Anda di halaman 1dari 48

OBAT PADA

KELOMPOK KHUSUS
TIK
Menjelaskan:
Pengertian kelompok khusus
Perubahan farmakodinamik dan
farmakokinetik pada kelompok khusus
Efek teratogenik
Pedoman pemberian obat pada
kelompok khusus
Implikasi keperawatan terkait
penggunaan obat pada kelompok
khusus
PENGERTIAN
Kelompok yang memiliki kemungkinan
besar mendapatkan risiko (efek samping)
dari pemakaian obat

Terdiri dari :

Ibu hamil dan menyusui


Anak dan neonatus
Lanjut usia
1. PENGGUNAAN OBAT PADA IBU HAMIL
Farmakokinetika pada ibu hamil
1. pH lambung meningkat  lebih basa, ex: absorbsi
aspirin menurun
2. Motilitas usus menurun, ex: digitalis langsung diserap
>< klorpromazin dimetabolisme
3. Volume plasma dan cairan meningkat
4. Albumin menurun
5. Eliminasi renal meningkat
THALIDOMIDE ???
Dibuat tahun 1950
Untuk mengatasi cemas, morning
sickness, mual muntah
Pada tahun 1961 terbukti
mengakibatkan bayi lahir cacat :
pokomelia, kelainan organ interna
(kelainan kardiovaskuler)
PENGARUH OBAT PADA JANIN

Sirkulasi darah ibu difusi pasif, difusi


fasilitas, transpor aktif plasenta
obat masuk ke janin

Abortus/letal cacat organ ggg tumbuh/


fungsi

Fase implantasi F. Embrional/ Fase fetal/


< 3 minggu organogenesis TM II-III
(3-8 mgg)
MASA KRITIS PERKEMBANGAN MANUSIA
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
OBAT MENEMBUS PLASENTA
1. Sifat fisikokimiawi obat
 Berat molekul obat: heparin >< warfarin
 Kelarutan dalam lemak: obat larut lemak,
ex: thiopental mudah melewati plasenta
 Ionisasi  succinylcholine dan
tubocurarine pelan menembus plasenta
2. Kecepatan menembus plasenta dan jumlah
yang mencapai janin  terkait vaskularisasi
3. Durasi paparan
4. Distribusi obat di janin
5. Periode perkembangan janin
6. Obat kombinasi
TERATOGEN
 Bahan apapun, jika diberikan kepada ibu hamil
menyebabkan malformasi atau kelainan fungsi
fisiologis ataupun perkembangan jiwa janin atau
pada anak setelah lahir

 Agen yang berhubungan dengan masa kehamilan


dan perkembangan janin yang dapat menyebabkan
atau meningkatkan insidensi dari kelainan
kongenital pada janin

 Obat-obatan, alkohol, kokain, sitomegalovirus,


diabetes, merkuri, radiasi, rubella, sifilis,
toksoplasmosis dan varicella.
MEKANISME
Efek langsung terhadap janin
Efek terhadap fungsi plasenta
Efek terhadap metabolisme atau fungsi tubuh
ibu, ex: hipertensi
Efek obat menyebabkan otot rahim
berkontraksi  mencederai dan menurunkan
aliran darah
Tahap perkembangan janin
Kerentanan genetik susceptibility
KATEGORI OBAT PADA MASA KEHAMILAN (FDA)
Kategori A
•penelitian yang memadai dengan menggunakan pembanding
pada wanita hamil tidak menunjukkan peningkatan risiko
abnormalitas terhadap janin
•Cth: vitamin, multivitamin, asam folat
Kategori B
•penelitian pada hewan tidak menunjukkan bukti bahwa obat
berbahaya terhadap janin, namun demikian belum ada
penelitian yang memadai dengan menggunakan pembanding
pada wanita hamil
•atau penelitian pada hewan menunjukkan efek yang tidak
dikehendaki tetapi penelitian yang memadai dengan
menggunakan pembanding pada wanita hamil tidak
menunjukkan risiko terhadap janin.
•Cth: amoxicillin, Glucophage, Regular insulin
Kategori C
•penelitian pada hewan menunjukkan efek yang tidak
dikehendaki terhadap janin, namun belum ada penelitian yang
memadai dengan menggunakan pembanding pada wanita
hamil
•Atau belum dilakukan penelitian pada hewan dan tidak ada
penelitian yang memadai dengan menggunakan pembanding
pada wanita hamil.
•Contoh: fenotiazin, rifampisin, prozac
Kategori D
•terdapat penelitian yang memadai dengan menggunakan
pembanding pada wanita hamil atau pengamatan
menunjukkan risiko bagi janin, namun demikian harus
dipertimbangkan manfaat pemberian obat dibandingkan resiko
yang dapat ditimbulkan
•Contoh: carbamazepine dan Phenytoin
Kategori X
•penelitian yang memadai pada wanita hamil dengan
menggunakan pembanding pada hewan telah menunjukkan
bukti positif terjadinya abnormalitas janin.
•penggunaan dikontraindikasikan pada wanita yang sedang
hamil atau akan hamil.
•contoh: dietilstilbestrol, thalidomide, derivat/turunan vitamin
A seperti isotretinoin, etretinat

