Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KUNJUNGAN LABORATORIUM PEMODELAN

HIDRAULIKA

Disusun untuk memenuhi


Tugas Mata Kuliah Hidraulika Terapan dan Angkutan Sedimen
Dosen : Dr. Eng Widyaningtias

Disusun Oleh :
Saprizal

PROGRAM STUDI MAGISTER PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR (PSDA)


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kunjungan adalah kegiatan yang mengunjungi suatu tempat dengan tujuan
menambah wawasan serta pengetahuan tentang tempat tersebut yang selanjutnya
digunakan sebagai bahan penulisan sebuah laporan kunjungan.
Kunjungan kelaboratorium pemodelan hidraulika dilaksanakan untuk menambah
pengetahuan, pengalaman dan gambaran kepada mahasiswa(i) tentang bagaimana bentuk
desain irigasi yang mencakup bendungan dan saluran dilapangan dan juga sedimentasi
pada aliran sungai. Masalah gerusan atau sedimentasi banyak terjadi di sungai-sungai,
dan menjadi masalah yang masih sering terjadi sampai sekarang apalagi pada alur sungai
yang tidak lurus atau tikungan, dengan melakukan kunjungan ini kita dapat mengetahui
dan mengamati bagaimana gerusan atau sedimentasi itu terjadi pada tikungan sungai
seperti pada keadaan dilapangan
Mahasiswa(i) dituntut untuk aktif menggali informasi tentang kunjungan untuk
memperoleh pengetahuan lebih dalam untuk menunjang Mata Kuliah Hidraulika terapan
dan angkutan sedimen. Mahasiswa harus membandingkan kondisi yang mendekati
lapangan yang sesungguhnya dengan ilmu yang diperoleh di perkuliahan. Mahasiswa
diwajibkan membuat laporan atas informasi yang diperoleh selama kunjungan industri
tentang perusahaan-perusahaan yang bersangkutan.

1.2 Manfaat dan Tujuan Kunjungan


Ada beberapa manfaat diadakannya kunjungan ke Laboratorium Pemodelan
Hidraulika bagi mahasiswa(i) antara lain memperluas pengetahuan mahasiswa(i) dalam
bentuk pemodelan yang mendekati kondisi lapangan.
Ada beberapa tujuan diadakannya kunjungan ke Laboratorium Pemodelan
Hidraulika bagi mahasiswa(i) antara lain sebagai berikut:
1. Mengetahui sedimentasi yang biasa terjadi pada alur sungai, dan tempat sedimentasi

paling banyak dengan cara mengamati permodelan sesuai bentuk asli dilapangan.
2. Percobaan ini juga untuk mengetahui tingkat gerusan yang paling cepat pada sungai,

dan kecepatan pada tikungan sungai yang dilalui air.


3. Mengetahui gerusan yang terjadi pada bangunan yang terdapat pada bentang sungai.
1.3 Lokasi dan Waktu Kunjungan
1
Lokasi kunjungan ini berada di kampus ITB yaitu Laboratorium Pemodelan
Hidraulika Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan. Kunjungan dilakukan kurang lebih 2
jam pada tanggal 17 November 2016.

BAB II
PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

2.1 Percobaan Sedimentasi Pada Saluran Terbuka


2.1.1 Tujuan
1. Memahami dan mengetahui pengaruh bentuk aliran sungai terhadap
terjadinya sedimentasi
2. memahami dan mengetahui pengaruh bentuk aliran sungai terhadap
terjadinya gerusan lokal (local scouring) dan erosi.
3. memahami dan mengetahui pengaruh penambahan bangunan air terhadap
aliran sungai dan gerusan lokal (local scouring) yang terjadi

2
4. Mengetahui gerusan yang terjadi pada bangunan yang terdapat pada

bentang sungai.

2.1.2 Alat yang digunakan


1. Saluran terbuka dengan kedua sisi dari kaca yang dilengkapi dengan
meteran taraf. Di ujung hilir saluran terdapat pintu Thomson untuk
mengetahui tinggi aliran air.
2. Bangunan air tambahan yaitu pilar sebanyak 8 buah dan abutment
sebanyak 2 buah.
3. Bak ukur dimasukan ke dalam bak air untuk membaca selisih permukaan
air pada waktu tertentu.

