Disusun Oleh :
31181053
2020
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat dan hidayahnya, penyusun dapat menyelesaikan laporan ini di UPT
Puskesmas Pasirkaliki dari tanggal 01 Maret sampai 31 Maret 2021. Dalam
keterbatasan waktu sehingga laporan ini dapat diselesaikan dengan baik walaupun
mendapatkan kendala dalam penyusunan.
1. Bapak H.Mulyana, SH, M.Pd., MH.Kes. selaku Ketua Yayasan Adhi Gunan
Kencana.
2. Bapak Dr. apt. Entris Sutrisno, MH.Kes. Selaku Rektorat Universitas Bhakti
Kencana
3. Ibu Dr. apt. Patonah, M.Si. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Bhakti Kencana Bandung.
4. Ibu Ika apt. Kurnia, M.Si. Selaku Ketua Prodi D3 Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Bhakti Kencana.
5. Ibu apt. Sri Wahyuningsih M, S.Farm Selaku pembimbing dari Puskesmas
Pasirkaliki atas dukungan dan bimbingannya selama pelaksanaan Praktek
Kerja Lapangan di Puskesmas Pasirkaliki.
6. Bapak Dr. apt. Agus Sulaeman, M.Si. Selaku dosen pembimbing dari
Universitas Bhakti Kencana atas dukungan dan bimbingannya selama
pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di UPT Puskesmas Pasirkaliki.
7. Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping, Tenaga Teknis
Kefarmasian dan Staff UPT Puskesmas Pasirkaliki yang telah banyak
iii
memberikan bimbingan dan masukan selama pelaksanaan Praktek Kerja
Lapangan di UPT Puskesmas Pasirkaliki.
8. Keluarga khususnya kepada kedua Orang Tua yang selalu mendoakan,
memberi nasihat, semangat, dorongan dan motivasi moril maupun materi
selama kegiatan Praktek Kerja Lapangan dan penyusunan Laporan Praktek
Kerja Lapangan.
9. Teman-teman seperjuangan yang selalu bersama-sama belajar dan menggapai
cita-cita di Diploma III Universitas Bhakti Kencana.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penyusun, baik materi
maupun non-materi, menjadi pahala yang tercatat dan digandakan disisi Tuhan.
Penulis menyadari akan keterbatasannya dalam menyelesaikan penyusunan
laporan ini terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca atau pengguna untuk
memperbaiki kesalahan dan kekurangan di dalam laporan ini. Harapan penyusun
semoga laporan PKL ini bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi penyusun
dan pembaca.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.....................................................................................................................v
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
TINJAUAN UMUM.........................................................................................................3
TINJAUAN KHUSUS....................................................................................................29
v
3.2 Visi dan Misi....................................................................................................29
3.3 Wilayah Kerja.................................................................................................29
3.4 Tata Nilai UPT Puskesmas Pasirkaliki..........................................................30
3.5 Struktur Organisasi dan Data Ketenagaan...................................................30
3.6 Upaya Kesehatan............................................................................................31
3.7 Kegiatan UPT Puskesmas Pasirkaliki...........................................................32
3.8 Fasilitas UPT Puskesmas Pasirkaliki............................................................33
3.9 Tugas dan Tanggung Jawab Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) di
Puskesmas........................................................................................................34
3.10 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Medis Habis Pakai UPT Puskesmas
Pasirkaliki........................................................................................................34
3.10.1 Perencanaan............................................................................................34
3.10.3 Penerimaan.............................................................................................38
3.10.4 Penyimpanan..........................................................................................39
3.10.5 Pendistribusian.......................................................................................40
3.10.6 Pengendalian...........................................................................................41
3.10.7 Pemusnahan............................................................................................41
BAB IV............................................................................................................................46
TUGAS KHUSUS..........................................................................................................46
PENUTUP.......................................................................................................................52
5.1 Kesimpulan......................................................................................................52
vi
5.2 Saran................................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................53
LAMPIRAN...................................................................................................................54
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 3 RESEP...................................................................................................56
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1
02/RW 01, Kelurahan Pasirkaliki, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung 40171.
Jawa Barat. Mulai tanggal 01-30 Maret 2021.
Teknis pelaksanaan dilakukan secara online dan offline
1. Online : Melalui Google Meet
2. Offline : Dilakukan minimal 2 hari/mahasiswa
3. Hari pelaksanaan : Praktek kerja dijadwalkan selama 6 hari kerja
dalam seminggu dan satu hari libur (Senin-Sabtu Pukul 07.30 s/d 14.30).
2
BAB II
TINJAUAN UMUM
Dinas Kesehatan Kota Bandung adalah salah satu instansi pemerintah yang sudah
ada sejak jaman kependudukan Belanda. Pada tahun 1946 sampai dengan tahun
1949 Dinas Kesehatan disebut juga “Plaatselijke Heidsdients Bandung” yang
berkantor di Gemeente Bandung. Pimpinannya adalah Dr.Molte V.Kuhlewein
sebagai Ho/Oofd Gouvermentsart Hoofd V.D Plaatselijke Gezondheids Bandung.
Tahun 1950 Plaatselijke Gezondheids berubah menjadi Jawatan Kesehatan Kota
Besar Bandung. Adapun pejabat yang ditunjuk adalah dr.R Admiral Suratedja,
Kepala Kesehatan Kota Besar Bandung. Wilayahnya berturut-turut dr.R.Poerwo
Soewarjo kemudian dr.R.Sadikun.
Pada tahun 1950 Jawatan Kesehatan Kota Besar Bandung terdiri dari 10 balai
pengobatan kemudian pada tahun 1972 berkembang menjadi 4 pusat kesehatan
yang terdiri dari : 1 pusat kesehatan masyarakat, 18 balai kesehatan khusus
kemudian 18 balai kesehatan dan anak serta 6 klinik bersalin.
Pada tahun 1960 Kantor Pusat Dinas Kesehatan pindah kejalan Badak Singa
No.10 Bandung, menepati sebagian dari Kantor Penjernihan Air yang sekarang
3
merupakan Kantor Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sampai tanggal 9
Oktober 1965. Pada tanggal 9 Oktober 1965 pindah lagi ke jalan Supratman
No.73 Bandung sampai sekarang.
4
e. Bidang Pelayanan Kesehatan, yang membawahkan: Seksi Pelayanan
Kesehatan Primer dan Tradisional; Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan;
Seksi Mutu Pelayanan Kesehatan.
f. Bidang Sumber Daya Kesehatan, yang membawahkan: Seksi Farmasi dan
Alat Kesehatan; Seksi Jaminan, Pembiayaan dan Regulasi Kesehatan; Seksi
Sumber Daya Manusia Kesehatan,
g. UPT serta
h. Jabatan Pelaksana dan Kelompok Jabatan Fungsional.
5
2.1.5 Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Bandung
6
terwujudnya kecamatan sehat. Dalam Permenkes RI No.43 Tahun 2019
dinyatakan bahwa fungsi puskesmas dibagi menjadi 2 fungsi utama, yakni :
1. Penyelenggaraan UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) tingkat pertama di
wilayah kerjanya.
Dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan UKM tingkat pertama di
wilayah kerjanya, Puskesmas berwenang untuk :
a. Menyusun perencanaan kegiatan berdasarkan hasil analisis masalah
kesehatan masyarakat dan kebutuhan pelayanan yang diperlukan;
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan;
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerja sama dengan pimpinan wilayah dan sektor lain terkait;
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap institusi, jaringan pelayanan
Puskesmas dan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat;
f. Melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan kompetensi
sumber daya manusia Puskesmas;
g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;
h. Memberikan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada keluarga,
kelompok, dan masyarakat dengan mempertimbangkan faktor biologis,
psikologis, sosial, budaya, dan spiritual;
i. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan;
j. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat kepada
dinas kesehatan daerah kabupaten/kota, melaksanakan sistem
kewaspadaan dini, dan respon penanggulangan penyakit;
k. Melaksanakan kegiatan pendekatan keluarga; dan
l. Melakukan kolaborasi dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat
pertama dan rumah sakit di wilayah kerjanya, melalui pengoordinasian
sumber daya kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.
7
2. Penyelenggaraan UKP (Upaya Kesehatan Perorangan) tingkat pertama di
wilayah kerjanya.
Dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan UKP tingkat pertama di
wilayah kerjanya, Puskesmas berwenang untuk:
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan, bermutu, dan holistik yang mengintegrasikan faktor
biologis, psikologi, sosial, dan budaya dengan membina hubungan
dokter dengan pasien yang erat dan setara;
b. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif;
c. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berpusat pada individu,
berfokus pada keluarga, dan berorientasi pada kelompok dan
masyarakat;
d. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
kesehatan, keamanan, keselamatan pasien, petugas, pengunjung, dan
lingkungan kerja;
e. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif
dan kerja sama inter dan antar profesi;
f. Melaksanakan penyelenggaraan rekam medis;
g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan
akses Pelayanan Kesehatan;
h. Melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan kompetensi
sumber daya manusia Puskesmas;
i. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan
Sistem Rujukan; dan
j. Melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan di wilayah kerjanya, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
8
a. Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan.
b. Dalam kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan lebih dari 1
(satu) Puskesmas.
c. Kondisi tertentu ditetapkan berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan,
jumlah penduduk dan aksesibilitas.
d. Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana,
peralatan, ketenagaan, kefarmasian, dan laboratorium klinik.
1. Lokasi
Lokasi pendirian puskesmas harus memenuhi persyaratan antara lain
geografis, aksesibilitas untuk jalur transportasi, kontur tanah, fasilitas parkir,
fasilitas keamanan, ketersediaan utilitas publik, pengelolaan kesehatan
lingkungan, dan tidak didirikan di area sekitar Saluran Udara Tegangan
Tinggi dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi
2. Bangunan
Bangunan Puskesmas harus didirikan dengan memenuhi persyaratan antara
lain :
a. Persyaratan administratif, persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja,
serta persyaratan teknis bangunan;
b. Bersifat permanen dan terpisah dengan bangunan lain; dan
c. Bangunan didirikan dengan memperhatikan fungsi, keamanan,
kenyamanan, perlindungan keselamatan dan kesehatan serta kemudahan
dalam memberi pelayanan bagi semua orang termasuk yang
berkebutuhan khusus/penyandang disabilitas, anak-anak, dan lanjut
usia.
