PENDAHULUAN
1
2
1.5 Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah
Terdapat hubungan antara obat polifarmasi dengan potensi interaksi obat pada
pasien geriatri di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSUDZA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Geriatri
Gerontologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang menangani kondisi
dan penyakit yang dikaitkan dengan proses penuaan.14 Prevalensi geriatri (60
tahun) meningkat lebih cepat dibandingkan populasi kelompok umur lainnya
karena peningkatan angka harapan hidup dan penurunan angka kelahiran. 15 Data
demografi dunia menunjukkan peningkatan populasi geriatri meningkat tiga kali
lipat dalam waktu 50 tahun, dari 600 juta geriatri pada tahun 2000 menjadi lebih
dari 2 miliar geriatri pada tahun 2050. Hal itu menyebabkan populasi geriatri yang
berusia lebih atau sama dengan 80 tahun meningkat terutama di negara maju.
Jumlah penduduk geriatri di Indonesia mencapai peringkat lima terbanyak di
dunia, yakni 19,9 juta pada tahun 2010 dan akan meningkat menjadi 28,8 juta
pada tahun 2025. Angka harapan hidup penduduk Indonesia mencapai 67,8 tahun
pada tahun 2000-2005 dan menjadi 73,6 tahun pada tahun 2020-2025. 4,16
Berdasarkan kategori usia geriatri di kelompokkan menjadi 3 kategori yaitu
elderly (60-74 tahun), old (75-90 tahun), very old (>90 tahun).15
Beberapa penyakit kronis yang sering terjadi pada pasien geriatri adalah
hipertensi, gagal jantung, gangguan saraf, gagal ginjal kronik, diabetes mellitus,
penyakit paru obstruktif, penyakit muskuloskeletal, serta penyakit digestif.5,6 Pada
geriatri penyakit-penyakit tersebut berdampak pada imobilisasi, instabilitas,
inkontinensia, insomnia, depresi, infeksi, defisiensi imun, malnutrisi, gangguan
pendengaran dan penglihatan, gangguan kognitif, irritable colon, dan impotensi.17
Pemberian obat pada pasien geriatri haruslah tepat indikasi, tepat pasien,
tepat dosis (cara dan lama pemberian) serta waspada efek samping obat
dikarenakan hal-hal sebagai berikut:
1. Penyakit pada pasien geriatri cenderung terjadi pada banyak organ dan
pasien cenderung mendatangi banyak dokter, sehingga pemberian obat
cenderung bersifat polifarmasi.
2. Pemberian obat polifarmasi dapat meningkatkan resiko lebih banyaknya
kejadian interaksi obat, efek samping obat dan reaksi yang merugikan.
4
5
2.3 Polifarmasi
2.3.1 Definisi
Menurut WHO polifarmasi adalah penggunaan obat dalam jumlah yang
banyak dalam waktu bersamaan atau penggunaan obat dalam jumlah yang
berlebihan dan melebihi keperluan dari indikasi klinis.23 Polifarmasi juga dapat
didefinisikan berdasarkan jumlah jenis obat yang dikonsumsi yaitu pemberian 5
jenis obat atau lebih pada 1 pasien.7 Insidensi dan prevalensi dari polifarmasi
tergantung dari definisi yang digunakan.24
2.3.2 Faktor Resiko Polifarmasi
Faktor resiko terbesar untuk mendapat obat secara polifarmasi adalah
geriatri. Faktor resiko lain yang ditemukan antara lain tingginya frekuensi berobat,
status kesehatan yang buruk, depresi, hipertensi, anemia, asma, angina,
diverticulosis, osteoarthritis, gout dan diabetes mellitus. 25
2.3.3 Dampak Polifarmasi
Banyaknya jumlah obat serta tingginya frekuensi mengonsumsi obat
menimbulkan dampak yang merugikan di kalangan geriatri. dampak signifikan
yang timbul akibat polifarmasi adalah meningkatkan resiko interaksi obat, kasus
jatuh, dan meningkatnya mortalitas.25
Berdasarkan studi literatur bertambahnya hari rawat inap dikarenakan
kesalahan pemberian obat serta pengeluaran biaya tambahan yang tidak efisien
karena peresepan obat berlebihan dan tidak tepat merupakan dampak yang
dikaitkan dengan polifarmasi.26
2.3.4 Polifarmasi Pada Pasien Geriatri
Polifarmasi pada pasien geriatri sulit dihindari dikarenakan:
1. Banyaknya penyakit yang diderita pasien dan biasanya bersifat kronis.
2. Obat yang dikonsumsi merupakan resep dari beberapa dokter
3. Gejala yang dirasakan pasien seringkali tidak jelas
4. Adanya penambahan obat baru untuk menghilangkan efek samping
obat
8
3. Interaksi Obat-Herbal
Obat Glycyrrhizin glabra (liquorice) yang digunakan dalam pengobatan
gangguan pencernaan dapat menyebabkan interaksi yang signifikan pada pasien
yang mengonsumsi digoksin ataupun diuretik. Beberapa produk herbal
mengandung senyawa antiplatelet dan antikoagulan yang dapat meningkatkan
resiko perdarahan ketika digunakan bersama dengan aspirin atau warfarin.27
4. Interaksi Obat-Penyakit
Interaksi obat dengan penyakit sering disebut sebagai kontraindikasi
absolut dan relatif. Kontraindikasi absolut adalah resiko terapi yang menyebabkan
penyakit tertentu, jelas kerugiannya melebihi manfaatnya. Dengan kontraindikasi
relatif, keseimbangan resiko dan manfaat harus dikaji secara individu. Contoh
umum dari kontraindikasi relatif mencakup kehamilan, menyusui, gagal ginjal dan
gagal hati.32
d. Ekskresi
Interaksi yang mempengaruhi eksresi umumnya mempengaruhi
transport aktif di dalam tubulus ataupun efek pH pada transport pasif dari
asam lemah dan basa lemah. Dalam kasus terbaru, ada sedikit obat yang
secara klinis dipengaruhi oleh perubahan pH urin, seperti fenobarbital dan
salisilat. Perubahan presentasi sodium pada ginjal mempengaruhi eksresi
dan level serum lithium.33 Contoh yang menunjukkan efek gangguan
eksresi ginjal akibat kerusakan ginjal oleh obat adalah aminoglikosida
yang merusak ginjal disertai akumulasi AINS yang keduanya akhirnya
bersinergis dalam menimbulkan kerusakan ginjal.30
Tabel 2.2 Contoh Interaksi Farmakokinetik30
Obat A Obat B Efek
Absorpsi Resin penukar anion Obat A diabsorpsi oleh obat B
Warfarin, (kolestiramin,kolestipol) sehingga jumlah absorpsi obat A
digoksin, Kalsium menurun
siklosporin, asam Kompleks yang tidak larut sehingga
valproat jumlah absorpsi obat A menurun
Bifosfonat
(alendronat)
Distribusi Fenilbutazon, Obat B menggeser obat A dari
Feniotin oksifenbutazon, salisilat, ikatannya dengan protein plasma
valproat sehingga efek atau toksisitas obat A
meningkat
Metabolisme Eritromisin, Meningkatkan kadar midazolam
Midazolam ketokonazol, sehingga menimbulkan efek sedasi
(Substrat) itrakonazol, ditiazem, yang lama dan dalam
verapamil (penghambat)
Fenitoin (Substrat) Simetidin (Penghambat) Meningkatkan kadar fenitoin
Simvastatin, Meningkatkan kadar statin
atorvastatin, mengakibatkan rabdomiolisis dan
lovastatin kontraindikasi
(Substrat)
Eksresi Digoksin Obat A merupakan obat yang
Aminoglikosida, merusak ginjal dan akumilasi obat B
siklosporin dieliminasi terutama melalui ginjal
sehingga akumulasi obat B
menimbulkan efek toksik
Amfoterisin B Flusitosin Akumulasi obat B menimbulkan efek
depresi sumsum tulang
Obat bersifat basa: Amonium Klorida Obat B mengasamkan urin dan
amfetamin, efedrin, (untuk pengobatan pada mengakibatkan meningkatnya
pseudoefedrin, keracunan obat A) ionisasi obat A sehingga eksresi obat
kuinidin A menjadi meningkat
Obat bersifat asam: Natrium bikarbonat Obat B membasakan urin dan
13
3. Interaksi Farmakodinamik
Interaksi farmakodinamik merupakan interaksi antara obat yang bekerja
pada sistem reseptor, tempat kerja atau sistem fisiologik yang sama sehingga
