Anda di halaman 1dari 23

UJI AKTIVITAS ANTIKOAGULAN EKSTRAK

DAUN MAYANA (Coleus atropurpureus L. Benth)


MENGGUNAKAN METODE LEE-WHITE

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Farmasi Program Studi Farmasi

OLEH

DESIANA RANTE
NIM 2014 0511 0640 05

PROGRAM STUDI FARMASI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2018
ABSTRAK
Desiana Rante. 2018. UJI AKTIVITAS ANTIKOAGULAN EKSTRAK
DAUN MAYANA (Coleus atropurpureus L. Benth) MENGGUNAKAN
METODE LEE-WHITE. Skripsi Jurusan Farmasi FMIPA. Universitas
Cenderawasih Jayapura. Tanaman ini kaya dengan kandungan senyawa kimia,
antara lain minyak atsiri, tanin, fiosterol, flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas antikoagulan dari ekstrak mayana (Coleus atropurpureus).
Penelitian ini dilakukan dengan pengujian menggunakan metode modifikasi Lee-
White yang diujikan pada sampel jenis golongan darah manusia yang diambil
yaitu pada golongan darah A, golongan darah B, golongan darah AB, dan
golongan darah O.

Kata kunci : Daun Mayana, Coleus atropurpureus, , Antikoagulan, Metode


Modifikasi Lee-White

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal dengan judul “UJI AKTIVITAS ANTIKOAGULAN EKSTRAK


DAUN MAYANA (Coleus atropurpureus L. Benth) MENGGUNAKAN
METODE LEE-WHITE” oleh Desiana Rante

Jayapura, Maret 2018

Pembimbing I Pembimbing II

Eva Susanty Simaremare, S.Si., M.Si Elsye Gunawan, S.Farm., M.Sc., Apt

NIP. 19830913 201212 2 001 NIP. 19821118 201212 2 001

ii
MOTTO

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii

MOTTO ................................................................................................................. iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 3

1.4 Manfaat penelitian ................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 5

2.1.Tanaman Mayana (Coleus atropurpureus L. Benth) .................................... 5

2.1.1 Ciri Morfologi ........................................................................................ 5

2.1.2. Klasifikasi ............................................................................................. 5

2.1.3. Kandungan kimia .................................................................................. 6

2.2 Simplisia........................................................................................................ 7

2.3 Ekstraksi ........................................................................................................ 7

2.3.1 Ekstraksi Cara Dingin ............................................................................ 7

2.3.2 Ekstraksi Cara Panas .............................................................................. 8

2.4 Antikoagulan ................................................................................................. 9

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 10

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 10

3.2 Alat dan Bahan ...................................................................................... 10

3.2.1 Alat .................................................................................................. 10

3.2.2 Bahan............................................................................................... 10

iv
3.3 Prosedur Kerja ....................................................................................... 11

3..3.1 Pengambilan Sampel ....................................................................... 11

3.3.2 Pembuatan Simplisia ....................................................................... 11

3.3.3 Ekstraksi .......................................................................................... 12

3.3.4 Penyiapan Sampel Uji Darah .......................................................... 12

3.3.5 Penyiapan Sampel Untuk Pengujian ............................................... 13

3.3.6 Pengujian Ekstrak Daun Mayana Pada Sampel Uji Darah ............. 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

v
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman
hayati, memiliki hutan tropika terbesar kedua di dunia, dan dikenal sebagai salah
satu Negara megabiodiversity kedua setelah Brazil (Ersam, 2004). Hutan
Indonesia juga kaya akan tumbuhan obat dan terdapat 20.000 jenis tumbuhan obat
dimana 1.000 jenis tumbuhan telah didokumentasi dan 300 jenis telah
dimanfaatkan sebagai obat tradisional (Hariana, 2005).

