Anda di halaman 1dari 46

PETUNJUK PRAKTIKUM

HIDROLIKA

DISUSUN OLEH :
UNIADI MANGIDI, ST.,MT.,M.Eng.Sc.

LABORATORIUM HIDROLIKA DAN SUMBER DAYA AIR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HALUOLEO

2010

BAB 1
ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA

A. ALIRAN PERMANEN SERAGAM PADA SALURAN LICIN

1. Maksud dan Tujuan

a. Mendemonstrasikan aliran hermanen seragam pada saluran licin.


b. Menentukan koefisien kekasaran Chezy untuk saluran tersebut.

2. Alat yang Digunakan

a. Multi purpose teaching flume


Merupakan satu set model saluran terbuka dengan dinding tembus pandang yang
diletakkan pada strukur rangka baja. Dasar saluran ini dapat diubah kemiringannya dengan
menggunakan jack hidrolik yang dapat mengatur kemiringan dasar saluran tersebut secara akurat
sesuai dengan yang kita kehendaki. Terpasangnya rel pada bagian atas saluran tersebut
memungkinkan alat ukur kedalaman (point gauge) dan tabung pitot dapat digeser-geser sepanjang
saluran.

Saluran ini dilengkapi dengan keran tekanan udara dan pada titik-titik tertentu terdapat
lubang untuk pemasangan model bangunan air.. Saluran ini dilengkapi pula dengan tangki
pelayanan berikut pompa sirkulasi air, dan alat pengukur debit.

Gambar 1.1. Multi Purpose Teaching Flume

b. Point gauge
c. Mistar / pita ukur

3. Dasar Teori

Pada umunya tipe aliran melalui saluran terbuka adalah turbulen karena kecapatan dan
kekasaran dinding relatif besar. Aliran melalui saluran terbuka disebut seragam (uniform) apabila
berbagai variabel aliran seperti kedalaman, tampang basah, kecepatan dan debit pada setiap
tampang disepanjang aliran adalah constan. Pada aliran seragam, garis energi, garis muka air dan
dasar saluran adalah sejajar sehingga kemiringan ketiga garis tersebut adalah sama. Kedalaman air
pada aliran seragam disebut kedalaman normal.

Aliran disebut tidak seragam atau berubah apabila variabel aliran seperti kedalaman,
tampang basah, kecepatan disepanjang saluran tidak konstan. Apabila perubahan aliran terjadi
pada jarak yang panjang, maka disebut aliran berubah beraturan. Sebaliknya apabila terjadi pada
jarak yang pendek maka disebut aliran berubah cepat.

Aliran disebut permanen apabila variabel aliran disuatu titik seperti kedalaman dan
kecepatan tidak berubah terhadap waktu. Apabila berubah terhadap waktu maka disebut aliran tidak
permanen.

Zat cair yang mengalir melalui saluran terbuka akan menimbulkan tegangan geser pada
dinding saluran. Tahanan ini akan diimbangi oleh componen gaya berat yang bekerja pada zat cair
dalam arah aliran. Didalam aliran seragam, komponen gaya berat dalam arah aliran adalah
seimbang dengan tegangan geser. Tahanan geser ini tergantung pada kecepatan aliran.

Berdasarkan kesetimbangan gaya-gaya yang terjadi tersebut dapat diturunkan Humus


Chezy sebagai berikut :

V  C RI …………………. (1.1.)

dengan V = kecepatan aliran


C = koefisien Chezy
R = Radius hidrolik
I = kemiringan muka air

Apabila kecepatan aliran dapat diketahui, maka akan mudah bagi kita untuk menentukan
harga koefisien Chezy tersebut.

4. Prosedur Percobaan

a. Alirkan air kedalam saluran dengan menjalankan pompa


b. Apabila dasar saluran dimiringkan, catatlah kemiringannya sebagai i s
c. Ukurlah kedalaman di dua titik yang telah ditentukan jaraknya (L), 1 dibagian hulu,
yang lain di hilir sebagai h1 dan h2
d. Ukur debit aliran, kemudian ukur pula kecepatan aliran di kedua titik tersebut
sebagai v1 dan v2
e. Ukurlah kemiringan muka air yang terjadi yaitu : iw = is + (h1 – h2) / L
f. Amati keadaan aliran yang terjadi.
g. Gambarkan sketsa saluran dan letak titk-titik pengukuran.

5. Hasil Pengamatan

Kemiringan saluran = ......................


Kemiringan muka air = ......................
Debit aliran = ......................

Tabel 1.1. Hasil pengamatan pada saluran licin


Uraian Titik 1 Titik 2
Kedalaman air ( h )
Luas tampang basah ( A )
Keliling tampang basah ( P )
Radius hidrolik ( R )
Kecepatan aliran ( v )

Kecepatan rerata aliran

Koefisien Chezy

6. Kesimpulan
B. ALIRAN PERMANEN TIDAK BERATURAN AKIBAT PEMBENDUNGAN

1. Maksud dan Tujuan

a. Mendemonstrasikan aliran permanen tidak beraturan akibat pembendungan


b. Menunjukan perbedaan koefisien Chezy pada kedalaman normal dan pada aliran
terbendung.

