Anda di halaman 1dari 42

PROPOSAL PENELITIAN

POTENSI ANTIBAKTERI FORMULASI SEDIAAN MOUTHWASH DARI

ESKTRAK KULIT BUAH SALAK (Salacca zalacca) TERHADAP

BAKTERI Streptococcus mutans

ANDI BIBIT UTARI RAHAYU

D1B121350

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKUTAS FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY

2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5
A. Uraian Tanaman Salak .............................................................................. 5
B. Ekstraksi................................................................................................... 7
C. Mouthwash ............................................................................................. 11
D. Antibakteri ............................................................................................. 15
E. Bakteri Streptococcus mutans ................................................................. 18
F. Plak Gigi ................................................................................................ 19
G. Uraian Bahan.......................................................................................... 22
H. Kerangka Teori....................................................................................... 24
I. Kerangka Konsep ................................................................................... 24
J. Hipotesis ................................................................................................ 25
K. Definisi Operasional ............................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 27
A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 27
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 27
C. Alat dan Bahan ....................................................................................... 27
D. Prosedur Kerja ........................................................................................ 28
E. Analisis Data .......................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 35
LAMPIRAN ...................................................................................................... 38

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan mulut yaitu satu hal yang penting bagi manusia untuk pergaulan

sehari-hari. Bermacam permasalahan yang berkaitan dengan mulut kerap terjadi

dalam kehidupan sehari-hari, antara lain yaitu bau mulut yang diakibatkan oleh

plak gigi (Anastasia, et. al., 2018).

Plak gigi merupakan pembentukan biofilm yang tidak terkontrol sehingga

akan mudah menebal pada permukaan gigi. Biofilm ini adalah lapisan lendir yang

terdiri dari jutaan sel bakteri, air liur, dan sisa-sisa makanan (Egi M, et. al.,

2018).

Jenis bakteri yang berperan penting dalam pembentukan plak gigi yaitu

salah satunya bakteri Streptococcus mutans. Bakteri ini mampu membentuk

polisakarida ekstraseluler, sehingga membentuk koloni yang dapat menempel

pada permukaan gigi (Noval, et. al., 2020).

Penyakit gigi serta mulut khususnya plak gigi kerap tidak dipedulikan oleh

warga serta pemerintah karena tidak sering membahayakan jiwa. Oleh karena itu,

pencegahan plak gigi dapat dilakukan dengan berkumur menggunakan mouthwash

yang berfungsi sebagai penghambat mikroba. Menggunakan mouthwash sangat

efektif karena mampu menjangkau area yang sulit dibersihkan dengan sikat gigi

dan dapat merusak plak gigi. Mouthwash yaitu larutan yang digunakan untuk

membersihkan mulut guna meningkatkan kesehatan pada mulut. Mouthwash juga

1
2

dapat membunuh bakteri penyebab plak, menghilangkan bau tidak sedap dan juga

dapat mencegah kerusakan gigi (Kono, et. al., 2018).

Masyarakat Indonesia telah lama menggunakan pemanfaatan tanaman

sebagai obat-obatan. Sejak zaman dahulu sampai dengan sekarang, telah banyak

yang menggunakan tanaman yang diturunkan oleh nenek moyang mereka untuk

menyembuhkan penyakit. Banyak jenis tumbuhan yang tersebar di Indonesia,

namun masih banyak yang belum menyadari bahwa disekitar kita terdapat

beberapa tumbuhan yang dapat dimanfaatkan untuk pengobatan (Yahdian R,

2018).

Bahan aktif dalam formulasi mouthwash dengan sifat antibakteri dapat

berasal dari bahan kimia ataupun dari bahan alami. Dalam hal ini masyarakat

cenderung melakukan pengobatan secara tradisional (back to nature) hingga

bahan alam menjadi sorotan terkenal. Salah satu bahan alami yang dapat

digunakan sebagai bahan aktif dari mouthwash yaitu kulit buah salak (Anastasia,

et. al., 2018).

Salak adalah salah satu tanaman dari Indonesia yang memiliki khasiat

untuk penyembuhan. Bagian dari tanaman salak yang berkhasiat sebagai obat

yaitu kulit buahnya. Kulit buah salak ini merupakan limbah yang sudah tidak

digunakan, akan tetapi kulit buahnya mengandung nilai gizi seperti protein,

karbohidrat, air dan juga rendah lemak. Kulit buah salak juga memiliki efek

antibakteri. Hasil dan uji fitokimia menunjukkan, kulit dan daging dari buah salak

ini terdapat kandungan senyawa alkaloid, tanin dan flavonoid didalamnya (Shabir,

et. al., 2018).


3

Berdasarkan penelitian Shabir, et. al., 2018 menunjukkan bahwa ekstrak

kulit buah salak dengan konsentrasi 5%, 10%, 15% dan 20% menunjukkan

ekstrak kulit buah salak dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus

mutans dan termasuk dalam kategori penghambatan kuat (Shabir, et. al., 2018).

Kulit buah salak memiliki manfaat yang besar untuk menghambat dan

membunuh Streptococcus mutans dan pemanfaatannya sebagai bahan aktif pada

sediaan mouthwash belum ada yang dimana tujuannya yaitu untuk menghambat

dan membunuh mikroba penyebab bau mulut serta menjaga kesegaran nafas.

mouthwash juga bisa menjangkau sela gigi yang tidak dapat dibersihkan hanya

dengan menggunakan sikat gigi.

Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian

formulasi ekstrak kulit buah salak (Salacca zalacca) dalam bentuk sediaan

mouthwash yang memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri

Streptococcus mutans.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ekstrak dari kulit buah salak (Salacca zalacca) dapat diformulasikan

dalam sediaan mouthwash yang stabil secara fisik dan kimia?

2. Apakah sediaan ekstrak dari kulit buah salak (Salacca zalacca) memiliki

aktivitas antibakteri dan berapakah konsentrasi optimum bakteri menghambat

pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans?


4

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui ekstrak kulit buah salak (Salacca zalacca) dapat

diformulasikan dalam sediaaan mouthwash dan untuk mengetahui kestabilan

secara fisik dan kimia sediaan mouthwash ekstrak kulit buah salak (Salacca

zalacca).

2. Untuk mengetahui sediaan ekstrak kulit buah salak (Salacca zalacca)

memiliki aktivitas antibakteri dan konsentrasi optimum bakteri menghambat

pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi untuk penelitian lebih lanjut tentang mouthwash ekstrak

herbal yang dapat mendukung pemeliharaan kesehatan mulut.

