Anda di halaman 1dari 34

H–4

KARAKTERISTIK ALIRAN MELALUI BROAD WEIR


SUDUT TAJAM DAN STREAMLINED (BERUJUNG BULAT)

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hidraulika adalah bagian dari hidrodinamika yang berkaitan dengan gerakan air
atau mekanika aliran. Ditinjau dari mekanika aliran terdapat dua macam aliran yaitu
aliran saluran tertutup dan aliran saluran terbuka. Aliran saluran terbuka adalah sistem
saluran yang permukaan airnya terpengaruhi dengan udara luar.
Ambang yaitu salah satu jenis bangunan air yang dapat digunakan untuk
menaikkan tinggi muka air serta menentukan debit aliran. Adapun yang berkaitan
dengan bendung yaitu pembatas yang dibangun melintasi sungai yang dibangun untuk
mengubah karakteristik aliran sungai. Dalam banyak kasus, bendung merupakan sebuah
konstruksi yang jauh lebih kecil dari bendungan yang menyebabkan air menggenang
membentuk kolam tetapi mampu melewati bagian atas bending.
Bendung biasanya digunakan dalam saluran irigasi dan proyek lingkungan.
Bendung meningkatkan penyimpanan air atau kapasitas irigasi dengan menaikkan
permukaan air di hulu. Bendung juga berfungsi sebagai perangkat untuk mengukur
debit di saluran terbuka. Sifat aliran pada saluran terbuka berbeda dengan aliran air
saluran tertutup yaitu, aliran air pada saluran terbuka memiliki permukaan bebas (free
surface), tekanan air pada permukaan bebas sama dengan tekanan atmosfir dan
terjadinya saling tergantung antara jari-jari tampang basah, kekentalan zat cair,
kemiringan dasar saluran, kekasaran dasar, dan bervariasinya geometrik saluran.
Saluran tertutup adalah saluran yang tidak mempunyai permukaan bebas seperti
saluran terbuka. Seluruh penampangnya terisi penuh dengan air, kemudian
pengalirannya dipengaruhi oleh adanya perbedaan tekanan hidraulik. Saluran tertutup
dibuat apabila trase saluran terbuka melewati suatu daerah di mana potongan melintang
harus dibuat pada galian yang dalam dengan lereng-Iereng tinggi yang tidak stabil.
merupakan sistem pengeringan dan pengaliran air dari wilayah perkotaan yang meliputi,
saluran drainase tepi jalan, saluan irigasi untuk mengairi persawahan dan saluran
pembuangan.
1.2. Maksud
1. Keadaan loncat Keadaan loncat adalah keadaan di mana tinggi muka air di hulu
saluran tidak dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran;
2. Keadaan peralihan Keadaan peralihan adalah keadaan di mana tinggi muka air di
hulu saluran tepat dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran;
3. Keadaan tenggelam Keadaan tenggelam adalah keadaan di mana tinggi muka air di
hulu saluran dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.

1.3. Tujuan
1. Mempelajari karakteristik aliran yang melalui ambang lebar;
2. Menentukan hubungan tinggi muka air di atas ambang terhadap debit air yang
melimpah di atas ambang;
3. Menghitung besar koefisien debit dan untuk mengamati pola aliran yang diperoleh.

1.4. Alat yang Digunakan


1. HF507 Tilting flow channel;
2. HF507-019 kait tahan karat dan point gauge 300 mm dengan pembacaan 0,05 mm;
3. HF507-023 broad weir, berujung bulat atau datar;
4. Stopwatch;
5. Water meter.

1.5. Bahan
1. Air.
2. CARA PENGUJIAN
2.1. Cara Pemasangan Alat
1. Pastikan flume sudah dalam keadaan datar;
2. Pasang broad weir ke dalam tilting flow channel;
3. Lakukan kalibrasi pada point gauge, setelah itu atur point gauge ke atas broad weir.

2.2. Prosedur Percobaan


1. Nyalakan pompa air, buka penutup aliran tunggu hingga air mulai mengalir
memasuki flume;
2. Jika aliran sudah mulai memasuki flume, biarkan air mengalir hingga melewati weir;
3. Setelah aliran melewati weir dan menyentuh point gauge, ukur tinggi aliran lalu
secara bersamaan catat juga volume aliran pada water meter, dan matikan stopwatch;
4. Catat waktu yang didapatkan pada stopwatch;
5. Ulangi pembukaan pada penutup aliran hingga ketinggian aliran air yang melewati
weir mengalami peningkatan sebesar 9 mm, lalu catat volume aliran yang terlihat
pada water meter;
6. Untuk hasil yang lebih baik, pastikan jarak weir dari hulu itu cukup jauh;
7. Ulangi Langkah-langkah hingga 5 percobaan.
3. PEMBAHASAN TEORI
Bendung jambul lebar juga dikenal sebagai bendung dasar panjang. Itu terdiri dari
penghalang dalam bentuk bagian yang ditinggikan dari lapisan, dan itu membentang di
seluruh lebar saluran dengan puncak yang cukup lebar ke arah aliran agar permukaan
cairan menjadi sejajar dengan puncak aliran bendung. Bendung jambul lebar adalah
struktur yang sangat kuat dan umumnya dibangun menggunakan beton bertulang. Aliran
hulu tenang dan kondisi hilir memungkinkan jatuh bebas di atas bendung. Karakteristik
aliran bendung jambul lebar persegi panjang dengan muka hulu miring. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penurunan kemiringan hulu dari 90° menjadi 10° mengakibatkan
peningkatan nilai koefisien debit dan disipasi zona separasi.1

Gambar 1. Pola aliran di atas bendung jambul lebar

Bendung jambul lebar dengan lereng puncak dan lereng hilir dan mengusulkan
korelasi yang berguna untuk koefisien debit. Secara eksperimental menyelidiki
pengaruh kemiringan muka hulu dari bendung jambul lebar berbentuk trapesium
terhadap koefisien debit dan profil permukaan bebas. Mengukur dimensi zona separasi
aliran untuk lereng permukaan hulu yang berbeda. Melakukan serangkaian percobaan
laboratorium untuk menyelidiki hidraulika bendung segitiga dan bendung dengan
panjang puncak hingga dengan lereng hulu dan hilir dalam kondisi aliran terendam.
Juga mengembangkan formulasi empiris yang dikembangkan untuk memprediksi faktor

1
Ganiyu Adeogun, A., & Abdulrasaq Mohammed, A. (n.d.). Review of Methods of Measuring Streamflow Using
Hydraulic Structures. 4
pengurangan debit dengan tingkat perendaman.2
Sudut hulu secara signifikan mempengaruhi kinerja hidraulik bendung jambul
lebar dalam hal profil permukaan bebas, koefisien debit, profil kecepatan, dan zona
separasi aliran. Meskipun dinamika fluida komputasi (CFD) menjadi metode penting
untuk menyelidiki masalah hidraulik, mempelajari pengaruh sudut hulu pada kinerja
hidrolik bendung jambul lebar berdasarkan simulasi numerik. Melakukan simulasi
numerik aliran di atas bendung jambul lebar berdasarkan standar ke model penutupan
turbulensi. Profil permukaan bebas yang dihitung berdasarkan metode Volume of Fluid
(VOF) yang ditemukan sangat cocok dengan hasil yang diukur. Melakukan simulasi
eksperimental dan numerik aliran permukaan bebas dua dimensi yang berinteraksi
dengan bendung jambul lebar persegi panjang dan segitiga. Dalam studi mereka, standar
kw dan standar kw model turbulensi digunakan. Hasil numerik menunjukkan bahwa
nilai prediksi untuk bidang kecepatan dan profil permukaan bebas dari standar kw
model turbulensi lebih sesuai dengan nilai terukur melakukan simulasi numerik aliran di
atas bendung jambul lebar berbentuk trapesium. Membandingkan hasil eksperimen dan
CFD menunjukkan bahwa simulasi numerik memberikan hasil prakiraan yang masuk
akal dalam hal medan kecepatan dan profil permukaan bebas.3

