Anda di halaman 1dari 19

Desain Hidrolis Mercu Bendung (1)

1. Bentuk mercu bendung (merujuk pada KP-02, Bagian 4.2.2)


Untuk menjaga agar kondisi aliran yang melimpah diatas mercu stabil, bentuk mercu
bendung harus direncanakan secara hati-hati dari segi hidrolis.
Dua tipe mercu bendung tetap di sungai yang biasa digunakan di Indonesia adalah tipe
mercu bulat dan tipe mercu ogee, sebagaimana diuraikan di bawah ini:
1.1. Mercu bulat

Mercu bendung bulat mempunyai koefisien debit yang jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan mercu bendung ambang lebar. Pada sungai, ini akan banyak memberikan
keuntungan karena bangunan ini akan mengurangi tinggi muka air hulu selama banjir. Harga
koefisien debit menjadi lebih tinggi karena lengkung streamline dan tekanan negatif pada
mercu.


1.2. Mercu Ogee
Mercu Ogee berbentuk tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam aerasi. Oleh karena
itu mercu ini tidak akan memberikan tekanan subatmosfer pada permukaan mercu sewaktu
bendung mengalirkan air pada debit rencana. Untuk debit yang lebih rendah, air akan
memberikan tekanan ke bawah pada mercu.
Untuk merencanakan permukaan mercu Ogee bagian hilir, US. Army Corps of Engineers
telah mengembangkan persamaan berikut :
Y/hd = (I/k) . (X/hd)
n

Dimana:
X dan Y : koordinat-koordinat permukaan hilir; hd : tinggi energy rencana diatas mercu; K
dan n : parameter yang tergantung pada kecepatan aliran dan kemiringan hilir.
Harga k dan n
Kemiringan permukaan
hilir
k N
Vertikal
1 - 0.33
2.000
1.936
1.850
1.836
1 - 0.67
1 - 1
1.939
1.873
1.810
1.776

Bagian hulu mercu bervariasi sesuai dengan kemiringan permukaan hilir, seperti terlihat
pada gambar berikut :


Artikel terkait :
Desain Hidrolis Mercu Bendung (2)
Desain Hidrolis Mercu Bendung (3)
Desain Hidrolis Mercu Bendung (4)
Download Desain Hidrolis Bendung
Perhitungan Hidrolis dan Stabilitas Bendung dengan Program Excel

Desain Hidrolis Mercu Bendung (2)
2. Lebar Bendung

Lebar bendung yaitu jarak antara pangkal-pangkalnya (abutment),
sebaiknya sama dengan lebar rata-rata sungai pada bagian yang stabil.
Dibagian ruas bawas sungai, lebar rata-rata ini dapat diambil pada debit
penuh (bankfull discharge); di bagian ruas atas mungkin sulit untuk
menentukan debit penuh. Dalam hal ini banjir rata-rata tahunan dapat
diambil untuk menentukan lebar rata-rata bendung.
Lebar maksimum bendung hendaknya tidak lebih dari 1.2 lebar rata-rata
sungai pada ruas yang stabil.
Untuk sungai-sungai yang mengangkut bahan-bahan sedimen kasar yang
berat, lebar bendung tersebut harus disesuaikan laga terhadap lebar rata-
rata sungai, yakni jangan diambil 1.2 kali lebar sungai tersebut.
Agar pembuatan bangunan peredam energi tidak terlalu mahal, maka
aliran per satuan lebar hendaknya dibatasi sampai sekitar 12-14
m3/dt.m, yang memberikan tinggi energi maksimum sebesar 3.5 4.5 m
(lihat gambar di bawah Lebar efektif mercu).
Lebar efektif mercu (Be) dihubungkan dengan lebar mercu yang
sebenarnya (B), yakni jarak antara pangkal-pangkal bendung dan/atau
pilar-pilar dengan persamaan berikut :
B
e
= B-2.(n.K
p
+ K
a
).H
1
(2)
dimana: n : jumlah pilar; K
p
: koefisien kontraksi pilar; K
a
: koefisien
kontraksi pangkal bendung (abutment); H
1
:

tinggi energi, m
Harga koefisien K
a
dan K
p
diberikan pada tabel berikut (merujuk pada KP-
02, Bagian 4.2.1).
Pilar K
p

Untuk pilar berujung segi empat dengan sudut-sudut yang
dibulatkan
Dengan jari-jari 0.1 dari tebal pilar. 0.02
Untuk pilar berujung bulat 0.01
Untuk pilar berujung runcing 0
Abutment K
a

Untuk abutment segiempat dengan tembok hulu 90 ke arah aliran
0.20
Untuk abutment bulat dengan tembok hulu 90 Kearah aliran
dengan 0.5 H
1
> r > 0.15 H
1
0.10
Untuk abutment bulat dengan r > 0.5 H
1
dan tembok hulu tidak
lebih dari 45 ke arah aliran 0


Dalam memperhitungkan lebar efektif, lebar pembilas yang sebenarnya (dengan bagian
depan terbuka) sebaiknya diambil 80% dari lebar rencana untuk mengkompensasi perbedaan
koefisien debit dibandingkan dengan mercu bendung itu sendiri (lihat gambar Lebar efektif
mercu)