2. Sebagai informasi dan edukasi bagi masyarakat tentang mouthwash ekstrak

kulit buah salak (Salacca zalacca) yang mampu mengurangi penumpukan

plak dan menjaga kebersihan mulut.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman Salak

1. Taksonomi buah salak

Klasifikasi dari tanaman buah salak (Salacca zalacca) antara lain

(Darmawati, 2019) :

Kingdom : Plantae

Division : Spermatophyta

Subdivision : Angiospermae

Classis : Monocotyledoneae

Ordo : Principes

Familia : Palmae

Genus : Salacca

Spesies : Salacca zalacca

2. Morfologi tanaman salak

Salak adalah jenis palma yang bisa dimakan buahnya. Tumbuhan ini

memiliki akar serabut, seolah tidak berbatang, serta tampak rendah dan tegak.

Tingginya berkisar dari 1,5 hingga 7 meter tergantung pada spesiesnya.

Daunnya menyirip, termasuk daun lengkap, memiliki helaian daun, tangkai,

dan pelepah daun. Karena bentuk susunannya roset, maka batangnya sangat

pendek. Bentuk dasar daunnya yaitu lanset. Penyebaran duri tidak merata dan

5
6

bagian tangkainya lebih kecil dari pangkal tangkainya (Nugroho, et. al.,

2020).

Tandan buah salak tumbuh dan terletak di antara pelepah dan batang

daun. Buah pada jumbai tersusun membentuk bulat memanjang. Kulitnya

tersusun seperti genteng dengan warna berbeda. Dari segi rasa, buah salak

memiliki rasa sepat yang jelas, tetapi ada beberapa jenis salak memiliki rasa

yang manis. Biji dari salak yang masih muda berwarna pucat dan teksturnya

lunak, dan biji salak dewasa berwarna kuning sampai hitam dan bertekstur

keras. Tiap buah salak mengandung 1-3 biji (Darmawati, 2019).

Gambar 1. Buah Salak (Salacca zalacca)

(Sumber : Darmawati, 2019)

3. Kandungan kimia kulit buah salak

Buah salak dan kulitnya mempunyai kandungan seperti tanin,

alkaloid, flavonoid setelah dilakukan pengujian secara fitokimia. Alkaloid dan

flavonoid mempunyai efek antibakteri dan antiviral terhadap sejumlah virus.


7

Tanin adalah senyawa fenolik yang komplek dengan efek antibakteri

(Demasari, et. al., 2018).

4. Manfaat kulit buah salak

Kulit buah salak memiliki kegunan lain yaitu kulit buah salak tidak

hanya digunakan untuk obat antibakteri, tetapi kulit buah salak ini juga dapat

dimanfaatkan untuk obat diabetes. Kulit buah salak juga bisa dijadikan

minuman seperti teh yang berkhasiat sebagai antioksidan (Demasari, et. al.,

2018)

5. Mekanisme kulit buah salak sebagai antibakteri

Mekanisme kerja alkaloid sebagai antibakteri yaitu dengan

menghambat sintesis dinding sel (peptidoglikan), membuat dinding sel

tersebut tidak sempurna sehingga dapat menyebabkan lisis pada sel dan

kemudian menyebabkan kematian pada sel (Demasari, et. al., 2018).

Mekanisme kerja flavonoid adalah dengan mendenaturasi protein

dalam sel bakteri dan kemudian akan merusak membran sel bakteri.

Sedangkan mekanisme kerja tanin adalah dengan mengikat protein bakteri,

sehingga mampu merusak ketersediaan reseptor pada permukaan sel bakteri

(Shabir, et. al., 2018).

B. Ekstraksi

Ekstraksi atau penyarian adalah cara pemisahan senyawa dari simplisia

dengan menggunakan pelarut yang sesuai (Nahor, et. al., 2020). Ekstraksi adalah

suatu metode untuk menghilangkan salah satu komponen campuran dari padatan

dengan bantuan cairan sebagai pelarut (Suhendra, et. al., 2019).


8

Tujuan dari ekstraksi yaitu untuk mengekstrak kandungan kimia dari bagian

tumbuhan maupun dari hewan. Pada sel tumbuhan, proses ekstraksi komponen

kimia adalah pelarut masuk ke dinding sel tumbuhan, kemudian masuk ke rongga

sel yang berisi kandungan kimia, dimana kandungan kimia tersebut kemudian

larut dalam pelarut di luar sel, dan konsentrat berdifusi ke sel. Selanjutnya, proses

ini berlanjut sampai konsentrasi dari kandungan kimia di dalam dan di luar sel

mencapai keseimbangan (Suhendra, et. al., 2019).

Adapun faktor yang bisa mempengaruhi laju dari ekstraksi adalah jenis

ekstraksi, preparasi sampel, waktu ekstraksi, jumlah sampel, suhu, dan jenis dari

pelarut (Suhendra, et. al., 2019).

Jenis-jenis dari metode esktraksi yaitu :

1. Ekstraksi secara dingin

Ekstraksi dingin tujuannya adalah mengekstrak senyawa yang

terkandung dalam simplisia yang tidak tahan terhadap pemanasan atau

bersifat thermostabil. Ekstraksi secara dingin dapat dilakukan dengan cara

maserasi (perendaman) dan perkolasi (Cahyaningtias, 2018).

a. Metode maserasi

Maserasi yaitu suatu cara untuk memisahkan senyawa dengan cara

direndam menggunakan pelarut organik pada suhu tertentu. Proses dari

maserasi sangat bermanfaat untuk pemisahan senyawa dari bahan alam,

selain murah dan mudah dilakukan, dengan merendam sampel tanaman,

akibat perbedaan tekanan di dalam dan di luar sel, dinding sel dan

membran sel akan terganggu. Proses perendaman dipengaruhi oleh suhu,


9

waktu, dan jenis dari pelarut maserasi yang digunakan. Pemilihan suhu

yang sesuai akan menghasilkan rendemen tanin yang tinggi, sedangkan

apabila menggunakan suhu dan waktu yang tinggi akan menurunkan

rendamen tanin (Cahyaningtias, 2018).

b. Metode perkolasi

Perkolasi yaitu ekstraksi menggunakan pelarut sampai benar-benar

dingin (ekstraksi menyeluruh) yang biasanya dilakukan pada suhu ruang.

Proses ini meliputi tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara,

tahap perkolasi sebenarnya (penurunan/penampungan ekstrak) sampai

dihasilkan ekstrak (perkolat) yang setara dengan 1-5 kali bahan. Prinsip

metode perkolasi yaitu dengan menempatkan serbuk simplisia ke dalam

wadah silinder dengan sekat berpori di bagian bawah. Cairan penyari

dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, dan cairan penyari

akan melarutkan zat aktif dalam sel simplisia tempat sampel dijenuhkan.

Gerakan ke bawah ini disebabkan karena kekuatan gravitasinya dan

tekanan penyari dari cairan di atasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang

cenderung menahan gerakan ke bawah (Cahyaningtias, 2018).