Pengaruh vitamin A ke kehamilan:


http://teratology.org/pubs/vitamina.htm
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9345570
Kategori obat pada kehamilan (FDA)
Category A
• Adequate and well-controlled studies have failed to demonstrate a risk to the fetus
in the first trimester of pregnancy (and there is no evidence of risk in later
trimesters).
• Example drugs or substances: levothyroxine, folic acid, liothyronine
Category B
• Animal reproduction studies have failed to demonstrate a risk to the fetus and
there are no adequate and well-controlled studies in pregnant women.
• Example drugs: metformin, hydrochlorothiazide, cyclobenzaprine, amoxicillin,
pantoprazole
Category C
• Animal reproduction studies have shown an adverse effect on the fetus and there
are no adequate and well-controlled studies in humans, but potential benefits may
warrant use of the drug in pregnant women despite potential risks.
• Example drugs: tramadol, gabapentin, amlodipine, trazodone
https://www.drugs.com/pregnancy-categories.html
Category D
• There is positive evidence of human fetal risk based on adverse reaction
data from investigational or marketing experience or studies in humans,
but potential benefits may warrant use of the drug in pregnant women
despite potential risks.
• Example drugs: lisinopril, alprazolam, losartan, clonazepam, lorazepam
Category X
• Studies in animals or humans have demonstrated fetal abnormalities
and/or there is positive evidence of human fetal risk based on adverse
reaction data from investigational or marketing experience, and the risks
involved in use of the drug in pregnant women clearly outweigh
potential benefits.
• Example drugs: atorvastatin, simvastatin, warfarin, methotrexate,
finasteride