Gambar 1.Skema umum bendung jambul lebar

Bangunan jenis sekat/ambang banyak digunakan dalam saluran terbuk berfungsi

2
Swain, C. (n.d.). Fluid Mechanics 2016. 2
3
Jiang, L., Diao, M., Sun, H., & Ren, Y. (2018). Numerical modeling of flow over a rectangular broad-crested
weir with a sloped upstream face. Water (Switzerland), 10(11). 4
untuk mengendalikan tinggi muka air di hulu serta mengukur debit aliran. Untuk
kepentingan kedua hal tersebut di atas, maka sekat/ambang bertindak sebagai rintangan
yang membantu menciptakan kondisi energi minimum dalam suatu aliran lambat.4 Pada
saat banjir sekat/ambang yang berada dalam suatu saluran berhenti berfungsi sebagai
bangunan pengendali, dimana muka air sebelah hilir meninggi dan menenggelamkan
ambang/sekat tersebut. Perubahan geometri aliran yang menyebabkan tidak dicapainya
kondisi energi minimum dinyatakan melalui perbandingan antara kedalaman di hilir dan
di hulu.5

Gambar 1. Ambang merculebar

Gambar 2. Ambang mercu tajam

Aliran memisahkan diri dari batas padat ujung mercu yang tajam dan kemudian
terjun akibat pengaruh gravitasi. Oleh karena aliran sangat melengkung, maka tekanan
dalam fluida di atas mercu tajam akan lebih kecil daripada tekanan hidrostatik. Dengan
demikian debit di atas sekat mercu tajam akan lebih besar daripada debit yang melalui
ambang mercu lebar, untuk harga Hw yang sama.6
Bendung jambul tajam dianggap sebagai bentuk paling sederhana dari alat
pengukur aliran di atas spillway dalam pengukuran aliran di saluran terbuka.
Karakteristik aliran di atas bendung jambul tajam telah dikenal sejak awal dalam
rekayasa hidraulika sebagai dasar desain pelimpah jambul bulat. Bentuk aliran (nappe)

4
Saleh, S. S., Musa, R., & As’ad, H. (2019). ABSTRAK. In Jurnal Teknik Hidro (Vol. 12). 3
5
BAB II STUDI PUSTAKA. (n.d.).
6
Binilang, A. (n.d.). KARAKTERISTIK PARAMETER HIDROLIS ALIRAN MELALUI AMBANG PADA
SALURAN TERBUKA. 2
di atas bendung jambul tajam dapat direpresentasikan dengan prinsip proyektil.
Bendung jambul harpa mudah dipasang dan sering digunakan sebagai pengukur aliran
perangkat di saluran terbuka. Penentuan koefisien pelepasan lebih dari bendung jambul
tajam yang dilakukan. 7Hasilnya mengungkapkan bahwa rata-rata koefisien debit adalah
0,7 Juga, menentukan koefisien pelepasan dalam bendung jambul tajam persegi panjang
miring menggunakan eksperimental dan numerik simulasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa koefisien debit bendung meningkat dengan peningkatan
kemiringan bidang bendung. Koefisien pelepasan untuk bendung jambul tajam
diselidiki bervariasi antara 0,61 dan 0,73. Struktur bendung jambul tajam yang umum
digunakan untuk mengukur aliran sungai di saluran irigasi dan drainase berbentuk
persegi panjang. Di jambul tajam eksperimen hubungan antara ketinggian air di atas
puncak bendung dan debit dapat ditetapkan juga koefisien debit untuk bendung dapat
ditentukan. Di hulu bendung jambul tajam, kecepatan semua air yang bergerak elemen
hampir seragam dan sejajar dengan penampang saluran. Memperlihatkan alur pola
diatas bendung jambul tajam. Tengkuk biasanya memerangkap sejumlah udara antara
permukaan tengkuk terendah dan sisi hilir bendung. Ketika permukaan air hilir naik di
atas bendung, bendung dikatakan terendam. Digunakan untuk memperkirakan energi
spesifik air di atas bendung jambul tajam. 8

V2
E=a+H+ (1)
2g

7
Fluid mechanic Experiment name: Discharge Over Broad Crested weir. (n.d.).
8
Muhsun, S. S., Abdul, S., Al-Hashimi, M., & Al-Osmy, S. A. T. (2020). CFD simulation model and
experimental study to implement a new flowrate formula for a rounded broad crested weir considering the end
depth as control section. 8(2), 809–820. 2
4. FORM DATA
UNIVERSITAS PANCASILA
LABORATORIUM SIPIL FAKULTAS TEKNIK
MEKANIKA TANAH – UKUR TANAH – JALAN & ASPAL – KONT.BETON – HIDROLIKA
Jl. Lenteng Agung Raya, Srengseng Sawah, Jagakarsa, JakartaSelatan, (12640 ) Telp.(021)
7864730 Ext. 25 (021)7270086 Ext. 326 Fax (021)7270128 Email : Teknik@univ.pancasila.ac.id