terjadi efek yang aditif, sinergistik atau antagonistik, tanpa terjadi perubahan
kadar obat dalam plasma. Interaksi farmakodinamik merupakan sebagian besar
dari interaksi obat yang penting dalam klinik. Kebanyakan interaksi
farmakodinamik dapat diperkirakan kejadiannya, sehingga dapat dihindarkan jika
mengetahui mekanisme kerja obat yang bersangkutan.30
a. Interaksi aditif atau sinergis
Jika dua obat yang memiliki efek farmakologis yang sama
diberikan bersamaan efeknya bisa bersifat aditif. Sebagai contoh, alkohol
menekan SSP, jika diberikan dalam sedang dosis terapi normal sejumlah
obat (ansiolitik, hipnotik, dan lain-lain) dapat menyebabkan mengantuk
berlebihan. Terkadang efek aditif juga dapat menyebabkan toksik seperti
aditif ototoksisitas, nefrotoksisitas, depresi sumsum tulang belakang dan
perpanjangan interval QT.31
b. Interaksi antagonis atau berlawanan
Ada beberapa pasang obat dengan kerja yang berlawanan satu
sama lain. Misalnya kumarin dapat memperpanjang waktu pembekuan
darah yang secara kompetitif menghambat efek vitamin K. Jika asupan
vitamin K bertambah, efek dari antikoagulan oral dihambat dan waktu
protrombin dapat kembali normal, sehingga menggagalkan manfaat terapi
pengobatan antikoagulan.31
4. Interaksi Lain-Lain
Seperti interaksi antar antimikroba. Pada meningitis yang disebabkan oleh
pneumokokus yang sensitif terhadap ampisilin, pemberian penisilin bersama
kloramfenikol/klortetrasiklin menimbulkan antagonisme. Pemberian ketokonazol
bersama amfoterisin B untuk penyakit jamur sistemik bersifat antagonisme.30
Geriatri1
Perubahan
Farmakokinetik Multipatologi dan
dan Penurunan fungsi
Farmakodinamik organ 5,6
20,22
17
18
Kedokteran dan Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Adapun
tahapan pengumpulan datanya sebagai berikut :
1. Peneliti mengambil data dari rekam medik pasien. Data yang diambil
meliputi:
a. Nama, usia, jenis kelamin
b. Diagnosis penyakit
c. Obat-obatan yang digunakan
2. Setelah data terkumpul, peneliti melapor kembali ke Bagian Pendidikan
RSUDZA Banda Aceh, untuk mendapatkan surat keterangan selesai melakukan
penelitian. Kemudian dilakukan pengolahan data berupa :36
a. Coding, yaitu pemberian kode untuk mengurutkan data dan
memudahkan pengolahan data.
b. Editing, yaitu memeriksa kembali data untuk menghindari
kesalahan, dan menjamin data sudah lenkap dan benar.
c. Tabulating, yaitu data yang diperoleh dikelompokan sesuai dengan
karakteristik dan ditambilkan dalam bentuk tabel sesuai dengan sub
variabel yang diteliti kemudian dihitung frekuensinya.
d. Cleaning, yaitu mengevaluasi kembali data untuk menghindari
kesalahan dalam pengolahan data.
f1
p= x 100
n
21
Keterangan: P = Persentase
f1 = Frekuensi teramati
n = Jumlah sampel
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan tingkat
polifarmasi dengan potensi interaksi obat pasien geriatri. Dalam analisis
data, uji hipotesis yang akan digunakan adalah uji chi square.
Rumus dalam analisis ini adalah :
X [
= f
( f f )
]
Keterangan: X = Nilai Chi Square
f = Frekuensi yang diharapkan
f = Frekuensi yang diperoleh
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
23
24
Berdasarkan tabel 4.2 jumlah jenis obat terbanyak yang diberikan pada
pasien geriatri adalah 5 jenis obat yaitu diberikan pada 14 pasien (23%).
Sedangkan yang paling sedikit adalah 9 jenis obat yang diterima 1 pasien (1,6%).
4.1.3 Pasien Geriatri Yang Mengalami Interaksi Obat
Dengan menggunakan Drug Interactions Checker potensi interaksi obat
dapat diketahui. Data obat yang telah diterima pasien geriatri selama menjalani
rawat inap dimasukkan ke dalam Drug Interactions Checker dan kemudian
didapatkan apakah obat-obat yang telah diterima pasien berpotensi mengalami
interaksi atau tidak. Data jumlah pasien yang mengalami interaksi obat disajikan
pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Jumlah Pasien Geriatri Yang Mengalami Interaksi Obat
Interaksi Obat Frekuensi (n=61) Persentase (%)
Ada 40 65,6
Tidak Ada 21 34,4
Total 61 100,0
Pada uji Chi Square didapatkan p value = 0,001 (p <0,05) berarti terdapat
korelasi yang sangat signifikan antara polifarmasi dengan potensi interaksi obat
pada pasien geriatri.
26
4.2 Pembahasan
4.2.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Geriatri
Hasil penelitian yang dilakukan pada periode Oktober sampai November
2016 didapatkan 61 orang pasien geriatri yang memenuhi kriteria inklusi.
Sifat penyakit pada pasien geriatri tidak sama dengan penyakit pada
golongan usia lainnya. Penyakit pada geriatri cenderung bersifat multipel, yang
merupakan akumulasi antara penurunan fungsi fisiologis dan berbagai proses
patologik. Penyakit biasanya bersifat kronis, menimbulkan kecacatan, bahkan
dapat menyebabkan kematian. Geriatri juga rentan terhadap berbagai penyakit
akut, yang diperberat dengan kondisi daya tahan tubuh yang menurun. Selain itu
kesehatan pada geriatri juga dipengaruhi oleh faktor psikis, sosial, dan ekonomi.
Hal tersebut yang menyebabkan tingginya angka rawat inap yang harus dilakukan
pada pasien geriatri.38
4.2.2 Jumlah Obat Yang Diberikan Pada Pasien Geriatri
Berdasarkan penelitian ini, jumlah obat yang paling banyak dikonsumsi
oleh pasien geriatri yaitu 5 jenis obat seperti terlihat pada tabel 4.2. Penelitian ini
menunjukkan bahwa tingginya peresepan obat dengan jumlah yang banyak pada
pasien geriatri. Menurunkan jumlah peresepan obat pada geriatri merupakan hal
yang sulit, dikarenakan kondisi multipatologi yang membutuhkan farmakoterapi.39
Hasil Penelitian di USA menunjukkan peningkatan persentase kejadian
polifarmasi pada geriatri dikarenakan banyaknya konsultasi medis yang dilakukan
yaitu dari 6,7% menjadi 18,7% sejak tahun 1990-2000.40 Hasil penelitian di
Swedia menunjukkan peningkatan kejadian polifarmasi (10 obat) dengan
persentase 15% sejak tahun 2005-2008. Hasil penelitian lainnya di New Zealand
menunjukkan persentase kejadian polifarmasi meningkat dari 1,3% menjadi 2,1%
pada tahun 2005-2013.41
Pemberian obat secara polifarmasi pada pasien geriatri dapat memberikan
banyak dampak negatif. Selain meningkatkan potensi interaksi obat juga dapat
meningkatkan biaya pengobatan, meningkatkan kejadian ADR (Adverse Drug
27
kemungkinan 50% dan naik menjadi 100% apabila seseorang mendapat 20 jenis
obat.10
Informasi interaksi obat dibutuhkan oleh tenaga kesehatan terutama dalam
menangani pasien geriatri yang memiliki sangat berisiko mengalami polifarmasi.
Pemanfaatan Drug Interactions Checker merupakan pilihan terbaik dalam
mengidentifikasi dan mencegah kejadian interaksi obat.50
4.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini masih memiliki kekurangan, antara lain peneliti tidak
mengevaluasi potensi interaksi obat berdasarkan kondisi klinis pada pasien, fungsi
ginjal serta fungsi hati pasien geriatri sehingga kemungkinan ada faktor lain yang
menyebabkan adanya potensi interaksi obat yang ada pada pasien geriatri.
31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Terdapat hubungan antara polifarmasi dengan potensi interaksi obat
pada pasien Geriatri di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSUDZA
Banda Aceh.
2. Jumlah jenis obat yang sering diberikan pada pasien geriatri di Ruang
Rawat Inap Penyakit Dalam RSUDZA Banda Aceh adalah 5 jenis obat
(23%), 6 jenis obat (19,7%), dan 3 jenis obat (18%)
3. Pasien geriatri di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSUDZA Banda
Aceh yang berpotensi mengalami interaksi obat didapatkan 40 pasien
(65,6%) berpotensi mengalami interaksi obat dan 21 pasien (34,4%)
tidak berpotensi mengalami interaksi obat.
4. Potensi interaksi yang sering ditemukan pada pasien geriatri di Ruang
Rawat Inap Penyakit Dalam RSUDZA Banda Aceh adalah interaksi
dengan tingkat keparahan moderate pada 31 pasien (50,8%), moderate
dan mayor pada 7 pasien (11,5%), dan mayor pada 2 pasien (3,3%).
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disarankan beberapa hal yaitu :
1. Perlu edukasi kepada pasien dan pengawasan yang lebih baik terhadap
dampak polifarmasi yang didapatkan pasien geriatri di RSUDZA Banda
Aceh.
2. Perlu penelitian yang lebih spesifik mengenai dampak polifarmasi
terhadap interaksi obat pada penyakit-penyakit tertentu.
3. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai interaksi obat secara in vivo.
32
DAFTAR PUSTAKA
5. Von Lueder TG, Atar D. Comorbidities and polypharmacy. Heart Fail Clin
[Internet]. Elsevier Inc; 2014;10(2):36772.
33
34
14. Setiati, Harimurti, Roosheroe. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed.
Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, editors. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Penyakit Dalam FKUI; 2006. 1335 p.
15. United Nations, Department of Economic and Social Affairs PD. World
Population Ageing. United Nations. 2013. 3 p.
21. Judith H, April H. Pedoman Obat Untuk Perawat. 1st ed. Sari K, Monica E,
editors. Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005. xvi.
23. WHO. Aging and Health Technical Report: A glossary of terms for
community health care and services for older persons. 2004.
28. Setiawati. Farmakologi Dan Terapi: Interaksi Obat. 5th ed. Gunawan S,
editor. Jakarta: Departemen Farmakologi Dan Teraupetik FKUI; 2012. 862-
874 p.
30. Setiawati A. Farmakologi Dan Terapi: Interaksi Obat. 5th ed. Gunawan S,
Setabudi R, Nafriadi, Elysabeth, editors. Departemen Farmakologi Dan
Teraupetik FKUI; 2012. 8 862-875.
33. Tatro, editor. Drug Interaction Facts. 6th ed. United States Of America:
Wolters Kluwer Company; 2001.
34. Drugs: Drug Interaction Checker [Internet]. 2016 [cited 2016 May 7].
Available from: http://www.drugs.com/drug_interactions.php
35. Obreli Neto PR, Nobili A, de Lyra DPJ, Pilger D, Guidoni CM, de Oliveira
Baldoni A, et al. Incidence and predictors of adverse drug reactions caused
by drug-drug interactions in elderly outpatients: a prospective cohort study.
J Pharm Pharm Sci. Canada; 2012;15(2):33243.
37. Badan POM RI: Pedoman Monitoring Efek Samping Obat (MESO) Bagi
Tenaga Kesehatan. Badan POM RI; 2012.
40. Aparasu RR, Mort JR, Brandt H. Polypharmacy trends in office visits by
the elderly in the United States, 1990 and 2000.". Res Soc Adm Pharm 1.
2005;44659. doi: 10.1016/j. sapharm.2005.06.004.
42. Fletcher P, Berg K, Dalby D, Hirders J. Risk factors for falling among
community-based seniors. J Patient Sa [PubMed 19920442]. 2009;5:6166.
46. Girre V, Arkoub H, Puts MTE, Vantelon C, Blanchard F, Droz JP, et al.
Potential drug interactions in elderly cancer patients. Crit Rev Oncol /
Hematol [Internet]. Elsevier Ireland Ltd; 2011;78(3):2206.