https://www.drugs.com/pregnancy-categories.html
Classification of some agents, based on different country
Pharmaceutical agent Australia United States
Acetaminophen/Paracetamol A B
Acetylsalicylic acid/Aspirin C D third trimester
Amoxicillin A B
Cefotaxime B1 B
Diclofenac C D third trimester
Isotretinoin X X
Leflunomide X X
Loperamide B3 C
Phenytoin D D
Rifampicin C C
Thalidomide X X
Theophylline A C
Tetracycline D D
OBAT YANG PERLU MENDAPAT PERHATIAN
SELAMA KEHAMILAN
 Anti inflamasi non steroid (AINS): ibuprofen
menghambat sintesa prostaglandin, berkurang jumlah cairan
ketuban
 Anti emetik  antiemetik (siklizin, meklozin)
 Anti infeksi
Tetrasiklin  gangguan pertumbuhan tulang dan gigi
Aminoglikosida (gentamycin, streptomycin, kanamycin)  N VIII
 gangguan pendengaran
Chloramphenicol  sindrom bayi abu-abu
Golongan sulfa  akhir kehamilan: jaundice, kerusakan otak
• Barbiturat dan golongan benzodiazepin  fenitoin
karbamazepin, asam valproat, trimetadion
 bibir sumbing, tempurung kepala tidak sempurna, cacat
pada jari dan kuku kaki, kelainan jantung
 Fenitoin  menghambat sintesis asam folat 
mengganggu perkembangan otak dan saraf
 Fenitoin dan phenobarbital  menyebabkan kekurangan
vitamin K mudah mengalami perdarahan
• Antikoagulan  Turunan kumarin: Warfarin  cacat
bawaan, pendarahan
• Vitamin A dan turunannya (isotretinoin, etretinat dan
retinoid)  kelainan multipel pada sistem syaraf,
wajah, kardiovaskuler
• Etil alkohol sindroma alkohol : mikrosefalus, kelainan wajah,
mental, sendi, jantung  meninggal
• Stilbestrol  karsinoma vagina, penyakit reproduksi pada laki-
laki
• Anti hipertensi: Antagonis Kalsium, Diuretik, Reserpin, ACE
inhibitor  berkurangnya aliran darah ke plasenta
 ACE inhibitor  kerusakan ginjal
 Antagonis Kalsium (verapamil, nifedipin, diltiazem)  hipoksia fetal
 Diuretik  menurunkan perfusi uteroplasenta
 Reserpin  mengganggu termoregulasi
 Penyekat Neuroadrenergik  hipotensi postural, penurunan perfusi
uteroplasental
• Obat anti kanker
• Lithium  obat antidepresi
• Merkuri organik
PEDOMAN PEMBERIAN OBAT
PADA WANITA HAMIL

1. Pertimbangkan perawatan tanpa obat


2. Obat diresepkan jika manfaat lebih besar
3. Hindari penggunaan trimester pertama kehamilan
4. Penggunaan obat trimester 1 dan 2 selalu
konsultasikan dengan dokter, termasuk pemakaian
beberapa bahan kosmetik
5. Apabila diperlukan, gunakan obat yang
keamanannya telah diketahui dengan pasti
6. Obat harus digunakan pada dosis efektif terkecil
dan jangka waktu singkat
7. Hindari polifarmasi
8. Pertimbangkan penyesuaian dosis dan
pemantauan pengobatan pada beberapa obat
9. Bahan-bahan yang belum jelas benar isinya
hendaknya tidak dikonsumsi, termasuk jamu
tradisional
10. Untuk obat yang dijual bebas, perhatikan label,
konsultasikan ke dokter sebelum mengkonsumsi
2. PENGGUNAAN OBAT SELAMA MASA MENYUSUI

 Harus memperhatikan kemungkinan adanya ekskresi obat ke ASI


 Obat dapat mencapai ASI melalui difusi pasif melewati membran.
 Jumlah obat yang mencapai ASI tergantung: gradien konsentrasi antara
plasma dan ASI, kelarutan obat di dalam lemak, pKa (konstanta disosiasi
asam), kapasitas ikatan protein, dan pH ASI.
 pH ASI sedikit lebih rendah dari pada pH plasma, sehingga obat basa
lemah cenderung memiliki konsentrasi rasio ASI terhadap plasma yang
lebih tinggi dibandingkan obat asam lemah. Obat-obat basa lemah seperti
antipsikotik, antidepresan, litium, dan metronidazol
 Signifikansi klinik suatu obat pada ASI tergantung pada konsentrasi
dalam ASI, jumlah ASI yang dikonsumsi oleh bayi, absorpsi ASI oleh bayi,
dan efek obat terhadap bayi.
Obat yang perlu mendapat perhatian selama menyusui
 ANTIBIOTIK : TETRASIKLIN (noda di gigi),
KLORAMPHENICOL
 ISONIAZID  defisiensi pyridoxine (vit B6)
 AGEN SEDATIF DAN HIPNOTIK : BARBITURATE,
DIAZEPAM  lethargi, sedasi dan reflek hisap
yang lemah pada si bayi
 OPIOID : HEROIN, METHADONE, MORPHINE 
ketergantungan narkotik pada bayi
 LITHIUM
 UNSUR RADIOAKTIF  cth : Albumin 125I 
supresi tiroid dan meningkatkan resiko kanker
tiroid
Pedoman pemberian obat selama masa menyusui
• Pertimbangkan rute pemberian obat yang dapat
menurunkan ekskresi obat ke dalam ASI
• Hindari formulasi obat yang long action, misalnya
sustained release
• Jika memungkinkan hindari penggunaan jangka lama
• Hindari menyusui selama konsentrasi obat mencapai
puncak plasmanya
• Obat dosis tunggal diminum sesaat sebelum periode
tidur bayi paling lama.
• Jika memungkinkan rencanakan menyusui sebelum
pemberian dosis obat berikutnya
• Selalu mengamati bayi terhadap tanda-tanda yang tidak
biasa, seperti sedasi, iritasi, penurunan nafsu makan,
kesulitan menelan
• Tidak melanjutkan menyusui selama terapi obat jika
resiko terhadap bayi lebih berat.
3. PENGGUNAAN OBAT PADA NEONATUS DAN ANAK

