Anda di halaman 1dari 15

“KASUS KUCING MENARI DI

MINAMATA”
Oleh :
Kelompok 1

Dwi Mega Selvia (1707114324) Lilya Irsianti Fadlillah(1707114125)

Febri Julyanty (1707122992) Panji Imanur Riskianto (1707123005)

Feny Agustin (1707123034) Rizka Anggi Pratiwi (1707111360)

Khadijah Lestari Lubis (1707114105) Wahyu Akmal Rinaldi (1707110192)


 Penyakit minamata atau Sindrom minamata adalah
sindrom kelainan fungsi saraf yang disebabkan oleh
keracunan akut air raksa. Gejala-gejala sindrom ini seperti
kesemutan pada kaki dan tangan, lemas-lemas, penyempitan
sudut pandang dan degradasi kemampuan berbicara dan
pendengaran. Pada tingkatan akut, gejala ini biasanya
memburuk disertai dengan kelumpuhan, kegilaan, jatuh
koma dan akhirnya mati.
 Pada tahun 1953 beberapa ekor kucing yang memakan ikan
dari teluk Minamata mengalami kejang, menari-nari, dan
mengeluarkan air liur beberapa saat kemudian kucing ini
mati.
Penyakit minamata mendapat namanya dari kota Minamata, Prefektur
Kumamoto di Jepang, yang merupakan daerah penyakit ini mewabah
mulai tahun 1958. Pada waktu itu terjadi masalah wabah penyakit di
kota Mintamana Jepang. Ratusan orang mati akitbat penyakit yang aneh
dengan gejala kelumpuhan syaraf. Mengetahui hal tersebut, para ahli
kesehatan menemukan masalah yang harus segera diamati dan dicari
penyebabnya. Hipotesisnya adalah bahwa penyakit tersebut mirip orang
yang keracunan logam berat. Kemudian dari kebudayaan setempat
diketahui bahwa orang Jepang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi
ikan laut dalam jumlah banyak. Dari hipotesis dan kebiasaan pola
makan tesebut kemudian dilakukan eksperimen untuk mengetahui
apakah ikan-ikan di Teluk Minamata banyak mengandung logam berat
(merkuri). Penelitian berlanjut dan akhirnya ditemukan bahwa sumber
merkuri berasal dar pabrik batu baterai Chisso. Akhirnya pabrik tersebut
ditutup dan harus membayar kerugian kepada penduduk Minamata
kurang lebih dari 26,6 juta dolar.
Sebelum ditemukan bahwa merkuri merupakan penyebab dari penyakit
minamata, banyak teori yang muncul dari berbagai peneliti mengenai
penyebab dari penyakit minamata ini. Adapun teori-teori tersebut antara
lain:
Teori Mangan Teori Thallium Teori Selenium

•Mangan merupakan •Thallium •Sejumlah


suatu kemungkinan
yang logis karena ditemukan besar
kandungannya dalam jumlah selenium
ditemukan pada air besar (300 ditemukan
laut, air limbah, ppm) pada pada cairan
ikan, kerang, dan
juga organ-organ limbah dan limbah yang
dalam penderita pembuangan dibuang oleh
dalam jumlah besar. pabrik di Teluk pabrik di teluk
Minamata. minamata.
DAMPAK TERHADAP MAKHLUK HIDUP
 Manusia

Gejala awal antara lain:


Kaki dan tangan menjadi
gemetar dan lemah,
kelelahan, telinga
berdengung, kemampuan
penglihatan melemah,
kehilangan pendengaran,
bicara cadel dan gerakan
menjadi tidak terkendali.
DAMPAK TERHADAP MAKHLUK HIDUP
 Manusia

Penderita kronis penyakit ini


mengalami gejala yaitu:
Sakit kepala, sering kelelahan,
kehilangan indra perasa dan
penciuman, menjadi pelupa, dan
dapat menyebabkan penyakit
congenital (bayi yang terlahir cacat
akibat metil merkuri terakumulasi
dalam janin ibu hamil).