Indonesia kaya akan tanaman obat yang telah digunakan oleh masyarakat
selama berabad-abad, salah satunya adalah tanaman mayana (Coleus
atropurpureus L. Benth). Tanaman Mayana merupakan sebuah tanaman yang
memiliki varietas yang sangat banyak. Perbedaan varietas tersebut dapat dilihat
dari perbedaan warna daun yang sangat beragam. Nama tanaman ini dibeberapa
daerah berbeda-beda, seperti miana, Jawer kotok, Iler. Corak, bentuk dan warna
mayana beranekaragam (Dalimartha, 2008).

Miana merupakan salah satu tanaman yang termasuk ke dalam daftar 66


komoditas tanaman biofarmaka berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor:
511/ Kpts/PD.310/9/2006 (Promosiana, 2007). Tanaman Miana mengandung
senyawa-senyawa yang berkhasiat sebagai antibakteri, diare, bisul, infeksi telinga,
wasir maupun sebagai penambah nafsu makan (Syamsuhidayat dan Hutapea,
1991).

Umumnya daun miana dalam bentuk segar (tumbukan, perasan, seduhan,


dan rebusan) digunakan untuk mengobati asma, bronchitis, batuk, melancarkan
siklus menstruasi, menetralisir racun, penambah nafsu makan, mempercepat
pematangan bisul, diare, dan cacingan (Winarto 2007). Air rebusan daun miana
juga digunakan sebagai obat batuk, wasir, terlambat haid, dan kencing manis
(Julianus et al. 2011).

1
Bagian dari tanaman miana yang biasa dimanfaatkan sebagai obat adalah
daunnya. Hanya miana dengan daun berwarna merah kecoklatan atau kehitaman
dengan tepian bergerigi yang dapat dimanfaatkan sebagai obat (Rahmawati et al.
2008). Daun miana mengandung minyak atsiri, fenol, tanin, lemak, dan fitosterol
(Winarto 2007). Selain itu, daun miana mengandung alkaloid, flavonoid, dan
polifenol yang bersifat antibakteri (Sundari & Winarno 1996).

Dugaan adanya aktivitas antikoagulasi karena menurut Gould dan Lister


(2006), senyawa fitokimia golongan pigmen flavonoid dalam dunia kedokteran
dimanfaatkan dalam pengobatan, antikoagulasi, antibiotik, antivirus, dan
antijamur.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Hardiyanti et al, 2013)


mengenai uji fitokimia yaitu pada hasil pengujian kandungan senyawa yang
terdapat dalam daun miana mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder,
yaitu flavonoid, fenolik, dan triterpenoid. Pada aktivitas antioksidan ekstrak
methanol yang diasamkan dengan HCl didapatkan nilai IC50 yaitu pada
konsentrasi 0,02% (b/v), dan untuk Vitamin C yaitu 0,023 % (b/v). Dari nilai IC50
tersebut dapat dilihat bahwa daya hambat ekstrak methanol yang diasamkan
dengan HCl lebih besar dibandingkan dengan Vitamin C. Sedangkan untuk
penelitian antikoagulan dari daun mayana belum pernah dilakukan, Sehinnga
mendorong peneliti untuk melakukan pengujian aktivitas antikoagulan ekstrak
daun mayana dengan menggunakan metode Lee-White.

Beberapa penelitian mengenai efek antikoagulan sebelumnya adalah pada


ekstrak etanol buah mahkota dewa yang mengandung senyawa alkaloid, saponin,
flavonoid, lignin, polifenol, dan resin. Senyawa yang menunjukkan efek
antikoagulan pada mencit putih jantan adalah flavonoid (Hidayat, 2007). Studi
epidemiologis menunjukkan bahwa senyawa yang berfungsi sebagai modulasi
trombosit adalah flavonoid (Shahriyari dan Yazdanparast, 2009).

2
Antikoagulan adalah zat yang digunakan untuk mencegah terjadinya
pembekuan darah (Gandasoebrata, 1992). Antikoagulan digunakan untuk
mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat fungsi beberapa faktor
pembekuan darah yaitu dengan cara mengikat kalsium atau dengan menghambat
pembentukan thrombin yang diperlukan untuk mengkonversi fibrinogen menjadi
fibrin dalam proses pembekuan (Rosmiati dan Gan, 1995).

Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas antikoagulan dari ekstrak


daun mayana sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengurangi terjadinya
pembekuan darah yang diujikan pada sampel jenis golongan darah manusia yang
diambil yaitu pada golongan darah A, golongan darah B, golongan darah AB, dan
golongan darah O. Untuk menentukan masa pembekuan darah yang diamati
secara visual, dengan menggunakan metode Lee-White yang sudah dimodifikasi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan
masalahnya sebagai berikut:
1. Apakah pengaruh ekstrak etanol daun mayana mempunyai aktifitas sebagai
antikoagulan ?

2. Apakah ada perbedaan aktivitas antikoagulan pada beberapa variasi konsentrasi


dari ekstrak etanol daun mayana terhadap golongan darah manusia ?

1.3 Tujuan Penelitian


Dari rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui adanya aktivitas antikoagulan dari ekstrak etanol daun
mayana.
2. Untuk mengetahui perbedaan aktivitas antikagulan pada beberapa konsentrasi
dari ekstrak etanol daun mayana.

3
1.4 Manfaat penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Dapat digunakan sebagai dasar teori dalam penelitian selanjutnya sebagai
manfaat dari daun mayana.
2. Dapat memberikan informasi mengenai pemanfaatan tanaman daun mayana
sebagai antikoagulan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat.

4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Tanaman Mayana (Coleus atropurpureus L. Benth)


2.1.1 Ciri Morfologi
Tanaman mayana tumbuh subur di daerah dataran rendah sampai
ketinggian 1500 meter diatas permukaan laut dan merupakan tanaman
semusim. Umumnya tanaman ini ditemukan di tempat lembab dan terbuka
seperti pematang sawah, tepi jalan pedesaan di kebun-kebun sebagai tanaman
liar atau tanaman obat. Tanaman mayana memiliki batang herba, tegak atau
berbaring pada pangkalnya dan merayap tinggi berkisar 30-150 cm, dan
termasuk kategori tanaman basah yang batangnya mudah patah. Daun
tunggal, helaian daun berbentuk hati, pangkal membulat atau melekuk
menyerupai bentuk jantung dan setiap tepiannya dihiasi oleh lekuk-lekuk
tipis yang bersambungan dan didukung tangkai daun dengan panjang tangkai
3-4 cm yang memiliki warna beraneka ragam dan ujung meruncing dan
tulang daun menyirip berupa alur. Batang bersegi empat dengan alur yang
agak dalam pada masing-masing sisinya, berambut, percabangan banyak,
berwarna ungu kemerahan. Permukaan daun agak mengkilap dan berambut
halus panjang dengan panjang 7-11 cm, lebar 3-6 cm berwarna ungu
kecoklatan sampai ungu kehitaman memiliki aroma bau yang khas dan rasa
yang agak pahit, sifatnya dingin (Yuniarti, 2008).

2.1.2. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Devisi : Spermatophyta
Class : Dicotylendonae
Ordo : Solanales
Family : Lamiaceae
Genus : Coleus
Spesies : Coleus atropurpureus L. Benth.

5
Tanaman mayana memiliki banyak sinonim, yaitu dengan nama :
Coleus blumei, Coleus atropurpureus L Benth, C. ingrates, Benth, C.
laciniatus, Benth, C. hybridus, Hort, Plectranthus scutellariodes, (Linn),
Solenostemon scutellariodes Codd (Wasiah, 2014).

2.1.3. Kandungan kimia


Herba tanaman mayana yang memiliki sifat khas harum, berasa agak
pahit, dingin, memiliki kandungan kimia sebagai berikut: daun dan batang
mengandung minyak atsiri, fenol, tanin, lemak, phytosterol, kalsium oksalat.
Komposisi kandungan kimia yang bermanfaat antara lain juga alkaloid, etil
salisilat, eugenol, timol, karvakrol, mineral (Dalimartha, 2008). Daun
mayana kaya dengan senyawa metabolit sekunder berupa flavonoid, steroid
dan tanin (Ridwan dan Ayunita, 2007).