3. Prasarana
Puskesmas harus memiliki prasarana yang berfungsi paling sedikit terdiri
atas : sistem penghawaan (ventilasi), sistem pencahayaan, sistem air bersih,
sanitasi dan hygiene, sistem kelistrikan, sistem komunikasi, sistem gas
medik, sistem proteksi petir, sistem proteksi kebakaran, sarana evakuasi,
sistem pengendalian kebisingan dan kendaraan puskesmas keliling. Selain
kendaraan puskesmas keliling, puskesmas dapat dilengkapi dengan
9
ambulans dan kendaraan lainnya yang menunjang operasional kegiatan
puskesmas.
10
di Puskesmas dihitung berdasarkan rasio kunjungan pasien, baik rawat inap
maupun rawat jalan serta memperhatikan pengembangan Puskesmas. Rasio
untuk menentukan jumlah Apoteker di Puskesmas bila memungkinkan
diupayakan 1 (satu) Apoteker untuk 50 (lima puluh) pasien perhari. Semua
tenaga kefarmasian harus memiliki surat tanda registrasi dan surat izin
praktik untuk melaksanakan Pelayanan Kefarmasian di fasilitas pelayanan
kesehatan termasuk Puskesmas, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
11
Puskesmas kawasan pedesaan merupakan Puskesmas yang wilayah kerjanya
meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat)
kriteria kawasan pedesaan sebagai berikut :
a) Aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduk pada sektor
agraris;
b) Memiliki fasilitas antara lain sekolah radius lebih dari 2,5 km,
pasar dan perkotaan radius lebih dari 2 km, rumah sakit radius lebih
dari 5 km, tidak memiliki fasilitas berupa bioskop atau hotel;
c) Rumah tangga dengan listrik kurang dari 90% (Sembilan puluh
persen; dan
d) Terdapat akses jalan dan transportasi menuju fasilitas.
3) Puskesmas Kawasan Terpencil dan Sangat Terpencil
Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil merupakan puskesmas
yang wilayah kerjanya meliputi kawasan dengan karakteristik sebagai
berikut :
a) Berada di wilayah yang sulit dijangkau atau rawan bencana, pulau kecil,
gugus pulau, atau pesisir;
b) Akses transportasi umum rutin 1 kali dalam 1 minggu, jarak tempuh
pulang pergi dari ibukota kabupaten memerlukan waktu lebih dari 6
jam, dan transportasi yang ada sewaktu-waktu dapat terhalang iklim
atau cuaca; dan
c) Kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan yang tidak
stabil.
b. Berdasarkan kemampuan pelayanan
1) Puskesmas Non Rawat Inap, merupakan puskesmas yang
menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, perawatan di rumah (home
care), dan pelayanan gawat darurat serta tidak menyelenggarakan
pelayanan rawat inap, kecuali pertolongan persalinan normal
2) Puskesmas Rawat Inap, merupakan puskesmas yang diberi tambahan
sumber daya untuk meenyelenggarakan pelayanan rawat inap, sesuai
pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan. Puskesmas yang dapat
menjadi puskesmas rawat inap merupakan puskesmas di kawasan
12
perdesaan, kawasan terpencil dan kawasan sangat terpencil, yang jauh
dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL).
Setiap Puskesmas yang telah memiliki izin wajib melakukan registrasi. Registrasi
dilakukan untuk memperoleh kode Puskesmas. Kode Puskesmas merupakan
identitas khusus dan spesifik yang diberikan oleh Menteri sebagai referensi
tunggal yang digunakan untuk komunikasi ataupun interelasi antar sistem.
Registrasi dilaksanakan setelah Puskesmas memiliki izin operasional. Registrasi
diajukan dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah izin
operasional Puskesmas ditetapkan.
13
Registrasi diajukan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada Menteri
setelah memperoleh rekomendasi dari Dinas Kesehatan Provinsi. Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota mengajukan surat pemohonan rekomendasi Registrasi
Puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan melampirkan :
a. Fotokopi izin operasional Puskesmas; dan
b. Surat rekomendasi dari kepala dinas kesehatan daerah provinsi dan hasil
pengisian formulir verifikasi dan penilaian kelayakan registrasi Puskesmas
Puskesmas merupakan unit organisasi bersifat fungsional dan unit layanan yang
bekerja secara profesional. Puskesmas berkedudukan sebagai unit pelaksana
teknis yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala dinas
kesehatan daerah kabupaten/kota. Setiap Puskesmas harus memiliki organisasi
yang efektif, efisien, dan akuntabel. Organisasi Puskesmas paling sedikit terdiri
atas kepala puskesmas, kepala tata usaha dan penanggung jawab.
Kepala tata usaha memiliki tugas dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
administrasi perkantoran Puskesmas. Penanggung jawab paling sedikit terdiri atas
a. Penanggung jawab UKM dan keperawatan kesehatan masyarakat;
b. Penanggung jawab UKP, kefarmasian, dan laboratorium;
c. Penanggung jawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring Puskesmas;
d. Penanggung jawab bangunan, prasarana, dan peralatan puskesmas; dan
e. Penanggung jawab mutu
Selain penanggung jawab pada point a sampai e dapat pula dibentuk penanggung
jawab lainnya berdasarkan kebutuhan Puskesmas dengan persetujuan kepala dinas
kesehatan daerah kabupaten/kota.
