HIDROLIKA
DISUSUN OLEH :
UNIADI MANGIDI, ST.,MT.,M.Eng.Sc.
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALUOLEO
2010
BAB 1
ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA
Saluran ini dilengkapi dengan keran tekanan udara dan pada titik-titik tertentu terdapat
lubang untuk pemasangan model bangunan air.. Saluran ini dilengkapi pula dengan tangki
pelayanan berikut pompa sirkulasi air, dan alat pengukur debit.
b. Point gauge
c. Mistar / pita ukur
3. Dasar Teori
Pada umunya tipe aliran melalui saluran terbuka adalah turbulen karena kecapatan dan
kekasaran dinding relatif besar. Aliran melalui saluran terbuka disebut seragam (uniform) apabila
berbagai variabel aliran seperti kedalaman, tampang basah, kecepatan dan debit pada setiap
tampang disepanjang aliran adalah constan. Pada aliran seragam, garis energi, garis muka air dan
dasar saluran adalah sejajar sehingga kemiringan ketiga garis tersebut adalah sama. Kedalaman air
pada aliran seragam disebut kedalaman normal.
Aliran disebut tidak seragam atau berubah apabila variabel aliran seperti kedalaman,
tampang basah, kecepatan disepanjang saluran tidak konstan. Apabila perubahan aliran terjadi
pada jarak yang panjang, maka disebut aliran berubah beraturan. Sebaliknya apabila terjadi pada
jarak yang pendek maka disebut aliran berubah cepat.
Aliran disebut permanen apabila variabel aliran disuatu titik seperti kedalaman dan
kecepatan tidak berubah terhadap waktu. Apabila berubah terhadap waktu maka disebut aliran tidak
permanen.
Zat cair yang mengalir melalui saluran terbuka akan menimbulkan tegangan geser pada
dinding saluran. Tahanan ini akan diimbangi oleh componen gaya berat yang bekerja pada zat cair
dalam arah aliran. Didalam aliran seragam, komponen gaya berat dalam arah aliran adalah
seimbang dengan tegangan geser. Tahanan geser ini tergantung pada kecepatan aliran.
V C RI …………………. (1.1.)
Apabila kecepatan aliran dapat diketahui, maka akan mudah bagi kita untuk menentukan
harga koefisien Chezy tersebut.
4. Prosedur Percobaan
5. Hasil Pengamatan
Koefisien Chezy
6. Kesimpulan
B. ALIRAN PERMANEN TIDAK BERATURAN AKIBAT PEMBENDUNGAN
3. Prosedur Percobaan
4. Hasil Pengamatan
5. Kesimpulan
C. BANGUNAN KONTROL
Model ambang tajam ini terbuat dari baja tahan karat (stainless stell). Debit yang lewat diatas
ambang ini merupakan fungsi dari tinggi aliran diatas ambang.
Gambar 1.2. Model Sharp Crested weir
c. Point gauge
d. Mistar / pita ukur
e. Stopwatch
3. Dasar Teori
Jenis peluap ambang tajam merupakan salah satu konstruksi pengukur debit yang banyak
dijumpai disaluran-saluran irigasi maupun di laboratorium. Debit aliran yang terjadi pada ambang
tajam dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut :
2
Q C d B gh 3 …………………. ( 1.2.)
3
4. Prosedur Pelaksanaan
5. Hasil Pengamatan
Model ini merupakan tiruan ambang lebar disaluran irigasi. Model ini terbuat dari glass
reinforced plastic yang berbentuk prisma segiempat dengan punggung dibuat streamline. Konstruksi
ini umumnya banyak digunakan dilapangan untuk mengukur debit disaluran terbuka, karena akan
memberikan akurasi dan keandalan pengukuran, disamping juga kemudahan dalam pembuatan
konstruksi dan perawatannya.
Gambar 1.4. Model Broad Crested Weir
c. Point gauge
d. Mistar / pita ukur
3. Dasar Teori
Peluap disebut ambang lebar apabila B > 0,4 hu, dengan B adalah lebar peluap dan hu
adalah tinggi peluapan.
hu
Q H y0 yc
Q C d BH 3 / 2 …………………. ( 1.3.)
Q Cd Cv Bhu
3/ 2
…………………. ( 1.4.)