Desain Hidrolis Mercu Bendung (3)
Debit yang melimpas lewat mercu dan pintu


Persamaan tinggi energy-debit untuk bendung ambang pendek dengan
pengontrol segi empat adalah :
Q = C
d
. (2/3) . {(2/3).g}

. b . (H
1
)
1.5
(1)
Dimana: Q : debit, m/dt
C
d
: koefisien debit (C
d
= C
0
.C
1
.C
2
)
g : percepatan gravitasi, m/dt ( 9.8)
b : panjang mercu bendung, m
H
1
: tinggi energy diatas mercu, m
Koefisien debit C
d
adalah hasil dari:
C
0
: fungsi dari H
1
/r (lihat gambar berikut)
C
1
: fungsi dari P/H
1
(lihat gambar berikut)
C
2
: fungsi dari P/H
1
dan kemiringan permukaan hulu bendung (lihat gambar
berikut)
C
0
mempunyai harga maksimum 1.49 jika H1/r lebih dari 5.0. Harga C
0
sahih
apabila mercu bendung cukup tinggi diatas dasar rata-rata alur pengarah (p/H1
> 1.5).
Dalam tahap perencanaan P dapat diambil setengah dari jarak dari mercu
sampai dasar rata-rata sungai sebelum bendung dibuat. Untuk harga-harga
P/H1 yang kurang dari 1.50 maka gambar tersebut dapat dipakai untuk
menemukan faktor pengurangan C1.


Harga-harga koefisien koreksi untuk pengaruh kemiringan muka bendung bagian
hulu terhadap debit diberikan pada gambar dari koefisien C2 untuk mercu
bendung ogee dengan kemiringan permukaan hulu. Koefisien koreksi (C2)
diasumsi kurang lebih sama dengan harga factor koreksi untuk bentuk-bentuk
mercu tipe ogee.
Harga-harga factor pengurangan aliran tenggelam f sebagai fungsi perbandingan
H2/H1 dapat diperoleh pada gambar di bawah. Faktor pengurangan aliran
tenggelam mengurangi debit dalam keadaan tenggelam.
Koefisien debit efektif Ce adalah hasil Co, C1, dan C2 (Ce = C
0
. C
1
. C
2
).
C
0
adalah konstanta (= 1.30)
C
1
adalah fungsi P/hd dan H
1
/hd.
C
2
adalah factor koreksi untuk permukaan hulu
Faktor koreksi C1 disajikan pada gambar factor koreksi untuk selain tinggi
energy rencana pada bendung mercu Ogee, dan sebaiknya dipakai untuk
berbagai tinggi bendung diatas dasar sungai.
Harga-harga C1 pada gambar tersebut berlaku untuk bendung mercu ogee
dengan permukaan hulu vertical. Apabila permukaan bendung bagian hulu
miring, koefisien koreksi tanpa dimensi C2 harus dipakai; ini adalah fungsi baik
kemiringan permukaan bendung maupun perbandingan p/H1. Harga C2 dapat
diperoleh pada gambar harga koefisien C2 untuk bendung mercu Ogee dengan
kemiringan hulu.


Desain Hidrolis Mercu Bendung (4)
3. Kolam Olak (merujuk pada KP-02, Bagian 4.2.4)
Gambar berikut menunjukkan metode perencanaan kolam loncat air.

Dari grafik (q) dengan H1 dan tinggi jatuh z, kecepatan V1 di awal
loncatan dapat dihitung dengan persamaan :
V
1
= { (2g) . [( . H
1
) + z]}
0.5

dimana : V
1
: kecepatan aliran di awal loncatan, m/dt; g : percepatan gravitasi,
m/dt ( 9.8); H
1
: tinggi energy diatas ambang, m; z: tinggi jatuh, m
Dengan q = V
1
. y
u
,

dan persamaan untuk kedalaman konjugasi di
loncatan hidrolis adalah :
y
2
/ y
u
= (1/2) . [1+(8Fr)]
0.5

Fr = V
1
/ (g . y
u
)
0.5

dimana : y
2
: kedalaman air diatas ambang ujung, m; y
u
: kedalaman air di awal
loncatan, m; Fr : bilangan Froude; V
1
: kecepatan di awal loncatan, m/dt;
g : percepatan gravitasi, m/dt ( 9.8)
Kedalaman konjugasi untuk setiap q dapat ditemukan dan diplot. Untuk
menjaga agar loncatan tetap dekat dengan muka miring bendung dan
diatas lantai, maka lantai harus diturunkan hingga kedalaman air hilir
sekurang-kurangnya sama dengan kedalaman konjugasi. Untuk aliran
tenggelam, yakni jika muka air hilir lebih tinggi dari 2/3 H1 diatas mercu,
tidak diperlukan peredam energi.