1. Farmakokinetika
a. Absorbsi
 Produksi asam lambung rendah
penisilin diserap lebih cepat
 Waktu pengosongan lambung lambat
 Eliminasi first-pass hati rendah
 Luas permukaan tubuh lebih besar  Obat-obat topikal
mungkin diabsorbsi lebih cepat, ex: krim steroid dermatitis
b. Distribusi
 Tekanan darah lebih rendah  alirah darah ke jaringan
 Bayi terdiri dari 65%-75% air
 Tempat pengikatan pada protein lebih sedikit, hati-hati dengan dosis
 Sawar darah-otak belum berkembang penuh

c. Metabolisme atau Biotransformasi


 Bayi  Hati belum matang  aktivitas enzim-enzim hati rendah 
waktu paruh panjang
Anak yang lebih besar  waktu paruh dapat lebih singkat akibat
meningkatnya laju metabolisme

d. Ekskresi
 Aliran ke ginjal rendah Eliminasi obat melalui ginjal rendah  waktu
paruh lebih panjang  akumulasi, cth: antibiotik dan analgetik
diekskresi dengan lambat
2. Farmakodinamik
 Belum matangnya organ-organ  kepekaan reseptor,

ex: aspirin, morfin, dan fenobarbital lebih toksik pada


anak-anak daripada orang dewasa;
 Jaringan yang sedang tumbuh dengan cepat  lebih
peka terhadap obat, cth: kortikosteroid  terhambat
pertumbuhan  pantau TB
Perhitungan dosis pada anak

ditentukan berdasarkan umur, berat badan dan luas


permukaan badan.
perhitungan dosis dianjurkan berdasarkan luas
permukaan tubuh
Berdasarkan umur
• Kurang akurat, tidak mempertimbangkan variasi bobot dan
ukuran tubuh untuk anak dengan usia sama

• Rumus Young (< 8 tahun):

• Latihan: 1. Dosis parasetamol usia dewasa 1 kali minum


adalah 500 mg. Berapa dosis untuk anak usia 6 tahun?
(Jawaban: 166,66 mg)
Rumus Dilling (≥ 8 tahun)

Latihan: 2. Dosis lazim ibuprofen untuk usia dewasa adalah 400


mg untuk 1 kali minum. Berapa dosis untuk anak usia 10 tahun?
(jawaban: 200 mg)
Rumus Cowling (8-12 tahun)

Latihan: 3. Dosis lazim ibuprofen untuk usia dewasa adalah 400


mg untuk 1 kali minum. Berapa dosis untuk anak usia 10 tahun?
(jawaban: 183, 33 mg)
• Rumus Fried (untuk bayi)

• Latihan: 4. Dosis lazim Amoksisilin untuk usia dewasa adalah


500 mg untuk 1 kali minum. Berapa dosis untuk bayi usia 5
bulan? (jawaban: 16, 66 mg)
Rumus Gaubius

