Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRODUKSI BERSIH

ANALISA PENERAPAN PRODUKSI BERSIH DAN KELAYAKAN


EKONOMI DI INDUSTRI PATI SAGU TANAH BARU BOGOR
JAWA BARAT

Nama anggota kelompok :

Rahmat Irkham Triaji (F34110136)


M. Asrol (F34110125)
Aji Wibowo (F34110111)
M. Raja Ihsan (F34110118)
Atika Hermanda (F34110126)
Ana Makhrifatul (F34110127)
Tety Rahma Sari (F34110135)

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pati sagu merupakan hasil dari pengolahan pohon sagu dengan serangkaian
prosesnya, dimana dalam proses pengolahannya di indonesia secara umum masih
menggunakan teknologi tradisional. Mengingat kondisi dan prospek produk pati sagu
sangat potensial untuk dipergunakan sebagai bahan olahan pangan dan produk-produk
turunannya sehingga diperlukan industri-industri yang bergerak dalam mengolah pohon
sagu menjadi pati sagu. Dalam penyediaan bahan bakunya di Indonesia memiliki
kekayaan dalam jumlah area perkebunan sagu, terutama pada daerah bagian timur
indonesia yang tumbuh secara liar atau perkebunan swasta yang banyak terdapat di
wilayah pulau Sumatera.
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan produk turunan pati
sagu, hal ini menjadi fokus bagi industri penggerak untuk dapat meningkatkan
produktivitasnya. Banyak penilitian dan kajian yang membahas tentang upaya untuk
meningkatkan produktivitas suatu industri pengolahan hasil pertanian, salah satunya
adalah konsep produksi bersih. Produksi bersih merupakan kajian untuk dapat
meminimasi remisi dan limbah B3 dari proses produksi. Selain itu, produksi bersih
merupakan cara yang efektif dan efisien dalam memanfaatkan bahan baku, energi dan
teknologi prosmees yang digunakan.
Pelaksanaan konsep produksi bersih masih belum dilakukan secara maksimal
pada sebagian besar industri kecil menengah, salah satunya adalah industri pengolahan
pati sagu. Peramasalahan yang sering dihadapi dalam penerapan produksi bersih pada
industri tersebut adalah tata lokasi ruang produksi dan penyimpanan serta penanganan
limbah hasil produksi yang tidak teratur. Kondisi demikian dapat menyebabkan
pencemaran terhadap lingkungan sekitar industri.
Salah satu contoh industri yang melakukan proses pengolahan pati sagu adalah
unit usaha pengolahan pati sagu di Tanah baru, Kabupaten Bogor. Dalam analisis
produksi bersih yang dilakukan, penerapan yang ada kadang tidak dilakukan secara
maksimal. Keadaan ini membuat limbah dan emisi yang dihasilkan semakin bertambah
karena tidak ditanggulangi secara optimal dengan prosedur yang benar. Sehingga, perlu
adanya kajian kesinambungan produksi bersih untuk memperbaiki manajemen produksi
yang lebih baik.
Tujuan

Tujuan dari kegiatan Praktik Lapang ini adalah :


1. Mempelajari dan menganalisis penerapan produksi bersih di industri pati sagu.
2. Menganalisis kelayakan ekonomi di industri pati sagu.
3. Melakukan kunjungan industri pati sagu.

Waktu Pelaksanaan

Kegiatan observasi ini dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober 2014. Tempat


pelaksanaan kegiatan ini di industri pati sagu, daerah Tanah Baru Bogor, Jawa Barat.

Metodologi

Dalam pelaksanaan kegiatan kunjungan industri dipakai beberapa metode sebagai


usaha untuk menghasilkan data dan analisa yang tepat, yaitu :
1. Penjelasan Singkat
Penjelasan singkat dari pemilik usaha yang bertujuan untuk memberikan wacana
singkat.
2. Pengamatan di lapangan
Pengamatan di lapangan dilakukan dengan mengamati langsung proses
produksi, penerapan prober (produksi bersih), yang sedang dilakukan dan
pengolahan limbah hasil produksi.
3. Perumusan dan penulisan laporan
Data dan informasi yang diperoleh dianalisa dan dibandingkan dengan referensi
yang kemudian dituangkan ke dalam bentuk laporan tertulis.
4. Presentasi
Setelah laporan diselesaikan, selanjutnya dilakukan pemaparan hasil laporan
dengan presentasi kepada dosen pengajar.
CHECK LIST QUICK SCAN OF SAGO STARCH INDUSTRY

Information on The Company

Product, Productoin Volume


Produk utama dari intsudtri pati sagu Tanah Baru adalah pati sagu, sementara
hasil sampingnya berupa ampas, kulit, dan air sisa pengendapan dan penyaringan.
Kapasitas produksi pati sagu tidak menentu, tergantung pada sulpy bahan baku.

Customers
Customer pati sagu Tanah Baru yaitu pedagang di pasar (Bogor dan Bandung) dan
konsumen langsung.

Supliers
Bahan baku pati sagu, yaitu batang sagu, diperoleh dari Banten.

Other Information
Industri pati sagu Tanah Baru telah didirikan lebih dari 30 tahun. Jumlah pekerja
sebanyak 6 orang, yaitu 3 orang tenaga kerja borongan dan 3 orang tenaga kerja harian.
Tenaga kerja borongan bertugas untuk proses pembuatan pati sagu hingga menjadi pati
sagu basah, yang meliputi, pengangkutan dari tempat penyimpanan sementara ke tempat
produksi, pengupasan, pemarutan, penyaringan, dan pengendapan pati. Sedangkan
tenaga kerja harian bertanggung jawab pada proses penjemuran, pengayakan,
pengemasan, penggudangan, dan pengiriman produk ke pasar.

Environmental Policy

Environmental policy : No
Environmental officer : No
Environmental audit : No
Management System : No
Resources audit : No

Estimation of Potential Areas for Improvement By The Company

Management Improvement
Management improvement perlu pada semua tahapan, yaitu penyediaan bahan
baku, proses produksi, penanganan limbah, penggunaan air, penyimpanan, dan
pengangkutan ke pasar.

Losses of Raw Materials And Energy


Kehilangan bahan baku terjadi selama penyimpanan bahan baku di suplier,
pengangkutan, pengupasan, penyaringan, dan pengendapan. Sementara kehilangan
energi terjadi selama proses pemarutan.
Raw Materials And Energy Efficiency
Tidak ada
Cost-Intensive
Bahan baku, pemarutan, dan penyaringan.

Energy Management

Type of Energy : Listrik dan Solar


Annual Consumption : Pemakaian solar 20 liter/6 ton bahan baku
Energy Consumers : Lampu, pemarutan, penyaringan
Process Energy Consumption : Low
Energy Management System : Tidak ada
Maintanance for Technical Energy System : Tidak ada
Other Information :-

Occupational Health Protection

Employee’s Health Problem : No


Industrial Hygiene And Safety : No
Personal Protective equipment : No

Industrial Safety And Accident Prevention

Accident Prevention : No
Accident Prevention Aid : No
Training : No

Material Handling

Minimising Transport route : Yes


Way of Material Moved : Manual
Losses During Handling : Low
Additional Preventive Measure : No
Comment :-

Good Transport

Type of Transport : Supply of raw materials and Delivery of Products


Responsible for Transport : Suppply of raw material → Supplier
Delivery of Products →Internal transport departemen
Transportation Vehicle : Mobil bak terbuka
Transport Scheme : No
Production And Consumption Statistics

Production per Month : Tak tentu


Bahan Baku : Batang sagu
Bahan Pembantu : Air
Konsumsi Air : Tak terukur
Rendemen : 1.3 ton pati sagu kering/6 ton batang sagu/process
Limbah : Kulit, ampas, air sisa pengendapan dan penyaringan
Debit Limbah : Tak terukur

Process

Process Sketch :
Batang Sagu

Pengupasan

Kulit
Pencacahan

Air
Rasping

Air
Filtrasi

Ampas
Pengendapan

Pengeringan

Air

Pengayakan

Kemasan dan benang jahit


Pengemasan

Pati Sagu
Pengupasan

Deskripsi Proses
Batang sagu yang diperoleh dari suplier merupakan batang sagu sepanjang 75-90
cm yang telah dikupas kulit batangnya. Selama proses penyimpanan dan transportasi
batang sagu, terjadi kontaminasi kotoran (padatan, tanah, batu, dan lain-lain) yang
menyebabkan permukaan luar batang sagu menjadi kotor dan berwarna cokelat hingga
hitam. Oleh karena itu, sebelum dilakukan pemarutan, batang sagu dilakukan
pengupasan yang kedua kalinya untuk menghilangkan pengotor. Proses pengupasan
dilakukan dengan menggunakan golok. Metode ini dapat mengeliminasi kebutuhan air
untuk pencucian. Akan tetapi, konsekuensinya menyebabkan kehilangan massa batang
sagu sehingga dapat mengurangi rendemen pati sagu yang dihasilkan.

Identifikasi Munculnya Limbah


Limbah yang dihasilkan pada tahap ini berupa serpihan batang kayu yang banyak
mengandung bahan organik (biomassa). Selama ini limbah serpihan kayu hanya
ditumpuk di dekat ruang produksi dan dibakar jika jumlahnya telah melebihi kapasitas
maksimum.

Opsi Penerapan Produksi Bersih


1. Penyediaan bahan baku (batang sagu), sebaiknya berupa batang sagu yang belum
dikupas, sehingga tidak perlu dilakukan pengupasan sebanyak dua kali dan
meminimalisir biomassa (kulit dan serpihan batang) yang terbuang.
2. Perlu dibuat tempat penampungan limbah serpihan batang sagu sebelum
dilakukan pemanfaatan lainnya
3. Pemanfaatan limbah serpihan batang sagu sebagai pupuk organik yang bisa dijual
dan menghasilkan nilai tambah bagi industri pati sagu.
4. Perlu pengaturan tata letak pada bagian loading bahan baku untuk meminimasi
gerakan yang dilakukan oleh operator.

Gambar 1. Proses pengupasan


Pencacahan

Deskripsi Proses
Batang sagu yang telah dikupas, terlebih dahulu dilakukan pencacahan dengan
menggunakan kapak dan golok. Hal ini ditujukan untuk mempermudah proses
pemarutan.

Identifikasi Munculnya Limbah


Selama proses pencacahan, sebagian batang sagu terpotong-potong menjadi
serpihan-serpihan kecil yang tercecer dan tidak termanfaatkan.

Opsi Penerapan Produksi Bersih


1. Tempat pencacahan sebaiknya menggunakan alas terpal, sehingga
memudahkan proses pemungutan serpihan-serpihan batang sagu. Serpihan
batang sagu kemudian dikumpulkan menggunakan sekop dan dimasukkan ke
dalam proses pemarutan (untuk serpihan berukuran besar) dan penyaringan
(untuk serpihan berukuran kecil).

Gambar 2. Proses Pencacahan

Pemarutan

Deskripsi Proses
Setelah batang sagu dikupas dan dicacah menjadi chip batang sagu kemudian
dilakukan proses pemarutan dengan menggunakan mesin pemarut berbahan bakar solar.
Proses ini bertujuan untuk memperbesar luas permukaan dan memecah sel-sel pati
sehingga memudahkan proses penyaringan dan ekstraksi pati. Selain chip batang sagu,
proses pemarutan juga memerlukan input berupa air yang berfungsi sebagai pelarut.
Identifikasi Munculnya Limbah
Pada tahap ini limbah dihasilkan sebagai loss products yang tercecer di sekitar
mesin pemarut.

Opsi Penerapan Produksi Bersih


1. Pengumpulan hasil parutan batang sagu yang tercecer di sekitar mesin
pemarut dengan menggunakan sekop.
2. Penerapan good housekeeping, dengan mengatur tinggi knalpot buangan
mesin diesel agar pekerja tidak terpapar asap.
3. Memasang alat pengolah asap pada knalpot agar asap buangan lebih bersih.
4. Perlu pengolahan air baku untuk pemarutan dan penyaringan. Jangan
menggunakan ikan lele.
5. Penerapan good housekeeping dengan memberikan ear muff untuk operator
yang berkerja di sekitar mesin pemarutan.

Gambar 3. Proses Pemarutan

Penyaringan

Deskripsi Proses
Bubur sagu yang keluar dari mesin pemarut kemudian disaring dengan
menggunakan vibrating screen yang digerakkan oleh mesin diesel berbahan bakar solar.
Hal ini bertujuan untuk memisahkan larutan pati dari ampas. Selama proses penyaringan
dilakukan penambahan air melalui pipa-pipa yang diletakkan di atas vibrating screen.

Identifikasi Munculnya Limbah


Limbah yang dihasilkan pada proses penyaringan berupa ampas basah dan larutan
pati yang itu terbuang bersama ampas basah karena proses penyaringan yang kurang
optimum. Limbah ini langsung dibuang ke sungai kecil, tanpa ditampung dan diolah di
penampungan limbah terlebih dahulu.

Opsi Penerapan Produksi Bersih


1. Perlu dibuat kolam penampungan limbah dan pengolahan limbah untuk
memisahkan ampas basah dan larutan pati yang itu terbuang. Selanjutnya
ampas basah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, pupuk, pembuatan
saus, pelet serta media untuk budidaya jamur dan cacing. Sedangkan larutan
pati di-recylce ke proses pengendapan pati.
2. Perlu mengoptimumkan proses penyaringan sehingga dapat meminimumkan
larutan pati yang ikut terbuang bersama ampas basah.

Gambar 4. Proses Penyaringan

Pengendapan Pati

Deskripsi Proses
Larutan pati yang berisi campuran air, pati dan komponen terlarut lainnya perlu
dilakukan pengendapan sehingga pati terpisah dan mengendap di dasar kolam
pengendapan. Ada 4 macam kolam pengendapan yang digunakan secara kontinyu.
Proses pengendapan dilakukan selama 2-3 jam. Selanjutnya endapan dan air dipisahkan
dengan mengeluarkan air dari bak pengendapan. Setelah air habis endapan pati diangkat
menggunakan serok dan disimpan di dalam bak penampungan sementara.

Identifikasi Munculnya Limbah


Limbah yang dihasilkan pada proses pengendapan pati berupa limbah cair yang
banyak mengandung bahan organik serta loss product pada bak pengendapan akibat
proses pengangkatan endapan pati yang kurang optimum.

Opsi Produksi Bersih


1. Pemanfaatan kembali air dari bak pengendapan untuk proses pemarutan dan
penyaringan.
2. Mengumpulkan sisa-sisa pati pada bak pengendapan dengan menggunakan
serok.

Gambar 5. Proses Pengendapan Pati

Penjemuran

Deskripsi Proses
Pati yang dihasilkan dari proses pengendapan merupakan pati basah yang harus
dikeringkan terlebih dahulu sehingga diperoleh pati sagu dengan kadar air maksimum
13%. Proses pengeringan dilakukan selama 5-6 jam ketika intensitas penyinaran
matahari maksimum atau selama 2-3 hari jika hujan. Pati basah dijemur dengan
menggunakan tampah dan dilakukan pembalikan dengan cara mengaduk menggunakan
tangan. Pati sagu yang dihasilkan dari proses penjemuran merupakan pati sagu kasar
yang perlu dilakukan pengayakan terlebih dahulu.

Identifikasi Munculnya Limbah


Limbah yang dihasilkan pada proses penjemuran berupa pati sagu kasar yang
diterbangkan oleh angin pada saat pembalikan.

Opsi Produksi Bersih


Mengumpulkan sisa-sisa pati yang berserakan karena diterbangkan angin dengan
menggunakan serok

Gambar 5. Penjemuran pati sagu

Pengayakan

Deskripsi Proses
Pati kasar yang dihasilkan dari proses penjemuran memiliki ukuran yang tidak
seragam. Untuk itu, perlu dilakukan pengayakan terlebih dahulu agar ukurannya
seragam. Pengayakan dilakukan secara manual menggunakan ayakan 100 mesh.

Identifikasi Munculnya Limbah


Limbah yang dihasilkan pada proses pengayakan berupa pati sagu yang
berterbangan.

Opsi Penerapan Produksei Bersih


1. Tempat pengayakan harus dibersihkan terlebih dahulu, sehingga pati sagu
yang berterbangan dan tercecer dapat dikumpulkan kembali dan dikemas.
2. Pekerja yang melakukan pengayakan harus menggunakan masker.
Gambar 6. Proses pengayakan

Pengemasan

Deskripsi Proses
Mengemas pati yang sudah diayak ke karung dengan netto 50 kg. Setelah itu,
karung dijahit dengan menggunakan mesin jahit karung.

Identifikasi Munculnya Limbah


Kemungkinan munculnya limbah diakibatkan pati yang tertumpah saat dimasukan
ke dalam kemasan.

Opsi Produksi Bersih


1. Tempat pengayakan harus dibersihkan terlebih dahulu, sehingga pati sagu
yang berterbangan dan tercecer dapat dikumpulkan kembali dan dikemas.
2. Pekerja yang melakukan pengayakan harus menggunakan masker.
3. Menggunakan alat bantu seperti corong untuk memudahkan memasukan pati
ke dalam karung.

Gambar 7. Pengemasan tepung sagu


Tabel 1. Analisa masalah dan solusi produksi bersih

Proses Masalah Solusi Manfaat Manfaat


Ekonomi Lingkungan
Pengupasan Limbah Penyediaan Menghasilkan Mengurangi
berupa bahan baku keuntungan jumlah limbah
serpihan kayu, dengan kulit dan efisiensi padat.
yang diolah yang belum biaya
dengan cara dikupas, dibuat produksi.
dibakar jika penampungan
jumlahnya sementara,
telah serpihan
mencapai dijadikan
kapasitas pupuk organik
maksimum. dan pengaturan
tata letak
loading bahan
baku.
Pencacahan Limbah Diletakkan alas Efisiensi Mengurangi
berupa terpal dibawah produksi. jumlah limbah
serpihan- proses padat
serpihan yang pencacahan.
tercecer.
Pemarutan Limbah Pengumpulan Efisiensi Mengurangi
berupa loss limbah dengan proses jumlah limbah
product yang sekop, produksi. padat,
tercecer di mengatur mengurangi
sekitar mesin tinggi knalpot, jumlah limbah
pemarut. memasang alat atau polutan
pengolah asap berupa asap,
pada knalpot, dan mencegah
pengolahan air gangguan
baku dan pendengaran
menggunakan pada operator.
ear muff bagi
operator yang
bekerja di
dekat mesin
pemarut.
Penyaringan Limbah Dibuat kolam Efisiensi Mengurangi
berupa ampas penampungan proses jumlah limbah
basah dan dan pemisahan produksi dan padat dan cair.
larutan pati antara ampas menghasilkan
yang terbawa, dengan larutan keuntungan.
dan terbawa pati,
arus sungai pemanfaatan
tanpa ampas sebagai
pengolahan pakan ternak,
terlebih pelet, bahan
dahulu. saus serta
media
budidaya
cacing dan
jamur. Solusi
kedua yaitu
proses
penyaringan
lebih
dioptimalkan
lagi.
Pengendapan Limbah cair Pemanfaatan Efisiensi Mengurangi
yang kembali air proses jumlah limbah
mengandung untuk proses produksi. cair yang
loss product. pemarutan dan dapat
penyaringan mencemari
serta sungai.
mengumpulkan
sisa-sisa pati
yang tertinggal
di dalam bak
pengendapan.
Penjemuran Limbah - - -
berupa pati
kasar yang
diterbangkan
oleh angin.
Pengayakan Limbah Tempat Efisiensi Mengurangi
berupa pati pengayakan proses jumlah limbah
sagu yang dibersihkan, produksi. padat serta
berterbangan. sehingga pati keselamatan
yang dan kesehatan
berterbangan kerja pekerja.
dapat
dikumpulkan
dan dikemas
serta pekerja
harus
menggunakan
masker.
Pengemasan Limbah Tempat Efisiensi Mengurangi
berupa pati pengayakan proses jumlah limbah
yang tumpah dibersihkan, produksi. padat serta
saat sehingga pati keselamatan
pengemasan. yang dan kesehatan
berterbangan kerja pekerja.
dapat
dikumpulkan
dan dikemas
serta pekerja
harus
menggunakan
masker. Selain
itu, digunakan
alat bantu
berupa corong.

STUDI KELAYAKAN EKONOMI OPSI PENERAPAN PRODUKSI BERSIH

1. PENGUPASAN

a)Menggunakan bahan baku yang belum dikupas

Parameter Proses Sekarang Opsi Penerapan

Bahan Baku Batang sagu kupas Batang sagu

Bahan Terbuang Batang sagu Kulit

Harga Bahan Baku/ton Rp600.000 Rp400.000

Input (Kg) 6.000 6.000

Output (Kg) 1.300 1.200

Rendemen 21,66666667 20

Penjualan Rp6.500.000 Rp6.000.000

Gross Profit Rp2.900.000 Rp3.600.000

PenambahanGross Profit Rp700.000

Payback Period 1 Hari


Pembuatan tempat penampungan serpihan batang limbah

Asumsi 10% massa terbuang saat pengupasan

Kebutuhan Bak penampung

Serpihan batang/hari (Kg) 300

Kebutuhan per hari (m3) 0,3

Kebutuhan per bulan(m3) 7,8

Harga/m3 Rp1.300.000

Harga alat Rp10.140.000

Umur teknis 2 tahun

Nilai akhir 0

Biaya/bulan Rp211.250

Harga serpihan batang/Kg Rp50

Penjualan Rp390.000

Keuntungan/bulan Rp178.750

Payback Period (bulan) 1,18

Input Limbah/hari (Kg) 300


Input Limbah/bulan (Kg) 7800
rendemen kompos 50%
Kompos yang dihasilkan 3120

Kebutuhan Bak Kemasan Benang Jahit Mesin Jahit


Fermentasi
Jumlah 156 63 2 1
Harga/satuan Rp300.000 Rp5.000 Rp50.000 Rp3.000.000

Harga Rp46.800.00 Rp315.000 Rp100.000 Rp3.000.000


0
Umur Teknis 2 tahun - - 2 tahun
Biaya/bulan Rp975.000 Rp315.000 Rp100.000 Rp62.500
Total Biaya Rp1.452.500

Harga kompos/50Kg Rp200.000


Penjualan Rp12.480.000

Keuntungan/bulan Rp12.480.000

Payback Period (bulan) 0,116386218

2. PENCACAHAN

Harga Terpal 95000

Peningkatan Rendemen 32650

PBP 2,909648

3. PEMARUTAN DAN PENGENDAPAN

harga baju pelindung (3@100000) 300000

harga masker (2@25000) 50000

harga penyaring 700000

harga sekop (2@100000) 200000


harga pipa (5@283500) 1417500

harga kondenser 500000

harga earmuff (2@50000) 100000

Total 3267500

Peningkatan Rendemen 201030,9

PBP 16,25371795

4. PENYARINGAN

penyaringan

Ampas/hari (kg) 600

ampas/bulan (kg) 15600

kolam penampungan Rp10.000.000

Umur Teknis 2 tahun

Biaya/bulan Rp208.333

Harga ampas/ Kg Rp100

Penjualan ampas Rp1.560.000

Keuntungan Rp1.351.667

Payback Period (bulan) 0,154130703

5. PENGAYAKAN
Proses Pengayakan
harga masker (3@25000) 75000

biaya pengobatan karyawan (100000) 100000

PBP 0,75

6. PENGEMASAN

peningkatan rendemen 6565656,566

GAP keuntungan 65656,56566

harga corong 150000

PBP 2,284615385

PENUTUP
Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan, bahwa :

1. Pelaksanaan produksi pati sagu ini belum menerapkan produksi bersih secara
optimal.
2. Diperlukannya pelaksanaan prinsip produksi bersih pada industri ini, agar
produktivitas optimal.
3. Diperlukannya analisis ekonomi untuk dapat meningkatkan kelayakan secara
finansial.

Saran

Sebaiknya bahan dan material yang masih bisa dimanfaatkan kembali perlu
digunakan. Penerapan produksi bersih perlu diterapkan agar produktivitas dan efisiensi
dapat optimal dilakukan serta tidak mencemari lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai