Anda di halaman 1dari 25

Universitas Bhakti Kencana

KELOMPOK 1
VIRA FIRNANDA 31181043
CHLAUDIA FLORENZA S 31181053
NURUL MASWANTI 31181056
ASIP MAULANA H 31181060
SAFIRA GHAISANI
DETI SITI FATIMAH
31181065
31181066 DIABETES MELITUS
Definisi
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat adanya
kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya
(Perkeni, 2019)

Menurut International Diabetes Federation (2019) prevalensi


penderita DM di seluruh dunia mencapai 463 juta dan
diperkirakan akan terus meningkat menjadi 578 juta di tahun
2030 hingga 700 juta di tahun 2045.

Peningkatan prevalensi DM terutama terjadi di Negara Low-


Middle Income (berpendapatan menengah kebawah), salah
satunya Indonesia yang masuk ke dalam 10 besar negara
dengan jumlah pasien diabetes terbanyak, dengan
prevalensi sebesar 10 juta pasien.
Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus

Kadar Tes Labolatorium Darah Untuk Diagnosis Diabetes Dan Pradiabetes

PERKENI 2019
Prevalensi
WHO memprediksi jumlah penderita diabetes di Indonesia pada
tahun 2030 akan meningkat dari 8,4 juta pasien menjadi 21,3 juta
pasien. Data dari Riskesdas pada tahun 2018 menyatakan
prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk ≥ 15
tahun jika dibandingkan dengan tahun 2013 meningkat menjadi 2%.
Prevalensi tertinggi terdapat di DKI Jakarta yaitu sebesar 3,4% dan
terendah di NTT yaitu sebesar 0,9%.
(InfoDATIN, 2018)

Diabetes menyebabkan 1,5 juta kematian pada tahun 2018 dan


tambahan 2,2 juta kematian dengan meningkatkan risiko penyakit
akibat kardiovaskular. 43% dari 3,7 juta kematian ini terjadi
sebelum usia 70 tahun.
(Riskesdas, 2018)
Klasifikasi & Patofisiologi Diabetes Melitus

Klasifikasi etiologis diabetes menurut American Diabetes Association (2018) :


1. Diabetes Melitus Tipe 1
Terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena autoimun. Pada DM tipe ini terdapat
sedikit atau tidak sama sekali sekresi insulin. Faktor penyebabnya adalah infeksi virus atau
rusaknya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan karena reaksi autoimun yang merusak sel-
sel
penghasil insulin yaitu sel beta pada pankreas, secara menyeluruh. Oleh sebab itu pada DM
Tipe 1, pankreas tidak dapat memproduksi insulin. Untuk bertahan hidup penderita DM Tipe 1
harus diberikan insulin dengan cara disuntikkan pada area tubuh penderita. Apabila insulin tidak
diberikan maka penderita akan tidak sadarkan diri, disebut juga dengan koma ketoasdosis atau
koma diabetic.
Klasifikasi & Patofisiologi Diabetes Melitus

2. Diabetes Melitus Tipe 2


Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin tidak bisa membawa glukosa
masuk ke dalam jaringan karena terjadi resistensi insulin yang merupakan turunnya
kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat
produksi insulin oleh hati. Gejala pada DM tipe ini secara perlahan-lahan bahkan asimptomatik.
Dengan pola hidup sehat, yaitu mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan olahraga secara
teratur biasanya penderita berangsur pulih. Penderita juga harus mampu mempertahankan
berat badan yang normal. Namun pada penderita stadium akhir kemungkinan akan diberikan
suntik
insulin.
Klasifikasi & Patofisiologi Diabetes Melitus

3. Diabetes Melitus Tipe Lain


DM tipe ini terjadi akibat penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan kadar
glukosa darah akibat faktor genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin
pankreas, penyakit metabolik endokrin lain, teratrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan
sindrom genetik lain yang dipicu oleh obat atau bahan kimia (seperti dalam pengobatan
HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ.

