Anda di halaman 1dari 45

PROPOSAL PENELITIAN

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS SEDIAAiN MOUTHWASH


EKSTRAK ETANOL DAUN NILAM (Pogostemon Cablin Benth)
TERHADAP BAKTERI Streptococcus mutans
PENYEBAB KARIES GIGI

ZILFIA FITRIANI
17 3145 201 072

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karies salah satu penyakit kesehatan gigi dan mulut masih menjadi

masalah utama dalam dunia kesehatan baik itu di negara maju maupun negara-

negara berkembang, sesuai data global WHO prevalensi karies berdasarkan indek

DMF-T di beberapa negara seperti Amerika 2,05%, Afrika 1,54%, Asia Tenggara

1,53%, Eropa 1,46%, dan Barat Pasifik 1,23% (Purwaningsih, 2016).

Karies gigi adalah penyakit infeksi yang diderita hampir 95% populasi

didunia. Angka kesakitan gigi menempati urutan 6 penyakit yang sangat populer

(Handayani, 2016). Di Indonesia sendiri penyakit gigi dan mulut yang bersumber

dari karies gigi dianggap hal yang tidak serius karena suatu hal yang tidak

mengancam jiwa berada diurutan tertinggi ke 10 dengan prevalensi sebesar 45,68

% (Handayani, 2016).

Hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) menyebutkan bahwa

penduduk indonesia dengan usia 10 tahun keatas 46% mengalami penyakit gusi

dan 71,2% yang mengalami karies gigi dan untuk kelompok usia 12 tahun yang

mengalami karies gigi sebanyak 76,2%. Sedangkan Riskesdes 2013 menyebutkan

prevelensi karies di indonesia sebesar 72,6% dengan DMF-T 4,5%, pervelensi

karies di indonesia jauh diatas target yang akan dicapai tahun 2020, yaitu 54,6%

(Astannudinsyah, 2019).

Karies yang tidak diobati dari awal dapat menyebabkan kerusakan gigi

menjadi lebih parah hingga berakhir di pencabutan gigi. Seseorang yang


kehilangan gigi akibat karies akan mengalami masalah ketidaknyamanan dalam

mengunyah dan mengurangi rasa ketidakpercayaan pada penampilan diri yang

akan membatasi dalam berinteraksi sosial (Bebe, 2018). Salah satu cara untuk

mencegah dan mengurangi timbulnya penyakit karies gigi (gigi berlubang) yang

sering dianggap sepele oleh sebagian orang adalah dengan pengunaan cairan

pembersih mulut atau mouthwash yang merupakan merupakan larutan air yang

digunakan sebagai pembersih untuk meningkatkan kesehatan rongga mulut,

estetika dan kesegaran nafas (Handayani, 2016).

Salah satu cara untuk mecegah dan mengurangi timbulnya suatu penyakit

karies gigi (gigi berlubang) yang sering dianggap sepele oleh sebagian orang

adalah dengan pengunaan cairan pembersih mulut atau mouthwash yang

merupakan larutann air yang dapat digunakan sebagai untuk meningkatkan

kesegaran nafas, kesehatan rongga mulut dan estetika (Handayani, 2016).

Tanaman obat masih tetap dipelajari tidak hanya karena tradisi, tetapi

terutama karena nilainya di bidang farmasi. Nilam merupakan salah satu tanaman

obat tradisional yang paling banyak dikenal oleh masyrakat (Pribadi, 2015).

Menurut tahir, didalam Daun nilam (Pogostemon cablin Benth.) terkandung

senyawa flavonoid, tanin, minyak atsiri, glikosida, steroid, terponoid, kandungan

patchouuli dan turunannya serta fenol yang memiliki aktivitas antibakteri (Tahir,

2017).

Dalam jurnal raiza (2018) mengemukakan beberapa peneliltian yang

dilakukan oleh para ahli menyebutkan bahwa diameter zona hambat terhadap

beberapa bakteri gram-positif maka besar seiring bertambahnya kosentrasi pada


daun nilam (Pogostemon Cablin Benth). Karimi (2014). Juga menyebutkan

bahwa senyawa kimia yang terkandung dalam daun nilam (Pogostemon Cablin

Benth) mampu menghambat bakeri gram-positif namun tidak mampu

menghambat bakteri gram-negatif. Hal ini menunjukkan senyawa kimia dalam

daun nilam (Pogostemon Cablin Benth) borpotensi sebagai antibakteri gram-

positif terhadap bakteri gram-negatif.

Berdasarkan latar belakang di atas, sampai sejauh ini belum ada penelitian

yang menjelaskan tentang aktivitas antibakteri daun nilam (Pogostemon Cablin

Benth) terhadap bakteri Sreptococcus mutans maka dari itu Perlu adanya suatu

penelitian aktifitas guna menjaga kebersihan serta kesehatan mulut dan gigi.

Untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang formulasi dan uji aktivitas sediaan mouthwash

ekstrak etanol daun nilam (Pogostemon cablin Benth) terhadap bakteri

Streptococcus mutans penyebab karies gigi Sehingga diharapkan dapat

berpartisipasi dalam dunia kesehatan terutama dalam upaya pencegahan penyakit

mulut secara mandiri di masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ekstrak daun nilam (Pogostemon cablin Benth) dapat diformulasikan

dalam bentuk sediaan moutwash dan stabil secara fisik ?

2. Apakah sediaan moutwash ekstrak daun nilam (Pogostemon cablin Benth)

memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri streptococcus

mutans ?

C. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui ekstrak daun nilam (Pogostemon cablin Benth) dapat

diformulasikan dalam bentuk sediaan moutwash dan stabil secara fisik.

2. Untuk mengetahui aktivitas sediaan mouthwash ekstrak etanol daun nilam

(Pogostemon cablin Benth) terhadap bakteri Streptococcus mutans penyebab

karies gigi.

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai sumber data ilmiah atau rujukan bagi penelitian lanjutan, penelitian

lainnya dan mahasiswa tentang formulasi dan uji aktivitas sediaan mouthwash

ekstrak etanol daun nilam (Pogostemon cablin Benth) terhadap bakteri

Streptococcus mutans penyebab karies gigi.

2. Sebagai sumber informasi kepada masyarakat tentang formulasi dan uji

aktivitas sediaan mouthwash ekstrak etanol daun nilam (Pogostemon cablin

Benth) terhadap bakteri Streptococcus mutans penyebab karies gigi.


BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Daun Nilam (Pogostemon cablin Benth)

1. Deskripsi Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth)

Keanekaragaman hayati indonesia begitu kaya dari sabang sampai

merauke tersebar sekitar 40.000 jenis tumbuhan yang mengandung berbagai

jenis bahan kimia yang boerpotensi sebagai bahan kosmetika, pangan dan obat-

obatan salah satunya adalah tanaman nilam (Sernita, 2018).

Gambar 2.1. Tanaman nilam (Parasandi, 2017).

2. Klasifikasi Daun Nilam (Pogostemon cablin Benth)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Labietae

Famili : Labiatae

Genus : Pogostemon

Spesies : Pogostemon cablin Benth (Afhadilla, 2017).


3. Asal tanaman

Tanaman nilam berasal dari asia dan sering dijumpai terutama pada daerah

tropis Asia Tenggara seperti Filipina, serta India, Amerika Selatan dan China

maupun di Indonesia sendiri. (Parasandi, 2017).