Laporan No : H–4 Dikerjakan Tgl :19 Mei 2023


Jenis Material : Air Dikerjakan Oleh :Firza Prana (Kel.7)
Instansi : Labolatorium Hidrolika Diperiksa Oleh :Adrima Sari
Proyek/Pekerjaan : karakteristik aliran melalui
broad weir sudut tajam dan
streamlined (berujung bulat)

TABEL DATA
KARAKTERISTIK ALIRAN MELALUI BROAD WEIR
SUDUT TAJAM DAN STREAMLINED (BERUJUNG BULAT)

Lebar weir, b = 0,075


Tinggi weir, Pw = 0,045

h v t Q Cwb Cwb Fr
(m) (m2) (sec) (m3/s) (persamaan 1) (persamaan 2)

0,05 0,168 13,360


0,12 0,219 12,240
0,18 0,243 11,220
0,24 0,387 10,300
0,30 0,323 12,250
5. ANALISIS PERHITUNGAN
5.1. Form Perhitungan
UNIVERSITAS PANCASILA
LABORATORIUM SIPIL FAKULTAS TEKNIK
MEKANIKA TANAH – UKUR TANAH – JALAN & ASPAL – KONT.BETON – HIDROLIKA
Jl. Lenteng Agung Raya, Srengseng Sawah, Jagakarsa, JakartaSelatan, (12640 ) Telp.(021)
7864730 Ext. 25 (021)7270086 Ext. 326 Fax (021)7270128 Email : Teknik@univ.pancasila.ac.id

Laporan No : H–4 Dikerjakan Tgl :19 Mei 2023


Jenis Material : Air Dikerjakan Oleh :Firza Prana (Kel.7)
Instansi : Labolatorium Hidrolika Diperiksa Oleh : Adrima Sari
Proyek/Pekerjaan : karakteristik aliran melalui
broad weir sudut tajam dan
streamlined (berujung bulat)

TABEL DATA
KARAKTERISTIK ALIRAN MELALUI BROAD WEIR
SUDUT TAJAM DAN STREAMLINED (BERUJUNG BULAT)

Lebar weir, b = 0,075


Tinggi weir, Pw = 0,045

h v t Q Cwb Cwb Fr
(m) (m2) (sec) (m3/s) (persamaan 1) (persamaan 2)

0,05 0,168 13,360 0,012 2,910 0,381 1,616

0,12 0,219 12,24 0,018 2,083 0,332 1,159


0,18 0,243 11,22 0,022 1,586 0,299 0,881

0,24 0,387 10,30 0,038 1,911 0,273 1,082

0,30 0,323 12,25 0,026 1,015 0,254 0,565


5.2. Uraian Perhitungan
 Mencari Nilai Debit Aliran (Q)
 Percobaan I
Head (h) = 0,06 m
Volume (v) = 0,168 m 3
Waktu (t) = 13 detik

v
Rumus : Q =
t
0,168
=
13
= 0,012 m 3 /s

 Percobaan II
Head (h) = 0,12 m
Volume (v) = 0,219 m 3
Waktu (t) = 12 detik

v
Rumus : Q =
t
0,219
=
12
= 0,018 m 3 /s

 Percobaan III
Head (h) = 0,18 m
Volume (v) = 0,243 m 3
Waktu (t) = 11 detik

v
Rumus : Q =
t
0,243
=
11
= 0,022 m 3 /s

 Percobaan IV
Head (h) = 0,24 m
Volume (v) = 0,387 m 3
Waktu (t) = 10 detik

v
Rumus : Q =
t
0,387
=
10
= 0,038 m 3 /s

 Percobaan V
Head (h) = 0,30 m
Volume (v) = 0,323 m 3
Waktu (t) = 12 detik

v
Rumus : Q =
t
0,323
=
12
= 0,026 m 3 /s
 Mencari Tinggi Muka Air di atas Hulu Ambang (yc)
 Percobaan I
Head (h) = 0,06 m
Volume (v) = 0,168 m3
Gravitasi = 9,81 m/s

