Anda di halaman 1dari 32

1.5 Perencanaan Hidrolis.

Hidrolis Bendung, adalah komponen-komponen dari tubuh


bendung yang berhubungan langsung dengan sifat sifat
hidrolis atau pengaliran air oleh dan pada tubuh bendung
tersebut. Dalam hal ini meliputi kebutuhan tekanan
air, bentuk pelimpah debit dan peredam energi, serta
dimensi-dimensi pintu bilas dan pintu pengambilan.
1.5.1 Elevasi Mercu dan Tinggi Bendung.
Tujuan utama dari membendung sungai adalah untuk
menaikkan taraf muka air sungai hingga ke ketinggian tertentu,
agar diperoleh tekanan yang cukup untuk mengalirkan air
sungai secara gravitasi ke seluruh daerah irigasi yang akan diairi.
Sedangkan tinggi tekanan ini ditentukan oleh elevasi mercu dari
bendung. Oleh karena itu tinggi mercu bendung haruslah
diperhitungkan sedemikian rupa, sehingga pada saat air sungai
terendah (minimum), air masih dapat mengalir ke seluruh
daerah irigasi. Dengan demikian, maka elevasi mercu ini
ditentukan oleh elevasi sawah tertinggi, ditambah dengan tinggi
genangan air di sawah, tekanan yang diperlukan untuk
pengaliran dan kehilangan tekanan di sepanjang pengaliran.
Berdasarkan kriteria di atas, maka elevasi mercu bendung yang
dibutuhkan dapat ditentukan dengan menjumlahkan semua
kehilangan energi sepanjang pengaliran terhadap tinggi muka air
di sawah, sebagai berikut :
a. Elevasi sawah tertinggi = + ...... m
b. Tinggi genangan di sawah = + ...... m
c. Kehilangan tekanan di saluran tersier dan boks tersier = + ...... m
d. Kehilangan tekanan di bangunan sadap = + ...... m
e. Kehilangan tekanan di saluran sekunder = + ...... m
f. Kehilangan tekanan di bangunan bagi = + ...... m
g. Kehilangan tekanan di saluran primer = + ...... m
h. Kehilangan tekanan di seluruh bangunan pembawa = + ...... m
I. Kehilangan tekanan pada bangunan utama
(intake dan bangunan ukur) = + ...... m
j. Persediaan tekanan untuk eksploitasi = + ...... m
k. Persediaan tekanan untuk lain-lain = + ...... m
Elevasi mercu = + ...... m
Tinggi bendung adalah selisih tinggi antara elevasi mercu
dengan elevasi dasar sungai setempat. Jadi tinggi bendung , lihat
Gambar 1.3
Dalam hal ini belum ada ketentuan yang tegas
tentang batas harga p. Tetapi secara empiris, ditinjau
dari segi stabilitas tubuh bendung, maka dianjurkan
agar p ini maksimum diambil 4,00 m.
1.5.2 Lebar Bendung.
Lebar bendung adalah jarak antara kedua pangkal bendung
(abutment), lihat Gambar 1.8. Lebar bendung sebaiknya diambil
sama dengan lebar rata-rata sungai. Di bagian hilir ruas sungai,
lebar rata-rata ini dapat diambil pada debit penuh (bankfull
discharge), sedangkan pada bagian hulu sungai atau daerah
pegunungan/dataran tinggi, sering kesulitan untuk menentukan
debit penuh ini. Untuk hal ini dapat diambil muka air banjir
tahunan sebagai patokan lebar rata-rata. Dari segi pembuatan
peredam energi, agar tidak terlalu mahal, maka lebar bendung
sebaiknya diambil dengan membatasi besar debit persatuan lebar
yang besarnya antara 12 - 14 m3/dt/m, atau yang memberikan
beda energi tidak lebih dari 4,5 meter.
1.5.3 Tinggi Air Banjir.
Menentukan tinggi air banjir sangat diperlukan untuk
memperhitungkan pengaruh banjir tersebut baik terhadap
konstruksi bendungnya sendiri, maupun pengaruh
genangannya terhadap bantaran sungai di hulu bendung.
A. Banjir Di Hilir Bendung.
Tinggi banjir di hilir bendung ini sama dengan tinggi banjir di
dalam sungai sebelum adanya bendung. Tinggi
banjir ini dapat dihitung dengan mempergunakan rumus-
rumus hidrolika pengaliran, yaitu ;

Q=AxV ( 1.1 )

dimana
Q = debit, m3/dt.
A = luas penampang aliran, m2.
V = kecepatan aliran, m/dt.
Sedangkan kecepatan aliran dapat dihitung
dengan rumus Chezy dan Bazin, sebagai berikut

V = C √ RI ( 1.2 )