4. Diabetes Melitus Gestasional


DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi glukosa didapati pertama kali
pada masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua dan ketiga. Penderita DM gestasional
memiliki risiko lebih besar untuk menderita DM yang menetap dalam jangka waktu 5-10 tahun
setelah melahirkan.
BERAT BADAN

Berat badan lebih BMI >25 atau kelebihan berat


badan 20% meningkatkan dua kali risiko terkena
DM. Obesitas dapat membuat sel tidak sensitif
terhadap insulin (retensi insulin). Semakin banyak
jaringan lemak dalam tubuh semakin resisten
terhadap kerja insulin, terutama bila lemak terkumpul
di daerah sentral atau perut.

USIA

Faktor Terjadinya DM Tipe 2


bertambah dengan
Resiko pertambahan usia (jumlah
sel beta yang produktif
berkurang seiring
pertambahan usia.
RIWAYAT KELUARGA

Orang tua atau saudara kandung mengidap


DM. Sekitar 40% diabetes terlahir dari keluarga
yang juga mengidap DM dan ± 60% - 90%
kembar identik merupakan penyandang DM.

GESTASIONAL

Faktor Memiliki riwayat diabetes


gestasional pada ibu yang
Resiko sedang hamil dapat
meningkatkan resiko DM,
diabetes selama kehamilan
atau melahirkan bayi >4,5 kg
dapat meningkatkan resiko
Dm Tipe 2.
GAYA HIDUP

Makanan cepat saji, kurangnya berolahraga


dan minum-minuman yang bersoda merupakan
faktor pemicu terjadinya DM Tipe 2. Penderita
DM diakibatkan oleh pola makan yang tidak
sehat dimana mereka mengkonsumsi makanan
yang mempunyai karbohidrat dan sumber
glukosa secara berlebihan, kemudian kadar
FAKTOR glukosa darah menjadi naik sehingga perlu
pengaturan diet yang baik bagi pasien dalam
RESIKO makanan yang bisa diterapkan dalam
kehidupan sehari-harinya.
Penatalaksanaan Terapi
Nutrisi Medis (TNM)

PERKENI 2019
a. Diet DM

Prinsip pengaturan makanan pada penyandang DM hampir sama


dengan anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan
yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi
masing-masing individu. Penyandang DM perlu diberikan
penekanan mengenai pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis
dan jumlah kandungan kalori terutama pada mereka yang
menggunakan obat yang meningkatkan sekresi insulin atau terapi
insulin itu sendiri.
b. Diet 3J (jumlah,jenis dan jadwal)
1) Tepat Jumlah Kebutuhan Kalori
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang
dibutuhkan penyandang DM, antara lain dengan memperhitung-
kan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kal/kgBB
ideal. Jumlah kebutuhan tersebut tergantung pada faktor: jenis k
elamin, umur, aktivitas, berat badan dan lainnya.
2) Tepat Jenis
Penderita DM dianjurkan memilih jenis bahan makanan yang
tidak cepat meningkatkan kadar glukosa darah dikarenakan
memiliki indeks glikemik (IG) tinggi. Selain itu ada pula cara
pengolahan yang dapat meningkatkan IG yaitu merebus/
mengukus dan menghaluskan bahan (bubur, juice, dll)
3) Tepat Jadwal
Makan dalam porsi kecil tapi sering dapat membantu
menurunkan kadar glukosa darah. Makan teratur (pagi, siang
dan malam serta selingan diantara waktu makan) akan
memungkinkan glukosa darah turun sebelum makan berikutnya.
c. Latihan Jasmani
Penderita DM dianjurkan melakukan latihan jasmani secara teratur
(3-4 kali seminggu) selama ± 30 menit, yang sesuai prinsip CRIPE
(continous, rhythmical, interval, progressive, endurance training).

d. Edukasi
Edukasi diabetes merupakan pendidikan dan pelatihan mengenai
pengetahuan dan keterampilan bagi pasien diabetes yang bertujuan
menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman
pasien akan penyakitnya, yang bermanfaat untuk mendapai
keadaan sehat optimal dan penyesuaian keadaan psikologik serta
kualitas hidup yang lebih baik.
Pengobatan Non-Farmakologi
Pengobatan Non Farmakologi
1. Pendidikan pada pasien
Agar pengobatan berjalan optimum, pasien perlu diberikan pengetahuan tentang segala hal
yang berkaitan dengan diabetes melitus.