( )
2
2 v
Rumus : Yc = h +
3 2g

3 ( 2 . 9,81 )
2
2 (0,168 )
Yc = 0,06 +

Yc = 0,041

 Percobaan II
Head (h) = 0,12 m
Volume (v) = 0,219 m3
Gravitasi = 9,81 m/s

( )
2
2 v
Rumus : Yc = h +
3 2g

( 2 . 9,81 )
2
2 (0,219
Yc = 0,04 +
3

Yc = 0,081

 Percobaan III
Head (h) = 0,18 m
Volume (v) = 0,243 m3
Gravitasi = 9,81 m/s

( )
2
2 v
Rumus : Yc = h +
3 2g
( )
2
2 (0,243 )
Yc = 3 0,04 +
2 . 9,81

Yc = 0,122

 Percobaan IV
Head (h) = 0,24 m
Volume (v) = 0,387 m3
Gravitasi = 9,81 m/s

( )
2
2 v
Rumus : Yc = h +
3 2g

3 ( 2 . 9,81 )
2
2 (0,387 )
Yc = 0,04 +

Yc = 0,285

 Percobaan V
Head (h) = 0,3 m
Volume (v) = 0,323 m3
Gravitasi = 9,81 m/s

( )
2
2 v
Rumus : Yc = h +
3 2g

3 ( 2 . 9,81 )
2
2 (0,323 )
Yc = 0,04 +

Yc = 0,203
 Persamaan 1 mencari koefisien kehilangan (Cwb)
 Percobaan I
Debit (Q) = 0,012 m3/s
Volume (v) = 0,168 m/s
Gravitasi (g) = 9,81 m/s
Head (h) = 0,06 m
Lebar weir (b) = 0,075 m
Tinggi weir (Pw) = 0,045 m
Y0 = h + Pw
= 0,06 + 0,045
= 0,105 m

v2
Rumus : H = Y0 +
2g
2
(0,168 m/s )
= 0,105 +
2 (9,81 )
= 0,106

()
3/ 2
Rumus : Cwb = b 2
√g h
3 /2
3
0, 103

()
3/ 2
Cwb = 0,075 2
√ 9,81 0,106
3/ 2
3
Cwb = 2,910
 Percobaan II
Debit (Q) = 0,018 m3/s
Volume (v) = 0,219 m/s
Gravitasi (g) = 9,81 m/s
Head (h) = 0,12 m
Lebar weir (b) = 0,075 m
Tinggi weir (Pw) = 0,045 m
Y0 = h + Pw
= 0,12 + 0,045
= 0,165 m

2
v
Rumus : H = Y0 +
2g
2
( 0,219 m/s )
= 0,165 +
2 ( 9,81 )
= 0,167

()
3/ 2
Rumus : Cwb = b 2
√g h
3 /2
3
0,020

()
3/ 2
Cwb = 0,075 2
√ 9,81 0,167
3/ 2
3
Cwb = 2,083
 Percobaan III
Debit (Q) = 0,022 m3/s
Volume (v) = 0,243 m/s
Gravitasi (g) = 9,81 m/s
Head (h) = 0,18 m
Lebar weir (b) = 0,075 m
Tinggi weir (Pw) = 0,045 m
Y0 = h + Pw
= 0,18 + 0,045
= 0,225 m

2
v
Rumus : H = Y0 +
2g

( 0,243 ) 2
= 0,225 +
2 (9,81 )
= 0,228

()
3/ 2
Rumus : Cwb = b 2
√g h
3 /2
3
0,046

()
3/ 2
Cwb = 0,075 2
√ 9,81 0,228
3/ 2
3
Cwb = 1,586
 Percobaan IV
Debit (Q) = 0,038 m3/s
Volume (v) = 0,387 m/s
Gravitasi (g) = 9,81 m/s
Head (h) = 0,24 m
Lebar weir (b) = 0,075 m
Tinggi weir (Pw) = 0,045 m
Y0 = h + Pw
= 0,24 + 0,045
= 0,285 m