2.1.3 Prosedur percobaan


1. Nyalakan pompa air sehingga air naik dari saluran inlet dan mengisi
saluran percobaan.
2. Siapkan pilar sebagai bangunan air tambahan di posisi tengah, sisi kanan
dan sisi kiri saluran percobaan.
3. Siapkan abutment sebagai bangunan air tambahan di posisi sisi kanan dan
sisi kiri saluran percobaan.
4. Alirkan air yang bersumber dari inlet.
5. Air akan mengalir dari inlet menuju ke hilir dengan melewati pilar
kemudian melewati abutment.
6. Amati aliran air yang mengalir melewati saluran lurus, berbelok 1800 dan
berbelok 900.
7. Amati aliran air yang mengalir melewati pilar dan abutment.
8. Ukur tinggi muka air di hilir saluran.
9. Percobaan selesai.

Gambar 2.1 Persiapan dan Mulai mengalirkan air

3
Gambar 2.2 Pengamatan Gerusan

Gambar 2.2 Pengamatan kecepatan aliran dengan Current Meter

2.1.4 Data dan Hasil Percobaan


Pompa air inlet : 20 m/s dan 80 m/s
Lebar saluran : 50 cm
Tinggi saluran : 35 cm

Kecepatan (Hz)
Bentuk
No. Sisi
Saluran Sisi Dalam Tengah
Luar
I Lurus 1.1 4.6 2.2
II Belokan 3.0 3.4 5.9
Tabel 1.1 Pembacaan Kecepatan (V) dengan Current Meter dalam Hertz (Hz)

4
Kecepatan (Cm/s)
Bentuk
No. Sisi
Saluran Sisi Dalam Tengah
Luar
I Lurus 5.7 8.0 6.5
II Belokan 7.0 7.3 8.8

Tabel 1.2 Pembacaan Kecepatan (V) dengan Current Meter dalam cm/s (setelah dikalibrasi)

Tinggi muka air pada pengukur tinggi muka air


h= 14,2 cm

Gambar 2.3 Pengukur tinggi muka air

\
2.1.5 Analisa
Percobaan perhitungan kecepatan aliran dilakukan dengan
menggunakan alat current meter. Pengamatan dilakukan di 3 titik ditiap
masing-masing bentuk saluran yaitu pada saluran yang lurus dan pada saluran
yang berbelok.
Dari hasil percobaan tersebut terdapat perubahan kecepatan air pada
saluran dari saluran yang lurus dan saluran yang berbelok. Pada pengamatan di
sisi dalam, bentuk saluran yang berbelok menghasilkan kecepatan yang lebih
tinggi dibanding dengan keadaan saluran yang lurus. Sedangkan pada kondisi
di tengan saluran,kecepatan aliran dalam bentuk saluran yang lurus lebih cepat
dibanding pada bentuk saluran yang berbelok. Untuk pengamatan kecepatan
disisi luar hasil yang didapat sama dengan kondisi yang di sisi dalam yaitu

5
kecepatan aliran pada kondisi saluran yang berbelok lebih besar dibanding
yang lurus.

6
2.2 Mengamati Permodelan Bendungan
Setelah diperlihatkan permodelan sungai, kemudian dilakukan kunjungan untuk
melihat permodelan bendungan.

Gambar 2.3 Model bendungan

Permodelan bendungan yang dilihat adalah model test fisik Bendungan Leuwikeris
Kabupaten Ciamis Jawa Barat dengan skala 1:100.

Pada permodelan kondisi air normal digunakan debit model 5.097 liter/detik. Dapat
diamati pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.3 Bendungan Kondisi normal

7
Elevasi Muka Air Maksimum di Waduk
dilakukan pengujian untuk mengetahui hubungan antara muka air dan debit pengaliran
pelimpah untuk berbagai kondisi pembukaan pintu, yaitu pintu dibuka penuh satu pintu
maupun dua pintu dan dalam keadaan pintu terttutup. Hasil pengujian disampaikan pada
gambar-gambar berikut.

Gambar 6.1Grafik elevasi muka air terhadap debit dalam keadaan semua pintu ditutup.

Gambar 6.2Grafik elevasi muka air terhadap debit dalam keadaan satu pintu dibuka.

8
Gambar 6.3Grafik elevasi muka air terhadap debit dalam keadaan dua pintu dibuka.

Hasil ini menunjukkan bahwa apabila pintu hanya dibuka satu buah maupun dua-
duanya, saat terjadi debit puncak elevasi muka air di waduk melebihi elevasi puncak
bendungan. Sehingga terjadi overtoping.
Pada permodelan kondisi air banjir digunakan debit model 47,647 liter/detik , muka
air maksimum di waduk pada saat terjadi debit PMF, dengan pintu dibuka semua, adalah pada
+157,08. Sehingga hanya terdapat tinggi jagaan sebesar 0,48 meter. Dengan memperhatikan
hal tersebut di atas maka perlu dilakukan perbaikan pada sistem pelimpah sehingga tersedia
tinggi jagaan yang mencukupi, yaitu 1 meter.

Anda mungkin juga menyukai