Panjang Kolam Olak
Panjang kolam loncat air di belakang potongan U biasanya kurang dari
panjang bebas loncatan tersebut karena adanya ambang ujung (end sill).
Ambang yang berfungsi untuk memantapkan aliran ini umumnya
ditempatkan pada jarak:
Lj =5 ( n + y
2
)
Dimana : Lj : panjang kolam olak, m; n : tinggi ambang ujung hilir, m; y
2
: kedalaman air diatas ambang, m.
Tinggi yang diperlukan ambang ujung ini sebagai fungsi bilangan Froude
(Fru), kedalaman air yang masuk (yu), dan tinggi muka air hilir, dapat
ditentukan dari grafik pada gambar berikut :

Perhitungan Kolam Olak Tipe MDL dan MDO
Kolam olak tipe MDL adalah kolam olak tipe loncatan air, sedangkan tipe
MDO adalah kolam olak datar dengan ambang ujung hilir. Kedua tipe ini
merupakan tipe pengembangan dari tipe bak tenggelam dan kolam olak
tipe USBR berdasarkan penelitian hidrolis dari Laboratorium Hidrolika
DPMA Bandung.
Tahapan dalam desain kolam olak tipe MDL adalah sebagai berikut :
1. Dari perencanaan mercu sebelumnya diketahui : Elevasi mercu,
lebar bendung efektif Be, jari-jari mercu R (untuk tipe mercu bulat),
tinggi muka air banjir diatas mercu h1.
2. Direncanakan kemiringan hilir tubuh bendung (misalnya, 1:1)
3. Dihitung degradasi hilir berdasarkan kondisi tanah dasar sungai hilir
(bila tidak ada data yang pasti asumsi kedalaman gerusan minimal
2.00 m)
4. Hitung kedalaman air di hilir, h2 dengan lengkung debit yang
diketahui (jika ada), atau dengan pendekatan rumus Manning
(dengan parameter hidrolis rata-rata, yaitu : lebar dasar sungai, b;
kemiringan talud, m; koefisien kekasaran, n; dan kemiringan dasar
sungai, I), atau berdasarkan hasil analisis hidrolika sungai
(misalnya dengan analisis hydraulic HEC-RAS)
5. Hitung Z = (Elevasi mercu + h1 elevasi dasar sungai dengan
keadaan degradasi + h2), atau dengan persamaan Z = (P+h1) h2
d (degradasi)
6. Hitung debit persatuan lebar, q = Q/B; dengan : Q = debit banjir
rencana, m3/dt; B = lebar total kolam olak, m.
7. Hitung parameter energi berdasarkan persamaan : (q/(g.z^3)^0.5)
Dan dengan bantuan grafik MDL untuk tipe MDL (peredam energy
cekung) dapat dicari : Dr = dalamnya cekungan; R = radius cekungan; Lr
= panjang cekungan; dan e = panjang ambang hilir.
Atau dengan bantuan grafik MDO untuk tipe MDO (peredam energy kolam
datar dengan ambang hilir)
8. Pasang rip-rap batu dengan diameter d=30/40 cm di hilir ambang
hilir cekungan dengan panjang > 3.00 m dan dalam minimum 4-5
lapis.
Sedangkan tahapan untuk desain kolam olak tipe MDO : tahap (1) sampai
(6) dan (8) sama seperti diatas, sedangkan untuk tahap (7) adalah :
Hitung parameter energi berdasarkan persamaan : (q/(g.z^3)^0.5)
Dengan menggunakan grafik MDO (seperti tercantum di bawah) didapat
harga Ds dari harga perbandingan Ds/D2, dimana : Ds = elevasi mercu
elevasi kolam olak; D2 = tinggi muka air hilir bendung.
Dengan menggunakan grafik MDO diperoleh panjang kolam olak L dari
perbandingan L/Ds.



Pengertian Bendung
Sebuah bendung memiliki fungsi, yaitu untuk meninggikan muka air sungai dan mengalirkan
sebagian aliran air sungai yang ada ke arah tepi kanan dan tepi kiri sungai untuk mengalirkannya ke
dalam saluran melalui sebuah bangunan pengambilan jaringan irigasi. Fungsi bendung ini berbeda
dengan fungsi bendungan dimana sebuah bendungan berfungsi sebagai penangkap air dan
menyimpannya di musim hujan waktu air sungai mengalir dalam jumlah besar dan yang melebihi
kebutuhan. Air yang ditampung di dalam bendungan ini dipergunakan untuk keperluan irigasi, air
minum, industri, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Kelebihan dari sebuah bendungan, yaitu dengan
memiliki daya tampung tersebut, sejumlah besar air sungai yang melebihi kebutuhan dapat disimpan
dalam waduk dan baru dilepas mengalir ke dalam sungai lagi di hilirnya sesuai dengan kebutuhan
saja pada waktu yang diperlukan. Bendung juga dapat didefinisikan sebagai bangunan air yang
dibangun secara melintang sungai, sedemikian rupa agar permukaan air sungai di sekitarnya naik
sampai ketinggian tertentu, sehingga air sungai tadi dapat dialirkan melalui pintu sadap ke saluran-
saluran pembagi kemudian hingga ke lahan-lahan pertanian (Kartasapoetra, 1991: 37).