4. Prosedur Percobaan
5. Hasil Pengamatan
6. Kesimpulan
CRUMP WEIR
Model ini merupakan tiruan crump weir di saluran irigasi. Model ini terbuat dari glass reinforced
plastic yang berbentuk prisma segitiga. Konstruksi ini digunakan untuk mengukur debit di saluran
terbuka.
Gambar 1.6. Model Crump Weir
c. Point gauge
d. Mistar / pita ukur
3. Dasar Teori
Aliran melalui crump weir dapat dibedakan pada kondisi aliran modular dan non modular
seperti terlihat pada gambar berikut :
v02/2g v12/2g
H1
Qm H0 y0
y1
MODULAR FLOW
v02/2g v12/2g
H1
Qm H0 y0
y1
Debit aliran yang terjadi pada crump weir untuk komdisi aliran modular dihitung dengan
menggunakan formula sebagai berikut :
Qm C d BH o gH o …………………. ( 1.5.)
Pada kondisi aliran non modular, aliran di hulu sudah dipengaruhi oleh perubahan tinggi
tekanan di hilir. Oleh karena itu debit yang dihasilkan pada kondisi aliran non modular perlu koreksi.
Q = f Qm ....................... (1.6.)
4. Prosedur Percobaan
Tabel 1.6. Hasil pengamatan pada aliran diatas crump weir (kondisi modular)
y0 y1 Qm Ho H1
Cd
(m) (m) (m3/s) (m) (m)
Tabel 1.7. Hasil pengamatan pada aliran diatas crump weir (kondisi nonmodular)
y0 y1 Ho H1 Q Qm
f
(m) (m) (m) (m) (m3/s) (m3/s)
6. Kesimpulan
PINTU SORONG / SLUICE GATE
Merupakan tiruan pintu air yang banyak dijumpai disaluran-saluran irigasi. Model ini terbuat dari
baja tahan karat (satinless steel). Lebar pintu ini sudah disesuaikan dengan lebar model saluran
yang ada. Pintu sorong ini berfungsi untuk mengatur maupun fungsi untuk mengatur debit aliran.
Besarnya debit yang dialirkan merupakan fungsi dari kedalaman air di hulu maupun dihilir pintu
serta tinggi bukaan pintu tersebut.
c. Point gauge
d. Mistar / pita ukur
3. Dasar Teori
Pintu sorong merupakan salah satu konstruksi pengukur dan pengatur debit. Pada pintu
sorong ini prinsip konservasi energi dan momentum dapat diterapkan. Persamaan Bernoulli hanya
dapat diterapkan apabila kehilangan energi dapat diabaikan atau sudah diketahui.
2
V0
2g Total head line
2
V1
Q H0 y0 2g H1
V0 Water surface
yg V1 y1
Section 0 Section 1
Debit aliran yang terjadi pada pintu sorong pada komdisi aliran air bebas dihitung dengan
menggunakan formula sebagai berikut :
5. Hasil Pengamatan
6. Kesimpulan
c. Point gauge
d. Mistar / pita ukur
3. Dasar Teori
Siphon spillway merupakan salah satu bentuk bangunan pelimpah. Pada umumya
bangunan pelimpah ini hanya dapat digunakan untuk debit-debit kecil, karena apabila debitnya
besar, getaran yang terjadi akan besar pula yang berakibat konstruksi menjadi berat dan tidak
ekonomis.
Debit yang mengalir di atas bendung dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai
berikut :
Q C d A 2 gh …………………. ( 1.8.)
dengan h adalah beda tinggi antara muka air di inlet dan outlet siphon, sedang A adalah luas
penampang siphon.
4. Prosedur Percobaan
5. Hasil Pengamatan
6. Kesimpulan
ALIRAN MELALUI AIR REGULATED SIPHON
c. Point gauge
d. Mistar / pita ukur
3. Dasar Teori
Siphon jenis ini merupakan perkembangan dari siphon yang digunakan sebelumnya. Siphon
ini secara otomatis akan mengatur debit untuk variasi debit yang lebih besar disamping juga
menjaga muka air yang konstan dibagian hulunya. Hal ini dicapai karena siphon ini melewatkan
udara dan air yang bercampur secara kontinu.
Debit yang mengalir melalui siphon dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai
berikut :
Q C d A 2 gh …………………. ( 1.9.)
dengan h adalah beda tinggi antara muka air di inlet dan outlet siphon, sedang A adalah luas
penampang siphon.