2. Ekstraksi secara panas

Metode ekstraksi dengan cara panas yaitu suatu metode yang pada

prosesnya pengerjaannya dibantu dengan proses pemanasan. Proses

pemanasan ini bisa mempercepat ekstraksi, karena cairan penyarinya akan

lebih mudah untuk menembus rongga-rongga sel empiris dan dapat

melarutkan zat aktif yang terdapat pada sel simplisia tersebut. Cara ini hanya
10

digunakan pada simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan dan

simplisia bertekstur keras yaitu kayu, kulit dan biji. Metode secara panas ini

terdiri dari metode refluks, soxhletasi, infus, dekoktasi dan digesti.

a. Metode soxhletasi

Soxhlet diekstraksi dengan pelarut yang baru, menggunakan alat

khusus untuk memungkinkan ekstraksi sampel secara berkelanjutan

dengan jumlah pelarut yang relatif stabil dengan adanya pendinginan

kembali (Ariyanti, 2018). Ekstraksi soxhlet ini adalah cara yang umum

digunakan untuk pemisahan komponen tumbuhan alam dengan

menggunakan pelarut yang mampu melarutkan zat yang akan dipisahkan

(Puspaningrat, et. al., 2019).

b. Metode refluks

Metode refluks adalah ekstraksi dengan cara panas menggunakan

bantuan pendinginan balik. Sampel dalam labu yang dipanaskan akan

menguap ke dalam kondensor, sehingga menjadi cair lalu jatuh dan

masuk kembali ke dalam labu alas bulat yang berisi sampel tersebut

sehingga simplisia yang diekstraksi pada labu alas bulat akan terendam,

begitu seterusnya sampai 3 jam. Hasil yang diperoleh dari proses refluks

selanjutnya disaring dengan corong buchner dan diuapkan pada penangas

air hingga dihasilkan ekstrak kental. Proses ekstraksi ini dilakukan

sebanyak 3 kali (Apriliana, et. al., 2019).


11

c. Metode infusa

Infusa yaitu proses ekstraksi menggunakan pelarut air dalam

waktu yang ditentukan (15-20 menit) pada suhu penangas air (alat

perendaman direndam didalam penangas air mendidih, suhu yang terukur

adalah 96-98˚C) (Cahyaningtias, 2018).

d. Metode dekoktasi

Dekoktasi merupakan proses infus dengan waktu yang lebih lama

yaitu ≥ 30 menit, dan suhunya mencapai titik didih air (Cahyaningtias,

2018).

e. Metode digesti

Digesti adalah proses ekstraksi maserasi kinetik (dengan

melakukan pengadukan secara terus menerus) yaitu suhu diatas suhu

kamar, atau pada suhu 40-50˚C (Cahyaningtias, 2018).

Pada penelitian ini digunakan ekstrak kulit buah salak menggunakan metode

maserasi. Maserasi yaitu metode perendaman dalam pelarut yang sesuai untuk

senyawa aktif yang akan diekstraksi, pada pemanasan rendah atau tanpa

pemanasan. Keuntungan dari ekstraksi maserasi adalah dapat memastikan bahwa

zat aktif yang diekstrakasi tersebut tidak rusak (Cahyaningtias, 2018).

C. Mouthwash

1. Definisi mouthwash

Mouthwash merupakan larutan atau cairan yang dipakai untuk

berkumur. Tujuan dari mouthwash yaitu mampu menghilangkan ataupun


12

membunuh bakteri, bertindak sebagai astringen, menghilangkan bau mulut

dan mempunyai sifat terapeutik untuk mencegah plak gigi serta mengurangi

infeksi pada mulut. Membilas mulut dengan menggunakan mouthwash

mampu menghilangkan bakteri yang terdapat di sela gigi yang sulit untuk

dijangkau pada saat menyikat gigi (Ovie E, 2018).

Menurut ADA (American Dental Association), penggunaan

mouthwash bertujuan untuk membantu mencegah kerusakan pada gigi, dapat

menghilangkan bau mulut, membantu menyegarkan nafas, mencegah atau

meredakan radang pada gusi, dan untuk mengurangi plak. American Dental

Association (ADA) merekomendasikan juga untuk penggunaan mouthwash

itu dilakukan setelah selesai menyikat gigi yaitu 2 kali dalam sehari (Ovie E,

2018).

Mekanisme kerja dari mouthwash yaitu membersihkan mulut secara

mekanis maupun kimiawi. Efek mekanis yaitu pada saat berkumur terjadi

gerakan yang dinamis, dan untuk efek kimiawi yaitu berasal dari bahan aktif

yang terkandung di dalam mouthwash antibakteri (Dalen S, 2018).

2. Penggolongan mouthwash

Dalam penggunaannya mouthwash dapat dibedakan menjadi 3 :

a. Sebagai kosmetik, mouthwash dapat menyegarkan, membersihkan serta

menghilangkan bau mulut.

b. Sebagai terapi digunakan mengobati penyakit selaput lendir atau gusi,

mencegah kerusakan gigi, dan juga mengobati infeksi saluran

pernapasan.
13

c. Sebagai kosmetik dan terapi (Pane M, 2019)

3. Komposisi mouthwash

Komposisi untuk mouthwash yaitu terdiri dari :


a. Bahan aktif

Dipilih secara khusus yang berfungsi menjaga kesehatan mulut

antara lain sebagai antikaries, antibakteri, dan pemberian flouride.

b. Pelarut

Pelarut yang dipilih yaitu air ataupun alkohol. Fungsi dari

alkohol ini yaitu untuk melarutkan suatu bahan aktif, bahan perasa

ataupun bahan tambahan lainnya sehingga dapat memperpanjang waktu

penyimpanan.

c. Pengawet dimaksudkan untuk mencegah pembusukan atau kerusakan

pada produk, untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme pada

mouthwash tersebut.

Contohnya: natrium benzoat, asam benzoat, ethyl paraoxybenzoate.

d. Humektan yaitu bahan yang mempu menjaga kelembapan dan juga

mampu menjaga kandungan air yang terdapat pada sediaan. Fungsi dari

humektan adalah untuk menjaga kelembapan dan mencegah terjadinya

pengerasan.

Contoh: sorbitol, propilenglikol, dan gliserol.

e. Pemanis yaitu pemberi rasa untuk menutupi rasa pahit yang tidak

diinginkan, dan memberikan rasa manis pada suatu sediaan.

Contoh: sukrosa, manitol, gliserin, sorbitol dan pemanis buatan seperti

sodium sakarin.
14

f. Surfaktan.

Fungsi surfaktan yaitu mampu menghilangkan plak yang terdapat

dalam gigi dan juga untuk melarutkan bahan-bahan lain.

g. Untuk bahan tambahan yaitu menggunakan flavouring agent seperti

timol dan mentol yang berfungsi untuk menyegarkan nafas (Pane M,

2019).