2. Alat yang Digunakan

a. Multi purpose teaching flume


b. Point gauge
c. Current meter
d. Mistar / pita ukur

3. Prosedur Percobaan

a. Alirkan air kedalam saluran dengan menjalankan pompa


b. Apabila dasar saluran dimiringkan, catatlah kemiringannya sebagai i s
c. Bendunglah pada ujung hilir saluran
d. Ukurlah kedalaman dibeberapa titik yang telah ditentukan jaraknya, disekitar daerah
pembendungan
e. Ukur debit aliran dan ukur kecepatan aliran dititik-titik tersebut.
f. Ukurlah kemiringan muka air yang terjadi yaitu : iw = i s + (hn-1/2 – hn+1/2) / L
dengan hn adalah kedalaman pada titik ke-n
g. Amati keadaan aliran yang terjadi.
h. Dari hasil pengukuran tersebut tentukan besarnya koefisien kekasaran Chezy pada
tiap-tiap titik baik pada aliran dengan pembendungan, amati apakah hasilnya konstan atau
berubah ?
i. Gambarkan sketsa saluran dan letak titk-titik pengukuran.

4. Hasil Pengamatan

Kemiringan saluran = ................................


Debit aliran = .................................
Tabel 1.2. Hasil pengamatan pada aliran dengan pembendungan
Uraian Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5
Kedalaman air ( h )
Luas tampang basah ( A )
Keliling tampang basah ( P )
Radius hidrolik ( R )
Kecepatan aliran ( v )
Kemiringan muka air ( I )
Kecepatan rerata aliran

5. Kesimpulan

C. BANGUNAN KONTROL

AMBANG TAJAM / SHARP CRESTED WEIR

1. Maksud dan Tujuan

a. Mendemonstrasikan aliran melalui ambang tajam


b. Menunjukan bahwa ambang tajam dapat digunakan sebagai alat ukur debit

2. Alat yang Digunakan

a. Multi purpose teaching flume


b. Ambang tajam

Model ambang tajam ini terbuat dari baja tahan karat (stainless stell). Debit yang lewat diatas
ambang ini merupakan fungsi dari tinggi aliran diatas ambang.
Gambar 1.2. Model Sharp Crested weir

c. Point gauge
d. Mistar / pita ukur
e. Stopwatch

3. Dasar Teori

Jenis peluap ambang tajam merupakan salah satu konstruksi pengukur debit yang banyak
dijumpai disaluran-saluran irigasi maupun di laboratorium. Debit aliran yang terjadi pada ambang
tajam dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut :

2
Q C d B gh 3 …………………. ( 1.2.)
3

dengan h adalah tinggi muka air diatas ambang


Gambar 1.3. Aliran melalui ambang tajam

4. Prosedur Pelaksanaan

a. Pasanglah ambang tajam pada model saluran terbuka


b. Alirkan air kedalam model saluran terbuka
c. Ukurlah debit yang terjadi
d. Catat harga h
e. Amati pengaliran yang terjadi
f. Ulangi percobaan untuk debit yang lain
g. Dengan menggunakan formula (1.2.) tentukan besarnya koefisien debit pada ambang tajam
h. Gambarkan profil aliran yang terjadi
i. Amati kondisi aliran pada saat terjadi aliran dengan punggung aliran berimpit dengan badan
bendung

5. Hasil Pengamatan

Lebar ambang = ......................


Tinggi ambang = ......................

Tabel 1.3. Hasil pengamatan pada aliran melalui ambang tajam


Volume Waktu Q h
3 3
h3/2 Cd
(m ) (S) (m /s) (m)
6. Kesimpulan

AMBANG LEBAR / BROAD CRESTED WEIR

1. Maksud dan Tujuan

a. Mendemonstrasikan aliran melalui ambang lebar


b. Menunjukan bahwa ambang lebar dapat digunakan untuk mengukur debit

2. Alat yang Digunakan

a. Multi purpose teaching flume


b. Model ambang lebar / Broad Crested Weir

Model ini merupakan tiruan ambang lebar disaluran irigasi. Model ini terbuat dari glass
reinforced plastic yang berbentuk prisma segiempat dengan punggung dibuat streamline. Konstruksi
ini umumnya banyak digunakan dilapangan untuk mengukur debit disaluran terbuka, karena akan
memberikan akurasi dan keandalan pengukuran, disamping juga kemudahan dalam pembuatan
konstruksi dan perawatannya.
Gambar 1.4. Model Broad Crested Weir

c. Point gauge
d. Mistar / pita ukur

3. Dasar Teori

Peluap disebut ambang lebar apabila B > 0,4 hu, dengan B adalah lebar peluap dan hu
adalah tinggi peluapan.