Tahun 2016
Kegiatan Bulan
No
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Studi kepustakaan
2 Penyusunan proposal
3 Seminar proposal
4 Perbaikan proposal
5 Penelitian
6 Pengolahan data
7 Penyusunan laporan
akhir
8 Sidang skripsi
37
38
Kuala
39
Formulir Penelitian
Nomor Rekam Medik : ..................................................................................
Nama : ..................................................................................
Usia : ...... Tahun
2. .....................................................................
3. .....................................................................
4. .....................................................................
2. .....................................................................
3. .....................................................................
4. .....................................................................
5. .....................................................................
6. .....................................................................
7. .....................................................................
8. .....................................................................
9. .....................................................................
10. ...................................................................
44
Master Data
Tidak Tidak -
24 M Harun L 60 4 Polifarmasi Ada
Tidak Moderate
25 Makdiah 65 3 Polifarmasi Ada
26 Abdurrahman L 60 7 Polifarmasi Ada Moderate
27 Hasyim L 61 5 Polifarmasi Ada Moderate
28 Ismail Sakan L 72 6 Polifarmasi Ada Moderate
29 Rukaiyah P 81 6 Polifarmasi Ada Moderate
30 Putri P 73 9 Polifarmasi Ada Moderate
31 HJ Ummi P 69 5 Polifarmasi Ada Moderate
Sara Tidak Tidak -
32 Sihombing P 61 3 Polifarmasi Ada
M. Yusuf Tidak Moderate
33 Abdullah L 75 3 Polifarmasi Ada
Tidak Mayor
34 Rohana P 62 3 Polifarmasi Ada
Zakarria Tidak Tidak -
35 Abbas L 62 4 Polifarmasi Ada
36 Ruzuar L 66 8 Polifarmasi Ada Moderate
Polifarmasi Tidak -
37 Nurjannah P 73 5 Ada
38 Mariati P 60 5 Polifarmasi Ada Moderate
Tidak Tidak -
39 Hamidah P 61 4 Polifarmasi Ada
Polifarmasi >1
40 Nursiah AR P 61 6 Ada Interaksi
Salamah Polifarmasi Moderate
41 Budiman P 70 5 Ada
Putri Tidak Moderate
42 Mahmud P 70 3 Polifarmasi Ada
43 Aisyah P 61 12 Polifarmasi Ada Moderate
44 Rasyidah P 61 7 Polifarmasi Ada Moderate
45 Sakdiah P 70 6 Polifarmasi Ada Moderate
Sulaiman Polifarmasi Moderate
46 Ibrahim L 69 7 Ada
H Polifarmasi Tidak -
47 Muhammad L 68 5 Ada
Tidak Tidak -
48 Anisah P 69 4 Polifarmasi Ada
49 Ainsyah P 82 5 Polifarmasi Ada Moderate
Nursiah M. Tidak Tidak -
50 Thaib P 67 3 Polifarmasi Ada
51 Rudhoi Amin P 76 5 Polifarmasi Ada Moderate
Polifarmasi >1
52 Ramisyah P 61 12 Ada Interaksi
Tidak Tidak -
53 Rubiah P 63 4 Polifarmasi Ada
54 Hindun P 79 6 Polifarmasi Ada >1
46
Interaksi
55 Jariah P 65 5 Polifarmasi Ada Moderate
56 Cut Mariana P 77 5 Polifarmasi Ada Moderate
Tidak Tidak -
57 Nurmi P 68 4 Polifarmasi Ada
Tidak Tidak -
58 Aminah P 60 2 Polifarmasi Ada
59 Zimmah P 77 5 Polifarmasi Ada Moderate
Tidak Moderate
60 Ratnawati A P 66 3 Polifarmasi Ada
61 Nurminah P 61 5 Polifarmasi Ada Moderate
47
Jenis Kelamin
Kategori Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Jumlah Obat
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Interaksi Obat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Polifarmasi 32 5 37
Interpretasi Jumlah Obat
Tidak Polifarmasi 8 16 24
Total 40 21 61
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,26.
b. Computed only for a 2x2 table