4. Morfologi Tanaman

Tanaman nilam termasuk famili Lamiaceae dan tanaman ini tumbuh

seperti tanaman perdu yang apabila daunnya diremas akan mengeluarkan

aroma dan pada dahulu tanaman ini dijadikan sebagai pengganti sabun karena

mengelarkan aroma yang wangi (Hendri, 2019). Daun nilam memiliki bentuk

lonjong dengan panjang 5-11 cm, tipis, berwarna hijau, tidak kaku dan berbulu

pada permukaan atas. Bila diraba permukaan daun cukup besar, ujung tumpul,

bergigi dan urat daun menonjol. Terkadang tanama nilam memiliki bunga yang

tumbuh di ujung tangkai, bergerombol dan berwarna ungu kemerahan. Tangkai

bunga memiliki panjang antara 2-8 cm memiliki diameter sekitar 1 cm dan

mahkota bunga 8 mm. Daunnya berwarna hijau dengan aroma harum dengan

tinggi pohonnya sekitar 60 cm (Parasandi, 2017). Tanaman ini tumbuh secara

tidak acak, namun kebanyakan tanaman nilam tumbuhnya tegak keasta atau

merumpun pendek bila diberi penegak kayu atau bambu. (Afhadilla,2017).

5. Kandungan Daun Nilam (Pogostemon cablin Benth)

Daun nilam (Pogostemon cablin Benth) memiliki kandungan :

a) Flavonoid

Senyawa ini merupakan polifenol kelompok yang terdiri dari atom

carbon dan satu jenis antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas.
Antioksidan tanaman yang mengandung flavonoid telah diteliti memiliki

aktivitas antibakteri, antivirus, antiradang, antikanker, dan antialergi.

(Wahyulianingsih., 2016).

b) Tanin

Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder dari tumbuhan

berasa pahit dan kelat, senyawa ini berperan untuk perlindungan dan

pengaturan tumbuhan. Senyawa ini memiliki khasiat, yaitu astringen,

antidiare, antibakteri, dan antioksidan. (Malangngi, 2012).

c) Saponin

Saponin adalah jenis glikosida yang memiliki karakteristik berupa

buih. Senyawa sekunder ini dapat ditemukan di seluruh bagian tanaman

sebagai sistem pertahanan (hidayah, 2016). Senyawa ini mempunyai

kemampuan hemolitik, antibakterial, antimolluska, antivirus, sitotoksik,

atau antikanker. (Yanuartono et al., 2017).

d) Steroid

Steroid merupakan senyawa metabolit sekunder. Golongan tersebut

diketahui memiliki aktivitas antibakter, biosnsektisida, antidiabetes dan

antifungi (Hidayah, 2016).

e) minyak atsiri atau minyak eteris (patchouli oil)

Pada bidang farmasi digunakan untuk obat antiradang, antimikroba,

antiserangga, antidepresi dan aromaterapi. Komponen-komponen kimia

penyusun minyak nilam yang mempunyai persentase terbesar adalah


patchoul alkohol (32,60%), δ-guaiene (23,07%), α-guaene (15,91%),

seychellene (6,95%) dan α-patchoulene (5,47%) (Sarosa et al., 2018).

6. Manfaat Daun Nilam (Pogostemon cablin Benth)

Tanaman nilam adalah obat tradisional yang banyak dimanfaatkan.

Antifungi, antiradang, afrodisiak, antiserangga, antidepresi, antinflamasi dan

dekongestan obat nilam bermanfaat. Akar dari tanaman dapat dimanfaatkan

untuk pencahar, bagian daun sebagai deodoran, obat luka, disentri, wasir,

penyakit empedu, gangguan haid dan pelurh haid. Semua bagian dari

tumbuhan ini juga dapat dimanfaatkan sebagai obat sakit kepala dan obat

diare (Halimah, 2010).

B. Ekstraksi

1. Definisi Ekstraksi

Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan

perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang

berbeda dimana komponen mengalami perpindahan massa dari suatu

padatan kecairan atau dari cairan ke cairan lain yang bertindak sebagai

pelarut, proses ekstraksi akan berhenti ketika kesetimbangan telah tercapai

antara kosentrasi pelarut dan kosentrasi dalam simplsia. Berbagai

penelitian tentang ekstraksi padat-cair telah banyak dilakukan Prinsip

dasar ekstraksi padat cair adalah zat padat mengalami kontak dengan

pelarut sehingga senyawa dalam zat padat akan berpindah kedalam pelarut

(Santosa, 2014).
2. Definisi Ekstrak

Ekstrak adalah zat dihasilkan dari ekstraksi bahan mentah secara

kimiawi, senyawa kimia yang diekstrak meliputi senyawa aromatik, minyak

atsiri, ester dan lainya yang dikemudian menjadi bahan baku proses industri

atau digunakan secara langsung oleh masyarakat (Hidayatullah, 2021).

Secara garis besar, proses pemisahan secara ekstraksi terdiri dari tiga

langkah dasar :

1) Menambahkan sejumlah massa solven sebagai tenaga pemisah dalam

langkah pencampuran.

2) Pembentukan kedua fasa atau ekstrak yang diikuti dengan pembentukan

keseimbangan.

3) Langkah pemisahan kedua fasa seimbang (Irawan, 2010).

Proses yang terjadi didalam ekstraksi padat-cair biasanya disebut

dengan difusi. Beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kecepatan

difusi pada proses ekstraksi padat-cair adalah :

1. Jenis pelarut : Pelarut jenis yang mempengaruhi senyawa yang akan

diskstrak. jumlah pelarut yang digunakan juga mempengaruhi kecepatan

difusi suatu zat dan perolehan yield

2. Suhu : secara umum suhu akan meningkatkan jumlah zat yang terdapat

kedalam zat pelarut.


3. Ukuran partikel : ektraksi laju akan meningkat dimana pengaruh ukuran

partikel bahan baku yang lebih kecil, maka memperluas kontak antara

permukaam padatan inert dengan pelarut.

4. Kecepatan pengadukan : fungsi pengadukan adalah mempercepat

terjadinya reaksi anatara pelarut dan zat terlarut dalam proses ekstraksi.

5. Lama waktu : lama waktu ekstraksi merupakan salah satu faktor penentu

hasil ekstrak yang lebih banyak karena kontak antara zat terlarut dan

pelarut yang lama (Prayudo, 2015).

Pemilhan pelarut merupakan salah satu faktor yang sangat pentng dalam

proses ekstraksi. Sebagai tenaga pemisah, solven harus dipilih sedemikian karena

akan mempengaruhi jenis komponen aktif bahan yang akan tersektrak. Berbagai

syarat pelarut yang dapat digunakan dalam proses ektraksi dapat

dipertimbangkan seperti memilki daya larut dan selektivitas yang tinggi, bersifat

inert, rekativitas, tidak menyebabkan terbntuknya emulsi, stabil, memiliki titik

didih dan tegangan permukaan yang cukup rendah serta tidak beracun dan

lainnya (Irawan, 2010).