15
disediakan peralatan peracikan, timbangan Obat, air minum (air mineral)
untuk pengencer, sendok Obat, bahan pengemas Obat, lemari pendingin,
termometer ruangan, blanko salinan resep, etiket dan label Obat, buku catatan
pelayanan resep, buku-buku referensi/standar sesuai kebutuhan, serta alat
tulis secukupnya. Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi
udara yang cukup.
3) Ruang Penyerahan Obat
Ruang penyerahan Obat meliputi konter penyerahan Obat, buku pencatatan
penyerahan dan pengeluaran Obat. Ruang penyerahan Obat dapat
digabungkan dengan ruang penerimaan resep.
4) Ruang Konseling
Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling, lemari buku,
buku-buku referensi sesuai kebutuhan, leaflet, poster, alat bantu konseling,
buku catatan konseling, formulir jadwal konsumsi Obat, formulir catatan
pengobatan pasien, dan lemari arsip (filling cabinet), serta 1 (satu) set
komputer, jika memungkinkan.
5) Ruang Penyimpanan
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,
kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan
keamanan petugas. Selain itu juga memungkinkan masuknya cahaya yang
cukup. Ruang penyimpanan yang baik perlu dilengkapi dengan rak/lemari
Obat, pallet, pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan
khusus narkotika dan psikotropika, lemari penyimpanan Obat khusus,
pengukur suhu, dan kartu suhu.
6) Ruang Arsip
Ruang arsip memerlukan ruangan khusus yang memadai dan aman untuk
memelihara dan menyimpan dokumen dalam rangka untuk menjamin
penyimpanan sesuai hukum, aturan, persyaratan, dan teknik manajemen yang
baik.
16
2.3 Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan salah satu
kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan, permintaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan
pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk menjamin
kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan Sediaan Farmasi dan BMHP yang
efisien, efektif dan rasional, meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga
kefarmasian, mewujudkan sistem informasi manajemen, dan melaksanakan
pengendalian mutu pelayanan.
a) Perencanaan
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi obat dan BMHP untuk
menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan
Puskesmas. Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan :
1) Perkiraan jenis dan jumlah sediaan farmasi dan BMHP yang mendekati
kebutuhan;
2) Meningkatkan penggunaan obat secara rasional; dan
3) Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
17
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional. Proses seleksi
ini harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter,
dokter gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program yang berkaitan dengan
pengobatan.
b) Permintaan
Tujuan permintaan Sediaan Farmasi dan BMHP adalah memenuhi kebutuhan
Sediaan Farmasi dan BMHP di Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan
yang telah dibuat. Permintaan diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah
daerah setempat.
c) Penerimaan
Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima Sediaan Farmasi dan BMHP
dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan Puskesmas secara
mandiri sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya adalah agar
Sediaan Farmasi yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan
yang diajukan oleh Puskesmas, dan memenuhi persyaratan keamanan, khasiat,
dan mutu. Tenaga Kefarmasian dalam kegiatan pengelolaan bertanggung jawab
atas ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan Obat
dan Bahan Medis Habis Pakai berikut kelengkapan catatan yang menyertainya.
18
Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, maka Tenaga Kefarmasian dapat
mengajukan keberatan. Masa kedaluwarsa minimal dari Sediaan Farmasi yang
diterima disesuaikan dengan periode pengelolaan di Puskesmas ditambah satu
bulan.
d) Penyimpanan
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu
kegiatan pengaturan terhadap Sediaan Farmasi yang diterima agar aman (tidak
hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin,
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Tujuannya adalah agar mutu Sediaan
Farmasi yang tersedia di Puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
e) Pendistribusian
Pendistribusian merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan Farmasi
dan Bahan Medis Habis Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi
kebutuhan sub unit/satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya. Tujuannya adalah
untuk memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi sub unit pelayanan kesehatan yang
ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat.
Sub-sub unit di puskesmas dan jaringannya antara lain :
1) Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas;
2) Puskesmas Pembantu;
3) Puskesmas Keliling;
4) Posyandu; dan
19
5) Polindes.
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain) dilakukan
dengan cara pemberian Obat sesuai resep yang diterima (floor stock), pemberian
Obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau kombinasi, sedangkan
pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan dengan cara penyerahan Obat
sesuai dengan kebutuhan (floor stock).
Tahapan pemusnahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai terdiri dari :
1) Membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang akan
dimusnahkan.
2) Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan.
3) Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak
terkait.
4) Menyiapkan tempat pemusnahan.
5) Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta
peraturan yang berlaku.
20
g) Pengendalian
Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan
strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan Obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Tujuannya
adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan Obat di unit pelayanan
kesehatan dasar. Pengendalian Sediaan Farmasi terdiri dari:
1) Pengendalian persediaan.
2) Pengendalian penggunaan.
3) Penanganan Sediaan Farmasi hilang, rusak, dan kadaluwarsa.
h) Administrasi
Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh rangkaian
kegiatan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai, baik
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diterima, disimpan,
didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan lainnya.