- 60 -70 tahun : 4/5 dosis dewasa


- 70- 80 tahun : 3/4 dosis dewasa
- 80-90 tahun : 2/3 dosis dewasa
- 90 tahun ke atas : ½ dosis dewasa.
Dosis berdasarkan berat badan
• Dosis lazim obat umumnya dianggap sesuai untuk
individu dengan berat badan 70 kg (154 pon)

• Rumus Clark

• Latihan: 5. Dosis lazim parasetamol untuk usia dewasa


adalah 500 mg untuk 1 kali minum. Berapa dosis untuk anak
dengan berat badan 20 kg? (1 kg = 2,2 pound)
• (jawaban: 146,66 mg)
• Rumus Thremick-Fier

• Latihan: 6. Dosis lazim parasetamol untuk usia dewasa adalah 500 mg


untuk 1 kali minum. Berapa dosis untuk anak dengan berat badan 20
kg? (jawaban: 142,85 mg)

• Rumus Black

• Latihan: 7. Dosis lazim parasetamol untuk usia dewasa adalah 500 mg


untuk 1 kali minum. Berapa dosis untuk anak dengan berat badan 20
kg? (jawaban: 161,29 mg)
Berdasarkan luas permukaan tubuh

• Luas permukaan tubuh = Body surface area (BSA)


• Paling akurat karena mempertimbangkan tinggi
badan dan berat badan
Rumus Du Bois Du Bois
Equation: BSA (m2) = 0.007184 x Height(cm)0.725 x Weight(kg)0.425

Rumus Mosteller

H: height: TB/tinggi badan W: weight/berat badan


Kalkulator BSA
• http://halls.md/body-surface-area/bsa.htm
• http://www-users.med.cornell.edu/~spon/picu/calc/bsacalc.htm
• http://www.medcalc.com/body.html
• http://ebmcalc.com/BodySurfaceArea.htm
Weight : kg
Height : cm

Body Surface Area = m2


Perkiraan BSA anak berdasarkan berat badan

•BSA dewasa rata-rata: 1,73 m2


Rumus dosis Crawford-terry-rourke

•Farmakoogi UI: 1,75m2


• Latihan: 8. Pasien anak, perempuan, usia 7 tahun (BB: 17 kg,
TB: 101 cm) diresepkan omeprazol di mana dosis untuk dewasa
adalah 20 mg sehari. Berapakah dosis pasien ini?
• Jawaban, dengan kalkulator, BSA = 0,68m2 (dubois); BSA: 0,69 (mosteller)
• Dosis= (0,68/1,73) X 20 mg = 7,86 mg (untuk BSA dubois)

• Latihan: 9. Dosis lazim suatu obat untuk dewasa adalah 150 mg.
Berapa dosis yg harus diberikan pada anak dengan berat badan
55 pound dan tingginya 3’ 5”(3 feet 5 inch)! ( 1 pound: 0,453 kg;
1 feet: 30,48 cm; 1 inch: 2,54 cm)
3’= 3 x 30,48 cm= 91,44 cm; 5” = 5 x 2,54 cm = 12, 7 cm  Tinggi badan: 104,14 cm; Berat
badan= 55 pound = 55 x 0,453 = 24,9 kg; dengan kalkulator, BSA: 0,82 (dubois)
Dosis anak: (0,82/1,73) x 150 mg = 71,1 mg (untuk BSA dubois)

Prinsip Pemberian obat pada neonatus
Pemberian obat oral dihindari, beresiko aspirasi
Injeksi Intramuscular dilakukan di paha depan
Obat dapat mendesak bilirubin dan albumin  hati-
hati ikterus
Jangan memberikan kloramphenicol