2
v
Rumus : H = Y0 +
2g

( 0,387 m/s ) 2
= 0,2850 +
2 (9,81 )
= 0,292

()
3/ 2
Rumus : Cwb = b 2
√g h
3 /2
3
0,0 40

()
3/ 2
Cwb = 0,075 2
√ 9,81 0,292
3 /2
3
Cwb = 1,911
 Percobaan V
Debit (Q) = 0,026 m3/s
Volume (v) = 0,323 m/s
Gravitasi (g) = 9,81 m/s
Head (h) = 0,3 m
Lebar weir (b) = 0,075 m
Tinggi weir (Pw) = 0,045 m
Y0 = h + Pw
= 0,3 + 0,045
= 0,345 m

2
v
Rumus : H = Y0 +
2g

( 0,323 ) 2
= 0,345 +
2 (9,81 )
= 0,350

()
3/ 2
Rumus : Cwb = b 2
√g h
3 /2
3
0,032

()
3/ 2
Cwb = 0,075 2
√ 9,81 0,350
3/ 2
3
Cwb = 1,015
 Persamaan 2 mencari koefiien kehilangan (Cwb)
 Percobaan I
Tinggi weir (P w ¿ = 0,045 m
yc = 0,041 m
h = P w + yc
= 0,045 m + 0,0410 m
= 0,086 m

0,65
Rumus : Cwb =
√ 1+
h
Pw
0,65
Cwb =
√ 1+
0,086
0,045
Cwb = 0,381

 Percobaan II
Tinggi weir (P w ¿ = 0,045 m
yc = 0,081 m
h = P w + yc
= 0,045 m + 0,081 m
= 0,126 m

0,65
Rumus : Cwb =
√ 1+
h
Pw
0,65
Cwb =
√ 1+
0,081
0,045
Cwb = 0,332
 Percobaan III
Tinggi weir (P w ¿ = 0,045 m
yc = 0,122 m
h = P w + yc
= 0,045 m + 0,122 m
= 0,167 m

0,65
Rumus : Cwb =
√ 1+
h
Pw
0,65
Cwb =
√ 1+
0,167
0,045
Cwb = 0,299

 Percobaan IV
Tinggi weir (P w ¿ = 0,045 m
yc = 0,165 m
h = P w + yc
= 0,045 m + 0,165 m
= 0,210 m

0,65
Rumus : Cwb =

1+
h
Pw
0,65
Cwb =
√ 1+
0,248
0,045
Cwb = 0,273
 Percobaan V
Tinggi weir (P w ¿ = 0,045 m
yc = 0,081 m
h = P w + yc
= 0,045 m + 0,081 m
= 0,126 m

0,65
Rumus : Cwb =
√ 1+
h
Pw
0,65
Cwb =

1+
0,081
0,045
Cwb = 0,254
 Mencari Bilangan Froude
 Percobaan I
Debit (Q) = 0,012 m3/s
Lebar weir (b) = 0,075 m
Tinggi weir (Pw) = 0,045 m
Head (h) = 0,086 m/s
Gravitasi (g) = 9,81 m/s

y = Pw + h
= 0,045 + 0,086
= 0,105

A = b.y
= 0,075 . 0,105
= 0,007

Rumus : Q = A.V
Q
V =
A
0,012
V =
0,007
V = 1,641

v
Rumus : Fr =
√g . y
1,641
Fr =
√ 9,81 . 0,105
Fr = 1,616

Dari percobaan I didapat Froude sebesar 1,616, maka jenis aliran pada percobaan
I adalah super kritis karena Fr > 1.
 Percobaan II
Debit (Q) = 0,018 m3/s
Lebar weir (b) = 0,075 m
Tinggi weir (Pw) = 0,045 m
Head (h) = 0,126 m/s
Gravitasi (g) = 9,81 m/s

y = Pw + h
= 0,045 + 0,126
= 0,165

A = b.y
= 0,075 . 0,165
= 0,012

Rumus : Q = A.V
Q
V =
A
0,018
V =
0,012
V = 1,474

v
Rumus : Fr =
√g . y
1,474
Fr =
√ 9,81 . 0,165
Fr = 1,159

Dari percobaan I didapat Froude sebesar 1,159, maka jenis aliran pada percobaan
I adalah super kritis karena Fr > 1.
 Percobaan III
Debit (Q) = 0,022 m3/s
Lebar weir (b) = 0,075 m
Tinggi weir (Pw) = 0,045 m
Head (h) = 0,167 m/s
Gravitasi (g) = 9,81 m/s