21
2.3.2 Pelayanan Farmasi Klinik
22
memberikan label/etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi yang
memadai disertai pendokumentasian. Tujuan :
1) Pasien memperoleh Obat sesuai dengan kebutuhan klinis/pengobatan.
2) Pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi intruksi pengobatan.
Kegiatan :
1) Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro aktif
dan pasif.
2) Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon,
surat atau tatap muka.
3) Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding dan lain-lain.
4) Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap, serta
masyarakat.
5) Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga
kesehatan lainnya terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
6) Mengoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan Pelayanan
Kefarmasian.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain sumber informasi obat, tempat,
tenaga, dan perlengkapan.
23
c. Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien
yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien rawat jalan dan rawat inap, serta
keluarga pasien. Tujuan dilakukan konseling adalah memberikan pemahaman
yang benar mengenai obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan
pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan obat, efek samping,
tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan obat.
Kegiatan :
1) Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
2) Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter
kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended question),
misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai obat, bagaimana cara
pemakaian, apa efek yang diharapkan dari obat tersebut, dan lain-lain.
3) Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat.
4) Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan obat
untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
24
d. Ronde/Visite (khusus rawat inap)
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan secara
mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter, perawat,
ahli gizi, dan lain-lain.
Tujuan :
1) Memeriksa Obat pasien.
2) Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan Obat dengan
mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien.
3) Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan penggunaan
Obat.
4) Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan dalam
terapi pasien.
25
Kegiatan visite bersama tim :
1) Melakukan persiapan yang dibutuhkan seperti memeriksa catatan pegobatan
pasien dan menyiapkan pustaka penunjang.
2) Mengamati dan mencatat komunikasi dokter dengan pasien dan/atau keluarga
pasien terutama tentang obat.
3) Menjawab pertanyaan dokter tentang obat.
4) Mencatat semua instruksi atau perubahan instruksi pengobatan, seperti obat
yang dihentikan, obat baru, perubahan dosis dan lain-lain.
Tujuan :
1) Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak
dikenal dan frekuensinya jarang.
2) Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah sangat
dikenal atau yang baru saja ditemukan.
Kegiatan :
1) Menganalisis laporan efek samping obat.
2) Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami
efek samping obat.
26
3) Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
4) Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.
Tujuan :
1) Mendeteksi masalah yang terkait dengan Obat.
2) Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait dengan Obat.
Kriteria pasien :
1) Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
2) Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.
3) Adanya multidiagnosis.
4) Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
5) Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
6) Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang
merugikan.
Kegiatan :
1. Memilih pasien yang memenuhi kriteria.
2. Membuat catatan awal.
3. Memperkenalkan diri pada pasien.
4. Memberikan penjelasan pada pasien.
5. Mengambil data yang dibutuhkan.
6. Melakukan evaluasi.
7. Memberikan rekomendasi.
g. Evaluasi Penggunaan Obat
27
Tujuan :
1) Mendapatkan gambaran pola penggunaan Obat pada kasus tertentu.
2) Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan Obat tertentu.
28
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
UPT PUSKESMAS PASIRKALIKI
UPT Puskesmas Pasirkaliki merupakan salah satu UPT Puskesmas yang ada di
Kota Bandung, Kecamatan Cicendo. Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pasirkaliki
meliputi 5 kelurahan yaitu Kelurahan Pasirkaliki, Kelurahan Pajajaran, Kelurahan
Pamoyanan, Kelurahan Arjuna dan Kelurahan Husein. UPT Puskesmas
Pasirkaliki di Sebelah utara yaitu Kecamatan Sukajadi, Sebelah selatan yaitu
Kecamatan Andir, Sebelah timur yaitu Kecamatan Sumur Bandung & Bandung
Wetan dan di Sebelah barat yaitu Kota Cimahi.
UPT Puskesmas Pasirkaliki merupakan unit kerja dari Dinas Kesehatan Kota
Bandung dengan luas wilayah 554,4 Ha. Puskesmas Pasirkaliki berlokasi di Jl.
Pasirkaliki No. 188 Rt.02 Rw.01, Kel. Pasirkaliki, Kec. Cicendo, Kota Bandung
40171, Jawa Barat. Waktu pelayanan Senin - Sabtu, Pukul 07.30-14.30.