4. Evaluasi sediaan mouthwash

a. Uji organoleptis

Untuk pemeriksaan organoleptis ini yaitu diamati warna, rasa,

bentuk maupun bau dari suatu ekstrak (Rasyadi Y, 2018).

b. Pengukuran pH

Untuk pengukuran pH digunakan alat yaitu pH meter yang

terlebih dulu dikalibrasi menggunakan larutan buffer standar pH 4 dan

7. Mouthwash yang baik adalah mouthwash yang memiliki sediaan pH

yang mendekati pH mulut yang netral, antara pH 6 - 7 (Baitariza, et. al.,

2020).

c. Pengukuran viskositas

Tujuan dilakukan uji viskositas yaitu dapat mengetahui

kekentalan pada suatu sediaan. Sediaan cair mouthwash ditempatkan

didalam beaker glass, kemudian sediaan cair tersebut di simpan

dibawah alat viscometer menggunakan spindel no. 2 pada kecepatan 20

rpm selama 10 detik (Baitariza, et. al., 2020).


15

D. Antibakteri

1. Pengertian antibakteri

Antibakteri yaitu senyawa dengan konsentrasi rendah yang

dihasilkan dari suatu mikroorganisme yang dapat menekan ataupun

membunuh kehidupan mikroorganisme (Sanjiv M, 2017).

Antibakteri adalah zat yang mampu menekan pertumbuhan bakteri

maupun membunuhnya dengan cara mengganggu metabolisme bakteri yang

berbahaya. Mikroorganisme bisa menyebabkan penyakit terhadap organisme

karena mampu menyebabkan infeksi ringan hingga berat dan bahkan

menyebabkan kematian (Sanjiv M, 2017).

Sehingga diperlukan pengendalian yang tepat dan benar agar

mikroorganisme tersebut tidak merugikan. Semua antibiotik adalah agen

antimikroba, tetapi tidak semua agen antimikroba adalah antibiotik.

Antibiotik adalah metabolit yang dihasilkan atau dibentuk dari berbagai jenis

mikroorganisme dan mempunyai kemampuan untuk menghambat

pertumbuhan mikroorganisme lain pada konsentrasi rendah (Sanjiv M, 2017).

Antibakteri yang ideal memiliki sifat-sifat seperti :

a. Menghambat ataupun membunuh pertumbuhan patogen

b. Tidak merusak inang

c. Tidak menimbulkan reaksi alergi terhadap inang

d. Tetap stabil bahkan jika disimpan bentuk padatan maupun cair

e. Tahan terhadap jaringan tertentu dalam tubuh dan cukup lama untuk

menjadi efektif
16

f. Membunuh patogen sebelum bermutasi dan jadi resisten.

2. Mekanise kerja antibakeri

Antibakteri terdiri dari 2 bagian apabila dilihat dari mekanisme

kerjanya terhadap bakteri :

a. Bakteriosidal

Bakteriosidal adalah mekanisme antibakteri yang membunuh sel

bakteri tanpa menyebabkan lisis pada sel bakteri (Agustin, et. al., 2019).

b. Bakteriostatik

Bakteriostatik adalah mekanisme antibakteri yang bekerja dengan

menghambat pertumbuhan sel bakteri, tetapi tidak dapat membunuh

bakteri tersebut. Cara kerja bakteriostatik adalah menghambat sintesis

protein dengan cara mengikat ribosom (Agustin, et. al., 2019).

Antibakteri digolongkan sebagai berikut berdasarkan mekanisme kerjanya

yaitu menghambat pertumbuhan mikroorganisme :

a. Antibakteri yang dapat menghambat sintesis dinding sel

Dinding dari sel bakteri ini sangat penting untuk menjaga struktur

sel bakteri. Zat-zat yang bisa mempengaruhi bentuk dan struktur selnya

akan merusak dinding sel dan melarutkan dinding sel, dan mampu

membunuh sel bakteri.

b. Antibakteri yang dapat mengganggu atau merusak membran sel

Membran sel berperan penting untuk mengatur transportasi nutrisi

dan metabolit yang dapat keluar dan masuk sel. Membran sel juga

memiliki fungsi yaitu sebagai tempat respirasi intraseluler dan aktivitas


17

biosintesis. Beberapa jenis agen antibakteri mampu merusak membran

sel, sehingga dapat mengganggu kehidupan dari sel bakteri.

c. Antibakteri yang dapat mengganggu biosintesis asam nukleat

Siklus terpenting dalam kehidupan sel yaitu adalah proses replikasi

DNA didalam sel. Beberapa jenis agen antibakteri dapat mengganggu

metabolisme asam nukleat ini, sehingga mempengaruhi semua tahap

pertumbuhan dari sel bakteri.

d. Antibakteri yang menghambat sintesis protein

Serangkaian proses yang terdiri dari transkripsi (yaitu DNA

ditranskripsi menjadi mRNA) dan translasi (yaitu mRNA ditranslasi

menjadi protein) disebut sebagai sintesis protein. Agen antibakteri

mampu mengganggu proses ini dan menghambat sintesis protein

(Sanjiv M, 2017).

Zat aktif dengan konsentrasi yang rendah dan memiliki daya hambat

yang tinggi dapat berpotensi sebagai antibakteri. Kriteria kekuatan dari

antibakteri adalah :

a. Diameter zona hambat > 20 mm : memiliki daya hambat sangat kuat

b. Diameter zona hambat 10-20 mm : memiliki daya hambat kuat

c. Diameter zona hambat 5-10 mm : memiliki daya hambat sedang

d. Diameter zona hambat 0-5 mm : memiliki daya hambat lemah


(Sanjiv M, 2017).
18

E. Bakteri Streptococcus mutans

1. Klasifikasi bakteri Streptococcus mutans

Gambar 2. Streptococcus mutans

(Sumber : Mona O, 2018)

Kingdom : Bakteria

Divisi : Firmicutes

Kelas : Basili

Ordo : Lactobacillales

Famili : streptococcaceae

Genus : Streptococcus

Spesies : Streptococcus mutans

2. Pengertian bakteri Streptococcus mutans

Streptococcus mutans adalah bakteri gram positif, yang bersifat non-

motil, termasuk bakteri anaerob fakultatif. Streptococcus mutans umumnya


19

memiliki bentuk bulat, tumbuh berpasangan ataupun berantai dan berdiameter

0,5-0,7 μ (Mona O, 2018).

Streptococcus mutans yaitu jenis bakteri yang berperan pada

pembentukan metabolisme plak. Jika populasi meningkat, komponen plak

mikroba yang normal di dalam mulut bisa menjadi patogen, sehingga proses

terjadinya karies menjadi lebih cepat (Mona O, 2018).

F. Plak Gigi

1. Pengertian plak gigi

Plak gigi merupakan kelompok mikroorganisme yaitu termasuk

Streptococcus mutans. Plak gigi ini terdiri dari endapan lunak tidak berwarna

yang dapat membentuk biofilm pada gusi, gigi, dan permukaan keras lainnya

pada mulut (Dian K, 2020).

Faktor yang mempengaruhi pembentukan plak, seperti makanan dan

air liur. Untuk meningkatkan kesehatan gigi, penting untuk mengontrol plak.

Metode kontrol plak kimiawi, mekanis, dan alami semuanya dapat membantu

menjaga gigi tetap bersih dan sehat (Dian K, 2020).

2. Mekanisme terjadinya plak gigi

Proses terbentuknya plak dibagi menjadi 3, yaitu :

a. Pembentukan pelikel

Pelikel merupakan lapisan tipis dari bahan organik yang menempel

di permukaan gigi sehingga bisa terbentuk setelah beberapa menit pada

saat dibersihkan. Pelikel ini awalnya berupa lapisan tanpa bakteri. Lapisan
20

pelikel pada gigi tipis, tidak berwarna dan lembut. Fungsi utama dari

membran saliva adalah untuk melindungi permukaan gigi. Pada

permukaan gigi bakteri Streptococcus mutans menempel dan tidak

bersentuhan langsung dengan email, melainkan berinteraksi dengan

pelikel email. Sehingga pelikel ini mampu meningkatkan efisiensi

perlekatan bakteri terhadap permukaan gigi (Dalen S, 2018).

b. Kolonisasi awal bakteri

Apabila pelikel telah terbentuk, bakteri yang ada pada permukaan

email mulai menempel melalui pelikel, menyebabkan agregat bakteri

dilapisi dengan glikoprotein saliva. Setelah 4 - 8 jam pertama, sekitar

60% - 80% bakteri tumbuh termasuk dalam genus Streptococcus. Tahap

awal pembentukan plak yaitu sekitar dua hari (Dalen S, 2018).

c. Kolonisasi sekunder dan pematangan plak

Koloni sekunder menempel di permukaan yang ditutupi dengan

koloni primer, dan menggunakan perubahan pada lingkungan yang

disebabkan oleh pertumbuhan plak dan metabolismenya. Setelah 4 sampai

7 hari, jika plak tidak dihilangkan maka plak dapat terbentuk, dan dapat

menyebabkan radang pada gusi (Dalen S, 2018).

3. Kontrol plak

Untuk mencegah penyakit gigi serta mulut biasanya dikaitkan dengan

kontrol plak. Kontrol plak yaitu penghilangan plak mikroba yang dilakukan

secara teratur untuk mengatasi penumpukan plak dipermukaan gigi maupun

gusi. Untuk mencegah gingivitas dan mengobati penyakit periodontal, cara


21

yang efektif yaitu dengan melakukan kontrol plak. Kontrol plak juga dikenal

sebagai tindakan untuk mencegah dan menghilangkan plak pada gigi serta

mencegah rekurensi penyakit (Dalen S, 2018).

Kontrol plak bisa dilakukan dengan cara mekanis maupun kimiawi.

Kontrol plak dengan cara mekanis dilakukan dengan cara menyikat gigi,

flossing, dengan menggunakan sikat interdental untuk pembersihan dan

melakukan perawatan pada dokter gigi. Dan untuk cara kimiawi yaitu dengan

menggunakan pasta gigi dan mouthwash. Kontrol plak dengan cara

mekanisme memiliki kekurangan, yaitu karena sifatnya yang sangat

individual atau tergantung dari orang yang melakukannya, maka pada area

interdental diperlukan bahan antibakteri sebagai antiplak yang bisa di

dapatkan dalam sediaan mouthwash. Menggunakan mouthwash untuk bahan

kimia pengontrol plak merupakan cara lain untuk dapat menjaga kesehatan

mulut, terutama pada orang yang tidak bisa menyikat gigi secara efektif atau

membutuhkan penggunaan mouthwash yang mudah tanpa bantuan orang lain.


22

G. Uraian Bahan

1. Pelarut

Pelarut digunakan dalam proses formulasi untuk melarutkan komponen

aktif, penambah rasa, dan bahan tambahan untuk memperpanjang waktu

penyimpanan dan mengurangi titik beku saat formulasi. Pada penelitian ini

digunakan pelarut yaitu air suling.

2. Humektan

Gliserin digunakan dalam mouthwash untuk mencegah bahan aktif

menguap dan untuk meningkatkan stabilitas komponen dalam jangka

panjang. Gliserin juga digunakan untuk membantu melarutkan ekstrak dan

senyawa lain yang sulit larut seluruhnya hanya dengan menggunakan pelarut

polar (Annisa, 2020).

Formula mouthwash yang mengandung gliserin sebagai humektan yaitu

formula yang mengandung gliserin dengan konsentrasi sebesar 15%. Sediaan

mouthwash ini memenuhi mutu fisik dan aktivitas antimikroba paling tinggi.

Hasil penelitian yang dikutip dari Rasyadi (2018), membuat sediaan

mouthwash yang mengandung ekstrak daun sukun yang memvariasikan

ekstrak daun sukun sebagai zat aktifnya didapatkan sediaan obat kumur yang

stabil dan sesuai persyaratan sediaan dengan konsentrasi gliserin 15%.

Konsentrasi gliserin sebagai humektan ialah ≤30% (Annisa, 2020). Pada

formulasi ini digunakan gliserin dengan konsentrasi 5%.


23

3. Pemanis

Pemanis digunakan pada formulasi ini sebagai pemberi rasa untuk

menutupi rasa pahit yang tidak diinginkan, dan memberikan rasa manis pada

suatu sediaan. Konsentrasi sorbitol sebagai pemanis yaitu 3-15%. Pada

formulasi ini digunakan pemanis yaitu sorbitol dengan konsentrasi 8%.

4. Flavoring agent

Flavoring agent digunakan pada formulasi ini untuk memberi rasa sejuk

dan segar, dan menutupi rasa yang tidak enak dari komponen-komponen lain

dalam mouthwash. Pada formulasi ini dugunakan flavoring agent yaitu

peppermint oil dengan konsentrasi 0,15%.


24

H. Kerangka Teori

Kulit Buah Salak Alkaloid,


Streptococcus mutans
(Salacca zalacca) flavonoid dan
tanin

Merusak dan menembus


dinding sel

Menghambat
bakteri

I. Kerangka Konsep

Variabel bebas : Variabel terikat :

Ekstrak kulit buah salak 5%, Formulasi sediaan


10% dan 15% Mouthwash

Variabel Terkendali :
Aktivitas Antibakteri
Streptococcus mutans
25

J. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah adanya aktivitas sebagai antibakteri

ekstrak kulit buah salak (Salacca zalacca) untuk meningkatkan daya hambat

pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans sehingga memiliki potensi untuk

dikembangkan menjadi sediaan mouthwash.

