Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN DATA CURAH HUJAN SELAMA 20

TAHUN DI 3 STASIUN
Di St. Simongan, St. Karangroto, St. Plamongansari
Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Hidrologi Terapan
Yang Diampu Oleh :
Ir. Hj. Sri Eko Wahyuni, MS

Disusun Oleh :

1. Alexander Bagus Adhy D. 21010117120031


2. Muhammad Zidan Pasya 21010117120035
3. Rizki Aulia Sulistyowati 21010117120047
4. Faishal Fahmi V. 21010117120052
5. Maulana Faridh Amin 21010117120054
6. Margiani Yunita Kusuma P. 21010117130086
7. Intan Ayudya Wardhani 21010117130092
8. Ahmad Khairi Zahran 21010117140094
9. Fikri Amrullah Muryasani 21010115120092
10. Elmaliani Ismi Ulfa 21010115120094

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
Jalan Prof. Soedharto, S.H., Tembalang, Semarang, 50275
Telp. (024) 7460011, 7460012 Fax. (024) 7460013

2018

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 i


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah
memberikan rahmat serta karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
mata kuliah Hidrologi Terapan ini dengan baik.
Dalam penyusunan tugas ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan dosen, sehingga kendala-kendala yang
kami hadapi dapat teratasi.
Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Universitas Diponegoro. Kami sadar bahwa laporan ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis memohon kritik dan saran yang
membangun dari segenap pembaca demi perbaikan laporan ini.

Semarang, 26 September 2018

Penyusun

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 ii


DAFTAR ISI

JUDUL ..................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2.Maksud dan Tujuan .................................................................................. 1
1.3.Lokasi ....................................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 3
2.1.Hidrologi .................................................................................................. 3
2.2.Data Curah Hujan ..................................................................................... 3
2.2.1 Missing Data .................................................................................. 4
2.2.2 Uji Konsistensi Data ...................................................................... 5
2.3.Curah Hujan Harian Rata-Rata DAS ....................................................... 5
2.3.1 Metode Thiessen ............................................................................ 6
2.4.Curah Hujan Rencana .............................................................................. 8
2.4.1 Analisis Frekuensi .......................................................................... 8
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 12
3.1.Data Curah Hujan ................................................................................... 12
3.2.Uji Konsistensi Data .............................................................................. 12
3.2.1 Uji Konsistensi Stasiun Simongan ............................................... 12
3.2.2 Uji Konsistensi Stasiun Karangroto ............................................. 14
3.2.3 Uji Konsistensi Stasiun Plamongansari ....................................... 16
3.3.Perhitungan Curah Hujan Maksimum DAS (Poligon Thiessen) ........... 18
3.4.Perhitungan Curah Hujan Rencana ........................................................ 21
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 29
4.1.Kesimpulan ............................................................................................ 29
4.2.Saran ....................................................................................................... 30
LAMPIRAN

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 iii


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Uji Konsistensi Sta. Simongan 12

Tabel 3.2. Uji Konsistensi Sta. Karangtoro 14

Tabel 3.3. Uji Konsistensi Sta. Plamongansari 16

Tabel 3.4. Faktor Pembobot Thiessen 18

Tabel 3.5. Contoh Perhitungan Curah Hujan Harian Rata-rata 19

Tabel 3.6. Curah Hujan Harian Rata-rata DAS 21

Tabel 3.7. Hasil Perhitungan Curah Hujan Harian Maksimum DAS 22

Tabel 3.8. Perhitungan Curah Hujan Rencana dengan Log Pearson III 23

Tabel 3.9. Perhitungan KT 25

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 iv


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. DAS Kali Tenggeng 2


Gambar 3.1. Poligon Thiessen DAS Kali Tenggeng 18
Gambar 3.2. Nilai KT Distribusi Log Pearson III 25

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 v


DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Grafik Uji Konsistensi Sta.Klimatologi 13


Grafik 3.2 Grafik Uji Konsistensi Sta.Gunungpati 15
Grafik 3.3 Grafik Uji Konsistensi Sta.Plumbon 17

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 vi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Daerah aliran sungai (DAS) adalah daerah yg dibatasi oleh punggung
bukit/gunung di mana air hujan mengalir ke dalam sungai utama, kemudian
meresap/mengalir melalui sungai/anak sungai.
Curah hujan adalah banyaknya air yang jatuh ke bumi dimana permukaannya
diasumsikan rata. Curah hujan efektif adalah curah hujan yang melimpas
menjadi air permukaan, atau yang disebut dengan run off.
Kebutuhan akan data curah hujan untuk mendukung perencanaan pengelolaan
sumber daya air suatu wilayah adalah suatu hal yang mutlak diperlukan.
Cuaca sebagai salah satu elemen dari kondisi iklim di suatu tempat adalah
factor alam yang perlu diperhitungkan dalam banyak kegiatan pengelolaan
sumberdaya air wilayah, mulai dari kegiatan yang berhubungan langsung
dengan tataguna air seperti ketersediaan air, penentuan musim tanam,
pengendalian erosi dan banjir, pengembangan air tanah, pemilihan jenis
pohon untuk reboisasi, penentuan lokasi yang sesuai untuk suatu kegiatan
budidaya pertanian, hingga penentuan jadwal kegiatan proyek yang
disesuaikan dengan kondisi musim atau iklim. Oleh karena itu, data curah
hujan perlu di teliti apakah data yang ada sudah konsisten untuk digunakan.
Analisisa hidrologi ini dilakuakan untuk mengetahui karakteristik hidrologi
daerah pengaliran Kali Silandak yang selanjutnya akan digunakan untuk
menentukan besarnya curah hujan dengan berbagai periode ulang.

1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud :
Maksud dibuatnya laporan ini adalah untuk memperoleh data besarnya curah
hujan rencana berdasarkan metode yang sesuai.
Tujuan:
1. Mencari daerah aliran sungai (DAS) yang mempunyai minimal tiga
stasiun hujan, dan curah hujan sepanjang 20 tahun.

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 1


2. Jika ada data curah hujan yang hilang, dapat dilengkapi dengan metode
yang tepat.
3. Dari data curah hujan tersebut, dapat diteliti apakah data curah hujan
tersebut konsisten, dilengkapi dengan gambar dan faktor koreksinya.
4. Setelah data konsisten, mencari besarnya curah hujan rata-rata daerah
aliran sungai dengan metode Thiessen.
5. Mencari curah hujan rencana dengan metode yang sesuai.

1.3. Lokasi
Penentuan Daerah Aliran Sungai (DAS) dilakukan berdasar pada peta rupa
bumi. DAS Kali Silandak berdasar peta tersebut mempunyai luasan sebesar
3,52 km2. Penentuan luasan ini dapat dilakukan dengan menggunakan
program AutoCAD.

Gambar 1.1 DAS Kali Tenggang

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 2


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Hidrologi
Hidrologi berasal dari bahasa Yunani, Hydrologia, yang berarti "ilmu
air". Secara umum Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari masalah
keberadaan air di bumi (siklus air) dan hidrologi memberikan alternatif bagi
pengembangan sumberdaya air bagi pertanian dan industri.
Hidrologi juga mempelajari perilaku hujan terutama meliputi periode ulang
curah hujan karena berkaitan dengan perhitungan banjir serta rencana untuk
setiap bangunan teknik sipil antara lain bendung, bendungan dan jembatan.
Berdasarkan konsep tersebut, hidrologi memiliki ruang lingkup atau cakupan
yang luas. Secara substansial, cakupan bidang ilmu itu meliputi: asal mula dan
proses terjadinya air pergerakan dan penyebaran air sifatsifat air keterkaitan
air dengan lingkungan dan kehidupan. Hidrologi mengkaji tentang kehadiran
dan gerakan air di alam. Studi hidrologi meliputi berbagai bentuk air serta
menyangkut perubahan-perubahannya, antara lain dalam keadaan cair, padat,
gas, dalam atmosfer, di atas dan di bawah permukaan tanah, distribusinya,
penyebarannya, gerakannya dan lain sebagainya.

2.2. Data Curah Hujan


Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar
selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi milimeter (mm) di
atas permukaan horizontal. Curah hujan 1 (satu) milimeter, artinya dalam
luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu
millimeter termpat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau
tertampung air setinggi 1 liter.
Data curah hujan merupakan sebuah catatan tentang jumlah curah hujan
harian pada lokasi atau luasan wilayah tertentu, kebanyakan data itu diperoleh

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 3


secara manual dengan mengukur jumlah air hujan yang tertampung pada alat
penakar curah hujan pada hari tersebut. Data tersebut kemudian dikumpulkan
setiap hari dan dilaporkan secara berkala kepada institusi yang mengurusi
iklim dan cuaca yaitu Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) untuk kemudian di analisis dan dijadikan referensi untuk informasi
iklim dan cuaca.
Jumlah hujan yang terjadi dalam suatu DAS merupakan besaran yang
sangat penting dalam sistem DAS tersebut, karena hujan menjadi masukan
yang utama ke dalam suatu DAS. Walaupun kita bisa mengukur secara
langsung dengan menampung air hujan yang jatuh, bukan berarti kita
menampung hujan di seluruh daerah tangkapan air, karena hujan di suatu
daerah hanya dapat diukur di beberapa titik yang telah ditetapkan. Oleh karena
itu, pengukurannya harus dilakukan seteliti mungkin.
Untuk mendapat data-data atau perkiraan besaran hujan yang baik
terjadi dalam suatu DAS tersebut, maka diperlukan beberapa stasiun hujan.
Data-data hujan yang telah dikumpulkan oleh stasiun-stasiun hujan haruslah
merupakan data yang mendukung kesalahan yang sekecil mungkin, supaya
hasil analisis nantinya tidak diragukan sebagai acuan dalam perencanaan
bahkan perancangan.
2.2.1 Missing Data
Jika dalam analisis perhitungan curah hujan ditemui ada data yang
tidah ada/ hilang/ tidak tercatat maka untuk mencari data tersebut
dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut:
1. Cara aljabar :
Digunakan jika perbedaan curah hujan tahunan normal di stasiun
terdekat < 10% dari stasiun yang datanya hilang.

Px 
1
Pa  Pb  Pc  .....  PN 
N

2. Cara perbandingan normal:


Digunakan jika perbedaan curah hujan tahunan normal di stasiun
terdekat > 10% dari stasiun yang kehilangan data tersebut.

1  N x Pa   N x Pb   N PN 
Px  
LAPORAN  HIDROLOGI
   TERAPAN
.....   x KELOMPOK
 4 4
N  N a   N b   N 
N
Px = Curah hujan di Stasiun X yang datanya missing.
Nx = Curah hujan tahunan rata-rata di Stasiun X.
Pa, Pb, Pn = Curah hujan di Stasiun A, B ... , N pada saat tertentu.
Na, Nb, Nn = Curah hujan tahunan rata-rata di Stasiun A, B, ...N
3. Cara kuadrat jarak:
Cara ini lebih baik karena memperhitungkan jarak antar stasiun
1
PA  1
PB  1
Pc
dx A z dx B z dx C z
Px  1
 1
 1
dx A z dx B z dx C z

2.2.2 Uji Konsistensi


Suatu series data hujan untuk suatu stasiun hujan dimungkinkan
sifatnya tidak konsisten. Kondisi data hujan yang tidak konsisten
ini butuh dilakukan uji konsistensi data sebelum dilakukan
analisis, karena datanya berasal dari populasi yang berbeda.
Penyebab ketidak konsistensian data ini adalah:
1. Alat ukur hujan diganti dengan spesifikasi berbeda, atau alat yang
sama akan tetapi dipasang dengan patokan yang berbeda.
2. Alat ukur dipindahkan dari tempat semula tetapi secara
administrative nam stasiun tersebut tidak diubah, misalnya
karena masih dalam satu desa.
3. Alat ukur sama, tempat tidak dipindahkan, akan tetapi lingkungan
yang berubah.
Salah satu metode yang digunakan untuk menguji konsistensi data
adalah kurva massa ganda (double mass curve) (Linsley,1986).
Metode ini membandingkan hujan tahunan komulatif di stasiun y
terhadap stasiun referensi x. Stasiun referensi biasanya adalah nilai
rerata dari beberapa stasiun hujan di dekatnya. Nilai komulatif
tersebut digambarkan pada sistim koordinat kartesian x-y.

2.3. Curah Hujan Harian Rata-Rata DAS

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 5


Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan
pemanfaatan air adalah curah hujan rata-rata diseluruh daerah yang
bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu. Curah hujan ini
disebut curah hujan wilayah/daerah dan dinyatakan dalam mm. Curah hujan
daerah ini harus diperkirakan dari beberapa titik pengamatan curah hujan. Hal
yang penting dalam pembuatan rancangan dan rencana adalah distribusi curah
hujan. Distribusi curah hujan ini bermacam-macam sesuai dengan jangka
waktu yang ditinjau yakni curah hujan tahunan, curah hujan bulanan,curah
hujan harian, curah hujan per jam. Pola distribusi curah hujan ini berfungsi
untuk mendapatkan suatu pola distribusi curah hujan suatu daerah yang
nantinya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menghitung
dan menganalisa data curah hujan
2.3.1. Metode Thiessen
Dalam metode poligon thiessen, curah hujan rata-rata didapatkan
dengan membbuat poligon yang memotong tegak lurus pada tengah-
tengah garis penghubung dua stasiun hujan. Dengan demikian setiap
stasiun penakar hujan akan terletak pada suatu wilayah poligin tertutup
luas tertentu. Cara ini dipandang lebih baik dari cara rerata aljabar
(Arimatik), yaitu dengan memasukan faktor luas areal yang diwakili
oleh setiap stasiun hujan. Jumlah perkalian antara tiap-tiap luas poigon
dengan besar curah hujan di stasiun dalam poligon tersebut dibagi
dengan luas daerah seluruh DAS akan menghasilkan nilai curah hujan
rata-rata DAS. Prosedur hitungan dari metode ini dilukiskan pada
persamaan-persamaan berikut:

dengan:
p = curah hujan rata-rata,
p1,p2,...,pn = curah hujan pada setiap stasiun,
A1,A2,...,An = luas yang dibatasi tiap poligon atau luas daerah yan
mewakilistasiun 1,2,...,n.

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 6


Nilai perbandingan antara luas poligon yang mewakili setiap stasiun
terhadap luas total Daerah Aliran Sungai (DAS) tersebut disebut
sebagai faktor bobot Thiessen untuk stasiun tersebut. Dengan
demikian cara ini dipandang lebih baik dari cara rerata aljabar karena
telah memperhitungkan pengaruh letak penyebaran stasiun
penakar hujan. Metode ini cocok untuk menentukan hujan rata-rata
dimana lokasi hujan tidak banyak dan tidak merata.
Pengukuran Dispersi
Dalam analisis frekuensi curah hujan data hidrologi
dikumpulkan, dihitung, disajikan dan ditafsirkan dengan
menggunakan prosedur tertentu, yaitu metode
statistik.Padakenyataannya bahwa tidak semua varian dari suatu
variabel hidrologi terletak atau sama dengan nilai rata-ratanya.
Variasi atau dispersi adalah besarnya derajat atau besaran varian di
sekitar nilai rata-ratanya.Cara mengukur besarnya dispersi disebut
pengukuran dispersi (Soewarno, 1995).
Adapun cara pengukuran dispersi antara lain:
1) Deviasi Standar (S)
∑(𝑋𝑖−𝑋)2
Rumus : Sd = √ 𝑁−1

Dimana :
S : standar deviasi curah hujan
X : nilai rata – rata curah hujan
Xi : nilai pengukuran dari suatu curah hujan hujan ke – i
N : jumlah data curah hujan

2) Koefisien Skewness (Cs)


Kemencengan atau kemiringan (sweakness) adalah tingkat
ketidaksimetrisan atau kejauhan simetri dari sebuah distribusi.
Sebuah distribusi yang tidak simetris akan memiliki rata-rata,
median, dan modus yang tidak sama besarnya sehingga distribusi
akan terkonsentrasi pada salah satu sisi dan kurvanya menceng.
𝑁 ∑𝑁 (𝑋𝑖−𝑋)³
𝑖=𝑙
Rumus: 𝐶𝑠 = (𝑁−1)(𝑁−2)𝑆³

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 7


3) Pengukuran Kurtosis (Ck)
Pengukuran kurtosis dimaksud untuk mengukur keruncingan dari
bentuk kurva distribusi, yang umumnya dibandingkan dengan
distribusi normal.
𝑡 𝑁² ∑ (𝑋𝑡−𝑋)⁴
Rumus : 𝛶 = (𝑁−1)(𝑁−2)(𝑁−3)𝑆⁴

4) Koefisien Variasi (Cv)


𝑆𝑑
Rumus: 𝐶𝑣 = 𝑋

2.4. Curah Hujan Rencana


2.4.1 Analisis Frekuensi
Analisis frekuensi dapat diartikan sebagai suatu cara untuk
memprediksi suatu besaran curah hujan di masa yang akan datang
dengan menggunakan data curah hujan di masa yang lalu berdasarkan
suatu pemakaian distribusi frekuensi. Dalam melakukan sebuah
analisis frekuensi diperlukan data curah hujan, yaitu curah hujan
maksimum.
Analisis frekuensi adalah suatu analisa data hidrologi dengan
menggunakan statistika yang bertujuan untuk memprediksi suatu
besaran hujan atau debit dengan masa ulang tertentu. Analisis
frekuensi dapat dilakukan dengan data yang diperoleh dari data baik
data hujan maupun data debit. Analisis frekuensi ini didasarkan pada
sifat statistik data yang tersedia untuk memperoleh probabilitas
besaran hujan (debit) di masa yang akan datang. Data hujan yang
dimaksud adalah data hujan rata-rata DAS, data hujan dari masing-
masing stasiun hujan (Sri Harto, 1993).
Menurut Suripin (2004), tujuan analisis frekuensi data hidrologi
adalah berkaitan dengan besaran peristiwa-peristiwa ekstrim (hujan
lebat, banjir, dan kekeringan) yang berkaitan dengan frekuensi
kejadiannya melalui penerapan distribusi kemungkinan. Analisis
frekuensi diperlukan seri data hujan yang diperoleh dari pos penakar
hujan. Perhitungan data curah hujan maksimum harian rata-rata DAS

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 8


harus dilakukan secara benar untuk analisis frekuensi data hujan. Cara
mencari hujan maksimum harian setiap pos hujan dalam satu tahun
yang dirata-ratakan tidak logis karena rata-rata hujan dilakukan atas
hujan dari masing-masing pos hujan yang terjadi pada hari yang
berlainan.
Dalam laporan ini dihitung hujan harian rancangan dengan kala
ulang 2, 5, 10, 25,, 50, 100, dan 200 tahun.
Ada beberapa metoda untuk memperkirakan curah hujan dengan
periode ulang tertentu, yaitu :
a. Metoda Distribusi Normal
Distribusi Normal atau kurva normal disebut pula Distribusi
Gauss. Fungsidensitas peluang normal (PDF =Probability
Density Function) yang paling dikenal adalah bentuk bell dan
dikenal sebagai distribusi normal.PDF distribusinormal dapat
dituliskan dalam bentuk rata-rata dan simpangan bakunya.
Perhitungan hujan rencana berdasarkan distribusi probabilitas
normal, jika datayang digunakan adalah berupa sampel sebagai
berikut :
𝑋𝑇 = 𝑋 + (K.𝑆𝑑)
dimana XT = Curah hujan dengan periode ulang T tahun (mm),
𝑋 = Harga rata-rata curah hujan (mm), 𝑆𝑑 = Standar deviasi
(simpangan baku), dan k = Nilai variabel reduksi Gauss periode
ulang T tahun
b. Metoda Distribusi Log Normal
Fungsi kerapatan probabilitas Log Normal adalah sebagai
berikut:
1 (𝑥− 𝜇𝑛)2
F (x) = − 𝜎√2𝜋 exp[1⁄2 ]
𝜎𝑛2

Dimana:
𝜇𝑛 adalah rata – rata
𝜎𝑛 adalah standar deviasi untuk y = lnx.
c. Metoda Distribusi Log Pearson Type III

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 9


Metode Log Pearson Tipe III apabila digambarkan pada kertas
peluang logaritmik akan merupakan persamaan garis lurus,
sehingga dapat dinyatakan sebagai model matematik dangan
persamaan sebagai berikut (Soewarno, 1995):
Log XT = 𝐿𝑜𝑔X + K * Sd
di mana Log XT = Nilai logaritma curah hujan dengan periode
ulang tertentu, log (x) = Nilai logaritma rata-rata curah hujan,
Sd = Standar deviasi dan K = Karakteristik distribusi peluang
Log Pearson Tipe III
Langkah-langkah perhitungan kurva distribusi Log Pearson
Tipe III adalah:
1. Tentukan logaritma dari semua nilai X
2. Menghitung nilai rata-rata dengan rumus :

∑𝑛
𝑖=1 log(𝑋𝑖)
Log (X) = 𝑁

Dimana : Log (X) : harga rata-rata logaritmik


N : Jumlah data
X1 : nilai curah hujan tiap-tiap tahun
(R24maks).
3. Hitung nilai deviasi standarnya dari log X:
∑𝑛
𝑖=1(log(𝑋𝑖)−log(𝑋))
2
𝑺log (X) = √ 𝑁−1

4. Hitung nilai koefisien kemencengan (CS)dengan rumus :


∑𝑛
𝑖=1 (log(Xi)−log(X))
2
Cs = (𝑁−1)(𝑁−2)𝑆𝑖 3

5. Sehingga persamaanya dapat ditulis:


Log Xt = Log Xi + k( S log X)
dimana :
X : Curah hujan rencana periode ulang T tahun
K : harga yang diperoleh berdasarkan nilai Cs
S : Standar Deviasi
6. Tentukan anti log dari log XT, untuk mendapatkan nilai X
yang diharapkan terjadi pada tingkat peluang atau periode

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 10


ulang tertentu sesuai dengan nilai koefisien kemencengan
(Cs).
d. Metoda Distribusi Gumbel
Untuk menghitung curah hujan rencana dengan metode
distribusi Gumble Tipe I digunakan persamaan distribusi
frekuensi empiris sebagai berikut (Soewarno, 1995):

𝑆𝑛
𝑋𝑇 = 𝑋 + 𝑆𝑑(𝑌𝑇 - 𝑌𝑛 )

Dimana:
- 𝑋𝑇 = Curah hujan dengan periode ulang T tahun (mm), 𝑋 =
Harga rata-rata curah hujan (mm), dan 𝑆𝑑 = Standar deviasi
(simpangan baku).
- 𝑌𝑇 = Nilai reduksi variasi dari variabel yang diharapkan
terjadi pada periode ulang tertentu, hubungan antara periode
ulang T dengan Y dapat dilihat pada Tabel 2.9. (untuk T ≥
20, maka 𝑌𝑇 = ln T)

T−1
𝑌𝑇 = -ln [−ln ]
T

- 𝑌𝑛 = Nilai rata-rata dari reduksi variasi (mean of reduce


variate) nilainya tergantung dari jumlah data (n)
- 𝑆𝑛 = Standar deviasi dari reduksi cariasi (mean of reduced)
nilainya tergantung dari jumlah data (n)

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 11


BAB III
PEMBAHASAN

3.1.Data Curah Hujan


Data Curah Hujan yang penulis gunakan pada laporan ini adalah data
curah hujan harian dari :
1. Stasiun Simongan
2. Stasiun Karangroto
3. Stasiun Plamongansari
Adapun data yang kami peroleh adalah data curah hujan harian dari tahun
1996-2015 (20 tahun). (Data Terlampir di lampiran)

3.2. Uji Konsistensi Data


3.2.1. Uji Konsistensi Stasiun Simongan
Tabel 3.1. Uji Konsistensi Sta. Simongan

Tahun Data Curah Hujan Rerata Komulatif Kumula


Sta Sta Sta Sta(B) Rerata tif Sta
Simongan Karangro Plamong dan Sta (B) (A)
(A) to (B) ansari (C) Sta(C) Sta (C)
1996 1768 2035.2 2572 2303.6 2303.6 1768
1997 1709 1644.54 1591 1617.77 3921.37 3477
1998 2859 2224.76 2307 2265.88 6187.25 6336
1999 2857 2034.12 2131 2082.56 8269.81 9193
2000 2386 2049.92 1807 1928.46 10198.27 11579
2001 2009.77 2134.74 1901.24 2017.99 12216.26 13588.77
2002 1420.06 1501.23 1373.73 1437.48 13653.74 15008.83
2003 1929 2280 1670.45 1975.225 15628.965 16937.83
2004 1638.95 1637.26 1640.03 1638.645 17267.61 18576.78
2005 1868.03 1895.66 1922.13 1908.895 19176.505 20444.81
2006 2164 2179 909.95 1544.475 20720.98 22608.81
2007 1203 1735 2661 2198 22918.98 23811.81
2008 3252 3003 2572 2787.5 25706.48 27063.81
2009 2654 1658 1591 1624.5 27330.98 29717.81
2010 2648 2669 2307 2488 29818.98 32365.81
2011 1732 1695 2131 1913 31731.98 34097.81
2012 1360 2141.5 1870 2005.75 33737.73 35457.81

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 12


2013 2197 2553 1901.24 2227.12 35964.85 37654.81
2014 1962.63 1884.43 2008.56 1946.495 37911.345 39617.44
2015 1821.38 1935.84 2151.63 2043.735 39955.08 41438.82

Grafik Uji Konsistensi Sta. Simongan


45000
y = 1.0515x + 238.2
40000
R² = 0.998
35000
Kumulatif Sta. A

30000

25000

20000 Series1

15000 Linear (Series1)

10000

5000

0
0 10000 20000 30000 40000 50000
Kumulatif Rerata Sta. B dan C

Grafik 3.1. Grafik Uji Konsistensi Sta. Simongan

Data curah hujan di Stasiun Simongan sudah konsisten terhadap stasiun acuan
hal itu ditunjukkan dari bentuk kurva yang relatif tidak mengalami patahan dan
juga memiliki nilai R2 yang mendekati 1. Maka, tidak perlu diadakan koreksi
data.

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 13


3.2.2. Uji Konsistensi Data Sta. Karangroto

Tabel 3.2. Uji Konsistensi Sta. Karangroto

Tahun Data Curah Hujan Rerata Komulatif Kumula


Sta Sta Sta Sta(A) Rerata tif Sta
Simongan Karangro Plamong dan Sta (A) (B)
(A) to (B) ansari (C) Sta(C) Sta (C)
1996 1768 2035.2 2572 2170 2170 2035.2
1997 1709 1644.54 1591 1650 3820 3679.74
1998 2859 2224.76 2307 2583 6403 5904.5
1999 2857 2034.12 2131 2494 8897 7938.62
2000 2386 2049.92 1807 2096.5 10993.5 9988.54
2001 2009.77 2134.74 1901.24 1955.505 12949.005 12123.28
2002 1420.06 1501.23 1373.73 1396.895 14345.9 13624.51
2003 1929 2280 1670.45 1799.725 16145.625 15904.51
2004 1638.95 1637.26 1640.03 1639.49 17785.115 17541.77
2005 1868.03 1895.66 1922.13 1895.08 19680.195 19437.43
2006 2164 2179 909.95 1536.975 21217.17 21616.43
2007 1203 1735 2661 1932 23149.17 23351.43
2008 3252 3003 2572 2912 26061.17 26354.43
2009 2654 1658 1591 2122.5 28183.67 28012.43
2010 2648 2669 2307 2477.5 30661.17 30681.43
2011 1732 1695 2131 1931.5 32592.67 32376.43
2012 1360 2141.5 1870 1615 34207.67 34517.93
2013 2197 2553 1901.24 2049.12 36256.79 37070.93
2014 1962.63 1884.43 2008.56 1985.595 38242.385 38955.36
2015 1821.38 1935.84 2151.63 1986.505 40228.89 40891.2

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 14


Grafik Uji Konsistensi Sta. Karangroto
45000
40000 y = 1.0334x - 806.67
R² = 0.9991
35000
Kumulatif Sta. B

30000
25000
20000 Series1
15000 Linear (Series1)
10000
5000
0
0 10000 20000 30000 40000 50000
Kumulatif Rerata Sta. A dan C

Grafik 3.2. Uji Konsistensi Sta. Karangroto

Data curah hujan di Stasiun Karangroto sudah konsisten terhadap stasiun


acuan hal itu ditunjukkan dari bentuk kurva yang relatif tidak mengalami
patahan dan juga memiliki nilai R2 yang mendekati 0,999 ~ 1 (mendekati 1).
Maka, tidak perlu diadakan koreksi data.

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 15


3.2.3 Uji Konsistensi Stasiun Plamongansari

Tabel 3.3. Uji Konsistensi Sta. Plamongansari

Tahun Data Curah Hujan Rerata Komulatif Kumula


Sta Sta Sta Sta(A) Rerata tif Sta
Simongan Karangro Plamong dan Sta (A) (C)
(A) to (B) ansari (C) Sta(B) Sta (B)
1996 1768 2035.2 2572 1901.6 1901.6 2572
1997 1709 1644.54 1591 1676.77 3578.37 4163
1998 2859 2224.76 2307 2541.88 6120.25 6470
1999 2857 2034.12 2131 2445.56 8565.81 8601
2000 2386 2049.92 1807 2217.96 10783.77 10408
2001 2009.77 2134.74 1901.24 2072.255 12856.025 12309.24
2002 1420.06 1501.23 1373.73 1460.645 14316.67 13682.97
2003 1929 2280 1670.45 2104.5 16421.17 15353.42
2004 1638.95 1637.26 1640.03 1638.105 18059.275 16993.45
2005 1868.03 1895.66 1922.13 1881.845 19941.12 18915.58
2006 2164 2179 909.95 2171.5 22112.62 19825.53
2007 1203 1735 2661 1469 23581.62 22486.53
2008 3252 3003 2572 3127.5 26709.12 25058.53
2009 2654 1658 1591 2156 28865.12 26649.53
2010 2648 2669 2307 2658.5 31523.62 28956.53
2011 1732 1695 2131 1713.5 33237.12 31087.53
2012 1360 2141.5 1870 1750.75 34987.87 32957.53
2013 2197 2553 1901.24 2375 37362.87 34858.77
2014 1962.63 1884.43 2008.56 1923.53 39286.4 36867.33
2015 1821.38 1935.84 2151.63 1878.61 41165.01 39018.96

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 16


Grafik Uji Konsistensi Sta. Plamongansari
50000

40000 y = 0.9173x + 575.96


R² = 0.9989
Kumulatif Sta. C

30000

Series1
20000
Linear (Series1)

10000

0
0 10000 20000 30000 40000 50000
Kumulatif Rerata Sta. A dan B

Grafik 3.3. Uji Konsistensi Sta. Plamongansari

Data curah hujan di Stasiun Gunungpati sudah konsisten terhadap stasiun


acuan hal itu ditunjukkan dari bentuk kurva yang relatif tidak mengalami
patahan dan juga memiliki nilai R2 yang mendekati 0,999 ~ 1 (mendekati 1).
Maka, tidak perlu diadakan koreksi data

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 17


3.3. Perhitungan Curah Hujan Maksimum DAS dengan Metode Poligon
Thiessen

Gambar 3.1. Poligon Thiessen Dari DAS Kali Tenggeng

Faktor Pembobot Poligon Thiessen

Tabel 3.4. Faktor Pembobot Poligon Thiessen

Faktor Poligon Thiessen


No Nama Stasiun
Luas DAS (km2) Faktor Pembobot (FP)

1 Stasiun Simongan 0,74 0,037


2 Stasiun Karangroto 10,39 0,521
3 Stasiun Plamongansari 8,8 0,442
Jumlah 19,93 1,000

Contoh Perhitungan :

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 18


Cara menentukan faktor pembobot :
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑟𝑢ℎ
Prosentase = 𝑥 100%
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑎𝑠

Menghitung Faktor Pembobot (FP):


0,74
 FP Sta. Simongan = 19,93 𝑥 100% = 3,7 %
10,39
 FP Sta. Karangroto = 19,93 𝑥 100% = 52,1 %
8,8
 FP. Sta. Plamongansari = 19,93 𝑥 100% = 44,2 %

Perhitungan Curah Hujan Harian Rata - Rata DAS

Tabel 3.5. Contoh Perhitungan Curah Hujan Harian Rata-Rata

SIMONGAN KARANGTORO PLAMONGANSARI RATA-


TAHUN TANGGAL RATA MAKSIMAL
DAS
0,037 0,521 0,442
18-Apr 106 12,1 10 14,65
1996 09-Feb 30 50,85 81 63,40 68,39
27-Feb 82 46,55 93 68,39
13 Des 124 18,4 8 17,71
1997 25-Jan 89 78,38 91 84,35 84,35
14 Des 0 46,18 114 74,45
01-Apr 145 12,97 12 17,43
1998 21-Feb 122 59,08 115 86,12 86,12
21-Feb 122 59,08 115 86,12
04-Jun 119 52,32 4 33,43
1999 15-Apr 90 87,95 103 94,68 94,68
15-Apr 90 87,95 103 94,68
22-Jan 179 64,99 0 40,48
2000 26-Jan 50 118,67 40 81,36 81,36
21-Jan 0 16,21 95 50,44
12-Apr 88,51 80,93 104,39 91,58
2001 12-Apr 88,51 80,93 104,39 91,58 91,58
12-Apr 88,51 80,93 104,39 91,58
24-Feb 64,94 34,05 94,76 62,03
2002 01-Apr 39,32 47,11 28,93 38,79 62,03
24-Feb 64,94 34,05 94,76 62,03
18-Mar 64,59 28 79,63 52,17
2003 02-Feb 25,17 80 15,83 49,61 52,17
18-Mar 64,59 28 79,63 52,17

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 19


17-Feb 142,75 142,2 143,26 142,69
2004 17-Feb 142,75 142,2 143,26 142,69 142,69
17-Feb 142,75 142,2 143,26 142,69
06-Apr 52,66 44,04 56,51 49,87
2005 04-Mar 51,41 56,21 70,27 62,25 62,25
28 Okt 43,99 43,3 76,87 58,16
28-Jan 198 135 0,02 77,67
2006 13-Feb 14 173 0,08 90,69 90,69
07-Jan 0 0 56,97 25,18
4 Des 162 100 33 72,68
2007 4 Des 162 100 33 72,68 82,63
15-Nov 0 50 128 82,63
21-Feb 169 0 0 6,25
2008 29 Des 54 173 17 99,65 99,65
29 Feb 0 0 93 41,11
08-Feb 216 88 0 53,84
2009 14-Jan 0 130 43 86,74 86,74
18 Des 0 0 114 50,39
20-Feb 110 45 21 36,80
2010 12-Mar 37 125 0 66,49 66,49
08-Feb 0 0 115 50,83
18-Nov 83 0 0 3,07
2011 02-Jan 51 100 6 56,64 56,64
16-Apr 4 0 103 45,67
12-Jan 80 19 2 13,74
2012 04-Feb 0 182 0 94,82 94,82
11-Jan 0 0 95 41,99
23-Feb 111 135 0 74,44
2013 23-Feb 111 135 0 74,44 76,80
19-Apr 26 57 104,39 76,80
19-Feb 63,38 78,16 83,25 79,86
2014 11-Apr 56,19 83,41 121,2 99,11 99,11
11-Apr 56,19 83,41 121,2 99,11
25 Okt 44,60 59,40 88,73 71,82
2015 25 Okt 44,60 59,40 88,73 71,82 71,82
25 Okt 44,60 59,40 88,73 71,82

3.4. Perhitungan Curah Hujan Rencana


1. Perhitungan Koefisien Skewness dan Kurtosis
Tabel 3.6. Parameter Statistik Curah Hujan
LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 20
No Tahun Rh (mm) (xi-x) (xi-x)2 (xi-x)3 (xi-x)4
1 1996 68.39 -14.1605 200.5197603 -2839.460065 40208.17425
2 1997 84.35 1.7995 3.23820025 5.82714135 10.48594086
3 1998 86.12 3.5695 12.74133025 45.48017833 162.3414965
4 1999 94.68 12.1295 147.1247703 1784.549901 21645.69802
5 2000 81.36 -1.1905 1.41729025 -1.687284043 2.008711653
6 2001 91.58 9.0295 81.53187025 736.1920224 6647.445866
7 2002 62.03 -20.5205 421.0909203 -8640.996229 177317.5631
8 2003 52.17 -30.3805 922.9747803 -28040.43531 851882.445
9 2004 142.69 60.1395 3616.75946 217510.1056 13080948.99
10 2005 62.25 -20.3005 412.1103003 -8366.04515 169834.8996
11 2006 90.69 8.1395 66.25146025 539.2537607 4389.255985
12 2007 82.63 0.0795 0.00632025 0.00050246 3.99456E-05
13 2008 99.65 17.0995 292.3929003 4999.772398 85493.60812
14 2009 86.74 4.1895 17.55191025 73.53372799 308.0695534
15 2010 66.49 -16.0605 257.9396603 -4142.639913 66532.86833
16 2011 56.64 -25.9105 671.3540103 -17395.11808 450716.2071
17 2012 94.82 12.2695 150.5406303 1847.058263 22662.48136
18 2013 76.8 -5.7505 33.06825025 -190.1589731 1093.509175
19 2014 99.11 16.5595 274.2170403 4540.897078 75194.98516
20 2015 71.82 -10.7305 115.1436303 -1235.548724 13258.05559
Jumlah 1651.01 0 7697.974495 161230.5808 15068309.1
Rata-rata 82.5505

A. Perhitungan Standart Deviasi

1
𝑆=√ ∑(𝑋𝑖 − 𝑋)²
𝑁−1
𝑡

1
𝑆=√ 𝑥 7697,974495
19

𝑆 = 20,1285

B. Perhitungan Koefisien skewness

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 21


𝑁 ∑𝑁
𝑖=𝑙(𝑋𝑖 − 𝑋)³
𝐶𝑠 =
(𝑁 − 1)(𝑁 − 2)𝑆³
20𝑥161230,5808
𝐶𝑠 =
19𝑥18𝑥20,1285³
𝐶𝑠 = 1,156158
C. Perhitungan Koefisin Kurtosis

𝑁² ∑𝑡(𝑋𝑡 − 𝑋)⁴
𝐶𝑘 =
(𝑁 − 1)(𝑁 − 2)(𝑁 − 3)𝑆⁴
202 𝑥 15068309,1
𝐶𝑘 =
19𝑥18𝑥17𝑥20,1285⁴
𝐶𝑘 = 6,315442
Dari hasil perhitungan koefisien skewness dan koefisien kurtosis :
koefisien skewness = Cs = 1,156158
koefisien kurtosis = Ck = 6,315442

Tabel 3.7. Penentuan Distribusi yang Sesuai

No Distribusi Persyaratan Hasil Keterangan


Cs ~ 0 ± 0.3 Cs = 1.156158
1 Normal Tidak Memenuhi
Ck ~ 3.00 Ck = 6.315442
Cs = Cv3 + 3 Cv Cs = 1.156158
2 Log Normal Ck = Cv8 + 6Cv6 + Tidak Memenuhi
Ck = 6.315442
15Cv4 + 3
Cs = 1.14 Cs = 1.156158
3 Gumbel Tidak Memenuhi
Ck = 5.4 Ck = 6.315442
Log Pearson Selain nilai di atas Cs = 1.156158
4 Memenuhi
III Cs ≠ 0 ; Cs ≠ 1.14 Ck = 6.315442

Jadi, distribusi yang cocok adalah dengan menggunakan distribusi Log


Pearson Tipe III.

2. Menghitung curah hujan rencana dengan metode Log Pearson III


Tabel 3.8. Perhitungan Curah Hujan Rencana dengan Log Pearson III

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 22


(Log Xi- (Log Xi- (Log Xi-
No Tahun Xi Log Xi
LogX) LogX)2 LogX)3
1 1996 68.39 1.834992604 -0.070262 0.004936804 -0.000346872
2 1997 84.35 1.926085087 0.020830 0.000433893 9.03802E-06
3 1998 86.12 1.935104021 0.029849 0.000890964 2.65944E-05
4 1999 94.68 1.976258249 0.071003 0.005041461 0.00035796
5 2000 81.36 1.91041094 0.005156 2.65837E-05 1.37064E-07
6 2001 91.58 1.961800639 0.056546 0.003197409 0.0001808
7 2002 62.03 1.792601781 -0.112653 0.012690748 -0.001429654
8 2003 52.17 1.717420837 -0.187834 0.035281673 -0.006627104
9 2004 142.69 2.154393538 0.249139 0.062070011 0.015464032
10 2005 62.25 1.794139356 -0.111116 0.012346686 -0.00137191
11 2006 90.69 1.957559402 0.052304 0.00273575 0.000143092
12 2007 82.63 1.917137753 0.011883 0.0001412 1.67784E-06
13 2008 99.65 1.998477303 0.093222 0.008690398 0.000810139
14 2009 86.74 1.938219418 0.032964 0.001086653 3.58209E-05
15 2010 66.49 1.822756333 -0.082499 0.00680603 -0.000561488
16 2011 56.64 1.753123245 -0.152132 0.023144071 -0.003520948
17 2012 94.82 1.976899951 0.071645 0.005132999 0.000367753
18 2013 76.8 1.88536122 -0.019894 0.000395762 -7.87321E-06
19 2014 99.11 1.996117476 0.090862 0.00825599 0.00075016
20 2015 71.82 1.856245401 -0.049010 0.002401941 -0.000117718
Jumlah 1651.01 38.10510455 0 0.195707027 0.004163637
Log x 1.905255

A. Menghitung nilai rata-rata Log Xi

∑ 𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖
𝐿𝑜𝑔𝑋 =
𝑁
38,10510455
= 20

= 1.905255

B. Menghitung Standart deviasi dari Log X

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 23


1
𝑆 𝐿𝑜𝑔 𝑋 = √ ∑(Log Xi − LogX)2
𝑁−1
𝑡

1
=√ x 0,195707027
19

= 0,1014907
C. Perhitungan Koefisien Skewness

𝑁 ∑𝑁
𝑖=𝑙(Log Xi − LogX)³
𝐶𝑠 =
(𝑁 − 1)(𝑁 − 2)𝑆 𝑙𝑜𝑔𝑋³
20 𝑥 0,004163637
𝐶𝑠 =
19 𝑥 18 𝑥 0,1014907³
Cs = 0,2329152931

Jadi nilai Koefisien Skewness yang diperoleh adalah 0,2329152931.


Selanjutnya, mencari nilai KT pada tabel Distribusi Log Pearson III.

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 24


Gambar 3.2. Nilai KT Distribusi Log Pearson III

Tabel 3.9. Perhitungan nilai KT

Periode Ulang
Cs
2 5 10 25 50 100 200
0,7 -0,116 0,790 1,333 1,967 2,407 2,824 3,223
KT
0,65 -0,108 0,795 1,331 1,953 2,383 2,795 3,178
0,6 -0,099 0,800 1,328 1,939 2,359 2,755 2,132

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 25


Dari hasil interpolasi tabel Log Pearson Tipe III tersebut, maka didapat :
T = 2 dan Cs = 0,232922 maka nilai KT : -0,038431
T = 5 dan Cs = 0,232922 maka nilai KT : 0,8280
T = 10 dan Cs = 0,232922 maka nilai KT : 1,3041
T = 25 dan Cs = 0,232922 maka nilai KT : 1,8290
T = 50 dan Cs = 0,232922 maka nilai KT : 2,17677
T = 100 dan Cs = 0,232922 maka nilai KT : 2,4960

Menghitung Hujan Rencana dengan menggunakan rumus log Pearson Tipe


III:
Xtr = Log X + (KT x S LogX)

a. Curah hujan Rencana Periode ulang 2 tahun :


logXtr = 𝑙𝑜𝑔𝑋 + (KT x S logX)
logX2 = 1,905255 + (- 0,038431 x 0,1014907)
X2 = 79,70764 mm
b. Curah hujan Rencana Periode ulang 5 tahun :
logXtr = 𝑙𝑜𝑔𝑋 + (KT x S logX)
logX5 = 1,905255 + (0,8280 x 0,1014907)
X5 = 97,5639 mm
c. Curah hujan Rencana Periode ulang 10 tahun :
logXtr = 𝑙𝑜𝑔𝑋 + (KT x S logX)
logX10 = 1,905255 + (1,3041 x 0,1014907)
X10= 109,0458 mm
d. Curah hujan Rencana Periode ulang 25 tahun :
logXtr = 𝑙𝑜𝑔𝑋 + (KT x S logX)
logX25 = 1,905255 + (1,8290 x 0,1014907)
X25= 123,2764 mm
e. Curah hujan Rencana Periode ulang 50 tahun :
logXtr=𝑙𝑜𝑔𝑋 + (KT x S logX)
logX50 = 1,905255 + (2,17677 x 0,1014907)
X50= 133,7149 mm

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 26


f. Curah hujan Rencana Periode ulang 100 tahun :
logXtr= 𝑙𝑜𝑔𝑋 + (KT x S logX)
logX100 = 1,905255 + (2,4960 x 0,1014907)
X100 = 144,025 mm

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 27


BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis perhitungan antara lain :
1. DAS yang digunakan dalam laporan ini adalah DAS Kali Tenggang
dengan 3 Stasiun Hujan yaitu Stasiun Simongan, Stasiun Karangroto,
Stasiun Plamongansari.
2. Setelah dilakukan uji konsistensi data curah hujan tahunan terhadap ketiga
stasiun dengan metode double mass curve hasilnya menunjukan grafik
yang cukup konsisten hal ini dibuktikan dengan nilai regresi ketiga grafik
0,999 ~ 1( mendekati 1) sehingga tidak perlu dilakukan koreksi.
3. Curah hujan maksimum DAS dengan metode Thiessen didapat:

No Tahun Rh(mm)
1 1996 68,39
2 1997 84,35
3 1998 86,12
4 1999 94,68
5 2000 81,36
6 2001 91,58
7 2002 62,03
8 2003 52,17
9 2004 142,69
10 2005 62,25
11 2006 90,69
12 2007 82,63
13 2008 99,65
14 2009 86,74
15 2010 66,49
16 2011 56,64
17 2012 94,82
18 2013 76,80
19 2014 99,11
20 2015 71,82

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 28


4. Curah hujan rencana dengan metode Log Pearson III didapat:

Periode Ulang Log


KT XTR
(TR) XTR
x2 -0.0384 1.9015 79.708
x5 0.828 1.989 97.5639
x10 1.3041 2.0376 109.0458
x25 1.829 2.09088 123.2764
x50 2.17677 2.12618 133.1749
x100 2.496 2.15837 144.025

4.2. Saran
Dalam perhitungan curah hujan metode Thiessen salah satu faktor yang
berpengaruh adalah adanya daerah yang terpengaruh. Dalam menentukan
daerah terpengaruh perlu membuat garis yang membentuk segitiga dari
letak ketiga stasiun. Sebaiknya sudut yang terbentuk dari ketiga stasiun
berbentuk segitiga lancip. Dalam laporan ini dari segitiga yang terbentuk
sudutnya sudah lancip sehingga menyebabkan titik beratnya berada di
dalam segitiga.

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 29


LAMPIRAN

LAPORAN HIDROLOGI TERAPAN KELOMPOK 4 30

Anda mungkin juga menyukai