Adapun jenis-jenis ekstraksi adalah sebagai berikut :

1. Ekstraksi secara dingin

a.) Metode maserasi

Maserasi adalah cara penyarian yang sederhana yang dilakukan

dengan cara merendam bahan dalam pelarut pada temperatur kamar dan

terlindung dari cahaya selama beberapa hari. Umumnya ektraksi ini

membutuhkan waktu 24 jam atau lebih. Keuntungan dari metode ini


adalah peralatannya sederhana, murah, dan mudah didapat namun

membutuhkan pelarut yang banyak. (Soeparman dkk, 2009).

b.) Metode Soxhletasi

Soxhletasi merupakan penyarian bahan secara kesinambungan,

cara penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari

terkondensasi akan masuk kedalam tabung ekstraktor berisi simplisia.

Keuntungan dari metode ini proses ektraksi soxhletasi yang kontinyu,

tidak membutuhkan pelarut banyak serta tidak memakan waktu banyak

tetapi digunakan hnaya untuk senyawa yang rermostabil (Anonim, 2015).

c.) Metode Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari

melalui bahan yang telah direndam dengan pelarut hingga pelarut tidak

berwarna. Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah

tambahan yaitu sampel padat telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya

adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas

dibandingkan dengan metode refluks dan pelarut menjadi dingin selama

proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien.

2) Ekstraksi secara panas

a.) Metode refluks

Metode ini adalah untuk mengekstraksi sampel-sampel yang

mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung, metode


ekstraksi yang dilakukan pada titik didih pelarut yang digunakan, selama

waktu dan sejumlah pelarut tertentu dengan pendingin baik. Kelebihan

ektrasksi ini sampel dalam bentuk kasar dan tahan panas dapat disketrak

langsung namun metode ini membutuhkan pelarut dengan jumlah yang

banyak.

b.) Metode destilasi uap

Destilasi uap adalah metode yang populer untuk menguap

(essensial) minyak-minyak dari sampel tanaman. Menyari simplisia yang

mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang

mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal dengan metode

destilasi uap air. (Mukriani, 2014).

Penggunaan metode ekstraksi melalui teknik-teknik baru, tentunya akan

mempengaruhi jumlah biaya untuk melakukannya. Akan tetapi untuk

memudahkan penelitian dengan metode ektraksi, maka salah satu alternatif

yang diambil adalah menggunakan metode ekstraksi pelarut secara maserasi.

Hal ini dikarenakan teknik pengerjaan teknologi dan alat yang digunakan

sederhana dan ada untuk mengekstrak senyawa yang bersifat tidak panas

(Rahmadani, 2018).

C. Karies gigi

Karies atau gigi berlubang adalah salah satu penyakit yang paling populer

dijumpai terjadi di rongga mulut. Karies gigi adalah kerusakan email yang dapat

meluas sampai ke bagian saraf gigi. proses regresif kronis ini diawali dengan

larutnya mineral email akibat dari beberapa factor mulai dari gigi, subtract, waktu
maupun aktivitas jasad renik. Bakteri perusak struktur jaringan gigi baik itu

enamel, dentin dan sementum tersebut rusak sehingga menyebabkan karies lubang

pada gigi. Karies gigi bersifat kronis dan dalam perkembangannya membutuhkan

waktu yang lama, sehingga sebagian besar orang yang mengalaminya seumur

hidup (Bebe, 2018).

Dampak karies gigi jika didiamkan tanpa pengobatan pada akhirnya

mempengaruhi kualitas, ukuran dan posisi structural gigi tidak bisa dihindari lagi

maka gigi tersebut harus dicabut. Setelah pencabutan gigi yang tidak diganti

dengan gigi palsu akan bergeser kearah gigi yang baru dicabut, akibatnya gigi

menjadi ranggang dan memudahkan sisa-sisa makanan tersimpan disela tersebut

dan akan membusuk. Kemudian menyebabkan bau mulut tidak sedap dan suasana

mulut menjadi asam, sehingga mengandung baktri yang terlibat dalam

pembentukan karies dan dapat menyebabkan karusakan pada gigi yang lainnya

(Astannudinsyah, 2019).

Penyakit karies gigi dan jaringan pendukung gigi (periodontal) sebenarnya

disebabkan oleh plak dan menjalar dipulpa gigi, kondisi ini terjadi dimana gigi

proses demineralisasi dan reminalisasi. plak gigi terbentuk dari berbagai bahan

seperti sisa-sisa sel jaringan mulut, mucin, leukosit, limposit, sampai sisa-sisa

makanan. Lengketan plak yang tidak dibersihkan ini yang berisi bakteri yang

terbentuk sehingga menyebabkan kerusakan pada permukaan gigi (Handayani,

2017).

Tidak semua bakteri yang ada dalam mulut menjadi penyebab atas

kerusakan pada gigi. Bahkan hanya sedikit yang menyebabkan karies gigi, lebih
banyak yang berguna dalam proses pencernaan makanan. Mikroorganisme yang

memiliki peran utama pembentukan plak pada penderita karies gigi adalah bakteri

Streptococcus yang Streptococcus mutans (Handayani. 2017).

Bakteri karogenik adalah kunci awal mula karies gigi karena mampu

mengubah karbohidrat yang dapat diragikan keasam untuk dapat merusak enamel

gigi. Bakteri streptococcus mutans adalah ciri dari bakteri yang mempunyai

kemampuan menempel pada semua lokasi yang ada dirongga mengundang bakteri

lain menuju ke email gigi. (Elmitra, 2017).

D. Bakteri Streptococcus mutans

1. Klasifikasi bakteri Streptococcus mutans

Kingdom : Bacteria

Phylum : Firmicutes

Class : Bacilli

Orde : Lactobacillales

Family : Streptococcaceae

Genus : Streptococcus

Species : Streptococcus mutans ( Adrianto, 2012).

2. Deskripsi bakteri Strept

Salah satu contoh bakteri gram positif penyebab karies gigi adalah

Streptococcus mutans.
Gambar 2.2. Bakteri Streptococcus mutans (Oktorisma, 2018).

Streptococcus mutans merupakan flora normal yang terdapat dalam

tubuh manusia. Bila lingkungan menguntungkan dan terjadi peningkatan

populasi streptococcus mutans dapat berubah menjadi patogen. Bakteri

streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif memiliki bentuk bulat

dan tersusun seperti rantai dengan diameter 0,5-0,7 mikron, tidak bergerak dan

tidak memiliki spora (Oktirisma, 2018). Secara serologis Streptococcus mutans

dikelompokkan menjadi 8 serotipe berdasarkan spesifitas karbohidrat pada

dinding selnya. Serotipe a stands for Sterptococcus cricetus, serotipe b for

Sterptococcus ratius, serotipe c, e, and f for Sterptococcus mutans, serotipe d

and g for Sterptococcus cobrinus, and serotipe h for Streptococcus downer. S.

tetapi yang dominan dan banyak sekali ditemukan dalam rongga mulut

manusia adalah jenis Streptococcus mutans (strain c, e, f) dan S.cobrinus

(strain d, g) (Brooks et al., 2007).