Gambar 2. 1. Mayana (Coleus atropurpureus)

6
2.2 Simplisia
Dalam buku “Materi Medika Indonesia” ditetapkan definisi bahwa simplisia
adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah
dikeringkan (Depkes RI, 2000).

Simplisia dapat berupa simplisia nabati, hewani, dan pelican atau mineral.
Simplisia nabati dapat berupa tanaman utuh, bagian dari tanaman (akar, batang,
daun, dan sebagainya), atau eksudat tanaman, yaitu isi sel yang secara spontan
dikeluarkan dari tanaman atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari sel atau zat-
zat lain dengan cara tertentu dipisahkan dari tanaman. Simplisia hewani, yaitu
simplisia yang dapat berupa hewan utuh, bagian dari hewan atau zat berguna yang
dihasilkan hewan, tetapi bukan berupa zat kimia murni. Sementara itu, simplisia
pelican atau mineral yaitu simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral
belum diolah atau telah diolah secara sederhana, akan tetapi belum/bukan berupa
zat kimia murni (Agoes, 2009).

2.3 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Proses
ekstraksi dibagi menjadi dua yaitu ekstraksi cara dingin dan ekstraksi cara panas
(Depkes RI, 2000).

2.3.1 Ekstraksi Cara Dingin


1. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip
metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetic berarti
dilakukan pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti
dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan
maserat pertama, dan seterusnya.

7
2. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperature
ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara,
tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus-menerus
sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

2.3.2 Ekstraksi Cara Panas


1. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada
residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi
sempurna.
2. Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

3. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum
dilakukan pada temperatur 40-50⁰C.

4. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas
air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-
98⁰C.) selama waktu tertentu (15-20 menit).

5. Dekok
Dekok adalah infuse pada waktu yang lebih lama ( ≥ 30⁰C ) dan
temperatur sampai titik didih air.

8
2.4 Antikoagulan
Sanjaya dan Alkatiri (2006), menyatakan bahwa proses koagulasi yang
terjadi pada pembuluh darah dapat pula menyebabkan banyak resiko berbagai
penyakit pada manusia. Proses koagulasi dapat terbentuk melalui pembentukan
trombosit dan bekuan fibrin pada tempat cedera sehingga terbentuk pengendalian
pendarahan (Kosasih 1983). Proses koagulasi di dalam tubuh dapat diimbangi
melalui proses antikoagulasi.

Antikoagulan adalah zat yang digunakan untuk mencegah terjadinya


pembekuan darah yang umumnya dipakai di klinik maupun di laboratorium
(Gandasoebrata 1992). Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan
darah dengan jalan menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah yaitu
dengan cara mengikat kalsium atau dengan menghambat pembentukan thrombin
yang diperlukan untuk mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin dalam proses
pembekuan (Rosmiati dan Gan, 1995).

Secara in vitro senyawa antikoagulasi yang digunakan untuk mencegah


atau mengurangi terjadinya pembekuan darah seperti EDTA (Ethylen diamine
tetracetic acid), natrium sitrat, dan heparin (Gandasoebrata 1992).

9
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakokimia dan Laboratorium
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Cenderawasih. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2018 sampai
dengan Desember 2018.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan untuk proses ekstraksi sampel secara
maserasi yaitu : corong, batang pengaduk, timbangan analitik, gelas ukur, gelas
kimia, pipet tetes, wadah untuk maserasi ukuran 2 L, pipet volume, dan rotary
vaccum evaporator

Alat-alat yang digunakan untuk pengujian antikoagulan dengan


menggunakan metode Lee-White, yaitu : tabung reaksi, rak tabung reaksi, batang
pengaduk, alat suntik disposable 5ml/cc, jarum 22 G steril, pipet tetes, stopwatch,
mikropipet, erlenmeyer, statif dan klem, buret, corong, labu akar, dan gelas ukur.

