Anda di halaman 1dari 118

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala kehadirat dan hidayahnya yang di
limpahkan bagi segenap manusia dan kepada seluruh Team Kerja yang telah bekerja dalam
Inventarisasi Jaringan Irigasi Paket II Tahun 2013 sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan
Inventarisasi Jaringan Irigasi Paket II Tahun 2013.
Kabupaten Luwu Utara tergolong potensial bagi pengembangan persawahan yang diarahkan untuk
produksi palawija yang dirotasikan dengan padi. Pengembangan potensi ini dapat berjalan jika
didukung jaringan irigasi yang didalamnya terdapat saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya
sebagai subsistem yang menjadi satu kesatuan. Untuk mempertahankan kondisi tersebut maka
diperlukan suatu pengelolaan sumberdaya air yang berfungsi sebagai evaluasi, monitoring serta
operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi tersebut.
Laporan ini merupakan bagian dari kegiatan Inventarisasi Jaringan Irigasi Paket II Kabupaten Luwu
Utara. Secara substantif laporan ini menyajikan hasil-hasil pekerjaan yang meliputi hasil penelusuran
data tentang potensi wilayah, penggunaan lahan, Cakupan DI, Jenis dan kondisi saluran irigasi yang
disajikan dalam bentuk baik narasi, tabel-tabel dan peta.
Demikian laporan ini kami susun, semoga dapat memenuhi harapan semua pihak terkait di Kabupaten
Luwu Utara .

Desember, 2013

Tim Konsultan

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Tabel iv
Daftar Gambar v

BAB 1
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG 1
I.2. MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN 2
I.3. OUTPUT KEGIATAN 3
I.4. RUANG LINGKUP PEKERJAAN 3
a. Lingkup Wilayah 3
b. Lingkup Kegiatan 4
I.5. DASAR HUKUM PELAKSANAAN 5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. JARINGAN IRIGASI 7
a. Klasifikasi Jaringan Irigasi 7
b. Bangunan Irigasi 8
II.2. TOPOGRAFI 12
II.3. HIDROLOGI 14
II.4. SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG/GIS) 17
a. Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis (SIG) 17
b. Komponen Utama 18
c. Data Spasial 19
d. Model Aplikasi SIG 19
e. Data Spasial 22
f. Sumber Data Spasial 24
g. Tahapan SIG 26

BAB 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH
III.1. LETAK ADMINISTRASI DAN GEOGRAFIS 27
III.2. PENDUDUK 28
III.3. KONDISI FISIK 31
a. Topografi 31
b. Hidrologi 31
c. Vegetasi dan Tata Guna Lahan 33
d. Kondisi Geologi 34
III.4. POTENSI WILAYAH 34
a. Pertanian 34

BAB 4
METODOLOGI
IV.1. PENYIAPAN BASIS DATA 36
a. Penyiapan Peta Dasar 36
b. Scanning 37
c. Koreksi Geometrik 37
d. Digitasi on Screen 39
e. Atribut Tabel 41
f. Editing 44

ii
g. Geometric Calculation 51
IV.2. PENYUSUNAN DATA JARINGAN IRIGASI BERBASIS SIG 52

BAB 5
HASIL PEKERJAAN
V.1.DAERAH IRIGASI MALEKU 54
V.2.DAERAH IRIGASI LAIYA 61
V.3.DAERAH IRIGASI RAMBAKULU 68
V.4.DAERAH IRIGASI KALUKU 75
V.5.DAERAH IRIGASI MALALIN 82
V.6.DAERAH IRIGASI PARARRA UASA 89
V.7.DAERAH IRIGASI MAKAWU 96
V.8.DAERAH IRIGASI MALIMBU BINUANG 103

BAB 6 110
PENUTUP
VI.1.KESIMPULAN 110
VI.2.SARAN 111

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Klasifikasi Jaringan Irigasi 7


Tabel 3. 1 Luas Wilayah Dan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten 29
Tabel 3. 2 Banyaknya Penduduk Kab. Luwu Utara Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin 29
Tabel 3. 3 Jarak dari Ibukota Kabupaten ke Ibukota Kecamatan di Kabupaten Luwu Utara 30
Tabel 3. 4 Banyaknya Desa, Kelurahan, Lingkungan, Dusun, Rukun Warga/Rukun Kampung, dan
Rukun Tetangga menurut Kecamatan di Kab. Luwu Utara, 2012 30
Tabel 3. 5 Peta Kondisi Topografi Kecamatan Sabbang 31
Tabel 3. 6 Peta Kondisi Hidrologi Kecamatan Sabbang 32
Tabel 3. 7 Rata-rata Suhu Udara & Kelembaban Relatif Setiap Bulan di Kab. LUTRA 2012 32
Tabel 3. 8 Rata-Rata Hari dan Curah Hujan Setiap Bulan di Kab. Luwu Utara Tahun 2012 33
Tabel 3. 9 Luas Lahan Sawah Menurut Jenis Pengairan di Kab. Luwu Utara (dalam Ha) 34
Tabel 3. 10 Luas Panen & Produksi Padi Ladang Menurut Kecamatan di Kab. LUTRA (Ha) 35
Tabel 5. 1 Panjang Jaringan Irigasi Berdasarkan Jenis dan Kondisi 56
Tabel 5. 2 Panjang Jaringan Irigasi Berdasarkan Jenis dan Kondisi 63
Tabel 5. 3 Panjang Jaringan Irigasi Berdasarkan Jenis dan Kondisi 70
Tabel 5. 4 Panjang Jaringan Irigasi Berdasarkan Jenis dan Kondisi 77
Tabel 5. 5 Panjang Jaringan Irigasi Berdasarkan Jenis dan Kondisi 84
Tabel 5. 6 Panjang Jaringan Irigasi Berdasarkan Jenis dan Kondisi 91
Tabel 5. 7 Panjang Jaringan Irigasi Berdasarkan Jenis dan Kondisi 98
Tabel 5. 8 Panjang Jaringan Irigasi Berdasarkan Jenis dan Kondisi 105

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Peta Lokasi Kegiatan 3


Gambar 2. 1 Skema Jaringan Irigasi 11
Gambar 2. 2 Contoh Peta Bencana 20
Gambar 2. 3 Aplikasi GIS dalam mendeteksi angin taiphon 20
Gambar 2. 4 Peta jangkauan pelayan kesehatan 21
Gambar 2. 5 Peta topografi 22
Gambar 2. 6 Peta 3D perencanaan jalur pendakian. 22
Gambar 2. 7 Ilustrasi data vektor. 23
Gambar 2. 8 Ilustrasi data vektor dengan dunia nyata. 23
Gambar 2. 9 Ilustrasi data raster. 24
Gambar 2. 10 Peta analog (Hardcopy). 25
Gambar 2. 11 Citra satelit hasil penginderaan jauh. 25
Gambar 2. 12 Gabungan data citra dan vector. 26
Gambar 3. 1 Peta Administrasi Kabupaten Luwu Utara 28
Gambar 3. 2 Peta Penggunaan Lahan pada Daerah Studi 33
Gambar 3. 3 Peta Formasi Geologi di Kabupaten Luwu Utara 34
Gambar 4. 1 Skema Persiapan Peta Dasar 36
Gambar 4. 2 Tampilan antar muka layout peta tematik 53
Gambar 5. 1 Lokasi Daerah Irigasi Maleku 54
Gambar 5. 2 Kondisi Topografi Daerah Irigasi Maleku 55
Gambar 5. 3 Jaringan Irigasi pada Daerah Irigasi Maleku 56
Gambar 5. 4 Peta Daerah Irigasi Maleku 58
Gambar 5. 5 Skema Bangunan DI Maleku 59
Gambar 5. 6 Skema Jaringan DI Maleku 60
Gambar 5. 7 Peta Daerah Irigasi Laiya 61
Gambar 5. 8 Peta Topografi Daerah Irigasi Laiya 62
Gambar 5. 9 Jaringan Irigasi pada Daerah Irigasi Laiya 63
Gambar 5. 10 Peta Daerah Irigasi Laiya 65
Gambar 5. 11 Skema Bangunan DI Laiya 66
Gambar 5. 12 Skema Jaringan DI Laiya 67
Gambar 5. 13 Peta Daerah Irigasi Rambakulu 68
Gambar 5. 14 Kondisi Topografi Daerah Irigasi Rambakulu 69
Gambar 5. 15 Jaringan Irigasi pada Daerah Irigasi Rambakulu 70
Gambar 5. 16 Peta Daerah Irigasi Rambakulu 72
Gambar 5. 17 Skema Bangunan DI Rambakulu 73
Gambar 5. 18 Skema Jaringan DI Rambakulu 74
Gambar 5. 19 Peta Daerah Irigasi Kaluku 75
Gambar 5. 20 Kondisi Topografi Daerah Irigasi Kaluku 76
Gambar 5. 21 Jaringan Irigasi pada Daerah Irigasi Kaluku 77
Gambar 5. 22 Peta Daerah Irigasi Kaluku 79
Gambar 5. 23 Skema Bangunan DI Kaluku 80
Gambar 5. 24 Skema Jaringan DI Kaluku 81
Gambar 5. 25 Peta Daerah Irigasi Malalin 82
Gambar 5. 26 Kondisi Topografi Daerah Irigasi Malalin 83
Gambar 5. 27 Jaringan Irigasi pada Daerah Irigasi Malalin 84
Gambar 5. 28 Peta Daerah Irigasi Malalin 86
Gambar 5. 29 Skema Bangunan DI Malalin 87
Gambar 5. 30 Skema Jaringan DI Malalin 88
Gambar 5. 31 Peta Daerah Irigasi Pararra Uasa 89

v
Gambar 5. 32 Kondisi Topografi Daerah Irigasi Pararra Uasa 90
Gambar 5. 33 Jaringan Irigasi pada Daerah Irigasi Pararra Uasa 91
Gambar 5. 34 Peta Daerah Irigasi Pararra Uasa 93
Gambar 5. 35 Skema Bangunan DI Pararra Uasa 94
Gambar 5. 36 Skema Jaringan DI Pararra Uasa 95
Gambar 5. 37 Peta Daerah Irigasi Makawu 96
Gambar 5. 38 Kondisi Topografi Daerah Irigasi Makawu 97
Gambar 5. 39 Jaringan Irigasi pada Daerah Irigasi Makawu 98
Gambar 5. 40 Peta Daerah Irigasi Makawu 100
Gambar 5. 41 Skema Bangunan DI Makawu 101
Gambar 5. 42 Skema Jaringan DI Makawu 102
Gambar 5. 43 Peta Daerah Irigasi Malimbu Binuang 103
Gambar 5. 44 Kondisi Topografi Daerah Irigasi Malimbu Binuang 104
Gambar 5. 45 Jaringan Irigasi pada Daerah Irigasi Malimbu Binuang 105
Gambar 5. 46 Peta Daerah Irigasi Malimbu Binuang 107
Gambar 5. 47 Skema Bangunan DI Malimbu Binuang 108
Gambar 5. 48 Skema Jaringan DI Malimbu Binuang 109

vi
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

BAB 1
PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Sumber daya air merupakan salah satu sumber daya alam yang paling utama dalam
mendukung usaha-usaha pertanian, oleh karena itu selain keberadaannya yang
sangat diperlukan sekali oleh para petani, juga kondisi sarana dan prasarana irigasi itu
sendiri diharapkan dapat berfungsi sebaik mungkin. Sehingga dapat menjamin para
petani dalam melakukan kegiatannya dalam bidang pertanian.
Inventarisasi Daerah Irigasi dan Pengairan merupakan salah satu tahapan yang
diperlukan dalam pelaksanaan pengelolaan sumber daya air. Untuk mengatasi
keandalan pasokan air ditekankan dengan integrasi pemakaian air permukaan dan air
tanah, serta peningkatan kualitas air dengan pendekatan partisipatoris berdasarkan
prinsip "satu sungai, satu rencana terpadu, dan satu pengelolaan yang terkoordinasi".
Berdasarkan analisis produksi ekonomi wilayah, dapat disimpulkan konsentrasi
perkembangan produksi pertanian tanaman pangannya cukup tinggi (basis) meliputi
beberapa kecamatan. Untuk melayani aktivitas wilayah dalam rangka mendorong
produksi pertanian, maka diperlukan upaya membentuk dan menambah jaringan
prasarana irigasi, pada setiap kecamatan potensial produksi tinggi tersebut. Jaringan
irigasi diartikan sebagai upaya memanfaatkan air melalui perluasan irigasi guna
mengembangkan penggunaan air, melindungi areal produksi dan menghindari
kerusakan lahan akibat banjir dan kekeringan serta mendukung pemanfaatan areal
pertanian baru dan penyediaan air bagi masyarakat.
Jaringan irigasi merupakan infrastruktur yang memiliki peranan sangat vital di setiap
daerah. Kesejahteraan masyarakat secara umum dan peningkatan roda
perekonomian masyarakat petani secara khusus sangat ditentukan oleh sesempurna
bagaimana infrastruktur tersebut.
Untuk memacu pembangunan di sub-sektor pertanian beririgasi (sawah dan tambak),
misalnya, Sistem Informasi Irigasi (database irigasi yang komprehensif yang tersaji
dalam sistem yang akurat dan handal) berbasis spasial, menggunakan teknologi

1
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

sistem informasi geografis yang dinamis, dapat diakses kapan saja dan dari mana saja
selama ada jaringan internet mutlak diperlukan. Saat ini dibutuhkan data yang
terperinci berapa luas Daerah Irigasi (DI) eksisting di Kabupaten Luwu Utara.
Kegiatan Inventarisasi Daerah Irigasi di Kabupaten Luwu Utara ini perlu dilaksanakan
dengan subtansi optimalisasi dan pemutakhiran data jaringan irigasi. Tentunya
dengan harapan dapat menyediakan informasi jaringan irigasi seperti: berapa luas
daerah irigasi eksisting, bagaimana kondisi dan performance masing-masing daerah
irigasi secara spasial, apa permasalahan-permasalahan pokok yang dihadapi sebagai
justifikasi usaha rehabilitasi bila diperlukan, selanjutnya seluruh informasi tersebut
tersimpan dalam database yang bersifat updateable sebagai sarana dalam menyusun
pelaksanaan kegiatan dalam mengembangkan kebijakan, fasilitasi, koordinasi,
monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan terkait dengan pengelolaan jaringan
irigasi.

I.2. MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN

Maksud dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk melakukan :

- Inventarisasi daerah irigasi dan pengairan beserta sarana dan prasarana


pendukungnya.

- Penyusunan hasil inventarisasi daerah irigasi dan pengairan berbasis Sistem


Informasi Geografis (GIS).

- Penyusunan rencana pengembangan daerah irigasi dan pengairan (jangka


pendek, jangka menengah dan jangka panjang berdasarkan skala prioritas)
Sedangkan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk :

- Mengidentifikasi dan menginventarisasi daerah irigasi dan pengairan yang ada


(sarana dan prasarana pendukung) beserta fungsi dan kondisinya.

- Melakukan analisis untuk rencana pengembangan daerah irigasi dan pengairan


berdasarkan skala prioritas.

- Menyusun hasil inventarisasi ke dalam suatu data base yang mudah untuk diakses
berbasis GIS.