4. Prosedur Percobaan
5. Hasil Pengamatan
6. Kesimpulan
GAYA YANG BEKERJA PADA PINTU SORONG
3. Dasar Teori
Pada gambar berikut dapat dilihat mengenai gaya yang bekerja pada pintu
Hydrostatic pressure
y0 distirbution
Thurst 1/2 ρgy02
Section 0 Section 1
Shear force
Pada gambar tersebut ditunjukkan bahwa gaya resultan yang terjadi pada pintu sorong adalah
sebagai berikut :
2 y0 Q y1
2
1
Fg gy1 2 1 1 .......(1.10.)
2 y
1 by1 y0
g y a y g 2
1
FH ............................ (1.11.)
2
dengan : Fg = resultan gaya dorong pada pintu sorong (non-hidrostatis)
FH = resultan gaya dorong akibat gaya hidrostatis
Q = debit aliran
r = rapat massa fluida
g = percepatan gravitasi bumi
b = lebar pintu sorong
yg = tinggi bukaan pintu
y0 = kedalaman air di hulu pintu
y1 = kedalaman air di hilir pintu
4. Prosedur Percobaan
5. Hasil Pengamatan
Tabel 1.11. Hasil Pengamatan gaya-gaya yang bekerja pada pintu sorong
yg y0 y1 Q Fg FH Fg / FH yg / y0
6. Kesimpulan
3. Dasar Teori
Pada kondisi aliran konstan, tinggi tenaga pada aliran akan mencapai harga minimum pada
kondisi kedalaman kritik. Parameter ini merupakan dasar dari pemahaman yang menyeluruh
mengenai perilaku aliran bebas, karena respon dari aliran terhadap tinggi tenaga sangat bergantung
pada apakah kedalaman yang terjadi lebih atau kurang dari kedalaman kritik.
ada saluran terbuka, energi spesifik didefinisikan sebagai jumlah dari energi potensial
(kedalaman aliran) dan energi kinetik (tinggi kecepatan)
v2 Q2
E y atau E y ............................ (1.12.)
2g 2gv 2
Kurva energi spesifik merupakan kurva hubungan antara kedalaman aliran dengan
energi/tinggi tenaga
Depth of flow y (m)
C
yC
Specific energy E (m)
Aliran pada kedalaman lebih besar dari kedalaman kritik dinamakan dengan aliran sub
kritik. Sementara itu apabila kurang dari kedalaman kritik dinamakan dengan aliran superkritik.
Pada saluran segiempat dengan lebar 1 satuan panjang, dimana garis aliran adalah paralel, dapat
ditunjukan bahwa :
Q2 3
yc 3 dan Ec Emin yc ................ (1.13.)
g 2
Pada saat kemiringan saluran cukup untuk membuat aliran seragam dan kedalaman keritik,
kemiringan ini dinamakan dengan kemiringan kritik. Perlu diperhatikan bahwa permukaan air dapat
menimbulkan gelombang pada saat aliran mendekati kondisi kritik, karena perubahan kecil saja dari
energi spesifik akan mengakibatkan perubahan aliran yang cukup besar, dapat diperkirakan dari
kurva energi spesifik.
4. Prosedur Percobaan
5. Hasil Pengamatan
Tabel 1.12. Hasil Pengamatan penurunan persamaan energi spesifik pada aliran pintu sorong
y0 y1 Q E0 E1 EC
6. Kesimpulan
LONCAT AIR
3. Dasar Teori
Apabila aliran berubah dari superspesifik ke aliran sub kritik, maka akan terjadi loncat air
karena terjadi pelepasan energi. Fenomena ini dapat terjadi apabila air meluncur di bawah pintu
sorong menuju ke bagian hilir yang mempunyai kedalaman yang sangat besar.
Loncatan yang bergelombang akan terjadi pada saat perubahan kedalaman yang terjadi
tidak besar. Permukaan air akan bergelombang dalam rangkaian osilasi yang lama kelamaan akan
berkurang menuju daerah dengan aliran sub kritik
Dengan mempertimbangkan gaya-gaya yang bekerja pada fluida di kedua sisi loncat air,
dapat ditunjukan bahwa :
va v
2 2
H y0 yb b ............................ (1.14.)