3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan untuk proses ekstraksi sampel secara
maserasi yaitu : daun mayana, ± 250 gr, kertas saring, pelarut etanol 96%
sebanyak 1,5 L, alumunium foil, akuadest.

Bahan-bahan yang digunakan untuk pengujian antikoagulan


dengan menggunakan metode Lee-White, yaitu : ekstrak daun mayana, sampel
jenis golongan darah A, golongan darah B, golongan darah AB, dan golongan
darah O, EDTA, pelarut etanol 96%, akuadest.

10
3.3 Prosedur Kerja
3..3.1 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel daun mayana pada penelitian ini diambil di
Kelurahan Koya Barat, Kecamatan Muara Tami, Kabupaten Jayapura, Provinsi
Papua. Pengambilan sampel diambil dengan cara dipetik daunnya.

3.3.2 Pembuatan Simplisia


Pembuatan simplisia dilakukan dengan pengumpulan sampel yang
diambil di. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun mayana yang
diambil dengan cara dipetik daunnya menggunakan tangan. Setelah sampel
diambil, lalu dilakukan sortasi basah untuk memisahkan kotoran dari bahan
sampel, dan selanjutnya dilakukan pencucian menggunakan air bersih (air PAM).
Kemudian sampel ditiriskan, dan dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari
dibawah sinar matahari.
Selanjutnya, dilakukan proses perajangan bahan simplisia untuk
mempermudah proses pengeringan, pengepakan, dan penggilingan. Perajangan
dilakukan dengan menggunakan pisau sehingga diperoleh irisan tipis atau
potongan dengan ukuran tertentu. Setelah dilakukan proses perajangan, sampel
dikeringkan selama 7 hari. Proses pengeringan dilakukan untuk mendapatkan
simplisia yang tidak mudah rusak sehingga dapat disimpan untuk jangka waktu
lebih lama dan untuk menurunkan kadar air, sehingga dapat menghentikan reaksi
enzimatik.
Setelah proses pengeringan bahan simplisia, dilakukan sortasi
kering yang merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan dilakukan sortasi
kering yaitu untuk memisahkan benda asing, seperti bagian tanaman yang tidak
diinginkan atau pengotor lain yang masih tertinggal pada simplisia kering. Serbuk
simplisia yang sudah halus lalu disaring menggunakan ukuran ayakan no. 50 mesh
sehingga dihasilkan serbuk simplisia yang seragam.

11
3.3.3 Ekstraksi
Ekstraksi sampel dilakukan dengan menggunakan metode
pengekstraksian terhadap bahan alam, yaitu ekstraksi secara maserasi (Posangi
2003). Sampel yang sudah halus ditimbang sebanyak 100 gram dan kemudian
direndam dengan etanol sebanyak 500 ml. Sampel yang sudah direndam dengan
etanol disimpan selama 3 hari dan sesekali diaduk. Selama 3 hari perendaman,
sampel yang diperoleh berupa homogenat dan debris yang dihasilkan lalu
direndam lagi selama 3 hari dengan etanol sedangkan filtratnya disimpan.
Perendaman yang kedua ini perlakuannya sama dengan yang pertama. Hasil dari
perendaman pertama dan kedua kemudian disatukan dan disaring dengan
menggunakan kertas saring. Supernetan yang dihasilkan dievaporasi
menggunakan Rotary Vaccum Evaporator untuk menguapkan etanol.