3. Patologi Streptococcus mutans

Streptococcus mutans bersifat asidogenik yaitu menghasilkan asam,

asidodurik, mampu tinggal pada lingkungan asam dan menghasilkan suatu

polisakarida yang lengket dikenal dengan dexran. Streptococcus mutans

melakat pada permukaan gigi proses terbentuknya karies pada gigi. Bakteri ini
hidup yang akan kaya sukrosa dan menghasilkan permukaan asam dengan

menurunkan pH dalam rongga mulut menjadi 5,5 atau kurang dari itu sehingga

email mudah larut dan terjadi penumpukan bakteri yang akan menganggu kerja

saliva untuk membasmi bakteri- bakteri tersebut.. Glukosa diubah oleh enzim

glukosiltransferase (GTF). Oleh karena itu bakteri ini bisa menyebabkan

lengket dan mendukung bakteri lain menuju ke email gigi, lengket mendukung

bakteri lainnya, pertumbuhan bakteri asidodurik yang lain, dan asam

melarutkan e-mail gigi dan Glukan yang tidak larut ini melekat pada

permukaan gigi dan disebut dengan plak gigi (Oktirisma, 2018)

E. Obat kumur (Mouthwash)

Rongga mulut adalah salah satu tempat dalam tubuh yang mengandung

mikroorganisme dengan keanekaragaman yang lebih tinggi dibanding tempat lain.

Mikroorganisme yang paling banyak di rongga mulut yaitu streptococcus sp yang

paling populer di rongga mulut yang berperan terhadap awal terjadinya proses

karies gigi. Salah satu metode untuk mengatasi bau mulut kurang sedap yang

dsebabkan oleh berbagai penyakit didalam mulut adalah dengan menggunakan

obat kumur yang dapat mematikan ata menghambat bakteri pembentuk plak gigi

(Lukas, 2012).

Obat kumur adalah antiseptic cairan yang digunakan untuk membersihkan

sela-sela gigi, permukaan lidah dan gusi, serta mulut bagian belakang atau rongga

kerongkongan, penggunaan obat kumur sebagian untuk mencegah karies gigi dan

penyakit periodontal. Pada umumnya obat kumur mengandung 5-25% alkohol.

Alkohol dimasukkan dalam obat kumur untuk beberapa kegunaan antara lain
sebagai antiseptik, memperpanjang massa simpan obat kumur, mencegah

pencemaran mikroorganisme dan pelarut. Obat kumur yang mengandung alcohol

juga beresiko menybabkan bau mulut bertambah berat karena mneyebabkan mulut

bertambah kering. Selain itu, hingga saat ini terdapat perdebatan para hali

mengenai penggunaan alcohol dalam obat kumur pada jangka Panjang dengan

kaitannya terhdap perkembangan kanker mulut (Mardiana, 2017).

Mouthwash adalah larutan yang biasanya mengandung bahan penyegar

nafas, astringen, demulsen atau surfaktan dan antibakteri untuk menyegarkan dan

membersihkan saluran pernafasan yang pemakaiannya dengan berkumur,

menyegarkan dan membersihkan saluran perna (Anastasia, 2012). Ada beberapa

manfaat lain dari produk obat kumur yaitu:

1. Obat kumur dapat membantu mencegah penimbunan plak pada gigi

2. Obat kumur yang mengandung fluoride berperan membantu mengurangi

resiko gigi berlubang

3. Obat kumur juga dapat digunakan pascaoperasi atau setelah pencabutan

gigi

Adapun kandungan obat kumur menurut Rachma, 2010 antara lain :

Tabel 1. Kandungan obat kumur.

Katogori Contoh Efek/fungsi

Aquadest Aquadest murni pelarut

Pelarut Etanol Pelarut zat aktif, memberi efek

menyegarkan dimulut, menurunkan

titik beku saat formulasi dan


antimikroba

Humektan Gliserin, sorbitol, Digunakan untuk mencegah air,

hydrogenated starch menambah rasa manis,

hydrolysate, propilen meningkatkan tekanan osmotic obat

glikol, xylitol. kumur untuk mengurangi resiko

pertumbuhan mikroba.

Solubilizier/ Poloxamer 407, Melarutkan flavoring agent

emulsifier polysorbate, PEG 40 memberi efek bersih dalamm mulut

hydrogenated costor

oil.

Flavoring agent Sodium saccharin, Memeberi rasa sejuk dan segar,

menthol, oleum menutupi rasa yang tidak enak dari

menthe, xylitol. komponen obat kumur yang lain,

mengurangi efek rasa terbakar dari

pemakaian alcohol dalam obat

kumur.

Pengawet Natrium benzoate, Mencegah pertumbuhan

asam benzoate, ethyl mikroorganisme dalam obat kumur.

paraoxybenzoat.

Pewarna FD & C Blue No. 1, Zat warna untuk menmbah daya

FD & C Green No. 3 tarik penampilan.


Dapar Asam sitrat dan Menstabilkan pH.

garamnya, asam

benzoate dan

garamnya, Na-Fosfat

dan Na-difosfat

Zat aktif Senyawa fenolik, Mengurangi dan Mencegah plak,

antimikroba, bau mulut, serta peradangan dan

hexatiine, fluoride, kerusakan gigi maupun penyakit

garam zinc dll periodontal lainnya.

Pada sediaan mouthwash Bahan aktif formula mouthwash yang bersifat

antibakteri dapat berasal dari bahan kimia maupun bahan alami. Umumnya

penggunaan obat kumur tidak akan merasakan efek samping berarti dan biasanya

bersifat sementara, misalnya sensasi mulut kering dan perubahan rasa. Pada

orang-orang yang senstive atau alergi terhadap bahan-bahan yang sensitive atau

alergi yang terhadap bahan-bahan tertentu pada obat kumur. (Juliantoni, 2018).

Beberapa zat aktif yang terdapat dalam obat kumur secara umum, antara lain :

a. Chlorhexidine Chlorhexidine adalah antimikroba yang paling efektif

dalam plak gigi dan gingivitis.

b. Benzydamine Hydrochloride Benzydamine hydrochloride sebagai

baan analgesik, antinflamasi, antimikroba dan bersifat anestesi.

c. Essential oil obat kumur yang mengandung empat minyak esensial

fenol (timol, eucalyptol, menthol dan metilsalisilat dalam 26%


alkohol) dapat menembus biofilm plak dan demikian membunuh

mikroorganisme yang menyebabkan radang gusi.

d. Cetylpyridinium Chloride Cetylpyridinium klorida adalah senyawa

amonium kuaterner dengan sifat antiseptik dan antimikroba.

e. Bahan Oksigenasi Secara aktif menyerang bakteri anaerob dalam

rongga mulut dan membantu menyingkirkan jaringan yang tidak

sehat, contoh: hidrogen peroksid.

f. Fluoride membantu dalam pencegahan karies gigi dengan

remineralisasi dengan fluorapatite dan fluoro - hidroksiapatit,

sehingga meningkatkan ketahanan email terhadap serangan asam.

g. Sodium Bikarbonate Sodium bikarbonat dapat meningkatkan rasa dan

menetralkan asam dan dengan demikian mencegah erosi.

h. Alkohol berfungsi sebagai bahan pengawet dan bahan semi-aktif.

Alkohol juga mampu meningkatkan aktivitas antibakteri yaitu dengan

denutrasi dinding sel bakteri. Selain itu, alkohol juga berfungsi

memberi rasa dan membantu agen perasa dalam larutan (adrianto,

2012).

i. Humektan dan surfaktan. Humektan berfungsi menjaga agar zat aktif

dalam sediaan obat kumur tidak menguap. Oleh karena itu dibutuhkan

humektan dan surfaktan yang tepat, agar menghasilkan sediaan

mouthwash yang baik dan stabil.

F. Evaluasi Sediaan

a. Uji Organoleptik
Uji organoleptik atau biasa disebut uji indera atau uji sensori adalah cara.