Secara keseluruhan wilayah kerja UPT Puskesmas Pasir Kaliki memiliki batas
wilayah kerja UPT Puskesmas Pasir Kaliki adalah sebagai berikut :
Bagian Selatan : Kecamatan Andir
Bagian Utara : Kecamatan Sukajadi
Bagian Timur : Kecamatan Sumur Bandung dan Bandung Wetan
Bagian Barat : Kota Cimahi
UPT Puseksmas Pasir Kaliki membawahi kecamatan Cicendo yang terdiri dari
wilayah :
29
a. Pajajaran
b. Pasir Kaliki
c. Arjuna
d. Pamoyanan
e. Husein
Tata Nilai UPT Puskesmas Pasir Kaliki yaitu “KERTA KERSA” yang
mempunyai makna sebagai berikut:
KE : Kejujuran dan Disiplin
R : Responsif
TA : Tanggung Jawab
KER : Kerjasama
SA : Saling Menghargai
30
3.6 Upaya Kesehatan
31
d) Konseling VCT dan PITC
4) Pelayanan harm reduction
2. Upaya Kesehatan Masyarakat
a. Esensial
1) Pelayanan Promosi Kesehatan
2) Pelayanan Kesehatan Lingkungan
3) Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, dan Keluarga Berencana
4) Pelayanan Gizi
5) Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
b. Pengembangan
1) Pelayanan Kesehatan Lansia
2) Pelayanan Kesehatan Jiwa
3) Pelayanan Kesehatan Gigi Masyarakat
4) Pelayanan Kesehatan Indera
5) Pelayanan Kesehatan Olahraga
6) Pelayanan Perkesmas
7) UKS
8) Pelayanan Kesehatan Tradisional
9) Pelayanan Kesehatan Kerja
1. Lantai 1
a. Ruang pemeriksaan umum
b. Ruang pemeriksaan lansia dan disabilitas
c. Ruang tindakan dan gawat darura
d. Ruang kesehatan keluarga
e. Ruang mtbs
f. Ruang pendaftaran dan kasir
g. Ruang farmasi
h. Gudang umum 1
i. Toilet
2. Lantai 2
a. Ruang kepala puskesmas
b. Ruang kesehatan gigi dan mulut
c. Ruang laboratorium
d. Ruang kantor
e. Ruang rapat
f. Ruang administrasi
g. Gudang umum 2
h. Mushola
3.9 Tugas dan Tanggung Jawab Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) di
Puskesmas
33
a. Membantu Apoteker dalam perencanaan pengadaan dengan menuliskan
Obat, Alat Kesehatan dan BMHP yang habis stok atau kosong.
b. Membantu Apoteker dalam penerimaan dan pengecekan setiap
kedatangan Obat, Alat Kesehatan dan BMHP.
c. Melakukan penyimpanan Obat, Alat Kesehatan dan BMHP pada tempat
yang sesuai.
d. Melakukan pengecekan terhadap kedaluwarsa suatu obat.
e. Membantu Apoteker dalam pelaporan Obat, Alat Kesehatan dan BMHP
berupa :
1) Rekap harian resep.
2) Pelaporan Indikator POR (Penggunaan Obat Rasional).
f. Melakukan Stok Opname.
2. Pelayanan Farmasi Klinik, meliputi :
a. Pelayanan obat resep.
b. Pelayanan resep secara umum meliputi skrining resep (administratif dan
farmasetik).
c. Penyiapan obat (peracikan, pemberian etiket dan pelayanan obat jadi).
d. Pelayanan informasi obat
3.10 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Medis Habis Pakai UPT Puskesmas
Pasirkaliki
3.10.1 Perencanaan
34
obat-obat tersebut dalam mengobati penyakit. Klasifikasi ini membagi
perencanaan obat menjadi tiga kelompok obat yakni vital, esensial, dan non-
esesnsial. Acuan perencanaan tersebut mengacu pada obat-obatan yang termasuk
dalam Formularium Nasional (FORNAS) yang berlaku.
Alur proses perencanaan obat di Puskesmas Pasirkaliki :
Proses perencanaan kebutuhan obat per tahun dilakukan secara berjenjang. Dinas
Kesehatan Kota (DKK) Bandung menyerahkan form Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat (LPLPO) untuk perencanaan selama satu bulan ke UPT
Puskesmas Pasirkaliki, dan perencanaan obat selama satu tahun dilaporkan dalam
Rencana Kebutuhan Obat (RKO). Selanjutnya apoteker penanggung jawab ruang
farmasi UPT Puskesmas Pasirkaliki mengisi LPLPO sesuai kebutuhan puskesmas.
Untuk menghitung jumlah obat yang dibutuhkan dilakukan hal-hal berikut :
a. Analisa pemakaian obat tahun lalu berdasarkan data penerimaan dan
pengeluaran bulanan, LPLPO, jumlah kunjungan pasien, data penyakit
terbanyak dan stok akhir tahun
b. Menghitung rata-rata pemakaian setiap jenis obat
c. Menyusun perkiraan kebutuhan obat disetiap awal pelayanan kesehatan
menggunakan metode konsumsi (12 x pemakaian rata-rata perbulan) + stok
tunggu + stok pengaman
d. Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana
e. Formulir perencanaan yang telah disusun kemudian disahkan oleh kepala
puskesmas dilanjutkan dengan pengajuan ke Dinas Kesehatan Kota melalui
seksi farmasi dan perbekalan kesehatan.
35
3.10.2 Permintaan dan Pengadaan
a. Permintaan
Permintaan adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan yang dapat disediakan
oleh Dinas Kesehatan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Pemesanan
obat untuk kebutuhan puskesmas dilakukan oleh petugas farmasi atau gudang obat
puskesmas melalui Seksi Farm Alat Kesehatan Dinkes Kota Bandung.