y = Pw + h
= 0,045 + 0,167
= 0,225

A = b.y
= 0,075 . 0,225
= 0,016

Rumus : Q = A.V
Q
V =
A
0,022
V =
0,016
V = 1,309

v
Rumus : Fr =
√g . y
1,309
Fr =
√ 9,81 . 0,225
Fr = 0,881

Dari percobaan I didapat Froude sebesar 0,881, maka jenis aliran pada percobaan
I adalah subkritis karena Fr < 1.
 Percobaan IV
Debit (Q) = 0,038 m3/s
Lebar weir (b) = 0,075 m
Tinggi weir (Pw) = 0,045 m
Head (h) = 0,210 m/s
Gravitasi (g) = 9,81 m/s

y = Pw + h
= 0,045 + 0,210
= 0,285

A = b.y
= 0,075 . 0,285
= 0,021

Rumus : Q = A.V
Q
V =
A
0,038
V =
0,021
V = 1,810

v
Rumus : Fr =
√g . y
1,810
Fr =
√ 9,81 . 0,285
Fr = 1,082

Dari percobaan I didapat Froude sebesar 1,082, maka jenis aliran pada percobaan
I adalah super kritis karena Fr > 1.
 Percobaan V
Debit (Q) = 0,026 m3/s
Lebar weir (b) = 0,075 m
Tinggi weir (Pw) = 0,045 m
Head (h) = 0,248 m/s
Gravitasi (g) = 9,81 m/s

y = Pw + h
= 0,045 + 0,248
= 0,345

A = b.y
= 0,075 . 0,259
= 0,025

Rumus : Q = A.V
Q
V =
A
0,026
V =
0,025
V = 1,040

v
Rumus : Fr =
√g . y
1,040
Fr =
√ 9,81 . 0,345
Fr = 0,565

Dari percobaan I didapat Froude sebesar 0,565, maka jenis aliran pada percobaan
I adalah subkritis karena Fr < 1.
6. PENUTUP
6.1. Faktor Kesalahan
1. Terlalu cepat memutar katup pengontrol ailiran;
2. Kurang kencang saat memasang baut pada weir;
3. Kurang kompaknya memulai stopwatch dengan aliran air;
4. Kurang jelas ketika berbica disaat ruang praktikum dipakai.

6.2. Kesimpulan
1. Gambar plot Q terhadap h

Q terhadap h
0.0450
0.0387
0.0400
0.0350
0.0300 0.0269
Debit (Q)

0.0250 0.0221
0.0200 0.0183
0.0150 0.0129
0.0100
0.0050
0.0000
0.06 0.12 0.18 0.24 0.3

Tinggi muka air (h)

Grafik 6.1. Debit terhadap tinggi muka air

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa hubungan Q terhadap h naik dari
percobaan 1 hingga 4 akan tetapi pada bercobaan 5 hubungan Q dan h turun. Maka,
hal ini sudah esuai dengan teori yang dapat dilihat dengan persamaan Q = V x A
dimana nilai Debit (Q) akan berbanding lurus dengan luas penampang basah (A).
semakin besar luas penampang basah maka akan semakin besar nilai debitnya,
hubungan Q terhadap h dari percobaan 1 hingga 4. Penampang basah (A) diperoleh
dengan pengukuran lebar permukaan air dan pengukuran yang dilakukan maka akan
semakin akurat juga datanya dalam menentukan jumlah pengukuran tergantung dari
tujuan kecepatan aliran dan ketelitian yang akan dicapai. Hal ini bisa terjadi
dikarenakan kurangnya ketelitian pada saat pengukuran erta kestabilan penampang
pada aliran.
2. Gambar Cwb persamaan 1 terhadap h

Cwb persamaan 1 terhadap h


3.5000
2.9104
3.0000
2.5000 2.0830
Cwb pers.1

1.9119
2.0000 1.5868
1.5000
1.0152
1.0000
0.5000
0.0000
0.06 0.12 0.18 0.24 0.3

Tinggi muka air (h)

