Anda di halaman 1dari 5

2.

1 Bangunan Pelimpah
Bendung merupakan bangunan melintang sungai yang dibangun
untuk mengubah karakteristik aliran sungai guna untuk memenuhi
kebutuhan irigasi. Fungsi utama dari bendung adalah untuk meninggikan
elevasi muka air dari sungai yang dibendung sehingga air bisa disadap dan
dialirkan ke saluran lewat bangunan pengambilan (intake structure). Fungsi
lain adalah untuk mengendalikan aliran, angkutan sedimen, dan geometri
sungai sehingga air dapat dimanfaatkan secara aman, efisien, dan optimal.
Spillway adalah sebuah struktur di dam (bendungan) yang sebenarnya
adalah sebuah metode untuk mengendalikan pelepasan air untuk mengalir
dari bendungan atau tanggul ke daerah hilir. Ada beberapa macam bentuk
spillway, diantaranya adalah:
1. Siphon Spillway (Pelimpah Sipon), Pelimpah ini merupakan salah satu tipe
dari bangunan pelimpah yang berbentuk sistem conduit/terowongan tertutup
dalam bentuk U terbalik. Sifon dapat pula berupa saluran tertutup dan
saluran terbuka.
2. Stepped Spillway (Pelimpah Bertangga)
3. Side Channel Spillway, digunakan terutama pada bendungan tanggul.
Spillway ini terletak hanya di bagian hulu dan di sisi bendungan. Air
mengalir melewati saluran samping. Kemudian mengalir turun meluncur dan
bergabung dengan sungai hilir bendungan. Kadang-kadang terowongan
yang digunakan dapat mengalihkan air ke tempat lain.
4. Chute Spillway, secara umum didesain untuk mentransfer arus air dari
bendungan ke sungai yang berada di bawahnya.
5. Ogee Spillway (Pelimpah Muka Air Bebas), pelimpah ini sangat banyak
dipergunakan untuk pembuangan air banjir. Ogee spillway melimpaskan air
dengan debit yang merupakan fungsi dari tinggi air dari mercu dan lebar
bendung.( Pandani, 2022)
2.2 Debit Aliran
Pengukuran debit di saluran irigasi dapat dilakukan dengan alat ukur
debit berupa bangunan ukur, current meter dan pelampung. Pengukuran
debit mengunakan bangunan ukur ini bertujuan untuk efisiensi pengelolaan
air irigasi di tingkat petani. Jenis bangunan ukur yang sering digunakan
adalah bangunan ukur ambang lebar dan ambang tajam.Pengukuran debit
secara tidak langsung pada saluran irigasi menggunakan bangunan ukur
dengan tujuan untuk efisiensi pembagian air di tingkat petani dengan
mempertimbangkan kebutuhan air tanaman yang harus diberikan.
Bangunan ukur debit yang sering digunakan antara lain bangunan ukur
ambang tajam segi empat dan bangunan ukur trapesium. Bangunan ukur
tersebut biasanya dipasang pada saluran primer, saluran sekunder maupun
saluran tersier. Pada umumnya, posisi bangunan ukur debit tegak lurus
terhadap arah aliran.
Jenis bangunan ukur ambang tajam trapesium dan segitiga
merupakan jenis bangunan ukur lainnya yang sering digunakan untuk
pengukuran debit. Namun demikian, ketiga jenis bangunan ukur ini
mempunyai fungsi yang berbeda. Bangunan ukur ambang tajam segi empat
dan rapesium digunakan untuk mengukur debit aliran besar. Sementara
bangunan ukur ambang tajam segitiga digunakan untuk mengukur debit
aliran kecil dengan akurasi cukup tinggi.
Debit aliran melalui pelimpah dapat dihitung dengan menggunakan
pendekatan persamaan koefisien debit. Koefisien debit (C) dari ambang
pelimpah diperoleh dengan pendekatan perhitungan metode Iwasaki.
Dengan menggunakan persamaan B’ = B-2(n.Kp + Ka) He makan
didapatkan nilai B’ sebesar 22,480 m dan Cd 2,17 sehinggan diperoleh Q
= 173,45m3 /ft. Secara teoritis dimensi ambang pelimpah sangat
mempengaruhi tinggi muka air di atas ambang tersebut. Dimensi lebar,
bentuk atau tipe ambang dan tinggi ambang adalah parameter utama untuk
mengetahui tinggi air di atas ambang. Tinggi di atas ambang sangat
mempengaruhi tipe aliran yang terjadi pada kondisi pengaliran debit banjir
rancangan tepatnya debit outflow. (Paksi, 2021)
Pengukuran debit aktual dilakukan dengan menampung dan
mengukur volume air yang melewati mercu, kemudian mencatat waktu
yang diperlukan untuk menampung air tersebut (Waspodo, 2017). Debit
aktual dapat dihitung dengan Persamaan 1.
𝑄 = 𝑉 𝑇 ..................................................... (1)