Suatu konstruksi sebuah bendung dapat dibuat dari urugan tanah, pasangan batu kali, dan bronjong
atau beton. Sebuah bendung konstruksinya dibuat melintang sungai dan fungsi utamanya adalah
untuk membendung aliran sungai dan menaikkan level atau tingkat muka air di bagian hulu.
Sebelum membangun sebuah konstruksi bendung, terlebih dahulu ditentukan lokasi atau di bagian
sungai mana bendung tersebut akan dibangun. Ini terkait dengan wilayah atau luas petak-petak
sawah yang aliran air irigasinya akan dibantu oleh adanya konstruksi bendung tersebut. Pemilihan
lokasi bendung hendaknya memperhatikan beberapa hal-hal seperti, wilayah atau topografi daerah
yang akan dialiri, topografi lokasi bendung, keadaan hidrolis aliran sungai, keadaan tanah pondasi,
dan lain sebagainya. Selain hal-hal utama yang telah disebutkan tadi, terdapat pula hal-hal khusus
yang harus tetap diperhatikan sebelum membangun sebuah konstruksi bendung, misalnya
konstruksi bendung harus direncanakan sedemikian rupa agar seluruh daerah dapat dialiri secara
proses gravitasi, tinggi bendung dari dasar sungai tidak lebih dari tujuh meter, saluran induk tidak
melewati trase yang sulit, letak bangunan pengambilan (intake) harus di letakkan sedemikian rupa
sehingga dapat menjamin kelancaran masuknya air, sebaiknya lokasi bendung itu berada pada alur
sungai yang lurus, keadaan pondasi cukup baik, tidak menimbulkan genangan yang luas di udik
bendung serta tanggul banjir sependek mungkin, dan pelaksanaan tidak sulit dan biaya
pembangunan tidak mahal. Untuk keperluan perencanaan dan pembangunan suatu konstruksi
bendung, diperlukan pula data-data yang nanti akan dipergunakan untuk menentukan dimensi,
luasan, dan bagian-bagian bendung yang perlu dibangun. Data-data tersebut, misalnya data
topografi, data hidrologi, data morfologi, data geologi, data mekanika tanah, standar perencanaan
(PBI, PKKI, PMI, dll), data lingkungan, dan data ekologi. Selain itu, diperlukan juga data-data terkait
tentang curah hujan di derah tersebut, data debit banjir, dan data-data lain yang terkait dengan
keadaan hidrologis daerah tersebut. Semua data-data ini dipergunakan untuk perencanaan dan
pembangunan sebuah konstruksi bendung.



Syarat-syarat konstruksi bendung harus memenuhi beberapa faktor, yaitu
Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir;
Pembuatan bendung harus memperhitungkan kekuatan daya dukung tanah di bawahnya;
Bendung harus dapat menahan bocoran (seepage) yang disebabkan oleh aliran air sungai dan
aliran air yang meresap ke dalam tanah;
Tinggi ambang bendung harus dapat memenuhi tinggi muka air minimum yang diperlukan untuk
seluruh daerah irigasi;
Bentuk peluap harus diperhitungkan, sehingga air dapat membawa pasir, kerikil dan batu-batu dari
sebelah hulu dan tidak menimbulkan kerusakan pada tubuh bendung.

Pemilihan lokasi pembangunan bendung harus didasarkan atas beberapa faktor, yaitu

Keadaan Topografi
o Dalam hal ini semua rencana daerah irigasi dapat terairi, sehingga harus dilihat elevasi sawah
tertinggi yang akan diari;
o Bila elevasi sawah tertinggi yang akan diairi telah diketahui maka elevasi mercu bendung dapat
ditetapkan;
o Dari kedua hal di atas, lokasi bendung dilihat dari segi topografi dapat diseleksi.

Keadaan Hidrologi
Dalam pembuatan bendung, yang patut diperhitungkan juga adalah faktor faktor hidrologinya,
karena menentukan lebar dan panjang bendung serta tinggi bendung tergantung pada debit
rencana. Faktor faktor yang diperhitungkan, yaitu masalah banjir rencana, perhitungan debit
rencana, curah hujan efektif, distribusi curah hujan, unit hidrograf, dan banjir di site atau bendung.

Kondisi Topografi
Dilihat dari lokasi, bendung harus memperhatikan beberapa aspek, yaitu
o Ketinggian bendung tidak terlalu tinggi;
o Trase saluran induk terletak di tempat yang baik.

Kondisi Hidraulik dan Morfologi
o Pola aliran sungai meliputi kecepatan dan arahnya pada waktu debit banjir;
o Kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir;
o Tinggi muka air pada debit banjir rencana;
o Potensi dan distribusi angkutan sedimen.

Kondisi Tanah Pondasi
Bendung harus ditempatkan di lokasi dimana tanah pondasinya cukup baik sehingga bangunan akan
stabil. Faktor lain yang harus dipertimbangkan pula yaitu potensi kegempaan dan potensi gerusan
karena arus dan sebagainya.

Biaya Pelaksanaan
Biaya pelaksanaan pembangunan bendung juga menjadi salah satu faktor penentu pemilihan lokasi
pembangunan bendung. Dari beberapa alternatif lokasi ditinjau pula dari segi biaya yang paling
murah dan pelaksanaan yang tidak terlalu sulit.

Pembagian Jenis-Jenis Bendung

Berdasarkan cara pembendungannya
Pembendungan air dapat tidak hanya dengan puncak pelimpah yang permanen saja, tetapi dapat
juga dilengkapi dengan pintu pengatur yang bekerja di atas puncak ambang bendung. Berdasarkan
hal tersebut, maka bendung dapat dibagi, yaitu
o Bendung
Bila seluruh atau sebagian besar dari pembendungannya dilakukan oleh sebuah puncak pelimpah
yang permanen. Meskipun bendung juga dilengkapi dengan pintu, tetapi bagian dari pintu ini lebih
kecil dalam pelaksanaan pembendungan air.
o Baragge
Jika seluruh pembendungan atau sebagian besar dari pembendungan dilakukan oleh pintu. Pada
barrage yang pembendungannya dilakukan seluruhnya oleh pintu, maka pada waktu banjir pintu
tersebut dibuka sehingga peluapannya akan menjadi minimum atau berkurang.

Berdasarkan Fungsinya
o Bendung Pengarah ( Diversion Weir )
Diversion Weir adalah suatu bangunan pelimpah dengan atau tanpa pintu penutup dan terletak
melintang atau memotong kedalaman dasar sungai. Fungsinya adalah untuk membelokkan air
sungai ke saluran primer.
o Bendung Penahan
Fungsinya adalah untuk menyimpan air banjir atau manahan air banjir pada saat banjir datang
sebagai penahan atau pengontrol banjir.

Berdasarkan Bentuk dan Material Konstruksi
o Masonary Weir With Vertical Drops.
Bendung tipe ini terdiri dari sebuah lantai horisontal dan sebuah puncak ambang dari pasangan batu
tembok dengan permukaan air hampir tegak. Bendung tipe ini cocok untuk tanah dasar lempung
keras.
o Rock Dry Stone Weir.
Bendung tipe ini adalah tipe yang sederhana, tipe ini cocok untuk tanah dasar berpasir halus seperti
tanah alluvial. Bendung tipe ini juga membutuhkan jumlah batu yang sangat banyak, jadi bendung
tipe ini tidak banyak dipakai.

Bangunan Yang Terdapat Pada Bendung

Tubuh Bendung (Weir)
Tubuh bendung merupakan struktur utama yang berfungsi untuk membendung laju aliran sungai
dan menaikkan tinggi muka air sungai dari elevasi awal. Bagian ini biasanya terbuat dari urugan
tanah, pasangan batu kali, dan bronjong atau beton. Tubuh bendung umumnya dibuat melintang
pada aliran sungai. Tubuh bendung merupakan bagian yang selalu atau boleh dilewati air baik dalam
keadaan normal maupun air banjir. Tubuh bendung harus aman terhadap tekanan air, tekanan
akibat perubahan debit yang mendadak, tekanan gempa,dan akibat berat sendiri.




Pintu Air (Gates)
Pintu air merupakan struktur dari bendung yang berfungsi untuk mengatur, membuka, dan menutup
aliran air di saluran baik yang terbuka maupun tertutup. Bagian yang penting dari pintu air, yaitu
o Daun Pintu (Gate Leaf)
Adalah bagian dari pintu air yang menahan tekanan air dan dapat digerakkan untuk membuka,
mengatur, dan menutup aliran air.
o Rangka pengatur arah gerakan (guide frame)
Adalah alur dari baja atau besi yang dipasang masuk ke dalam beton yang digunakan untuk menjaga
agar gerakan dari daun pintu sesuai dengan yang direncanakan.
o Angker (anchorage)
Adalah baja atau besi yang ditanam di dalam beton dan digunakan untuk menahan rangka pengatur
arah gerakan agar dapat memindahkan muatan dari pintu air ke dalam konstruksi beton.
o Hoist
Adalah alat untuk menggerakkan daun pintu air agar dapat dibuka dan ditutup dengan mudah.

Pintu Pengambilan (Intake)
Pintu pengambilan berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk saluran dan mencegah masuknya
benda-benda padat dan kasar ke dalam saluran. Pada bendung, tempat pengambilan bisa terdiri dari
dua buah, yaitu kanan dan kiri, dan bisa juga hanya sebuah, tergantung dari letak daerah yang akan
diairi. Bila tempat pengambilan dua buah, menuntut adanya bangunan penguras dua buah pula.
Kadang-kadang bila salah satu pintu pengambilam debitnya kecil, maka pengambilannya lewat
gorong-gorong yang di buat pada tubuh bendung. Hal ini akan menyebabkan tidak perlu membuat
dua bangunan penguras dan cukup satu saja.

Pintu Penguras
Penguras ini bisanya berada pada sebelah kiri atau sebelah kanan bendung dan kadang-kadang ada
pada kiri dan kanan bendung. Hal ini disebabkan letak daripada pintu pengambilan. Bila pintu
pengambilan terletak pada sebelah kiri bendung, maka penguras pun terletak pada sebelah kiri pula.
Bila pintu pengambilan terletak pada sebelah kanan bendung, maka penguras pun terletak pada
sebelah kanan pula. Sekalipun kadang-kadang pintu pengambilan ada dua buah, mungkin saja
bangunan penguras cukup satu hal ini terjadi bila salah satu pintu pengambilan lewat tubuh
bendung. Pintu penguras ini terletak antara dinding tegak sebelah kiri atau kanan bendung dengan
pilar, atau antara pilar dengan pilar. Lebar pilar antara 1,00 sampai 2,50 meter tergantung konstruksi
apa yang dipakai. Pintu penguras ini berfungsi untuk menguras bahan-bahan endapan yang ada pada
sebelah udik pintu tersebut. Untuk membilas kandungan sedimen dan agar pintu tidak tersumbat,
pintu tersebut akan dibuka setiap harinya selama kurang lebih 60 menit. Bila ada benda-benda
hanyut mengganggu eksploitasi pintu penguras, sebaiknya dipertimbangkan untuk membuat pintu
menjadi dua bagian, sehingga bagian atas dapat diturunkan dan benda-benda hanyut dapat lewat
diatasnya.