Indra yang digunakan dalam menilai sifat indrawi suatu produk

adalah : penglihatan yang berhbungan dengan warna kilap, viskositas, ukuran

dan bentuk, volume kerapatan dan berat jenis, panjang lebar dan diameter serta

bentuk bahan, ndra peraba yang berkaitan dengan struktur, tekstur dan

konsistensi. (Wahyuningtias, 2010).

Struktur merupakan sifat dari komponen penyusun, tekstur merupakan

sensasi tekanan yang dapat diamati dengan mulut atau perabaan dengan jari,

dan konsistensi merupakan tebal, tipis dan halus; Indra pembau, pembauan

juga dapat digunakan sebagai suatu indikator terjadinya kerusakan pada

produk; Indra pengecap, dalam hal kepekaan rasa , maka rasa manis dapat

dengan mudah dirasakan pada ujung lidah, rasa asin pada ujung dan pinggir

lidah, rasa asam pada pinggir lidah dan rasa pahit pada bagian belakang lidah

(Wahyuningtias, 2010).

b. Uji Viskositas

Pengukuran viskositas dilakukan menggunakan alat viskometer

Rheosys dengan spindle cone and plate 5/30 mm, ditimbang sediaan sebanyak

1g lalu diatur titik pengukuran dan jumlahnya, serta kecepatan putaran spindle

pada software yang terhubung dengan viscometer. Setelah waktu pengukuran

selesai maka akan dihasilkan dat viskosistas yang tertera pada software

Rheosys micra (Lilyawati et al., 2019).

c. Uji pH
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter, sebelum

digunakan pH meter dikalibrasi dengan larutan dapar pH 4,0 (dapar kalium

biftalat) dan larutan dapar pH 7,0 (dapar fosfat ekimolal). (Lilyawati et al.,

2019).

d. Cycling test

Metode Cycling test adalah uji simulasi produk selama proses distribusi

dalam kendaraan pada umumnya jarang dilengkapi dengan alat pengontrol suhu.

Oleh karena itu, pada uji ini dilakukan pada suhu atau kelembaban pada interval

waktu tertentu sehingga produk dalam kemasannya akan mengalami stress yang

bervariasi daripada stress statis (Zahrah, 2018)

Uji stabilitas fisik sediaan dilakukan dengan cara Cycling test Sediaan

larutan mouthwash disimpan pada suhu 40oC ± 20 oC selama 24 jam lalu

keluarkan dan tempatkan pada suhu 40 oC ± 20 oC selama 24 jam. Perlakuan ini

adalah satu kali siklus. Percobaan diulang sebanyak 6 siklus. Kondisi fisik dan

pH sediaan dibandingakan sebelum dan sesudah uji tersebut (Nofita et al.,

2018).

G.Antibakteri

1. Defenisi

Antibakteri merupakan suatu zat yang sifatnya mampu menghambat

pertumbuhan atau bahkan mematikan pertumbuhan serta perkembangan

mikroorganisme patogen, namun tidak beracun dan tidak bernahaya bagi

manusia. (sugianto & suwandi, 2017).


Menurut prayoga (2013) zat antbakteri yang dapat digunakan memiliki

ketentuan yaitu harus bersifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Zat

antibakteri dibagi menjadi dua kelompok, yaitu zat yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri (bakteriostatik) dan antibakteri yang dapat membunuh

bakteri (bakteriosid). Berdasarkan daya menghambat antibakteri dibedakan

menjadi dua kelompok yaitu berspektrum luas (broad spectrum) dan

berspketrum sempit (narrow spktrum).

Antibakteri yang berspektrum sempit yaitu antibakteri yaitu antibakteri

yang hanya dapat bekerja terhadap bakteri tertentu saja, misalnya hanya

terhadap bakteri gram positif atau bakteri gram negative. Antibakteri yang

berspektrum luas dapat bekerja aik pada bakteri gram negative maupun gram

positif (tristiyanto, 2009)

2. Penggolongan antibakteri terdiri dari :

a. Antiseptik merupakan sautu zat kimia yang memiliki yang dapat

menghancurkan mikroorganusme ataupun menghambat kerjanya, sehingga

dapat mecegah terjadinya suatu infeksi (Yosi et al., 2019).

b. Antimikroba merupakan senyawa kimia yang bersifat mengahambat dan

membunuh bakteri atau kapang (bakteriostatik/ bakteriosid ) (Ikel et al.,

2020).

c. Desinfektan, adalah suatu zat yang mencegah infeksi dengan

mengahmcurkan mikroorganisme patogen, terutama istilah ini digunakan

pada benda-benda mati.


d. Germisid, merupakan suatu zat yang dapat menghancurkan mikroorganisme,

termasuk didalamnya : bakterisid, fungisid, virusid,dan amubisid.

e. Antibiotic adalah obat yang berasal dari seluruh atau bagian tertentu

mikroorganisme dan digunakan untuk mengbati infeksi bakteri. Selain

menghambat dan membunuh bakteri antibiotic juga membantu sistem

kekebalan tubuh atau pertahanan tubuh secara alami untuk mengelimiasi

bakteri tersebut (Anna, 2013).

Penggolongan antibiotic utama secara umum meliputi sebagai berikut :

a. Peniciliin : suatu agen antibakteri alami yang dihasilkan dari jenis jamur

penicillium chrysognum, contohnya penicillin G, ampicillin, nafcillin,

oxacycycline, fluocloxacillin, dan amoxicillin

b. cephalosporin, contohnya cefaclor, cefixime, cefotetan, cefadroxil,

cefalexin, cefpirome, dan cefepime.

c. Aminoglycoside : dihasilkan oleh jneis fungi streptomyces dan

micromonospora yang dapat menembus dan mengikat diri pada ribosom

didalam sel. contohnya gentamicin, amikacin, kanamycin, neomycin, dan

tobramycin.

d. carbapenem, contohnya ertapenem, emienem, da meropenem.

e. Macrolide : berspekrtum luas terhadap bakteri gram posif dan negative

dengan cara kerja hamper sama dengan dengan tetrasiklin contohnya

arytromycin, azithromycin, clarithromycin, clindamycin dan dirithromycin.


f. monobactam, contohnya aztreonam

g. quinolones : menghambat pertumbuhan bakteri dengan menginhibisi

terhdapa enzim DNA kuman, contohnya ciprofloxacin dan norfloxacin

h. golongan lainnya tetracylines, doxycycline, minocycline, sulfonamides,

trimethoprim ( cotrimoxazole), rifampin dan metronidazole

3. Mekanisme kerja antibakteri dapat dibedakan sebagia berikut : (Rollando,

2019)

a. antimetabolit : antibakteri bekerja dengan cara memblok tahap spesifi

mikroba

b. menghambat sintesis dinding sel : senyawa ini menghambat dinding sel

sehingga sel akan pecah karena adanya tekanan osmotic dari luar

c. menghambat membrane sel : senyawa akan langsung bekerja pada

membrane sel dan mempengaruhi permeabilitas sehingga menyebabkan

keluarnya senyawa intraseluler bakteri.

d. Menghambat sintesis protein : antibakteri akan mempengaruhi ribosom

sehingga sintesi protein akan dihambat.

e. Mengambat asam nukleat : senyawa antibiotic akan mehngahambat RNA

dan atau RNA bakteri

4. Pengujian akivitas antibakteri

a. Metode difusi

1) Metode disc diffusion (tes Kirby&Bauer) Untuk menentuka aktivitas

antimikroba, Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada

media agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi


pada media agar tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya

hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba pada

permukaan media agar.

