Disusun Oleh :
NAMA
NIM
PROG. STUDY
: NINGRUM
: 25113081
: BANGUNAN AIR
Disetujui
Dosen Pembimbing PW
LEMBARAN PENGESAHAN
JARINGAN IRIGASI
WAY METEN KABUPATEN BURU
Oleh :
Nama
: NINGRUM
Nim
: 25113081
Prog. Study : Kosentrasi Bangunan Air
Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Sipil
Disetujui
Dosen Pembimbing PW
Ir. O . A . TOREH, ST
NIP 19581021 198903 1 001
Nama
: NINGRUM
Nim
: 25113081
Prog. Study : Teknik Sipil
Telah diperiksa dan setujui laporan project work terhadap mahasiswa :
Dan kepada mahasiswa tersebut diberikan nilai :
TL
LEMBARAN
TUGAS
ASISTENSI
Disahkan
Dosen Pembimbing PW
PROJECT WORK
Ir. O . A . TOREH, ST
NIP 19581021 198903 1 001
Nama
: NINGRUM
Nim
: 25113081
Prog. Study : Teknik Sipil
No
Tanggal
Asistensi
Uraian Asistensi
Paraf
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena oleh kasih karunia
menyelesaikan tugas Project Work ini dengan baik sesuai dengan yang diharapkan
Dalam penulisan ini penulis mengalami banyak kendala dan kesulitan
dalam proses penyusunan, tetapi semuanya itu dapat teratasi sehingga tak lupa
penulis mengucapkan terimah kasih
DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................................................i
LEMBARAN PENGESAHAN...............................................................................ii
LEMBARAN PENILAIN PROJECT WORK.......................................................iii
LEMBARAN ASISTENSI TUGAS PROJECT WORK........................................iv
KATA PENGANTAR...............................................................................................v
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
I.1
I.2
I.3
I.4
I.5
Latar Belakang..........................................................................................1
Rumusan Masalah.....................................................................................2
Tujuan Penulisan.......................................................................................2
Ruang Lingkup..........................................................................................2
Sistematika Penulisan................................................................................2
Pengertian Irigasi.......................................................................................4
Jenis-Jenis Irigasi......................................................................................4
II.2.1
II.2.2
II.2.3
II.2.4
II.3
II.3.1
II.3.2
II.3.3
II.4
II.4.1
II.4.2
II.4.3
II.4.4
II.4.5
II.4.6
Bangunan utama...............................................................................12
Bangunan pembawa.........................................................................14
Bangunan Terjun..............................................................................15
Bangunan bagi dan sadap.................................................................15
Bangunan pengatur dan pengukur....................................................15
Bangunan Pembuang dan Penguras.................................................19
6
II.4.7
II.5
Perencanaan Saluran................................................................................20
II.5.1.
II.6
II.7
Bangunan Pelengkap........................................................................19
Standar Perencanaan........................................................................20
II.7.1
II.7.2
BAB IV PENUTUP...............................................................................................62
IV.1. Kesimpulan..............................................................................................62
IV.2. Saran........................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................64
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang
pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah
tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Irigasi dimaksudkan untuk mendukung
produktivitas usaha tani guna meningkatkan produksi pertanian dalam rangka
ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani yang
diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.
Tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara teratur sesuai kebutuhan
tanaman pada saat persedian air tanah tidak mencukupi untuk mendukung
pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara normal. Pemberian
air irigasi yang efisien selain dipengaruhi oleh tata cara aplikasi, juga ditentukan
oleh kebutuhan air guna mencapai kondisi air tersedia yang dibutuhkan tanaman.
Pembangunan saluran irigasi sangat diperlukan untuk menunjang
penyediaan bahan pangan, sehingga ketersediaan air di daerah irigasi akan
terpenuhi walaupun daerah irigasi tersebut berada jauh dari sumber air permukaan
(sungai). Hal tersebut tidak terlepas dari usaha teknik irigasi yaitu memberikan air
dengan kondisi tepat mutu, tepat ruang dan tepat waktu dengan cara yang efektif
dan ekonomis.
Dalam memenuhi kebutuhan air pada sektor pertanian dengan sistem irigasi,
memang banyak permasalahan yang muncul. Salah satu persoalan utama yang
terjadi dalam penyediaan air irigasi adalah semakin langkanya ketersediaan air
pada waktu-waktu tertentu. Pada sisi lain permintaan air untuk berbagai
kebutuhan cenderung semakin meningkat sebagai akibat peningkatan jumlah
penduduk, beragamnya pemanfaatan air, berkembangnya pembangunan, serta
kecenderungan menurunnya kualitas air akibat pencemaran.
Diharapkan juga bahwa dengan adanya bangunan Bendung Sungai Ular ini
kebutuhan air irigasi di saat musim kemarau dapat tetap terpenuhi. Oleh karena itu
diperlukan suatu cara untuk mengatur cara pemberian air dan sistem pola tanam
yang lebih optimal yaitu dengan menganalisa efisiensi dan optimalisasi pola
tanam serta analisis kebutuhan air.
irigasi.
Menghitung dimensi tiap saluran baik itu tersier,sekunder dan primer
Memberikan gambaran untuk Memenuhi dan menjaga tiap debit(Q) kapasitas
kebutuhan air tiap jaringan irigasi agar dapat dimanfaatkan tiap waktu tanpa
berpengaruh pada perbedaan musim
muka air.
Pada bab ini disampaikan kesimpulan
penulisan dan saran untuk penerapan hasil
penulisan di lapangan.
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Pengertian Irigasi
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang
pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawahtanah,
irigasi pompa dan irigasi rawa. Semua proses kehidupan dan kejadian di dalam
tanah yang merupakan tempat media pertumbuhan tanaman hanya dapat terjadi
apabila ada air, baik bertindak sebagai pelaku (subjek) atau air sebagai media
(objek). Proses-proses utama yang menciptakan kesuburan tanah atau sebaliknya
yang mendorong degradasi tanah hanya dapat berlangsung apabila terdapat
kehadiran air. Oleh karena itu, tepat kalau dikatakan air merupakan sumber
kehidupan.
Irigasi berarti mengalirkan air secara buatan dari sumber air yang tersedia
kepada sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Dengan demikian
tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara teratur sesuai kebutuhan tanaman
pada saat persediaan lengas tanah tidak mencukupi untuk mendukung
pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara normal. Pemberian
air irigasi yang efisien selain dipengaruhi oleh tatacara aplikasi, juga ditentukan
oleh kebutuhan air guna mencapai kondisi air tersedia yang dibutuhkan tanaman.
II.2
Jenis-Jenis Irigasi
Seperti yang telah dijelaskan diatas irigasi adalah suatu tindakan
untuk mengalirkan air dari sumber ke tempat yang membutuhkan, pada umumnya
irigasi ini banyak digunakan di Indonesia, dan dapat dibagi menjadi: irigasi
genangan liar, irigasi genangan dari saluran, irigasi alur dan gelombang.
2
akar tanaman yang membutuhkannya melalui aliran air tanah. Dengan demikian
tanaman yang diberi air lewat permukaan tetapi dari bawah permukaan dengan
mengatur muka air tanah.
3
dimana penyiramannya dilakukan dengan cara pengaliran air lewat pipa dengan
tekanan (4 6 Atm) sehingga dapat membasahi areal yang cukup luas. Pemberian
air dengan cara ini dapat menghemat dalam segi pengelolaan tanah karena dengan
pengairan ini tidak diperlukan permukaan tanah yang rata, juga dengan pengairan
ini dapat mengurangi kehilangan air disaluran karena air dikirim melalui saluran
tertutup.
4
tetapi pipa tersiernya dibuat melalui jalur pohon dan tekanannya lebih kecil karena
hanya menetes saja. Keuntungan sistem ini yaitu tidak ada aliran permukaan.
II.3
dengan
sistem
pembagian
air
dan
sistem
pembuangan kolektif, air irigasi dibagi-bagi dan dialirkan ke sawahsawah dan kelebihan air ditampung di dalam suatu system pembuangan
di dalam petak tersier.
4. Sistem pembuangan yang ada di luar daerah irigasi untuk membuang
kelebihan air lebih ke sungai atau saluran-saluran alamiah.
Tabel 2.1 Klasifikasi Jaringan Irigasi
Bangunan
Utama
Teknis
Semi Teknis
Sederhana
Bangunan
permanen
Bangunan
permanen atau
Bangunan
sederhana
semi
6
permanen
Kemampuan
bangunan dalam
mengukur dan
mengatur debit
Jaringan saluran
Baik
Saluran irigasi
dan pembuang
terpisah
Sedang
Saluran
irigasi dan
pembuang tidak
sepenuhnya
terpisah
Belum
dikembangkan
Petak tersier
Dikembangkan
seluruhnya
atau
densitas
bangunan
tesier jarang
Efesiensi secara
Jelek
Saluran irigasi
dan pembuang
jadi satu
Belum ada
jaringan
terpisah yang
dikembangkan
50 60 %
4050 %
< 40 %
Sampai 2000 ha
< 500 ha
keseluruhan
Ukuran
subur, dan
bangunan penyadap bersifat sementara, sehingga tidak mampu bertahan lama.
bangunan
sadap
yang
permanen
ataupun
semi
Gambar 2..2
Gambar 2.2.
Gambar 2.3
Petak tersier menerima air di suatu tempat dalam jumlah yang sudah
diukur dari suatu jaringan pembawa yang diatur oleh Dinas Pengairan. Untuk
memudahkan sistem pelayanan irigasi kepada lahan pertanian, disusun suatu
organisasi petak yang terdiri dari petak primer, petak sekunder, petak tersier, petak
kuarter dan petak sawah sebagai satuan terkecil
1) Petak Tersier
Perencanaan dasar yang berkenaan dengan unit tanah adalah petak
tersier.Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan
sadap (off take) tersier yang menjadi tanggung jawab Dinas Pengairan.Bangunan
sadap tersier mengalirkan airnya ke saluran tersier.Di petak tersier pembagian air,
eksploitasi dan pemeliharaan menjadi tanggung jawab para petani yang
bersangkutan, di bawah bimbingan pemerintah.Ini juga menentukan ukuran petak
tersier. Petak yang kelewat besar akan mengakibatkan pembagian air menjadi
tidak efisien.
Faktor-faktor penting lainnya adalah jumlah petani dalam satu petak, jenis
tanaman dan topografi.Di daerah-daerah yang ditanami padi luas petak tersier
idealnya maksimum 50 ha, tapi dalam keadaan tertentu dapat ditolelir sampai
seluas 75 ha, disesuaikan dengan kondisi topografi dan kemudahan eksploitasi
dengan tujuan agar pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan lebih mudah.Petak
tersier harus mempunyai batas-batas yang jelas seperti misalnya parit, jalan, batas
desa dan batas perubahan bentuk medan (terrain fault). Petak tersier dibagi
menjadi petak-petak kuarter, masing- masing seluas kurang lebih 8 - 15 ha.
Petak tersier harus terletak langsung berbatasan dengan saluran sekunder
atau saluran primer. Perkecualian: kalau petak-petak tersier tidak secara langsung
terletak di sepanjang jaringan saluran irigasi utama yang dengan demikian,
memerlukan saluran tersier yang membatasi petak-petak tersier lainnya, hal ini
harus dihindari.Panjang saluran tersier sebaiknya kurang dari 1.500 m, tetapi
dalam kenyataan kadang-kadang panjang saluran ini mencapai 2.500 m. Panjang
saluran kuarter lebih baik di bawah 500m, tetapi prakteknya kadang-kadang
sampai 800 m.
11
2) Petak sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya
dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari
bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder. Batas-batas petak
sekunder pada umumnya berupa tanda-tanda topografi yang jelas, misalnya
saluran pembuang. Luas petak sekunder bias berbeda-beda, tergantung pada
situasi daerah.
Saluran sekunder sering terletak di punggung medan mengairi kedua sisi
saluran hingga saluran pembuang yang membatasinya. Saluran sekunder boleh
juga direncana sebagai saluran garis tinggi yang mengairi lerenglereng medan
yang lebih rendah saja.
3) Petak primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang mengambil air
langsung dari saluran primer.Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang
mengambil airnya langsung dari sumber air, biasanya sungai.Proyek-proyek
irigasi tertentu mempunyai dua saluran primer.Ini menghasilkan dua petak primer
Daerah di sepanjang saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan
mudah dengan cara menyadap air dari saluran sekunder. Apabila saluran primer
melewati sepanjang garis tinggi, daerah saluran primer yang berdekatan harus
dilayani langsung dari saluran primer.
12
II.4
bangunan lain ( missal jalan atau saluran maupun sungai ) dengan sifat aliran air
tertekan.
14
sekunder. Bangunan pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat mengatur muka
air sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit yang
konstan dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan bangunan pengukur
dimaksudkan untuk dapat memberi informasi mengenai besar aliran yang
dialirkan. Kadangkala, bangunan pengukur dapat juga berfungsi sebagai bangunan
pengatur. Peralatan ukur dapat dibedakan menjadi alat ukur aliran-atas bebas (free
overflow) dan alat ukur aliran bawah (underflow). Beberapa dari alat pengukur
dapat juga dipakai untuk mengatur aliran air. Parameter dalam menentukan
pemilihan alat ukur debit adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
No
Mengukur
Dengan Aliran
Kemampuan
Mengatur
Ambang Lebar
Atas
Tidak
Parshall
Atas
Tidak
Cipoleti
Atas
Tidak
Romijin
Atas
Ya
Crump de Gruyter
Bawah
Ya
Pipa Sederhana
Bawah
Ya
16
ConstantHead Orifice
Bawah
Ya
Di hulu saluran primer, untuk aliran besar alat ambang lebar dipakai untuk
de Gruyter. Di petak
petak tersier kecil di sepanjang saluran primer dengan tinggi muka air yang
bervariasi, dapat dipertimbangkan untuk memakai bangunan sadap pipa
sederhana.
m=
b=
g=
h=
Kelebihan :
1. Bangunan bisa mengukur dan mengatur
2. Dapat membilas sedimen halus
3. Ketelitiannya cukup baik
Kekurangan :
1. Pembuatannya rumit dan mahal
2. Bangunan ini membutuhkan muka air yang tinggi di saluran
3. Biaya pemeliharaannya relatif mahal
b. Pintu Sorong
Pintu sorong merupakan pintu air dengan pengaliran bawah.
Gambar 2.6
(2.2)
18
a = bukaan pintu, m
b = lebar pintu, m
g = gravitasi (m) (+9,81)
z = diambil 0,1 m
Keuntungan :
1. Tinggi muka air di hulu dapat dikontrol dengan cepat
2. Pintu bilas kuat dan sederhana
Kelemahan :
1. Benda - benda hanyut dapat tersangkut di pintu
2. Kecepatan aliran dan muka air dihulu dapat dikontrol dengan baik jika aliran
moduler.
II.5
Perencanaan Saluran
Di dalam perencanaan saluran-saluran irigasi, akan dijumpai perhitungan
20
Keterangan:
B = lebar dasar saluran, m.
h = tinggi air, m.
fb = tinggi jagaan (freeboard), m.
H = tinggi total saluran, m.
m = perbandingan sudut dalam saluran
Ne = perbandingan sudut sebelah luar
Nc = perbandingan sudut sebelah dalam
Wr = lebar jalan inspeksi, m
21
(B/h)
< 0,30
0,30 - 050
1,5
0,50 - 1,50
1,50 - 3,00
2,5
3,00 - 4,50
4,50 - 6,00
3,5
6,00 - 7,50
7,50 - 9,00
4,5
9,00 - 11,00
22
.
Bila kedalaman galian lebih dalam dari tinggi saluran, maka diperlukan
kemiringan dalam (Nc) dan kemiringan lereng luar (Ne).
23
24
V=
1
n
R2/3 S1/2
Dimana:
V
= jari-jari hidrolis, m
Dimana:
Q = debit air yang mengalir, m3/det.
A = luas penampang basah saluran, m2.
V = kecepatan rata-rata aliran, m/det.
Dimana:
26
27
d) Dimensi saluran
Saluran direncanakan sebagai saluran terbuka yang berbentuk trapesium
28
1+m2
= jari-jari hidrolis, m
= A: P
= {h (B + m.h)} : {( B + 2h
1+m
2 )}
A=
Q Rencana
V Standar
3) Dari hubungan (B/h) seperti pada Tabel 1 dan luas penampang basah A = h(B
+ m.h), maka tinggi air (h) dapat ditentukan dan dilihat pula nilai lebar dasar
saluran (B).
4) Tentukan nilai lebar dasar saluran baru (Bb) yang sesuai, agar praktis. Hal ini
dilakukan karena sering didapat nilai B dalam bentuk bilangan yang tidak
bulat, sehingga susah nantinya dilaksanakan di lapangan. Dengan nilai lebar
dasar saluran baru Bb, maka dari persamaan A = h(Bb + m.h) di dapat nilai
tinggi air yang baru, hb.
29
Dimana:
S = gradien hidrolis.
V = kecepatan aliran standar, m/det.
n = nilai koefisien kekasaran Manning.
R = jari-jari hidrolis, m.
= hb (Bb + m.hb) : (Bb + 2hb
1+m2
6) Tambahkan tinggi jagaan dari Tabel 5 yang sesusai dengan debit rencana,
maka diperoleh tinggi total saluran.
7) Untuk tujuan praktis, maka dibuat dimensidimensi standar sehingga dimensi
saluran yang direncanakan tidak terlalu banyak tipe.
Besaran-besaran untuk dimensi saluran tersier dan kuarter seperti pada Tabel
10 berikut.
30
Catatan: H adalah tinggi tanggul dari elevasi tanah asli (sawah) yang disyaratkan,
tidak boleh kurang dari 0,30 m, hal ini untuk menjamin terlayaninya sawah
dengan memuaskan
2) Disain hidrolis saluran
Ada beberapa perhitungan dan asusmsi sebagai berikut:
a. Rumus pengaliran dan koefisien pengaliran Untuk mendimensi saluran,
digunakan rumus pengaliran seragam (uniorm flow) dari Manning.
Q = A.V
= A.1/n . R2/3 . S1/2
Pendimensian saluran sama dengan cara mendimensi saluran primer dan
skunder. Nilai koefisien kekasaran Manning, untuk saluran tersier dan kuarter
diamnbil n = 0,025 atau Kst = 40.
b. Perhitungan dimensi saluran Untuk keperluan praktis baik perencanaan
maupun pekaksanaan, maka dibuat 5 (lima) tipe saluran seperti pada Tabel 11.
Dalam memilih tipe saluran tersier dan kuarter yang layak, maka
perlu
31
II.6
tinggi muka air diperlihatkan di sawah-sawah yang diairi air prosedurnya sebagai
berikut :
32
petak tersier.
Tentukan kehilangan tinggi energy dibangunan sadap tersier dan
persediaan untuk variasi air akibat eksploitas jaringan utama.
33
II.7
34
35
sampai Maret dan Juli. Hasil analisis curah hujan menunjukkan bahwa Kabupaten
Buru Selatan memiliki curah hujan tahunan rata-rata 1226,1 mm.
Suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara 25,9oC (bulan Juli dan Agustus)
sampai 28.3oC (bulan April). Suhu maksimum terendah terjadi pada bulan Juli
(31,1oC) dan tertinggi pada bulan Nopember(33,4oC). Sedangkan suhu minimum
terendah terjadi pada bulan Juli (22,3oC), dan tertinggi terjadi pada bulan
Desember (24,3oC).
3. Fisiografi
Fisiografi menggambarkan kenampakan bentangan permukaan lahan pada
suatu kawasan yang luas. Fisiografi daerah penelitian terbagi atas tiga kategori
yakni fisiografi dataran, fisiografi perbukitan dan fisiografi pegunungan.
Fisiografi dataran dengan lereng datar hingga bergelombang (015%)seluas
9308.9 hektar (1.8 %),fisiografi perbukitan dengan lereng landai hingga sangat
curam (3>50%)seluas 53663.3 hektar(10.6 %),fisiografi pegunungan dengan
lereng landai hingga sangat curam (3>50%)seluas 443027.8 hektar (87.6 %).
4. Kondisi Tanah
Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Buru Selatan adalah;Tanah Regosol
(Psamments) dengan kedalaman solum sedang sampai dalam, dan penggunaan
lahan yang umumnya ditemukan adalah kelapa, dan tanaman campuran. Vegetasi
khusus yang ditemukan seperti ketapang, waru dan jenis vegetasi bawah seperti
pescapreae.
Tanah Aluvial (Fluvents), dengan kedalaman solum sedang sampai dalam,
berdrainase baik hingga agak buruk dan bertekstur sedang dengan penggunaan
lahan kelapa, kebun campuran, dan ladang. Tanah Gleisol (Aquents/Aquepts),
dengan kedalaman solum sedang sampai dalam, berdrainase agak buruk hingga
sangat buruk dengan penggunaan lahan kelapa, dan ladang. Vegetasi khusus yang
ditemukan adalah sagu, dan nipah. Tanah Litosol (Lithick orthents), tanah ini
bertekstur sedang dan berdrainase baik dan memiliki kedalaman solum sangat
36
dangkal serta terdapat singkapan batuan. Vegetasi yang ditemukan adalah hutan
primer dan hutan sekunder.
Tanah Rensina (Rendolls),dengan solum dangkal sampai sedang dengan
tekstur sedang hingga halus dan berdrainase baik. Penggunaan lahan yang
ditemukan adalah tanaman campuran, hutan primer dan hutan sekunder.Tanah
Kambisol (Tropepts),dengan solum sedang sampai dalam, berdrainase baik,
dengan tekstur halus sampai agak kasar. Penggunaan lahan yang ditemukan adalah
tanaman campuran (tanaman tahunan, dan ladang) serta hutan primer dan hutan
sekunder.
Tanah Brunizem (Udalfs),dengan solum dalam hingga sangat dalam,
berdrainase baik, dengan tekstur halus. Penggunaan lahan yang ditemukan adalah
tanaman campuran dan ladang, serta hutan primer dan hutan sekunder.
Tanah Podsolik (Udults), dengan solum dalam hingga sangat dalam,
berdrainase dalam dengan tekstur halus.Vegetasi yang ditemukan adalah kebun
campuran, dan ladang serta hutan primer dan hutan sekunder.
5. Penduduk dan Angkatan Kerj
Berdasarkan data registrasi penduduk jumlah penduduk di Kabupaten Buru
Selatan sampai dengan tahun 2009 adalah sebanyak 52.949 jiwa dengan uraian
pada masing-masing kecamatan sebagai berikut:
Kecamatan Kepala Madan 9.343 jiwa yang terdiri dari 4.803 jiwa laki-laki dan
4.540 jiwa perempuan; Kecamatan Leksula sebanyak 15.863 jiwa yang terdiri dari
8.332 jiwa laki-laki dan 7.531 jiwa perempuan; Kecamatan Namrole sebanyak
8.547 jiwa yang terdiri dari 4.465 jiwa laki-laki dan 4.082 jiwa perempuan;
Kecamatan Waisama sebanyak 9.689 jiwa yang terdiri dari 5.008 jiwa laki-laki
dan 4.681 jiwa perempuan; Kecamatan Ambalau sebanyak 9.507 jiwa yang terdiri
dari 4.951 jiwa laki-laki dan 4.556 jiwa perempuan;
37
BAB III
PEMBAHASAN
38
III.1
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
III.2
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
III.3
80
81
82
83
84
85
86
III.4
87
88
89
90
91
BAB IV
PENUTUP
IV.1.
Kesimpulan
Dari uraian-uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
IV.2.
Saran
Adapun hal-hal yang akan disampaikan penulis guna untuk perbaikan dan
2.
92
93
DAFTAR PUSTAKA
Dirjend. Pengairan Dept. Pekerjaan Umum. Bandung 1986.
Standandar
94
LAMPIRAN
95
96
97