

DepKes RI. 1986. Keputusan Menteri Kesehatan


RepublikIndonesia No. 02396/A/SK/VIII/86 tentang Tanda
KhususObat Keras Daftar G, Jakarta.

DepKes RI. 1997. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang


Psikotropika, Bab I, pasal I, ayat 1.

Hartono, 2018 Menajemen Apotek. Jakarta : Depo Informasi Obat.

Joenoes, 2007 . Ilmu Resep, Jakarta: Pengelola Penerbitan Buku –


buku SMF/SMKF.

Kemenkes RI . 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 tentang standar
pelayanan kefarmasan di apotek. Jakarta: Kemenkes RI

Kemenkes RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik

41
Indonesia Nomor 9 Tahun 2017 tentang apotek. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang
Ketentuan dan Pemberian Izin Apotek. Jakarta.

Lestari, dkk 2002, Pelaksanaan Pelayanan Informasi Obat di


Sepuluh Besar Apotek di Kabupaten Bantul, Skripsi,
Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta.

Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi, EGC;


Jakarta.

42
LAMPIRAN

Gambar 1 Gambar 2
Tempat penyimpanan obat sirup Tempat penyimpanan obat paten

Gambar 3 Gambar 4
Tempat penyimpanan obat Tempat penyimpanan ALKES
generik

43
Gambar 5 Gambar 6
Tempat penyimpanan Obat Tempat penyimpanan obat
Bebas Terbatas, minyak gosok, bebas terbatas dan madu
dan balsem

Gambar 7 Gambar 8

44
Tempat Penyimpanan Obat dan Faktur
ALKES

Gambar 9 Gambar 10
Resep Obat Proses meracik obat

45
Gambar 11 Gambar12
Proses pemasukan obat racikan Obat sirup dan racikan

46

Anda mungkin juga menyukai