Anda di halaman 1dari 54

PERANCANGAN DAN PEMANFAATAN PENAMPUNG AIR

HUJAN SKALA UNIT RUMAH DI PERUMAHAN


ALAM SINAR SARI DRAMAGA

TEGUH PERMANA PUTRA

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perancangan dan


Pemanfaatan Penampung Air Hujan Skala Unit Rumah di Perumahan Alam Sinar
Sari Dramaga adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2018

Teguh Permana Putra


F44140030
ABSTRAK
TEGUH PERMANA PUTRA. Perancangan dan Pemanfaatan Penampung Air
Hujan Skala Unit Rumah di Perumahan Alam Sinar Sari Dramaga. Dibimbing
oleh SATYANTO KRIDO SAPTOMO dan YANUAR CHANDRA
WIRASEMBADA.
Ketersediaan air bersih tidak sebanding dengan pertumbuhan jumlah
penduduk, sehingga perlu adanya strategi untuk menyediakan air bersih. Salah
satu upaya adalah dengan menggunakan bak penampung air hujan. Tujuan dari
penelitian ini adalah merencanakan volume penampung air hujan untuk skala
rumah tangga dan memodifikasi alat filter sederhana untuk memperbaiki kualitas
air hujan. Penelitian ini diawali dengan pengumpulan data berupa data curah
hujan harian maksimum serta kualitas air hujan. Data curah hujan digunakan
untuk menentukan dimensi penampung air hujan yang disimulasikan dengan
neraca air. Air hujan yang telah disaring menggunakan filter sederhana, kemudian
diuji kualitasnya. Air hujan dimanfaatkan jika kualitasnya sudah memenuhi baku
mutu kelas II. Material filter yang digunakan adalah spon, kapas, ijuk, kerikil,
karbon aktif, serta zeolit. Kapasitas penampung air hujan yang disimulasikan
dengan neraca air adalah 250 lt, 330 lt, 500 lt, 1,000 lt, 1,500 lt, 2,000 lt, 2,500 lt,
dan 3,000 lt. Volume bak penampung air hujan yang terpilih adalah 330 lt
berdasarkan rata-rata pemenuhan kebutuhan. Modifikasi filter sederhana mampu
meningkatan kualitas fisika air hujan dengan susunan dan ketebalan yang telah
ditentukan.
Kata kunci: air hujan, filter, kebutuhan domestik, penampung air hujan

ABSTRACT
TEGUH PERMANA PUTRA. Design and Utilization of Rainwater Tank Home
Scale Units in Alam Sinar Sari Residence at Dramaga. Supervised by
SATYANTO KRIDO SAPTOMO and YANUAR CHANDRA
WIRASEMBADA.
Availability of clean water is not comparable with population growth, so
that strategies to provide clean water are needed. One of the strategy is to use a
rainwater tank. The purpose of this research was to calculate volume of rainwater
tank for home scale and to modify simple filtration tool for improving rainwater
quality. This research began with data collection of maximum daily rainfall data
and rainwater quality. Rainfall data was used to determine the dimension of
rainwater tank that was simulated using the water balance. Rainwater that has
been filtered using a simple filter then its quality was tested. Rainwater could be
utilized if the quality meets the class II quality standard. Filter materials were
sponges, cottons, fibers, gravels, activated carbons, and zeolites. The simulated
rainwater tank capacity using water balance were 250 lt, 330 lt, 500 lt, 1,000 lt,
1,500 lt, 2,000 lt, 2,500 lt, and 3,000 lt. The volume of the selected rainwater tank
was 330 lt based on the average needs fulfillment. Simple filter modification
could increase the physical quality of the rainwater with the arrangement and the
specified thickness.
Keywords: domestic needs, filtration, rainwater, rainwater tank
PERANCANGAN DAN PEMANFAATAN PENAMPUNG AIR
HUJAN SKALA UNIT RUMAH DI PERUMAHAN
ALAM SINAR SARI DRAMAGA

TEGUH PERMANA PUTRA

Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
Judul : Perancangan Dan Pemanfaatan Penampung Air Hujan Skala Unit Rumah
Di Perumahan Alam Sinar Sari Dramaga
Nama : Teguh Permana Putra
NIM : F44140030

Disetujui oleh

Dr. Satyanto K. Saptomo, S.TP., M.Si Yanuar Chandra W., S.T., M.Si
Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji syukur diucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Perancangan dan Pemanfaatan
Penampung Air Hujan Skala Unit Rumah di Perumahan Alam Sinar Sari
Dramaga” ini dapat diselesaikan. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu
syarat kelulusan untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik pada Departemen
Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian
Bogor. Terima kasih diucapkan kepada:
1. Dr. Satyanto Krido Saptomo, S.TP., M.Si dan Bapak Yanuar Chandra
Wirasembada, S.T., M.Si yang telah membimbing dan mengarahkan selama
penulisan karya ilmiah ini.
2. Bapak Tri Sudibyo, S.T., M.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran serta masukan yang berharga.
3. Orangtua saya yaitu Bapak Suhenda dan Ibu Deuis Herawati serta keluarga
yang telah memberikan dukungannya baik berupa moril maupun materil.
4. Suwardi Sitompul, Ahmad S. Hilmi, dan Millah Hudiyah selaku teman satu
bimbingan yang telah menemani selama menyelesaikan karya ilmiah ini.
5. Fahri Ekananda, Rahmat Hadi, Prayoga, Briyan Ramadhan, Revo Fauzan
serta teman SIL 51 lainnya yang telah memberikan bantuannya selama
penelitian berlangsung.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2018

Teguh Permana Putra


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL i
DAFTAR GAMBAR i
DAFTAR LAMPIRAN i
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 3
Pemanenan Air Hujan 3
Penampung Air Hujan 4
Filtrasi Sederhana 5
METODE PENELITIAN 6
Waktu dan Lokasi 6
Alat dan Bahan 6
Prosedur Penelitian 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 12
Curah Hujan Wilayah Dramaga 12
Volume Hujan 13
Penentuan Kapasitas Penampungan Air Hujan 15
Kualitas Air Hujan 17
Pemanfaatan Air Hujan 18
Analisis Biaya 19
SIMPULAN DAN SARAN 20
Simpulan 20
Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 21
LAMPIRAN 25
RIWAYAT HIDUP 37
i

DAFTAR TABEL

1. Penggunaan air rata-rata untuk rumah tangga 8


2. Total curah hujan 12
3. Total curah hujan bulanan (mm/bulan) 13
4. Curah hujan harian maksimum 14
5. Hasil analisis jenis distribusi hujan 14
6. Perbandingan beberapa kapasitas penampungan air 16
7. Perbandingan luas atap terhadap ketersediaan air hujan 16
8. Air baku hasil pengujian 17
9. Rancangan anggaran biaya instalasi filter sederhana 19
10. Biaya operasional pompa per tahun 20

DAFTAR GAMBAR

1. Bangunan tangki penampung air hujan di atas tanah 4


2. Bangunan tangki penampung air hujan di bawah tanah 5
3. Diagram alir penelitian 7
4. Ketersediaan volume air hujan harian maksimum 15

DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta lokasi penelitian 26


2. Detail engineering design filter sederhana 27
3. Hasil perhitungan uji Smirnov distribusi Log Pearson III 29
4. Hasil perhitungan uji Chi Kuadrat distribusi Log Pearson III 30
5. Perhitungan simulasi neraca air 31
6. Contoh perhitungan simulasi neraca air 32
7. Kualitas air hasil uji laboratorium 33
8. Baku mutu kelas air berdasarkan PP No.82 tahun 2001 34
9. Detail engineering design penampung air hujan 35
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan air bersih masyarakat umumnya dipenuhi oleh PDAM. Namun