Grafik 6.2. Cwb persamaan 1 terhadap h

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa hubungan Cwb persamaan 1 turun dari
percobaan hinggan percobaan 5. Hal ini sudah sesuai dengan teori bahwa nilai Cwb
berbanding terbalik dengan nilai h yang dapat dilihat dari rumus persamaan 1 Cwb =
Q


sehingga bila nilai h besar maka nilai Cwb persamaan 1 akan menjadi
2 3 /2 3/ 2
b g( h
3
kecil.
3. Gambar Cwb Persamaan 2 terhadap h
Cwb persamaan 2 terhadap h
0.4500
0.4000 0.3810
0.3500 0.3328
0.2995
0.3000 0.2730
Cwb pers.2
0.2545
0.2500
0.2000
0.1500
0.1000
0.0500
0.0000
0.06 0.12 0.18 0.24 0.3

Tinggi muka air (h)

Grafik 6.3. Cwb persamaan 2 terhadap h


Dari grafik dapat dilihat bahwa hubungan Cwb persamaan 2 terhadap h niak
dari bercobaan 5 hingga percobaan 1. Hal ini sudah sesuai dengan teori bahwa nilai
Cwb berbanding terbalik dengan nilai h yang dapat dilihat dari rumus persamaan 2
0,65
Cwb =
√ 1+
h sehingga bila nilai h besar maka nilai pada Cwb persamaan 2 akan
2g
menjadi kecil.
4. Apakah magnitude dari aliran mempengaruhi koefisien limpasan V wb?
Sangat mempengaruhi. Karena, semakin besar alirannya maka semakin tinggi
limpasan alirannya.
5. Apakah Cwb bertambah atau berkurang seiring dengan penambahan nilai aliran?
Pada Cwb persamaan 1 dan persamaan 2 berkurang seiring dengan bertambah nya
nilai aliran.
6. Bandingkan nilai Cwb terhitung yang di dapat dari persamaan 1 dan persamaan 2!
Tabel.
Tabel 6.1. perbandingan nilai Cwb

Percobaan C wb Persamaan 1 C wb Persamaan 2


1 2,910 0,381

2 2,083 0,332

3 1,586 0,299

4 1,911 0,273
5 1,015 0,254

Bisa dilihat di tabel bahwa Cwb persamaan 1 dan Cwb persamaan 2, nilai turun dari
nilai percobaan 1 hingga percobaan 5.
7. Apakah ketinggian dari kedalaman aliran hulu (h) mempengaruhi keofisien
limpasan?
Mempengaruhi. Karena, semakin tinggi atau rendahnya aliran mempengaruhi nilai
dan koefisien limpasan tersebut.
8. Bagaimana pola air saat melewati weir, apakah ketinggian dari kedalaman hulu
aliran (h) mempengaruhi pola aliran pada weir?
Mempengaruhi. Karena, salah satu factor yang mempengaruhi pola aliran adalah
ketinggian dari kedalaman aliran.
9. Dari praktikum yang dikerjakan rata – rata akiran air memiliki sifat subkritis. Pada
aliran ini kedalaman aliran relative lebih kecil dan kecepatan relative tingg. Apabila
bilangan Froude lebih besar dari satu (Fr > 1) maka aliran tersebut termasuk dalam
aliran superkritis.

6.3. Saran
1. Praktikum harus lebih berhati-hati dalam memutar pengontrol aliran;
2. Praktikum harus memiliki lapisan dinding pengedap suara agar lebih kondusif;
3. Ruang praktikum harus memiliki prosedur dalam menggunakan alat;
4. Praktikum harus memiliki poster mengajak untuk kondusif disetiap ruang praktium.
7. DOKUMENTASI
7.1. Dokumentasi Alat dan Bahan

Gambar 7.1.1 Gambar 7.1.2


Tilting flow channel Broad crested weir
(Sumber : Dokumentasi kelompok 7) (Sumber : Dokumentasi kelompok 7)
Gambar 7.1.5 Gambar 7.1.1
Obeng Penggaris
(Sumber : Dokumentasi kelompok 7) (Sumber : Dokumentasi kelompok 7)
7.2. Dokumentasi Prosedur Percobaan

Gambar 7.2.1 Gambar 7.2.2


Pasang broad crested weir Nyalakan pompa air dan buka penutup aliran
(Sumber : Dokumentasi kelompok 7) (Sumber : Dokumentasi kelompok 7)
Gambar 7.2.3
Catat volume aliran pada water meter
(Sumber : Dokumentasi kelompok 7)

Anda mungkin juga menyukai