Dimana Q adalah debit aktual (m3 /detik), V adalah volume air
tertampung (m3 ), dan T adalah waktu yang diperlukan untuk menampung
air (detik).
Sementara itu, pengukuran debit teoritis menggunakan persamaan
Kinsvater – Carter dan persamaan umum. dimensi saluran pembawa,
dimensi bangunan ukur, dan tinggi muka air di atas mercu menjadi parameter
dalam perhitungan debit teoritis.
Dimensi prototipe bagunan ukur meliputi lebar ambang tajam segi empat
dan tinggi mercu diatas dasar saluran. Sementara itu, jarak antara tepi
dinding saluran pembawa merupakan lebar saluran.
Debit teoritis menggunakan persamaan Kinsvater–Carter dapat
dihitung (Badan Standardisasi Nasional, 2015) seperti ditunjukkan oleh
Persamaan 2.
𝑄 = [ 2 3 ] √2𝑔. 𝐶𝑑. 𝑏𝑎. (𝐻𝑒𝑓) 3/2 ..................(2) Q adalah debit
(m3 /detik), g percepatan gravitasi (m/det2 ), dan Hef adalah tinggi muka
air efektif (m), ba adalah panjang bentang mercu ambang efektif (m) dan
Cd adalah koefisien debit.
Perhitungan debit teoritis ambang tajam segi empat dapat juga
dihitung menggunakan Persamaan 5 (Anggrahini, 2005). 𝑄 = 1,71 𝑚. 𝑏. ℎ
3/2 ............................ (5) Dimana Q adalah debit (m3 /detik), m koefisien
debit (0,9 – 1,30), dan h adalah tinggi muka air (m), b adalah lebar mercu
(m).
Kalibrasi debit dilakukan untuk menyesuaikan antara debit teoritis
dan debit aktual. Perbedaan debit aktual dan debit teoritis ini sering terjadi
dalam percobaan pengukuran debit dengan bangunan ukur. ( Suhardi,
2020)
Rumus yang digunakan untuk menghitung debit di atas pelimpah
adalah sebagai berikut [5]: Q = C.L.H3/2 Pers. 1 dengan: Q = debit yang
melewati pelimpah (m3 /dt) C = koefisien limpahan L = lebar efektif mercu
pelimpah (m) H = total tinggi tekanan air di atas mercu pelimpah (termasuk
tinggi tekanan kecepatan aliran pada saluran pengarah aliran) (m).
Debit air yang melintasi mercu pelimpah selalu didasarkan pada
lebar efektifnya, yaitu hasil dari pengurangan lebar sesungguhnya dengan
jumlah seluruh kontraksi yang timbul pada aliran air yang melintas mercu
pelimpah tersebut. Penentuan tinggi muka air pada mercu pelimpah
sebelum adanya perhitungan hidrolika terhadap saluran transisi dan saluran
peluncur, hendaknya perlu dilakukan perhitungan hidrolik pada lereng hilir
pelimpah guna mengetahui kedalaman air pada hulu saluran transisi.
(Aulia, 2021)
2.4 Profil Muka Air
Sumarauw,J, dkk (1993) Perilaku aliran melalui ambang telah
diamati pula oleh terhadap aliran melewati ambang setengah lingkaran dan
ambang tajam dimana peninggian muka air di sebelah hulu ambang diikuti
oleh penurunan muka air di atas dasar saluran tepat di belangan
sekat/ambang. Pengaruh penenpatan bak kontrol tanpa ambang terhadap
ketinggian air disisi hulu (diujung awal bak kontrol) dan hilir (diujung
akhir bak kontrol) pada debit kecil menunjukkan adanya penurunan
ketinggian tetapi semakin besar debit menunjukkan tidak ada penurunan.
Perubahan ketinggian muka air mengakibatkan perubahan
penampang saluran sehingga menyebabkan terjadi perubahan kecepatan
aliran. Binilang Alex (2014) Setiap kenaikan debit aliran (Q) diikuti
dengan kenaikan tinggi muka air sebelah hulu mbang dan kenaikan
kecepatan aliran dan koefisien debit. (suhrrdono, 2021)

Perhitungan Tinggi Muka Air Tinggi muka air diukur dengan alat
ukur meteran taraf yang dipasang pada crest alat ukur debit. Elevasi muka
air dapat dihitung dengan persamaan berikut [6]

Elevasi muka air prototipe di titik A = 𝐸𝑙. 𝑃𝐺 + [(𝐼𝑃𝐺 − 𝑃𝐴) × ( 𝐿𝑟


100)] Pers. 8 mengingat skala model adalah 1:40, maka: Elevasi muka air
prototipe di titik A = 𝐸𝑙. 𝑃𝐺 + [(𝐼𝑃𝐺 − 𝑃𝐴) × ( 40 100)] Pers. 9 dengan:
YA : Elevasi muka air prototipe (m) El. PG : Elevasi yang dipakai sebagai
indeks ukur (m) IPG : Pembacaan meteran taraf atau point gauge pada
elevasi indeks (cm) PA : Pembacaan pada bak ukur di titik tinjau A (cm)
Lr : Skala model

Persamaan standar digunakan dalam perhitungan profil muka air di


atas ambang pelimpah, maka dapat diketahui profil muka air diatas
pelimpah. (paksi, 2021)

Anda mungkin juga menyukai