2
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

I.3. OUTPUT KEGIATAN

Output dari kegiatan pekerjaan ini adalah :

- Tersedianya data dan informasi mengenai daerah irigasi dan pengairan yang ada
(sarana dan prasarana pendukung) beserta fungsi dan kondisinya.

- Tersedianya hasil analisis untuk rencana pengembangan daerah irigasi dan


pengairan berdasarkan skala prioritas.

- Tersedianya data hasil inventarisasi Daerah Irigasi ke dalam suatu data base yang
mudah untuk diakses berbasis GIS.

- Laporan Pelaksanaan Kegiatan yang memuat hasil-hasil dari pelaksanaan


kegiatan inventarisasi daerah irigasi dan pengairan

I.4. RUANG LINGKUP PEKERJAAN

a. Lingkup Wilayah
Inventarisasi jaringan irigasi paket II ini dilaksanakan pada daerah irigasi Maleku, Laiya,
Rambakulu, Kaluku, Malalin, Pararra Uasa, Makawu, dan daerah irigasi Malimbu
Binuang. Gambaran lokasi kegiatan dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gambar 1. 1 Peta Lokasi Kegiatan

3
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

b. Lingkup Kegiatan
Tahapan kegiatan yang tercakup dalam pekerjaan ini adalah :

- Persiapan Inventarisasi
Tahapan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan segala sesuatunya terkait
dengan survey yang akan dilaksanakan. Tujuannya untuk memudahkan para
surveyor dalam melakukan inventarisasi daerah irigasi saat di lapangan nantinya.

- Survey Pendahuluan dan Survey Reconnaisance


Survey pendahuluan perlu untuk dilaksanakan. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui lokasi-lokasi daerah irigasi yang akan di survey serta sebagai bahan
orientasi bagi surveyor.

- Pengukuran Topografi dan Hidrologi


Pengukuran topografi dilakukan untuk mengetahui beda tinggi atau elevasi
permukaan dasar dari tiap-tiap irigasi. Data informasi topografi ini dibutuhkan
dalam menganalisis aliran air dalam irigasi. Kegiatan yang dilakukan adalah :
1) Survey jaringan irigasi dan bangunan irigasi yang ada di lokasi studi yang
mencakup dimensi, volume, jarak, kondisi, dll.
2) Survey area yang berpotensi untuk pengembangan.
3) Survey potensi sumber daya air yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai
sumber pengairan irigasi lebih lanjut.
Tujuan survey hidrologi yang dilaksanakan dalam pekerjaan ini adalah untuk
menginventarisasi sumber daya air yang memingkinkan untuk dikembangkan
sebagai sumber air untuk kegiatan irigasi dan pengairan, melakukan inventarisasi
sarana dan prasana daerah irigasi dan pengairan. Lingkup pekerjaan survey
hidrologi ini meliputi :
1) Mengumpulkan data sarana dan prasana daerah irigasi dan pengairan
seperti: lokasi, dimensi, kondisi tinggi muka air banjir, debit air dan data
curah hujan.
2) Melakukan survey lokasi sumber-sumber air untuk irigasi dan pengairan
3) Menganalisa pola aliran air pada daerah rencana untuk memberikan
masukan dalam proses pengembangan area irigasi.

4
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

4) Menghitung kebutuhan air irigasi untuk rencana pengembangan


berdasarkan luasan lahan dan potensi sumber daya air yang tersedia.
5) Menginventarisasi sarana dan prasarana daerah irigasi mencakup
dimensi,jumlah, kondisi, area, lokasi.

- Survey Lokasi
Survey lokasi atau pengumpulan data primer lapangan dilakukan untuk
mengetahui kondisi eksisting dari masing-masing daerah irigasi.

- Laporan Hasil Inventarsasi Daerah Irigasi dan Pengairan


Hasil pelaksanaan kegiatan inventarisasi daerah irigasi dan pengairan di rangkum
dalam sebuah bentuk laporan hasil kegiatan. Laporan hasil kegiatan ini disusun
berdasarkan hasil survey yang telah dilaksanakan yang di kombinasikan dengan
berbagai data sekunder. Unsur-unsur data dan informasi yang termuat pada
inventarisasi daerah irigasi dibuat dalam bentuk format sistem informasi geografi
berupa data-data peta tematik dan basis data tabular dan disajikan dalam bentuk
hardcopy.

- Soft Copy produk


Selain laporan yang telah disusun dalam bentuk hardcopy, setiap hasil-hasil dari
kegiatan inventarisasi ini akan direkam dalam bentuk softcopy cassette disc (CD).

- Dokumentasi Kegiatan
Dalam laporan ini juga akan dimuat beberapa dokumentasi dari berbagai
kegiatan yang menggambarkan proses-proses pelaksanaan kegiatan inventarisasi
daerah irigasi.

I.5. DASAR HUKUM PELAKSANAAN

- Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;

- Peraturan Pemerintah 20 Tahun 2006 Tentang Irigasi;

- Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 Tentang Cara Penyusunan Rencana


Pembangunan Nasional.

- Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah

5
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

antara pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah


kabupaten/kota.

- Peraturan-peraturan Menteri yang berkaitan dengan irigasi, antara lain:


• Permen PU No. 30/PRT/M/2007 Pedoman Pembuatan dan Pengelolaan
Sistem Irigasi Partisipatif.
• Permen PU No. 31/PRT/M/2007 Pedoman mengenai Komisi Irigasi.
• Permen PU No. 32/PRT/M/2007 Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan
Irigasi.
• Permen PU No. 33/PRT/M/2007 Pedoman Pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A
Irigasi.

6
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. JARINGAN IRIGASI

Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan untuk
pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian
dan penggunaannya. Secara hirarki jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama dan
jaringan tersier. Jaringan utama meliputi bangunan, saluran primer dan saluran
sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri dari bangunan dan saluran yang berada
dalam petak tersier. Suatu kesatuan wilayah yang mendapatkan air dari suatu jarigan
irigasi disebut dengan Daerah Irigasi.
a. Klasifikasi Jaringan Irigasi
Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran, serta kelengkapan fasilitas, jaringan irigasi
dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu (1) jaringan irigasi sederhana, (2)
jaringan irigasi semi teknis dan (3) jaringan irigasi teknis. Karakteristik masing-masing
jenis jaringan diperlihatkan pada Tabel di bawah.
Tabel 2. 1 Klasifikasi Jaringan Irigasi
Klasifikasi Jaringan Irigasi
Teknis semi teknis sederhana
Bangunan permanen
Bangunan Utama Bangunan permanen Bangunan sementara
atau semi permanen
Kemampuan dalam
tidak mampu mengatur
mengukur dan mengatur Baik Sedang
/ mengukur
debit
Saluran pemberi dan
Saluran pemberi dan Saluran pemberi dan
Jaringan saluran Pembuang tidak
Pembuang terpisah pembuang menjadi satu
sepenuhnya terpisah
Belum dikembangkan belum ada jaringan
Dikembangkan
Petak tersier dentitas bangunan tersier terpisah yang
sepenuhnya
jarang dikembangkan
Efisiensi secara keseluruhan 50-60% 40-50% <40%
Ukuran Tak ada batasan < 2000 hektar < 500 hektar
Sumber : Standar Perencanaan Irigasi KP - 01

Jaringan irigasi sederhana biasanya diusahakan secara mandiri oleh suatu kelompok
petani pemakai air, sehingga kelengkapan maupun kemampuan dalam mengukur dan
mengatur masih sangat terbatas. Ketersediaan air biasanya melimpah dan
mempunyai kemiringan yang sedang sampai curam, sehingga mudah untuk

7
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

mengalirkan dan membagi air. Jaringan irigasi sederhana mudah diorganisasikan


karena menyangkut pemakai air dari latar belakang sosial yang sama. Namun jaringan
ini masih memiliki beberapa kelemahan antara lain, (1) terjadi pemborosan air karena
banyak air yang terbuang, (2) air yang terbuang tidak selalu mencapai lahan di
sebelah bawah yang lebih subur, dan (3) bangunan penyadap bersifat sementara,
sehingga tidak mampu bertahan lama.
Jaringan irigasi semi teknis memiliki bangunan sadap yang permanen ataupun semi
permanen. Bangunan sadap pada umumnya sudah dilengkapi dengan bangunan
pengambil dan pengukur. Jaringan saluran sudah terdapat beberapa bangunan
permanen, namun sistem pembagiannya belum sepenuhnya mampu mengatur dan
mengukur. Karena belum mampu mengatur dan mengukur dengan baik, sistem
pengorganisasian biasanya lebih rumit.
Jaringan irigasi teknis mempunyai bangunan sadap yang permanen. Bangunan sadap
serta bangunan bagi mampu mengatur dan mengukur. Disamping itu terdapat
pemisahan antara saluran pemberi dan pembuang. Pengaturan dan pengukuran
dilakukan dari bangunan penyadap sampai ke petak tersier. Untuk memudahkan
sistem pelayanan irigasi kepada lahan pertanian, disusun suatu organisasi petak yang
terdiri dari petak primer, petak sekunder, petak tersier, petak kuarter dan petak
sawah sebagai satuan terkecil.
b. Bangunan Irigasi
Keberadaan bangunan ingasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan
pengaturan air irigasi Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijurnpai dalam
praktek irigasi antara lain (1) bangunan utama, (2) bangunan pembawa, (3) bangunan
bagi, (4) bangunan sadap, (5) bangunan pengatur muka air, (6) bangunan pernbuang
dan penguras serta (7) bangunan pelengkap.
Bangunan Utama
Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air untuk
dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani. Berdasarkan sumber airnya,
bangunan utarna dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, (1) bendung, (2)
pengambilan bebas, (3) pengambilan dari waduk, dan (4) stasiun pompa.

8
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

a. Bendung
Bendung adalah adalah bangunan air dengan kelengkapannya yang dibangun
melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat dengan maksud untuk
meninggikan elevasi muka air sungai. Apabila muka air di bendung mencapai elevasi
tertentu yang dibutuhkan, maka air sungai dapat disadap dan dialirkan secara
gravitasi ke tempat-ternpat yang mernerlukannya. Terdapat beberapa jenis bendung,
diantaranya adalah (1) bendung tetap (weir), (2) bendung gerak (barrage) dan (3)
bendung karet (inflamble weir). Pada bangunan bendung biasanya dilengkapi dengan
bangunan pengelak, peredam energi, bangunan pengambilan, bangunan pembilas ,
kantong lumpur dan tanggul banjir.
b. Pengambilan bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat ditepi sungai menyadap air sungai
untuk dialirkan ke daerah irigasi yang dilayani. Bendung adalah pada bangunan
pengambilan bebas tidak dilakukan pengaturan tinggi muka air di sungai. Untuk dapat
mengalirkan air secara, gravitasi muka air di sungai harus lebih tinggi dari daerah
irigasi yang dilayani.
c. Pengambilan dari waduk
Salah satu fungsi waduk adalah menampung air pada saat terjadi kelebihan air dan
mengalirkannya pada saat diperlukan. Dilihat dari kegunaannya, waduk dapat bersifat
eka guna dan multi guna. Pada urnumnya waduk dibangun memiliki banyak kegunaan
seperti untuk irigasi, pernbangkit listrik, peredam banjir, pariwisata, dan perikanan.
Apabila salah satu kegunaan waduk untuk irigasi, maka pada bangunan outlet
dilengkapi dengan bangunan sadap untuk irigasi. Alokasi pernberian air sebagai fungsi
luas daerah irigasi
yang dilayani serta karakteristik waduk.
d. Stasiun Pompa
Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila upaya-upaya
penyadapan air secara gravitasi tidak memungkinkan untuk dilakukan, baik dari segi
teknik maupun ekonomis. Salah satu karakteristik pengambilan irigasi dengan pompa

9
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

adalah investasi awal yang tidak begitu besar namun biaya operasi dan eksploitasi
yang sangat besar.
Bangunan Pembawa
Bangunan pernbawa mempunyai fungsi mernbawa / mengalirkan air dari surnbemya
menuju petak irigasi. Bangunan pernbawa meliputi saluran primer, saluran sekunder,
saluran tersier dan saluran kwarter. Termasuk dalam bangunan pernbawa adalah
talang, gorong-gorong, siphon, tedunan dan got miring. Saluran primer biasanya
dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang dilayaninya. Sedangkan saluran
sekunder sering dinamakan sesuai dengan nama desa yang terletak pada petak
sekunder tersebut. Berikut ini penjelasan berbagai saluran yang ada dalam suatu
sistern irigasi.
1) Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran sekunder
dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada
bangunan bagi yang terakhir.
2) Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran
primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan sadap terakhir
3) Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran
sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks tersier
terkahir
4) Saluran kuarter mernbawa air dari bangunan yang menyadap dari boks tersier
menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut.
batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks kuarter terkahir
Bangunan Bagi dan sadap
Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer, sekunder
dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh saluran yang
bersangkutan. Khusus untuk saluran tersier dan kuarter bangunan bagi ini masing-
masing disebut boks tersier dan boks kuarter. Bangunan sadap tersier mengalirkan air
dari saluran primer atau sekunder menuju saluran tersier penerima. Dalam rangka

10
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

penghematan bangunan bagi dan sadap dapat digabung menjadi satu rangkaian
bangunan. Bangunan bagi pada saluran-saluran besar pada umumnya mempunyai 3
(tiga) bagian utama, yaitu.
1) Alat pembendung, bermaksud untuk mengatur elevasi muka air sesuai dengan
tinggi pelayanan yang direncanakan
2) Perlengkapan jalan air melintasi tanggul, jalan atau bangunan lain menuju
saluran cabang. Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka ataupun gorong-
gorong.
3) Bangunan ini dilengkapi dengan pintu pengatur agar debit yang masuk saluran
dapat diatur.
4) Bangunan ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan untuk
mengukur besarnya debit yang mengalir.
Bangunan pengatur dan pengukur
Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu dilakukan
pengaturan dan pengukuran aliran di bangunan sadap (awal saluran primer), cabang
saluran jaringan primer serta bangunan sadap primer dan sekunder. Bangunan
pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat mengatur muka air sampai batas-batas
yang diperlukan untuk dapat memberikan debit yang konstan dan sesuai dengan yang
dibutuhkan. Sedangkan bangunan pengukur dimaksudkan untuk dapat memberi
informasi mengenai besar aliran yang dialirkan. Kadangkala, bangunan pengukur
dapat juga berfungsi sebagai bangunan pangatur.