2) E-test Digunakan untuk mengestimasi MIC (minimum inhibitory

concentration) atau KHM (kadar hambat minimum), yaitu konsentrasi

minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan

mikroorganisme.

3) Ditch-plate technique Pada metode ini sampel uji berupa agen

antimikroba yang diletakkan pada parit yang dibuat dengan cara

memotong media Agar dalam cawan Petri pada bagian tengah secara

membujur dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen

antimikroba.

4) Cup-plate technique Di mana dibuat sumur pada media Agar yang telah

ditanami dengan mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen

antimikroba yang akan diuji.

5) Gradient-plate technique Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba

pada media Agar secara teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimal.

Media Agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan. Campuran medium

dituang ke dalam cawan Petri dan diletakkan dalam posisi miring.

Nutrisi kedua selanjutnya dituang di atasnya (Fitriani Fajri Ahmad,

2012).

Plate diinkubasi selama 24 jam untuk memungkinkan agen antimikroba

berdifusi dan permukaan media mongering. Mikroba uji digoreskan pada arah
mulai dari konsentrasi tinggi ke rendah. Hasil diperhitungkan sebagai panjang

total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin dibandingkan

dengan panjang pertumbuhan hasil goresan. Yang perlu diperhatikan adalah hasil

perbandingan yang didapat dari lingkungan padat dan cair, faktor difusi agen

antimikroba dapat mempengaruhi keseluruhan hasil pada media padat (Fitriani

Fajri Ahmad, 2012).

2. Metode Dilusi

a. Metode dilusi cair metode ini mengukur MIC (minumum inhibitory

concentration atau kadar hambat menimum , KHM). Cara yang dilakukan

adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba pada

medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan uji agen

antimikroba pada terkecil yang terlihat jernihtanpa adanya pertumbuhan

mikroba uji dtetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya dikultur ulang

pada media cair tanpa penambahan mikroba uj ataupun agen antimikroba

dan inkubasi selama 18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat jernih

setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM.

b. Metode Dilusi Padat Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun

menggunakan media padat (solid). Keuntungan metode ini adalah satu

konsentrasi agen antimikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji

beberapa mikroba uji (Fitriani Fajri Ahmad, 2012).


H. Kerangka Konsep

Ekstrak Daun Nilam (Pogostemon cablin


Benth)

Formulasi sediaan mouthwash

Evaluasi Sediaan Uji aktivitas


antibakteri sediaan

Uji Organoleptik
Uji pH
Pengukuran Viskositas
Cycling test
I. Kerangka teori

Ektsrak Daun Nilam Flavonoid, tanin,


Antibakteri
(Pogostemon cablin saponin
Benth)

Karies Gigi Sediaan


Mouthwash

Streptococcus
mutans
Uji

Metode Mengahmabat
Difusi aktivitas antibakteri

J. Hipotesis

Daun Nilam (Pogostemon Cablin Benth) dapat difomulasikan menjadi

sediaan moutwash yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap streptococcus

mutans.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium untuk

formulasi dan uji aktivitas sediaan moutwash ekstrak etanol daun nilam

(Pogostemon Cablin Benth) terhadap bakteri streptococcus mutans penyebab

karies gigi mengunakan metode difusi agar.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Peneltian ini dilakukan di Laboratorium Tekhnologi Farmasi dan

Laboratorium Mikrobiologi Farmasi Universitas Megarezky Makassar dimulai

pada juni - selesai 2021.

C. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu : Autoklaf, aluminium

foil, batang pengaduk, botol bening, cawan petri, cawan porselin, gelas kimia,

gelas ukur, incubator, kertas saring, kapas, labu erlenmeyer, oven, kawat ose,

kertas perkamen, lumpang, pH meter, peperdisk, pinset, rak tabung, spidol,

sanduk tanduk, tabung reaksi, timbangan analitik , Toples kaca dan vial.

Bahan-bahan yang digunakan pada peneltian ini yaitu : Aquadest,

Ekstrak daun nilam (Pogostemon Cablin Benth), media mueller hinton agar

(MHA), Natrium benzoat, gliserin, sorbitol, pippermint oil, Etanol 95%, paper

disc.
D. Pengolahan Sampel

1. Pengambilan Sampel

Pengambilan daun nilam (Pogostemon Cablin Benth) diperoleh dari

Desa Rakadua, Kec. Poleang Barat, Kab. Bombana, Sulawesi Tenggara.

Pengambilan dilakukan secara manual dipetik pada pukul 08.00-10.00 pagi.

2. Sortasi Basah

Dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing

lainnya dari tumbuhan sebelum pencucian dengan cara membuang bagian-

bagian yang tidak perlu sebelum pengeringan, sehingga didapatkan daun

nilam yang layak untuk digunakan. Cara ini dapat dilakukan secara manual.

3. Pencucian

Sampel yang telah diambil dicuci menggunakan air mengalir yang

bersih, untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang melekat

pada daun nilam .

4. Pengeringan

Pengeringan dilakukan pada cahaya matahri langsung tidak langsung.

5. Sortasi Kering.

Dilakukan untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian

tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran- pengotoran lain yang masih

ada dan tertinggal pada simplisia kering. Proses ini dilakukan secara manual.

6. Pembuatan Ekstraksi daun nilam (Pogostemon Cablin Benth).


Ekstrak daun nilam (Pogostemon cablin Benth) menggunakan metode

maserasi dengan pelarut etanol 96%. 500 gram serbuk dimaserasi dengan

7500 mL etanol 96% dilakukan 3 kali perendaman di dalam toples kemudian

ditutup rapat. Pertama direndam selama 24 jam sambil sesekali diaduk.

Setelah 24 jam, larutan ekstrak nilam disaring sehingga diperoleh filtrat dan

ampas. Kemudian dilakukan lagi perendaman selama 24 jam sambil sesekali

diaduk. Setelah 24 jam, larutan ekstrak nilam disaring sehingga diperoleh

filtrat dan ampas. Selanjutnya, ampas tersebut dilakukan perendaman kembali

menggunakan etanol 96% selama 24 jam sambil sesekali diaduk kemudian

filtrat disaring menggunakan corong dan kertas saring dan ditampung. Setelah

itu semua filtrat dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam rotary vacuum

evaporator, selanjutnya filtrat yang tersisa diuapkan menggunakan cawan

penguap di dalam waterbath sehingga diperoleh ekstrak kental.

E. Formulasi Sediaan Mouthwash

Tabel 2. Formulasi sediaan mouthwash ekstrak dau nilam

Bahan Fungsi F1 F2 F3 F4 F5

Ekstrak Daun
Zat aktif 2,5% 3% 3,5% - Gliserin
Nilam

Gliserin Humektan 5% 5% 5% 5%

Sorbitol Pemanis 8% 8% 8% 8%

Pippermint
Pengaroma 0,15% 0,15% 0,15% 0,15%
oil
Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100
Aquadest Pelarut
ml Ml ml ml

(Pogostemon Cablin Benth).

Dimasukkan ekstrak daun nilam (Pogestemon Cablin Benth) kedalam

mortir, ditambahkan gliserin kegunaan gliserin sebagai humektan yang bertujuan

agar zat aktif tidak menguap keudara, ditambahkan sorbitol digerus hingga

homogen, kegunaan sorbitol sebagai pemanis yang bertujan memberikan rasa

manis pada sediaan mouthwash, kemudian ditambahkan aquadest secukupnya

kedalam mortir lalu digerus hingga bisa dituang, disaring dan dimasukkan

kedalam botol bening, kemudian ditambahkan aquadest sebanyak 100 mL,

kegunaan aquadest sebagai pelarut, ditambahkan pippermint oil sebanyak 3 tetes

ke dalam botol lalu dikemas, penambahan peppermint oil bertujuan sebagai

pengaroma dan memberikan rasa yang segar dan sedikit pedis dimulut, sehingga

dapat meninggalkan sensi dimulut pada saat obat kumur digunakan.

F. Evaluasi Sediaan Mouthwash Ekstrak Daun Nilam


(Pogostemon Cablin Benth)

1. Pengamatan organoleptis

Pemeriksaan organoleptis meliputi pemeriksaan warna, bentuk, rasa dan

bau.

2. Pengujian pH
Pengujian pH dilakukan dengan menggunakan pH universal, dengan

mencelupkan kertas pH kedalam moutwash selama beberapa menit, kemudian

amati pHnya.

3. Uji viskositas

Pengujian viskositas dengan sampel moutwash dengan menggunakan

Ubbelohde viscometer. Mengkonversi nilai viskositas yang telah ditetapkan

dengan konstanta pada tabung Ubbelohde.

4. Uji Cycling test

Uji cycling test dilakukan dengan cara sediaan mouthwash disimpan pada suhu

4oC sealama 24 jam dan pada suhu 40 oC selama 24 jam, penyimpanan sediaan pada

dua suhu yang berbeda dianggap sebagai satu siklus. Apa bila tiga siklus selama

proses cycling tidak terjadi perubahan yang signifikan, dapat diartikan bahwa produk

stabil selama proses distribusi. Metode ini dilakukan selama 6 atau dilakukan selama

12 hari dan dilakukan pengamatan organoleptik dan pH pada hari ke 0 dan 12.

G. Uji Aktivitas Antibakteri Mouthwash Ekstrak Daun Nilam


(Pogostemon Cablin Benth)

1. Sterilisasi Alat-alat

Uji sterilisasi dilakukan diautoklaf pada suhu 121˚C selama 15 menit.

Keringkan dan bungkus menggunakan kertas alat-alat yang sudah dicuci

bersih.

2. Pembuatan Media Mueller Hinton Agar (MHA)

Dimasukkan 3,8 gram media MHA kedalam erlenmeyer dilarutkan

dengan 100 ml aquadest kemudian dipanaskam diatas hot plate. Media

disterilkan kedalam autoklaf dengan suhu 121˚C selama 15 menit.


3. Inokulasi Bakteri

Pada bakteri uji diambil dengan jarum ose steril lalu ditanamkan pada

media agar dengan menggores menggunakan jarum ose.

4. Uji Aktivitas Antibakteri Dengan metode Difusi

Siapkan cawan petri, dituang medium MHA sebanyak ± 15 ml

kedalam masing-masing cawan petri, kemudian dibiarkan memadat.

Dicelupkan ose kedalam suspensi bakteri. Diusapkan pada permukaan medium

MHA sampai seluruh permukaan tertutup rapat. Di tempelkan disk yang telah

direndam dalam mouthwash ekstrak daun nilam, cawan I diisi dengan

mouthwash konsentrasi 1%, cawan II diisi mouthwash konsentrasi 1,5%,

cawan III diisi mouthwash konsentrasi 2%, cawan IV diisi dengan kontrol

negatif , cawan V diisi dengan kontrol positif (mouthwash komersil tanpa

alkohol). Pengulangan dilakukan sebanyak 3 kali. Lalu cawan petri diinkubasi

selama 24 jam pada suhu 37°C. Kemudian diukur diameter zona hambat (mm)

dari masing-masing konsentrasi.

5. Analisis Data

Data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dan data kuantitatif.

Data kualitatif berupa data hasil evaluasi sediaan mouthwash pada

organoleptis, uji pH dan viskositas, data yang telah dikumpulkan akan

disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Data kuantitatif berupa data hasil uji

antimikroba menggunakan metode One Way Anova.


DAFTAR PUSTAKA

Adrianto, 2012, Efek Antibakteri Polifenol Biji Kakao Pada Streptococcus


Mutans, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.

Afhadillah, N., 2017. Uji Aktivitas Minyak Daun Nilam (Pogostemon Cablin
Benth) Terhadap Penyembuhan Luka Sayat Pada Mencit Jantan (Mus
Musculus). Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar.

Anastasia,A., Yuliet, & R.T., 2017. Formulasi Sediaan Mouthwash Pencegah


Plak Gigi Ekstrak Biji Kakao (Theobroma Cacao L) Dan Uji
Efektivitas Pada Bakteri Streptococcus Mutan. Journal Of Pharmacy.
Universitas Tadulako, Palu.

Astannudinsyah., Rizqi, A.R.,, & Abdul, B., 2019. Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Status Karies Gigi Pada Anak Sekolah Min
1 Kota Banjarmasi. Jurnal Kesehatan Indonesia. STIkes Cahaya Bangsa
Banjarmasin.

Bebe, Z.A., Henry,S.S., & Martin., 2018 . Faktor Risiko Kejadian Karies Gigi
Pada Orang Dewasa Usia 20-39 Tahun Di Kelurahan Dadapsari,
Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, Universitas Diponegoro.

Elmitra1, & Nurfijrin, R., 2017. Formulasi Obat Kumur Dari Daun Asam Jawa
(Tamarindus indical.) Dengan Metode Infundasi. Akademi Farmasi
Yayasan Al-fatah Bengkulu.
Haikal, M., Rosihan, A., & Ika, K.W., 2020. Hubungan Laju Aliran Saliva
Terhadap Kejadian Karies Gigi Pada Penderita Hipertensi Yang
Mengonsumsi Obat Antihipertens. Jurnal Kedokteran Gigi.

Handayani,F., Husnul,W., & Siti,J,N., 2016. Formulasi Dan Uji Aktivitas


Antibakteri Streptococcus mutans dari Sediaan Mouthwash Ekstrak
Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Akademi Farmasi
Samarinda.

Handayani,F., Reksi,S., & Ria M.S., (2017). Formulasi Dan Uji Aktivitas
Antibakteri Streptococcus mutans Dari Sediaan Mouthwash Ekstrak
Daun Jambu Biji (Psidium guajava L). Akademi Farmasi Samarinda.

Hidayahti,N., 2010, Isolasi Dan Identifikasi Jamur Endofit Pada Umbi Bawang
Putih (Allium sativum) Sebagai Pengahasil Senyawa Antibakteri
Terhadap Streptococcus mutan dan Esherichia coli. Jurusan Biologi
Fakultas Saintekuin Maulana Malik Ibrahim Malang

Ismail, Isnaeni, U., Jane. S.R., Ermi .R.H.A.R., 2020. Formulasi Dan Uji
Efektivitas Mouthwash Kombinasi Daun Binahong Dan Daun
Kemangi.

Irawan, T.A.B., 2010. Peningkatan Mutu Minyak Nilam Dengan Ekstraksi Dan
Destilasi Pada Berbagai Komposisi Pelarut. Tesis Magister Teknik
Kimia Universitas Diponegoro Semarang.

Jawa., T., 2016. Uji Daya Hambat Antibakteri Ekstrak Umbi Bawang Merah
(allium ascalonicum L. ) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Pembentuk
Karies Gigi Streptococcus Mutans, skripsi prodi Pendidikan biologi
jurusan Pendidikan matematika dan ilmu pengrtahuan alam universitas
dharma Yogyakarta.

Julianto, Y.,& Wirasisya,D.G., 2018. Optimasi Formula Obat Kumur Ekstrak


Herba Ashitaba (Angelica keiskei) Sebagai Antibakteri Karies Gigi,
Jurnal Ilmiah Farmasi.

Lestari, Y., Ardiningsih, P., & Nurlina. 2016. Aktivitas Antibakteri Gram Positif
Dan Negatif dari Ekstrak dan Fraksi Daun Nipah (Nypa fruticans
Wurmb) Asal Pesisir Sungai Kakap Kalimantan Barat. Jurnal Kimia
Khatulistiwa.

Lukas,A., 2012. Formulasi Obat Kumur Gambir Dengan Tambahan Peppermint


Dan Minyak Cengkeh. Pusat Audit Teknologi-BPPT.
Malangngi, L. P., Sangi, M. S., & Paendong, J. J. E. 2012. Penentuan Kandungan
Tanin dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Buah Alpukat
( Persea americana Mill.). Jurnal Mipa Unsrat Online.

Meisarani, A., & Ramadhania, Z. M. 2016. Kandungan Senyawa Kimia Dan


Bioaktivitas. Jurnal Farmaka.

Mukhriani., 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, Dan Identifikasi Senyawa


Aktif. Jurnal Kesehatan.
Nuryani, Y., Emmyzar., &Wahyudi. 2007. Nilam Perbenihan dan Budidaya
Pendukung Varietas Unggul. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan.

Oktirisma, M., 2018. Potensi Antibakteri Ekstrak Wedelia Biflora (L) Dc.
Terhadap Pertumbuhan Streptococcus Mutans. Program Studi
Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
(STKIP) Sumatera Barat.

Prayudo, dkk. 2015. Koefisien Transfer Massa Kurkumin Dari Temulawak. Jurnal
ilmiah widya Teknik.
Pujoraharjo, p., & Herdiyati, Y., 2018, Efektivitas Antibakteri Tanaman Herbal
Terhadap Streptococcus Mutans Pada Karies Anak. Journal of
Indonesian Dental Association.

Risnawati., Laily. N., & Desi, K., 2017. Microencapsulation Of Essential Oils
From Nilam Plants (Pogostemon Cablin Benth) For Antifungal OF
Candida Albicans. University of Haluoleo.

Santosa,I., &Sulistiawati,E., 2014. Ekstraksi Abu Kayu Dengan Pelarut Air


Menggunakan Sistem Bertahap Banyak Beraliran Silang. Jurnal
Chemica.

Sarosa, A. H., P, H. T., Santoso, B. I., Nurhadianty, V., & Cahyani, C. 2018.
Pengaruh Penambahan Minyak Nilam Sebagai Bahan Aditif Pada
Sabun Cair Dalam Upaya Meningkatkan Daya Antibakteri Terhadap
Staphylococcus aureus. Indonesian Journal Of Essential Oil.

Sernita., Nurhadia., & Seripica., (2018). Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Nilam
(Pogostemon Cablin Benth.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Escherichia coli. Jurnal Program Studi D-Ill Analis kesehatan,
Politeknik Bina Husada Kendari Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Kendari.

Soeparman S, Jatmiko P, 2009. Kinerja Ekstraksi Biji Jarak Pagar Dengan


Proses Pelarutan (Solvent Extraction). Universitas Brawijaya Malang.
Sugito, & Suwandi, E. 2017. Efektifitas Ekstrak Ethanol Daun Pepaya (Carica
Papaya L) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia Coli Dengan
Metode Difusi. Jurnal Analisis Kesehatan Poltekkes Kemenkes.

Tahir,M.,Muflihunna, A., &Syafrianti., 2017. Penentuan Kadar Fenolik Total


Ekstrak Etanol Daun Nilam (Pogostemon cablin Benth.) Dengan
Metode Spektrofotometri Uv-Vis. Fakultas Farmasi, Universitas
Musllim Indonesia.

Widowati,R., Handayani, S., & Lasdi,I., 2019. Aktivitas Antibakteri Minyak


Nilam (Pogotemon Cablin ) Terhadap Beberapa Bakteri Uji. Jurnal
Pro-Life.

Yanuartono, Purnamaningsih, H., Nururrozi, A., & Indarjulianto, S. 2017.


Saponin : Dampak terhadap Ternak (Ulasan). Jurnal Peternakan
Sriwijaya.

Yosephine, A.D., Dkk., (2013). Formulasi Mouthwash minyak Atsiri Daun Kemangi
(Ocimum Basilicum L.) Serta Uji Antibakteri Dan Antibiofilm Terhadap
Bakteri Streptococcus Mutans Secara In Vitro. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.

Yuniartono, H.,Dkk 2017. Potensii Jerami Sebagai Pakan Ternak Ruminansia.


Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan.
LAMPIRAN

1. Skema Kerja Ekstraksi


Daun nilam (Pogostemon cablin Benth)

Disortasi
Dikeringkan
diserbukkan

500 gram serbuk daun nilam (Pogostemon


cablin Benth)

Dimaserasi dengan etanol 96%


7500 mL

Ekstrak daun nilam (Pogostemon cablin Benth) Direndam


dengan etanol 96% (pertama 3 liter) diamkan 1 X 24 jam

Disaring

Ampas ekstrak daun nilam (Pogostemon cablin Benth) Direndam


dengan etanol 96% (kedua 2,5 liter) diamkan 1 X 24 jam

Disaring
2. Skema Kerja Pembuatan Mouthwash Ekstrak Daun Nilam (Pogostemon
Cablin Benth

Disiapkan alat dan bahan


Di timbang semua
Bahan
Dimasukkan ekstrak daun
nilam kedalam mortir

Dimasukkan gliserin dansorbitol

Digerus hingga homogen

Ditambahkan aquadest secukupnya,


disaring dimasukkan dalam botol

Ad aquadest hingga homogen

Dimasukkan pippermint oil sebanyak


3 tetes

Evaluasi Mouthwash
Sediaan Mouthwash Ekstrak Daun
Ekstrak Daun Nilam
Nilam (Pogostemon Cablin
(Pogostemon Cablin
Benth)
Benth)
3. Skema Uji Aktivitas Sediaan Mouthwash Ekstrak Etanol Daun Nilam
(Pogostemon Cablin Benth) Terhadap Bakteri Streptococcus Mutans Penyebab
Karies Gigi.

Sterilisasi alat i

Pembuatan Media Mueller Hinton


Agar (MHA)

Diambil dengan jarum


ose steril lalu ditanamkan
Inokulasi bakteri
pada media agar dengan
Streptococcus Mutans
menggores menggunakan
jarum ose.

F2 F3 F5
1,5% 2% (K+)

F1 F4
1% (K-)

Uji Aktivitas Antibakteri

Inkubasi 1x24 jam

Pengamatan dan pengukuran diameter zona hambat

Anda mungkin juga menyukai