Kolam Peredam Energi
Bila sebuah konstruksi bendung dibangun pada aliran sungai baik pada palung maupun pada
sodetan, maka pada sebelah hilir bendung akan terjadi loncatan air. Kecepatan pada daerah itu
masih tinggi, hal ini akan menimbulkan gerusan setempat (local scauring). Untuk meredam
kecepatan yang tinggi itu, dibuat suatu konstruksi peredam energi. Bentuk hidrolisnya adalah
merupakan suatu bentuk pertemuan antara penampang miring, penampang lengkung, dan
penampang lurus. Secara garis besar konstruksi peredam energi dibagi menjadi 4 (empat) tipe, yaitu
o Ruang Olak Tipe Vlughter
Ruang olak ini dipakai pada tanah aluvial dengan aliran sungai tidak membawa batuan besar. Bentuk
hidrolis kolam ini akan dipengaruhi oleh tinggi energi di hulu di atas mercu dan perbedaan energi di
hulu dengan muka air banjir hilir.
o Ruang Olak Tipe Schoklitsch
Peredam tipe ini mempunyai bentuk hidrolis yang sama sifatnya dengan peredam energi tipe
Vlughter. Berdasarkan percobaan, bentuk hidrolis kolam peredam energi ini dipengaruhi oleh faktor-
faktor, yaitu tinggi energi di atas mercu dan perbedaan tinggi energi di hulu dengan muka air banjir
di hilir.
o Ruang Olak Tipe Bucket
Kolam peredam energi ini terdiri dari tiga tipe, yaitu solid bucket, slotted rooler bucket atau
dentated roller bucket, dan sky jump. Ketiga tipe ini mempunyai bentuk hampir sama dengan tipe
Vlughter, namun perbedaanya sedikit pada ujung ruang olakan. Umumnya peredam ini digunakan
bilamana sungai membawa batuan sebesar kelapa (boulder). Untuk menghindarkan kerusakan lantai
belakang maka dibuat lantai yang melengkung sehingga bilamana ada batuan yang terbawa akan
melanting ke arah hilirnya.
o Ruang Olak Tipe USBR
Tipe ini biasanya dipakai untuk head drop yang lebih tinggi dari 10 meter. Ruang olakan ini memiliki
berbagai variasi dan yang terpenting ada empat tipe yang dibedakan oleh rezim hidraulik aliran dan
konstruksinya. Tipe-tipe tersebut, yaitu ruang olakan tipe USBR I merupakan ruang olakan datar
dimana peredaman terjadi akibat benturan langsung dari aliran dengan permukaan dasar kolam,
ruang olakan tipe USBR II merupakan ruang olakan yang memiliki blok-blok saluran tajam (gigi
pemencar) di ujung hulu dan di dekat ujung hilir (end sill) dan tipe ini cocok untuk aliran dengan
tekanan hidrostatis lebih besar dari 60 m, ruang olakan tipe USBR III merupakan ruang olakan yang
memiliki gigi pemencar di ujung hulu, pada dasar ruang olak dibuat gigi penghadang aliran, di ujung
hilir dibuat perata aliran, dan tipe ini cocok untuk mengalirkan air dengan tekanan hidrostatis
rendah, dan ruang olakan tipe USBR VI merupakan ruang olakan yang dipasang gigi pemencar di
ujung hulu, di ujung hilir dibuat perata aliran, cocok untuk mengalirkan air dengan tekanan
hidrostatis rendah, dan Bilangan Froud antara 2,5 - 4,5.
o Ruang Olak Tipe The SAF Stilling Basin (SAF = Saint Anthony Falls)
Ruang olakan tipe ini memiliki bentuk trapesium yang berbeda dengan bentuk ruang olakan lain
dimana ruang olakan lain berbentuk melebar. Bentuk hidrolis tipe ini mensyaratkan Fr (Bilangan
Froude) berkisar antara 1,7 sampai dengan 17. Pada pembuatan kolam ini dapat diperhatikan bahwa
panjang kolam dan tinggi loncatan dapat di reduksi sekitar 80% dari seluruh perlengkapan. Kolam ini
akan lebih pendek dan lebih ekonomis akan tetapi mempunyai beberapa kelemahan, yaitu faktor
keselamatan rendah (Open Channel Hidraulics, V.T.Chow : 417-420)

Kantong Lumpur
Kantong lumpur berfungsi untuk mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang lebih besar dari fraksi
pasir halus ( 0,06 s/d 0,07mm ) dan biasanya ditempatkan persis disebelah hilir bangunan
pengambilan. Bahan-bahan yang telah mengendap dalam kantung lumpur kemudian dibersihkan
secara berkala melalui saluran pembilas kantong lumpur dengan aliran yang deras untuk
menghanyutkan endapan-endapan itu ke sungai sebelah hilir.

