Latar Belakang
Pati sagu merupakan hasil dari pengolahan pohon sagu dengan serangkaian
prosesnya, dimana dalam proses pengolahannya di indonesia secara umum masih
menggunakan teknologi tradisional. Mengingat kondisi dan prospek produk pati sagu
sangat potensial untuk dipergunakan sebagai bahan olahan pangan dan produk-produk
turunannya sehingga diperlukan industri-industri yang bergerak dalam mengolah pohon
sagu menjadi pati sagu. Dalam penyediaan bahan bakunya di Indonesia memiliki
kekayaan dalam jumlah area perkebunan sagu, terutama pada daerah bagian timur
indonesia yang tumbuh secara liar atau perkebunan swasta yang banyak terdapat di
wilayah pulau Sumatera.
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan produk turunan pati
sagu, hal ini menjadi fokus bagi industri penggerak untuk dapat meningkatkan
produktivitasnya. Banyak penilitian dan kajian yang membahas tentang upaya untuk
meningkatkan produktivitas suatu industri pengolahan hasil pertanian, salah satunya
adalah konsep produksi bersih. Produksi bersih merupakan kajian untuk dapat
meminimasi remisi dan limbah B3 dari proses produksi. Selain itu, produksi bersih
merupakan cara yang efektif dan efisien dalam memanfaatkan bahan baku, energi dan
teknologi prosmees yang digunakan.
Pelaksanaan konsep produksi bersih masih belum dilakukan secara maksimal
pada sebagian besar industri kecil menengah, salah satunya adalah industri pengolahan
pati sagu. Peramasalahan yang sering dihadapi dalam penerapan produksi bersih pada
industri tersebut adalah tata lokasi ruang produksi dan penyimpanan serta penanganan
limbah hasil produksi yang tidak teratur. Kondisi demikian dapat menyebabkan
pencemaran terhadap lingkungan sekitar industri.
Salah satu contoh industri yang melakukan proses pengolahan pati sagu adalah
unit usaha pengolahan pati sagu di Tanah baru, Kabupaten Bogor. Dalam analisis
produksi bersih yang dilakukan, penerapan yang ada kadang tidak dilakukan secara
maksimal. Keadaan ini membuat limbah dan emisi yang dihasilkan semakin bertambah
karena tidak ditanggulangi secara optimal dengan prosedur yang benar. Sehingga, perlu
adanya kajian kesinambungan produksi bersih untuk memperbaiki manajemen produksi
yang lebih baik.
Tujuan
Waktu Pelaksanaan
Metodologi
Customers
Customer pati sagu Tanah Baru yaitu pedagang di pasar (Bogor dan Bandung) dan
konsumen langsung.
Supliers
Bahan baku pati sagu, yaitu batang sagu, diperoleh dari Banten.
Other Information
Industri pati sagu Tanah Baru telah didirikan lebih dari 30 tahun. Jumlah pekerja
sebanyak 6 orang, yaitu 3 orang tenaga kerja borongan dan 3 orang tenaga kerja harian.
Tenaga kerja borongan bertugas untuk proses pembuatan pati sagu hingga menjadi pati
sagu basah, yang meliputi, pengangkutan dari tempat penyimpanan sementara ke tempat
produksi, pengupasan, pemarutan, penyaringan, dan pengendapan pati. Sedangkan
tenaga kerja harian bertanggung jawab pada proses penjemuran, pengayakan,
pengemasan, penggudangan, dan pengiriman produk ke pasar.
Environmental Policy
Environmental policy : No
Environmental officer : No
Environmental audit : No
Management System : No
Resources audit : No
Management Improvement
Management improvement perlu pada semua tahapan, yaitu penyediaan bahan
baku, proses produksi, penanganan limbah, penggunaan air, penyimpanan, dan
pengangkutan ke pasar.
Energy Management
Accident Prevention : No
Accident Prevention Aid : No
Training : No
Material Handling
Good Transport
Process
Process Sketch :
Batang Sagu
Pengupasan
Kulit
Pencacahan
Air
Rasping
Air
Filtrasi
Ampas
Pengendapan
Pengeringan
Air
Pengayakan
Pati Sagu
Pengupasan
Deskripsi Proses
Batang sagu yang diperoleh dari suplier merupakan batang sagu sepanjang 75-90
cm yang telah dikupas kulit batangnya. Selama proses penyimpanan dan transportasi
batang sagu, terjadi kontaminasi kotoran (padatan, tanah, batu, dan lain-lain) yang
menyebabkan permukaan luar batang sagu menjadi kotor dan berwarna cokelat hingga
hitam. Oleh karena itu, sebelum dilakukan pemarutan, batang sagu dilakukan
pengupasan yang kedua kalinya untuk menghilangkan pengotor. Proses pengupasan
dilakukan dengan menggunakan golok. Metode ini dapat mengeliminasi kebutuhan air
untuk pencucian. Akan tetapi, konsekuensinya menyebabkan kehilangan massa batang
sagu sehingga dapat mengurangi rendemen pati sagu yang dihasilkan.