2. Pengaturan Diet
Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes.
Tujuan pengobatan diet pada penderita diabetes melitus adalah :
a) Mencapai dan kemudian mempertahankan kadar glukosa darah mendekati kadar normal.
b) Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang optimal.
c) Mencegah komplikasi akut dan kronik.
d) Meningkatkan kualitas hidup
Pengobatan Non Farmakologi (2)
3. Olahraga
Berolahraga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula
tetap normal. Prinsipnya, tidak perlu olahraga berat, olahraga ringan asal
dilakukan teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan.

4. Berhenti Merokok
Kandungan nikotin dalam rokok dapat mengurangi penyerapan glukosa oleh
sel. Dari penelitian yang dilakukan terhadap subjek uji pasien lansia bahwa
merokok 2 batang dalam sehari dapat menyebabkan resiko nefropati dan
menghambat absorbsi insulin.
Pengobatan Farmakologi

PERKENI 2019
Obat Hiperglikemik Oral
A. Pemicu Sekresi Insulin

Contoh Obat
Sulfonilurea

Mekanisme Kerja :
Menstimulasi sel beta
pankreas untuk melepaskan PowerPoint
insulin, menurunkan ambang Presentation
sekresi insulin dan
meningkatkan sekresi insulin
sebagai akibat rangsangan
glukosa.
Glibenclamide Gliclazide Glimepirid
e

PERKENI 2019
Obat Hiperglikemik Oral
B. Penambah Sensitivitas Insulin

2. Tiazolidindion
1) Biguanid Contoh Obat Mekanisme Kerja :
Mekanisme Kerja : Meningkatkan sensitivitas
Menurunkan glukosa darah PowerPoint insulin
melalui pengaruhnya terhadap Presentation
kerja insulin pada tingkat
seluler, distal dari reseptor
insulin dan efeknya pada
penurunan produksi glukosa
hati.

Metformin
Pioglitazone
Obat Hiperglikemik Oral

C. Alpha-Glucosidase Inhibitor
Contoh Obat

Mekanisme Kerja :
Penghambat kerja enzim
glukosidase alfa di dalam
PowerPoint
saluran cerna sehingga dapat
Presentation
menurunkan penyerapan
glukosa dan menurunkan
hiperglikemia postpandrial.

Acarbose

PERKENI 2019
Obat Hiperglikemik Oral
D. Incretin Mimetic
Contoh Obat

Mekanisme Kerja :
Menghambat enzim DPP-4
dalam tubuh. PowerPoint
Presentation

Sitagliptin Linagliptin Vildagliptin

PERKENI 2019
Obat Hiperglikemik Suntik
Insulin
Sebanyak 20%-25% pasien DM Tipe 1 akan
memerlukan insulin untuk mengendalikan
kadar gula darahnya. Terutama bagi pasien
yang sudah tidak dapat dikendalikan kadar
Insulin glukosa darahnya dengan kombinasi
sulfonilurea dan metformin, langkah
selanjutnya yang diberikan adalah insulin.

Mekanisme Kerja:
Mengontrol kadar gula darah dengan cara
mengolahnya menjadi energi dan mencegah
organ hati memproduksi gula secara
berlebihan.

Insulin Pen PERKENI 2019


Jenis & lama kerja Insulin

Berdasarkan Lama Kerja, Insulin Terbagi 6 :


• Insulin Kerja Cepat (Rapid-acting Insulin)
• Insulin Kerja Pendek (Short-acting Insulin)
• Insulin Kerja Menengah (Long-acting Insulin)
• Insulin Kerja Panjang (Ultra Long-acting Insulin)
• Insulin Campuran Tetap, Kerja Pendek Dengan Menengah Dan
Kerja Cepat Dengan Menegah (Premixed Insulin)
• Insulin Campuran Tetap, Kerja Ultra Panjang Dengan Cepat

PERKENI 2019
Thank you

Anda mungkin juga menyukai