3.3.4 Penyiapan Sampel Uji Darah


Sampel darah dalam penelitian ini adalah darah lengkap yang
diambil dari vena kubiti dengan menggunakan alat suntik disposable 5ml/cc, dan
jarum 22 G steril. Pada penelitian ini jumlah sampel darah yang diperlukan
sebanyak 20 ml, yaitu dimana pada sampel golongan darah A sebanyak 5 ml, pada
sampel golongan darah B sebanyak 5 ml, pada sampel golongan darah AB
sebanyak 5 ml, pada sampel golongan darah O sebanyak 5 ml. Sampel darah
diperoleh dari relawan ang berumur 21-27 tahun, dengan keadaan fisik yang sehat
dan tidak memiliki riwayat penyakit pendarahan yang berkepanjangan.
Diasumsikan pada relawan tidak ada kelainan hemostatis.

12
3.3.5 Penyiapan Sampel Untuk Pengujian
Eksrak etanol daun mayana (Coleus atropurpureus L. Benth) yang
diperoleh sebelum diujikan pada sampel darah, terlebih dahulu dilakukan titrasi.
Kegiatan ini merupakan bagian penelitian pendahuluan dengan tujuan untuk
mengetahui kisaran konsentrasi minimum ekstrak yang akan digunakan ke dalam
1 ml darah. Tirasi dilakukan dengan cara menaikkan volume ekstrak pada 1 ml
darah, mulai dari 10 µl, 20 µl, 30 µl, 40 µl, 50 µl, 60 µl, 70 µl, 80 µl, 90 µl, 100
µl, 110 µl, dan 120 µl. Titrasi dihentikan apabila darah sudah tidak membeku.
Sehingga volume ekstrak yang diperoleh tersebut, yang akan digunakan dalam
melakukan pengujian ekstrak pada sampel uji darah.

3.3.6 Pengujian Ekstrak Daun Mayana Pada Sampel Uji Darah


Masa pembekuan darah normal pada manusia umumnya terjadi
diantara 3-18 menit berdasarkan masa pembekuan darah normal (Bithell 1993).
Untuk menentukan masa pembekuan darah yang diamati secara visual, digunakan
metode Lee-White yang sudah dimodifikasi (Gandasoebrata 1992).

Prosedur kerja metode Lee-White yang sudah dimodifikasi adalah


sebagai berikut : Disiapkan 5 buah tabung reaksi dengan diameter 8 mm, yang
bersih dan diberi label dari nomor 1 sampai nomor 5. Darah sebanyak 1 ml
dimasukkan kedalam tabung reaksi nomor 1, lalu stopwatch dijalankan untuk
melihat masa pembekuan darah.

Pada tabung reaksi nomor 2, dimasukkan darah sebanyak 1 ml dan


ekstrak daun mayana sebanyak konsentrasi yang ditentukan ( konsentrasi volume
ekstrak yang diperoleh dari hasil titrasi pada sampel darah dengan ekstrak daun
mayana), menggunakan mikropipet dan dicampur dengan menggunakan vortex.
Pada waktu yang bersamaan dengan pencampuran, lalu stopwatch dijalankan
untuk menentukan masa pembekuan yang terjadi.

13
Pada tabung reaksi nomor 3, dimasukkan ekstrak daun mayana dan
EDTA sebanyak 1 ml, lalu dimasukkan sampel darah sebanyak 1 ml kemudian
dicampur dengan vortex, pada saat yang bersamaan waktu dihitung dengan
menggunakan stopwatch.

Pada tabung reaksi nomor 4, dimasukkan 1 ml sampel darah lalu


ditambahkan EDTA sebanyak 1 ml. EDTA merupakan antikoagulan yang dapat
mengikat kalsium sehingga tidak dapat berperan dalam proses pembekuan.

Pada tabung reaksi nomor 5, dimasukkan 1 ml darah dan


ditambahkan etanol PA, lalu dicampurkan dengan fortex. Pada saat yang
bersamaan hitung waktu pembekuan darahnya dengan menggunakan stopwatch.

Setelah 3 menit tabung diangkat dan masingmasing tabung reaksi


dimiringkan untuk melihat apakah sudah terjadi pembekuan atau belum. Pada
metode Lee-White ini dilakukan pada masing-masing golongan darah yaitu jenis
golongan darah A, B, AB, dan O yang akan diujikan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Agoes , Goeswin. 2009. Teknologi Bahan Alam Serial Farmasi Industri-2.