36
b. Pengadaan
Pengadaan adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat
disediakan atau jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan Puskesmas oleh Dinas
Kesehatan dan dilakukan secara mandiri sesuai dengan perencanaan yang telah
dibuat. Pemesanan obat untuk kebutuhan puskesmas yang tidak bisa dipenuhi oleh
bagian Farmasi Alat Kesehatan Dinkes Kota Bandung dapat dipesan langsung ke
distributor resmi menggunakan surat pesanan yang ditandatangi apoteker
penanggung jawab puskesmas dan diketahui oleh kepala UPT Puskesmas
Pasirkaliki. Pengadaan secara mandiri dapat dilakukan karena UPT Puskesmas
Pasirkaliki merupakan Puskesmas BLUD (Badan Layanan Usaha Daerah).
Untuk melakukan pengadaan secara mandiri, dibutuhkan perangkat pengadaan
yang terdiri dari:
1) Pengguna Anggaran (PA) yaitu Kepala Dinas Kesehatan.
2) Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yaitu Kepala Puskesmas.
3) Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)
4) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yaitu Dinas Kesehatan
5) Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa ( PBJ)
6) Pejabat Penerima Hasil Pengadaan (PPHP)
7) Pengelola Barang
8) User atau Unit Layanan
37
3.10.3 Penerimaan
38
mengembalikan barang (retur) ke Seksi Farmasi dan Alat Kesehatan Dinas
Kesehatan untuk diganti dengan yang baru.
Jika barang sudah sesuai, maka Berita Acara atau faktur ditanda tangani oleh
penerima barang. Kemudian petugas mengisi kartu stock meliput tanggal, umber
penerimaan (Dinas Kesehatan Kota atau Pedagang Besar Farmasi), jumlah, nomor
batch, tanggal kedaluwarsa dan paraf.
3.10.4 Penyimpanan
Masing-masing rak obat diberi penandaan untuk setiap jenis sediaan dan sumber
dana yang berbeda yaitu tanda “DKK” untuk setiap jenis sediaan yang bersumber
dari Dinas Kesehatan dan tanda “BLUD” untuk setiap jenis sediaan yang
bersumber dari dana BLUD.
Stok disusun berdasarkan sistem FEFO (First Expired First Out) dan alfabetis.
Sistem FEFO bertujuan untuk mencegah terjadinya obat kedaluwarsa. Petugas
mengeluarkan obat yang lebih awal kedaluwarsa terlebih dahulu.
39
Kondisi ruangan gudang tidak lembab serta terdapat pendingin ruangan (AC/Air
Conditioner) dan termometer untuk memantau suhu ruangan. Penyimpanan obat
yang di suhu dingin juga belum menggunakan lemari pendingin khusus obat
melainkan lemari pendingin 1 pintu yang lebih diperuntukkan dalam penggunaan
rumah tangga pada umumnya. Ruangan gudang obat juga digunakan untuk
penyimpanan lemari narkotika dan psikotropika dengan sistem dua pintu dua
kunci. Selain obat-obatan di gudang juga terdapat Alat Kesehatan dan BMHP
(Bahan Medis Habis Pakai). Gudang berada di dalam instalasi farmasi puskesmas
sehingga memudahkan pemantauan keamanan penyimpanannya.
3.10.5 Pendistribusian
40
1) Ruang Tindakan, berupa Obat dan Alat kesehatan.
2) Laboratorium, berupa Alat Kesehatan.
3) Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar (PONED) dan Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA), berupa Obat dan Alat kesehatan.
4) Ruang Pelayanan Farmasi berupa Obat dan Alat kesehatan.
Setiap unit yang memerlukan obat dan bahan medis habis pakai akan membuat
LPLPO ke bagian farmasi. Obat yang didistribusikan harus dicatat selain di kartu
stok gudang juga dicatat di buku bantu.
3.10.6 Pengendalian
3.10.7 Pemusnahan
Pemusnahan dilakukan untuk Obat, Alat kesehatan dan BMHP yang sudah
kedaluwarsa. Kegiatan pemusnahan tidak dilakukan secara langsung oleh UPT
Puskesmas Pasir Kaliki melainkan Puskesmas hanya membuat daftar obat yang
akan dimusnahkan, mengumpulkannya lalu mengirimkan ke Dinas Kesehatan
Kota Bandung. Puskesmas kemudian akan menerima berita acara pemusnahan.
41
LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) yang dilakukan setiap
sebulan sekali secara online melalui website SIKDA (Sistem Informasi Kesehatan
Daerah), perekapan pemakaian obat harian, serta penerimaan dan pengeluaran
obat. Selain itu juga puskesmas melakukan pelaporan pelayanan farmasi klinik
(Pelayanan Informasi Obat, Konseling, Monitoring Efek Samping Obat,
Penggunaan Obat Rasional, pelaporan SIPNAP (Sistem Informasi Narkotika dan
Psikotropika). Pelaporan SIPNAP tidak dilakukan secara online melainkan berupa
dokumen yang dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kota Bandung yang kemudian
akan menginput data ke website SIPNAP (sipnap.kemkes.go.id).
Pengkajian resep dilakukan untuk menganalisis adanya masalah terkait obat, bila
ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis
Resep. Proses pengkajian resep di Puskesmas Pasirkaliki dilakukan oleh seorang
Apoteker, pengkajian resep yang dilakukan meliputi :
1) Persyaratan administratif, meliputi nama pasien, umur/ tanggal lahir pasien,
alamat pasien, berat badan pasien, nama dokter, paraf dokter, tanggal
penulisan resep dan unit asal resep.