Deskripsi Proses
Batang sagu yang telah dikupas, terlebih dahulu dilakukan pencacahan dengan
menggunakan kapak dan golok. Hal ini ditujukan untuk mempermudah proses
pemarutan.
Pemarutan
Deskripsi Proses
Setelah batang sagu dikupas dan dicacah menjadi chip batang sagu kemudian
dilakukan proses pemarutan dengan menggunakan mesin pemarut berbahan bakar solar.
Proses ini bertujuan untuk memperbesar luas permukaan dan memecah sel-sel pati
sehingga memudahkan proses penyaringan dan ekstraksi pati. Selain chip batang sagu,
proses pemarutan juga memerlukan input berupa air yang berfungsi sebagai pelarut.
Identifikasi Munculnya Limbah
Pada tahap ini limbah dihasilkan sebagai loss products yang tercecer di sekitar
mesin pemarut.
Penyaringan
Deskripsi Proses
Bubur sagu yang keluar dari mesin pemarut kemudian disaring dengan
menggunakan vibrating screen yang digerakkan oleh mesin diesel berbahan bakar solar.
Hal ini bertujuan untuk memisahkan larutan pati dari ampas. Selama proses penyaringan
dilakukan penambahan air melalui pipa-pipa yang diletakkan di atas vibrating screen.
Pengendapan Pati
Deskripsi Proses
Larutan pati yang berisi campuran air, pati dan komponen terlarut lainnya perlu
dilakukan pengendapan sehingga pati terpisah dan mengendap di dasar kolam
pengendapan. Ada 4 macam kolam pengendapan yang digunakan secara kontinyu.
Proses pengendapan dilakukan selama 2-3 jam. Selanjutnya endapan dan air dipisahkan
dengan mengeluarkan air dari bak pengendapan. Setelah air habis endapan pati diangkat
menggunakan serok dan disimpan di dalam bak penampungan sementara.
Penjemuran
Deskripsi Proses
Pati yang dihasilkan dari proses pengendapan merupakan pati basah yang harus
dikeringkan terlebih dahulu sehingga diperoleh pati sagu dengan kadar air maksimum
13%. Proses pengeringan dilakukan selama 5-6 jam ketika intensitas penyinaran
matahari maksimum atau selama 2-3 hari jika hujan. Pati basah dijemur dengan
menggunakan tampah dan dilakukan pembalikan dengan cara mengaduk menggunakan
tangan. Pati sagu yang dihasilkan dari proses penjemuran merupakan pati sagu kasar
yang perlu dilakukan pengayakan terlebih dahulu.
Pengayakan
Deskripsi Proses
Pati kasar yang dihasilkan dari proses penjemuran memiliki ukuran yang tidak
seragam. Untuk itu, perlu dilakukan pengayakan terlebih dahulu agar ukurannya
seragam. Pengayakan dilakukan secara manual menggunakan ayakan 100 mesh.
Pengemasan
Deskripsi Proses
Mengemas pati yang sudah diayak ke karung dengan netto 50 kg. Setelah itu,
karung dijahit dengan menggunakan mesin jahit karung.
1. PENGUPASAN
Rendemen 21,66666667 20
Harga/m3 Rp1.300.000
Nilai akhir 0
Biaya/bulan Rp211.250
Penjualan Rp390.000
Keuntungan/bulan Rp178.750
Keuntungan/bulan Rp12.480.000
2. PENCACAHAN
PBP 2,909648
Total 3267500
PBP 16,25371795
4. PENYARINGAN
penyaringan
Biaya/bulan Rp208.333
Keuntungan Rp1.351.667
5. PENGAYAKAN
Proses Pengayakan
harga masker (3@25000) 75000
PBP 0,75
6. PENGEMASAN
PBP 2,284615385
PENUTUP
Simpulan
1. Pelaksanaan produksi pati sagu ini belum menerapkan produksi bersih secara
optimal.
2. Diperlukannya pelaksanaan prinsip produksi bersih pada industri ini, agar
produktivitas optimal.
3. Diperlukannya analisis ekonomi untuk dapat meningkatkan kelayakan secara
finansial.
Saran
Sebaiknya bahan dan material yang masih bisa dimanfaatkan kembali perlu
digunakan. Penerapan produksi bersih perlu diterapkan agar produktivitas dan efisiensi
dapat optimal dilakukan serta tidak mencemari lingkungan.