K. Definisi Operasional

1. Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif yang berbentuk bulat,

tidak bergerak, tidak berspora, dan bersifat fakulatif anaerob.

2. Kulit buah salak mempunyai kandungan seperti alkaloid, flavonoid dan tanin

setelah diuji secara fitokimia. Senyawa alkaloid dan flavonoid mempunyai

efek sebagai antibakteri dan antiviral terhadap beberapa jenis virus. Tanin

merupakan senyawa fenolik yang komplek yang mempunyai efek sebagai

antibakteri.

3. Ekstrak etanol kulit salak adalah ekstrak yang mengandung zat aktif sebagai

antibakteri dengan menggunakan metode maserasi.

4. Sediaan mouthwash ekstrak kulit buah salak adalah sediaan yang dibuat dari

campuran ekstrak kulit buah salak, pemanis, humektan, dan penyegar rasa,

yang kemudian dilakukan uji antibakteri terhadap bakteri Streptococcus

mutans.

5. Efektifitas antibakteri ekstrak etanol kulit buah salak adalah kemampuan

ekstrak kulit buah salak menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans


26

yang ditentukan dengan diameter zona hambatan pertumbuhan Streptococcus

mutans.

6. Diameter zona hambat adalah diameter tempat dimana tidak terdapat

pertumbuhan bakteri akibat antibakteri atau antimikroba pada media agar.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan yaitu eksperimental laboratorium untuk

mengetahui formulasi dan uji aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah salak

(Salacca zalacca) terhadap Streptococcus mutans.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2022 di

Laboratorium Teknologi Farmasi, Fitokimia, dan Mikrobiologi Jurusan Farmasi

Universitas Megarezky.

C. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah autoklaf, ayakan, batang

pengaduk, blender, botol 100 ml, cawan petri, corong, erlenmeyer, gelas ukur,

gelas piala, incubator, jangka sorong, jarum ose, kertas perkamen, kertas indikator

pH universal, kapas steril, laminar air flow cabinet, lemari pendingin, mortir,

penangas air, pinset, pipet mikro, rotary evaporator, sendok tanduk, stamfer,

tabung reaksi, timbangan analitik, toples kaca, tissu, dan viskometer.

Bahan yang digunakan yaitu air suling, biakan streptococcus mutans,

ekstrak kulit buah salak (Salacca zalacca), etanol 96%, gliserin, media Nutrient

Agar (NA), NaCl 0,9 %, paper disc, peppermint oil, dan sorbitol.

27
28

D. Prosedur Kerja

1. Pengolahan sampel

a. Pengambilan sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit buah salak.

Sampel kulit buah salak diperoleh di Dusun Layya, Desa Cece

Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang.

b. Pengolahan simplisia

Kulit buah salak dicuci bersih terlebih dahulu dengan air mengalir

untuk menghilangkan kotoran yang melengket, ditiriskan lalu dipotong

kecil-kecil dan di keringkan dengan cara di angin-anginkan dan terhindar

dari cahaya matahari sampai kering, kemudian di blender.

c. Ekstraksi kulit buah salak (metode maserasi)

Sampel yg telah kering ditimbang 800 gr kemudian dimasukkan

dalam bejana maserasi, setelah itu di tambahkan cairan penyari sampai

bahan uji terendam sempurna yaitu cairan penyari lebih kurang 3 cm

diatas permukaan simplisia. Diamkan ditempat gelap selama 3 hari

sambil sesekali diaduk, kemudian di saring dengan kain flanel kemudian

ampasnya di re maserasi kembali 2 kali. Ekstrak yg diperoleh disatukan

kemudian di uapkan dalam rotavapor sampai diperoleh ekstrak kental,

dilanjutkan penguapan di waterbath hingga diperoleh ekstrak padat.

Kemudian, ekstrak yang diperoleh ditimbang untuk menentukan

rendamennya dengan rumus: 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎
x 100%
29

2. Formulasi sediaan mouthwash ekstrak kulit buah salak (Salacca zalacca)

Formulasi mouthwash menggunakan ekstrak kulit buah salak, gliserin,

sorbitol, air suling dan peppermint oil. Jumlah untuk konsentrasi ekstrak kulit

buah salak yang digunakan yaitu sebesar 5%, 10%, 15%. Komposisi formula

mouthwash dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1: Formulasi Sediaan Mouthwash


Konsentrasi (% b/v)
Bahan Fungsi
F0 F1 F2 F3 F4
Ekstrak kulit
Zat aktif - 5 10 15
buah salak
Gliserin Humektan 5 5 5 5
Obat
Sorbitol Pemanis 8 8 8 8 kumur
komersial
Perasa
Peppermint oil 0,15 0,15 0,15 0,15
100 100 100 100
Air suling ad. Pelarut
ml ml ml ml

Keterangan :

Kontrol (+) : Formula obat kumur komersial

Kontrol (-) : Formula mouthwash tanpa penambahan ekstrak

F1: Formula mouthwash dengan penambahan ekstrak kulit buah salak 5%

F2: Formula mouthwash dengan penambahan ekstrak kulit buah salak 10%

F3: Formula mouthwash dengan penambahan ekstrak kulit buah salak 15%

3. Pembuatan mouthwash ekstrak kulit buah salak (Salacca zalacca)

Dimasukkan ekstrak kulit buah salak ke dalam mortir lalu

ditambahkan gliserin dan di gerus sampai larut. Setelah itu ditambah sorbitol

dan dimasukkan ke dalam mortir lalu digerus sampai homogen. Setelah itu
30

ditambahkan air suling ke dalam mortir secukupnya lalu di gerus hingga bisa

dituang. Disaring dan dimasukkan ke dalam botol kemudian dicukupkan air

suling hingga 100 ml. Ditambahkan peppermint oil ke dalam botol dan tutup

botol dengan rapat.

4. Pengujiaan sediaan mouthwash ekstrak kulit buah salak (Salacca zalaccca)

a. Uji organoleptis

Untuk pemeriksaan uji organoleptis meliputi pemeriksaan warna,

bentuk, bau dan rasanya.

b. Uji pH

Cara pemeriksaan uji pH yaitu dengan menggunakan kertas pH

universal. Kertas pH universal ini biasanya direndam dalam mouthwash

selama beberapa menit, setelah itu disesuaikan dengan warna indikator

yang terdapat pada kertas pH, sesuai dengan pH mulut netral yaitu 5-6.

c. Uji bobot jenis

Bobot jenis dari sampel ditentukan dengan menggunakan

piknometer. Pada suhu ruangan, piknometer yang bersih dan kering

ditimbang (A g). Kemudian diisi dengan air dan ditimbang kembali (A1

g). Air dikeluarkan dari piknometer dan piknometer dibersihkan. Sampel

(mouthwash) diisikan kedalam piknometer dan ditimbang (A2 g). Bobot

jenis (mouthwash) dapat diukur dengan perhitungan sebagai berikut

(Annisa, 2020) :
𝐴2−𝐴
Bobot jenis (ρ) = x massa jenis air (g/ml).
𝐴1−𝐴
31

d. Uji transparan

Pada umumnya sediaan mouthwash biasanya jernih, namun ada

juga mouthwash yang pekat dan harus diencerkan terlebih dahulu, uji

transparan ini dilakukan dengan cara melihat sediaan mouthwash secara

langsung dengan kasat mata (Annisa, 2020).

e. Uji viskositas

Pengukuran viskositas dilakukan dengan alat viskometer brookfield

dengan spindel nomor 1. Disiapkan sediaan yang akan diujikan kemudian

spindel dicelupkan kedalam sampel dan dilakukan pengujian viskositas

dengan kecepatan 60 rpm. Nilai viskositas untuk sediaan mouthwash

dipasaran yaitu ±7,25 mpas/cps (Noval, et. al., 2020)

d. Cycling test

Sediaan mouthwash tersebut disimpan pada suhu 4˚C dalam waktu

24 jam kemudian dikeluarkan dan ditempatkan pada suhu 40˚C selama

24 jam. Waktu selama penyimpanan dua suhu tersebut dianggap satu

siklus. Percobaan diulang sebanyak 6 siklus dan diamati terjadinya

perubahan fisik kemudian dibandingkan sebelum pengujian dan sesudah

pengujian yang terdiri dari uji organoleptis, pH dan viskositas.


32

5. Uji aktivitas antibakteri mouthwash ekstrak kulit buah salak (Salacca

zalacca) terhadap Streptococcus mutans

a. Sterilisasi

Untuk sterilisasi digunakan alat berupa autoklaf dengan suhu 121˚C

selama 15 menit. Sebelum di sterilisasi alat-alat tersebut telah dicuci

bersih, lalu dikeringkan dan dibungkus menggunakan kertas.

b. Pembuatan media NA

Sebanyak 2,8 gram nutrient agar dilarutkan menggunakan air suling

sampai 100 mL didalam labu erlenmeyer kemudian dipanaskan hingga

larut. Lalu disterilkan dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121˚C.

c. Pembuatan medium agar miring

Media NA yang telah dibuat dituang ke dalam masing-masing 3

tabung reaksi steril sebanyak 5 ml lalu ditutup tabung reaksi

menggunakan alumunium foil. Disterilkan media tersebut di dalam

autoklaf dengan suhu 121˚C selama 15 menit, dan disimpan pada suhu

ruang dan media di letakkan dengan posisi miring hingga media tersebut

memadat. Media Agar miring ini digunakan untuk inokulasi bakteri

(peremajaan bakteri).

d. Inokulasi bakteri pada media agar miring

Diambil bakteri uji menggunakan jarum ose yang steril, kemudian

ditanamkan pada media agar miring dengan cara menggores

menggunakan jarum ose. Setelah itu diinkubasi pada suhu 37˚C selama

24 jam.
33

e. Pembuatan suspensi bakteri uji

Bakteri uji yang telah diinokulasikan pada media agar miring,

diambil menggunakan kawat ose steril lalu disuspensikan ke dalam

tabung yang berisi 3 ml larutan NaCl 0,9 %.

f. Uji aktivitas antibakteri dengan metode difusi

Disiapkan cawan petri, dimasukkan 10 ml medium NA ke dalam

botol pengencer (vial) kemudian dimasukkan 0,2 ml suspensi bakteri ke

dalam vial yang berisi medium lalu dihomogenkan. Dituang campuran

suspensi bakteri dan medium NA ke dalam cawan petri yang sudah

disterilkan hingga setengah memadat, ditempelkan paper disk yang telah

direndam dalam sediaan mouthwash ekstrak kulit buah salak pada

masing-masing konsentrasi 5%, 10%, 15%, kontrol negatif dan kontrol

positif (Obat kumur komersial) pada cawan petri yang berisi medium NA

dan biakan bakteri Streptococcus mutans, kemudian masing-masing

cawan petri diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37˚C. Setelah itu diukur

rata-rata diameter zona hambat yang dihasilkan menggunakan jangka

sorong.

E. Analisis Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dari hasil penelitian, yaitu

dengan cara mengukur zona hambat yang terbentuk, dan diukur dengan

menggunakan jangka sorong (mm) dan data yang terkumpul kemudian diuji
34

statistik menggunakan dengan uji one way ANOVA. Hasil pengukuran zona

hambat yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.


DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Azlinda Mitha. (2019). “Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Buah
Dan Daun Tin (Ficus Carica L.) Terhadap Bakteri Patogen Streptococcus
Pneumoniae [Skripsi].” Uin Sunan Ampel Surabaya: 27–28.

Anastasia, Apriyanti, Yuliet Yuliet, And Muhamad Rinaldhi Tandah. (2017).


“Formulasi Sediaan Mouthwash Pencegah Plak Gigi Ekstrak Biji Kakao
(Theobroma Cacao L) Dan Uji Efektivitas Pada Bakteri Streptococcus
Mutans: Mouthwash Formulation Of Tooth Plaque Preventing Of Kakao
(Theobroma Cacao L) Seed Extract And Effectivity Test On.” Jurnal
Farmasi Galenika (Galenika Journal Of Pharmacy) 3(1): 84–92.

Annisa, Nurul. (2020). Formulasi Sediaan Mouthwash Ekstrak Daun Manga


Bacang (Mangifera Foetida L.). Journal Of Chemical Information And
Modeling, 21(1), 1–9.

Apriliana, Anita, Fitri Handayani, And Lisa Ariyanti. (2019). “Perbandingan


Metode Maserasi Dan Refluks Terhadap Rendemen Ekstrak Daun
Selutui Puka.” Jurnal Farmasi Galenika 6(1): 33–42.

Ariyanti. (2018). “(Persea Americana Mill) Metode Soxhletasi Terhadap


Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Epidermidis Importance Of
Avocado Fruit Extract ( Persea Americana Mill ) Soxhletation Method
On The Stabilization Of Staphylococcus Epidermidis.” : 12–13.

Baitariza, Ardian, Ahmad Ghazali, And Rosmiati. (2020). “Formulasi Larutan


Obat Kumur Pencegah Plak Gigi Ekstrak Kulit Nanas (Ananas Comosus
L. Merr).” Jurnal Sabdariffarma 6(1): 33–42.

Cahyaningtias. (2018). “Bab II Tinjauan Pustaka A. Pare ( Momordica Charantia


L.) Gambar 1. Buah Pare ( Momordica Charantia L).”

Dalen Sari. (2018). “Efektivitas Obat Kumur Ekstrak Buah Mengkudu ( Morinda
Citrifolia ) 5 % Terhadap Penurunan Akumulasi Plak Pada Mahasiswa
Fkg Usu Angkatan 2016.”

Darmawati. (2019). “Analisis Keragaman Salak (Salacca Zalacca) Varietas


Merah Berdasarkan Morfologi Dan Anatomi Di Kabupaten Enrekang.”
Universitas Islam Negeri Alauddin: 30.

Demasari, Annisa Puspita. (2018). “Uji Efektivitas Ekstrak Kulit Salak Pondoh
(Salacca Zalacca) Sebagai Antimikroba Terhadap Pseudomonas
Aeruginosa Secara In Vitro.”

35
36

Dian Kartika. (2018). "Uji Potensi Ekstrak Etanol Kulit Salak Pondoh(Salacca
Zalacca) Sebagai Antimikroba Terhadap Bakteri Klebsiella
Pneumoniae". Fakultas Kedokteran. Malang.
Egi Marcella, Georgius Soetjipto Soegiharto, And Endang Evacuasiany. (2019).
“Efek Berkumur Sari Buah Tomat (Solanum Lycopersicum L.) Terhadap
Indeks Plak Gigi.” Sonde (Sound Of Dentistry) 3(2): 70–84.

Kono, Sari R, Paulina V Y Yamlean, And Sri Sudewi. (2018). “Formulasi Sediaan
Obat Kumur Herba Patikan Kebo (Euphorbia Hirta) Dan Uji Antibakteri
Prophyromonas Gingivalis.” Pharmacon 7(1): 37–46.

Mona Oktarisma. (2018). "Potensi Antibakteri Ekstrak Wedelia Biflora (L) Dc.
Terhadap Pertumbuhan Streptococcus Mutans". Sekolah Tinggi
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (Stkip) Pgri Sumatera Barat. Padang.
Skripsi. 1-60.

Nahor, Evelina M, Benedicta I Rumagit, Hesti Ytou, And Politeknik Kesehatan


Kemenkes Manado. (2020). “Comparison Of The Yield Of Andong Leaf
Ethanol Extract (Cordyline Fruticosa L.) Using Maceration And
Sokhletation Extraction Methods.” Journal Poltekkes Manado 1(1): 40–
44.

Noval, Melviani Melviani, Novia Novia, And Dahlia Syahrina. (2020).


“Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Obat Kumur (Mouthwash) Dari
Ekstrak Etanol Tanaman Bundung (Actinoscirpus Grossus) Sebagai
Antiseptik Mulut.” Jurnal Surya Medika 6(1): 112–20.

Nugroho, Yuni Agung, And Elik Murni Ningtias Ningsih. (2020). “Hubungan
Morfologi Vegetatif Dan Generatif Salak Pondoh (Salacca Zalacca ) Di
Sentra Salak Pondoh Kabupaten Malang.” Agrika 14(2): 172.

Ovie Endang Saputri. (2018). “Pemakaian Obat Kumur Pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Gigi, Fakultas Teknik Dan Fakultas Ilmu Budaya Di
Universitas Sumatera Utara.” Skripsi: 1–41.

Pane, M. (2019). “Formulasi Sediaan Obat Kumur Ekstrak Teh Hijau (Camellia
Sinensis (L.) Kuntze).” Univ Sumatera Utara: 1.

Puspaningrat, Luh Putu Desy Et Al. (2019). “Isolasi Etil P- Metoksisinamat Dari
Kencur Dengan Metode Soxhletasi.” Jurnal Kesehatan Midwinerslion
4(2): 154–59.

Rasyadi, Yahdian. (2018). “Formulasi Sediaan Kumur Dari Ekstrak Daun Sukun
Artocarpus Altilis (Parkinson Ex F.A.Zorn) Fosberg.” Chempublish
Journal 3(2): 76–84.
37

Sanjiv Menon. (2017). “Mengkaji Aktivitas Antibakteri Nasturtium Officinale


Dan Ekstrak Etanol Pilea Melastomoides Terhadap Escherichia Coli.”
Farmaka Suplemen 15(1): 63–69.

Shabir, Emma Susilowati, Agung Rahmadani, Lisna Meylina, And Hadi Kuncoro.
(2018). “Uji Fitokimia Ekstrak Kulit Buah Salak (Salacca Zalacca) Dan
Pengaruh Ekstrak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Mutans
Dan Jamur Candida Albicans.” Proceeding Of Mulawarman
Pharmaceuticals Conferences 8(November): 314–20.

Suhendra, Corry Permatasari, I Wayan Rai Widarta, And Anak Agung Istri Sri
Wiadnyani. (2019). “Pengaruh Konsentrasi Etanol Terhadap Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Rimpang Ilalang (Imperata Cylindrica (L) Beauv.)
Pada Ekstraksi Menggunakan Gelombang Ultrasonik (The Effect Of
Ethanol Concentration On Antioxidant Activity Of Cogon Grass
Rhizome (Impera.” Jurnal Ilmu Dan Teknologi Pangan (Itepa) 8(1): 27–
35.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Kerja

Kulit buah salak (Salacca


zalacca)
- Panen - Pencucian
- Sortasi basah - Pengeringan
- Sortasi kering
Simplisia kering
Dihaluskan Ditimbang
Dilakukan maserasi

Ekstrak kental

Formulasi Mouthwash

Formula 1 Formula 2 Formula 3 Kontrol (-) Kontrol (+)

Uji Evaluasi

Fisika Kimia
- Uji Organoleptis - Uji pH
- Uji Viskositas
- Cycling Test

Uji Aktivitas Antibakteri

Pengumpulan Data

Pembahasan

Kesimpulan

38
39

Lampiran 2. Perhitungan Bahan


1. Formula 1

a. Ekstrak etanol kulit buah salak (Salacca zalacca) 5 %

5
5%= x 100 = 5 g
100

b. Gliserin

5
5%= x 100 = 5 ml
100

c. Sorbitol

8
8%= x 100 = 8 ml
100

d. Peppermint oil

0,15
0,15 % = x 100 = 0,15 ml
100

e. Air suling ad 100 ml

2. Formula 2

a. Ekstrak etanol kulit buah salak (Salacca zalacca) 10 %

10
10% = x 100 = 10 g
100

b. Gliserin

5
5% = x 100 = 5 ml
100

c. Sorbitol

8
8% = x 100 = 8 ml
100

d. Peppermint oil

0,15
0,15 % = x 100 = 0,15 ml
100
40

e. Air suling ad 100 ml

3. Formula 3

a. Ekstrak etanol kulit buah salak (Salacca zalacca) 15 %

15
15% = x 100 = 15 g
100

b. Gliserin

5
5% = x 100 = 5 ml
100

c. Sorbitol

8
8% = x 100 = 8 ml
100

d. Peppermint oil

0,15
0,15 % = x 100 = 0,15 ml
100

e. Air suling ad 100 ml

Anda mungkin juga menyukai