Bangunan Pelengkap
Terdiri dari bangunan-bangunan atau pelengkap yang akan ditambahkan ke bangunan utama untuk
keperluan :
o Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran sungai.
o Pengoperasian pintu.
o Peralatan komunikasi, tempat berteduh serta perumahan untuk tenaga eksploitasi dan
pemeliharaan.
o Jembatan diatas bendung agar seluruh bagian bangunan utama mudah dijangkau atau agar
bagian-bagian itu terbuka untuk umum.




Keadaan Tubuh Bendung

Menentukan Tinggi Muka Air Maksimum Pada Sungai
Dalam menentukan tinggi muka air maksimum pada sungai dipengaruhi oleh:
o Kemiringan dasar sungai ( I );
o Lebar dasar sungai (b);
o Debit maksimum (Qd).

Menentukan Tinggi Mercu Bendung
Tinggi mercu bendung dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
o Elevasi sawah bagian hilir tertinggi dan terjauh;
o Elevasi kedalaman air di sawah;
o Kehilangan tekanan dari saluran tersier ke sawah;
o Kehilangan tekanan dari saluran sekunder ke saluran tersier;
o Kehilangan tekanan dari saluran primer ke saluran sekunder;
o Kehilangan tekanan karena kemiringan saluran;
o Kehilangan tekanan di alat alat ukur;
o Kehilangan tekanan dari sungai ke saluran primer;
o Persediaan tekanan untuk eksploitasi;
o Persediaan untuk bangunan lain.
Tinggi mercu bendung, p, yaitu ketinggian antara elevasi lantai udik atau dasar sungai di udik
bendung dan elevasi mercu. Dalam menentukan tinggi mercu bendung maka harus dipertimbangkan
terhadap :
o Kebutuhan penyadapan untuk memperoleh debit dan tinggi tekan;
o Kebutuhan tinggi energi untuk pembilasan;
o Tinggi muka air genangan yang akan terjadi;
o Kesempurnaan aliran pada bendung;
o Kebutuhan pengendalian angkutan sedimen yang terjadi di bendung;
o Tinggi mercu bendung, dianjurkan tidak lebih dari 4,00 meter dan minimum 0,5 H (H = tinggi energi
di atas mercu).

Menentukan Tinggi Air di Atas Mercu Bendung
Tinggi air di atas mercu bendung dipengaruhi oleh:
o Lebar Bendung (B)
Lebar bendung adalah jarak antara dua tembok pangkal bendung (abutment), termasuk lebar
bangunan pembilas dan pilar-pilarnya. Ini disebut lebar mercu bruto. Biasanya lebar bendung (B) <
6/5 lebar normal (Bn). Dalam penentuan panjang mercu bendung, maka harus diperhitungkan
terhadap :
1. Kemampuan melewatkan debit desain dengan tinggi jagaan yang cukup;
2. Batasan tinggi muka air genangan maksimum yang diijinkan pada debit desain.
Berkaitan dengan itu panjang mercu dapat diperkirakan, yaitu
1. Sama lebar dengan lebar rata-rata sungai stabil atau pada debit penuh alur (bank full discharge);
2. Umunya diambil sebesar 1,2 kali lebar sungai rata-rata, pada ruas sungai yang telah stabil.
Pengambilan lebar mercu tidak boleh terlalu pendek dan tidak pula terlalu lebar. Bila desain panjang
mercu bendung terlalu pendek, akan memberikan tinggi muka air di atas mercu lebih tinggi.
Akibatnya tanggul banjir di udik akan bertambah tinggi pula. Demikian pula genangan banjir akan
bertambah luas. Sebaliknya bila terlalu lebar dapat mengakibatkan profil sungai bertambah lebar
pula sehingga akan terjadi pengendapan sedimen di udik bendung yang dapat menimbulkan
gangguan penyadapan aliran ke intake.

Lebar Efektif Bendung
Lebar efektif bendung adalah lebar bendung yang bermanfaat untuk melewatkan debit. Untuk
menetapkan besarnya lebar efektif bendung, pelu diketahui mengenai eksploitasi bendung, karena
pengaliran air di atas pintu lebih sukar daripada pengairan air di atas mercu bendung, maka
kemampuan pintu pembilas untuk pengaliran air dianggap hanya 80%.

Menentukan Panjang dan Dalam Kolam Olak
Kolam olak adalah suatu konstruksi yang berfungsi sebagai peredam energi yang terkandung dalam
aliran dengan memanfaatkan loncatan hidraulis dari suatu aliran yang berkecepatan tinggi. Kolam
olak sangat ditentukan oleh tinggi loncatan hidraulis, yang terjadi di dalam aliran.

