Anda di halaman 1dari 40

ANALISIS KUALITAS AIR HUJAN DAN LIMPASAN

MELALUI MEDIA GREEN ROOF DI KAMPUS IPB


DARMAGA, BOGOR

MAYASARI

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kualitas Air
Hujan dan Limpasan Melalui Media Green Roof di Kampus IPB Darmaga, Bogor
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014

Mayasari
NIM F44100064
ABSTRAK
MAYASARI. Analisis Kualitas Air Hujan dan Limpasan Melalui Media Green
Roof di Kampus IPB Darmaga, Bogor. Dibimbing oleh YUDI CHADIRIN.

Green roof merupakan taman di atas atap yang dapat mereduksi limpasan
air hujan hingga 74%. Air hujan langsung maupun air hujan yang telah melewati
green roof dapat digunakan sebagai alternatif sumber air baku dengan mengetahui
kualitasnya terlebih dahulu. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menguji kualitas dan
menentukan kriteria mutu pada air hujan dan air limpasan green roof berdasarkan
PerMenKes RI No. 492/Menkes/Kes/Per/2010 tentang persyaratan air minum
menggunakan metode STORET. Penelitian ini menggunakan permodelan green
roof dengan lapisan yang digunakan yaitu tanaman (lili paris), tanah, ijuk dan
kerikil. Data yang digunakan yaitu data sekunder berupa data curah hujan harian
dan data primer dari pengujian sampel dengan parameter yang diuji yaitu pH,
suhu, kekeruhan (turbiditas), daya hantar listrik (DHL), nitrat, nitrit, amonia,
sulfat, total dissolved solid (TDS) dan total suspended solid (TSS). Kualitas air
hujan bulan Mei 2014 memenuhi baku mutu untuk parameter pH, kekeruhan,
DHL, nitrit, amonia, sulfat, TDS dan TSS, tetapi parameter suhu dan amonia
terdapat nilai yang melebihi baku mutu. Pada kualitas air limpasan green roof,
parameter DHL, kekeruhan, TDS dan TSS pada air hujan yang melewati green
roof melebihi baku mutu yang digunakan, sedangkan parameter pH, suhu, nitrat,
nitrit, amonia dan sulfat memenuhi baku mutu. Berdasarkan perhitungan metode
STORET, diperoleh bahwa kualitas air hujan pada bulan Mei 2014 berada pada
kelas B dengan status tercemar ringan, dan kualitas air hujan limpasan green roof
berada pada kelas C dengan status tercemar sedang.

Kata kunci: air hujan, green roof, kualitas air.

ABSTRACT
MAYASARI. Analysis of Rain Water and Green Roof Water Quality in Bogor
Agricultural University, Bogor.Supervised by YUDI CHADIRIN.

Green roof is a garden on the roof to reduce storm water runoff by 74%.
Rainwater and rainwater that has passed the green roof can be used as a source of
raw water to find out the quality first. The purpose of this research is to test the
quality and quality criteria of rain water and green roof water by PerMenKes RI
492/Menkes/Kes/Per/2010 about drinking water requirements, using STORET
methods. This study uses the modeling with layers of green roof plants used were
(lilies paris), soil, fibers and gravel. The data used is secondary data of daily
rainfall and primary data from the test samples with the parameters are pH,
temperature, turbidity (turbidity), electrical conductivity (EC), nitrate, nitrite,
amonia, sulfate, total dissolved solids (TDS) and total suspended solids (TSS).
Rainwater quality in May 2014 fulfill the quality standard for pH, kekeruhan,
DHL, nitrite, ammonia, sulfate, TDS, TSS but temperature and ammonia are
values that exceed the quality standards. While the green roof water quality for
parameters of pH, temperature, nitrate, nitrite, ammonia and sulfate are fulfill
quality standards, but DHL, turbidity, TDS, and TSS are exceeds the quality
standards. Based on the calculation STORET method, quality of rainwater in May
2014 is in a class B with a mild polluted status, and green roof water quality is on
a class C with the status of being polluted.

Keywords : green roof, rain water, water quality


iv

ANALISIS KUALITAS AIR HUJAN DAN LIMPASAN


MELALUI MEDIA GREEN ROOF DI KAMPUS IPB
DARMAGA, BOGOR

MAYASARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Analisis Kualitas Air Hujan dan Limpasan Melalui Media Green
Roof di Kampus IPB Darmaga, Bogor
Nama : Mayasari
NIM : F44100064

Disetujui oleh

Dr. Yudi Chadirin, S.Tp, M.Agr


Pembimbing

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
ii
PRAKATA

Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur disampaikan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian dengan judul
“Analisis Kualitas Air Hujan dan Limpasan Melalui Media Green Roof di
Kampus IPB Darmaga, Bogor” merupakan salah satu persyaratan untuk
melakukan penelitian di Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Yudi Chadirin, S.Tp,
M.Agr sebagai dosen pembimbing akademik. Selain itu, penulis menyampaikan
penghargaan kepada Ibu Ety Rohaeti dan staf-staf departemen yang telah
membantu selama penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
kedua orang tua penulis, keluarga penulis, Adam Pahlevi Chamsudi, rekan-rekan
mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan Angkatan 2010 serta rekan-rekan Wisma
Sekar Arum atas segala doa, bantuan dan dukungan yang telah diberikan..
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan oleh pihak terkait
ataupun masyarakat luas.

Bogor, Juli 2014

Mayasari
iv

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL v
DAFTAR LAMPIRAN v
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 1
Tujuan 1
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODE 2
Waktu dan Tempat Penelitian 2
Alat dan Bahan 2
Metode Pengumpulan Data 3
Analisis Data 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Analisa Air Hujan 5
Kualitas Air Limpasan Green Roof 10
SIMPULAN DAN SARAN 17
Simpulan 17
Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18
LAMPIRAN 20
DAFTAR GAMBAR
1 Distribusi nilai pH dan curah hujan bulan Mei 2014 5
2 Sebaran nilai suhu dan curah hujan 6
3 Perbandingan suhu air hujan dengan suhu udara 6
4 Distribusi nilai DHL dan curah hujan bulan Mei 2014 7
5 Distribusi nilai kekeruhan (a), TSS (b) dan TDS (c) dan curah hujan
bulan Mei 2014 8
6 Distribusi nilai sulfat dan curah hujan bulan Mei 2014 9
7 Distribusi nilai amonia dan curah hujan bulan Mei 2014 9
8 Distribusi nilai nitrit dan curah hujan bulan Mei 2014 10
9 Perbandingan pH pada air hujan dengan air limpasan green roof 10
10 Perbandingan suhu pada air hujan dengan air limpasan green roof 11
11 Perbandingan suhu udara, suhu air hujan, suhu air limpasan green
roof dan suhu tanah 11
12 Perbandingan DHL pada air hujan dengan air limpasan green roof 12
13 Perbandingan amonia pada air hujan dengan air limpasan green roof 12
14 Perbandingan nitrit pada air hujan dengan air limpasan green roof 13
15 Perbandingan nitrat pada air hujan dengan air limpasan green roof 13
16 Perbandingan sulfat pada air hujan dengan air limpasan green roof 14
17 Perbandingan kekeruhan pada air hujan dengan air limpasan green
roof 15
18 Perbandingan TDS pada air hujan dengan air limpasan green roof 15
19 Perbandingan TSS pada air hujan dengan air limpasan green roof 16

DAFTAR TABEL
1 Alat/metode pengujian sampel air 3
2 Klasifikasi mutu air berdasarkan EPA 4
3 Penentuan sistem nilai 4
4 Perhitungan sistem nilai kualitas air hujan langsung menggunakan
metode STORET 16
5 Perhitungan sistem nilai kualitas air limpasan green roof
menggunakan metode STORET 17

DAFTAR LAMPIRAN
1 Gambar teknik permodelan green roof 21
2 Permodelan green roof (a) dan lapisan green roof (b) 24
3 Perbedaan warna pada air hujan langsung dan air hujan yang melewati
green roof 24
4 Diagram alir metode penelitian 25
5 Hasil pengukuran parameter kualitas air hujan bulan Mei 2014 26
6 Hasil pengukuran kualitas air hujan yang melewati green roof 27
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertambahan penduduk yang cepat membawa dampak negatif salah satunya


yaitu berkurangnya ruang terbuka hijau (RTH) di Indonesia. Selain berguna untuk
meningkatkan atmosfer, ruang terbuka hijau juga berfungsi sebagai penyimpanan
air tanah di tengah-tengah ekosistem perkotaan yang semakin lama semakin
berkurang. Hal ini berdampak pada terjadinya banjir saat puncak musim hujan.
Fenomena banjir yang sudah menjadi bencana tahunan ini perlu ditangani
secepatnya. Hal ini harus mendapat perhatian khusus dan perlu adanya peran dari
masyarakat.
Green roof (atap hijau) merupakan taman di atas atap yang dapat digunakan
sebagai solusi alternatif dalam menangani banjir tahunan. Penerapan green roof
dapat dilakukan di kawasan perkotaan yang mengalami keterbatasan lahan. Salah
satu keuntungan pemakaian green roof yaitu membantu memanajemen storm water
(air hujan yang tidak diserap ke dalam tanah). Green roof mampu menyerap air
hujan ke dalam tanah mediumnya. Berdasarkan penelitian Dr. Charles C. Glass
(2007), menyatakan bahwa green roof dapat mereduksi limpasan air hujan hingga
74%. Hal tersebut akan sangat berpengaruh untuk mengurangi limpasan air hujan
yang menjadi salah satu penyebab utama banjir di Indonesia.
Kebutuhan air semakin lama semakin meningkat sejalan dengan
meningkatnya kebutuhan hidup manusia, baik di daerah perkotaan maupun daerah
pedesaan. Pertambahan penduduk yang cepat membawa dampak negatif terhadap
sumberdaya air, baik kuantitas maupun kualitasnya. Air hujan merupakan salah satu
alternatif yang dapat digunakan sebagai sumber air baku. Begitu pula dengan air
hujan yang telah melewati green roof dapat digunakan sebagai alternatif sumber air
baku dengan mengetahui kualitasnya terlebih dahulu. Air hujan yang telah
melewati green roof dapat diolah dan digunakan kembali secara terpadu. Oleh
karena itu, perlu dilakukan pengujian kualitas air hujan baik air hujan langsung
maupun air hujan yang telah melewati green roof. Parameter yang digunakan dalam
uji kualitas air mencakup parameter fisik dan parameter kimia.

Perumusan Masalah

1. Bagaimana kandungan fisika dan kimia pada air hujan yang melewati green
roof dan air hujan tidak melewati green roof.
2. Bagaimanakah pengaruh green roof terhadap kualitas air hujan di Kota Bogor
berdasarkan parameter fisika dan kimia.
3. Bagaimanakah kualitas mutu air hujan yang melewati green roof sesuai dengan
PerMenKes RI No. 492/Menkes/Kes/Per/2010 tentang persyaratan air minum.

Tujuan

Tujuan penelitian ini yaitu untuk menguji dan menganalisis kualitas air hujan
langsung dan air hujan yang melewati green roof berdasarkan parameter fisika dan
kimia. Selain itu, penelitian juga bertujuan untuk menganalisa pengaruh green roof
2

terhadap kualitas air hujan di Kota Bogor serta menentukan kriteria mutu air hujan
yang melewati green roof (air limpasan green roof) berdasarkan PerMenKes RI No.
492/Menkes/Kes/Per/2010 tentang persyaratan air minum menggunakan metode
STORET.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu memberikan informasi kepada masyarakat


mengenai keuntungan menggunakan green roof, memberikan informasi kepada
masyarakat khususnya masyarakat Kota Bogor mengenai kualitas air hujan dan
kualitas air limpasan green roof di Kota Bogor sebagai alternatif sumber air baku.
Selain itu penelitian juga bermanfaat sebagai masukan kepada pemerintah dan
pihak-pihak terkait dalam mengatasi banjir di Indonesia.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini yaitu :


1. Analisis parameter kualitas curah hujan berdasarkan Permenkes No.492 Tahun
2010.
2. Analisis parameter kualitas air limpasan green roof berdasarkan Permenkes
No.492 Tahun 2010.
3. Penentuan kualitas mutu air hujan dan air limpasan green roof.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian “Analisis Kualitas Air Hujan Menggunakan Media Green roof di


Kampus IPB Darmaga, Bogor” dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2014.
Pengambilan sampel dilakukan pada saat musim hujan pada bulan April - Mei
2014. Lokasi penelitian dilakukan di atas gedung Pusat Informasi dan Teknologi
Pertanian (PITP), Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Sedangkan pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Limbah Padat dan Bahan
Beracun Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB, Laboratorium
Produktivitas Lingkungan Departemen Manajemendan Sumberdaya Perairan IPB,
dan sebagian dilakukan di lapangan (in situ).

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan permodelan green roof
yaitu akrilik, pipa, lem, kerikil, ijuk, tanah dan tanaman lili paris. Adapun lapisan
dari model green roof yang digunakan terdiri dari empat lapisan yaitu, lapisan
teratas merupakan lapisan vegetasi yang terdiri dari tanaman lili paris
(Chlorophytum comosum). Lapisan berikutnya yaitu lapisan media tanam berupa
3

tanah dengan ketebalan 20 cm. Lapisan ketiga yaitu lapisan penyaring, pada
penelitian ini digunakan serat ijuk dengan ketebalan 5 cm. Selanjutnya lapisan
saringan dan lapisan penyaluran air yang terdiri dari batu kerikil dengan diameter
kerikil lebih besar dari 4.75 mm dan tebal lapisan sebesar 8 cm. Kemudian lapisan
water proof sekaligus sebagai rangka model green roof berupa akrilik dengan
dimensi panjang, lebar dan tinggi berturut-turut sebesar 1m x 1m x 0.33m.
Adapun alat yang digunakan dalam uji sampel air hujan yaitu botol sampel,
labu takar, gelas ukur, Erlenmeyer, bulb, gelas arloji, pipet, timbangan analitik,
oven, hot plate, desikator, lemari pendingin, spektrofotometer, turbidimeter, dan
alat untuk mengukur pH, suhu, TDS dan DHL dengan merk HANNA tipe HI-
98129. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu aquades, HCl, larutan induk
amonia, nitrit dan sulfat, serta pereaksi untuk pengukuran parameter yang
digunakan.

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dari pengujian
sampel dan data sekunder berupa data curah hujan harian yang diperoleh dari
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB. Sampel yang digunakan meliputi
sampel air hujan langsung dan air hujan yang telah melewati green roof. Parameter
yang digunakan yaitu pH, suhu, kekeruhan (turbiditas), daya hantar listrik (DHL),
nitrat, nitrit, amonia, sulfat, total dissolved solid (TDS) dan total suspended solid
(TSS).

Tabel 1 Alat/metode pengujian sampel air


Parameter Alat / Metode Pengukuran Keterangan
Suhu Termometer In situ
Turbiditas Turbidimeter Laboratorium
Daya Hantar Listrik Konduktimeter In situ
TDS TDS meter In situ
TSS Gravimetri Laboratorium
pH pH meter In situ
Nitrat Reduksi Kadmium Laboratorium
Nitrit Spektrofotometri Laboratorium
Amonia Spektrofotometri Laboratorium
Sulfat Spektrofotometri Laboratorium

Selain itu dilakukan pula analisa kualitas air hujan langsung. Parameter yang
digunakan yaitu pH, suhu, kekeruhan (turbiditas), daya hantar listrik (DHL), nitrit,
amonia, sulfat, total dissolved solid (TDS) dan total suspended solid (TSS). Alat
dan metode pengujian sampel terdapat pada Tabel 1.
4

Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah memperoleh hasil uji sampel air hujan. Pada
analisis pengaruh waktu hujan terhadap kualitasnya, setelah diperoleh hasil uji
kemudian diplotkan pada grafik dengan sumbu-x sebagai waktu dan sumbu-y
sebagai parameter yang diuji. Setelah itu dapat dilakukan analisis data dengan
mellihat hasil trendline pada grafik.
Pada analisis air hujan yang melewati green roof, data yang telah diperoleh
dibandingkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
492/Menkes/Kes/Per/2010 tentang persyaratan air minum. Kemudian dilakukan
identifikasi kualitas air menggunakan metode STORET (Storage and Retrieval).
Metode STORET merupakan salah satu metode untuk menentukan status mutu air
(KepMen LH No. 115 Tahun 2003). Prinsipnya, metode STORET membandingkan
data kualitas air dengan baku mutu air yang digunakan dengan menggunakan
sistem nilai dari US-EPA (United State-Environmental Protection Agency) dengan
mengklasifikasikan mutu air dalam empat kelas seperti pada Tabel 2.

Tabel 2 Klasifikasi mutu air berdasarkan EPA


Kelas Skor Status Keterangan
A 0 Baik sekali Memenuhi baku mutu
B -1 s/d -10 Baik Cemar ringan
C -11 s/d -30 Sedang Cemar sedang
D > -31 Buruk Cemar berat

Langkah-langkah penentuan mutu air menggunakan metode STORET yaitu:


1. Lakukan pengumpulan data kualitas air dan tentukan nilai maksimu, minimum
dan rata-rata dari setiap parameter.
2. Bandingkan data hasil pengukuran (maksimum, minimum dan rata-rata) dari
masing-masing parameter air dengan nilai baku mutu.
3. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air maka diberi skor 0.
4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu maka diberi skor sesuai
pada Tabel 3.
5. Jumlah negatif dari seluruh parameter diakumulasika sehingga diperoleh nilai
total yang digunakan untuk menentukan status mutunya ke dalam empat kelas
berdasarkan pada Tabel 2.

Tabel 3 Penentuan sistem nilai


Jumlah Parameter
Nilai
Sampel Fisika Kimia Biologi
<10 Maks -1 -2 -3
Min -1 -2 -3
Rata-rata -3 -6 -9
>10 Maks -2 -4 -6
Min -2 -4 -6
Rata-rata -6 -12 -18
5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa Air Hujan

Air hujan yang jatuh ke bumi dan menjadi air permukaan memiliki kadar
bahan-bahan terlarut atau unsur hara yang sangat sedikit. Kualitas air hujan
langsung ditentukan berdasarkan parameter fisik dan kimia menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Kes/Per/2010. Parameter fisika meliputi
kekeruhan, suhu, total zat padat terlarut (TDS), total zat padat tersuspensi (TSS)
dan daya hantar listrik (DHL). Adapun parameter kimia meliputi pH, sulfat,
amonia, nitrit dan nitrat. Persyaratan kimia air dilihat dari bahan-bahan kimia yang
terlarut untuk mengetahui sejauh mana bahan-bahan terlarut tersebut mulai dapat
dikatakan membahayakan eksistensi organisme maupun mengganggu bila
digunakan untuk suatu keperluan (Slamet 1984). Berdasarkan pengamatan curah
hujan dan parameter kualitas air hujan yang digunakan, dapat diketahui pengaruh
intensitas dan waktu terjadinya hujan terhadap kualitas air hujan. Pengukuran
kualitas air hujan dilakukan selama bulan Mei 2014. Berikut ini adalah analisis data
curah hujan dan hasil uji sampel air hujan pada bulan Mei 2014, data selengkapnya
terdapat pada Lampiran 5.

Gambar 1 Distribusi nilai pH dan curah hujan bulan Mei 2014

pH (Potensial Hydrogen) adalah skala ukuran yang digunakan untuk


mengukur aktivitas ion hidrogen (pembentuk asam). Air hujan biasanya bersifat
asam, hal ini disebabkan air hujan melarutkan gas-gas yang terdapat di atmosfer,
misalnya gas karbondioksida (CO2), sulfur (S), dan nitrogen oksida (NO2) yang
dapat membentuk asam lemah (Novotny dan Olem 1994). Berdasarkan BMKG,
Nilai Ambang Batas (NAB) pH air hujan normal yaitu 5.6. Sedangkan berdasarkan
Permenkes 492/2010, baku mutu pH air sebesar 6.5 – 8.5. Air hujan dikatakan
bersifat hujan asam apabila pH < 5 (Yahya dan Heny 1990). Berdasarkan BMKG,
secara umum pH air hujan pada bulan Mei 2014 di wilayah kampus IPB Darmaga
termasuk kedalam kategori netral. Tetapi berdasarkan Permenkes No. 492 Tahun
2010, rata-rata pH air hujan pada bulan Mei berada di bawah baku mutu yaitu 6.09.
Pada Gambar 1 terlihat kecenderungan semakin tinggi curah hujan semakin rendah
nilai pH dan sebaliknya. Hujan yang tidak tercemar biasanya memiliki pH asam,
6

tetapi tidak lebih rendah dari 5.6, karena karbon dioksida (CO2) dan air di udara
bereaksi bersama untuk membentuk asam karbonat dan asam lemah.
Secara umum suhu air hujan pada bulan Mei 2014 memenuhi baku mutu
yaitu suhu udara ± 3 dengan suhu udara berkisar antara 22.4°C hingga 34.4°C dan
suhu air hujan berkisar antara 23.8°C hingga 27°C. Namun, pada tanggal 16 Mei
2014 hasil pengukuran suhu air hujan menunjukkan air hujan tidak memenuhi baku
mutu dikarenakan selisih suhu air hujan dengan suhu udara sebesar 5.7°C, yaitu
suhu air hujan 25.1°C dan suhu udara 30.8°C. Perbandingan suhu air hujan dengan
suhu udara terdapat pada Gambar 3. Suhu air hujan tidak dipengaruhi oleh rentang
waktu dan curah hujan, tetapi dipengaruhi oleh suhu udara. Hubungan antara waktu
dan suhu terdapat pada Gambar 2.

Gambar 2 Sebaran nilai suhu dan curah hujan

Gambar 3 Perbandingan suhu air hujan dengan suhu udara

Berdasarkan PerMenKes No.492 Tahun 2010 tidak ditetapkan nilai


maksimum daya hantar listrik (DHL), namun untuk air yang dikonsumsi sebagai air
minum dianjurkan tidak mempunyai DHL atau relatif sangat kecil. Nilai DHL
berhubungan erat dengan nilai TDS, semakin tinggi nilai DHL maka semakin tinggi
pula nilai padatan tersuspensi. Nilai TDS dapat diperkirakan dengan mengalikan
nilai DHL dengan konstanta 0.55-0.75 (Effendi 2003). Air hujan merupakan
7

elektrolit lemah dan tidak dapat menghantarkan listrik dengan baik karena sedikit
menghasilkan ion. Berdasarkan hasil pengukuran, nilai DHL tidak dipengaruhi oleh
waktu hujan maupun curah hujan.

Gambar 4 Distribusi nilai DHL dan curah hujan bulan Mei 2014

TDS adalah bahan-bahan terlarut yang berupa senyawa-senyawa kimia dan


bahan-bahan lain. TSS adalah bahan-bahan tersuspensi yang terdiri dari lumpur dan
pasir halus serta jasad-jasad renikyang merupakan bahan-bahan anorganik atau
dapat pula berupa bahan-bahan organik yang melayang-layang dalam air (Effendi,
2003). Sedangkan kekeruhan (turbiditas) digunakan untuk menyatakan derajat
kegelapan di dalam air yang disebabkan oleh bahan-bahan yang melayang.
Kekeruhan biasanya terdiri dari partikel organik maupun anorganik dan resuspensi
sedimen. Air hujan pada bulan Mei 2014 memenuhi baku mutu yaitu kekeruhan
sebesar 5 NTU, TSS sebesar 400 mg/L dan TDS sebesar 500 mg/L. Secara
menyeluruh hasil pengukuran ketiga parameter tersebut saling berkorelasi positif.
Sedangkan waktu hujan maupun curah hujan tidak mempengaruhi parameter TDS,
TSS dan kekeruhan. Kekeruhan erat hubungannya dengan kadar zat tersuspensi
karena kekeruhan pada air disebabkan adanya zat-zat tersuspensi yang ada dalam
air tersebut. Keberadaan padatan tersuspensi tersebut akan menghalangi penetrasi
cahaya yang masuk ke perairan sehingga hubungan antara TSS dan kekeruhan akan
menunjukkan hubungan yang berbanding lurus.

(a)
8

(b)

(c)
Gambar 5 Distribusi nilai kekeruhan (a), TSS (b) dan TDS (c) dan curah hujan
bulan Mei 2014

Kandungan sulfat air hujan pada bulan Mei 2014 memenuhi baku mutu, yaitu
250 mg/L. Berdasarkan hasil pengukuran seperti pada Gambar 6, dapat disimpulkan
bahwa secara umum semakin dekat rentang waktu hujan, maka semakin tinggi
konsentrasinya. Hal tersebut terlihat pada tanggal 8 Mei – 9 Mei, 15 Mei – 19 Mei,
20 Mei – 21 Mei dan 27 Mei – 28 Mei. Sebaliknya, semakin lama rentang
terjadinya hujan maka semakin menuruh konsentrasi sulfat pada air hujan seperti
yang terlihat pada tanggal 3 Mei – 7 Mei, 12 Mei – 14 Mei dan 21 Mei – 27 Mei.
Hal tersebut dikarenakan salah satu bentuk sulfur di atmosfer yaitu gas H2S
memiliki berat jenis lebih berat dari udara sehingga semakin lama rentang waktu
terjadinya hujan, maka gas H2S diudara bergerak dan terkumpul ke daerah yang
lebih rendah. Polutan penting yang mempengaruhi kadar sulfat pada air hujan yaitu
gas SOx diudara yang terutama berasal dari pemakaian baru bara yang digunakan
pada kegiatan industri dan transportasi. Selain itu, penyebaran gas SOx ke
lingkungan juga tergantung dari keadaan meteorologi dan geografi setempat.
Kelembaban udara juga mempengaruhi kecepatan perubahan SOx menjadi asam
sulfat maupun asam sulfit yang akan berkumpul bersama awan yang akhirnya akan
jatuh sebagai hujan asam.
9

Gambar 6 Distribusi nilai sulfat dan curah hujan bulan Mei 2014

Kandungan amonia pada air hujan bulan Mei 2014 sebagian besar memenuhi
baku mutu yaitu 1.5 mg/L. Namun, pada tanggal 15 Mei 2014 kandungan amonia
meningkat dan melebihi baku mutu yaitu 1.813 mg/L. Berdasarkan hasil sesuai
dengan Gambar 7, diperoleh bahwa tidak ada korelasi antara rentang waktu hujan
dengan kandungan amonia pada air hujan. Sedangkan kandungan nitrit pada air
hujan bulan Mei 2014 memenuhi baku mutu yaitu 3 mg/L. Berdasarkan hasil
analisis sesuai dengan Gambar 8, tidak diperoleh pengaruh rentang waktu hujan
terhadap kandungan nitrit air hujan. Kadar amonia dan nitrit pada air hujan
dipengaruhi oleh kadar gas nitrogen (N2) di atmosfer lingkungan sekitar. Sumber
utama NO2 pada atmosfer berasal dari kendaraan di jalan lalu lintas. Sumber
amonia dan nitrat yaitu dari pembangkit tenaga listrik, pabrik pemanas,
pembuangan sampah dan proses industri. Sebagian besar emisi NOx buatan
manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas, dan bensin (Depmenkes
2011).

Gambar 7 Distribusi nilai amonia dan curah hujan bulan Mei 2014
10

Gambar 8 Distribusi nilai nitrit dan curah hujan bulan Mei 2014

Kualitas Air Limpasan Green Roof

Green roof (atap hijau) merupakan lapisan strukstur konstruksi hijau yang
terdiri dari media pertumbuhan atau tanah dan media tanaman diatas sebuah
bangunan. Model green roof juga merupakan modifikasi dari penggunaan lahan dan
sangat cocok diterapkan untuk bangunan-bangunan di perkotaan yang memiliki
tingkat kerapatan yang tinggi dan keterbatasan lahan untuk membuat taman (Aulia
2012). Fungsi green roof antara lain mereduksi panas akibat radiasi matahari
dengan penambahan elemen vegetasi sebagai lapisan yang dapat mereduksi panas,
memanfaatkan area atap sebagai ruang terbuka hijau, memelihara kualitas udara di
sekitar bangunan, menjaga kelembaban udara di sekitar bangunan dengan
presipitasi, mereduksi air limpasan di perkotaan. Selain mereduksi limpasan air
hujan, air yang melewati green roof tersebut dapat digunakan sebagai alternatif
sumber air baku dengan mengetahui kualitasnya terlebih dahulu. Berikut ini adalah
hasil pengujian kualitas air hujan yang melewati green roof. Tabel hasil pengukuran
terdapat pada Lampiran 6.

Gambar 9 Perbandingan pH pada air hujan dengan air limpasan green roof

Hasil pengukuran pH pada air hujan langsung lebih rendah dibandingkan


dengan pH pada air hujan yang telah melewati green roof. Hal tersebut dikarenakan
11

air hujan yang telah melewati green roof mengalami kontak langsung dengan
lapisan-lapisan penyusun green roof, salah satunya adalah tanah. Hal tersebut
berkaitan dengan nilai kapasitas tukar kation (KTK) tanah. KTK tanah adalah
kapasitas tanah menjerap dan mempertukarkan kation. Pada nilai KTK yang tinggi,
H+ yang diikat koloid organik atau liat berionisasi sehingga pH meningkat.
Perbedaan pH pada air hujan langsung dengan air hujan yang telah melewati green
roof tidak terlalu signifikan dan sesuai dengan baku mutu yang digunakan yaitu
sebesar 6.5-8.5. Grafik perbedaan nilai pH terdapat pada Gambar 9. Tanah yang
digunakan merupakan tanah dengan jenis latosol. Tanah latosol memiliki pH
berkisar antara 4.5 - 6.5.

Gambar 10 Perbandingan suhu pada air hujan dengan air limpasan green roof

Gambar 11 Perbandingan suhu udara, suhu air hujan, suhu air limpasan green roof
dan suhu tanah

Berdasarkan pengukuran pada parameter suhu, diperoleh nilai suhu air yang
hujan yang melewati green roof lebih besar dari air hujan langsung. Hal tersebut
membuktikan bahwa green roof dapat memberikan pengaruh terhadap kenyamanan
thermal dan mengurangi aliran panas (heat flux) yang merambat melalui atap. Air
hujan tersebut menyerap panas dari tanah yang dilewatinya sehingga air hujan yang
melewati green roof lebih besar suhunya dibandingkan suhu air hujan langsung.
Pengukuran suhu tanah dilakukan pada tanggal 7 Mei 2014 dan 8 Mei 2014 seperti
pada Gambar 1. Tanaman yang digunakan juga berperan dalam penyerapan panas,
12

karena tanaman tidak hanya mengurangi jumlah panas yang masuk ke dalam
bangunan, namun juga turut mendukung hilangnya panas dari bangunan sehingga
kenyamanan termal dapat optimal. Lapisan tambahan substrat dan tanaman pada
green roof dapat menambah nilai penahan panas kira-kira sebesar 10% dari atap
biasa (Feriadi dan Frick 2008). Fotosintesis pada tanaman juga mempengaruhi
pertambahan panas karena proses fotosintesis mengkonversi energi surya dalam
bentuk gelombang elektromagnetik menjadi energi kimia dalam bentuk
karbohidrat. Sebagian energi kimia tersebut direduksi/ dirombak menjadi energi
kinetik dan energi termal melalui proses respirasi, untuk memenuhi kebutuhan
internal tanaman.

Gambar 12 Perbandingan DHL pada air hujan dengan air limpasan green roof

Daya hantar listrik (DHL) atau electrical conductivity (EC) yaitu kemampuan
air untuk menghantarkan listrik dengan satuan μmhos/cm atau μSiemens/cm.
Tinggi rendahnya DHL dipengaruhi oleh nilai salinitas (Sida 2011). Pada
PerMenKes No. 492 Tahun 2010 tidak ditetapkan nilai maksimum daya hantar
listrik (DHL). Menurut Silvester (1985) DHL yang berkisar 20-150 μmhos/cm
masih layak digunakan bagi kebutuhan perikanan. Pada air hujan yang melewati
green roof memiliki kandungan DHL jauh lebih tinggi dibandingkan air hujan
langsung. Hal tersebut dikarenakan terdapat garam-garam yang terbawa oleh air
hujan yang melewati green roof dan terjadi pertukaran ion pada air hujan di dalam
tanah. Garam-garam tersebut merupakan nutrisi untuk tanaman yang digunakan.

Gambar 13 Perbandingan amonia pada air hujan dengan air limpasan green roof
13

Kandungan amonia pada air hujan langsung maupun air hujan yang melewati
green roof memenuhi baku mutu, yaitu 1.5 mg/L. Namun, perbedaan kandungan
amonia keduanya sangat signifikan. Penyebab meningkatnya amonia yaitu
penggunaan pupuk pada model green roof. Sumber amonia di perairan adalah
pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang
terdapat di dalam tanah dan air, yang berasal dari dekomposisi bahan organik
(tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati) oleh mikroba dan jamur. Pupuk yang
mengandung ammonium, misalnya urea, berfungsi untuk menambah pasokan
nitrogen dalam tanah yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan.

Gambar 14 Perbandingan nitrit pada air hujan dengan air limpasan green roof

Nitrit adalah ion-ion anorganik alami, yang merupakan bagian dari siklus
nitrogen. Perbedaan kandungan nitrit dalam air hujan langsung dengan yang
melewati green roof sangat signifikan, namun masih berada di bawah baku mutu
yaitu sebesar 3 mg/L. Meningkatnya kandungan nitrit setelah air hujan melewati
green roof disebabkan oleh tanah yang digunakan pada permodelan atap hijau.
Selain itu, penggunaan pupuk ke dalam media tanam juga dapat meningkatkan
kandungan nitrit. Nitrit sangat mudah bercampur dengan air dan terdapat bebas
didalam lingkungan. Perbandingan kandungan nitrit pada air hujan langsung dan air
hujan yang melewati atap hijau terdapat pada Gambar 12.

Gambar 15 Perbandingan nitrat pada air hujan dengan air limpasan green roof
14

Nitrat merupakan salah satu golongan nitrogen oksida (NOx) yang banyak
dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil. NOx sebagian besar dihasilkan dari
transportasi (Fritz dan Pitchon 1997). Hasil pengukuran nitrat pada air hujan
langsung dan air green roof jauh dibawah baku mutu yaitu 50 mg/L. Kandungan
nitrat air hujan yang meningkat setelah melewati green roof dikarenakan air hujan
melewati lapisan tanah yang telah dicampur oleh pupuk. Penggunaan pupuk
merupakan salah satu penyebab utama peningkatan nitrat pada air hujan yang telah
melewati green roof. Setelah dilakukan pengujian, kandungan nitrat pada tanah
dengan campuran pupuk dan sekam yaitu sebesar 0.19% N Total. Berdasarkan
Standar Internasional (SI), nilai N-Total tersebut berada dalam kriteria rendah.
Terdapatnya nitrat (NO3-) dalam air hujan berkaitan erat dengan siklus
nitrogen di alam. Dalam siklus nitrogen dapat diketahui bahwa nitrat dapat
terbentuk baik dari N2 atmosfir maupun dari pupuk-pupuk (fertilizer) yang
digunakan dan dari oksidasi NO2- oleh bakteri dari kelompok Nitrobacter. Nitrat
yang terbentuk dari proses-proses tersebut merupakan pupuk dari tanaman-
tanaman. Nitrat yang berlebih dari yang dibutuhkan oleh kehidupan tanaman
terbawa oleh air yang mengalir melalui tanah, sebab tanah tidak mempunyai
kemampuan untuk menahannya. Hal tersebut mengakibatkan terdapatnya
konsentrasi nitrat yang relatif tinggi pada air yang melewati tanah. Konsentrasi
nitrat di perairan selain berasal dari nitrifikasi nitrit, juga berasal dari pengikatan
nitrogen bebas dari udara oleh mikroorganisme (Nugroho 2006).

Gambar 16 Perbandingan sulfat pada air hujan dengan air limpasan green roof

Kandungan sulfat pada air hujan yang melewati green roof memenuhi baku
mutu yaitu 250 mg/L. Kandungan sulfat dipengaruhi oleh bahan organik dalam
tanah karena bahan organik merupakan sumber unsur hara yang salah satunya
adalah sulfur (S). Semakin berkurangnya kandungan sulfat pada air hujan yang
melewati green roof menunjukkan bahwa semakin berkurang pulabahan organik di
dalam tanah yang merupakan lapisan pada green roof. Bahan organik tanah adalah
semua jenissenyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi
bahanorganik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam
air,dan bahan organik yang stabil atau humus. Bahan organik berperan penting
untuk menciptakan kesuburan tanah (Stevenson 1991). Tanah latosol termasuk
kriteria tanah yang mengandung bahan organik sangat berlebih. Hal tersebut
berpengaruh terhadap tingginya kandungan sulfur dalam tanah.
15

Gambar 17 Perbandingan kekeruhan pada air hujan dengan air limpasan green roof
Hasil pengukuran kekeruhan (turbidity) air hujan yang telah melewati green
roof sebagian besar berada diatas baku mutu. Besarnya kekeruhan pada air yang
melewati green roof dikarenakan banyaknya partikel-partikel tanah maupun kerikil
dan ijuk yang terbawa. Pada tanggal 17 April 2014 kekeruhan meningkat drastis,
hal tersebut dikarenakan curah hujan yang tinggi sehingga banyak butiran-butiran
tanah yang tergerus dan terbawa oleh air hujan yang melewatinya. Perbandingan
kekeruhan air hujan langsung dengan air hujan yang melewati green roof terdapat
pada Gambar 15.
Jumlah TDS dan TSS di dalam air hujan yang melewati green roof jauh
melebihi baku mutu yang digunakan yaitu 500 mg/L untuk TDS dan 400 mg/L
untuk TSS. Hal tersebut dikarenakan material material halus yang digunakan
sebagai media tanam green roof terbawa oleh aliran air hujan yang melewatinya.
Selain itu pengaruh hujan lebat juga mengakibatkan butiran tanah pada permodelan
hanyut terbawa oleh air hujan.Rendahnya nilai kekeruhan, TSS dan TDS pada
tanggal 7 dan 8 April 2014 salah satunya disebabkan oleh rendahnya curah hujan
yaitu 0.2 mm dan juga dipengaruhi oleh banyaknya material-material yang sudah
hilang terbawa oleh air hujan sebelumnya. Besarnya curah hujan sangat
berpengaruh pada parameter kekeruhan, TDS dan TSS pada air green roof.
Perbandingan TDS dan TSS pada air hujan langsung dan air hujan yang melewati
green roof terdapat pada Gambar16 dan 17.

Gambar 18 Perbandingan TDS pada air hujan dengan air limpasan green roof
16

Gambar 19 Perbandingan TSS pada air hujan dengan air limpasan green roof

Identifikasi status mutu air hujan langsung dan air hujan yang melewati green
roof dilakukan menggunakan metode STORET. Perhitungan sistem nilai untuk air
hujan langsung terdapat pada Tabel 4, sedangkan untuk air hujan yang melewati
green roof terdapat pada Tabel 5. Hasil akumulasi penilaian dari semua parameter
diperoleh total nilai untuk air hujan langsung sebesar -6. Berdasarkan klasifikasi
mutu air US-EPA, kualitas mutu air hujan langsung berada pada kelas B dengan
status Baik dan memiliki kualitas tercemar ringan. Hal tersebut dikarenakan
terdapat parameter yang tidak sesuai dengan baku mutu yaitu parameter pH dan
amonia. Sedangkan hasil akumulasi penilaian pada air hujan yang melewati green
roof, diperoleh total nilai sebesar -16. Berdasarkan kalsifikasi US-EPA, kualitas
mutu air yang melewati green roof berada pada kelas C dengan status Sedang dan
memiliki kualitas tercemar sedang. Hal tersebut dikarenakan pada parameter DHL,
kekeruhan, TDS dan TSS melebihi baku mutu yang digunakan yaitu PerMenKes RI
No.492 Tahun 2010.

Tabel 4 Perhitungan sistem nilai kualitas air hujan langsung


menggunakan metode STORET
Nilai
Parameter
Maksimum Minimum Rata-rata Total
Suhu 0 0 0 0
Turbiditas 0 0 0 0
Fisika

TDS 0 0 0 0
TSS 0 0 0 0
EC 0 0 0 0
pH 0 -2 0 -2
Kimia

Nitrit 0 0 0 0
Amonia -4 0 0 -4
Sulfat 0 0 0 0
TOTAL -6
17

Tabel 5 Perhitungan sistem nilai kualitas air limpasan green roof


menggunakan metode STORET
Nilai
Parameter
Maksimum Minimum Rata-rata Total
Suhu 0 0 0 0
Turbiditas -1 0 -3 -4
Fisika

TDS -1 0 -3 -4
TSS -1 0 -3 -4
EC -1 0 -3 -4
pH 0 0 0 0
Nitrit 0 0 0 0
Kimia

Nitrat 0 0 0 0
Amonia 0 0 0 0
Sulfat 0 0 0 0
TOTAL -16

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pada air hujan langsung bulan Mei 2014 untuk
parameter pH, DHL, TDS, TSS, kekeruhan, nitrit dan sulfat memenuhi baku mutu.
Sedangkan pada parameter suhu dan amonia terdapat satu sampel yang melebihi
baku mutu yakni hasil pengukuran pada tanggal 15 Mei 2014. Parameter sulfat
pada air hujan bulan Mei 2014 memiliki korelasi positif dengan rentang waktu
terjadinya hujan. Pada air hujan yang melewati green roof parameter pH, suhu,
nitrit dan amonia memenuhi baku mutu yang digunakan yaitu PerMenKes RI
No.492 Tahun 2010. Parameter kekeruhan, TDS. TSS dan DHL melebihi baku
mutu. Manfaat green roof dapat mereduksi panas terbukti dengan meningkatnya
suhu air hujan yang melewati green roof. Berdasarkan hasil klasifikasi mutu air
menggunakan metode STORET, kualitas air hujan langsung termasuk dalam kelas
B dengan status Baik dan memiliki kualitas tercemar ringan. Sedangkan air
limpasan green roof termasuk dalam kelas C dan memiliki kualitas tercemar
sedang. Air hujan langsung maupun air limpasan green roof tidak dapat dikonsumsi
secara langsung, karena terdapat parameter-parameter yang melebihi baku mutu.
Baik air hujan langsung maupun air limpasan green roof dapat dikonsumsi dengan
pengolahan terlebih dahulu.

Saran

Saran terhadap penelitian ini yaitu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai kualitas air hujan dan air limpasan green roof dengan menambah
parameter-parameter lainnya terutama parameter biologi. Kemudian dianjurkan
penggunaan media filter seperti saringan serat mikro, spons atau kain daktron untuk
18

mengurangi material-material yang terbawa sehingga menurunkan konsentrasi


kekeruhan, kandungan TDS dan TSS pada air hujan yang telah melewati green
roof.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Mahmud. 2011. Hidrologi Teknik. Makassar: Program Studi Teknologi


Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin Press.
Anonim. 2010. Panduan Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia Perairan
Budidaya. Bogor (ID): Departemen Budidaya Perairan, FPIK, IPB Press.
Aulia, Selfa Septiani. 2012. Tata Guna Pengembangan Lahan. Bandung: Program
Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik dan Ilmu
Komputer, Universitas Komputer Indonesia.
[BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. 2014. Tingkat Keasaman
(pH) Air Hujan di Indonesia Januari, Pebruari dan Maret 2014. Jakarta
(ID): BMKG.
Cutlip, Jamie. 2006. Green roof : A Sustainable Technology.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan perairan. Yogyakarta(ID) : Kanisius.
Feriadi, Henry dan Heinz Frick. 2008. Atap Bertanaman Ekologis dan Fungsional.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
F.L.L. 2008.Guidelines for the Planning Construction and Maintenance of Green
Roofing.Forschungsgesellschaft Landschaftsentwicklung Landschaftsbau
e.V.
Fritz, A., Pitchon, V. 1997. The Current State of Research on Automotive Lean
NOx Catalysis.Applied Catalysis B: Environmental 13.
Gabriel, J.F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Hipokrates.
Gambiro, Henny. 2012. Lingkungan Air. Jakarta (ID): Arsitektur Lingkungan,
UMB Press.
Glass, Charles C. 2007. Green Roof Water Quality and Quantity Monitoring.
Washington, D.C. (USA): Departement of Civil Engineering, Howard
University.
Johnson, E.L. dan Stevenson, R. 1991. Dasar Kromatografi Cair. Penerjemah :
Kosasih Padmawinata. Penerbit ITB. Bandung. Hal. 70, 119-121.
[Depmenkes] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Parameter
Pencemar Udara dan Dampaknya Terhadap Kesehatan.
Novotny V, dan Olem, H. 1993. Water Quality Prevention, Identification and
Management of Difuse Pollution. New York (USA): Van Nostrand 1054 h.
Nugroho, Astri. 2006. Bioremediasi Hidrokarbon Minyak Bumi. Jakarta (ID):
Graha Ilmu Universitas Trisakti.
19

Oktaviani, Heni. 2010. Green roof sebagai Solusi Alternatif.


[Permenkes] Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Persyaratan
Air Minum. Jakarta (ID): Permenkes.
Sida A N. 2011. Daya Hantar Listrik Larutan Senyawa Elektrolit dan Non
Elektrolit. Kendari (ID). FMIPA, Universitas Haluoleo Press.
Situmorang, M. 2007.Kimia Lingkungan. Medan (ID): Penerbit UNIMED.
Riyadi, Slamet. 1984. Pencemaran Air. Surabaya (ID). Karya Anda
Soemarto, C.D. 1995. Hidrologi Teknik. Jakarta (ID): Erlangga.
Sumarsono, S. Anwar, D.W. Widjajanto dan S. Budianto.2008. Penerapan Pupuk
Organik untuk Perbaikan Penampilan dan Produksi Hijau Rumput Pada
Tanah Masam.
Teguh.2013. Analisis Pemanen Hujan dari Atap Bangunan SD Negeri Mulyasari, di
Desa Pulosari, Kecamatam Pangalengan, Kabupaten Bandung. Bogor (ID):
IPB Press.
Yahya A husin dan Heny Suharsono. 1990. Studi Tingkat Pencemaran Udara Dan
Hujan Asam Di Daerah Bogor. Bogor (ID). Pusat Penelitian Lingkungan
Hidup–LPPM–IPB Darmaga.
20

LAMPIRAN
21

Lampiran 1 Gambar teknik permodelan green roof

21
22

22
23

23
24

24
Lampiran 2 Permodelan green roof (a) dan lapisan green roof (b)

(a) (b)

Lampiran 3 Perbedaan warna pada air hujan langsung dan air hujan yang melewati
green roof
25

Lampiran 4 Diagram alir metode penelitian

Mulai

Perancangan Model

Pembuatan Model

Sampel Air Hujan Sampel Air Hujan


Pengambilan melewati Green
Langsung
Sampel Roof

Pengujian Sampel

Data Sekunder: Data Primer : Hasil


Pengumpulan Data
Curah Hujan, Suhu Uji Sampel
Udara

Analisis Metode STORET

Selesai
26

26
Lampiran 5 Hasil pengukuran parameter kualitas air hujan bulan Mei 2014

Curah Hujan Suhu Turbiditas Nitrit Amonia Sulfat TDS TSS DHL
Tanggal pH
(mm/hari) (°C) (NTU) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (μSiemens/cm)
1-Mei-2014 0.4 5.90 25.0 2.72 0.004 0.290 1.47 7 73 35
3- Mei-2014 0.2 7.60 26.9 3.32 0.013 0.650 2.87 11 47 40
7- Mei-2014 TTU 4.73 23.8 4.13 0.003 0.412 2.53 13 77 26
8- Mei-2014 TTU 5.52 24.0 2.18 0.002 0.260 2.27 5 45 12
9- Mei-2014 14 5.67 24.9 0.65 0.011 0.261 2.77 4 36 10
10- Mei-2014 4.4 5.33 24.0 4.69 0.012 1.216 1.48 21 81 44
12- Mei-2014 0.2 6.90 25.1 4.55 0.012 0.954 6.43 14 26 68
14- Mei-2014 0.8 5.46 27.0 4.30 0 0.397 5.27 16 54 35
15- Mei-2014 0.8 5.36 25.2 3.33 0.011 1.813 2.90 17 33 32
16- Mei-2014 0.2 6.34 25.1 2.07 0.045 0.307 3.53 5 9 2
17- Mei-2014 0.6 6.61 26.2 2.16 0 0.267 3.97 6 4 13
18- Mei-2014 0.8 5.78 25.8 4.79 0.114 0.855 4.17 15 5 47
19- Mei-2014 0.8 5.90 24.8 4.98 0.029 0.633 4.22 25 65 47
20- Mei-2014 0.8 6.59 25.9 3.48 0.127 0.892 4.17 18 62 37
21- Mei-2014 0.4 6.54 25.4 4.24 0.053 0.538 4.63 23 7 46
27- Mei-2014 0.2 6.37 26.2 2.78 0.020 0.233 4.33 3 13 5
28- Mei-2014 0.2 6.88 25.3 1.41 0.041 0.214 4.60 4 12 10
TTU : tidak terukur
27

Lampiran 6 Hasil pengukuran kualitas air hujan yang melewati green roof

Baku Mutu Waktu Hujan


PerMenKes 16 April 2014 17 April 2014 22 April 2014 7 Mei 20114 8 Mei 2014
No Parameter
RI No.
492/2010 L GR L GR L GR L GR L GR
1 pH 6.5 - 8.5 7.15 7.76 6.94 7.63 6.9 7.9 4.73 7.3 5.52 6.47
2 Suhu (°C) suhu udara ± 3 25.5 27.4 23.9 27 25.5 26.8 23.8 26.6 24 26.9
3 Turbiditas (NTU) 5 3.36 7.49 3.12 14.49 2.06 6.62 4.13 6.40 2.18 4.22
4 Nitrat (mg/L) 50 0.27 3.13 0.24 2.88 1.07 3.10 0.71 2.19 0.12 0.34
5 Nitrit (mg/L) 3 0.008 0.491 0.006 0.184 0.005 0.841 0.003 0.044 0.002 0.007
6 Amonia (mg/L) 1.5 0.06 0.57 0.39 1.18 0.21 0.35 0.41 0.92 0.26 0.41
7 Sulfat (mg/L) 250 4.58 13.55 5.42 14.73 4.23 14.02 2.53 10.82 2.27 2.93
8 TDS (mg/L) 500 19 1130 2 1206 6 735 13 26 5 9
9 TSS (mg/L) 400 31 2110 93 2134 44 830 47 754 85 171
DHL
10 20 - 150 38 2260 4.33 2438 13 1514 26 427 12 18
(μ Siemens/cm)
L : air hujan langsung, GR : air hujan yang melewati green roof

27
28

28
RIWAYAT HIDUP
Mayasari lahir pada tanggal 16 April 1992 di Kota
Tangerang Selatan. Penulis merupakan anak kedua dari Bapak
Sarino dan Ibu Mimin. Jenjang pendidikan penulis yaitu lulusan
dari Sekolah Menegah Pertama Negeri 177 Jakarta pada tahun
2007 dan lulusan Sekolah Menengah Atas Negeri 70 Jakarta
pada tahun 2010. Setelah lulus SMA, penulis melanjutkan studi
di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN dengan
jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan.
Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis aktif dalam
organisasi kemahasiswaan seperti Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan
Lingkungan (HIMATESIL) periode 2011/2012 sebagai anggota Departemen
Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa (PSDM) dan pada periode 2012/2013
sebagai bendahara Departemen Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa. Selain itu
penulis menjadi asistan praktikum Polusi Tanah dan Air Tanah pada tahun ajaran
2013/2014.
Penulis melaksanakan Praktik Lapangan di PT Bridgestone Tire Indonesia –
Bekasi Plant pada bulan Juni hingga Agustus 2013 dengan judul laporan
“Penanganan Limbah Cair di PT Bridgestone Tire Indonesia Bekasi Plant”.Pada
bulan Juni 2013 penulis menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Analisis Kualitas
Air Hujan dan Limpasan Melalui Media Green Roof di Kampus IPB Darmaga,
Bogor” dibawah bimbingan Dr. Yudi Chadirin, S.Tp, M.Agr.

Anda mungkin juga menyukai