Gambar 2. 1 Skema Jaringan Irigasi

11
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

II.2. TOPOGRAFI

Topografi secara ilmiah artinya adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan
objek lain seperti planet, satelit alami (bulan dan sebagainya), dan asteroid. Dalam
pengertian yang lebih luas, topografi tidak hanya mengenai bentuk permukaan saja,
tetapi juga vegetasi dan pengaruh manusia terhadap lingkungan, dan
bahkan kebudayaan lokal(Ilmu Pengetahuan Sosial). Topografi umumnya
menyuguhkan relief permukaan, model tiga dimensi, dan identifikasi jenis lahan.
Penggunaan kata topografi dimulai sejak zamanYunani kuno dan berlanjut
hingga Romawi kuno, sebagai detail dari suatu tempat. Kata itu datang dari kata
Yunani, topos yang berarti tempat, dan graphia yang berarti tulisan. Objek dari
topografi adalah mengenai posisi suatu bagian dan secara umum menunjuk pada
koordinat secara horizontal seperti garis lintang dan garis bujur, dan secara vertikal
yaitu ketinggian. Mengidentifikasi jenis lahan juga termasuk bagian dari objek studi
ini. Studi topografi dilakukan dengan berbagai alasan, diantaranya perencanaan
militer dan eksplorasi geologi. Untuk kebutuhkan konstruksi sipil, pekerjaan umum,
dan proyek reklamasi membutuhkan studi topografi yang lebih detail.
Topografi alam dapat mempercepat atau memperlambat kegiatan iklim. Pada tanah
datar kecepatan pengaliran air lebih kecil daripada tanah yang berombak. Topografi
miring mempergiat berbagai proses erosi air, sehingga membatasi kedalaman solum
tanah, sebaliknya genangan air di dataran, dalam waktu lama atau sepanjang tahun,
pengaruh iklim nibsi tidak begitu nampak dalam perkembangan tanah.
Di daerah beriklim humid tropika dengan bahan induk tuff vulkanik, pada tanah yang
datar membentuk tanah jenis latosol berwarna coklat, sedangkan di lereng
pegunungan akan terbentuk latosol merah. Didaerah semi aris (agak kering) dengan
bahan induk naval pada topografi datar akan membentuk tanah jenis tanah grumusol
kelabu, sedangakan di lereng pegunungan terbentuk tanah jenis grumusol bewarna
kuning coklat. Di lereng pegunungan yang curam akan terbentuk tanah dangkal.
Adanya pengaliran air menyebabkan tertimbunya garam-garam dikaki lereng,
sehingga di kaki gunung berapi didaerah sub humid terbentuk tanah berwarna
kecoklat-coklatan yang bersifat seperti grumusol, baik secara fisik maupun kimianya.

12
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

Dilereng cekung seringkali bergabun membentuk cekungan pengendapan yang


mampu menampung air dan bahan-bahan tertentu sehingga terbentuk tanah rawang
atau merawang.
Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi:
a. Tebal atau tipisnya lapisan tanah
Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya lebih tipis
karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi
sedimentasi.
b. Sistem drainase/pengaliran
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya
menjadi asam.
Topografi mempengaruhi proses pembentukan tanah dengan 4 cara :
1. Jumlah air hujan yang dapat meresap atau disimpan oleh massa tanah
2. Kedalaman air tanah
3. Besarnya erosi yang terjadi
4. Arah pergerakan air yang membawa bahan-bahan terlarut dari tempat yang
tinggi ketempat yang rendah
Relief atau topografi adalah merupakan faktor pembentuk dan pengubah sifat dan
jenis tanah yang pengaruhnya dapat dibedakan sebagai berikut :
• Posisi singkapan batuan (out crops) terhadap matahari
• Posisi permukaan tanah terhadap penyinaran dan curah hujan
Sehingga dengan demikian komponen relief dan topografi yang menimbulkan efek
terhadap pembentukan tanah adalah :
• Beda tinggi permukaan lahan (amplitude)
• Bentuk permukaan lahan
• Derajat kelerengan
• Panjang lereng
• Arah lereng
• Bentuk punggung lereng

13
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

Semua komponen relief atau topografi tersebut bersama elemen iklim secara tak
langsung berkolerasi terhadap :
• Pelapukan fisik dan kimiawi batuan
• Transportasi (erosi) bahan terlapuk di permukaan tanah
• Translokasi (pemindahan secara gravitasi) atau euvasi dan podsolisi
• Deposisi dan sedimentasi atau illuviasi (penimbunan)
Dengan demikian efek langsung relief dan topografi terhadap tanah adalah pada :
• Tebal daging (solum) tanah
Solum tanah pada daerahlembah dan dataran akan lebih tebal dibandingkan
solum tanah yang terdapat dipuncak bukit atau lereng terjal.
• Drainase tanah
Tanah di daerah lembah atau cekungan akan lebih jelek atau lambat dan
sebaliknya untuk daerah-daerah berlereng lebih cepat atau baik.
• Satuan tanah
Jenis tanah yang perbedaanya ditentukan oleh regim kelembaban dan kelas
drainase serta penciri oksida reduksi, sangat dipengaruhi oleh reliefatau
topografi.
• Tingkat erodibilitas tanah
Semakin besar selisih tinggi, derajat kelerenga, dan panjang lereng maka
semakin besar tingkat erodibilat tanah.

II.3. HIDROLOGI

Hidrologi Adalah suatu ilmu yang mempelajari air dibumi, kejadian, sirkulasi dan
distribusi, sifat-sifat kimia dan fisika dan reaksinya dengan lingkungan, termasuk
hubungannya dengan mahkluk hidup. Domain hidrologi mencakup seluruh sejarah
keberadaan air di bumi. Hidrologi disebut sebagai sain karena hidrologi ini diturunkan
dari ilmu-ilmu dasar seperti matematika, fisika, meteorologi dan geologi. Hidrologi
disebut juga sebagai Profesi karena seorang ahli hidrologi berusaha mengaplikasikan
pengetahuannya untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehingga
dengannya akan membuat hidup manusia menjadi lebih baik. Tugas seorang ahli
hidrologi secara praktis adalah menentukan input air dan bentukan air lainnya

14
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

kedalam suatu sistem sumber daya air, seperti sungai, danau atau aquifer dan
menelusuri penggerakan air melewati sistem.
Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi adalah prinsip dasar yang paling utama dalam hidrologi. Siklus
hidrologi ini digambarkan sebagai suatu rangkaian yang rumit dari peredaran air
dalam berbagai wujud (cair dan uap air) pada permukaan, di bawah permukaan bumi
dan di atmosfir, dimana hukum kekentalan massa ditampilkan sebagai azas yang
paling mendasar.
Siklus hidrologi merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi mulai dari air saat jatuh
ke bumi hingga menguap keudara hingga kemudian jatuh kembali kebumi. Siklusnya
tidak berpangkal dan berakhir dari laut ke atmosfir terus kepermukaan tanah dan
kembali kelaut, dalam pergerakannya untuk sementara air akan tertahan didanau,
sungai, tanah, atau air tanah dan dapat dimamfaatkan oleh manusia, kemudian
kembali keatmosfir.
Presipitasi merupakan semua bentuk curahan alat atmosfir yang jatuh kepermukaan
bumi yang mana terdapat beberapa bentuk baik cair maupun padat Seperti : curah
hujan, sleet, embun, dan salju. Curah hujan adalah jumlah hujan yang jatuh yang
ditangkap oleh alat pendeteksi hujan dalam mm. kedalaman hujan yaitu banyaknya
air atau jumlah air yang jatuh kepermukaan bumi dalam satuan mm. sedangkan
intensitas hujan adalah lamanya curah hujan yang berlangsung pada saat tertentu
satuannya mm / (menit atau jam). Alat penakar hujan ada 3 yaitu : manual, biasa, dan
otomatis.
Hubungan Irigasi Dengan Sirklus Hidrologi
Hubungan irigasi dengan sirklus hidrologi sangat erat hubungannya. irigasi mencakup
empat aspek penting yang saling mempengaruhi, yaitu iklim, tanaman, tanah,
dan manusia. Iklim, seperti curah hujan, kelembapan, suhu, penguapan, dan
sebagainya akan mempengaruhi besar-kecilnya proses evapotranspirasi. Kebutuhan
akan air tiap fase pertumbuhan tanaman tidak sama, hal ini dikarenakan oleh
perbedaan jumlah dan ukuran daun. Selain itu, tipe tanaman juga menentukan
kebutuhan air tanaman, tanaman dengan tipe daun berbeda akan membutuhkan air

15
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

dengan jumlah yang berbeda pula serta cara distribusi yang tentu saja berbeda.
Karakteristik tanah yang berhubungan dengan air akan mempengaruhi jumlah air
yang diberikan serta frekuensi pemberiannya.
Irigasi bersumber dari air permukaan (danau/ sungai/ waduk) atau dari groundwater.
dalam siklus hidrologi, saat terjadi hujan air mencapai permukaan tanah dan ada yang
ke daun tanaman, air yang ke tanah kemudian bergerak secara kontinu dengan tiga
cara berbeda, yaitu penguapan, infiltrasi, dan aliiran permukaan (run off). Apabila air
langsung mengalami penguapan dan run off, maka air yang dapat digunakan untuk
irigasi menjadi sedikit, karena air di waduk, sungai, danau, rawa,
serta groundwater akan berkurang. Apabila langsung terjadi aliran permukaan karena
tidak ada yang menahan laju air akan mempercepat hilang y air karena tidak dsmpan
di dalam tanah, jika lebih lama disimpan dalam tanah ketersedian air tanah stabil dan
daerah penampungan juga akan terus stabil ketinggiannya sehingga tidak terjadi
banjir dan kekeringan.
Performance Irigasi Di Indonesia Di Petak Tersier
Dalam perjalanan sejarah irigasi di Indonesia, pengelolaan irigasi di tingkat jaringan
utama pernah menjadi kewenangan pemerintah maupun petani. Namun, untuk
pengelolaan petak tersier selalu menjadi kewenangan petani karena jaringan tersier
merupakan jaringan irigasi yang langsung bersentuhan dengan petani. Pengelolaan
petak tersier yang dilakukan oleh petani dilakukan melalui Perkumpulan Petani
Pemakai Air (P3A) sebagai organisasi yang menghimpun petani dengan satu
kepentingan terhadap air irigasi dalam satu petak tersier. Pengelolaan jaringan irigasi
tingkat tersier mempunyai kontribusi signifikan dalam memperoleh kinerja irigasi
yang tinggi. Oleh karena itu pemerintah memandang perlu untuk turut membantu
pengembangan pengembangan petak tersier dan meningkatkan kinerja petak tersier.
Pengembangan petak tersier di Daerah Irigasi (DI) baru atau pengembangan
dilakukan oleh Departemen Pekerjaan Umum sedangkan Departemen Pertanian
membantu peningkatan jaringan tersier melalui Program Jaringan Irigasi Tingkat
Usaha Tani (JITUT).

16
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

Contoh nyata kerusakan pada petak tersier, Sekitar 130 irigasi di Kabupaten Bandung
Barat, Jawa Barat, mengalami rusak berat, sementara 200 lainnya dalam kondisi rusak
sedang dan 100an rusak ringan, akibat terjadinya gempa dan longsor di sejumlah
wilayah di daerah itu. Oleh karenanya, setidaknya 78 daerah irigasi di KBB telah
mendapatkan pemeliharaan dengan ditambah jalur sekunder dan tersier dari saluran
irigasi utama, kata Kepala Seksi Pembangunan DBMP (Dinas Bina Marga dan
Pengairan) KBB, Pardin saat dihubungi wartawan, Sabtu. Tak hanya itu, menurutnya,
pemeliharaan daerah irigasi di KBB masih terkendala oleh kurangnya jumlah petugas
pemeliharaan irigasi (PPI). Pasalnya, sebanyak 452 daerah irigasi (DI) di KBB hanya
dipelihara oleh enam belas petugas sehingga untuk pemeliharaan sisanya dilakukan
oleh petugas Mitra Cai. “Kekurangan PPI sejauh ini tertolong oleh keberadaan Mitra
Cai atau Perkumpulan Petani Pengelola Air (P3A). Harus kita akui jika petugas
pemelihara irigasi pun masih kurang. Idealnya, satu petugas mengawasi dua kilometer
saluran irigasi dan peralatan kalibrasinya. Kita sih inginnya kondisi demikian tidak
berlangsung lama,” katanya. Ditegaskannya, kurang maksimalnya pemeliharaan dan
pengawasan, menurut dia, sering berdampak pada pencurian peralatan irigasi.
Pemberdayaan P3A diharapkan dapat membantu pemeliharaan dan pengawasan
daerah irigasi.

II.4. SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG/GIS)

a. Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis (SIG)


Sistem Informasi Geografis atau SIG atau yang lebih dikenal dengan GIS mulai dikenal
pada awal 1980-an. Sejalan dengan berkembangnya perangkat komputer, baik
perangkat lunak maupun perangkat keras, SIG berkembang sangat pesat pada era
1990-an. Secara harafiah, SIG dapat diartikan sebagai :
”suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data
geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk
menangkap, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi,
mengintegrasikan, menganalisa, dan menampilkan data dalam suatu informasi
berbasis geografis”

17
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik
tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan
hasilnya. Aplikasi SIG menjawab beberapa pertanyaan seperti: lokasi, kondisi, trend,
pola, dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem
informasi lainnya.
Dilihat dari definisinya, SIG adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen
yang tidak dapat berdiri sendiri-sendiri. Memiliki perangkat keras komputer beserta
dengan perangkat lunaknya belum berarti bahwa kita sudah memiliki SIG apabila data
geografis dan sumberdaya manusia yang mengoperasikannya belum ada.
Sebagaimana sistem komputer pada umumnya, SIG hanyalah sebuah ‘alat’ yang
mempunyai kemampuan khusus. Kemampuan sumberdaya manusia untuk
memformulasikan persoalan dan menganalisa hasil akhir sangat berperan dalam
keberhasilan sistem SIG.
Jadi secara umum, SIG merupakan suatu sistem komputer yang memiliki empat
kemampuan utama dalam menangani data, yakni :
a. memasukan data (Input Data).
b. mengeluarkan data / informasi.
c. Manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data).
d. Analisis dan manipulasi data.
b. Komponen Utama
Komponen utama SIG terdiri atas :
1. Hardware
Hardware SIG teridiri dari komputer, GPS, Printer, Plotter, dan lain-lain. Dimana
perangkat keras ini berfungsi sebagai media dalam pengolahan/pengerjaan SIG.
Mulai dari tahap pengambilan data hingga ke produk akhir baik itu peta cetak, CD,
dan lain-lain.
2. Software
Software SIG merupakan sekumpulan program applikasi yang dapat
memudahkan kita dalam melakukan berbagai macam pengolahan data,
penyimpanan, editing, hingga layout, ataupun analisis keruangan.

18
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

3. Brainware
Brainware atau dalam istilah indonesia disebut sebagai sumbedaya manusia
merupakan manusia yang mengoprasikan Hardware dan Software untuk
mengolah berbagai macam data keruangan (data spasial) untuk suatu tujuan
tertentu.
4. Data Spasial
Data dan Informasi spasial atau keruangan merupakan bahan dasar dalam SIG.
Data ataupun realitas di dunia/alam akan diolah menjadi suatu informasi yang
terangkum dalam suatu sistem berbasis keruangan dengan tujuan-tujuan
tertentu.
Tingkat keberhasilan dari suatu kegiatan SIG dengan tujuan apapun itu sangat
bergantung dari interaksi ke empat faktor ini. Jika salah satunya pincang maka
hasilnyapun tidak akan ada gunanya.
c. Data Spasial
Data spasial mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari data
lain, yaitu informasi lokasi dan informasi atribut yang dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Informasi lokasi atau informasi spasial. Contoh yang umum adalah informasi
lintang dan bujur, termasuk diantaranya informasi datum dan proyeksi. Contoh
lain dari informasi spasial yang bisa digunakan untuk mengidentifikasikan lokasi
misalnya adalah Kode Pos.
2. Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial. Suatu lokalitas bisa
mempunyai beberapa atribut atau properti yang berkaitan dengannya ;
contohnya jenis bencana, kependudukan, pendapatan per tahun,dan lain-lain .
d. Model Aplikasi SIG
Dewasa perkembangan ilmu dan teknologi sudah semakin maju, tidak terkecuali
dalam bidang system informasi geografis (SIG). Aplikasi SIG sudah hampir
menyentuh seluruh sendi-sendi kehidupan, terutama dalam bidang perencanaan
pembangunan, kesehatan, pertanian, militer, sosial budaya, hingga politik. Dibawah
ini disajikan beberapa contoh model aplikasi SIG saat ini.