hingga saat ini, tidak seluruh masyarakat memperoleh air bersih dari PDAM,
sehingga untuk mendapatkan air bersih diperoleh dari air tanah. Pemanfaatan air
tanah untuk kebutuhan sehari-hari bagi keperluan rumah tangga merupakan hal
yang wajar dan aman karena air tanah akan terisi kembali pada saat musim hujan.
Namun ketersedian air bersih saat ini tidak sebanding dengan pertumbuhan
jumlah penduduk. Menurut Fewkes (2012), hal ini bersamaan dengan kemampuan
dalam perlindungan sumber air secara global untuk generasi mendatang.
Kebutuhan air ini dapat dipenuhi dari berbagai sumber air yang ada di bumi baik
air permukaan maupun air bawah permukaan. Berdasarkan UU RI No.7 tahun
2004, sumber daya air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di
bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah,
air hujan, dan air laut yang berada di darat. Beberapa sumber air di bumi yang
sulit dalam mengaksesnya bahkan kualitasnya belum sesuai standard diperlukan
penanganan khusus.
Merancang alat penampung air hujan menjadi alternatif sebagai sumber air
cadangan terutama di daerah yang memiliki curhan hujan tinggi. Kualitas air
hujan yang jatuh tergantung lokasi jatuhnya air hujan tersebut. Umumnya hujan
yang jatuh di daerah perkotaan cenderung akan menarik partikel debu hasil bahan
bakar fosil. Teknologi modern untuk mendapatkan air bersih dan air minum
sebagai bahan baku utama yakni menggunakan air permukaan seperti air sungai,
waduk, danau dan air bawah permukaan biasanya sumur. Sumber-sumber tersebut
hanya mencakup 40 % dari total air hujan (Pangestu 2014). Hal ini menunjukkan
bahwa pengumpulan air hujan memiliki potensi besar untuk persediaan air ketika
jatuh sebelum kehilangan terjadi karena penguapan, transpirasi, dan sebelum
terkontaminasi secara alami atau karena kegiatan manusia (Despins 2012). Air
hujan dapat lebih bermanfaat jika ditangani dengan cara dan metode yang tepat
(Karolita dan Koesmartadi 2013). Perancangan penampung air hujan yang yang
efektif dan efisien diperlukan sesuai dengan volume air hujan yang akan
ditampung.
Kelebihan air pada bak penampungan air hujan juga dapat disalurkan
menuju sumur resapan sebagai cadangan air di waktu kemarau. Atap bangunan
biasanya dijadikan alat pemanenan air hujan atau rainwater harvesting (RWH)
yang kemudian air dialirkan menuju bak penampungan air hujan. Hasil
penampungan air hujan biasanya diaplikasikan untuk penyiraman water closet
(WC) atau penyiraman tanaman, metode sederhana dalam pengurangan kebutuhan
air secara public (Despins 2012). Curah hujan wilayah Bogor yang tinggi dengan
rata-rata curah hujan tahunan sebesar 3,219 mm sehingga berpotensi untuk
penerapan pemanenan air hujan. Penampungan air hujan dapat juga sebagai upaya
dalam implementasi low impact development (LID) yang dapat diterapkan pada
perumahan. Selain itu Sutrisno et.al (2016) menjelaskan bahwa, pemanenan air
hujan juga ikut membantu pelestarian lingkungan dengan memanfaatkan sumber
daya yang terdapat di alam, serta mengurangi ketergantungan akan air tanah.
2

Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah tersebut di atas maka rumusan masalah penelitian


adalah:
1. Berapa kuantitas air hujan yang dapat dijadikan acuan untuk penentuan
volume penampung air hujan skala unit rumah?
2. Bagaimana perancangan penampungan air hujan skala unit rumah?
3. Bagaimana rancangan alat filtrasi sederhana yang mampu meningkatkan
kualitas air hujan?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:


1. Merencanakan volume penampungan air hujan yang dapat diaplikasikan di
unit skala rumah.
2. Memodifikasi alat filtrasi sederhana untuk meningkatkan kualitas fisik air
hujan sehingga dapat digunakan untuk menunjang sebagian kebutuhan
domestik.

Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian ini bagi masyarakat yang tinggal di Perumahan


Alam Sinar Sari adalah memberikan informasi mengenai:
1. Pentingnya pemanfaatan air hujan dengan menerapkan teknologi
penampung air hujan skala unit rumah.
2. Dimensi penampung air hujan yang dapat diterapkan pada skala unit
rumah.
3. Rancangan alat filtrasi sederhana yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kualitas air hujan.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah:


1. Penelitian ini membahas mengenai pemanfaatan air hujan untuk sebagian
kebutuhan domestik menggunakan teknologi pemanen air hujan berupa
penampungan air hujan skala unit rumah yang dilengkapi alat filtrasi
sederhana.
2. Data curah hujan harian maksimum yang digunakan merupakan data curah
hujan harian maksimum selama 15 tahun terakhir.
3. Rancangan penampung air hujan hanya berlaku di Perumahan Alam Sinar
Sari Dramaga Bogor.
4. Perancangan penampung air hujan meliputi dimensi penampung air hujan
dan material penyusun filter sederhana yang dapat diterapkan pada skala
unit rumah.
5. Perbaikan kualitas fisik air hujan dilakukan dengan memodifikasi alat
filtrasi sederhana.
3

TINJAUAN PUSTAKA

Pemanenan Air Hujan

Air hujan terbentuk dari hasil penguapan air di bumi yang terkondensasi
menjadi butiran-butiran air dalam awan (Hamonangan 2011). Proses penguapan
terjadi bersamaan dengan proses trasportasi. Menurut Waluyo (2005) dan Lee
et.al (2010), Uap air yang terkumpul akan melarutkan oksigen, nitrogen,
karbondioksida, debu, dan senyawa lainnya pada proses transportasi. Air hujan
yang turun biasanya mengandung debu, bakteri, serta berbagai senyawa yang
terdapat dalam udara, hal ini dipengaruhi oleh keadaan lingkungan (McBroom
dan Beasley 2004). Air hujan yang mencapai permukaan bumi akan masuk ke
dalam pori tanah dan sebagian berubah menjadi aliran permukaan (surface
runoff). Aliran permukaan terjadi jika tanah sudah tidak mampu melakukan
infiltrasi karena keadaannya sudah jenuh, sehingga air hujan yang mencapai
permukaan akan mengalir membentuk suatu aliran. Sebelum berubah menjadi
aliran permukaan, air hujan terlebih dahulu memenuhi kebutuhan penguapan,
intersepsi, dan infiltrasi.
Setiap rumah dapat membuat resapan air hujan sendiri jika halaman rumah
ditunjang dengan jenis lapisan tanah yang porus. Sumur resapan dapat
meresapkan air hujan ke dalam lapisan tanah dapat digunakan sebagai media
pembantu untuk tanah meresap air lebih banyak. Namun perlu beberapa
pertimbangan lainnya seperti penentuan lokasi yang tidak terlalu dekat dengan
septik tank. Awalnya air hujan yang jatuh di atas atap disalurkan oleh talang air,
kemudian turun melalui pipa mengalir ke dalam saluran khusus air hujan. Saluran
khusus air hujan ini diarahkan menuju sumur resapan, sehingga drainase di depan
rumah tidak menerima limpasan air hujan dari rumah dan mengurangi beban
sistem drainase perkotaan yang ada.
Pemanenan hujan yang telah dilakukan di Indonesia adalah sebagai penadah
air hujan untuk memperoleh air tawar bagi kehidupan sehari-hari, terutama untuk
minum. Mula-mula air hujan yang jatuh ditampung menggunakan peralatan
seadanya. Kemudian seiring pertambahan waktu, pemanenan air hujan
dikembangkan dengan cara mengumpulkan air hujan dari atap rumah yang
kemudian dialirkan menuju bak-bak penampungan. Air yang telah ditampung
digunakan secara hemat sampai hujan tiba berikutnya. Penyediaan seperti ini
lazim digunakan di daerah pantai dan pulau-pulau kecil, dengan air permukaan
dan air tanah yang payau dan asin (Notodoharjo 2006). Seiring perkembangan
zaman, muncul kreasi-kreasi untuk memanen air hujan secara lebih modern. Air
hujan dalam bak penampungan digunakan untuk keperluan domestik yang
dialirkan dengan bantuan pompa atau dialirkan secara gravitasi.
Pemanenan hujan adalah proses memanfaatkan air hujan dengan cara
ditampung dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Menurut Asdak
(2007) secara garis besar cara pemanenan hujan dapat dibagi kedalam dua cara,
yakni dengan mengumpulkan air hujan di atas atap bangunan (roof catchment)
dan dilakukan dengan mengumpulkan air hujan di atas permukaan tanah (ground
catchment). Sistem pemanenan air hujan di atas permukaan tanah (land surface
catchment areas) pada dasarnya merupakan metode untuk mengumpulkan air
hujan (Fachrudin et.al 2015). Jumlah air hujan yang dapat dipanen di atas
4

permukaan tanah dipengaruhi oleh topografi bidang tangkapan serta kemampuan


lapisan tanah dalam menahan air (Lee et.al 2010). Metode pemanenan air hujan
dari atap bangunan yaitu dengan mengalirkan dan mengumpulkan air hujan dari
atap bangunan.

Penampung Air Hujan

Penampung air hujan (PAH) adalah wadah untuk menampung air hujan
yang digunakan sebagai air baku, yang dapat diaplikasikan serta dimanfaatkan
hasilnya secara individu atau dalam skala komunal (Pangestu 2014). Komponen
penampung air hujan terdiri atas bidang penangkap air, talang, saringan, bak
penampung, pipa inlet, pipa pelimpah, kran pengambil air, kran penguras, saluran
pembuangan, pipa lantai, dan lantai. Namun menurut Hamonangan (2011) secara
garis besar alat pemanenan hujan dari atap bangunan memiliki tiga komponen
diantaranya collector, conveyor, dan storage. Collector merupakan area tangkapan
berupa atap bangunan, conveyor merupakan saluran air baik talang maupun pipa,
dan storage berupa bak penyimpanan air hujan. Bak penampung air hujan dapat
diletakkan di atas tanah (Gambar 1), di bawah tanah (Gambar 2), atau dikubur
setengahnya pada tanah. Bahan material atap menggunakan bahan yang tidak
berpotensi menurunkan kualitas air hujan seperti penggunaan asbes serta
pengecatan yang mengandung unsur yang mungkin mencemari air seperti chrome,
besi atau metal. Posisi atap tidak terhalang oleh pepohonan, sehingga tidak ada
dedaunan atau kotoran hewan yang ikut mengalir melalui talang. Menurut Gould
dan Nissen (1999) dalam Fewkes (2012), teknologi PAH sudah digunakan tahun
2000 sebelum Masehi di Israel, Afrika, dan India. Terdapat bukti peninggalan
sistem PAH yang digunakan di Istana Knossos di wilayah Mediteraia pada tahun
1700 SM.

Sumber: Harsoyo (2010)

Gambar 1 Bangunan tangki penampung air hujan di atas tanah


5

Sumber: KemenPU (2014)

Gambar 2 Bangunan tangki penampung air hujan di bawah tanah

Keuntungan dari pemanenan air hujan adalah bahan yang relatif murah
dapat digunakan untuk konstruksi pembawa dan mengumpulkan air permukaan,
metode konstruksi yang relatif mudah, biaya pemeliharaan rendah, air hujan yang
dikumpulkan dapat langsung digunakan, dapat digunakan sebagai pasokan air
bersih yang dekat dengan rumah, sekolah atau klinik, dan untuk daerah-daerah
yang kekeringan dapat mengurangi waktu wanita dan anak-anak menghabiskan
mengumpulkan air, mengurangi kembali strain atau cedera dari membawa berat
wadah air (Despins 2012). Pemanenan hujan sangat membantu mengurangi air
larian permukaan (runoff) yang berasal dari hujan (Helmreich dan Horn 2008).
Adapun kekurangan dari pemanenan air hujan adalah cadangan air dapat
terkontaminasi oleh kontaminan yang berasal dari hewan misalnya kotoran
burung di daerah tangkapan dan struktur talang kecuali dilakukan pembersihan
terlebih dahulu sebelum digunakan. Selain itu, wadah dapat ditumbuhi alga dan
invasi oleh serangga, kadal dan hewan pengerat yang dapat bertindak sebagai
tempat berkembang biak untuk vektor penyakit jika tidak dipelihara dengan baik.

Filtrasi Sederhana

Air hujan memiliki pH 5-7 dan konsentrasi mineral serta logam berat rendah
(Untari dan Kusnandi 2015). Filtrasi sederhana adalah teknologi penyaringan
dengan berbagai macam media (multi-filter) seperti seperti kerikil, pasir, ijuk.
Konsep dasar dari pengolahan air dengan filtrasi adalah memisahkan padatan dan
koloid dari air dengan alat penyaring atau saringan. Alat filtrasi dapat
dimodifikasi agar hasil lebih optimal menggunakan media adsorpsi seperti
granular activated carbon (GAC) dan zeolit. Padatan terlarut, mikroorganisme,
6

mineral, dan logam berat dalam air hujan akan teradsorpsi dalam GAC dan zeolit
(Cheremisinoff dan Moressi 1978). Faktor yang mempengaruhi filtrasi salah
satunya diameter media. Diameter butiran yang digunakan semakin kecil, maka
semakin baik air yang dihasilkan. Semakin kecil ukuran partikel yang digunakan
maka semakin besar kecepatan adsorbsinya. Semakin luas permukaan adsorben
(zat penyerap), maka semakin banyak adsorbat (zat terserap) yang dapat diserap,
sehingga proses adsorpsi dapat semakin efektif. Semakin kecil ukuran diameter
media maka semakin luas permukaan adsorben. Distribusi ukuran pori
mempengaruhi distribusi ukuran molekul adsorbat yang masuk ke dalam pertikel
adsorben (Cheremisinoff dan Moressi 1978).

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi

Penelitian dilakukan dalam dua tahap yakni tahap pengumpulan serta


pengambilan data dan tahap pengolahan data. Tahap pengumpulan dan
pengambilan data di lapangan dilaksanakan pada bulan Maret dan April 2018.
Sementara tahap pengolahan data dilakukan pada bulan April 2018. Penelitian
dilakukan di Jl. Kemanggi Blok D Nomor 24 Perumahan Alam Sinar Sari
Dramaga yang disajikan pada Lampiran 1.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan
seperangkat komputer yang telah dilengkapi dengan software AutoCAD,
SketchUp, serta software pendukung lainnya seperti Microsoft Word dan
Microsoft Excel. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yaitu
data curah hujan wilayah Bogor, denah perumahan dan data penggunaan air.
Perancangan model penampungan air hujan yang direncanakan berupa gambar
desain dengan menggunakan bantuan software AutoCAD dan SketchUp.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan studi pustaka, studi lapangan, analisis data
curah hujan, perancangan alat penampung air hujan berikut filter sederhana dan
pengujian filter sederhana. Alur kegiatan rencana selengkapnya disajikan pada
Gambar 3. Studi pustaka dilakukan dalam rangka memperoleh pembuktian dan
alasan ilmiah secara teoritis atau bersifat ilmiah dalam melakukan analisis
terhadap beberapa permasalahan. Studi lapangan yang dilakukan diantaranya
melakukan survei dan observasi lapangan. Survei dilakukan untuk memperoleh
data-data yang dibutuhkan untuk analisis baik berupa data primer maupun data
sekunder. Sementara observasi lapangan dilakukan dengan melakukan
pengamatan berdasarkan kenyataan di lapangan.
7

Mulai

Data sekunder:
Curah hujan Pengumpulan data

Penentuan volume air


hujan

Penentuan dimensi
PAH

Simulasi neraca air

Data kualitas
fisika air hujan Modifikasi alat filtrasi
sebelum dan sederhana
setelah filter

Analisis kualitas air


hujan

Memenuhi baku Tidak


mutu air kelas II

Ya
Pemanfaatan air hujan

Selesai

Gambar 3 Diagram alir penelitian

Metode Pengolahan Data

Data curah hujan yang tersedia adalah pencatatan curah hujan bulanan 15
tahun terakhir dari tahun 2003 hingga tahun 2017. Penentuan kebutuhan air untuk
penampungan air hujan (PAH) dirancang dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Wilayah merupakan wilayah perumahan.
8

2. Tingkat pemakaian air meliputi penggunaan air domestik non konsumsi


seperti kebutuhan kamar mandi, kebutuhan mencuci pakaian, dan
kebutuhan dapur.
3. Tingkat pemakaian air penampung dihitung dengan 3 orang/rumah.
Air hujan yang bisa dipanen adalah air hujan yang jatuh dan diterima oleh
atap yang dihitung dengan mengalikan curah hujan harian maksimum dengan luas
atap. Penentuan dimensi penampungan air hujan dapat dilakukan setelah jumlah
air hujan yang diterima oleh atap diketahui. Menurut Klinder dan Russel (1984),
penggunaan air rata-rata untuk rumah tangga disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Penggunaan air rata-rata untuk rumah tangga
Kebutuhan Air
Jenis Kegiatan
(lt/orang/hari)
Dapur 45
Kamar Mandi 60
Toilet 70
Mencuci Pakaian 45
Lainnya (termasuk kebutuhan di luar rumah) 75

Air hujan yang tertampung dalam wadah direncanakan telah memenuhi


persyaratan mutu air kelas II serta dapat dikategorikan sebagai air bersih, sehingga
air hujan yang tertampung dapat digunakan untuk membantu memenuhi
kebutuhan air domestik non konsumsi. Penentuan volume yang dibutuhkan untuk
kebutuhan dapur, kamar mandi, dan mencuci pakaian dihitung dengan mengalikan
kebutuhan air pada tiap jenis kegiatan dengan jumlah orang di rumah.

Analisis Debit Limpasan dan Kemampuan Filtrasi

Analisis frekuensi data hidrologi bertujuan mencari hubungan antara


besarnya kejadian ekstrim terhadap frekuensi kejadian dengan menggunakan
distribusi probabilitas (Suripin 2004). Analisis frekuensi diperkirakan dengan
interval kejadian tertentu seperti 10 tahunan atau 100 tahunan. Beberapa
persamaan yang digunakan dalam analisis distribusi frekuensi antara lain
distribusi normal, distribusi Log normal, distribusi Log-Pearson III, dan distribusi
Gumbel untuk periode ulang 1.25, 2, 5, 10, 20, 25, dan 50 tahun. Data curah hujan
harian maksimum setiap tahun diperlukan dalam analisis frekuensi.

a. Distribusi Normal
Analisis distribusi normal dinyatakan dalam persamaan (1) (Ihsan 2016).

̅ ………………………………..………………………......(1)

Keterangan:
XT = perkiraan nilai periode ulang T tahunan
KT = faktor frekuensi
S = deviasi standard data
̅ = nilai rata-rata data
9

b. Distribusi Log Normal


Analisis distribusi Log Normal dinyatakan dalam persamaan (2) (Ihsan
2016).

̅ ………………………………………..…………………...(2)

Keterangan:
YT = perkiraan nilai logaritmik periode ulang T tahunan
KT = faktor frekuensi
S = deviasi standard bentuk logaritmik data
̅ = nilai rata-rata bentuk logaritmik data

c. Distribusi Log Pearson III


Adapun langkah-langkah penggunaan Log Pearson III adalah sebagai
berikut (Ihsan 2016):
- Data curah hujan diubah ke dalam bentuk logaritmik, X = log X
- Nilai rata-rata dihitung menggunakan persamaan (3).


……………………………………………………(3)

- Nilai simpangan baku dihitung menggunakan persamaan (4).


[ ] …………….......……….…………………(4)

- Koefisien kemencengan dihitung menggunakan persamaan (5).


…………………………….………………...(5)

- Logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T dihitung


menggunakan persamaan (6).

……………………………………….………(6)

K merupakan variabel standard untuk X yang tergantung koefisien


kemencengan G.

d. Distribusi Gumbel
Analisis distribusi Gumbel dinyatakan dalam persamaan (7). Faktor
probabilitas K untuk harga-harga ekstrim Gumbel disajikan pada persamaan
(8) (Ihsan 2016).

̅ ……………………..…………………….………………...(7)

Keterangan:
̅ = harga rata-rata contoh uji
S = standard deviasi contoh uji
10

....................................................................................................(8)

Desain Penampungan Air Hujan

Air hujan adalah air murni yang berasal dari sublimasi uap air di udara yang
ketika turun melarutkan benda-benda di udara yang dapat mengotori dan
mencemari air hujan seperti gas (O2, CO2, N2), debu, dan lain-lain (Daulay dan
Terunajaya 2016). Air hujan yang jatuh di atap dikumpulkan menuju talang air
yang ditempatkan di samping terendah atap bangunan. Kemudian air mengalir
melalui saluran talang air menuju pipa menuju ke bak penampungan air hujan.
Kapasitas penyimpanan didasarkan beberapa kriteria desain: pola curah hujan dan
volume, durasi periode kering dan estimasi permintaan dengan harapan bahwa
musim kering akan segera berakhir. Perhitungan volume pasokan air hujan pada
atap rumah disajikan pada persamaan (9) (Pangestu 2014).

..............................................................................................(9)

Keterangan:
Q = supply air hujan (m3)
C = koefisien run off
i = curah hujan (m)
A = luas area atap (m2)

Koefisien run-off didefinisikan sebagai nisbah aliran antara puncak


limpasan terhadap intensitas hujan (Wijaya et.al 2014). Koefisien run-off
menyumbang kehilangan air akibat benturan, penguapan, kebocoran, dan meluap
biasanya diambil menjadi 0.8. Bak penyimpanan dapat terbuat dari drum atau dari
beton untuk ukuran yang lebih besar. Bak penampungan berukuran besar ini
biasanya digunakan sebagai penyimpanan untuk sekolah, klinik atau bangunan
lainnya dengan luas atap yang relatif besar. Penentuan dimensi bak PAH dapat
dilakukan menggunakan perhitungan neraca air (water balance). Volume air yang
melimpas pada simulasi neraca air dihitung menggunakan persamaan (10).
Akumulasi volume air yang tertampung tangki pada simulasi neraca air dihitung
menggunakan persamaan (11), sementara sisa volume penggunaan air dihitung
menggunakan persamaan (12).

.............................................................................(10)

...................................................................................(11)

.........................................................................................(12)

Keterangan:
Melimpas = volume air hujan yang melimpas (lt)
11

P = air hujan yang dipanen (lt)


Tam = air hujan yang ditampung (lt)
Ak = akumulasi volume air yang tertampung tangki (lt)
S(n-1) = sisa volume air hujan sebelumnya (lt)
S = sisa volume air hujan pada tangki (lt)
Tot = total kebutuhan air domestik setiap hari (lt)

PAH dilengkapi dengan sistem pengolahan yang memadai untuk


menjadikan air tersebut dapat digunakan sebagai kebutuhan domestik. Kota yang
akan diterapkan unit ini adalah kota metropolitan dengan kebutuhan air 220
lt/jiwa/hari sehingga untuk 3 orang dalam 1 rumah, volume air yang dibutuhkan
adalah 660 lt/hari.

Modifikasi Alat Filtrasi Sederhana

Filtrasi sederhana adalah teknologi penyaringan dengan berbagai macam


media (multi-filter) seperti seperti kerikil, pasir, ijuk. Hal ini dapat dimodifikasi
agar hasil lebih optimal menggunakan media adsorpsi seperti granular activated
carbon (GAC) dan zeolit. Padatan terlarut, mikroorganisme, mineral, dan logam
berat dalam air hujan akan teradsorpsi dalam GAC dan zeolit (Untari dan
Kusnandi 2015). Teknologi ini dapat dijadikan solusi bagi masyarakat karena
pengolahan sederhana dengan alat dan bahan tersedia di alam, pengoperasian
mudah serta biaya murah. Peralatan yang digunakan dalam perancangan adalah
pipa PVC D 6”, belokan pipa D 6”, pipa PVC ½”, pipa dop D 6”, dan lem PVC.
Bahan pendukung lain adalah pasir halus 20 up mesh, pasir kasar 4 - 8 mesh,
kerikil besar 8 - 16 mesh, GAC (granular activated carbon) 6 - 8 mesh, zeolit 16 -
32 mesh, ijuk/ serabut kelapa, spon dan kapas. Detail engineering design filter
sederhana disajikan pada Lampiran 2. Susunan media filter dari atas ke bawah
pada pipa adalah sebagai berikut (Untari dan Kusnandi 2015):
a. Spon dan kapas dengan tinggi total lapisan 10 cm.
b. Pasir kasar (4 – 8 mesh) dengan tinggi lapisan 10 cm.
c. Spon dan ijuk dengan tinggi 15 cm.
d. GAC (granular activated carbon) 6 - 8 mesh dengan tinggi lapisan 10 cm.
e. Spon dan ijuk dengan tinggi lapisan 15 cm.
f. Kerikil besar (8 - 16 mesh) dengan tinggi lapisan 10 cm.
g. Zeolit (16 - 32 mesh) dengan tinggi lapisan 15 cm.
h. Spon dan kapas dengan tinggi lapisan 15 cm.

Analisis Kualitas Air Hujan Sebelum Dan Sesudah Filtrasi

Analisis kualitas air hujan dapat meliputi uji karakteristik fisika, dan
kimia. Hasil uji karakteristik air hujan kemudian dibandingkan dengan hasil uji
karakteristik air hasil filtrasi dan standard baku mutu sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No 82 (PP RI 2001). Adapun parameter fisika air hujan yang diuji
diantaranya uji kebauan, TDS, kekeruhan, rasa, temperatur, dan warna. Parameter
kimia air hujan yang diuji diantaranya pH, nitrit dan nitrat, klorida, amonia, dan
sulfat. Kemudian hasil pengujian ini dibandingkan dengan standard baku mutu
yang berlaku.
12

HASIL DAN PEMBAHASAN

Curah Hujan Wilayah Dramaga

Iklim tahunan dan antar tahunan di Indonesia memiliki varibilitas yang


cukup unik karena tidak sama untuk setiap daerah dan hal ini mempengaruhi pola
cuaca serta curah hujannya. Secara statistik curah hujan di wilayah beriklim tropis
seperti Indonesia merupakan salah satu parameter yang dapat menggambarkan
kondisi cuaca secara umum baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang
(Hermawan 2010). Menurut Tjasyono (2004), terdapat tiga pola iklim utama di
wilayah Indonesia diantaranya pola monsunal, pola ekuatorial, dan pola lokal.
Pola curah hujan monsunal ditandai curah hujan yang bersifat unimodial
(memiliki satu puncak musim hujan). Bulan Desember, Januari dan Februari
merupakan bulan basah, Bulan Juni, Juli dan Agustus merupakan bulan kering,
sementara enam bulan sisanya merupakan periode peralihan pada pola curah
hujan pola monsunal. Daerah yang didominasi curah hujan pola monsunal ini
diantaranya Sumatera bagian selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,
Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Pola ekuatorial ditandai dengan tipe curah hujan
dengan bentuk bimodial (memiliki dua puncak hujan) yang biasanya terjadi pada
Bulan Maret dan Oktober. Daerah yang didominasi oleh curah hujan pola
ekuatorial diantaranya Sumatera Utara, serta Pulau Kalimantan bagian utara.
Sementara pola lokal ditandai dengan bentuk pola curah hujan unimodial (satu
puncak hujan), namun memiliki bentuk yang berlawanan dengan pola curah hujan
monsunal. Daerah yang didominasi oleh curah hujan pola lokal diantaranya
Maluku, Sulawesi dan sebagian Papua. Data total curah hujan per tahun dalam 15
tahun terakhir disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Total curah hujan


Total Curah Hujan Total Curah Hujan
No Tahun Tahun
(mm/Tahun) (mm/Tahun)
1 2003 2,799 2011 2,445
2 2004 2,843 2012 2,722
3 2005 3,083 2013 3,990
4 2006 2,638 2014 4,563
5 2007 3,488 2015 2,260
6 2008 3,158 2016 3,821
7 2009 3,331 2017 3,272
8 2010 3,868
Rata-rata 3,219

Berdasarkan data total curah hujan pertahun yang disajikan pada Tabel 2,
rata-rata total curah hujan tahunan serta total curah hujan tahunan minimum
Wilayah Dramaga memenuhi persyaratan lokasi penyelenggaraan penampungan
air hujan (PAH) yakni lebih dari 1,300 mm/tahun bersadarkan modul
Penampungan Air Hujan Kementerian PU tentang Penyelenggaraan
Pengembangan SPAM bukan Jaringan Perpipaan No 01/PRTM/M/2009. Deviasi
13

standar hasil perhitungan dari data tersebut adalah sebesar 639. Total curah hujan
bulanan dalam 15 tahun terakhir disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Total curah hujan bulanan (mm/bulan)


Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2003 138 582 247 266 165 21 0 205 247 291 264 373
2004 292 513 270 355 241 40 74 8 155 239 188 468
2005 684 417 163 127 163 238 140 207 203 194 264 283
2006 692 446 161 309 132 41 14 6 21 102 160 554
2007 401 930 395 386 114 134 7 72 62 167 236 584
2008 315 515 516 406 155 63 3 74 160 224 473 254
2009 605 535 385 222 389 128 87 15 64 358 311 232
2010 417 523 475 84 291 255 138 306 375 427 286 291
2011 389 265 225 219 175 140 36 8 58 284 394 252
2012 384 348 240 318 144 64 41 12 122 260 366 423
2013 851 338 405 344 494 123 275 131 70 199 259 502
2014 1,134 624 267 404 220 199 344 250 34 94 548 446
2015 284 345 336 196 148 15 0 0 19 50 458 409
2016 273 582 553 441 231 202 253 83 366 387 310 143
2017 261 689 284 401 226 131 89 49 34 367 421 321
Rata-
475 510 328 299 219 120 100 95 133 243 329 372
rata

Berdasarkan data curah hujan Wilayah Dramaga yang disajikan pada Tabel
3 ternyata hujan terjadi sepanjang tahun di kawasan Perumahan Alam Sinar Sari
Dramaga. Namun, curah hujan yang turun di wilayah Dramaga bervariasi
tergantung musim. Curah hujan rata-rata tertinggi terdapat pada bulan Februari
yaitu sebesar 510 mm, sementara curah hujan terendah pada bulan Agustus yaitu
sebesar 95 mm. Tahun 2015 merupakan tahun dengan total curah hujan terkecil
selama 15 tahun terakhir, sehingga data hujan pada tahun 2015 digunakan dalam
simulasi neraca air.

Volume Hujan

Analisis Frekuensi Hujan Rencana


Analisis curah hujan yang tersedia merupakan data curah hujan harian
maksimum dari tahun 2003 sampai dengan 2017 yang diperoleh dari Stasiun
Cuaca BMKG Dramaga Bogor. Analisis frekuensi curah hujan dilakukan untuk
mencari hubungan antara besarnya kejadian ekstrem terhadap frekuensi kejadian
dengan menggunakan distribusi probabilitas. Analisis frekuensi diperkirakan
dengan interval kejadian tertentu seperti 1,25 tahunan, 2 tahunan, 5 tahunan, 10
tahunan. 25 tahunan, 50 tahunan dan 100 tahunan. Adapun data curah hujan
harian maksimum disajikan pada Tabel 4.
14

Tabel 4 Curah hujan harian maksimum


Curah Hujan Harian Curah Hujan Harian
Tahun Tahun
Maksimum (mm/Hari) Maksimum (mm/Hari)
2003 129 2011 118
2004 79 2012 63
2005 161 2013 130
2006 134 2014 192.8
2007 245 2015 86.6
2008 80 2016 80.5
2009 89 2017 90
2010 119
Rata-rata 119.8
Deviasi Standard (SD) 49.3

Data pada Tabel 4 digunakan untuk menentukan curah hujan rencana (R24)
dengan menggunakan analisis frekuensi dengan beberapa model distribusi. Model
distribusi yang digunakan diantaranya distribusi Normal, Log Normal, Log
Pearson III, dan Gumbel. Rekapitulasi analisis frekuensi dengan empat jenis
model distribusi disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Hasil analisis jenis distribusi hujan


Hasil
No Jenis Distribusi Koefisien Syarat Keterangan
Perhitugan
1 Gumbel Cs = 1.139 1.14 Memenuhi
Ck = 5.4 -1.15 Tidak Memenuhi
2 Normal Cs = 0 -0.71 Tidak Memenuhi
Ck = 3 -0.51 Tidak Memenuhi
3 Log Normal Cs = 0.208 -0.53 Tidak Memenuhi
Ck = 3.007 -0.82 Tidak Memenuhi
4 Log Pearson III Cs Selain Nilai -0.68 Memenuhi
Ck di atas 18.54 Memenuhi

Adapun periode ulang tahunan yang digunakan berturut-turut adalah 1.25


tahunan, 2 tahunan, 5 tahunan, 10 tahunan, 25 tahunan, 50 tahunan dan 100
tahunan. Jenis distribusi terbaik dapat diketahui dengan koefisien Skewness (Cs)
dan koefisien Kurtosis (Ck). Setiap jenis model distribusi memliki persyaratan
parameter statistik (Bhim et.al 2012). Berdasarkan hasil analisis yang disajikan
pada Tabel 5, nilai koefisien Skewness dan koefisien kurtosis yang memenuhi
adalah metode Log Pearson III.
Analisis uji normalitas data (Smirnov Kormogolov) antara distribusi data
dengan distribusi normal baku dari empat metode distribusi memenuhi
persyaratan (Lampiran 3). Berdasarkan hasil analisis uji Chi Kuadrat yang
memenuhi adalah metode distribusi Log Pearson III yakni sebesar 7.583 dan
distribusi Gumbel sebesar 1.452 dengan x2 teoritis sebesar 7.814. Nilai x2
perhitungan lebih kecil dari x2 teoritis, sehingga metode distribusi Log Person III
dan distribusi Gumbel dapat diterima (Lampiran 4). Analisis uji Smirnov
15

Kormogolov dan Chi Kuadrat menggunakan resiko kesalahan sebesar 5 %


(α=0.05). Jenis distribusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah distribusi
Log Person III karena memenuhi persyaratan koefisien kurtosis dan skewnes serta
memenuhi persyaratan uji normalitas data dan Chi Kuadrat.

Ketersediaan Hujan
Luas atap yang digunakan untuk menangkap air hujan yaitu 48 m2 dengan
dimensi panjang atap 8 m dan lebar atap 6 m. Volume air hujan yang dapat
ditampung pada bak penampungan air hujan dihitung berdasarkan luas tangkapan
air hujan (atap) yang dikalikan terhadap besarnya curah hujan harian maksimum.
Adapun volume ketersediaan air rata-rata selama satu tahun setiap harinya
disajikan pada Gambar 4. Berdasarkan hasil analisis, rata-rata volume air hujan
harian maksimum yang dapat ditampung adalah sebesar 297.25 lt/hari. Faktor
kehilangan yang digunakan akibat limpasan adalah 20 %, sehingga rata-rata
volume yang dapat ditampung oleh bak penampungan air hujan sebesar 237.8
lt/hari.

3500

3000
Volume (lt)

2500

2000

1500

1000

500

0
1 26 51 76 101 126 151 176 201 226 251 276 301 326 351
Hari Ke-

Gambar 4 Ketersediaan volume air hujan harian maksimum

Penentuan Kapasitas Penampungan Air Hujan

Efisiensi bak penampungan air hujan tergantung pada volume bak


penampungan yang harus disediakan. Volume bak penampungan yang semakin
besar akan meningkatkan nilai efisiensi pemanenan air hujan. Semakin besar
kapasitas bak penampungan air hujan, maka semakin kecil volume air hujan yang
menjadi limpasan akibat tidak tertampung oleh bak. Kapasitas penampungan air
hujan ditentukan dari volume rencana air hujan yang digunakan. Terdapat enam
16

komponen dasar yang digunakan dalam sistem pemanenan air hujan diantaranya
collector (atap) yang merupakan area tangkapan air hujan, conveyor (saluran)
dapat berupa talang maupun pipa, saringan daun, saluran penggelontor air hujan
pertama, strorage (penyimpanan), dan komponen pemurnian atau penyaringan air
(komponen ini digunakan pada sistem pemanenan air hujan sebagai sumber air
minum) (Susana 2012). Adapun perbandingan beberapa kapasitas penampung air
untuk pemenuhan 50 % kebutuhan air domestik disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Perbandingan beberapa kapasitas penampungan air


Total Air Total Air Persentase Rata-Rata
Kapasitas
No Tertampung Melimpas Pemenuhan
(lt)
(lt/tahun) (lt/tahun) (%/tahun)
1 250 29,885 78,595 24.8
2 330 37,178 71,302 30.9
3 500 50,361 58,119 30.9
4 1,000 75,274 33,206 30.9
5 1,500 91,682 16,798 30.9
6 2,000 101,064 7,416 30.9
7 2,500 104,565 3,915 30.9
8 3,000 106,565 1,915 30.9

Berdasarkan Tabel 6, kapasitas minimum penampung air hujan yang


optimum dalam memenuhi 50 % kebutuhan air domestik adalah 330 lt. Hal ini
ditunjukan dengan persentase rata-rata pemenuhan kebutuhan selama satu tahun
mencapai nilai optimum. Simulasi neraca air selama satu tahun menggunakan
total curah hujan tahunan minimum tahun 2015 (Lampiran 5). Contoh perhitungan
simulasi neraca air disajikan pada Lampiran 6. Luas atap rumah yang digunakan
sebagai alat pemanenan air hujan berpengaruh terhadap potensi air hujan yang
dapat dipanen. Adapun perbandingan luas atap terhadap potensi dan volume air
hujan dengan kapasitas penampung 330 lt disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Perbandingan luas atap terhadap ketersediaan air hujan


Luas Atap Total Potensi Air Tertampung Total Air Melimpas
No
Rumah (m2) Bak 330 lt Per Tahun (lt) Per Tahun (lt)
1 21 28,377 19,083
2 36 34,477 46,883
3 45 36,576 65,124
4 54 38,200 83,840
5 60 39,036 96,564
6 70 40,177 118,023
7 120 43,998 227,202

Berdasarkan Tabel 7, total potensi air hujan dari masing-masing luas atap
yang ditampung tidak jauh berbeda. Volume air yang melimpas semakin besar
jika luas atap rumah semakin besar. Adapun potensi air hujan maksimum yang
akan ditampung sebesar 3,325.44 lt per hari dengan kapasitas bak penampungan
17

terpilih adalah 330 lt dengan kapasitas debit maksimum filter 0.45 lt/detik. Bak
penampungan air hujan ditempatkan di atas permukaan tanah. Kelebihan
penempatan bak penampungan air di atas permukaan tanah adalah mudah untuk
dipindahkan, sedangkan kekurangannya adalah membutuhkan lahan yang cukup
sesuai dengan kapasitas penampungan yang direncanakan. Namun, kapasitas
penampung air hujan terpilih menggunakan lahan yang relatif kecil.

Kualitas Air Hujan

Air hujan memiliki kecenderungan bersifat sadah karena kandungan


kalsium dan magnesiumnya yang cukup tinggi (Alamsyah 2006). Air hujan juga
mengandung lebih sedikit senyawa kimia dibandingkan dengan air laut (Tebbutt
1992). Menurut Husni dan Nuryanto (2000), beberapa parameter yang selalu
dilakukan pengujian diantaranya, pH, daya hantar listrik, Na, Cl, NO2, NO3, dan
NH4. Hal ini didukung oleh pernyataan Alamsyah (2006), bahwa air hujan
memiliki beberapa senyawa unsur yang terkandung di dalamnya diantaranya SO4,
NH3, N2, Cl, C, dan O2, sehingga diperlukan pengujian untuk parameter tersebut.
Penentuan kualitas air hujan dilakukan sebelum dan sesudah melewati filter.
Kualitas air hujan hasil uji laboratorium disajikan pada Lampiran 7. Hasil
pengujian kualitas air sebelum dan sesudah melewati filter yang telah
dibandingkan dengan baku mutu air kelas II berdasarkan Peraturan Pemerintah No
82 Tahun 2001 disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Air baku hasil pengujian


Kadar Izin
Sebelum Setelah
No Parameter Maksimum Satuan
Filtrasi Filtrasi
Kelas II
A. Fisika
1 Bau Tak berbau Tak berbau Tak berbau -
2 TDS 1000 36 30 mg/lt
3 Kekeruhan 25 5 2 NTU
4 Rasa Tidak berasa Normal Normal -
5 Suhu ±3 oC Suhu udara 25 25 o
C
B. Kimia
1 Kesadahan 500 42.73 46.65 mg/lt
2 Klorida 600 25 26 mg/lt
3 Nitrat 50 11.57 14.53 mg/lt
4 Nitrit 0.5 0.397 0.141 mg/lt
5 pH 6.5 - 9.0 7.06 6.99 -
7 Sulfat 400 2 13 mg/lt

Berdasarkan Tabel 8, kualitas air hujan wilayah Dramaga sebelum melalui


filter dapat dikategorikan sebagai air kelas II sesuai dengan Peraturan Pemerintah
No.82 (PP RI 2001). Perbandingan hasil uji kualitas air hujan sebelum dan
sesudah filter terhadap baku mutu Peraturan Pemerintah No.82 disajikan pada
Lampiran 8. Kualitas air hujan yang turun dipermukaan atap dipengaruhi keadaan
serta bahan penyusun atap. Atap yang terbuat dari aspal, pecahan batu, atau kerikil
dapat menjadi tempat pengendapan polutan. Selain itu kondisi lingkungan di atas
18

atap juga menentukan kualitas air yang mengalir menuju talang karena proses
penangkapan air hujan dari atap dapat menyebabkan masuknya polutan yang
mengendap di atap ke dalam air. Menurut Hidayah dan Aditya (2010), filtrasi
merupakan salah satu bentuk pengolahan air dengan proses fisika. Berdasarkan
Tabel 8, kualitas air hujan secara fisika menjadi lebih baik setelah melewati filter.
Hal ini membuktikan bahwa filtrasi merupakan upaya pengolahan air secara
fisika. Detail engineering design instalasi penampung air hujan disajikan pada
Lampiran 9. Kualitas air hujan hasil filtrasi dapat dikategorikan sebagai air kelas
II sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.82 (PP RI 2001). Air hujan dapat
dimanfaatkan untuk menunjang sebagian kebutuhan air domestik rumah tangga.
Beberapa alternatif lain dalam melakukan pengolahan air hujan menjadi air bersih
(Yulistyorini 2011), diantaranya:
1. Penampung air hujan serta permukaan tangkapan air hujan dibersihkan secara
berkala.
2. Pemasangan saringan pada pipa sebelum menuju bak penampungan air hujan.
3. Pembuangan beberapa liter air hujan pertama ketika hujan pertama turun.
4. Desinfeksi dengan penambahan klorin dengan dosis tertentu (sebaiknya
berkisar 0.4 mg/lt sampai 0.5 mg/lt).
5. Penyaringan air hujan menggunakan pasir lambat.
6. Pasteurisasi menggunakan sinar ultra violet dan panas dari sinar matahari.
Material yang berperan dalam pengolahan air baik secara fisika maupun
secara kimia diantaranya zeolit dan arang aktif (GAC). Zeolit memiliki sifat
absorben dan penyaring molekul karena strukturnya berongga. Menurut Nugroho
dan Purwoto (2014), kation logam alkali dan alkali tanah yang terkandung dalam
zeolit sehingga dapat melakukan pertukaran ion dengan kation logam lainnya.
Arang aktif berperan sebagai material absorben untuk menghilangkan warna,
pemurnian air, dan pengolahan limbah (Nugroho dan Purwoto 2013).

Pemanfaatan Air Hujan

Pemanenan air hujan merupakan salah satu praktik LID (low impact
development) yang merupakan teknik pengelolaan air hujan secara lokal yang
ramah lingkungan. Air hujan yang telah melewati filter mempunyai kualitas yang
lebih baik dari air hujan sebelum melewati filter. Berdasarkan hasil penelitian,
kualitas air hujan yang telah melewati filter dapat dikategorikan ke dalam air kelas
II. Air hujan hasil filtrasi dapat digunakan unutk memenuhi sebagian kebutuhan
air domestik seperti mencuci piring, mencuci pakaian, mandi, flushing toilet, serta
menyiram tanaman. Air hujan tertampung ditargetkan memenuhi kebutuhan air
domestik sebesar 50 % dari total kebutuhan air domestik. Air hujan dalam bak
penampungan akan dipompakan menuju rooftank. Air tertampung dalam rooftank
yang berasal dari sumur akan tercampur dengan air hujan hasil filtrasi. Hal ini
akan mengurangi penggunaan air sumur karena sebagian kebutuhan air domestik
ditunjang oleh air hujan yang telah diperbaiki kualitasnya.
Menurut Kindler dan Russel (1984), penggunaan air untuk kebutuhan kamar
mandi, dapur, toilet, dan mencuci pakaian setiap orang per hari berturut-turut
adalah 60 lt, 45 lt, 70 lt, dan 45 lt. Kebutuhan volume air total per orang setiap
harinya adalah 220 lt. Hal ini didukung oleh pernyataan Metcalf (2004), bahwa
volume penggunaan air setiap orang per hari berkisar antara 50 lt sampai dengan
19

250 lt. Kebutuhan air bersih satu rumah dengan jumlah penghuni 3 orang adalah
660 lt. Total air yang ditampung pada bak penampungan dengan kapasitas
penampungan air terpilih 330 lt berdasarkan curah hujan harian maksimum adalah
37,178 lt/tahun. Total volume ini dapat menghemat penggunaan air sumur
sebesar 37,178 lt per rumah dengan jumlah hunian 3 orang setiap tahunnya.

Analisis Biaya

Analisis biaya dilakukan untuk membandingkan biaya masing-masing


alternatif dalam upaya konservasi air. Adapun rencana anggaran biaya instalasi
filter sederhana lengkap dengan penampung air hujan disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Rancangan anggaran biaya instalasi filter sederhana


No Material Jumlah Satuan Harga (Rp)
Instalasi Filter Sederhana
1 Pipa PVC D6" 1 m 35,000
3
2 Spon 0.005 m 1,000
3 Ijuk 1 kg 8,000
4 Batu Zeolit 3 lt 3,000
5 GAC 1.5 kg 54,000
6 Kapas 0.5 kg 25,000
7 Kerikil besar 2 lt 8,000
8 Pasir kasar 2 lt 8,000
9 Penambahan zeolit, kerikil, pasir, GAC per tahun 43,800
10 Pergantian kapas, spon, ijuk pertahun 204,000
Subtotal Harga 389,800
Instalasi Penampungan + Perpipaan
11 Tangki Air ( 330 lt) 1 buah 600,000
12 Pompa (Total Head 33 m) 1 buah 250,000
13 Pipa PVC D1" 3 buah 90,000
14 Knee ½" 5 buah 10,000
Subtotal Harga 950,000
Total Harga 1,339,800

Berdasarkan rancangan anggaran biaya yang disajikan pada Tabel 9, total


biaya yang dibutuhkan untuk instalasi filter sederhana berikut tempat penampung
air hujan adalah Rp 1,339,800. Penggunaan air hujan untuk pemenuhan 50 % total
kebutuhan air domestik dengan investasi awal Rp 1,339,800 dapat menghemat air
tanah atau air PDAM 37,178 lt setiap tahunnya. Sementara itu, biaya pemasangan
sambungan baru pipa PDAM adalah Rp 1,488,500 untuk kategori K3B (rumah
tangga), sehingga biaya instalasi filter sederhana dan penampung air hujan
menggunakan biaya lebih rendah Rp 148,700 dari pada biaya pemasangan pipa
baru PDAM. Adapun biaya operasional pompa disajikan pada Tabel 10.
20

Tabel 10 Biaya operasional pompa per tahun


Kriteria Nilai
Kebutuhan Air (lt/hari) 330
Debit Pompa (lt/menit) 20
Daya (watt) 250
Lama Waktu Pengaliran Per Hari (menit) 16.50
Lamanya Penampungan Air Kosong (hari) 108
Lamanya Air Tersedia (hari) 257
Total Daya (kWh/tahun) 17.67
Harga Listrik (Rp/kWh) 1,467.28
Total Biaya Listrik Pompa (Rp/tahun) 25,925

Berdasarkan Tabel 10, biaya pemenuhan kebutuhan air domestik sebesar 50


% dengan air hujan hasil filtrasi adalah sebesar Rp 25,925/tahun untuk operasi
pompa. Harga satuan air per m3 jika rumah termasuk kedalam golongan tarif K3B
(rumah tangga di perumahan menegah ke atas), berdasarkan Permendagri No 71
tahun 2016 adalah Rp 8,200/m3. Pemenuhan kebutuhan air domestik sebesar 50 %
yang menggunakan air PDAM membutuhkan biaya sebesar Rp. 305,000/tahun,
sehingga dapat menghemat biaya pengeluaran sebesar Rp. 279,000/tahun.
Pemeliharaan instalasi penampung air hujan diantaranya adalah pengecekan
kebersihan dan kebocoran. Berdasarkan modul penampung air hujan Kementerian
PU waktu pemeliharaan instalasi penampung air hujan diantaranya pemeliharaan
mingguan, bulanan, serta tahunan. Pembersihan media penangkap dan penyalur
air hujan merupakan pemeliharaan mingguan. Pembersihan filter merupakan jenis
pemeliharaan bulanan. Sementara pemeliharaan tahunan dapat berupa
pembuangan air pada 10 menit pertama awal musim hujan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Potensi ketersediaan air rata-rata yang dapat ditampung setiap harinya adalah
237.8 lt. Volume tersebut sudah dikurangi faktor kehilangan air akibat
limpasan sebesar 20 %. Kapasitas bak penampung air hujan yang terpilih
adalah 330 lt. Hal ini ditunjukkan dengan persentase rata-rata pemenuhan
kebutuhan selama satu tahun mencapai nilai optimum.
2. Kualitas air hujan wilayah Dramaga sebelum dan sesudah melalui filter dapat
dikategorikan sebagai air kelas II, sehingga layak digunakan untuk memenuhi
sebagian kebutuhan domestik. Adapun susunan filter dari atas ke bawah
antara lain spon dan kapas, pasir kasar, spon dan ijuk, karbon aktif, spon dan
ijuk, kerikil besar, zeolit, serta spon dan kapas dengan ketebalan yang telah
ditentukan.
21

Saran

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai evaluasi instalasi filter yang
telah terpasang.
2. Air yang tidak tertampung dan menjadi runoff perlu dimanfaatkan dalam
upaya konservasi air. Hal ini dapat diwujudkan misalnya pembuatan kolam
retensi air komunal dalam satu perumahan. Hal ini akan mengoptimalkan
potensi air limpasan untuk simpanan air tanah.
3. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai perbandingan kualitas air hujan di
musim kemarau dan musim hujan.
4. Sebaiknya atap yang dijadikan media untuk pemanenan air hujan dibersihkan
secara berkala agar kualitas air yang ditampung menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah S. 2006. Merakit Sendiri Alat Penjernih Air untuk Rumah Tangga.
Jakarta (ID): Kawan Pustaka.
Asdak C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta
(ID): Gadjah Mada University Press.
Bhim S, Deepak R, Amol V, Jitendra S. 2012. Probability analysis for estimation
of annual one day maximum rainfall of Jhalarapatan area of Rajasthan,
India. Plant Archives. 12(2): 1093-1100. ISSN: 0972-5210.
Cheremisinoff NP, Moressi AC. 1978. Carbon Adsorption. New Delhi (IN):Ann
Arbour Science.
Daulay N, Terunajaya. 2016. Pemanenan air hujan (rain water harvesting)
sebagai alternatif pengelolaan sumber daya air di rumah tangga. Jurnal
Teknik Sipil. 1(1): 1-8.
Despins C. 2012. Guidelines for Residential Rainwater Harvesting Systems.
Canada (CA): University of Guelph.
Fachrudin, Setiawan BI, Prastowo, Mustafril. 2015. Pemanenan air hujan
menggunakan konsep zero runoff system (ZROS) dalam pengelolaan lahan
pala berkelanjutan. Jurnal Teknik Sipil. 22(2): 127-136.
Fewkes A. 2012. A review of rainwater harvesting in the UK. Structural Survey.
30(2): 174-194.
Hamonangan T. 2011. Analisis pemanenan hujan dari atap bangunan (studi kasus
(gedung-gedung di kampus IPB Dramaga Bogor) [Skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Harsoyo B. 2010. Teknik pemanenan air hujan (rain water harvesting) sebagai
alternatif upaya penyelamatan sumberdaya air di wilayah DKI Jakarta.
Jurnal Sains dan Teknologi Modifikasi Cuaca. 11(2): 29-39.
Helmreich B, Horn H. 2008. Opportunities in rainwater harvesting. Desalination.
248(3): 118-124.
Hermawan E. 2010. Pengelompokan pola curah hujan yang terjadi di beberapa
kawasan Pulau Sumatera berbasis hasil analisis teknik spektral. Jurnal
Meteorologi dan Geofisika. 11(2): 75-85.
22

Hidayah EN, Aditya W. 2010. Potensi dan pengaruh tanaman pada pengolahan air
limbah domestik dengan sistem constructed wetland. Jurnal Ilmiah Teknik
Lingkungan. 2(2): 11-18.
Husni M, Nuryanto S. Kajian kualitas air hujan buatan dan kaitannya dengan
peningkatan curah hujan. Jurnal Sains dan Teknologi Modifikasi Cuaca.
1(2): 179-186.
Ihsan M. 2016. Perancangan sistem zero runoff di kampus IPB Dramaga, Bogor,
Jawa Barat [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Karolita M, Koesmartadi Ch. 2013. Teknologi pemanenan air hujan pada
perancangan arsitektur rumah tinggal Heinz Frick. Jurnal Tesa Arsitektur.
11(2): 108-116.
[KemenPU] Kementerian Pekerjaan Umum. 2014. Modul sosialisasi dan
diseminasi standard pedoman dan manual penampung air hujan. Bandung
(ID). Kementerian Pekerjaan Umum.
Klinder J, Russel CS. 1984. Modeling Water Demands. London (UK): Academic
Press Inc.
Lee JY, Yang JS, Han M, Choi J. 2010. Comparison of the microbiological and
chemical characterization of harvested rainwater and reservoir water as
alternative water resources. Science of the Total Environment. 408(4): 896-
905.
McBroom MW, Beasley RS. 2004. Roofing as a source of nonpoint water
pollution. Jurnal of Environmental Management. 73(4): 307-315.
Metcalf E. 2004. Wastewater Engineering. New York (US): Mc Graw Hill
International Edition.
Notodiharjo M. 2006. Pengembangan pemanenan air hujan di Indonesia. Seminar
Nasional Hari Air Sedunia. Jakarta (ID). Direktorat Jenderal Pengelolaan
Lahan dan Air Departemen Pertanian.
Nugroho W, Purwoto S. 2013. Removal klorida TDS, dan besi pada air payau
melalui penukaran ion dan filtrasi campuran zeolit aktif dengan karbon
aktif. Jurnal Teknik Waktu. 11(1): 47-59.
Pangestu RW. 2014. Perancangan teknologi penampung air hujan skala unit
rumah di kawasan lingkar kampus IPB Dramaga [Skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
[PP RI] Peraturan Pemerintah. 2001. Pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air Peraturan Pemerintah nomor 82 tahun 2001. Jakarta (ID):
Presiden Republik Indonesia.
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta (ID):
Andi.
Susana TY. 2012. Analisa pemanfaatan potensi air hujan dengan menggunakan
cistern sebagai alternatif sumber air pertamanan pada gedung perkantoran
Bank Indonesia [Skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia.
Sutrisno E, Siregar YI, Nofrizal. 2016. Pengembangan sistem pemanenan air
hujan untuk penyediaan air bersih di Selatpanjang Riau. Dinamika
Lingkungan Indonesia. 3(1): 1-8.
Tebbutt TH. 1992. Principles of Water Quality Control. Oxford (GB): Pergamon
Press.
Tjasjono B. 2004. Klimatologi Umum. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung.
23

Untari T, Kusnandi J. 2015. Pemanfaatan air hujan sebagai air layak konsumsi di
Kota Malang dengan metode modifikasi filtrasi sederhana. Jurnal Pangan
dan Agroindustri. 3(4): 1492-1502.
Waluyo L. 2005. Mikrobiologi Lingkungan. Malang (ID): UMM Press.
Wijaya HK, Prastowo, Sapei A. Pandjaitan NH. 2014. Analisis kriteria rancangan
hidraulika pada pemanfaatan air limpasan untuk air baku di kawasan
perumahan. Jurnal Teknik Hidraulik. 5(1): 1-98.
Yulistyorini A. 2011. Pemanenan air hujan sebagai alternatif pengelolaan sumber
daya air di perkotaan. Teknologi dan Kejuruan. 34(1): 105-114.

.
25

LAMPIRAN
26

26
Lampiran 1 Peta lokasi penelitian
27

Lampiran 2 Detail engineering design filter sederhana


29

Lampiran 3 Hasil perhitungan uji Smirnov distribusi Log Pearson III

Curah
S(z) -
No Periode Ulang Hujan z F(z) F(z)
F(z)
(mm)
1 Xt 1.250 99.35 -1.54 6.23E-02 0.143 0.081
2 Xt 2 117.63 -0.97 1.67E-01 0.286 0.119
3 Xt 5 139.27 -0.29 3.85E-01 0.429 0.044
4 Xt 10 152.11 0.11 5.43E-01 0.571 0.029
5 Xt 25 167.11 0.57 7.17E-01 0.714 0.003
6 Xt 50 177.59 0.90 8.16E-01 0.857 0.041
7 Xt 100 187.56 1.21 8.87E-01 1.000 0.113
Rata-Rata 148.66
Standard Dev 32.11 L 0.119
Jumlah 1,040.62 0.05 Lt 0.300
Jumlah Data 7 Memenuhi
30

Lampiran 4 Hasil perhitungan uji Chi Kuadrat distribusi Log Pearson III

No Xt Ch (mm) R K i
1 Xt 1.250 99.34 88.21 4 23
2 Xt 2 117.62
3 Xt 5 139.27
4 Xt 10 152.11
5 Xt 25 167.11
6 Xt 50 177.58
7 Xt 100 187.55
Jumlah Data 7
X mean S.Dev
151.86 138.82

Interval Nilai
No F XI2 F*XI F*XI2
Kelas Tengah XI
1 99 - 122 2 112 12,544 224 25,088
2 123 - 146 1 139 19,321 139 19,321
3 147 - 170 2 166 27,556 332 55,112
4 171 - 188 2 184 33,856 368 67,712
n 7 601 1,063 167,233

Batas Luas (fo -


Kelas Interval Z-skor fo fh
Kelas Daerah fh)2/fh
1 99 - 122 98.5 -0.38 0.0648 2 0.454 5.272
2 123 - 146 122.5 -0.21 0.0672 1 0.470 0.596
3 147 - 170 146.5 -0.04 0.0677 2 0.474 4.914
4 171 - 193 170.5 0.13 -0.0509 2 0.356 7.583

Sehingga,

Alfa 0.05
DF 3
X2 t 7.814
X2 h 7.583 Memenuhi
31

Lampiran 5 Perhitungan simulasi neraca air

CH N1 N2 N3 N4 Tot Tam S Ak Melimpas


Tanggal P (lt)
(mm) (lt) (lt) (lt) (lt) (lt) (lt) (lt) (lt) (lt)
1-Jan 6.20 298 45 60 45 70 330 298 0 298 0
2-Jan 4.00 192 45 60 45 70 330 192 0 192 0
3-Jan 0.80 38 45 60 45 70 330 38 0 38 0
4-Jan 13.20 634 45 60 45 70 330 330 0 330 304
5-Jan 25.20 1,210 45 60 45 70 330 330 0 330 880
6-Jan 0.00 0 45 60 45 70 330 0 0 0 0
7-Jan 2.80 134 45 60 45 70 330 134 0 134 0
8-Jan 7.80 374 45 60 45 70 330 330 0 330 44
9-Jan 0.00 0 45 60 45 70 330 0 0 0 0
10-Jan 0.10 5 45 60 45 70 330 5 0 5 0
11-Jan 0.00 0 45 60 45 70 330 0 0 0 0
12-Jan 0.40 19 45 60 45 70 330 19 0 19 0
13-Jan 5.50 264 45 60 45 70 330 264 0 264 0
14-Jan 24.50 1,176 45 60 45 70 330 330 0 330 846
15-Jan 11.50 552 45 60 45 70 330 330 0 330 222
16-Jan 3.00 144 45 60 45 70 330 144 0 144 0
17-Jan 9.30 446 45 60 45 70 330 330 0 330 116
18-Jan 0.00 0 45 60 45 70 330 0 0 0 0
19-Jan 1.80 86 45 60 45 70 330 86 0 86 0
20-Jan 6.80 326 45 60 45 70 330 326 0 326 0
21-Jan 0.00 0 45 60 45 70 330 0 0 0 0
22-Jan 41.50 1,992 45 60 45 70 330 330 0 330 1,662
23-Jan 32.80 1,574 45 60 45 70 330 330 0 330 1,244
24-Jan 0.50 24 45 60 45 70 330 24 0 24 0

……

17-Dec 42.80 2,054 45 60 45 70 330 330 0 330 1,724


18-Dec 3.20 154 45 60 45 70 330 154 0 154 0
19-Dec 16.00 768 45 60 45 70 330 330 0 330 438
20-Dec 2.80 134 45 60 45 70 330 134 0 134 0
21-Dec 39.90 1,915 45 60 45 70 330 330 0 330 1,585
22-Dec 13.20 634 45 60 45 70 330 330 0 330 304
23-Dec 0.00 0 45 60 45 70 330 0 0 0 0
24-Dec 0.00 0 45 60 45 70 330 0 0 0 0
25-Dec 0.00 0 45 60 45 70 330 0 0 0 0
26-Dec 0.00 0 45 60 45 70 330 0 0 0 0
27-Dec 0.00 0 45 60 45 70 330 0 0 0 0
28-Dec 20.50 984 45 60 45 70 330 330 0 330 654
29-Dec 0.00 0 45 60 45 70 330 0 0 0 0
30-Dec 31.40 1,507 45 60 45 70 330 330 0 330 1,177
31-Dec 2.40 115 45 60 45 70 330 115 0 115 0
32

Lampiran 6 Contoh perhitungan simulasi neraca air

Berikut adalah contoh perhitungan untuk data tanggal 1 Januari 2015


33

Lampiran 7 Kualitas air hasil uji laboratorium


34

Lampiran 8 Baku mutu kelas air berdasarkan PP No.82 tahun 2001

Kadar Izin Maksimum Hasil Uji


No Parameter Kelas Kelas Kelas Kelas Sebelum Setelah
I II III IV Filtrasi Filtrasi
A. Fisika
Tidak Tidak
1 Bau - - - - berbau berbau
2 TDS (mg/lt) 1000 1000 1000 2000 36 30
Kekeruhan
3 5 25 - - 5 2
(NTU)
Tidak Tidak
4 Rasa - - - - berasa berasa
o o o o
3C 3C 3C 3C
5 Suhu (oC) Suhu Suhu Suhu Suhu 25 25
udara udara udara udara
B. Kimia
Kesadahan
1 500 500 - - 42.73 46.65
(mg/lt)
2 Klorida (mg/lt) 600 600 - - 25 26
3 Nitrat (mg/lt) 10 50 - - 11.57 14.53
4 Nitrit (mg/lt) 0.5 0.5 - - 0.397 0.141
5 pH 6.0 - 9.0 6--9 7.06 6.99
6 Amonia (mg/lt) - - - - <0.14 <0.14
7 Sulfat (mg/lt) 400 400 - - 2 13
(Sumber: PP RI 2001)
35

Lampiran 9 Detail engineering design penampung air hujan


37

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi, Jawa Barat pada


tanggal 18 Januari 1996. Penulis merupakan anak pertama
dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Suhenda dan Ibu
Deuis Herawati. Penulis mulai memasuki jenjang pendidikan
formal di SDN Tipar Sukabumi dan lulus pada tahun 2008,
kemudian pada tahun 2011 penulis lulus dari SMP Al-
Masthuriyyah Sukabumi dan melanjutkan ke SMAN 1
Cisarua Bandung Barat. Penulis lulus dari SMAN 1 Cisarua
pada tahun 2014. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut
Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN pada tahun 2014 di Departemen Teknik
Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di kepengurusan HIMATESIL
periode 2016/2017 sebagai anggota dari Departemen Pengembangan Profesi dan
Edukasi. Selain itu, penulis pernah menjadi asisten praktikum Desain Berbantu
Komputer. Penulis melaksanakan kegiatan Praktik Lapangan pada tanggal 17 Juli
2017 sampai dengan 31 Agustus 2017 di PT. Krakatau Tirta Industri Cilegon dan
menyusun laporan berjudul Sistem Operasi dan Pemeliharaan Pengolahan Air di
PT. Krakatau Tirta Industri Cilegon. Penulis juga pernah menjadi asisten Mata
Kuliah Gambar Teknik, Kualitas Udara, dan Aplikasi Komputer tahun ajaran
2017/2018 di Program Keahlian Teknik dan Manajemen Lingkungan, Program
Diploma Institut Pertanian Bogor. Penulis melakukan penelitian pada bulan Maret
sampai dengan bulan April 2018 dengan judul Perancangan dan Pemanfaatan
Penampung Air Hujan Skala Unit Rumah di Perumahan Alam Sinar Sari Dramaga
di bawah bimbingan Dr. Satyanto Krido Saptomo, S.TP., M.Si dan Bapak Yanuar
Chandra Wirasembada, S.T., M.Si.

Anda mungkin juga menyukai