Menentukan Panjang Lantai Muka
Akibat dari pembendungan sungai akan menimbulkan pebedaan tekanan, selanjutnya akan terjadi
pengaliran di bawah bendung. Karena sifat air mencari jalan dengan hambatan yang paling kecil yang
disebut Creep Line, maka untuk memperbesar hambatan, Creep Line harus diperpanjang dengan
memberi lantai muka atau suatu dinding vertical. Untuk menentukan Creep Line, maka dapat dicari
dengan rumus atau teori :

o Teori Bligh
Menyatakan bahwa besarnya perbedaan tekanan di jalur pengaliran adalah sebanding dengan
panjang jalan Creep Line.

o Teori Lane
Teori Lane ini memberikan koreksi terhadap teori Bligh, bahwa energi yang diperlukan oleh air untuk
mengalir ke arah vertical lebih besar daripada arah horizontal dengan perbandingan 3:1.

Menentukan Stabilitas Bendung
Untuk mengetahui kekuatan bendung, sehingga konstruksi bendung sesuai dengan yang
direncanakan dan memenuhi syarat yang telah ditentukan. Stabilitas bendung ditentukan oleh gaya
gaya yang bekerja pada bendung, seperti:
o Gaya berat;
o Gaya gempa;
o Tekanan Lumpur;
o Gaya hidrostatis;
o Gaya Uplift Pressure (Gaya Angkat).

Perencanaan Pintu
Perencanaan pintu berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk ke saluran dan mencegah
masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam saluran (pintu pengambilan atau intake gate).
Pada bendung tempat pengambilan bisa terdiri dari 2 pintu yaitu kanan dan kiri, bisa juga hanya satu
tergantung letak daerah yang akan dialiri. Tinggi ambang tergantung pada material yang terbawa
oleh sungai. Ambang makin tinggi makin baik, untuk mencegah masuknya benda padat dan kasar ke
saluran, tapi tinggi ini ditentukan atau dibatasi oleh ukuran pintu. Pada waktu banjir, pintu
pengambilan cukup ditutup untuk mencegah masuknya benda kasar ke saluran. Penutupan pintu
tidak berakibat apa apa karena saat banjir di sungai biaanya tidak lama. Maka yang dianggap air
normal pada sungai adalah setinggi mercu. Ukuran pintu ditentukan dari segi praktis dan estetika.
Lebar pintu biasanya maksimal 2 m untuk pintu dari kayu. Jika terdapat ukuran yang lebih besar dari
2 m, harus dibuat lebih dari satu pintu dengan pilar-pilar diantaranya.

Pintu Penguras
Lebar pintu penguras biasanya diambil dari 1/10 lebar bendung (B), sedangkan pada saat banjir pintu
penguras ditutup. Bila banjir lewat di atas pintu, maka tinggi pintu penguras harus setinggi mercu
bendung. Oleh karena itu, tebal pintu juga harus diperhitungkan untuk tinggi air setinggi air banjir.

Stabilitas Bendung

Stabilitas suatu bendung harus memenuhi syarat syarat konstruksi dari bendung, antara lain:
Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir;
Bendung harus dapat menahan bocoran yang disebabkan oleh aliran sungai dan aliran air yang
meresap di dalam tanah;
Bendung harus diperhitungkan terhadap daya dukung tanah di bawahnya;
Tinggi ambang bendung atau crest level harus dapat memenuhi tinggi muka air minimum yang
diperlukan untuk seluruh daerah irigasi;
Peluap harus berbentuk sedemikian rupa agar air dapat membawa pasir, kerikil, dan batu batuan
dan tidak menimbulkan kerusakan pada puncak ambang.





Tipe-Tipe Mercu Bendung

Tipe Mercu Bulat
Untuk bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisien debit yang jauh lebih tinggi (44%)
dibandingkan koefisien bendung ambang lebar. Pada sungai sungai, type ini banyak memberikan
keuntungan karena akan mengurangi tinggi muka air hulu selama banjir. Harga koefisien debit
menjadi lebih tinggi karena lengkung stream line dan tekanan negatif pada mercu. Untuk bendung
dengan 2 jari jari hilir akan digunakan untuk menemukan harga koefisien debit.

Tipe Mercu Ogee
Bentuk mercu type Ogee ini adalah tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam aerasi. Sehingga
mercu ini tidak akan memberikan tekanan sub atmosfer pada permukaan mercu sewaktu bendung
mengalirkan air pada debit rencananya. Untuk bagian hulu mercu bervariasi sesuai dengan
kemiringan permukaan hilir. Salah satu alasan dalam perencanaan digunakan Tipe Ogee adalah
karena tanah disepanjang kolam olak, tanah berada dalam keadaan baik, maka tipe mercu yang
cocok adalah tipe mercu ogee karena memerlukan lantai muka untuk menahan penggerusan,
digunakan tumpukan batu sepanjang kolam olak sehingga dapat lebih hemat.

Tipe Mercu Vlughter
Tipe ini digunakan pada tanah dasar aluvial dengan kondisi sungai tidak membawa batuan-batuan
besar. Tipe ini banyak dipakai di Indonesia.

Tipe Mercu Schoklitsch
Tipe ini merupakan modifikasi dari tipe Vlughter terlalu besar yang mengakibatkan galian atau
koperan yang sangat besar.

Anda mungkin juga menyukai