42
2) Persyaratan farmasetik, meliputi bentuk sediaan, kekuatan sediaan, dosis dan
jumlah obat serta aturan dan cara penggunaan.
3) Persyaratan klinis, meliputi ketepatan indikasi dengan diagnosis, dosis dan
waktu penggunaan, duplikasi pengobatan, alergi, interaksi, efek samping dan
kontra indikasi.
Setelah melakukan pengkajian resep dilakukan tahap dispensing sebagai berikut :
1) Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep
2) Memberikan etiket. Di UPT Puskesmas Pasirkaliki terdapat beberapa etiket
yang berbeda dengan etiket obat lainnya, seperti : etiket antibiotik, etiket obat
hipertensi, etiket obat diabetes melitus, etiket salep kulit permetrin, dan lain-
lain.
3) Setelah penyiapan obat dilakukan hal sebagai berikut :
a. Pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara
penggunaan serta jenis dan jumlah obat.
b. Memasukkan etiket dan obat kedalam plastik
c. Beri cap dibagian belakang resep
d. Seusai penyiapan, dilanjutkan dengan kegiatan PIO.
Untuk alur pelayanan di UPT Puskesmas Pasirkaliki terlampir.
43
f) Penyimpanan, misalnya obat sirup yang sebaiknya tidak disimpan di lemari
pendingin dan disimpan paling lama selama 2 minggu saja;
g) Kontraindikasi, misalnya kehamilan dan menyusui;
h) Efek samping, misalnya interaksi obat dengan obat lain atau makanan
tertentu; dan
i) Lain-lain.
Penggunaan obat secara rasional menurut WHO (1985) adalah jika pasien
menerima obat yang sesuai dengan kebutuhannya untuk periode yang adekuat
dengan harga yang terjangkau untuknya dan masyarakat. Penggunaan obat yang
tidak rasional merupakan masalah penting yang dapat menimbulkan dampak
cukup besar dalam penurunan mutu pelayanan kesehatan, misalnya peningkatan
resistensi akibat penggunaan antibiotik yang tidak rasional.
Petugas farmasi melakukan pemantauan penggunaan obat yang rasional setiap
bulan. Petugas farmasi menyerahkan hasil pemantauan penggunaan obat yang
rasional kepada Kepala UPT Puskesmas Pasirkaliki. Petugas pengelola obat
menyerahkan laporan penggunaan obat yang rasional kepada Kepala UPT
44
Puskesmas Pasirkaliki untuk ditandatangani dan diserahkan kepada seksi Farmasi
Alat Kesehatan.
BAB IV
TUGAS KHUSUS
4.1 Chlaudia Florenza Sawaki
1. SOP
45
46
47
2. Skrining Resep
48
No Kajian Farmasetika Ada Tidak Keterangan
1 Bentuk Sediaan
Amoxcilin : Syrup
Paracetamol : Syrup
Dexa : Tablet
2 Kekuatan Sediaan
3 Jumblah Sediaan
Amoxcilin : 1 botol
Paracetamol : 1 botol
Dexa :
5 Tablet
4 Aturan Pakai
Amoxcilin syr S 3
dd I cth
Sehari 3 kali 1
sendok teh
Paracetamol syr S
3 dd I cth
Sehari 3 kali 1
sendok teh
Dexa S 2 dd
½
Sehari 2 kali ½
tablet
5 Stabilitas
Amoxcilin syr :
Simpan pada suhu 25℃
Paracetamol syr :
Simpan pada suhu 25℃
49
Dexa tablet :
Simpan pada suhu 25℃
Paracetamol : Meringankan
demam, nyeri, sakit kepala dan
sakit gigi.
Dexa : Mengatasi
peradangan.
4 Kontraindikasi
Amoxcilin : Hipersensitif
50
terhadap antibiotik beta laktam.
Paracetamol : Hipersensitif
terhadap parasetamol, pasien
dengan disfungsi hati dan ginjal.
5 Interaksi
Tidak terdapat interaksi diantara
obat-obat tersebut, maka dapat
dikomsumsi secara bersamaan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
51
Teknis Kefarmasian (TTK) dalam membantu Apoteker mengelola sediaan
farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) serta pelayanan farmasi
klinik di UPT Puskesmas Pasirkaliki.
5.2 Saran
Dari hasil Praktik Kerja Lapang di UPT Puskesmas Pasirkaliki, maka di sarankan:
1. Ruang pelayanan farmasi dan rak penyimpanan diperluas agar penyimpanan
sediaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) tertata dengan rapi
serta memudahkan dalam pengambilan obat.
2. Penyediaan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) untuk tenaga kesehatan lain
sebaiknya tidak hanya disimpan diruang pelayanan farmasi agar
memudahkan dalam pengambilannya.
3. Sediakan tempat penyimpanan resep yang telah selesai dilayani agar tidak
tercecer dan tercampur dengan resep yang belum dilayani.
52
DAFTAR PUSTAKA
53
LAMPIRAN
54
LAMPIRAN 2 ALUR PELAYANAN RESEP
55
LAMPIRAN 3 RESEP
56
57
LAMPIRAN 4 ETIKET OBAT
58
59