Prinsip Pemberian obat pada anak


Waspadai obat-obat yang dimetabolisme dgn
oksidasi dan hidrolisa waktu paruh pendek, ex:
fenitoin, barbital, teofilin
Dosis, cara pemberian, jadwal praktis dan efektif
Hindarkan obat dari jangkauan anak
Antibiotik harus tepat dosis dan durasinya
Untuk penyakit kronis, perlu dipantau farmasetik,
farmakokinetik dan farmakodinamik serta tumbang
anak
Hindari memberikan anak obat-obatan yang
diperuntukan bagi orang dewasa meskipun dengan
dosis kecil
Hindari memberikan obat dari resep dokter yang
diberikan pada orang lain dan bukan atas nama
anak.
Untuk anak berusia di bawah 3 tahun, tablet yang
dikunyah sering membuat tersedak
C. USIA LANJUT
Faktor yang mengakibatkan
reaksi obat pada lansia
Penyakit-penyakit kronik
Penggunaan obat-obat bebas
Pemakaian yang tidak tepat
Penggunaan berbagai jenis obat
Dosis yang berlebihan
Menggunakan obat orang lain
Proses penuaan fisiologis
Perubahan fisiologis pada lansia
1. Gastrointestinal
Peningkatan pH
Penurunan peristaltik
2. Jantung dan sirkulasi
Penurunan curah jantung
Penurunan aliran darah
3. Hati
Penurunan fungsi enzim
Penurunan aliran darah
4. Ginjal
Penurunan aliran darah
Penurunan fungsi nefron ginjal
Penurunan laju filtrasi glomerolus
Farmakokinetik
1. Absorbsi
Keasaman lambung berkurang
Aliran darah GI berkurang
Peristaltik menurun
2. Distribusi
Air tubuh berkurang
Rasio lemak terhadap air meningkat
Serum protein dan kadar albumin berkurang
3. Metabolisme
Penurunan produksi enzim hati, aliran darah,
fungsi hati  metabolisme obat
Laju metabolisme obat berkurang  waktu paruh
meningkat  akumulasi
4. Ekskresi
Aliran darah ginjal dan laju filtrasi menurun 
ekskresi menurun  akumulasi
Farmakodinamik

Perubahan jumlah reseptor obat


Berkurangnya afinitas terhadap tempat
reseptor
Respon kompensasi terhadap perubahan
fisiologis berkurang
Penyebab Ketidakpatuhan
Pengobatan Pada Lansia
Memakai terlalu banyak pengobatan
Tidak mengerti tujuan/alasan pemakaian obat
Menurunnya daya ingat
Berkurangnya mobilitas dan keluwesan gerak
Gangguan penglihatan dan pendengaran
Keuangan yang berkurang
Efek samping dan reaksi dari obat, cth: Ibuprofen
IMPLIKASI KEPERAWATAN
Pemberian Obat pada ibu hamil dan menyusui
Perawat perlu memiliki pengetahuan memadai, terbaru
tentang obat-obatan utk ibu hamil dan menyusui
Perawat harus memahami pemakaian dan pemberian obat
selama masa hamil dan menyusui
Beri penjelasan pada ibu hamil utk menghindari
penggunaan obat selama kehamilan, terutama trimester I.
Apabila diperlukan, gunakan obat yang keamanannya
terhadap ibu hamil telah diketahui dengan pasti.
Beri penjelasan bagi ibu menyusui kapan waktu yang tepat
minum obat untuk meminimalkan perpindahan obat ke ASI

Pemberian Obat pada anak dan neonatus


Permantauan efek samping obat dengan ketat
Perhatikan perubahan perilaku bayi
Perhitungan dosis yang tepat
Pemberian Obat pada lansia
Kaji gangguan penglihatan, status mental,
disorientasi
Kaji riwayat gangguan ginjal, hati, gastrointestinal
Kaji nilai lab fungsi ginjal, keluaran urin, nitrogen urea
darah, enzim hati
Beri penjelasan alasan pengobatan, cara pemakaian,
frekuensi pemberian, efek samping dan kapan
memberitahu petugas kesehatan jika ada gejala
Kenali perubahan dari perilaku yang biasa atau
bertambahnya kebingungan berkaitan dengan aturan
obat
Jelaskan pada lansia atau keluarga mengenai
pentingnya regimen obat. Tekankan untuk memakai
obat sesuai dengan perintah dalam resep
Pantau kemungkinan reaksi yang tidak diinginkan jika
beberapa macam obat diberikan

Anda mungkin juga menyukai