2g 2g
Tabel 1.13. Hasil Pengamatan loncat air pada aliran melalui pintu sorong
yg y1 y3 Q Hb ΔH
6. Kesimpulan
BAB 2
ANGKUTAN SEDIMEN
Rangkaian alat ini terdiri dari saluran tembus pandang yang dapat diubah kemiringan
dasarnya, yang diletakkan pada plat dasar bersama-sama tangki debit dan pompa sirkulasi air. Alat
ini dapat digunakan untuk berbagai macam percobaan angkutan sedimen, seperti : penentuan awal
gerak butiran, gerak butiran, perubahan konfigurasi dasar, dan gerusan pada bangunan air seperti
pilar jembatan atau bendung. Alat ini bersifat portable sehingga dapat dengan mudah dipindah-
pindahkan apabila dikehendaki.
3. Dasar Teori
Gaya yang bekerja pada butiran akibat aliran air dinamakan dengan gaya seret (F D) yang
dapat dituliskan sebagai berikut :
F fr (W B ) g tan ..................................(2.2.)
atau
1 3
F fr d ( s w ) g tan ................................ (2.3.)
6
1 3
0 d 2 f (Re *) d ( s w ) g tan ................... (2.4.)
6
τ0 = τC ........................(2.5.)
Sehingga diperoleh hubungan antara tegangan geser dengan fungsi dari bilangan Reynolds sebagai
berikut :
C
f (Re *) .............................. (2.6.)
( s w ) gd
4. Prosedur Percobaan
a. Alirkan air dengan debit kecil kedalam saluran yang telah diberi dasar pasir dengan
diameter tertentu (pasir dipadatkan)
b. Pastikan bahwa kemiringan dasar saluran sama dengan nol
c. Ukur kedalaman air rerata untuk menentukan radius hidrolik
d. Ukur debit aliran yang terjadi
e. Amati apakah butiran bergerak lurus atau tidak
f. Miringkanlah dasar saluran dengan kemiringan kecil
g. Lakukan langkah yang sama seperti diatas (c – e)
h. Miringkan saluran dengan kemiringan yang lebih besar lagi
i. Lakukan hal yang sama seperti langkah c – e
j. plotkan hasil pengujian pada diagram Shield dan bandingkan hasilnya.
5. Hasil Pengamatan
6. Kesimpulan
B. BENTUK KONFIGURASI DASAR
3. Dasar Teori
Dengan Re* seperti pada persamaan .... dan Fs adalah perbandingan antara tegangan gesek
butiran (τ0) dengan g(ρs / ρw – 1) d
Liu’s movability number didefinisikan sebagai perbandingan antara kecepatan geser dengan
kecepatan endap butiran. Adapun hubungan antara Liu’s movability numbe, bilangan Reynolds
dasar dan bentuk konfigurasi dasar dapat dilihat pada grafik dari Albertson et all seperti pada
gambar....
4. Prosedur Percobaan
a. Alirkan air dengan debit kecil ke dalam saluran yang telah diberi dasar pasir dengan
diameter tertentu
b. Ukur debit aliran
c. Ukur kedalaman aliran
d. Ukur kemiringan dasar saluran
e. Amati bentuk konfigurasi dasar dan catatlah
f. Ulangi langkah-langkah di atas untuk debit aliran yang lebih besar
g. Plotkan hasil pengamatan pada Grafik Albertson et all dan berikan komentar
5. Hasil Pengamatan
6. Kesimpulan
C. GERUSAN PADA STRUKTUR
Menunjukkan adanya erosi yang berkenaan dengan hambatan pada saluran dan fenomena
aliran di sekeliling hambatan tersebut.
3. Dasar Teori
Aliran melalui saluran terbuka akan menimbulkan tegangan geser pada dasar saluran.
Tahanan ini akan diimbangi oleh komponen gaya berat dari air yang bekerja dalam arah aliran.
Didalam aliran seragam, komponen gaya berat dalam arah aliran adalah seimbang dengan
tegangan geser. Tahanan geser ini tergantung kekasaran dasar saluran.
Untuk menentukan pengaruh kecepatan aliran akibat kekasaran dasar dapat digunakan
rumus Chezy sebagai berikut :
V C RI .............................. (2.7.)
4. Prosedur Percobaan
5. Kesimpulan