Pada tingkatan akut, gejala ini


biasanya memburuk disertai dengan
kelumpuhan, kegilaan, jatuh koma
dan akhirnya mati.
DAMPAK TERHADAP MAKHLUK HIDUP

 Hewan
Masuknya metil merkuri ke tubuh ikan atau biota perairan lainnya juga
dapat terjadi melalui proses penyerapan air melalui insang dan proses
rantai makanan, kemudian terakumulasi melalui proses bioakumulasi
dan biomagnifikasi dalam jaringan tubuhnya.
Bioakumulasi adalah terdapatnya zat pencemar pada organisme
dalam konsentrasi yang jauh lebih besar dari pada konsentrasi
dilingkungannya.
Biomagnifikasi merupakan masuknya zat kimia melalui rantai
makanan yang pada akhirnya tingkat konsentrasi zat kimia didalam
tubuh organisme tersebut menjadi sangat tinggi.
DAMPAK TERHADAP MAKHLUK HIDUP

 Hewan
Alur Pencemaran Merkuri di Perairan:
DAMPAK TERHADAP MAKHLUK HIDUP

 Hewan
DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN

Perairan menjadi tercemar akibat


terkontaminasi dengan limbah
pabrik Chisso.

Berkurangnya kualitas pada sumber


air di daerah sekitar.

Air, tanah, dan udara menjadi


tercemar.
UPAYA PENANGANAN
• Penelitian awal oleh universitas kumamoto
Dikarenakan menjamurnya penyakit minamata, tim peneliti
dari universitas kumamoto melakukan penelitian dan melaporkan
bahwa yang menyebabkan penyakit minamata adalah merkuri organik.
Berdasarkan hasil tersebut masyarakat pesisir meminta pembuangan
limbah kelaut shiranui, minamata dihentikan dan ditutup.
• Chisso menggunakan teknologi yang ramah lingkungan
Pembuangan limbah melewati proses pembersihan
(purifikasi) dengan apa yang dinamakan cyclator. Tetapi cyclator tidak
mampu menangkap merkuri yang terlarut dalam limbah acetaldehid.
• Pengobatan bagi para korban
Korban dengan gejala gangguan sensorik yang parah
menerima 2.6 juta yen dari Chisso. Sekitar 255 juta dolar dikeluarkan
untuk biaya kompensasi para korban.
UPAYA PENANGANAN

• Pengerukan dasar sungai dan teluk yang tercemar merkuri


Biaya pemulihan dari pembersihan daerah seluas kira-kira
1,5 juta meter persegi itu sedikitnya 48 miliar yen dan dari jumlah ini,
perusahaan Chisso yang bertanggung jawab menanggung 30,5 miliar
yen.
• Pemasangan jaring
Pemasangan jaring dilakukan sejak tahun 1970-1997
sebagai batas mengelilingi mulut teluk untuk menangkap ikan yang
terkontaminasi (imobilisasi). Teknik ini cukup efektif serta lebih murah,
namun gangguan efek ekologis pada ekosistem tempat batas
dipasang dapat saja terjadi.
• Upaya pemerintah
Dengan mendirikan pusat penelitian untuk memantau
perkembangan kasus ini.
UPAYA PENANGANAN
• Meningkatkan kesadaran masyarakat
Museum dan memorial didirikan sebagai sarana pengalaman
dan pendidikan untuk meningkatkan dan menambah kesadaran manusia
bagaimana bencana tersebut dapat terjadi dan berharap agar bencana
serupa dimanapun tidak dapat terjadi lagi.

Memorial di Museum Kotamadya


Penyakit Minamata
Pada tanggal 23 Februari 1999, lingkungan
hidup Minamata terbukti sudah clear dan baik, dan
Kantor Kota Minamata memperoleh ISO 14001.
SEKIAN
DAN
SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai