Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

MATA KULIAH PEMINATAN (Pengolahan Lumpur)

Infrastruktur Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)

Dikerjakan oleh :
Abdan Alimansyah (H75217024)
Elsa Dzatul Himma (H75217056)
Wulan Nur Aeni (H75217048)

Dosen Pengampu :
Teguh Taruna Utama, M.T

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
PRODI TEKNIK LINGKUNGAN
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Berkat rahmat, kekuatan,
kesehatan jasmani dan rohani yang diberikan Oleh Allah SWT, akhirnya penulis bisa
menyelesaikan makalah ini dengan judul “ Infrastruktur Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
(IPLT)”. Sekaligus kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Yang Terhormat
Bapak Teguh Taruna Utama, M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah Pengolahan Lumpur,
yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam pembuatan makalah ini, semoga dapat
bermanfaat bagi yang membacanya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kelemahan dan kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Demikianlah makalah ini penulis buat, semoga dapat berguna dan bermanfaat
bagi kita semua.

Surabaya, 3 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2

1.3. Tujuan ........................................................................................................................ 2

1.4. Manfaat ...................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

2.1. Infrastruktur pada IPLT .......................................................................................... 3

2.1.1 Unit - Unit Pengolahan IPLT ................................................................................ 3

2.1.2 Infrastruktur Pendukung IPLT ............................................................................ 5

2.2. Operasional dan Pemeliharaan Unit ....................................................................... 7

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 20

3.1. Kesimpulan .................................................................................................................. 20

3.2. Saran............................................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Badan air seperti danau, sungai, waduk, berfungsi sebagai sumber air untuk keperluan
air bersih, pertanian, dan perikanan semakin sulit menyediakan air yang aman sesuai
standar kualitas yang diinginkan. Beban cemaran air limbah yang masuk ke badan air
penerima semakin besar sehingga mutu air semakin jauh dari standar kualitas yang
diharapkan (Fitrijani, 2015)
Oleh karena itu, berbagai upaya pengendalian pencemaran diperlukan untuk
melestarikan kualitas sumber-sumber air. Penyehatan lingkungan permukiman melalui
penyediaan dan pengoperasian infrastruktur air bersih dan sanitasi yang baik termasuk
upaya strategis karena sangat berdampak pada perekonomian nasional. Pembangunan IPLT
(Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja) merupakan solusi untuk penyediaan air bersih dan
untuk mewujudkan sanitasi yang baik.
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) adalah instalasi pengolahan air limbah yang
dirancang hanya menerima dan mengolah lumpur tinja yang akan diangkut melalui mobil
(truk tinja). Pengolahan lumpur tinja di IPLT merupakan pengolahan lanjutan karena
lumpur tinja yang telah diolah di tangki septik , belum layak dibuang di media lingkungan.
Lumpur tinja yang terakumulasi di cubluk dan tangki septik yang secara reguler dikuras
atau dikosongkan kemudian diangkut ke IPLT dengan menggunakan truk tinja. IPLT
merupakan salah satu upaya terencana untuk meningkatkan pengolahan dan pembuangan
limbah yang aman bagi lingkungan (Dwi Oktarina, 2013)
Saat ini instalasi pengolahan lumpur tinja sudah banyak dibangun, namun masih banyak
yang belum beroperasi dengan baik bahkan tidak beroperasi. Hal ini dikarenakan dua faktor
yaitu faktor teknis dan non teknis. Faktor teknis meliputi debit masuk berubah-ubah, waktu
detensi singkat, BOD yang dikeluarkan belum memenuhi kriteria baku mutu limbah. Faktor
non teknis meliputi faktor instansi/kelembagaan yang belum mengelola IPLT dengan baik.
Pembangunan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) diharapkan dapat mencegah
kebiasaan pembuangan lumpur tinja ke lahan terbuka (Hafizhul, 2017)

1
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah mengenai insfrastruktur IPLT dan operasionalnya, yang akan
dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa saja infrastruktur pada IPLT yang digunakan dalam pengolahan ?
2. Bagaimana operasional dan pemeliharaan infrastruktur pada IPLT dalam proses
pengolahan ?

1.3. Tujuan
Dari rumusan masalah yang didapatkan, maka rumusan masalah tersebut mempunyai
tujuan sebagai berikut :
1. Memberikan informasi, apa saja infrastruktur yang digunakan dalam
menunjang proses pengolahan lumpur tinja di IPLT pada umumnya
2. Memberikan informasi bagaimana proses pengolahan lumpur tinja yang terjadi
pada IPLT, sehingga dapat menghasilkan keluarkan air bersih atau aman saat
dibuang ke lingkungan dan untuk memberikan informasi tentang program
pemeliharaan unit pengolahan

1.4. Manfaat
Adapun manfaat yang didapatkan dari tujuan yang sudah disebutkan di atas,
manfaatnya adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui unit apa saja yang digunakan IPLT dalam proses pengolahan
lumpurnya hingga menghasilkan keluaran yang aman bagi lingkungan
2. Dapat mengetahui bagaimana operasional dan program pemeliharaan
infrastruktur atau unit-unit pada IPLT dalam proses pengolahannya

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Infrastruktur pada IPLT


Pelayanan lumpur tinja merupakan tahapan yang tidak dapat dipisahkan dari
perencanaan IPLT dan merupakan bagian yang penting untuk keberlanjutan pengelolaan
IPLT pada Kabupaten/Kota. Dalam mempersiapkan pelayanan lumpur tinja yang
berkelanjutan dibutuhkan komponen regulasi, kelembagaan, infrastruktur, pembiayaan,
dan pengelolaan pelanggan (Kementerian PUPR). Lumpur tinja diolah pada pengolahan
setempat di Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang merupakan instalasi
pengolahan air limbah yang dirancang hanya menerima dan mengolah lumpur tinja yang
berasal dari sistem setempat yang diangkut melalui sarana pengangkut lumpur tinja.
Lumpur tinja masih mengandung bahan-bahan organik dan polutan, oleh karena itu harus
ada pengolahan untuk lumpur tinja sebelum dibuang ke lingkungan (Novenda, 2015).

2.1.1 Unit - Unit Pengolahan IPLT


Berikut adalah contoh unit-unit yang biasa digunakan pada proses pengolahan di
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja : (IPLT Keputih, Surabaya)

1. Solid Separation Chamber


Prinsipnya, SSC merupakan sebuah kolam pemisah antara kandungan air
melalui lapisan media SSC dan tertahan nya padatan diatas media SSC. Unit
SSC merupakan kombinasi dari drying bad (bak pengeringan) yang
merupakan salah satu unit dewatering. Kombinasi drying bad yang dimaksud
ialah gabungan dari sand drying bad dan solar drying bad. Berikut adalah
fungsi dan proses yang terjadi pada unit Solid Separation Chamber :
• Berfungsi : untuk memisahkan kandungan solid (padatan)yang sangat
tinggi pada lumpur tinja dengan air (supernatant)
• Kandungan solid pada effluent cake SSC sebesar 20%
• Pengisian lumpur tinja dilakukan secara berurutan, durasi pengisian
lumpur selama 2 hari untuk tiap SSC
• Pengeringan lumpur berlangsung selama 6 hari
• Pembersihan SSC dilakukan setiap 2 hari sekali
• Tinggi lumpur tinja dibatasi hingga 50 cm.

3
2. Sump Well
Yaitu sebuah lubang yang dirancang untuk mengumpulkan air cairan atau
tumpahan, yang akan di alirkan ke unit berikutnya. Bak pengumpul filtrat
(sump well) yaitu air resapan hasil filtrasi, kemudian akan masuk ke dalam
bak pengolahan selanjutnya.
3. Balancing Tank
Yaitu tangki yang berperan penting pada proses pengolahan limbah digunakan
untuk meredam variasi debit air limbah. Balancing Tank untuk meratakan
supernatan, baik beban organik, maupun hidrolik dan diharapkan polutan air
limbah dapat stabil sebelum masuk ke bak aerasi atau proses biologi.
Balancing tank berfungsi untuk mengatur kualitas air yang masuk ke bak
aerasi (Oxidation ditch) agar dapat dibuat secara stabil.
4. Oxidation Ditch
Oxidation ditch merupakan bak yang memiliki bentuk parit atau saluran
berbentuk oval. Berikut adalah fungsi dan spesifikasi unit oxidation ditch :
• Berjumlah 4 unit
• Memanfaatkan mikroorganisme untuk mendegradasi zat pencemar
yang ada pada air limbah (proses yang digunakan pendegradasian
polutan organik dalam air limbah menggunakan bakteri aerobik yang
dibantu aerasi dan menghasilkan lumpur aktif).
• Terdapat rotor untuk mencampurkan udara ke dalam air
• Berfungsi untuk :
a. Menurunkan konsentrasi BOD, COD, dan nutrien dalam air
limbah.
b. Sebagai bak penampung air limbah dari balancing tank dan sump
well dengan menggunakan pemompaan.
5. Clarifier
Clarifier atau tahap penjernihan ini dapat didefinisikan juga sebagai tahap
pengendapan padatan tersuspensi dengan bantuan zat kimia tertentu (Pasymi,
2007). Berikut adalah fungsi dan proses yang terjadi pada unit clarifier :
• Berjumlah 2 unit

4
• Lumpur sebagian akan dipompa ke sludge drying bed dan sebagian
dikembalikan ke oxidation ditch (untuk menambah bakteri)
• Berfungsi memisahkan lumpur dan supernatan dengan bantuan
scraper pada clarifier
6. Sludge Drying Bed
Sludge Drying Bed merupakan unit pengolahan lumpur yang menggunakan
sistem pengeringan ( Ummah dan Faizatul, 2018)
• Membutuhkan sinar matahari untuk proses pengeringannya
• Lumpur kering dapat digunakan sebagai pupuk
• Berfungsi untuk mengeringkan lumpur dengan cara mengurangi kadar
air dan volume lumpur

2.1.2 Infrastruktur Pendukung IPLT


A. Kantor Operasional
Kantor operasional pada IPLT ini kurang lebih memiliki ukuran 6 x 8
meter (tidak terlalu besar) sehingga, apabila membawa masa yang banyak
terjadi sedikit desak-desakan, dilengkapi dengan papan maupun banner
yang memuat beberapa informasi tentang IPLT, dilengkapi sarana teknologi
yang cukup, dan tenaga kerja yang memiliki meja di kantor operasional
sendiri tidak terlalu banyak (IPLT KEPUTIH Surabaya).
B. Garasi Kendaraan
Garasi kendaraan di IPLT sendiri tidak tersedia, jadi untuk memarkirkan
truk hanya di tempat truk biasa, untuk mobil dapat diparkirkan di tempat
yang memiliki lahan yang sedikit luas dan sekiranya tidak mengganggu
apabila ada kendaraan lain lewat, dan untuk sepeda motor terdapat parkiran
dengan beratapkan genteng yang diberi penyangga (hanya muat untuk ±10
sepeda motor) (IPLT KEPUTIH Surabaya).
C. Truk Tinja
IPLT sendiri memiliki 3 truk tinja untuk melayani milik pemerintah dan
60 truk tinja milik swasta untuk melayani 29 perusahaan yang membuang
limbah tinjanya di IPLT (IPLT KEPUTIH Surabaya).

5
D. Operator di Lapangan
Terdapat 35 operator di lapangan dengan pembagian 3 shift, dimana 1
shift yaitu 8 jam kerja, tugas mereka yaitu keliling untuk mengambil limbah
tinja, bagian mencatat dan operasional unit di kantor (IPLT KEPUTIH
Surabaya).
E. Tata Letak dan Landscaping IPLT
a. Landscaping (IPLT KEPUTIH Surabaya)

D
G H
C
E
B
F
A

Keterangan :
A. Pos Jaga
B. Unit Pengolahan Bar Screen
C. Unit Pengolahan Solid Separation Chamber
D. Gudang
E. Unit Pengolahan Oxidation Ditch
F. Kantor
G. Unit Pengolahan Clarifier
H. Unit Pengolahan Sludge Drying Bed
b. Tata Letak
Memasuki gerbang area IPLT Keputih Surabaya akan terlihat
pos jaga, kemudian di depan pos jaga terdapat unit pengolahan bar
screen, setelah itu di utara bar screen terdapat unit pengolahan solid
separation chamber, dan di timur solid separation chamber terdapat
gudang yang letaknya sangat di belakang, di timur solid separation
chamber juga terdapat unit pengolahan oxidation ditch, tidak jauh dari

6
oxidation ditch terdapat kantor operasional yang dibelakangnya terdapat
unit pengolahan clarifier, dan terakhir di timur clarifier terdapat unit
pengolahan sludge drying bed.
F. Sarana Pendukung Lainnya
• Jalan masuk
Kondisi akses jalan masuk menuju ke area IPLT maupun di dalam
area bagus karena dilapisi aspal sehingga saat kemarau maupun
penghujan tetap dapat diakses.
• Pagar pembatas
Mencegah gangguan serta mengamankan aset yang berada di dalam
lingkungan IPLT
• Taman
Banyak terdapat taman-taman kecil untuk menambah estetika
lingkungan IPLT
• Gudang
Untuk menyimpan peralatan, suku cadang unit IPLT, dan
perlengkapan lainnya
• Fasilitas air bersih
• Sumber energi listrik
2.2.Operasional dan Pemeliharaan Unit
2.2.1. Operasional Unit
Pada sub bab operasional unit ini, penulis mengambil studi kasus atau
mengambil contoh operasional unit pada IPLT Keputih Surabaya.
1. Bar Screen

Unit penyaringan merupakan proses pertama dalam pengolahan limbah tinja,


yang berfungsi untuk menahan padatan yang ada pada lumpur tinja. Penyaring
terdiri dari batangan-batangan paralel atau kawat, kawat jala, kisi-kisi atau
piringan yang berlubang-lubang. Penyaring ini pada umumnya berbentuk
lingkaran atau persegi panjang. Saringan batang juga digunakan untuk
melindungi pompa, katup, perpipaan dan perlengkapan lainnya dari kerusakan
akibat penyumbatan kotoran.

A. Contoh Perhitungan Bar Screen


a. Kriteria desain yang digunakan
- Debit (Q) = 0,18 m3/det = 648 m3/jam = 15,552 m3/hari
- Kecepatan aliran (Vs) = 0,4 m/det
- Lebar kisi (W) = 30 mm

7
- Jarak antar kisi (b) = 40 mm
- Kemiringan = 60°
b. Perhitungan
𝑄 0,18 m3/det
➢ Area bar screen ( )= = 0,45 m2
𝑉 0,4 m/det

➢ Bentuk bar screen persegi, maka = √0,45 m2 = 0,67 m


➢ Panjang x Lebar = 0,67 m x 0,67 m
➢ Panjang unit = 5 meter
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑐𝑟𝑒𝑒𝑛
➢ Jumlah kisi =
(𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑘𝑖𝑠𝑖 + 𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑘𝑖𝑠𝑖)
67 𝑐𝑚
= = 10 kisi (Pembulatan)
(4 𝑐𝑚+3 𝑐𝑚)

1) Lebar lubang efektif


(Lef) = Lbar screen - (Lksi + Jumlah kisi)
= 67 cm - (3 cm + 10 buah)
= 37 cm = 0,37 m
2) Tinggi efektif lubang (jika ketinggian air rata-rata 0,5 m)

𝐻 𝑎𝑖𝑟
(Hef) =
𝑆𝑖𝑛 60𝑜
0.5 𝑚
= = 0.577 m
0.866
3) Luas efektif lubang

(Aef) = Lef x Hef


= 0,37 m x 0,577 m
= 0,2135 m
4) Laju alir efektif

𝑄 𝑖𝑛
(Vef) =
𝐴 𝑒𝑓
0,18 𝑚3/𝑑𝑒𝑡
=
0,2135 𝑚
= 0,843 m/det
5) Tinggi kecepatan

𝑉 𝑒𝑓2
(Δh) = 2.𝑔
𝑚 2
(0,843 )
det
=
2 𝑥 9,81 𝑚/𝑑𝑒𝑡

8
= 0,0362 m
6) Headloss fine screen

𝑤
(Δhscr) = β. ( 𝑏 )4/3.∆ℎ. 𝑠𝑖𝑛𝜃
0,03 𝑚
= 1,79 x ( 0,04 𝑚 )4/3 x (0,0362 m) x sin 60

= 0,0383 m = 38,3 cm

7) Luas lahan yang digunakan


A = Panjang unit x Lef
= 5 m x 0,37 m
= 1,85 m2

2. Solid Separation Chamber


Pada unit ini, proses yang terjadi adalah memisahkan antara padatan dengan
air yang terkandung pada lumpur tinja. Unit Solid Separation Chamber dilengkapi
dengan media pasir dan kerikil untuk media filter, yang berguna untuk menyaring
kandungan air dalam lumpur dan memisahkannya dengan padatan yang akan
tersaring di permukaan media filtrat. Air yang sudah tersaring, akan dialirkan
menuju bak pengumpul (Sump Well) lalu ke unit Balancing tank dan lumpur yang
tersaring pada media, diangkut menuju ke unit Sludge Dying Area. Pada IPLT
Keputih, unit Solid Separation Chamber ada dua unit, karena untuk keperluan
maintenance, jadi jika satu unit sedang dalam perbaikan, maka unit satunya
digunakan untuk pengoperasian.

9
B. Contoh Perhitungan SSC
a. Kriteria desain SSC

Sumber : PermenPUPR Nomor 04/PRT/M/2017

- Waktu pengeringan = 12 hari


- Panjang bak = 8 m
- Lebar bak = 3 m
b. Perhitungan desain
➢ Tahap pertama (Skema pengisian lumpur)
- Hari ke-1: Pengisian lumpur tinja 8 m3/hari, 20% mengendap,
jadi yang terendapkan 1,6 m3/hari
- Hari ke-2: Pengisian lumpur tinja 8 m3/hari, 20% mengendap,
jadi akumulasi endapan menjadi 3,2 m3/ hari
- Hari ke-3: Pengisian lumpur tinja 8 m3/hari, 20% mengendap,
jadi akumulasi endapan menjadi 4,8 m3/ hari
- Hari ke-4: Pengisian lumpur tinja 8 m3/hari, 20% mengendap,
jadi akumulasi endapan menjadi 6,4 m3/ hari
- Hari ke-5: Pengisian lumpur tinja 8 m3/hari, 20% mengendap,
jadi akumulasi endapan menjadi 8 m3/ hari
➢ Tahap kedua (Menghitung luas lahan yang dibutuhkan)
- Debit (Q) lumpur 5 hari pengisian SSC tiap bak SSC = 8 m3
- Volume solid = 80 % x Q lumpur = 6,4 m3
- Volume air = Q lumpur

10
- volume solid = 1,6 m3
- Direncanakan akan dibangun empat unit bak pengeringan yang
masing-masing unit bak dapat menampung dari 1 bak SSC, maka
- volume lumpur kering (cake) dari 1 SSC = 6,4 m3
- Direncanakan ketebalan cake = 0,10 m
- Maka,
• Kebutuhan lahan per bak drying area = 64 m2
• lebar bak = 5 m
• Panjang Bak = 15 m
• Freeboard = 0,10 m
3. Oxidation Ditch
Proses yang terjadi pada unit OD ini adalah pendegradasian polutan organik
dalam air limbah dengan menggunakan bakteri aerobik yang dibantu dengan
aerasi. Proses aerasi pada unit OD ini menggunakan 2 rotor besar yang berada
pada 2 sisi unit Oxidation Ditch. Di IPLT Keputih, unit OD yang dimiliki ada 4
unit, 2 unit beroperasi dan 2 unit lainnya untuk keperluan jika ada unit yang
sedang dalam perbaikan atau maintenance. Pada ujung unit OD terdapat pipa
yang berfungsi sebagai pengembalian atau pemulihan bakteri, karena jika pada
unit OD kekurangan bakteri aerobik sebagai pendegradasi polutan organik, maka
pengolahan akan kurang optimal.
C. Contoh Perhitungan OD
a. Kriteria desain

Sumber : Metcalf & Eddy (2003)

11
b. Contoh desain
Karakteristik Influen :
- Penduduk dilayani = 80.000 jiwa
- Debit influen rerata, Qavg = 40 m3
- Debit puncak, Qpeak = 48 m3
- BOD5 = 150 mg/l (dari UAF)
- COD = 365 mg/l
- TSS = 1.687 mg/l - TVS = 0,71TSS

Kriteria desain yang digunakan :

- Waktu retensi, SRT = 15 hari


- MLSS = 4.000 mg/l
c. Perhitungan desain
1. Tahap Pertama (Menentukan karakteristik air)
➢ COD influen yang dapat didegradasi secara biologis
bCOD = ~ 1,6 BOD
bCOD = COD + nbCOD
di mana:
bCOD = konsentrasi COD yang dapat didegradasi secara
biologis, mg/l
BOD = jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
zat-zat organik secara biologis, mg/l
COD = jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
zat-zat organik secara kimia, mg/l
nbCOD = konsentrasi COD yang tidak dapat didegradasi secara
biologis, mg/l
maka bCODinfluen = 1,6 x 150 mg/l = 240 mg/l
➢ Konsentrasi BOD yang ingin dicapai = 30 mg/l, maka target
efisiensi pengolahan:
BODinfluen – BODeffluen
= BODinfluen
150 mg/l − 30 mg/l
= x 100% = 65%
150 mg/l

➢ COD efluen yang dapat didegradasi secara biologis


bCODefluen = 1,6 x 30 mg/l = 48 mg/l

12
2. Tahap Kedua (Menghitung kapasitas OD)
➢ Volume OD
𝑌𝑄(𝑆𝑜 − 𝑆𝑒)𝑆𝑅𝑇
V= 𝑋𝑑(1 + 𝑘𝑑𝑆𝑅𝑇

Keterangan :

Y = koefisien pembentukan biomassa (rasio perbandingan


massa sel yang terbentuk dengan massa substrat yang
dikonsumsi)

= 0,40-0,80 g VSS/g bCOD

Q = debit influen rerata, m3/hari

S0 = konsentrasi senyawa terlarut dalam influen, mg/l

Se = konsentrasi senyawa terlarut dalam efluen, mg/l

SRT = waktu retensi lumpur, hari

Xd = konsentrasi MLVSS (konsentrasi mikroorganisme di


dalam sistem, dapat diasumsikan 65-75% dari MLSS),
mg/l

kd = koefisien endogen organik (0,04-0,20 gVSS/gVSS.hari)

maka :

(0,78 𝑔/𝑔)(150 𝑚3/ℎ𝑎𝑟𝑖)(240 – 48)𝑔/𝑚3(28 ℎ𝑎𝑟𝑖)


V= = 100,8 m3
(2.600 𝑔/𝑚3)[1 + (0,05 𝑔/𝑔.ℎ𝑎𝑟𝑖)](28 ℎ𝑎𝑟𝑖

➢ Waktu retensi hidraulik


𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑜𝑥𝑖𝑑𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑑𝑖𝑡𝑐ℎ
=
𝑑𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑖𝑛𝑓𝑙𝑢𝑒𝑛 𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎
100,8 𝑚3
= = 0,67 hari = 16,2 jam
150 𝑚3/ℎ𝑎𝑟𝑖

Kesesuaian HRT dengan kriteria desain


= HRT = 16,2 jam (OK, rentang: 16-24 jam)
3. Tahap Ketiga (Menentukan dimensi OD)
Kedalaman Parit = 1,2 m
Tinggi Freeboard = 0,5 m
Kedalaman Pada Zona Aerator = 1,2 m

13
Lebar = 1,8 m
➢ Luas permukaan parit dibutuhkan
volume oxidation ditch
=
kedalaman parit
100,8 m3
= = 84 m2
1,8 m

➢ Panjang parit
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑟𝑖𝑡
=
𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑟𝑖𝑡
84 𝑚2
= = 46,7 m
1,8 𝑚

➢ Panjang sisi melengkung


= 2π(1,8 m) + π(3,6 m) + π(1,8 m)
= 11,4 m + 11,4 + 5,7 m = 28,5 m
➢ Panjang tiap sisi lurus
panjang parit − panjang sisi melengkung
=
4
46,7 m − 28,5 m
= = 4,6 m
4
4. Clarifier
Pada unit Clarifier proses yang terjadi adalah seperti memeras lumpur, untuk
memisahkan lumpur dengan air yang terkandung dalam lumpur. Pemerasan
lumpur ini dibantu oleh alat yang berputar yang bernama Scrapper. Pada unit ini,
terdapat indikator berupa ikan, jadi jika ikan tersebut mati, itu artinya pengolahan
pada unit Clarifier atau pada pengolahan sebelumnya ada yang tidak optimal. Unit
Clarifier ini sudah menghasilkan air yang sudah bersih dan aman bagi lingkungan.
Air dari Clarifier ini akan masuk ke Bak Pengumpul air (Outlet) yang aman
dibuang ke lingkungan atau digunakan untuk menyiram tanaman, dan lumpur dari
Clarifier akan dimasukkan ke unit Sludge Drying Bed. Unit Clarifier di IPLT
Keputih ada 2 unit, dan satu unit untuk operasional normal dan satu unit untuk
keperluan apabila unit lainnya mengalami perbaikan atau maintenance.
D. Contoh Perhitungan Clarifier
1. Tahap pertama (Rasio resirkulasi lumpur)
𝑋
R=
𝑋𝑅 − 𝑋

14
di mana:

R = rasio resirkulasi lumpur

X = konsentrasi MLSS, mg/l

XR = konsentrasi MLSS yang diresirkulasi dari clarifier (4.000-


12.000 mg/l)

Maka,

4.000 𝑔/𝑚3
R= 1
(8.000−4.000) 𝑔/𝑚3

Periksa kesesuaian rasio resirkulasi lumpur dengan kriteria desain

R = 1 (OK, rentang: 0,5-2,0)

2. Tahap kedua (Menentukan dimensi clarifier)


a. Waktu detensi pada unit clarifier umumnya selama 2 sampai 3 jam,
pada contoh ini dirancang selama 3 jam (≈ 0,13 hari).
b. Volume clarifier dibutuhkan
= debit influen x waktu detensi
= 40 m3/hari x 0,13 hari = 5 m3
c. Dirancang kedalaman kolam = 2 m, maka
- Luas permukaan kolam
A = 5 m3/2 m = 2,5 m2
- Diameter kolam
4 𝑥 2,5 𝑚2
D= = 1,8 m = 2 m
𝜋

- Luas permukaan kolam dengan diameter 2 m


A’ = ¼ x π x (2 m)2 = 3,14 m2
- Periksa surface overflow rate (SOR)
debit influen
=
luas permukaan
40 m3/hari
= = 12,7 m3/m2.hari (OK, rentang: 8-16 m3/m2.hari)
3,14 m2

15
- Periksa laju beban padatan (SLR)
(Q + QR)(X)
SLR =
A

di mana:
SLR = laju beban padatan, kg/m2.jam
Q = debit influen rata-rata, m3/hari
QR = debit resirkulasi lumpur aktif, m3/har
X = konsentrasi MLSS, mg/l
A = luas clarifier sekunder, m2
Maka,
(1+1)(40 m3/hari)(4.000 g/m3)(1 kg/1.000 g)
SLR =
(3,14 m2)(24 jam/hari)

= 4,2 kgMLSS/m2.jam (OK, rentang 1,0-5


kgMLSS/m2.jam)
5. Sludge Drying Bed
Sludge Drying Bed, pada unit ini proses yang terjadi adalah pengeringan
lumpur dari SSC dan Clarifier dengan bantuan sinar matahari. Lumpur yang
sudah mengering pada SDB ini akan dimanfaatkan untuk pembuatan kompos atau
pupuk.
E. Contoh Perhitungan SDB
a. Kriteria desain SDB

NO FAKTOR DESAIN SATUAN KRITERIA


1 Tebal pasir Cm 23-30
2 Tebal kerikil Cm 20-30
3 Tebal bed Cm 20-30
4 Lebar bed M 5-10
5 Panjang bed M 6-30
6 Waktu pengeringan Hari 3-7
Sumber : Qosim 1985

- Debit lumpur (Qlumpur) = 12,244 m3/hari


- Kedalaman = 0,45 m
- Rasio P x L =3:1

16
- Waktu detensi = 7 hari
- Jumlah asumsi bak = 2 bak/hari
b. Perhitungan desain SDB
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖
➢ Volume bak = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖
12,244
= 2 𝑏𝑎𝑘/ℎ𝑎𝑟𝑖

= 6,122 m3/bak/hari
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑎𝑘 𝑆𝐷𝐵
➢ Luas bak SDB = 𝐾𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛
6,122
= 0,45

= 13,604 m2
➢ Dimensi bak SDB
(Perbandingan bak P x L = 2 : 1)
Dimensi bak = 2L x L
= 2L2
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖
=√ 2

13,604
=√ 2

= √6,8
= 2,608
= 2,61 m (Pembulatan)
Lebar bak SDB = 2,61 m
Panjang bak SDB = 2L
= 2 x 2,61 m
= 5,22 m
➢ Jumlah bak = Jumlah bak/hari x td
= 2 x 7 hari
= 14 bak
➢ Lahan yang dibutuhkan = Jumlah bak x Luas bak
= 14 bak x 13,604 m2
= 190,456
= 190,46 m2 (Pembulatan)
2.2.2. Program Pemeliharaan

17
Tujuan utama program pemeliharaan adalah untuk memanfaatkan modal
investasi yang telah ditanam dalam pembangunan sistem pengolahan air limbah
domestik, agar dapat dioperasikan dengan efisien dan kinerja yang optimum.
Jenis-jenis program pemeliharaan yang penting adalah sebagai berikut:
• Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenance): jadwal operasi
pemeliharaan harus direncanakan dengan sistematis dan ketat, agar dapat
memperkecil gangguan (misal: pelapis/coating tidak cepat keropos akibat
korosi) dan memperbaiki kemacetan (misal: pelumasan peralatan) serta
memperlancar operasi setempat (misal: pengetesan alat-alat seperti ada
mur baut yang akan lepas) sehingga umur efektifnya panjang
• Pemeliharaan Perbaikan (Corrective Maintenance): Pemeliharaan
perbaikan meliputi normalisasi jaringan pipa, perbaikan atau mengganti
peralatan atau perlengkapan yang telah rusak. Kerusakan pada saluran
diklasifikasikan ke dalam 2 tipe yaitu kerusakan struktur dan kerusakan
fungsi
• Pemeliharaan Urusan Rumah Tangga (House Keeping Maintenance):
menjaga kebersihan dan keindahan semua unit fasilitas yang ada
• Pendataan dan Pelaporan (Records and Report): Pendataan dan pelaporan
ada dua kelompok, yaitu data intern dan ekstern. Data internal yaitu data
sistem organisasi dan sumber daya manusia, desain dan pelaksanaan
pembangunan, investasi pelaksanaan dan pembiayaan operasi dan
pemeliharaan. Sedangkan data eksternal adalah dampaknya terhadap
lingkungan sekitar
2.2.2.1. Pemeliharaan Pada Unit IPLT
Pemeliharaan bangunan pengolahan air limbah sistem terpusat maupun
setempat merupakan upaya menjamin operasional bangunan berjalan
optimal sesuai dengan tujuan dari pengelolaan yang dilakukan. Faktor-
faktor yang menentukan keberhasilan operasi dan pemeliharaan, antara lain:
• Pemeriksaan peralatan dan memastikan bahwa semua peralatan
yang ada sesuai dengan petunjuk pelaksanaan (juklak) atau manual
operasi yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya
• Seluruh operator yang bertugas harus melewati penataran/training
agar dapat melakukan operasi sesuai dengan juklak yang ada

18
• Seluruh operator dan pengawas yang bertugas pada bangunan
pengolahan air limbah domestik tersebut mengerti fungsi dan letak
dari masing-masing peralatan yang ada dalam bangunan tersebut
• Program pemeliharaan harus sesuai dengan instruksi yang ada pada
manual operasi dan pemeliharaan
• Semua buku juklak harus siap dibaca sesuai dengan
kepentingan/keperluan serta harus diletakkan pada tempat yang
mudah untuk ditemukan secara cepat
• Buku catatan/laporan harian harus dipergunakan setiap hari/dibuat
untuk memudahkan pengawasan keadaan sehari-hari

19
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
a. Unit-unit pada Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) bisa menggunakan SSC,
Sump Well, Balancing Tank, OD, Clarifier, dan SDB. Unit-unit tersebut adalah contoh
unit yang diterapkan pada IPLT Keputih Surabaya. Masih banyak alternatif unit yang
dapat digunakan dalam pengolahan lumpur tinja pada IPLT, seperti kolam fakultatif,
kolam maturasi dan lain-lain.
b. Operasional setiap unit pada IPLT adalah saling berkesinambungan, apabila salah satu
yang tidak optimal, maka pengolahan juga tidak akan maksimal. Untuk menghindari
rusaknya unit, maka diperlukan program pemeliharaan unit-unit pengolahan. Program
yang dapat dilakukan adalah Pemeliharaan Pencegahan, Pemeliharaan Perbaikan,
Pemeliharaan Urusan Rumah Tangga, dan Pendataan dan Pelaporan

3.2. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, kekurangan tersebut
dikarenakan terbatasnya ilmu pengetahuan penulis, kurangnya dasar teori yang digunakan,
dan perbedaan pendapat pada anggota kelompok penulis.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini Fitrijani, Reni Nuraeni. 2015. Pengoperasian Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
(IPLT): Manfaat Ekonomi Atau Dampak Lingkungan. Jurnal Sosek Pekerjaan Umum,
Vol.7 No.2, hal 78-139
Dian Gaby, Herumurti Welly. 2016. Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
(IPLT) Keputih Surabaya. Surabaya, Jawa Timur. Jurnal Teknik ITS
Hidayat Hafizhul, Aryo Sasmita, Muhammad Reza. 2017. Perencanaan Pembangunan
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru.
Jom FTEKNIK, Vol.4 No.1
Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat, Tentang Perencanaan Pelayanan
Lumpur Tinja
Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat, Buku A : Panduan Perhitungan
Bangunan Pengolahan Lumpur Tinja. Edisi 2017
Laporan Kunjungan Lapangan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja Keputih Surabaya. 2017.
Mahasiswa Teknik Lingkungan – UINSA Surabaya
Matcalf and Eddy. 2004. Wast water engineering

Oktarina Dwi dan Helmi Haki. 2013. Perencanaan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Sistem
Kolam Kota Palembang (Studi Kasus: Iplt Sukawinatan). Jurnal Teknik Sipil Dan
Lingkungan, Vol.1 No.1

Pasymi. 2007. Perancangan Incline Tube Clarifier. Jurnal Teknos-2k. Vol.07, No.01
Putri Novenda C dan Joni Hermana. 2015. Kajian Implementasi Instalasi Pengolahan Lumpur
Tinja di Indonesia. JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1
Ummah dan Faizatul. 2018. Pengeringan Lumpur IPAL Biologis pada Unit Sludge Drying Bed
(SDB). Undergraduate thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

21

Anda mungkin juga menyukai