DISUSUN OLEH:
ANALISA
EKA RASMITA
MUHAMMAD MUHAJIR
MUTIA AUDINA
SITI LULU
NIM. 13.11.4101.48401.0.010
NIM. 13.11.4101.48401.0.023
NIM. 13.11.4101.48401.0.050
NIM. 13.11.4101.48401.0.051
NIM. 13.11.4101.48401.0.082
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) tentang
pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma.
Laporan Praktik Kerja Lapangan ini dikerjakan atas dasar setelah selesainya
kegiatan praktik kerja lapangan yang dilaksanakan penyusun selama 4 minggu,
dimulai dari tanggal 10 Agustus 2015 sampai tanggal 05 September 2015 di
Apotek Kimia Farma 188 Banjarmasin.
Penyelesaian Laporan Pengantar Praktik Kerja Lapangan ini tidak lepas dari
dukungan, bantuan dan doa dari orang tua, keluarga, rekan, dan teman-teman yang
telah mendukung dan meluangkan waktu untuk ikut berpartisipasi, oleh karena itu
pada kesempatan ini penyusun tidak lupa mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada:
1. Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt selaku Direktur dan dosen pembimbing
internal di Akademi Farmasi-ISFI Banjarmasin.
2. Drs. Herry Setyanto, Apt selaku Business Manager PT. Kimia Farma yang
telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melaksanakan kegiatan
PKL di Apotek Kimia Farma 188 Banjarmasin.
3. Fajar Muhaimin, S.Farm., Apt selaku Apoteker Apotek Kimia Farma 188
4.
5.
6.
7.
8.
yang baik dan bermanfaat sehingga dapat menjadi panduan dalam menghadapi
persaingan di lingkungan kerja yang semakin penuh tantangan di masa yang akan
datang. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
iii
vii
viii
ix
BAB I
PENDAHULUAN .......................................................................
10
10
11
12
13
BAB II
BAB III
Apotek ........................................................................
13
a. Perencanaan .........................................................
13
b. Pengadaan ............................................................
14
16
d. Penyimpanan ........................................................
16
19
a. Perencanaan .........................................................
19
b. Pengadaan ............................................................
19
20
d. Penyimpanan ........................................................
20
e. Pelaporan ..............................................................
22
22
24
PEMBAHASAN .........................................................................
27
27
28
30
32
35
35
PENUTUP ....................................................................................
37
37
38
39
LAMPIRAN ...................................................................................................
41
BAB IV
DAFTAR LAMPIRAN
55
LAMPIRAN 1 : Struktur
Organisasi
Apotek
Banjarmasin ....................................................................
42
43
44
45
46
47
48
48
49
50
50
51
52
52
53
53
54
DAFTAR GAMBAR
12
13
Banjarmasin ....................................................................
28
GAMBAR 3.2 : SOP Peracikan Obat di Apotek Kimia Farma 188 ..........
34
DAFTAR SINGKATAN
AA
: Asisten Apoteker
APA
BM
: Business Manager
BPOM
FEFO
FIFO
ISFI
KIS
LIFO
OTC
OWA
PBF
PKL
SP
: Surat Pesanan
SIA
SIK
SPG
TTK
UPDS
yang
disertai
dengan
pharmaceutical
care.
Sistem
1. Mendidik dan melatih mahasiswa calon Ahli Madya Farmasi agar lebih
kompeten di dunia kerja.
2. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan praktis mahasiswa calon
Ahli Madya Farmasi dalam menjalankan profesinya dengan penuh
amanah di unit pelayanan apotek.
3. Menjalin kerjasama dan komunikasi dengan apotek dalam bidang
pendidikan dan pelatihan.
1.2 Istilah Istilah
1. Alat Kesehatan
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 adalah instrumen,
aparatus, mesin, dan/ atau implan yang tidak mengandung obat yang
digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan
meringankan penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan
kesehatan
pada
manusia
dan/
atau
membentuk
struktur
dan
3. Apoteker
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 adalah sarjana
farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan
sumpah jabatan Apoteker.
4. Daluwarsa
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III Tahun 1979 adalah waktu yang
menunjukkan batas terakhir obat masih memenuhi syarat baku.
Daluwarsa dinyatakan dalam bulan dan tahun. Daluwarsa harus
dicantumkan pada etiket.
5. Emulsi
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV Tahun 1995 adalah sistem dua
fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain dalam
bentuk tetesan kecil.
6. Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi
diagnosis,
pencegahan,
penyembuhan,
pemulihan,
peleburan
sejumlah
perusahaan
farmasi
menjadi
PNF
11
(BM)
12
ASISTEN
APOTEKER
ASISTEN
APOTEKER
2) Berdasarkan Manajerial
Struktur organisasi apotek berdasarkan manajerial yaitu Apoteker
berperan sebagai Manajer yang bertanggung jawab untuk mengelola
Apotek, sedangkan Asisten Apoteker bertugas untuk mengelola
administrasi dan peracikan, serta swalayan farmasi yang dapat dikelola
oleh AA maupun non AA.
Manajer Apotek
Pelayanan
(Apoteker)
13
Swalayan Farmasi
(AA/ non AA)
Administrasi
Peracikan/
Pelayanan Farmasi
(AA)
dan
harga
dalam
rangka
pengadaan
dengan
tujuan
serta
menghindari
kekosongan
obat
(Hartini
dan
Sulasmono, 2012).
Perencanaan dan penentuan perbekalan farmasi yang akan dibeli
baik nama barang dan banyaknya berdasarkan buku defekta yang
berasal dari data penjualan bebas, bagian peracikan maupun kartu stok
yang ada digudang. Dokumen yang diperlukan adalah daftar
kebutuhan obat yang harus dibeli. Kemudian mencari dan menemukan
penyalur masing-masing obat yang dilengkapi nama, alamat, nomor
telepon penyalur, penentuan waktu dan frekuensi pembelian.
Mengadakan
perundingan
dengan
beberapa
penyalur
untuk
14
perencanaan
yang
terdaftar,
Modal terbatas
Stock Obat
15
Bentuk pembayaran.
Pengadaan sediaan farmasi di apotek dapat langsung dari pabrik
16
17
atau dapat
18
2.4.2
Psikotropika dan Narkotika
Perencanaan
Perencanaan merupakan kegiatan yang meliputi pemilihan jenis,
jumlah
dan
harga
dalam
rangka
pengadaan
dengan
tujuan
serta
menghindari
kekosongan
obat
(Hartini
dan
Sulasmono, 2012).
Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu
diperhatikan faktor-faktor antara lain pola penyakit, kemampuan
masyarakat dan budaya masyarakat sekitar lingkungan (Depkes RI,
b.
2007).
Pengadaan
Pengadaan
adalah
kegiatan
yang
meliputi
perencanaan
19
dari rangkap empat dan satu surat pesanan hanya dapat untuk
memesan satu jenis obat narkotika.
Tata cara pemesanan obat-obat psikotropika sama dengan
pemesanan obat lainnya yakni dengan surat pemesanan yang sudah
ditandatangani oleh APA yang dikirim ke pedagang besar farmasi
(PBF). Pemesanan psikotropika memerlukan surat pemesanan khusus
dan dapat dipesan apotek dari PBF atau pabrik obat. Satu lembar surat
pesanan psikotropika dapat terdiri lebih dari satu jenis obat
c.
psikotropika.
Penerimaan dan Pemeriksaan Barang
Penerimaan barang dilakukan setelah adanya surat pesanan
dikirim ke PBF dan PBF mengirimkan barang bersama faktur sesuai
dengan surat pesenan apotek. Barang yang diterima harus diperikasa
oleh Tenaga Teknis Kefarmasian atau petugas lain bila perlu
disaksikan oleh petugas pembelian dengan melakukan pemeriksaan:
1. Mencocokkan surat pengiriman barang, faktur, dengan surat
pemesanan barang.
2. Mencocokkan surat pengiriman barang dan faktur dengan barangbarang yang nyata-nyata dikirim, baik terhadap nama barang,
kemasan, jumlah serta pemeriksaan terhadap kadaluarsa (Rosita,
d.
dkk., 2013).
Penyimpanan
Penyimpanan psikotropika dan narkotika memerlukan perlakuan
khusus yaitu disimpan pada lemari khusus terpisah dengan obat
lainnya, yang bentuk dan ukuran lemarinya sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
Narkotika di apotek wajib disimpan secara khusus sesuai
ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dalam peraturan
perundang-undangan No. 28/Menkes/Per/I/1978 pasal 5 tentang Tata
Cara Penyimpanan Narkotika. Dalam peraturan tersebut, apotek harus
memiliki tempat khusus untuk penyimpanan narkotika. Sedangkan
pasal 6 peraturan Menteri Kesehatan RI No. 29/Menkes/Per/X/1978
dinyatakan bahwa:
20
Pelaporan
Laporan penggunaan psikotropika dan narkotika setiap bulannya
dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, Dinas Kesehatan
21
Provinsi, Badan POM Provinsi, dan untuk arsip apotek. Laporan harus
ditandatangani
oleh
Apoteker
Pengelola
Apotek
dengan
22
23
2.4.4
24
(medication record).
Pelayanan resep mengandung narkotika
a. Apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika,
walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian atau belum dilayani
sama sekali.
b. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum
dilayani sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi
salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang
menyimpan resep aslinya.
c. Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh
dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambah
tulisan iter pada resep-resep yang mengandung narkotika (Depkes
RI, 1976).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
28
1. Defecta, yaitu berdasarkan obat maupun barang yang telah atau hampir
habis ketersediaannya di apotek dan dilakukan 1 kali dalam seminggu
dan juga berdasarkan defecta cito. Data defecta dibuat oleh masingmasing TTK yang memiliki tanggung jawab pada setiap rak,
2. History / pareto, yaitu berdasarkan transaksi penjualan sebelumnya,
3. Iklan dan promosi, yaitu berdasarkan produk baru dan sedang gencar di
berbagai media,
4. Kejadian Luar Biasa (KLB), yaitu berdasarkan adanya kejadian luar
biasa, yang membuat obat banyak diperlukan, dan
5. Pola penyakit, yaitu berdasarkan penyakit yang sering terjadi pada
musim tertentu, hal ini juga dapat di lihat dari data-data yang sesuai,
contohnya data Upaya Pengobatan Diri Sendiri (UPDS) atau data Obat
Bebas (HV).
Setiap item obat yang ada di rak mempunyai kartu stok yang digunakan
untuk informasi sisa persediaan item obat tersebut. Kartu stok harus ditulis
setiap ada pengurangan ataupun penambahan obat sehingga dapat langsung
diketahui jumlah sisa obat dengan menuliskan tanggal, nomor resep, dan
jumlah obat yang diambil ataupun ditambahkan.
Selain memakai kartu stok, jumlah persediaan dapat dilihat di sistem
komputerisasi Kimia Farma yaitu KIS (Kimia Farma Informasi System).
Untuk barang bebas HV / OTC (Over The Counter) juga dapat dilihat di
KIS. Setelah mengetahui jumlah sisa persediaan maka akan dicatat di buku
3.2
29
STOK BARANG
FAKTUR
APOTEK
ANALISIS
OBAT DAN
JUMLAH
OBAT
YANG
DIBELI
PENGADAAN BM
BPBA
DROPING
GUDANG
SURAT
PESANAN
FAKTUR & BARANG
Gambar 3.1 Alur Pengadaan Obat Apotek Kimia Farma 188 Banjarmasin
PBF
30
31
1. Obat-obatan
yang
disimpan
khusus,
misalnya
seperti
sediaan
suppositoria, injeksi yang tidak stabil pada suhu ruangan, vaksin, dan
sebagainya harus disimpan di dalam kulkas.
2. Obat-obatan pareto A ditempatkan dalam rak tersendiri dan tersusun
berdasarkan abjad.
3. Obat-obatan narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus
yang terbuat dari kayu yang kuat, serta mempunyai kunci yang kuat dan
tersusun berdasarkan abjad.
4. Obat generik tersimpan pada rak tersendiri dan tersusun berdasarkan
abjad.
5. Obat-obat produksi PT. Kimia Farma diletakkan pada rak sendiri dan
tersusun berdasarkan abjad.
6. Sediaan sirup, salep, krim, lotion, aerosol, drop, dan vitamin tersimpan
pada rak khusus dan tersusun berdasarkan abjad.
7. Obat-obatan paten lainnya tersimpan berdasarkan abjad, dan ada yang
tersusun secara farmakologi, misalnya golongan Antibiotik, Antidiabetes,
Kolesterol, Hipertensi, Analgetik, Vitamin, dan lain-lain.
8. Obat untuk racikan diletakkan pada rak tersendiri dan tersusun
berdasarkan abjad.
9. Pada swalayan farmasi obat-obatan tersusun secara farmakologi.
Penyusunan obat menggunakan prinsip FIFO (first in first out) dan
FEFO (first expired first out), yaitu obat yang diterima lebih awal juga harus
digunakan lebih awal karena tanggal kadaluarsanya berbeda. Pengontrolan
untuk obat-obat yang terdapat di apotek yang mendekati expired date
dibedakan dengan menambahkan tanda menggunakan stiker berwarna
merah muda, jingga, hijau muda, dan hijau pada masing-masing kotak
obatnya, dimana warna-warna obat tersebut mewakili tahun expired date
dari obat didalamnya. Sedangkan untuk obat-obat atau multivitamin dengan
kategori slow moving sebelum masa expired date akan dicairkan dengan
cara diletakkan pada tempat yang mudah dilihat pasien dengan memberikan
diskon atau ditawarkan kepada Apotek Kimia Farma yang lain dimana obat
atau multivitamin tersebut bisa fast moving, sehingga dapat mencegah
terjadinya kehilangan modal yang dapat menimbulkan kerugian bagi apotek.
32
33
34
d) Nama, alamat umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien jika perlu.
e) Nama obat, potensi, dosis, jumlah obat yang diminta.
f) Cara pemakaiannya yang jelas.
g) Informasi lainnya.
2. Kesesuaian farmasetik, meliputi: bentuk sediaan, dosis, serta cara dan
lama pemberian.
3. Pertimbangan klinis, meliputi: adanya
Puyer
Kapsul
Kemas
Sirup
Beri etiket
Salep
35
38
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
1. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh Apoteker.
2. Perencanaan di Apotek Kimia Farma 188 menggunakan metode
kombinasi yaitu di lihat dari pola penyakit (epidemiologi) dan
penggunaan obat sebelumnya (konsumsi).
3. Pengadaan obat di Apotek Kimia Farma 188 dilakukan dengan metode
pengadaan langsung dan pengadaan yang bersumber dari konsinyasi
dengan cara terpusat di Business Manager (BM) berdasarkan permintaan
dari apotek.
4. Penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma 188 berdasarkan farmakologi,
alfabetis, golongan obat, bentuk sediaan dan obat-obat pareto serta FIFO
dan FEFO.
5. Penyimpanan obat psikotropika dan narkotika berdasarkan sediaan dan
alfabetis.
6. Pelayanan obat di Apotek Kimia Farma 188 terdiri dari beberapa macam
yaitu pelayanan obat bebas (swalayan), pelayanan obat tanpa resep
dokter (obat keras dan obat wajib dokter)/ UPDS , pelayanan obat dengan
resep dokter, dan pelayanan resep kredit yang bekerjasama dengan Kimia
Farma.
7. Pelayanan informasi obat yang dilakukan adalah dengan informasi sesuai
obat pasien yaitu waktu penggunaan obat, lama penggunaan obat, cara
penggunaan obat, khasiat atau kegunaan obat dan segala informasi obat
yang diperlukan.
8. Pelaporan untuk obat psikotropika dan narkotika setiap 1 bulan sekali
dibuat sebanyak 4 rangkap, yaitu 1 rangkap untuk Dinas Kesehatan Kota
Banjarmasin, 1 rangkap untuk Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Selatan, 1 rangkap untuk Badan Besar POM, dan 1 rangkap kepada
Business Manager PT. Kimia Farma, serta disimpan sebagai arsip apotek.
4.2 Saran
39
Obat
dan
Makanan
Republik
Indonesia
Nomor
40
284/MENKES, Jakarta
Departemen Kesehatan RI. 2009, Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2009, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2009, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan, Jakarta.
Joenoes, N.Z., 2009, Ars Prescribendi Resep Yang Rasional Jilid 1 Edisi 2,
Airlangga University Press, Surabaya
Hartini, Y.S., dan Sulasmono, 2012, Apotek Edisi Revisi, Penerbit Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
McKenzie, J.F., Pinger, R.R., Kotecki, J.E., 2003, Kesehatan Masyarakat Suatu
Pengantar Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Rizkia, R., 2013, Laporan Praktik Kerja Lapangan di Apotek Kimia Farma 383
Pinus Sultan Adam Banjarmasin, AKFAR ISFI, Banjarmasin.
Rosita, R., Widiyanto, R., Hamzah, A., Suswani, L., Hartoko, P., 2013,
Manajemen Farmasi Kelas XII, Pilar Utama Mandiri, Jakarta.
Surahman, E.M., 2011, Konsep Dasar Pelayanan Kefarmasian Berbasiskan
Pharmaceutical Care, Widya Padjadjaran, Bandung.
Syamsuni, H.A., 2006, Ilmu Resep, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Wulandari, E.E., 2013, Laporan Praktik Kerja Lapangan di Apotek Kimia Farma
188 Banjarmasin, AKFAR ISFI, Banjarmasin.
42
LAMPIRAN
43
Keterangan:
Warna Hijau : Pegawai Tetap
Warna Biru : Pegawai Tidak Tetap
Warna Coklat : Pegawai Honorer
44
Kasir
(pembayaran sesuai harga obat yang diambil)
Pemberian etiket
(Putih untuk obat dalam) dan Biru (untuk obat luar)
Pemeriksaan ulang
Nama obat, sediaan, etiket, no resep, nama pasien
45
46
47
48
49
50
51
52
Lampiran 13. Penyimpanan Obat Generik (Sediaan Tablet dan Salep) dan
Obat Paten Sediaan Tetes
53
Lampiran 14. Penyimpanan Obat Produksi PT. Kimia Farma dan Pareto A
Lampiran 15. Penyimpanan Obat Paten dan Obat Generik Sediaan Sirup
54
55
b.
Studi Kasus
Penyimpanan obat digudang Apotek Kimia Farma 188 Banjarmasin yang
tidak berdasarkan urutan abjad (alfabetis).
56
1. Latar Belakang
Bagi apotek, gudang memiliki peran penting dalam memberikan
layanan kesehatan bagi masyarakat. Gudang merupakan sarana pendukung
kegiatan kefarmasian, khususnya menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan
obat jadi yang siap untuk diberikan kepada pasien.
Pengelolaan penyimpanan dalam apotek merupakan salah satu bagian
dari sistem suplai obat, dimana gudang menjadi tempat pemberhentian
sementara barang sebelum dialirkan, dan berfungsi mendekatkan barang
kepada pemakai hingga menjamin kelancaran permintaan dan keamanan
persediaan.
Dalam
membentuk
efisiensi
pergudangan
perlu
diperhatikan
57
58
Bogadenta,
A.,
Yogyakarta.
2012,
Manajemen
Pengelolaan
Apotek,
D-Medika,