19
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

1. Bidang Kebencanaan

Gambar 2. 2 Contoh Peta Bencana

Penggunaan teknologi SIG dalam bidang kebencanaan paling umum adalah untuk
memetakan kawasan-kawasan rawan atau beresiko bencana, peta jalur evakuasi, peta
rencana kontigensi, dll. Berikut ini contoh-contoh aplikasi GIS dlaam bidang kebencanan .

Gambar 2. 3 Aplikasi GIS dalam mendeteksi angin taiphon

Contoh diatas menggambarkan penggunaan SIG dalam sistem mitigasi dan


penanggulangan bencana. Pembuatan peta-peta ancaman gunung berapi dan
pergerakan angin taiphon akan membatu dalam mengidentifikasi lokasi-lokasi yang
memiliki tingkat risiko paling besar. Sehingga seluruh stakeholder dapat mengambil
tindakan nyata yang lebih efektif dan efisien pada lokasi-lokasi yang memiliki tingkat
resiko tinggi terutama pada daerah dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi.

20
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

Gambar 2. 4 Peta jangkauan pelayan kesehatan

2. Bidang Kesehatan
Bidang kesehatan juga telah menggunakan teknologi GIS dalam membantu
efektifitas pengambilan kebijakan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan
ataupun dalam rangka menanggulangi wabah penyakit tertentu. Memetakan sebaran
pusat-pusat pelayan kesehatan masyarakat (Rumah sakit, puskesmas, hingga
posyandu atau pustu), sebaran kepadatan penduduk, sebaran pemukiman kumuh,
dan lain sebagainya.
3. Bidang Perencanaan Pembangunan
Sektor inilah yang paling giat dalam menggunakan teknologi SIG, dimana hal ini
sangat memudahkan para perencana dalam mengelola data dan informasi yang
sedemikian banyak dan berseri. Sehingga membantu mereka dalam mengefisienkan
biaya, waktu dan tenaga serta memudahkan dalam mengambilk kebijakan-kebijakan
yang efektif untuk diterapkan di lingkungan atau daerah perencanaannya. Umumnya
mereka menggunakan tenolgi sig untuk membuat peta-peta kondisi eksisting,
kemudian peta-peta kesesuaian lahan baik untuk pertanian, penempatan fasilitas
tertentu, industri, ataupun perencanaan jaringan jalan.

21
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

Gambar 2. 5 Peta topografi

Gambar 2. 6 Peta 3D perencanaan jalur pendakian.

e. Data Spasial
Format data spasial
Data spasial adalah data yang memiliki referensi ruang kebumian (posisi koordinat) /
georeference dimana berbagai data atribut terletak dalam berbagai unit spasial.
Sekarang ini data spasial menjadi media penting untuk perencanaan pembangunan
dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan pada cakupan wilayah
continental, nasional, regional maupun lokal.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan data
spasial semakin meningkat dengan adanya teknologi pemetaan digital dan
pemanfaatannya pada Sistem Informasi Geografis (SIG). Data spasial selanjutnya
dapat dibedakan atas beberapa kategori data. Namun yang paling umum digunakan
adalah :
• Format data vektor (polygon, line, point) dan
• format data raster.
Vektor
Vektor merupakan bentuk data yang merepresentasikan bumi kita sebagai suatu

22
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

mosaik dalam bentuk garis (arc/line), polygon (daerah yang dibatasi oleh garis yang
berawal dan berakhir pada titik yang sama), titik/point (node yang mempunyai label),
serta nodes (merupakan titik perpotongan antara dua buah garis).

Gambar 2. 7 Ilustrasi data vektor.

Keuntungan utama dari format data vektor adalah ketepatan dalam


merepresentasikan fitur titik, batasan dan garis lurus. Hal ini sangat berguna untuk
analisa yang membutuhkan ketepatan posisi, misalnya untuk mendefinisikan
hubungan spasial dari beberapa fitur. Kelemahan data vektor yang utama adalah
ketidak mampuannya dalam mengakomodasi perubahan gradual.

Gambar 2. 8 Ilustrasi data vektor dengan dunia nyata.

Contoh : Gedung atau bangunan yang disimbolkan dalam bentuk titik. Jalan atau
jalur kereta api disimbolkan dalam bentuk garis, Kebun, hutan, dan lain-lain
disimbolkan dalam bentuk polygon.
Raster
Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan dari sistem
Penginderaan Jauh. Pada data raster, obyek geografis direpresentasikan sebagai
struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element). Pada data raster,
resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixel-nya. Dengan kata lain, resolusi
pixel menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan bumi yang diwakili oleh

23
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

setiap pixel pada citra. Semakin kecil ukuran permukaan bumi yang direpresentasikan
oleh satu sel, semakin tinggi resolusinya. Data raster sangat baik untuk
merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual, seperti jenis tanah,
kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah, dsb. Keterbatasan utama dari data raster
adalah besarnya ukuran file; semakin tinggi resolusi grid-nya semakin besar pula
ukuran filenya.

Gambar 2. 9 Ilustrasi data raster.

Masing-masing format data mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan format


data yang digunakan sangat tergantung pada tujuan penggunaan, data yang tersedia,
volume data yang dihasilkan, ketelitian yang diinginkan, serta kemudahan dalam
analisa. Data vektor relatif lebih ekonomis dalam hal ukuran file dan presisi dalam
lokasi, tetapi sangat sulit untuk digunakan dalam komputasi matematik. Sebaliknya,
data raster biasanya membutuhkan ruang penyimpanan file yang lebih besar dan
presisi lokasinya lebih rendah, tetapi lebih mudah digunakan secara matematis.
f. Sumber Data Spasial
Sebagaimana telah kita ketahui, SIG membutuhkan masukan data yang bersifat
spasial maupun deskriptif. Beberapa sumber data tersebut antara lain adalah:
• Peta analog/kertas (antara lain peta topografi, peta tanah, dsb.) Peta analog adalah
peta dalam bentuk cetakan. Pada umumnya peta analog dibuat dengan teknik
kartografi, sehingga sudah mempunyai referensi spasial seperti koordinat, skala,
arah mata angin dsb. Peta analog dikonversi menjadi peta digital dengan berbagai
cara yang akan dibahas pada bab selanjutnya. Referensi spasial dari peta analog
memberikan koordinat sebenarnya di permukaan bumi pada peta digital yang
dihasilkan. Biasanya peta analog direpresentasikan dalam format vektor.

24
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

Gambar 2. 10 Peta analog (Hardcopy).

• Data dari sistem Penginderaan Jauh (antara lain citra satelit, foto-udara) Data
Pengindraan Jauh dapat dikatakan sebagai sumber data yang terpenting bagi SIG
karena ketersediaanya secara berkala. Dengan adanya bermacam-macam satelit di
ruang angkasa dengan spesifikasinya masing-masing, kita bisa menerima berbagai
jenis citra satelit untuk beragam tujuan pemakaian. Data ini biasanya
direpresentasikan dalam format raster.

Gambar 2. 11 Citra satelit hasil penginderaan jauh.

• Data hasil pengukuran lapangan.


Contoh data hasil pengukuran lapang adalah data batas administrasi, batas kepemilikan
lahan, batas persil, batas hak pengusahaan hutan yang dihasilkan berdasarkan teknik
perhitungan tersendiri. Pada umumnya data ini merupakan sumber data atribut.
• Data GPS.
Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data bagi SIG.
Keakuratan pengukuran GPS semakin tinggi dengan berkembangnya teknologi. Data ini
biasanya direpresentasikan dalam format vektor.

25
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

Gambar 2. 12 Gabungan data citra dan vector.

g. Tahapan SIG
Secara garis besar, SIG terdiri atas 4 tahapan utama, yakni :
1. Tahap Input Data
Dalam suatu system informasi geografis (SIG), tahapan input data merupakan
salah satu tahapan kritis, dimana pada tahap ini akan menghabiskan sekitar 60%
waktu dan biaya. Tahap input data ini juga meliputi proses perencanaan,
penentuan tujuan, pengumpulan data, serta memasukkannya kedalam komputer.
2. Tahap Pengolahan Data
Tahap ini meliputik kegiatan klasifikasi dan stratifikasi data, komplisi, serta
geoprosesing (clip,merge,dissolve). Proses ini akan menghabiskan waktu dan
biaya mencapai 20% dari total kegiatan SIG.
3. Tahap Analisis Data
Pada tahapan ini dilakukan berbagai macam analisa keruangan, seperti buffer,
overlay, dan lain-lain. Tahapan ini akan menghabiskan waktu dan biaya mencapai
10%.
4. Tahap Output
Tahap ini merupakan fase akhir, dimana ini akan berkaitan dengan penyajian hasil
analisa yang telah dilakukan, apakah disajikan dalam bentuk peta hardcopy,
tabulasi data, CD system informasi, maupun dalam bentuk situs web site.

26
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

BAB 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH

III.1. LETAK ADMINISTRASI DAN GEOGRAFIS


Kabupaten Luwu Utara adalah merupakan salah satu Kabupaten di bagian selatan
Sulawesi Selatan yang berjarak kurang lebih 420 Km dari ibu kota Provinsi Sulawesi
Selatan terletak diantara 01° 53’ 019” - 02° 55’ 36” Lintang Selatan (LS) dan 119° 47’
46” - 120° 37’ 44” Bujur Timur (BT) dengan batas-batas administrasi :
- Sebelah Utara : Berbatasan dengan Sulawesi Tengah
- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kab. Luwu & Teluk Bone
- Sebelah Barat : Berbatasan dengan Prov. Sulawesi Barat dan Kab.
Tana Toraja
- Sebelah Timur : Berbatasan dengan Luwu Timur
Luas wilayah Kabupaten Luwu Utara sekitar 7.502,58 Km² terbagi dalam 12
kecamatan yang meliputi 178 Desa/Kelurahan yang terdiri dari 7 Kelurahan dan 171
Desa. Dan terdapat 8 sungai besar yang mengaliri wilayah Kabupaten Luwu Utara.
Dan sungai terpanjang adalah Sungai Rongkong dengan panjang 108 Km.
Di antara 12 Kecamatan, Kecamatan Seko merupakan Kecamatan yang terluas
dengan luas 2.109,19 Km² atau 28,11 % dari total wilayah Kabupaten Luwu Utara,
sekaligus merupakan kecamatan yang terletak paling jauh dari Ibukota Kabupaten
Luwu Utara , yakni berjarak 142 Km. Urutan kedua adalah Kecamatan Rampi dengan
luas 1.565,65 Km² atau 20,87 % dan yang paling sempit wilayahnya adalah Kecamatan
Malangke Barat dengan luas wilayah 93,75 Km² atau 1,25 % dan pada tahun 2012 di
bentuk satu kecamatan baru yang pemekarannya dari kecamatan Bone-Bone
berdasarkan Peraturan Daerah Kab. Luwu Utara Nomor : 01 tahun 2012 tanggal 05
April 2012 dan Peraturan Bupati Luwu Utara Nomor : 19 Tahun 2012 Tanggal 04 Juni
2012 tentang pembentukan Kecamatan Tana Lili dengan jumlah 10 Desa.

27
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

Gambar 3. 1 Peta Administrasi Kabupaten Luwu Utara

III.2. PENDUDUK
Kabupaten Luwu Utara merupakan salah satu daerah dengan komposisi penduduk
yang multi etnis, agama dan budaya yang terdiri dari penduduk asli (Luwu),
pendatang (Bugis, Makassar dan Toraja). Dan para pendatang atas program
pemerintah melalui transmigrasi (Jawa, Bali, dan Lombok). Secara umum menyebar
pada semua Kecamatan sedang para pendatang menyebar pada dataran rendah yang
subur dan daerah pesisir. Sementara pendatang dari etnis Jawa, Bali dan Lombok
terkonsetrasi pada 3 Kecamatan masing-masing Kecamatan Bone-Bone, Sukamaju
dan Mappedeceng dengan mata pencaharian mayoritas bergerak pada sektor
pertanian.
Kemajemukan penduduk ini membawa konsekwensi dengan terjadinya pembauran
(Asimilasi) budaya dan sosial antar etnis, termasuk perkawinan, pengalaman usaha
perdagangan dan pertanian.

28
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

Jumlah Penduduk Kabupaten Luwu Utara pada tahun 2012 data hasil Sensus
penduduk 2012 tercatat 292.765 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 147.581 jiwa
dan perempuan sebanyak 145.184 jiwa. Dengan laju pertumbuhan penduduk per
tahun 0,83 %. Pertumbuhan penduduk setiap tahun terus meningkat harus menjadi
perhatian pemerintah dalam perencanaan pembangunannya. Jumlah penduduk
tersebut terbagi habis kedalam 69.192 rumah tangga, dimana rata-rata jumlah
anggota rumah tangga sebanyak 4 jiwa. Kecamatan Baebunta merupakan kecamatan
dengan jumlah penduduk terbesar yaitu sebesar 43.483 jiwa. Sedangkan yang terkecil
adalah Kecamatan Rampi, sebesar 3.042 jiwa. Kepadatan penduduk rata-rata di Luwu
Utara sebesar 39 jiwa/Km².
Tabel 3. 1 Luas Wilayah Dan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten
Luwu Utara 2012

Luas Penduduk (Org) Kepadatan Penduduk


Kecamatan
(orang/km2)
Km2 % Jumlah %
Sabbang 525,08 7,00 35.402 12,09 67
Baebunta 295,25 3,94 43.483 14,85 147
Malangke 350,00 4,67 26.781 9,15 77
Malangke Barat 93,75 1,25 23.920 8,17 255
Sukamaju 255,48 3,41 40.911 13,97 160
Bone-Bone 127,92 1,71 24.824 8,48 194
Tana Lili 149,41 1,99 21.782 7,44 146
Masamba 1.068,85 14,25 33.614 11,48 31
Mappedeceng 275,50 3,67 22.296 7,62 81
Rampi 1.565,65 20,87 3.042 1,04 2
Limbong 686,50 9,15 3.870 1,32 6
Seko 2.109,19 28,11 12.840 4,39 6
Luwu Utara 7.502,58 100,00 292.765 100,00 39

Tabel 3. 2 Banyaknya Penduduk Kabupaten Luwu Utara Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin
Tahun 2012
Penduduk
Kecamatan Rasio Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan Jumlah
Sabbang 17.801 17.601 35.402 101,14
Baebunta 21.922 21.561 43.483 101,67
Malangke 13.499 13.282 26.781 101,63
Malangke Barat 12.040 11.880 23.920 101,35
Sukamaju 20.600 20.311 40.911 101,42
Bone-Bone 12.643 12.181 24.824 103,79
Tana Lili 11.028 10.754 21.782 102,55
Masamba 16.556 17.058 33.614 97,06

29
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

Mappedeceng 11.230 11.066 22.296 101,48


Rampi 1.629 1.413 3.042 115,29
Limbong 2.024 1.846 3.870 109,64
Seko 6.609 6.231 12.840 106,19
Luwu Utara 147.581 145.184 292.765 101,66

Tabel 3. 3 Jarak dari Ibukota Kabupaten ke Ibukota Kecamatan di Kabupaten Luwu Utara

Kecamatan Ibukota Kecamatan Jarak (km)

Sabbang Marobo 15
Baebunta Salassa 12
Malangke Tolada 38
Malangke Barat Pao 44
Sukamaju Sukamaju 21
Bone-Bone Bone-Bone 28
Tanalili Patila 32
Masamba Kasimbong 0
Mappedeceng Kapidi 15
Rampi Onondowa 88
Limbong Limbong 66
Seko Padang Balua 142

Tabel 3. 4 Banyaknya Desa, Kelurahan, Lingkungan, Dusun, Rukun Warga/Rukun Kampung, dan Rukun
Tetangga menurut Kecamatan di Kabupaten Luwu Utara, 2012

Kecamatan Desa/UPT Kelurahan Lingkungan / Dusun RW/RK RT

Sabbang 19 1 97 0 115
Baebunta 21 1 116 0 86
Malangke 14 0 59 0 17
Malangke Barat 13 0 61 0 119
Sukamaju 26 0 100 0 277
Bone-Bone 11 1 41 0 81
Tanalili 10 0 36 0 84
Masamba 17 4 61 0 121
Mappedeceng 15 0 49 0 152
Rampi 6 0 18 0 16
Limbong 7 0 22 0 0
Seko 12 0 51 0 0
Jumlah 171 7 703 0 1.076

30
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

III.3. KONDISI FISIK


a. Topografi
Data dasar yang digunakan dalam melihat dan menentukan kondisi topografi pada
pekerjaan ini didasarkan dari peta rupabumi indonesia dengan skala 1 : 50.000, untuk
lembar Masamba yang diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan
(Bakosurtanal) tahun 1991.
Kabupaten Luwu Utara khususnya kecamatan Sabbang berada pada ketinggian 7,9 m
hingga 2.488,6 m. Sebagian besar lahan di daerah ini adalah pegunungan dengan
tutupan lahan berupa hutan dan kebun campuran. Gambaran mengenai kondisi
topografi dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Tabel 3. 5 Peta Kondisi Topografi Kecamatan Sabbang

b. Hidrologi
Di Indonesia hanya dikenal dua iklum musim, yaitu musim kemarau dan penghujan.
Pada bulan Juni sampai dengan Suptember arus angin bertiup dari Australia dan tidak
banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau, sebaliknya

31
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

pada bulan desember, sampai dengan maret yang banyak mengandung uap air
berhembus dari asia ke samudera pasifik sehingga terjadi musim hujan.
Gambaran mengenai kondisi hidrologi di kecamatan sabbang dapat dilihat pada
gambar dan tabel di bawah ini.

Tabel 3. 6 Peta Kondisi Hidrologi Kecamatan Sabbang

Tabel 3. 7 Rata-rata Suhu Udara dan Kelembaban Relatif Setiap Bulan di Kabupaten Luwu
Utara Tahun 2012
0
Suhu Udara ( C ) Rata-Rata Kelembaban
Bulan
Minimum Maksimum Rata-Rata (RH)
Januari 21,0 32,6 26,8 82
Februari 20,7 32,4 26,5 80
Maret 21,0 32,5 26,6 84
April 20,9 32,2 26,7 83
Mei 20,9 31,6 26,5 84
Juni 20,2 30,7 26,0 85
Juli 20,6 29,9 25,6 85
Agustus 20,5 30,2 25,9 82
September 21,6 31,7 26,6 78
Oktober 21,3 33,4 27,8 75
November 21,8 33,7 27,9 77
Desember 21,7 33,2 27,2 81
Sumber : Stasiun Meteorologi Klas III Andi Jemma Masamba, Luwu Utara

32
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

Tabel 3. 8 Rata-Rata Hari Hujan dan Curah Hujan Setiap Bulan di Kabupaten Luwu Utara Tahun 2012
Bulan Hari Hujan Curah Hujan
Januari 20 389,6
Februari 23 442,3
Maret 29 650,4
April 26 592,2
Mei 28 599,6
Juni 26 292,2
Juli 26 249,6
Agustus 24 287,5
September 15 174,4
Oktober 14 141,5
November 18 73,2
Desember 25 345,7
Sumber : Stasiun Meteorologi Klas III Andi Jemma Masamba, Luwu Utara

c. Vegetasi dan Tata Guna Lahan


Data dasar yang dipakai dalam melihat dan menentukan kondisi vegetasi adalah tata guna lahan di
daerah studi didasarkan pada peta penggunaan lahan yang diterbitkan oleh Bappeda Kab. Luwu Utara
tahun 2012 dengan skala 1:50.000. Penggunaan lahan pada daerah studi beragaman antara lain sawah,
kebun campuran, semak belukar, tegal atau ladang, rawa, hutan, pemukiman, sungai dan penggunaan
lainnya. Gambaran penggunaan lahan ini dapat dilihat pada gambar.

.
Gambar 3. 2 Peta Penggunaan Lahan pada Daerah Studi

33
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

d. Kondisi Geologi
Formasi Geologi pada wilayah study berupa aluvium dan endapan pantai, batuan
gunung api tineba, batuan gunung api ultrabasa, batuan terobosan, diorit bone,
formasi latimojong, formasi sekala, toraja dan lain-lain. Gambaran tentang formasi
geologi penyusun di wilayah studi dapat dilihat pada gambar peta di bawah ini.

Gambar 3. 3 Peta Formasi Geologi di Kabupaten Luwu Utara

III.4. POTENSI WILAYAH


a. Pertanian
Kabupaten Luwu Utara memiliki potensi lahan pertanian yang cukup besar. Lahan
persawahannya tersebar di daerah sabbang, baebunta, malangke barat, sumkamaju,
bone-bone, masamba, rampi, dan limbong. Luasan rinci daerah persawahan masing-
masing daerah dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3. 9 Luas Lahan Sawah Menurut Jenis Pengairan di Kabupaten Luwu Utara (dalam Ha).
Irigasi
No Kecamatan Jumlah
Teknis Setengah Teknis Sederhana Tadah Hujan Irigasi Desa/Non PU
1 Sabbang 580 293 864 1,250 354 3,341
2 Baebunta - - 750 1,610 1,100 3,460

34
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

3 Malangke - - - 838 - 838


4 Malangke Barat - - 450 1,084 50 ,584
5 Sukamaju 1,850 1,072 - 1,489 185 4,596
6 Bone-Bone 2,705 286 - 267 817 4,075
7 Masamba - 675 - 831 1,735 3,241
8 Mappedeceng - - - 954 118 1,072
9 Rampi - - 324 30 80 434
10 Limbong - - 745 198 - 943
11 Seko - - - 2,362 1,811 4,173
Total 5,135 2,326 3,133 10,913 6,250 27,757
Sumber : BPS 2012

Produktifitas lahan pertanian sawah di kabupaten luwu utara adalah 1.436 ha untuk luas area panen.
Dengan luasan didapatkan hasil produksi sebesar 6.002 ton. Rincian mengenai produksi lahan
pertanian sawah disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. 10 Luas Panen, dan Produksi Padi Ladang Menurut Kecamatan di Kabupaten Luwu Utara (Ha)
Produktifitas Panen
No Kecamatan
Luas Panen(ha) Produksi (ton) Produktifitas (Ton/Ha)
1 Sabbang 225 1,061 4.72
2 Baebunta 226 1,067 4.72
3 Malangke 265 1,053 3.97
4 Malangke Barat 195 775 3.97
5 Sukamaju 100 397 3.97
6 Bone-Bone - - -
7 Masamba 109 433 3.97
8 Mappedeceng 241 958 3.98
9 Rampi - - -
10 Limbong 75 258 3.44
11 Seko - - -
Total 1,436 6,002 4,18
Sumber : BPS, 2012

35
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

BAB 4
METODOLOGI

IV.1. PENYIAPAN BASIS DATA

Data-data dan informasi yang telah didapatkan akan dimasukkan ke dalam bentuk
data sistem informasi geografis. Data yang digunakan sebagai masukan awal proses
terdiri dari data peta dan non peta. Data peta terdiri dari Peta Administrasi, Peta
Penggunaan Lahan, Peta Jaringan Irigasi, Peta Topografi, Peta, Geologi dan Peta
tematik lainnya yang dianggap berkaitan dengan kegiatan. Sedangkan data nono
spasial meliputi data tabulasi.
Mengacu pada pemahaman tentang konsepsi dasar dan apresiasi studi sebagaimana
telah diuraikan sebelumnya, maka bab ini akan diuraikan tentang metode yang
dilakukan dalam pelaksanaan pekerjaan dan pencapaiaan sasaran pekerjaan.

Peta Dasar

Scanning

Koreksi Geometrik

Raster Dataset

Vektorisasi/Digitasi

Data Digital Vektor

Gambar 4. 1 Skema Persiapan Peta Dasar

a. Penyiapan Peta Dasar


Pada tahap ini dilakukan penyiapan peta-peta dasar berupa peta rupa bumi, peta
administrasi dan peta tematik lainnya pada wilayah study baik itu dalam bentuk
softcopy/digital maupun dalam bentuk harcopy.

36
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

b. Scanning
Peta atau data spasial dalam bentuk hardcopy selanjutnya akan dilakukan scanning
dengan tujuan menkonversi data analog ke dalam format raster atau image.
c. Koreksi Geometrik
Koreksi geomatrik atau registrasi peta merupakan salah satu proses dalam input data, dimana
data image / citra yang akan digunakan sebagai peta dasar harus dikoreksi terlebih dahulu
posisinya terhadap permukaan bumi.
Proses regsitrasi atau rectifikasi ini dilakukan jika kita memiliki peta-peta dasar dalam bentuk
hardcopy (cetakan). Contohnya adalah peta sketsa (mental map), ataupun peta Rupa Bumi
Indonesia (RBI) cetakan BAKOSURTANAL. Untuk dapat mengolah peta tersebut maka terlebih
dahulu dilakukan konversi dari peta hardcopy menjadi digital. Tehniknya adalah dengan
menggunakan bantuan scanner. Hasil scan inilah yang kemudian kita registrasi atau rectifikasi
untuk memperoleh posisi yang tepat di permukaan bumi.
Pembacaan koordinat peta
Pada peta dengan sisitem koordinat lat/long posisi X diwakili oleh garis bujur (longitude) dan
posisi Y diwakili oleh garis lintang (latitude). Sedangkan pada peta dengan sistem koordinat
UTM (Universal Transver Merkator) Norting mewakili X dan Easting mewakili Y.
120005 121004

5002’ 5002’
1

4
3

2
0405 1
0405’

120005 121004’

Sistem koordinat X Y

Latitude – Longitude Longitude/ Bujur Latitude / Lintang

Transver Mercator Easting / M Timur Northing / M Utara

a. Menentukan titik GCP (Ground Control Point) / titik acuan.


Registrasi peta ini dilakukan dengan menggunakan minimal 4 titik acuan yang
merepresentasikan keseluruhan area pada peta. Untuk memudahkan dalam

37
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

proses ini, umumnya titik acuan (TIK) yang digunakan adalah titik perpotongan
garis lintang dan bujur,hal ini karena titik-titiknya dengan mudah kita ketahui.
Seperti pada gambar di bawah ini.

Konversi koordinat
Dalam hal ini adalah mengkonversi koordinat lat-long ke dalam bentuk desimal
degree. Secara manual proses konversi ini dilakukan dengan rumus :

(degree ) +  minute 
 60 

Atau
 minute + (second
60 ) 
(degree ) +  

 60 

contoh :
koordinat Lintang – Bujur 120o 30’25” dan 05o40’30” maka :

(120) +  30 + ( 60 )  = 120,506944 (5) +  40 + ( 60 )  = 5,675


25 30

 60  dan  60 

Jadi koordinatnya berubah menjadi :


Sistem Lat/long Sistem Desimal Degree

120o 30’25” 120,506944

05o 40’30” 5,675

Perlu di ingat bahwa untuk garis lintang, 00 terletak di garis khatulistiwa. Sehingga
posisi daerah yang berada di bawah garis khatulistiwa, lintangnya harus di berikan
angka minus. Tanda minus dan plus sebenarnya berfungsi untuk membedakan bahwa

38
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

suatu daerah berada di bahagian bumi utara atau selatan. Jadi jika posisi diatas
berada di bawah khatulistiwa maka lintangnya = -5,675. Hasil dari registrasi peta ini
akan disimpan dalam bentuk raster dataset
d. Digitasi on Screen
Screen digitizing merupakan proses digitasi yang dilakukan di atas layar monitor
dengan bantuan mouse. Screen digitizing atau sering disebut juga dengan digitasi on
screen dapat digunakan sebagai alternatif input data digital tanpa menggunakan alat
digitizer. Tiga unsur spasial (feature) yang dapat dibentuk melalui digitasi on screen ini
antara lain point, line, dan polygon.
Proses digitasi secara umum dibagi dalam dua macam:
1. Digitasi menggunakan digitizer
Dalam proses digitasi ini memerlukan sebuah meja digitasi atau digitizer.
2. Digitasi onscreen di layar monitor
Digitasi on screen paling sering dilakukan karena lebih mudah dilakukan,
tidak memerlukan tambahan peralatan lainnya, dan lebih mudah untuk
dikoreksi apabila terjadi kesalahan.
Untuk dapat membuat tema / peta baru kita terlebih dahulu harus mengaktifkan tool
untuk Editing. Klik kiri pada icon di samping, maka akan muncul menu bar tambahan
untuk editing.

Untuk memulai editing pilih Editior pada menu bar, kemudian pilih start Editing.
Selanjutnya ArcGIS akan meminta kita mengkonfirmasi folder tempat penyimpanan
tema/peta yang akan di edit.

Yang perlu diperhatikan pada saat editing berlangsung adalah :


Task : Dimana task ini merupakan fungsi-fungsi dasar dalam editing pada ArcGIS, kita
harus mengetahui tipe-tipe task yang ada dan menentukan task apa yang akan di
lakukan.
Target : Merupakan file peta/tema yang akan di edit.

39
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

Untuk memulai menggambar, pilih icon sketch tool.


- Sketch digunakan untuk menggambarkan titik, garis atau polygon.
- Itersection digunakan untuk membantu dalam menentukan titik potong antara
garis dengan garis, dengan polygon ataupun dengan titik.
- Mid tool digunakan untuk menentukan titik tengah dari garis ataupun polygon
yang dibuat.
Setelah memilih icon sketch, kemudian klik kiri pada layar kerja untuk memulai proses
penggambaran (digitasi), untuk garis dan polygon mengakhiri gambar dilakukan
dengan klik kiri 2 kali.

Digitasi Point
Caranya buat terlebih dahulu shapefile point kemudian aktifkan Editor>Start Editing.
Gunakan untuk membuat titik, pastikan target berada pada layer yang benar. Isikan
data yang berkaitan, misal field titik ketinggian, nama kota dan lain sebagainya.
Simpan melalui Editor> save edits

Digitasi Line
Untuk mendigit misalnya jalan, tukar target editing menjadi layer Jalan. Ikuti gambar
pada peta dan gunakan crete new feature untuk menggambar dan gunakan edit untuk
modify.

40
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

Hasilnya untuk sementara adalah seperti pada contoh gambar. Jangan lupa untuk di
simpan dari Editor > Save Edits.
Digitasi Polygon
Langkahnya sama dengan digitasi point dan line, ganti target menjadi misalnya
pemukiman dan mulai digit kembali.

Hasilnya untuk sementara adalah seperti pada contoh gambar. Jangan lupa untuk di
simpan dari Editor > Save Edit
e. Atribut Tabel
Bagian penting dari SIG adalah pengetahuan tentang database atau dalam SIG
disebut sebagai data Atribut. Data atribut berbentuk tabel, dan lumrah juga disebut
sebagai tabel Atribut. Tabel atribut memiliki kolom (field) dan baris (record). Format
data yang digunakan adalah dbf (dbase File) dan txt.
Setiap objek / feature yang ada dalam sebuah tema memiliki hubungan erat dengan
setiap baris data yang ada pada basisdata tema tersebut.
Menampilkan tabel data
Agar dapat menampilkan tabel data dari peta atau tema yang diinginkan, klik kanan
pada tema/peta dan pilih Open Attribute Table.

41
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

2
1 = field merupakan kepala kolom

2 = row merupakan baris data biasa juga disebut

sebagai record

Attribut merupakan informasi yang terdapat pada masing-masing baris atau kolom
data.
Menambah kolom
Untuk menambah kolom pada tabel data, pilih Option di Tabel Data, kemudian pilih
Add Fields

Kemudian akan muncul tampilan Add Field, isi kolom Name dengan nama kolom
(maksimal 10 karakter tanpa ada spasi).

42
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

Untuk type data, terdapat beberapa pilihan, yakni :

Dimana
Ukuran
Tipe data Range Maksimum Fungsi
(bytes)

Hanya untuk angka tanpa


Short integer Nilai maksimal 32.000 minimal -32.000 2 desimal, sampai pada batas
range.

Nilai maksimal 2.147.483.647 minimal Hanya untuk angka tanpa


Long integer 4 desimal, sampai batas range
-2.147.483.648 yang lebih dari short.

Hanya untuk angka dengan


Float Maksimal 1.2 x1038 minimal -3.4 x1038 4
desimal sampai batas range.

Hanya untuk angka dengan


Double Maksimal 1.8 x10308 minimal -2.2 x1038 8 desimal samapi batas range
lebih dari float

Hanya untuk memasukkan teks,


Text 250 karakter angka ataupun gabungan
keduanya.

Date - Untuk tanggal

Precission untuk menentukan jumlah karakter yang akan dimasukkan


Scale untuk menentukan jumlah angka dibelakang koma yang akan dimasukkan.
Mengisi Data
Langkah selanjutnya adalah mengisi data pada kolom tabel yang telah dibuat
sebelumnya. Misalnya field Ttk_ketinggian dengan nama kolom ketinggian.
Langkahnya Editor>Star Editing kemudian munculkan attributenya dengan cara klik
kanan pada Ttk_ketinggian > open attribute table. Atur sedemikan rupa antara
lembar kerja dengan view tabelnya untuk memudahkan pengisian data. Select
gambar atau baris pada tabel kemudian isi data berdasarkan data pada gambar peta.

43
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

Atau dapat juga dengan Editor>Star Editing>select feature>icon attributes akan


muncul box attribute kemudian isikan data pada ketinggian.

Menghapus kolom
Untuk menghapus kolom yang telah di buat, dapat dilakukan dengan terlebih dahulu
memilih kepala kolom yang akan dihapus. Setelah itu, Klik kanan pada kepala

f. Editing
Editing fitur adalah dimaksudkan untuk mengedit hasil digitasi melalui serangkaian
aksi editing. Secara umum kegiatan editing mencakup pembuatan fitur baru dan
perbaikan fitur yang telah ada. Properti fitur yang dieditpun tidak hanya terbatas pada
geometry (bentuk) fitur saja, tetapi juga mencakup attribut fitur itu sendiri.
Tahapan yang umum dilalui dalam proses editing fitur adalah :
• Menampilkan Toolbar-toolbar Editing yang dibutuhkan.

44
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

• Mengaktifkan mode editing


• Melaksanakan operasi editing
• Mengakhiri mode editing yang disertai dengan penyimpanan hasil editing.
Dukungan editing fitur pada Arcmap dapat dilakukan dengan menggunakan toolbar-
toolbar editing.
Toolbar Editor
Tampilan standar toolbar editor standar dan bagian-bagiannya adalah sebagai berikut
:
Fillet Tool. Digunakan untuk membuat lengkungan (kurva pada pertemuan 2
garis)
Extend Tool. Digunakan untuk memanjangkan garis hingga menyentuh garis
yang terpilih.
Explode Tool. Digunakan untuk memecahkan fitur yang terdiri atas banyak
bagian (multipart fitur) menjadi banyak fitur tunggal (singlepart fitur).
Smooth Tool. Digunakan untuk menghaluskan garis yang terpilih dengan cara
mengubah segment yang kasar menjadi beberapa segment yang halus dengan
penambahan titik-titik node/verteks.
Circle Tool. Digunakan untuk menggambar lingkaran. Gunakan tombol ‘R’ untuk
menentukan radius lingkaran.
Rectangle Tool. Digunakan untuk menggambar segi empat. Tekan dan Tahan
tombol ‘SHIFT’ pada keyboard untuk membuat bujur sangkar.
Split Tool. Digunakan untuk memotong garis

45
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

Contoh Kasus
1. Undershoot

Langkah penyelesaiannya adalah dengan menggunakan Extend Tool. Editor>Star


Editing kemudian select garis tempat dimana garis yang akan di edit bersentuhan
dengan garis yang terselect.
1 : garis yang terpilih

2 : garis yang akan diedit


1 2

Selanjutnya munculkan tools Advanced Editing dengan cara klik kanan pada menu
bar>centang Advanced Editing

Setelah tools advanced editor muncul kemudian klik Extend Tool lalu arahkan kursor
dan klik pada garis 2.

46
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

2. Overshoot

Langkah penyelesaiannya adalah dengan menggunakan Split Tool. Editor>Star


Editing kemudian select garis yang akan dipotong dan klik icon split lalu arahkan
kursor ke garis yang akan dipotong.
Hasilnya akan seperti pada gambar. Selanjutnya tinggal delete garis yang berlebih
tadi.

3. Memisahkan Feature

47
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

Langkah penyelesaiannya adalah dengan menggunakan Explode Tool. Editor>Star


Editing kemudian select garis yang akan dipisahkan lalu klik icon Explode Tool dan
hasilnya akan seperti pada gambar. Jika menggunakan explode tool bukan hanya
feature yang berubah menjadi beberapa feature namun juga attribute dari field juga
berubah.

4. Membuat Garis Lengkung

Langkah penyelesaiannya adalah dengan menggunakan Fillet Tool. Editor>Star


Editing lalu klik icon Explode Tool selanjutnya klik pada garis 1 dan 2 lalu secara
otomatis akan muncul lengkungan. Perlu diingat bahwa lingkaran kecil yang ada
pada masing-masing ujung garis lengkungan saat digerakkan jangan sampai keluar
dari garis dan hasilnya akan seperti pada gambar

5. Gap

Adapun langkah penyelesaiannya adalah tentukan polygon mana yang menjadi


patokan. Misalnya polygon yang menjadi patokan pada polygon A. Langkah-

48
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

langkahnya Editor>Star Editing double klik pada polygon B higga muncul vertex lalu
tarik salah satu vertex hingga menutup celah dan melewati area dari polygon B

Dengan menarik salah satu vertex maka akan ada polygon yang saling bertampalan
(gambar lingkaran merah). Untuk menghapus polygon yang bertampalan select
polygon A>Editor>clip selanjutnya muncul box clip, buffer distance tetap 0,000 lalu
pilih discard the area that intersect dan OK

Preserve the area that intersect : Menghapus polygon yang tidak berpotongan
Discard the area that intersect : Menghapus polygon yang tidak berpotongan
6. Menggabung Feature

Untuk menggabung dua feature yang berdampingan adalah Editor>Star


Editing>select feature>Editor>Merge maka akan muncul box merge lalu pilih polygon
pada box merge yang menjadi patokan dan ok seperti gambar di bawah

49
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

7. Memotong Polygon/garis

Untuk bisa memotong sebuah polygon/garis, terlebih dahulu kita harus memilih
jenis feature yang akan di potong, kemudian pada kolom Task pilih Cut Polygon
feature, kemudian pilih icon scetch lagi dan buatlah garis yang memotong polygon
atau garis dengan bentuk yang diinginkan. Posisi awal dan akhir garis yang dibuat
harus benar-benar memotong/melalui polygon atau garis tersebut. Jika tidak
maka gambar tidak akan terpotong.
8. Menghapus feature/objek
Untuk dapat menghapus feature atau objek yang ada pada suatu tema/peta maka
terlebih dahulu kita harus memilih objek/feature tersebut dengan menggunakan
select feature Jika terpilih, maka objek tersebut akan lebih tampak dan dan
umumnya garis pinggirnya berubang menjadi lebih tebal dan berwarna cyan.
Jika objek/featurex terlah terpilih maka tinggal menggunakan icon delete, hasilnya
akan menghilangkan data/tema yang telah terpilih tadi.

9. Smooth

Untuk memperhalus sudut-sudut pada feature adalah Editor>Start Editing lalu select
feature yang akan diperhalus tiap sudutnya lalu klik icon smooth akan muncul box
smooth yang mengkonfirmasikan besaran nilai yang akan dimasukkan sebagai dasar
untuk mensmooth feature dan OK.

50
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

g. Geometric Calculation
Geometric calculation adalah tools untuk menghitung luas, panjang, keliling, posisi
koordinat dari suatu feature. Untuk dapat menghitung suatu feature yang ada pada
theme /layer dengan akurat, terlebih dahulu themes tersebut harus berada dalam
sistem koordinat UTM.
Adapun langkah-langkahnya, adalah sebagai berikut :
1. Tampilkan tabel data themes yang akan dihitung.
Klik kanan pada layer > Open Theme Tables
2. Setelah layer terbuka, buat kolom/field baru dengan nama luas/area ataupun
panjang, dengan type Short integer ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan.
3. Kemudian pilih kepala kolom yang telah kita buat sebelumnya Klik kanan di
kepala kolom > Calculate geometric

4. Pada kolom properties pilih Area untuk menghitung luasan, Perimeter untuk
menghitung keliling, length untuk panjang, x dan y coordinate of centroid untuk
mengkalkulasi titik berat / tengah polygon/feature.

Pada kolom unit pilih unit pengkuran misalnya meters square.


Beberapa kelompok analysis lainnya dapat dilihat pada Arctoolbox > Analysis tools.

51
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

IV.2. PENYUSUNAN DATA JARINGAN IRIGASI BERBASIS SIG


Sistem Informasi Spasial Kondisi Fisik Jaringan Irigasi dirancang untuk memudahkan
pengguna dalam mengakses informasi fisik yang berkaitan dengan daerah Irigasi,
meliputi: jaringan irigasi, daerah layanan irigasi, luas petak tersier, debit saluran, aset
bangunan irigasi dan skema jaringan irigasi.
Adapun tahapan dalam melakukan penyusunan data jaringan irigasi berbasis sistem
informasi geografis adalah sebagai berikut:
1. Digitasi Jaringan Irigasi
Digitasi jaringan irigasi dilakukan dengan membuat data vektor berupa garis
sepanjang jaringan irigasi. Data vektor ini diperoleh dari proses tracking di lapangan
dengan menggunakan GPS.
2. Digitasi Batas pelayanan Irigasi
Digitasi batas pelayanan irigasi dilakukan pada saluran tersier atau kuarter hal ini
dilakukan untuk mengetahui dari mana sawah tersebut memperoleh air irigasi dan
sejauh mana jaringan irigasi dapat mengairi lahan persawahan.
3. Digitasi Aset bangunan Irigasi
Digitasi aset bangunan irigasi dilakukan dengan menentukan titik lokasi dari
bangunan sadap, bagi, pelimpah, jembatan desa, gorong-gorong, talang dan
bendungan pada daerah irigasi.
Hasil dari digitasi tersebut selanjutnya akan dilakukan pengisian data tabulasi masing-
masing jaringan irigasi berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan. Langkah akhir
dari proses sistem informasi ini adalah pembuatan layout peta untuk
menyempurnakan tampilan lemb
an peta agar menghasilkan peta tematik yang dapat dijadikan acuan dalam kebijakan
pembangunan. Penyusunan layout peta jaringan irigasi didasarkan pada sistem
kartografi.

52
LAPORANPELAKSANAANKEGIATANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

KETERANGAN :
1
1. Logo
2. Skala Peta & nama Judul
2 peta.
3. Petunjuk letak dan
diagram lokasi.
MUKA PETA 4. Informasi sistem referensi
3
5. Keterangan / legenda
peta
4 6. Daftar riwayat / referensi
peta
7. Skala angka dan batang
5 8. Petunjuk arah utara,
nomor lembar dan nama
lembar peta.

8 7

Gambar 4. 2 Tampilan antar muka layout peta tematik

53
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

BAB 5
HASIL PEKERJAAN

V.1. DAERAH IRIGASI MALEKU

Daerah irigasi maleku terletak di desa Buangin kecamatan sabbang. Kawasan


sekitar daerah irigasi maleku merupakan kebun campuran, kebun kelapa sawit,
kawasan permukiman dan tegalan atau ladang. Luas cakupan areal dari
Daerah Irigasi Maleku adalah 106.77 ha. Lokasi Daerah irigasi Maleku dapat di
lihat pada gambar peta di bawah.

Gambar 5. 1 Lokasi Daerah Irigasi Maleku


Kondisi topografi pada daerah irigasi maleku berdasarkan hasil analisis survey
gps yang dikombinasikan dengan data sekunder berupa garis kontur peta rupa
bumi dan data SRTM berada pada ketinggian 26 - 82 m/dpl. Unsur topografi

54
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

wilayah sangat mempengaruhi aliran air pada saluran irigasi, sehingga faktor
topografi suatu wilayah sangat menentukan dalam merencanakan, merancang
maupun mengembangkan pembangunan irigasi. Untuk jelasnya mengenai
topografi dari daerah irigasi maleku dapat di lihat pada gambar di bawah.

Gambar 5. 2 Kondisi Topografi Daerah Irigasi Maleku

Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan
untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian,
pemberian dan penggunaannya.
Secara hirarki jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama dan jaringan
tersier. Jaringan utama meliputi bangunan, saluran primer dan saluran
sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri dari bangunan dan saluran yang
berada dalam petak tersier. Suatu kesatuan wilayah yang mendapatkan air
dari suatu jarigan irigasi disebut dengan Daerah Irigasi.

55
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

Adapun kondisi jaringan irigasi pada daerah irigasi maleku diperlihatkan pada
gambar di bawah ini.

Gambar 5. 3 Jaringan Irigasi pada Daerah Irigasi Maleku

DI maleku membentang dari arah barat ke arah timur yang memiliki 3


percabangan saluran pembagi yang masuk ke areal sawah dan melintasi jalan
poros Kota Palopo - Kab. Luwu Utara. Luasan areal persawahan yang dialiri
oleh DI maleku adalah sekitar 106.77 ha berdasarkan hasil survey lapangan dan
analisis citra satelit. Panjang total dari irigasi maleku sekitar 3,163.98 m
dengan rincian bangunan jaringan irigasi di perlihatkan pada tabel di bawah.
Tabel 5. 1 Panjang Jaringan Irigasi Berdasarkan Jenis dan Kondisi
No Jenis Bangunan Kondisi Panjang (m)
1 Pasangan Lining Baik 2,317.96
2 Saluran Tanah Baik 846.02
Grand Total 3,163.98

56
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

Kapasitas debit air yang mengaliri DI maleku rata-rata 127 liter/detik dan debit
air terkecil adalah 83.82 liter/detik. Bangunan pelengkap dari DI maleku
umumnya dalam kondisi baik dan berfungsi sebagaimana mestinya.
Bangunan pelengkap tersebut adalah bendung, bangunan bagi dan gorong-
gorong yang terdapat di DI maleku yang melintasi jalan poros palopo-luwu
utara.
Daerah potensial untuk pengembangan DI maleku dari hasil pengamatan
lapangan dan analisis berada pada bagian ujung barat DI maleku. daerah
potensial pengembangan ini memiliki luasan sekitar 42.97 ha. Adapun
gambaran peta, skema bangunan dan jaringan dari DI maleku dapat di lihat
pada gambar di bawah.

57
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

Gambar 5. 4 Peta Daerah Irigasi Maleku

58
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

Gambar 5. 5 Skema Bangunan DI Maleku

59
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

Gambar 5. 6 Skema Jaringan DI Maleku

60
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

V.2. DAERAH IRIGASI LAIYA

Daerah irigasi Laiya terletak di desa Terpedo Jaya kecamatan sabbang.


Kawasan sekitar daerah irigasi Laiya merupakan kebun campuran, kebun
kelapa sawit, kawasan permukiman dan tegalan atau ladang. Luas cakupan
areal dari Daerah Irigasi Laiya adalah 8.43 ha. Gambaran tentang Daerah
irigasi Laiya dapat di lihat pada gambar peta di bawah.

Gambar 5. 7 Peta Daerah Irigasi Laiya


Kondisi topografi pada daerah irigasi Laiya berdasarkan hasil analisis survey
gps yang dikombinasikan dengan data sekunder berupa garis kontur peta rupa
bumi dan data SRTM berada pada ketinggian 36 - 28 m/dpl . Unsur topografi
wilayah sangat mempengaruhi aliran air pada saluran irigasi, sehingga faktor
topografi suatu wilayah sangat menentukan dalam merencanakan, merancang

61
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

maupun mengembangkan pembangunan irigasi. Untuk jelasnya mengenai


topografi dari daerah irigasi Laiya dapat di lihat pada gambar di bawah.

Gambar 5. 8 Peta Topografi Daerah Irigasi Laiya

Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan
untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian,
pemberian dan penggunaannya.
Secara hirarki jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama dan jaringan
tersier. Jaringan utama meliputi bangunan, saluran primer dan saluran
sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri dari bangunan dan saluran yang
berada dalam petak tersier. Suatu kesatuan wilayah yang mendapatkan air
dari suatu jarigan irigasi disebut dengan Daerah Irigasi.
Adapun kondisi jaringan irigasi pada daerah irigasi Laiya diperlihatkan pada
data tabel dan gambar di bawah ini.

62
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Gambar 5. 9 Jaringan Irigasi pada Daerah Irigasi Laiya

DI laiya memiliki sumber pengairan yang berada di sebelah utara. DI ini


terletak di sebelah timur dari jalan poros palopo-luwu utara yang memiliki dua
percabangan saluran pembagi yang masuk ke areal sawah. Saluran pembuang
dari DI laiya merupakan sungai kecil yang memotong daerah persawahan.
Luasan areal persawahan yang dialiri oleh DI laiya adalah sekitar 8.43 ha
berdasarkan hasil survey lapangan dan analisis citra satelit. Panjang total dari
irigasi maleku sekitar 872.88 m dengan rincian bangunan jaringan irigasi di
perlihatkan pada tabel di bawah.
Tabel 5. 2 Panjang Jaringan Irigasi Berdasarkan Jenis dan Kondisi
No Jenis Bangunan Kondisi Panjang (m)
1 Pasangan Lining Baik 784.67
2 Saluran Tanah Baik 88.21
Grand Total 872.88

63
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Kapasitas debit air yang mengaliri DI Laiya antara 24-25 liter/detik. Bangunan
pelengkap dari DI laiya umumnya dalam kondisi baik dan berfungsi
sebagaimana mestinya. Bangunan pelengkap tersebut adalah bendung,
bangunan bagi dan gorong-gorong.
Daerah potensial untuk pengembangan DI laiya dari hasil pengamatan
lapangan dan analisis berada pada bagian ujung selatan DI laiya. Daerah
potensial pengembangan ini memiliki luasan sekitar 2.5 ha. Adapun gambaran
peta, skema bangunan dan jaringan dari DI maleku dapat di lihat pada gambar
di bawah.

64
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Gambar 5. 10 Peta Daerah Irigasi Laiya

65
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Gambar 5. 11 Skema Bangunan DI Laiya

66
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Gambar 5. 12 Skema Jaringan DI Laiya

67
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

V.3. DAERAH IRIGASI RAMBAKULU

Daerah irigasi Rambakulu terletak di desa Terpedo Jaya kecamatan sabbang.


Kawasan sekitar daerah irigasi Rambakulu merupakan kebun campuran, kebun
kelapa sawit, kawasan permukiman dan tegalan atau ladang. Luas cakupan
areal dari Daerah Irigasi Rambakulu adalah 19.6 ha. Gambaran tentang
Daerah irigasi Rambakulu dapat di lihat pada gambar peta di bawah.

Gambar 5. 13 Peta Daerah Irigasi Rambakulu


Kondisi topografi pada daerah irigasi Rambakulu berdasarkan hasil analisis
survey gps yang dikombinasikan dengan data sekunder berupa garis kontur
peta rupa bumi dan data SRTM berada pada ketinggian 26 - 52 m/dpl. Unsur
topografi wilayah sangat mempengaruhi aliran air pada saluran irigasi,
sehingga faktor topografi suatu wilayah sangat menentukan dalam

68
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

merencanakan, merancang maupun mengembangkan pembangunan irigasi.


Untuk jelasnya mengenai topografi dari daerah irigasi Rambakulu dapat di
lihat pada gambar di bawah.

Gambar 5. 14 Kondisi Topografi Daerah Irigasi Rambakulu

Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan
untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian,
pemberian dan penggunaannya.
Secara hirarki jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama dan jaringan
tersier. Jaringan utama meliputi bangunan, saluran primer dan saluran
sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri dari bangunan dan saluran yang
berada dalam petak tersier. Suatu kesatuan wilayah yang mendapatkan air
dari suatu jarigan irigasi disebut dengan Daerah Irigasi.
Adapun kondisi jaringan irigasi pada daerah irigasi Rambakulu diperlihatkan
pada data tabel dan gambar di bawah ini.

69
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Gambar 5. 15 Jaringan Irigasi pada Daerah Irigasi Rambakulu

DI Rambakulu membentang dari arah barat ke arah timur yang memiliki dua
percabangan saluran pembagi yang masuk ke areal sawah dan melintasi jalan
poros Kota Palopo - Kab. Luwu Utara. DI Rambakulu terbagi menjadi 2
wilayah yakni di sisi kiri dan kanan jalan poros. Luasan areal persawahan yang
dialiri oleh DI Rambakulu adalah sekitar 19.6 ha berdasarkan hasil survey
lapangan dan analisis citra satelit. Panjang total dari irigasi maleku sekitar
1,258.7 m dengan rincian bangunan jaringan irigasi di perlihatkan pada tabel di
bawah.
Tabel 5. 3 Panjang Jaringan Irigasi Berdasarkan Jenis dan Kondisi
No Jenis Bangunan Kondisi Panjang (m)
1 Pasangan Lining Baik 532.8
2 Saluran Tanah Baik 238.3
3 Saluran Tanah Rusak 487.5
Grand Total 1,258.7

70
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Kondisi saluran umumnya baik namun ada beberapa titik kerusakan pada
saluran tanah. Kondisi ini seperti saluran yang tertutupi oleh semak/rumput
dan pondasi tanah yang rubuh dikarenakan pengaruh aliran air yang deras
mengikis pondasi.
Kapasitas debit air yang mengaliri DI Rambakulu rata-rata 25 liter/detik dan
debit terkecil yang mengaliri DI Rambakulu yakni 11 liter/detik. Bangunan
pelengkap dari DI Rambakulu umumnya dalam kondisi baik dan berfungsi
sebagaimana mestinya. Bangunan pelengkap tersebut adalah bendung,
bangunan bagi dan gorong-gorong.
Daerah potensial untuk pengembangan DI Rambakulu dari hasil pengamatan
lapangan dan analisis berada pada sisi timur DI Rambakulu. Daerah potensial
pengembangan ini memiliki luasan sekitar 6 ha. Adapun gambaran peta,
skema bangunan dan jaringan dari DI Rambakulu dapat di lihat pada gambar di
bawah.

71
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Gambar 5. 16 Peta Daerah Irigasi Rambakulu

72
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Gambar 5. 17 Skema Bangunan DI Rambakulu

73
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Gambar 5. 18 Skema Jaringan DI Rambakulu

74
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

V.4. DAERAH IRIGASI KALUKU

Daerah irigasi Kaluku terletak di desa Buntu Terpedo kecamatan sabbang.


Kawasan sekitar daerah irigasi Kaluku merupakan kebun campuran, kebun
kelapa sawit, kawasan permukiman dan tegalan atau ladang. Luas cakupan
areal dari Daerah Irigasi Kaluku adalah 34.48 ha. Gambaran tentang Daerah
irigasi Kaluku dapat di lihat pada gambar peta di bawah.

Gambar 5. 19 Peta Daerah Irigasi Kaluku


Kondisi topografi pada daerah irigasi Kaluku berdasarkan hasil analisis survey
gps yang dikombinasikan dengan data sekunder berupa garis kontur peta rupa
bumi dan data SRTM berada pada ketinggian 144 - 28 m/dpl. Unsur topografi
wilayah sangat mempengaruhi aliran air pada saluran irigasi, sehingga faktor
topografi suatu wilayah sangat menentukan dalam merencanakan, merancang

75
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

maupun mengembangkan pembangunan irigasi. Untuk jelasnya mengenai


topografi dari daerah irigasi Kaluku dapat di lihat pada gambar di bawah.

Gambar 5. 20 Kondisi Topografi Daerah Irigasi Kaluku

Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan
untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian,
pemberian dan penggunaannya.
Secara hirarki jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama dan jaringan
tersier. Jaringan utama meliputi bangunan, saluran primer dan saluran
sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri dari bangunan dan saluran yang
berada dalam petak tersier. Suatu kesatuan wilayah yang mendapatkan air
dari suatu jarigan irigasi disebut dengan Daerah Irigasi.
Adapun kondisi jaringan irigasi pada daerah irigasi Kaluku diperlihatkan pada
data tabel dan gambar di bawah ini.

76
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Gambar 5. 21 Jaringan Irigasi pada Daerah Irigasi Kaluku

DI Kaluku membentang dari arah barat daya ke arah tenggara. Sama halnya
dengan rambakulu, DI kaluku juga dilintasi oleh jaringan jalan poros Kota
Palopo - Kab. Luwu Utara. DI Kaluku terbagi menjadi 2 wilayah yakni di sisi kiri
dan kanan jalan poros. Luasan areal persawahan yang dialiri oleh DI Kaluku
adalah sekitar 34.48 ha berdasarkan hasil survey lapangan dan analisis citra
satelit. Panjang total dari irigasi maleku sekitar 2,387.55 m dengan rincian
bangunan jaringan irigasi di perlihatkan pada tabel di bawah.
Tabel 5. 4 Panjang Jaringan Irigasi Berdasarkan Jenis dan Kondisi
No Jenis Bangunan Kondisi Panjang (m)
1 Pasangan Lining Baik 1,795.73
2 Saluran Tanah Baik 591.82
Grand Total 2,387.55

77
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Kapasitas debit air yang mengaliri DI Kaluku rata-rata 40 liter/detik. Bangunan


pelengkap dari DI Kaluku umumnya dalam kondisi baik dan berfungsi
sebagaimana mestinya. Bangunan pelengkap tersebut adalah bendung,
bangunan bagi dan gorong-gorong.
Daerah potensial untuk pengembangan DI Kaluku dari hasil pengamatan
lapangan dan analisis berada pada sisi barat DI Kaluku. Daerah potensial
pengembangan ini memiliki luasan sekitar 3 ha. Adapun gambaran peta,
skema bangunan dan jaringan dari DI Kaluku dapat di lihat pada gambar di
bawah.

78
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Gambar 5. 22 Peta Daerah Irigasi Kaluku

79
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Gambar 5. 23 Skema Bangunan DI Kaluku

80
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Gambar 5. 24 Skema Jaringan DI Kaluku

81
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

V.5. DAERAH IRIGASI MALALIN

Daerah irigasi Malalin terletak di desa Pararra kecamatan sabbang. Kawasan


sekitar daerah irigasi Malalin merupakan kebun campuran, kebun kelapa sawit,
kawasan permukiman dan tegalan atau ladang. Luas cakupan areal dari
Daerah Irigasi Malalin adalah 17.83 ha. Gambaran tentang Daerah irigasi
Malalin dapat di lihat pada gambar peta di bawah.

Gambar 5. 25 Peta Daerah Irigasi Malalin


Kondisi topografi pada daerah irigasi Malalin berdasarkan hasil analisis survey
gps yang dikombinasikan dengan data sekunder berupa garis kontur peta rupa
bumi dan data SRTM berada pada ketinggian 288 - 204 m/dpl. Unsur topografi
wilayah sangat mempengaruhi aliran air pada saluran irigasi, sehingga faktor
topografi suatu wilayah sangat menentukan dalam merencanakan, merancang

82
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

maupun mengembangkan pembangunan irigasi. Untuk jelasnya mengenai


topografi dari daerah irigasi Malalin dapat di lihat pada gambar di bawah.

Gambar 5. 26 Kondisi Topografi Daerah Irigasi Malalin

Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan
untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian,
pemberian dan penggunaannya.
Secara hirarki jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama dan jaringan
tersier. Jaringan utama meliputi bangunan, saluran primer dan saluran
sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri dari bangunan dan saluran yang
berada dalam petak tersier. Suatu kesatuan wilayah yang mendapatkan air
dari suatu jarigan irigasi disebut dengan Daerah Irigasi.
Adapun kondisi jaringan irigasi pada daerah irigasi Malalin diperlihatkan pada
data tabel dan gambar di bawah ini.

83
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Gambar 5. 27 Jaringan Irigasi pada Daerah Irigasi Malalin

DI Malalin membentang dari arah selatan ke arah utara dan berbatasan


langsung dengan sungai besar yakni sungai rongkong. Saluran DI Malalin
memiliki 2 saluran pembagi yang mengaliri areal persawahan. Luasan areal
persawahan yang dialiri oleh DI Malalin adalah sekitar 17.83 ha berdasarkan
hasil survey lapangan dan analisis citra satelit. Panjang total dari irigasi maleku
sekitar 2,202.42 m dengan rincian bangunan jaringan irigasi di perlihatkan
pada tabel di bawah.
Tabel 5. 5 Panjang Jaringan Irigasi Berdasarkan Jenis dan Kondisi
No Jenis Bangunan Kondisi Panjang (m)
1 Pasangan Lining Baik 501.74
2 Saluran Tanah Baik 1,700.68
Grand Total 2,202.42

84
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Kapasitas debit air yang mengaliri DI Malalin yakni 11 liter/detik dan 24


liter/detik pada saluran bagi lainnya. Bangunan pelengkap dari DI Malalin
umumnya dalam kondisi baik dan berfungsi sebagaimana mestinya.
Bangunan pelengkap tersebut adalah bendung, bangunan bagi dan gorong-
gorong.
Daerah potensial untuk pengembangan DI Malalin dari hasil pengamatan
lapangan dan analisis berada antara DI Malalin dengan sungai. Daerah
potensial pengembangan ini memiliki luasan sekitar 5 ha. Mengingat daerah
potensial pengembangan ini berada tepat disisi sungai, maka perlu
dipertimbangkan unsur sempadan sungai pada perencanaan
pengembangannya nanti. Adapun gambaran peta, skema bangunan dan
jaringan dari DI Malalin dapat di lihat pada gambar di bawah.

85
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Gambar 5. 28 Peta Daerah Irigasi Malalin

86
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Gambar 5. 29 Skema Bangunan DI Malalin

87
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Gambar 5. 30 Skema Jaringan DI Malalin

88
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

V.6. DAERAH IRIGASI PARARRA UASA

Daerah irigasi Pararra Uasa terletak di desa Pararra kecamatan sabbang.


Kawasan sekitar daerah irigasi Pararra Uasa merupakan kebun campuran,
kebun kelapa sawit, kawasan permukiman dan tegalan atau ladang. Luas
cakupan areal dari Daerah Irigasi Pararra Uasa adalah 5.40 ha. Gambaran
tentang Daerah irigasi Pararra Uasa dapat di lihat pada gambar peta di bawah.

Gambar 5. 31 Peta Daerah Irigasi Pararra Uasa


Kondisi topografi pada daerah irigasi Pararra Uasa berdasarkan hasil analisis
survey gps yang dikombinasikan dengan data sekunder berupa garis kontur
peta rupa bumi dan data SRTM berada pada ketinggian 288 - 204 m/dpl.
Unsur topografi wilayah sangat mempengaruhi aliran air pada saluran irigasi,
sehingga faktor topografi suatu wilayah sangat menentukan dalam

89
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

merencanakan, merancang maupun mengembangkan pembangunan irigasi.


Untuk jelasnya mengenai topografi dari daerah irigasi Pararra Uasa dapat di
lihat pada gambar di bawah.

Gambar 5. 32 Kondisi Topografi Daerah Irigasi Pararra Uasa

Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan
untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian,
pemberian dan penggunaannya.
Secara hirarki jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama dan jaringan
tersier. Jaringan utama meliputi bangunan, saluran primer dan saluran
sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri dari bangunan dan saluran yang
berada dalam petak tersier. Suatu kesatuan wilayah yang mendapatkan air
dari suatu jarigan irigasi disebut dengan Daerah Irigasi.
Adapun kondisi jaringan irigasi pada daerah irigasi Pararra Uasa diperlihatkan
pada data tabel dan gambar di bawah ini.

90
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Gambar 5. 33 Jaringan Irigasi pada Daerah Irigasi Pararra Uasa

DI Pararra Uasa membentang dari arah utara ke arah selatan dan berbatasan
langsung dengan sungai besar yakni sungai rongkong. Saluran DI Pararra
Uasa memiliki 2 saluran pembagi yang mengaliri areal persawahan. Luasan
areal persawahan yang dialiri oleh DI Pararra Uasa adalah sekitar 5.40 ha
berdasarkan hasil survey lapangan dan analisis citra satelit. Panjang total dari
irigasi maleku sekitar 816.87 m dengan rincian bangunan jaringan irigasi di
perlihatkan pada tabel di bawah.
Tabel 5. 6 Panjang Jaringan Irigasi Berdasarkan Jenis dan Kondisi
No Jenis Bangunan Kondisi Panjang (m)
1 Pasangan Lining Baik 172.36
2 Saluran Tanah Baik 644.51
Grand Total 832.18

91
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Kapasitas debit air yang mengaliri DI Pararra Uasa yakni 25 liter/detik.


Bangunan pelengkap dari DI Pararra Uasa umumnya dalam kondisi baik dan
berfungsi sebagaimana mestinya. Bangunan pelengkap tersebut adalah
bendung dan bangunan bagi.
Daerah potensial untuk pengembangan DI Pararra Uasa dari hasil pengamatan
lapangan dan analisis berada di sebelah timur. Daerah potensial
pengembangan ini memiliki luasan sekitar 5 ha. Adapun gambaran peta,
skema bangunan dan jaringan dari DI Pararra Uasa dapat di lihat pada gambar
di bawah.

92
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Gambar 5. 34 Peta Daerah Irigasi Pararra Uasa

93
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Gambar 5. 35 Skema Bangunan DI Pararra Uasa

94
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Gambar 5. 36 Skema Jaringan DI Pararra Uasa

95
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

V.7. DAERAH IRIGASI MAKAWU

Daerah irigasi Makawu terletak di desa Bakka kecamatan sabbang. Kawasan


sekitar daerah irigasi Makawu merupakan kebun campuran, kebun kelapa
sawit, kawasan permukiman dan tegalan atau ladang. Luas cakupan areal dari
Daerah Irigasi Makawu adalah 18.78 ha. Gambaran tentang Daerah irigasi
Makawu dapat di lihat pada gambar peta di bawah.

Gambar 5. 37 Peta Daerah Irigasi Makawu


Kondisi topografi pada daerah irigasi Makawu berdasarkan hasil analisis survey
gps yang dikombinasikan dengan data sekunder berupa garis kontur peta rupa
bumi dan data SRTM berada pada ketinggian 27 - 40 m/dpl. Unsur topografi
wilayah sangat mempengaruhi aliran air pada saluran irigasi, sehingga faktor
topografi suatu wilayah sangat menentukan dalam merencanakan, merancang

96
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

maupun mengembangkan pembangunan irigasi. Untuk jelasnya mengenai


topografi dari daerah irigasi Makawu dapat di lihat pada gambar di bawah.

Gambar 5. 38 Kondisi Topografi Daerah Irigasi Makawu

Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan
untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian,
pemberian dan penggunaannya.
Secara hirarki jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama dan jaringan
tersier. Jaringan utama meliputi bangunan, saluran primer dan saluran
sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri dari bangunan dan saluran yang
berada dalam petak tersier. Suatu kesatuan wilayah yang mendapatkan air
dari suatu jarigan irigasi disebut dengan Daerah Irigasi.
Adapun kondisi jaringan irigasi pada daerah irigasi Makawu diperlihatkan pada
data tabel dan gambar di bawah ini.

97
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Gambar 5. 39 Jaringan Irigasi pada Daerah Irigasi Makawu

DI Makawu membentang dari arah utara ke arah selatan. DI Makawu berada


pada sisi kanan jalan poros Kota Palopo - Kab. Luwu Utara. Luasan areal
persawahan yang dialiri oleh DI Makawu adalah sekitar 18.78 ha berdasarkan
hasil survey lapangan dan analisis citra satelit. Panjang total dari irigasi maleku
sekitar 1,345.87 m dengan rincian bangunan jaringan irigasi di perlihatkan pada
tabel di bawah.
Tabel 5. 7 Panjang Jaringan Irigasi Berdasarkan Jenis dan Kondisi
No Jenis Bangunan Kondisi Panjang (m)
1 Pasangan Lining Baik 454.97
2 Saluran Tanah Baik 890.90
Grand Total 1,345.87

Kapasitas debit air yang mengaliri DI Makawu yakni 31.2 liter/detik, 62


liter/detik, dan 62.5 liter/detik. Bangunan pelengkap dari DI Makawu

98
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

umumnya dalam kondisi baik dan berfungsi sebagaimana mestinya.


Bangunan pelengkap tersebut adalah bendung dan bangunan bagi.
Daerah potensial untuk pengembangan DI Makawu dari hasil pengamatan
lapangan dan analisis berada pada sisi barat DI Makawu. Daerah potensial
pengembangan ini memiliki luasan sekitar 21 ha. Adapun gambaran peta,
skema bangunan dan jaringan dari DI Makawu dapat di lihat pada gambar di
bawah.

99
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Gambar 5. 40 Peta Daerah Irigasi Makawu

100
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Gambar 5. 41 Skema Bangunan DI Makawu

101
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Gambar 5. 42 Skema Jaringan DI Makawu

102
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

V.8. DAERAH IRIGASI MALIMBU BINUANG

Daerah irigasi Malimbu Binuang terletak di desa Malimbu kecamatan sabbang.


Kawasan sekitar daerah irigasi Malimbu Binuang merupakan kebun campuran,
kebun kelapa sawit, kawasan permukiman dan tegalan atau ladang. Luas
cakupan areal dari Daerah Irigasi Malimbu Binuang adalah 14.80 ha.
Gambaran tentang Daerah irigasi Malimbu Binuang dapat di lihat pada gambar
peta di bawah.

Gambar 5. 43 Peta Daerah Irigasi Malimbu Binuang


Kondisi topografi pada daerah irigasi Malimbu Binuang berdasarkan hasil
analisis survey gps yang dikombinasikan dengan data sekunder berupa garis
kontur peta rupa bumi dan data SRTM berada pada ketinggian 116 - 70 m/dpl.
Unsur topografi wilayah sangat mempengaruhi aliran air pada saluran irigasi,

103
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

sehingga faktor topografi suatu wilayah sangat menentukan dalam


merencanakan, merancang maupun mengembangkan pembangunan irigasi.
Untuk jelasnya mengenai topografi dari daerah irigasi Malimbu Binuang dapat
di lihat pada gambar di bawah.

Gambar 5. 44 Kondisi Topografi Daerah Irigasi Malimbu Binuang

Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan
untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian,
pemberian dan penggunaannya.
Secara hirarki jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama dan jaringan
tersier. Jaringan utama meliputi bangunan, saluran primer dan saluran
sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri dari bangunan dan saluran yang
berada dalam petak tersier. Suatu kesatuan wilayah yang mendapatkan air
dari suatu jarigan irigasi disebut dengan Daerah Irigasi.

104
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Adapun kondisi jaringan irigasi pada daerah irigasi Malimbu Binuang


diperlihatkan pada data tabel dan gambar di bawah ini.

Gambar 5. 45 Jaringan Irigasi pada Daerah Irigasi Malimbu Binuang

DI Malimbu Binuang membentang dari arah utara ke arah selatan dan


berbatasan langsung dengan sungai besar yakni sungai rongkong. Saluran DI
Malimbu Binuang memiliki 3 saluran pembagi yang mengaliri areal
persawahan. Luasan areal persawahan yang dialiri oleh DI Malimbu Binuang
adalah sekitar 14.80 ha berdasarkan hasil survey lapangan dan analisis citra
satelit. Panjang total dari irigasi maleku sekitar 1,849.75 m dengan rincian
bangunan jaringan irigasi di perlihatkan pada tabel di bawah.
Tabel 5. 8 Panjang Jaringan Irigasi Berdasarkan Jenis dan Kondisi
No Jenis Bangunan Kondisi Panjang (m)
1 Pasangan Lining Baik 510.52
2 Saluran Tanah Baik 1,339.23
Grand Total 1,849.75

105
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Kapasitas debit air yang mengaliri DI Malimbu Binuang yakni 63 liter/.


Bangunan pelengkap dari DI Malimbu Binuang umumnya dalam kondisi baik
dan berfungsi sebagaimana mestinya. Bangunan pelengkap tersebut adalah
bendung dan bangunan bagi.
Untuk DI Malimbu Binuang tidak terdapat daerah potensial untuk
pengembangan DI. Hal ini dikarenakan kondisi alam dari daerah malimbu
binuang yang pada umumnya memiliki topografi berbukit dengan tutupan
lahan pada umumnya hutan. Adapun gambaran peta, skema bangunan dan
jaringan dari DI Malimbu Binuang dapat di lihat pada gambar di bawah.

106
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Gambar 5. 46 Peta Daerah Irigasi Malimbu Binuang

107
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Gambar 5. 47 Skema Bangunan DI Malimbu Binuang

108
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI DAERAH IRIGASI DAN PENGAIRAN

Gambar 5. 48 Skema Jaringan DI Malimbu Binuang

109
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

BAB 6
PENUTUP

VI.1. KESIMPULAN

1) Daerah irigasi Maleku. Laiya, Rambakulu, Malalin, Kaluku, Pararra Uasa,


Makawu dan Malimbu Binuang merupakan daerah irigasi pada wilayah
administrasi Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara.
2) Luasan dari masing-masing daerah irigasi adalah DI Maleku sekitar 106.77 ha,
Laiya 8.43 ha, Rambakulu 19.6 ha, Kaluku 34.48 ha, Malalin 17.83 ha, Pararra
Uasa 5.40 ha, Makawu 18.78 ha, dan DI Malimbu Binuang 14.80 ha
3) Pada umumnya daerah irigasi ini memiliki tipe saluran dengan pasangan laning
dan sebagian lagi adalah tanah. Panjang saluran yang dimiliki oleh tiap-tiap DI
adalah DI Maleku sekitar 3,163.98 m, Laiya 872.88 m, Rambakulu 1,258.7 m,
Kaluku 2,387.55 m, Malalin 2,202.42 m, Pararra Uasa 816.87 m, Makawu
1,345.87 m, dan DI Malimbu Binuang 1,849.75 m
4) Kondisi eksisitng dari saluran di tiap-tiap daerah irigasi ini sebagian besar
dalam kondisi baik walaupun di beberapa lokasi terdapat kondisi saluran yang
kurang baik seperti, bangunannya rubuh, saluran tersumbat oleh rumput,
adanya saluran yang mengalami kekeringan dan lainnya.
5) Saluran irigasi pada tiap daerah irigasi memiliki bangunan pelengkap yakni
bendung, bangunan bagi, gorong-gorong dan saluran pembuang.
6) Penggambaran daerah irigasi tersebut dijabarkan dalam bentuk skema
jaringan, skema bangunan dan peta daerah irigasi.
7) Masing-masing dari daerah irigasi memiliki areal potensial yang dapat
dikembangkan, kecuali daerah irigasi malimbu binuang dikarenakan kondisi
wilayah sekitar daerah irigasi yang tidak memungkinkan untuk
pengembangan.

110
LAPORANPELAKSANAANINVENTARISASI JARINGAN IRIGASI PAKET II

VI.2. SARAN

Kegiatan invtasisasi daerah irigasi dan pengairan ini sudah cukup baik.
Diharapkan laporan ini dapat dijadikan sebagai rujukan dalam pengambilan
kebijakan dalam percepatan pembangunan daerah kabupaten luwu utara pada
umumnya dan kecamatan sabbang pada khususnya. Di samping itu, dalam
penyempurnaan basis data daerah irigasi diperlukan data-data dasar yang
dijadikan baseline dalam melakukan inventarisasi.

111

Anda mungkin juga menyukai