𝟖𝟕
𝑪= ɣ ( 1.3 )
𝟏+
√𝑹

dimana :
C = koefisien kecepatan.
R = jari-jari hidrolis = A/P
I = kemiringan dasar sungai
P = keliling basah
ɣ = koefisien kekasaran dinding.
untuk sungai, harga ɣ dapat diambil 1,5 - 1,75.
Untuk ini diperlukan data-data geometri sungai asli, terutama
bila bendung dibangun di palung sungai dan bagian sungai di
hilir bendung direncanakan tidak akan dimodifikasi. Tapi bila
bendung dibangun pada pelurusan sungai (coupure), maka
geometrinya diambil berdasarkan dimensi rencana pelurusan
tersebut dengan kemiringan dasar yang relatif sama atau
disesuaikan dengan kemiringan dasar sungai asli di sekitar
rencana bendung. Data yang diperlukan adalah profil
melintang sungai di sekitar rencana bendung dan profil
memanjang sungai sejauh lebih kurang dua kilometer ke arah
hulu dan hilir dari lokasi rencana bendung.
Dari beberapa profil melintang diambil/ditetapkan profil
melintang yang mewakili (misalnya profil melintang rata-rata),
lihat Gambar 1.4. Sedangkan profil memanjang digunakan untuk
menentukan kemiringan rata-rata sungai, lihat Gambar 1.5.

merupakan fungsi dari tinggi muka air ( h ). Dengan demikian


dapat dibuat hubungan antara Q dan h, yang lazim disebut
Lengkung Debit. Perhitungan dilakukan dengan tabelaris sebagai
berikut, Tabel 1.1 ;
I dan ɣ sungai diketahui.
Selanjutnya dibuat grafik hubungan antara h dan Q, seperti
terlihat pada Gambar 1.6. Dari grafik, pada debit rencana ( Qd ),
diperoleh tinggi air banjir rencana ( hd ) yang ditetapkan sebagai
tinggi MA B rencana. Sedangkan elevasi M A B = el. dasar sungai
rata-rata di tambah dengan hd.
B. Banjir Di Hulu Bendung.
Untuk memperhitungkan tinggi banjir di hulu bendung,
terlebih dahulu harus ditentukan beberapa parameter
pengaliran yang mempengaruhi, antara lain, lebar efektif,
bentuk mercu, jenis pengaliran dsb.
B.1 Lebar Efektif.
Tidak semua lebar bendung dapat berfungsi secara efektif untuk
melewatkan banjir. Hal ini disebabkan adanya pilar-pilar untuk
bangunan penguras, pengaruh kontraksi pada dinding, baik pilar
maupun tembok pangkal. Selain dari itu, bagian pintu bilas
maupun bentuk mercu yang berbeda dari mercu bendungnya,
karena biasanya dibuat dari pintu sorong (ambang tajam),
sehingga koefisien pengaliran (debit) nya lebih kecil dari pada
bagian mercu bendungnya, lihat Gambar 1.9. Untuk ini secara
praktis dianggap kemampuannya sama dengan 80 % dari
kemampuan mercu bendung untuk melewatkan debit. Dengan
memasukkan faktor-faktor pengaruh tersebut maka lebar efektif
bendung dapat dihitung sebagai berikut ;
Be = B - 2( n. Kp + Ka ) H1 - ⅀ t - 0,2 ⅀ b ( 1.12 )

dimana
Be = lebar efektif bendung.
Bn = lebar total bendung.
n = jumlah pilar.
Kp = koefisien kontraksi pilar.
Ka = koefisien kontraksi pangkal bendung.
H1 = tinggi energi di hulu bendung, m.
t = lebar pilar, m
b = lebar pintu bilas, m.
1.5.4 Bentuk Mercu.
Bentuk mercu suatu pelimpah sangat menentukan kemampuannya
untuk melewatkan debit banjir dan ketahanannya, terutama
terhadap bahaya kapitasi. Di Indonesia pada umumnya perencanaan
bendung menggunakan mercu Tipe Ogee dan Tipe Bulat, lihat
Gambar 1.9. Kedua bentuk mercu tersebut dapat digunakan baik
untuk konstruksi beton, maupun pasangan batu kali. Kemiringan
maksimum bidang hilir adalah 1 : 1, sedangkan bidang hulu dapat
dibuat vertikal atau miring sampai 3 : 1.
A. Mercu Bulat.
Bendung dengan mercu bulat mempunyai harga koefisien debit
yang jauh lebih besar ( 44 % lebih besar )
dibandingkan dengan bendung ambang lebar. Hal ini akan sangat
menguntungkan, karena dapat mengurangi tinggi air banjir di hulu
bendung.
Gambar 1.12 - Koefisien C2 Untuk Mercu Ogee Dengan Muka Hulu Melengkung
( menurut USBR, 1960 )
Gambar 1.13 - Faktor Pengurangan Aliran Tenggelam Sebagai Fungsi H2 / H1.
B. Mercu Ogee.
Tipe mercu ini pertama kali diperkenalkan oleh US Army Corps
of Engineers. Pembentukan mercunya didasarkan
pada persamaan berikut, lihat Gambar 1.14.
Gambar 1.14 - Bentuk - Bentuk Bendung Mercu Ogee
Gambar 1.15 - Faktor Koreksi Untuk Selain Tinggi Energi Rencana pada Bendung
Mercu Ogee ( Menurut Ven Te Chow, 1959, Berdasarkan Data USBR dan WES )

Anda mungkin juga menyukai