Bandung : ITB.

Dalimartha S. 2008. Atlas Tanaman Obat Indonesia Jilid 2. Trubus Agriwidya,


Jakarta.

Ersam, T. 2004. Keunggulan biodiversitas hutan tropika Indonesia dalam


merekayasa model molekul alami. Prosiding Seminar Nasional Kimia VI. ITS
Surabaya.

Gandasoebrata, R. 1992. Hematologi. Dalam: Gandasoebrata R. Penuntun


Laboratorium Klinik Cetakan Ketujuh. Dian Rakyat. Jakarta.

Gould KS, Lister C. 2006. Flavonoid functions in plants. Di dalam: Andersen


OM, Markham KR, editor. FLavonoids Chemistry, Biochemistry and
Applications. Boca Raton, London, New York: Taylor and Francis Group LCC
CRC Pres. hlm 397-441.

Hardiyanti, Y., Darwis, D., & Santoni, A. 2013. Ekstraksi Dan Uji Antioksidan
Senyawa Antosianin Dari Daun Miana (Coleus scutellarioides L (Benth).) Serta
Aplikasi Pada Minuman. Jurnal Kimia Unand, Vol. 2 No. 2. 44-50.

Hariana, A. 2005. Tumbuhan obat dan khasiatnya. Seri I. Jakarta: Penebar


Swadaya.

Hidayat, R. 2007. Efek antikoagulan ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria


macroparpa) pada mencit putih jantan. Skripsi. Fakultas Farmasi, Universitas
Andalas.

Julianus et al. 2011. Tumbuhan Obat Tradisional di Sulawesi Utara. Ed ke-2.


Manado: Balai Penelitian Kehutanan Manado.

15
Kosasih, E.N. 1983. Kelainan Hemostatis KOngenital. Capita Selecta Hematologi
Klinik. Alumni, Bandung.

Promosiana, A., N. Indartiyah, & M. P Tahir. 2007. Peta Potensi Bioregional


Tanaman Biofarmaka. Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka,
Dirjen Hortikultura, Deptan RI. Jakarta.

Rahmawati F. 2008. Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Antibakteri Ekstrak Daun


Miana (Coleus scuntellariodes L. Benth) [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Ridwan, Y., & Ayunita, Y. Q. 2007. Fitokimia dan aktivitas antelmintika terhadap
cacing pita ayam dari beberapa varietas miana (Coleus blumei benth) secara in
vitro. Jurnal Protein, 14, 17-20.

Rosmiati, H. dan V. H. S. Gan. 1995. Antikoagulan, Antitrombotik, Trombolitik


dan Hemostatik dalam: Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. S. Gan, R. Setiabudi,
U. Sjamsuddin, Z.S. Bustani, (editor). Farmakologi FKUI, Jakarta.

Sanjaya, W., dan Alkatiri. A. H. 2006. Sindrom Antifosfolipid dan Trombosis. J.


Cermin Dunia Kedokteran 151:hal 42 dan 45.

Sundari D & Winarno MW. 1996. Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat diare di
Indonesia. Cermin dunia kedokteran 109: 25-32

Shahriyari, L. dan Yazdanparast, R. 2009. Antiplatelet and antithrombotic


activities of Artemisian dracunculus L. leaves extract. Pharmacology Online Inst.
Biochem., 1:217-228.

Syamsuhidayat SS., Hutapea JR. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia.


Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

16
Wasiah A. 2014. Uji Efikasi Ekstrak Daun ILER (Coleus scutellarioides Linn.
Benth) Sebagai Plant-Based Repellent Terhadap Aedes aegypti. (skripsi) Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan. Jakarta

Winarto WP. 2007. Tanaman Obat Indonesia untuk Pengobatan Herba. Ed ke-1.
Jakarta: Karyasari Herba Media.

Yuniarti T. 2008. Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional. Medpress. Jakarta

17

Anda mungkin juga menyukai