Total head line

hu
Q H y0 yc

Gambar 1.5. Aliran di atas ambang lebar

Keterangan : Q = debit aliran


H = tinggi tekanan total dihulu ambang = yo + v2/2g
y0 = kedalaman air dihulu ambang
P = tinggi ambang
yc = tinggi muka air diatas hilir ambang = y0 – P
hu = tinggi muka air diatas hulu ambang
Ambang lebar merupakan salah satu konstruksi pengukur debit. Debit aliran yang terjadi
pada ambang lebar dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut :

Q  C d BH 3 / 2 …………………. ( 1.3.)

dengan : Q = debit aliran


H = tinggi tekanan total di hulu ambang
Cd = koefisien debit
B = lebar ambang

Debit aliran juga dapat dihitung sebagai berikut :

Q  Cd Cv Bhu
3/ 2
…………………. ( 1.4.)

dengan Cv = koefisien kecepatan


hu = tinggi muka air diatas hulu ambang

4. Prosedur Percobaan

a. Pasanglah ambang lebar pada model saluran terbuka


b. Alirkan air kedalam model saluran terbuka
c. Ukur debit aliran
d. Catat harga H, yo, yc, dan hu
e. Amati aliran yang terjadi
f. Ulangi percobaan untuk debit yang lain
g. Berdasarkan formula (1.3.) dan (1.4.) tentukan besarnya harga Cd dan Cv ambang lebar.
h. Gambarkan profil aliran yang terjadi

5. Hasil Pengamatan

Lebar ambang = ……………..


Tinggi ambang = ……………...

Tabel 1.5. Hasil pengamatan pada aliran melalui ambang lebar


y0 yc Q H3/2 Cd hu 3/2 Cv
(m) (m) (m3/s) (m3/2) (m3/2)

6. Kesimpulan

CRUMP WEIR

1. Maksud dan Tujuan

a. Mendemonstrasikan aliran melalui crump weir


b. Menunjukan bahwa crump weir dapat digunakan untuk mengukur debit

2. Alat yang Digunakan

a. Multi purpose teaching flume


b. Model Crump Weir

Model ini merupakan tiruan crump weir di saluran irigasi. Model ini terbuat dari glass reinforced
plastic yang berbentuk prisma segitiga. Konstruksi ini digunakan untuk mengukur debit di saluran
terbuka.
Gambar 1.6. Model Crump Weir

c. Point gauge
d. Mistar / pita ukur

3. Dasar Teori

Aliran melalui crump weir dapat dibedakan pada kondisi aliran modular dan non modular
seperti terlihat pada gambar berikut :

v02/2g v12/2g

H1
Qm H0 y0
y1

MODULAR FLOW
v02/2g v12/2g

H1
Qm H0 y0
y1

NON - MODULAR FLOW

Gambar 1.7. Aliran di atas Crump Weir

dengan Qm = debit aliran modular


Q = debit aliran non modular
Ho = tinggi tekanan total di hulu = yo + vo2 / 2g
yo = kedalaman air di hulu
H1 = tinggi tekanan total di hilir = y1 + v12 / 2g
y1 = kedalaman air di hilir

Debit aliran yang terjadi pada crump weir untuk komdisi aliran modular dihitung dengan
menggunakan formula sebagai berikut :

Qm  C d BH o gH o …………………. ( 1.5.)

dengan Qm = debit aliran modular


H0 = tinggi tekanan total di hulu ambang
Cd = koefisien debit
B = lebar crump weir

Pada kondisi aliran non modular, aliran di hulu sudah dipengaruhi oleh perubahan tinggi
tekanan di hilir. Oleh karena itu debit yang dihasilkan pada kondisi aliran non modular perlu koreksi.
Q = f Qm ....................... (1.6.)

dengan f = faktor koreksi


Q = debit aliran non modular

4. Prosedur Percobaan

a. Pasanglah crump wier pada model saluran terbuka


b. Alirkan air kedalam model saluran terbuka, sehingga diperoleh kondisi aliran modular
c. Ukur debit aliran
d. Catat harga Ho, yo, H1, dan y1\
e. Amati aliran yang terjadi
f. Ulangi percobaan untuk debit yang lain
g. Berdasarkan formula (1.5.) tentukan besarnya harga Cd crump weir
h. Bendunglah bagian hilar sehingga diperoleh kondisi aliran non modular.
i. Ukur debit aliran yang terjadi ( Q )
j. Dengan formula (1.5.) tentukan debit modular
k. Tentukan faktor koreksi dengan persamaan (1.6.)
l. Gambarkan profil aliran yang terjadi
5. Hasil Pengamatan

Lebar crump weir = ……………..


Tinggi puncak crump weir = ……………...

Tabel 1.6. Hasil pengamatan pada aliran diatas crump weir (kondisi modular)
y0 y1 Qm Ho H1
Cd
(m) (m) (m3/s) (m) (m)

Tabel 1.7. Hasil pengamatan pada aliran diatas crump weir (kondisi nonmodular)
y0 y1 Ho H1 Q Qm
f
(m) (m) (m) (m) (m3/s) (m3/s)
6. Kesimpulan
PINTU SORONG / SLUICE GATE

1. Maksud dan Tujuan

a. Mendemonstrasikan aliran melalui pintu sorong


b. Menunjukan bahwa pintu sorong dapat digunakan sebagai alat ukur dan pengatur debit

2. Alat yang Digunakan

a. Multi purpose teaching flume


b. Pintu sorong / Sluice Gate

Merupakan tiruan pintu air yang banyak dijumpai disaluran-saluran irigasi. Model ini terbuat dari
baja tahan karat (satinless steel). Lebar pintu ini sudah disesuaikan dengan lebar model saluran
yang ada. Pintu sorong ini berfungsi untuk mengatur maupun fungsi untuk mengatur debit aliran.
Besarnya debit yang dialirkan merupakan fungsi dari kedalaman air di hulu maupun dihilir pintu
serta tinggi bukaan pintu tersebut.

Gambar 1.8. Model Pintu Sorong

c. Point gauge
d. Mistar / pita ukur
3. Dasar Teori

Pintu sorong merupakan salah satu konstruksi pengukur dan pengatur debit. Pada pintu
sorong ini prinsip konservasi energi dan momentum dapat diterapkan. Persamaan Bernoulli hanya
dapat diterapkan apabila kehilangan energi dapat diabaikan atau sudah diketahui.
2
V0
2g Total head line

2
V1
Q H0 y0 2g H1
V0 Water surface

yg V1 y1

Section 0 Section 1

Gambar 1.9. Aliran di bawah pintu sorong


Keterangan : Q = debit aliran
yg = tinggi bukaan pintu
Ho = tinggi tekanan total di hulu = yo + vo2 / 2g
yo = kedalaman air di hulu
H1 = tinggi tekanan total di hilir = y1 + v12 / 2g
y1 = kedalaman air di hilar

Debit aliran yang terjadi pada pintu sorong pada komdisi aliran air bebas dihitung dengan
menggunakan formula sebagai berikut :

Q  C d BYg 2gy0 …………………. ( 1.7.)

dengan Q = debit aliran


Cd = koefisien debit
B = lebar pintu
g = percepatan gravitasi
yg = tinggi bukaan pintu
y0 = tinggi air di hulu pintu sorong
4. Prosedur Percobaan

a. Atur kedudukan saluran hingga dasar saluran menjadi datar / horizontal


b. Pasang pintu sorong pada saluran, dan jagalah agar kondisi ini tetap vertikal
c. Alirkan air kedalam model saluran terbuka dan ukur debitnya
d. Atur harga yg antara 20 mm dan 40 mm, misal diambil harga y g = 20 mm, kemudian
diukur y1 dan y0
e. Dengan debit yang sama dengan nomor d diatas, atur pintu sorong sehingga harga y 0
antara 80 mm dan 130 mm, misal diambil harga y0 = 120 mm, kemudian diukur yg dan y1
f. Rubah debit dengan memutar kanan keran dan atur pintu sorong sehingga harga y 0 sama
dengan harga-harga y0 pada nomor d, kemudian diukur yg dan y1
g. Dengan debit masih sama dengan f, autr pintu sorong sehingga harga y g sama dengan
harga yg pada nomor c, ukur y0 dan y1
h. amati pengaliran yang terjadi
i. Ulangi percobaan untuk debit yang lain
j. Berdasarkan formula (1.7.) tentukan besarnya koefisien debit pada pintu sorong untuk
kondisi aliran bebas.
k. Hitung harga H0 dan H1 dan abndingkan hasilnya

5. Hasil Pengamatan

Lebar pintu sorong = ……………..

Tabel 1.8. Hasil pengamatan pada aliran di bawah pintu sorong


yg y0 y1 Q H0 H1
Cd
(m) (m) (m) (m3/s) (m) (m)

6. Kesimpulan

ALIRAN MELALUI SIPHON SPILLWAY


1. Maksud dan Tujuan

a. Mendemonstrasikan aliran melalui siphom spillway


b. Menunjukan bahwa bangunan pelimpah siphon dapat digunakan sebagai alat ukur debit

2. Alat yang Digunakan

a. Multi purpose teaching flume


b. Model siphon spillway

c. Point gauge
d. Mistar / pita ukur

3. Dasar Teori

Debit melalui siphon spillway

Siphon spillway merupakan salah satu bentuk bangunan pelimpah. Pada umumya
bangunan pelimpah ini hanya dapat digunakan untuk debit-debit kecil, karena apabila debitnya
besar, getaran yang terjadi akan besar pula yang berakibat konstruksi menjadi berat dan tidak
ekonomis.

Debit yang mengalir di atas bendung dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai
berikut :
Q  C d A 2 gh …………………. ( 1.8.)

dengan h adalah beda tinggi antara muka air di inlet dan outlet siphon, sedang A adalah luas
penampang siphon.

4. Prosedur Percobaan

a. Pasanglah model siphon spillway pada saluran terbuka


b. Alirkan air kedalam saluran tersebut
c. Biarkan air naik sedikit demi sedikit ingá mencapai mulut inlet siphon
d. Biarkan air naik hingga memenuhi seluruh penampang siphon, sambil amati karakter
alirannya
e. Ukurlah debit yang terjadi
f. Catat harga h
g. Dengan menggunakan formula (1.8.) tentukan besarnya koefisien debit melalui siphon.
h. Ulangi langkah-langkah di atas untuk debit aliran yang lain
i. Amati karakter aliran didalam siphon dan amati pula bagian mana yang akan mengalami
gerusan di outlet siphon

5. Hasil Pengamatan

Lebar penampang siphon = ……………..

Tabel 1.9. Hasil pengamatan aliran melalui siphon


Q h
Cd
(m3) (m)

6. Kesimpulan
ALIRAN MELALUI AIR REGULATED SIPHON

1. Maksud dan Tujuan


a. Mendemonstrasikan aliran melalui air regulated siphon
b. Menunjukan bahwa bangunan pelimpah siphon dapat digunakan sebagai alat ukur debit

2. Alat yang Digunakan

a. Multi purpose teaching flume


b. Model air regulated siphon

Gambar 1.10. Model Air Regulated Siphon

c. Point gauge
d. Mistar / pita ukur

3. Dasar Teori

Debit melalui air regulated siphon

Siphon jenis ini merupakan perkembangan dari siphon yang digunakan sebelumnya. Siphon
ini secara otomatis akan mengatur debit untuk variasi debit yang lebih besar disamping juga
menjaga muka air yang konstan dibagian hulunya. Hal ini dicapai karena siphon ini melewatkan
udara dan air yang bercampur secara kontinu.

Debit yang mengalir melalui siphon dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai
berikut :
Q  C d A 2 gh …………………. ( 1.9.)

dengan h adalah beda tinggi antara muka air di inlet dan outlet siphon, sedang A adalah luas
penampang siphon.

4. Prosedur Percobaan

a. Pasanglah model air regulated siphon pada saluran terbuka


b. Alirkan air kedalam saluran tersebut
c. Biarkan air naik sedikit demi sedikit ingá mencapai mulut inlet siphon
d. Biarkan air naik hingga memenuhi seluruh penampang siphon, sambil amati karakter
alirannya
e. Ukurlah debit yang terjadi
f. Catat harga h
g. Dengan menggunakan formula (1.9.) tentukan besarnya koefisien debit melalui siphon.
h. Ulangi langkah-langkah di atas untuk debit aliran yang lain
i. Amati karakter aliran didalam siphon dan amati pula bagian mana yang akan mengalami
gerusan di outlet siphon

5. Hasil Pengamatan

Lebar penampang siphon = ……………..

Tabel 1.10. Hasil pengamatan aliran melalui siphon


Q h
Cd
(m3) (m)

6. Kesimpulan
GAYA YANG BEKERJA PADA PINTU SORONG

1. Maksud dan Tujuan

Menunjukkan gaya yang bekerja pada pintu sorong

2. Alat yang Digunakan


a. Multipurpose teaching flume
b. Model pintu sorong
c. Pintu gauge
d. Stopwatch

3. Dasar Teori

Pada gambar berikut dapat dilihat mengenai gaya yang bekerja pada pintu

Water within control


volume
Non Hydrostatic pressure
distribution on gate
Hydrostatic pressure
distirbution

Hydrostatic pressure
y0 distirbution
Thurst 1/2 ρgy02

yg y1 Thurst 1/2 ρgy12

Section 0 Section 1
Shear force

Gambar 1.11. Gaya-gaya yang bekerja pasa pintu sorong

Pada gambar tersebut ditunjukkan bahwa gaya resultan yang terjadi pada pintu sorong adalah
sebagai berikut :

2  y0  Q  y1 
2
1
Fg  gy1  2  1  1   .......(1.10.)
2 y
 1  by1  y0 

Gaya pada pintu yang melawan gaya hidrostatis adalah :

g  y a  y g  2
1
FH  ............................ (1.11.)
2
dengan : Fg = resultan gaya dorong pada pintu sorong (non-hidrostatis)
FH = resultan gaya dorong akibat gaya hidrostatis
Q = debit aliran
r = rapat massa fluida
g = percepatan gravitasi bumi
b = lebar pintu sorong
yg = tinggi bukaan pintu
y0 = kedalaman air di hulu pintu
y1 = kedalaman air di hilir pintu

4. Prosedur Percobaan

a. Ukur lebar pintu sorong


b. Pasang pintu sorong pada saluran kurang lebih pada tengah-tengah saluran
c. Supaya hasil pengukurannya lebih akurat, maka rongga antara pintu dengan dinding
saluran sebaiknya diberi plasticine
d. Pasang point gauge atau hook gauge pada hulu pintu dan hilir pintu
e. Sebagai datum pengukuran adalah dasar saluran
f. Bukalah pintu sorong setinggi 2 cm dari dasar
g. Dengan perlan-lahan alirkan air hingga yo mencapai 20 cm (ukurlah dengan point gauge
dihulu pintu)
h. Dengan y0 pada ketinggian ini ukurlah debit aliran yang terjadi
i. Ukur ketinggian y1 dihilir pintu
j. Naikkan bukaan pintu setinggi 1 cm dari posisi semula
k. Atur ketinggian air dihulu agar tetap setinggi 20 cm dengan mengubah debit aliran
l. Catatlah debit aliran yang terjadi dan tinggi y1
m. Hitung besarnya gaya pada pintu sorong akibat gaya hidrostatis maupun gaya akibat aliran
n. Gambarkan grafik hubungan antara Fg / FH dengan yg / y0

5. Hasil Pengamatan

Lebar pintu = .........................

Tabel 1.11. Hasil Pengamatan gaya-gaya yang bekerja pada pintu sorong
yg y0 y1 Q Fg FH Fg / FH yg / y0
6. Kesimpulan

PENURUNAN PERSAMAAN ENERGI SPESIFIK

1. Maksud dan Tujuan


Menunjukkan hubungan anatara energi spesifik dan tinggi tenaga pada aliran di hulu pintu
sorong

2. Alat yang Digunakan


a. Multipurpose teaching flume
b. Model pintu saorong
c. Pintu gauge
d. Stopwatch

3. Dasar Teori

Pada kondisi aliran konstan, tinggi tenaga pada aliran akan mencapai harga minimum pada
kondisi kedalaman kritik. Parameter ini merupakan dasar dari pemahaman yang menyeluruh
mengenai perilaku aliran bebas, karena respon dari aliran terhadap tinggi tenaga sangat bergantung
pada apakah kedalaman yang terjadi lebih atau kurang dari kedalaman kritik.

ada saluran terbuka, energi spesifik didefinisikan sebagai jumlah dari energi potensial
(kedalaman aliran) dan energi kinetik (tinggi kecepatan)

v2 Q2
E  y atau E y ............................ (1.12.)
2g 2gv 2

dengan : E = energi spesifik


y = kedalaman aliran
Q = debit aliran
g = percepatan gravitasi bumi

Kurva energi spesifik merupakan kurva hubungan antara kedalaman aliran dengan
energi/tinggi tenaga
Depth of flow y (m)

C
yC
Specific energy E (m)

Gambar 1.12. Kurva energi spesifik


Gambar diatas menunjukan bahwa ada dua kedalaman aliran yang mungkin menghasilkan
energi yang sama, yang dikenal sebagai alternate depth. Pada titik C, kuerva energi spesifik adalah
minimum dengan hanya ada 1 kedalaman yang menghasilkannya yang kita namakan dengan
kedalaman kritik (yc).

Aliran pada kedalaman lebih besar dari kedalaman kritik dinamakan dengan aliran sub
kritik. Sementara itu apabila kurang dari kedalaman kritik dinamakan dengan aliran superkritik.
Pada saluran segiempat dengan lebar 1 satuan panjang, dimana garis aliran adalah paralel, dapat
ditunjukan bahwa :

Q2 3
yc  3 dan Ec  Emin  yc ................ (1.13.)
g 2

dengan : Ec = energi spesifik minimum


yc = kedalaman kritik

Pada saat kemiringan saluran cukup untuk membuat aliran seragam dan kedalaman keritik,
kemiringan ini dinamakan dengan kemiringan kritik. Perlu diperhatikan bahwa permukaan air dapat
menimbulkan gelombang pada saat aliran mendekati kondisi kritik, karena perubahan kecil saja dari
energi spesifik akan mengakibatkan perubahan aliran yang cukup besar, dapat diperkirakan dari
kurva energi spesifik.

4. Prosedur Percobaan

a. Pasang pintu sorong pada saluran


b. Pasang piont gauge pada saluran (di hulu dan di hilir)
c. Bukalah pintu sorong setinggi 1 cm dari dasar
d. Alirkan air hingga yo mencapai 20 cm
e. Ukurlah aliran yang terjadi dan ukur y1
f. Naikkan pintu setinggi 1 cm dari keadaan semula, lalu ukur y0 dan y1
g. Naikkan debiut hingga y0 mencapai ketinggian 20 cm dari dasar
h. Ukur debit aliran
i. Ulangi langkah di atas untuk tinggi bukaan yang lebih besar
j. Miringkan saluran sehingga aliran air berubah mencapai aliran krtitik sepanjang saluran
k. Hitung harga energi spesifik yagn terjadi, dan hitung pula energi kritiknya.
l. Buat kurva hubungan antara E0 dengan y0 dan E1 dengan y1 untuk menggambar kurva
energi spesifik, plotkan pula harga energi kritiknya
m. Pada gambar tadi gambarlah garis melalui titik kritik tadi untuk menunjukkan kondisi kritik
(atau sub kritik bila berada diatas garis, dan super kritik bila dibawah garis)

5. Hasil Pengamatan

Lebar pintu = .........................

Tabel 1.12. Hasil Pengamatan penurunan persamaan energi spesifik pada aliran pintu sorong
y0 y1 Q E0 E1 EC

6. Kesimpulan

LONCAT AIR

1. Maksud dan Tujuan

Menunjukkan karakterisitk loncat air pada aliran dibawah pintu sorong

2. Alat yang Digunakan

a. Multipurpose teaching flume


b. Model pintu saorong
c. Pintu gauge
d. Stopwatch

3. Dasar Teori
Apabila aliran berubah dari superspesifik ke aliran sub kritik, maka akan terjadi loncat air
karena terjadi pelepasan energi. Fenomena ini dapat terjadi apabila air meluncur di bawah pintu
sorong menuju ke bagian hilir yang mempunyai kedalaman yang sangat besar.

Loncatan yang bergelombang akan terjadi pada saat perubahan kedalaman yang terjadi
tidak besar. Permukaan air akan bergelombang dalam rangkaian osilasi yang lama kelamaan akan
berkurang menuju daerah dengan aliran sub kritik

Gambar 1.13. Loncat air pada pintu sorong

Dengan mempertimbangkan gaya-gaya yang bekerja pada fluida di kedua sisi loncat air,
dapat ditunjukan bahwa :

va  v 
2 2
H  y0    yb  b  ............................ (1.14.)
2g  2g 

Karena ya ≈ y1 dan yb ≈ y3, maka persamaan diatas dapat disederhanakan sebagai


berikut ;
2
 y  y1 
H   3  ............................ (1.15.)
 4 y1 y3 

dengan ; ΔH = total kehilangan energi sepanjang loncat air


va = kecepatan rerata sebelum loncat air
ya = kedalaman aliran sebelum loncatan air
vb = kecepatan rerata setelah loncat air
yb = kedalaman aliran setelah loncatan air
4. Prosedur Percobaan

a. Pasang pintu sorong pada saluran


b. Pasang piont gauge pada saluran (di hulu dan di hilir)
c. Bukalah pintu sorong setinggi 2 cm dari dasar
d. Pasang stop log diujung saluran
e. Alirkan air perlan-lahan sehingga nanti akan terbentuk loncat air terjadi di hilir
f. Amati dan gambarkan sketsa aliran/loncat air yang terjadi
g. Naikkan tinggi air di hulu dengan mengubah debit aliran, dan naikkan tinggi stop log. Amati
loncat air yang terjadi dan gambarkan sketsanya.
h. Ukur kedalaman air di hulu dan hilir loncat air, tinggi bukaan pintu dan ukur debitnya (lu
dan hilir loncat air, tinggi bukaan pintu dan ukur debitnya (y1, y3, yg dan Q)
i. Ulangi lagi untuk debit yang lain
j. Hitung harga V1
k. Gambarkan grafik hubungan antara V12/gy1 dengan y3 / y1
l. Hitung harga ΔH / y1 dan gambarkan grafik hubungan antara ΔH / y1 dengan y3 / y1
5. Hasil Pengamatan

Tabel 1.13. Hasil Pengamatan loncat air pada aliran melalui pintu sorong
yg y1 y3 Q Hb ΔH

6. Kesimpulan
BAB 2
ANGKUTAN SEDIMEN

A. AWAL GERAK BUTIRAN

1. Maksud dan Tujuan

a. Mendemonstrasikan aliran di atas dasar bergerak (movable bed flow)


b. Menunjukan kondisi awal gerak butiran

2. Alat yang Digunakan

a. Sediment transport demonstration channel

Rangkaian alat ini terdiri dari saluran tembus pandang yang dapat diubah kemiringan
dasarnya, yang diletakkan pada plat dasar bersama-sama tangki debit dan pompa sirkulasi air. Alat
ini dapat digunakan untuk berbagai macam percobaan angkutan sedimen, seperti : penentuan awal
gerak butiran, gerak butiran, perubahan konfigurasi dasar, dan gerusan pada bangunan air seperti
pilar jembatan atau bendung. Alat ini bersifat portable sehingga dapat dengan mudah dipindah-
pindahkan apabila dikehendaki.

Gambar 2.1. Sediment Transport Demonstration Channel

b. Point gauge (alat ukur tinggi muka air)

3. Dasar Teori

Teori awal gerak butiran oleh air (Teori Shield)

Gaya yang bekerja pada butiran akibat aliran air dinamakan dengan gaya seret (F D) yang
dapat dituliskan sebagai berikut :

FD   0 d 2 f (Re *) .................... (2.1.)

dengan : FD = gaya seret


τ0 = tegangan geser di dasar
d = diameter butiran
Re* = bilangan Reynolds dasar
Sementara itu, gaya gesek yang menahan butiran akibat sudut alam dinyatakan dengan F fr,
dan dituliskan sebagai berikut :

F fr  (W  B ) g tan  ..................................(2.2.)
atau
1 3
F fr  d (  s   w ) g tan  ................................ (2.3.)
6

dengan : Ffr = gaya gesek yang menahan butiran


W = berat butiran di udara
B = gaya apung
d = diameter butiran
ρs = rapat massa butiran
ρw = rapat massa air
g = percepatan gravitasi
φ = sudut geser alam

Dalam keadaan butiran teapt akan bergerak, maka FD = Ffr, sehingga :

1 3
 0 d 2 f (Re *)  d (  s   w ) g tan  ................... (2.4.)
6

dalam keadaan kritik, maka :

τ0 = τC ........................(2.5.)

Sehingga diperoleh hubungan antara tegangan geser dengan fungsi dari bilangan Reynolds sebagai
berikut :
C
 f (Re *) .............................. (2.6.)
(  s   w ) gd

dengan : τC = tegangan geser kritik

Hubungan ini dikenal sebagai ” Shield Entrainment Factor ”

4. Prosedur Percobaan
a. Alirkan air dengan debit kecil kedalam saluran yang telah diberi dasar pasir dengan
diameter tertentu (pasir dipadatkan)
b. Pastikan bahwa kemiringan dasar saluran sama dengan nol
c. Ukur kedalaman air rerata untuk menentukan radius hidrolik
d. Ukur debit aliran yang terjadi
e. Amati apakah butiran bergerak lurus atau tidak
f. Miringkanlah dasar saluran dengan kemiringan kecil
g. Lakukan langkah yang sama seperti diatas (c – e)
h. Miringkan saluran dengan kemiringan yang lebih besar lagi
i. Lakukan hal yang sama seperti langkah c – e
j. plotkan hasil pengujian pada diagram Shield dan bandingkan hasilnya.

5. Hasil Pengamatan

d50 butiran = .......................


rapat massa butiran = .........................
rapat massa air = .................
debit aliran = ....................
Tabel 2.1. Hasil pengamatan awal gerak butiran
Kondisi butiran
h I R
Bergerak Diam

6. Kesimpulan
B. BENTUK KONFIGURASI DASAR

1. Maksud dan Tujuan

Menunjukkan perubahan bentuk kondisi dasar pada berbagai kecepatan aliran

2. Alat yang Digunakan

a. Sediment transport demonstration channel


b. point gauge

3. Dasar Teori

Penentuan konfigurasi dasar sungai

Bogardi membagi konfigurasi dasar sungai berdasarkan Re dan Fs sebagai berikut :


a. plane bed
b. ripples
c. dunes
d. transition
e. anti dunes

Dengan Re* seperti pada persamaan .... dan Fs adalah perbandingan antara tegangan gesek
butiran (τ0) dengan g(ρs / ρw – 1) d

Liu’s movability number didefinisikan sebagai perbandingan antara kecepatan geser dengan
kecepatan endap butiran. Adapun hubungan antara Liu’s movability numbe, bilangan Reynolds
dasar dan bentuk konfigurasi dasar dapat dilihat pada grafik dari Albertson et all seperti pada
gambar....
4. Prosedur Percobaan

a. Alirkan air dengan debit kecil ke dalam saluran yang telah diberi dasar pasir dengan
diameter tertentu
b. Ukur debit aliran
c. Ukur kedalaman aliran
d. Ukur kemiringan dasar saluran
e. Amati bentuk konfigurasi dasar dan catatlah
f. Ulangi langkah-langkah di atas untuk debit aliran yang lebih besar
g. Plotkan hasil pengamatan pada Grafik Albertson et all dan berikan komentar

5. Hasil Pengamatan

d50 butiran = .....................


rapat massa butiran = .....................
rapat massa air = .....................
Tabel 2.2. Hasil Pengamatan bentuk konfigurasi dasar
Konfigurasi dasar
Q h I R
(visual)

6. Kesimpulan
C. GERUSAN PADA STRUKTUR

1. Maksud dan Tujuan

Menunjukkan adanya erosi yang berkenaan dengan hambatan pada saluran dan fenomena
aliran di sekeliling hambatan tersebut.

2. Alat yang Digunakan

a. Sediment transport demonstration channel


b. Point gauge

Gerusan Pada Pintu Sorong

3.a. Prosedur Percobaan


a. Letakkan pasir pada saluran, datarkan setinggi bagian atas dari pelimpah dan padatkan.
b. Pasang model pintu sorong pada mulut flume. Buatlah agar dimensi bukaan pintu selalu
konstan selama percobaan
c. Setting kemiringan = 0 dan nyalakan pompa
d. Naikkan sedikit kemiringan hingga terjadi scouring di hilir pintu
e. Amati pola-pola aliran dan geometri dari lubang gerusan. Amati pula bagaimana sedimen
tererosi dari lubang gerusan dan terdeposisi pada bagian hilirnya.
f. Jika diperlukan untuk melakukan pekerjaan yang kuantitatif, maka dimensi lubang,
kemiringan dasar, perbedaan tinggi tekanan melalui pintu dapat diukur dan dicatat.
g. Intensitas gerusan dapat ditingkatkan dengan menaikkan kemiringan atau debit aliran.

Gerusan Pada Pilar Jembatan

3.b. Prosedur Percobaan


a. Letakkan pasir pada saluran, datarkan setinggi bagian atas dari pelimpah dan padatkan
b. Pasang model pilar jembatan
c. Setting kemiringan = 0 dan nyalakan pompa
d. Naikkan sedikit kemiringan hingga terjadi scouring disekeliling pilar
e. Amati pola aliran dan geometri dari lubang gerusan.
f. Amati pula formasi “horse shoe vortex” sehubungan dengan gerusan pada bagian depan
penghalang. Hal ini terjadi akibat aliran potensial pada daerah ini dan pembentukkan lapis
batas pada aliran dekat dasar saluran
g. Di hilir pilar, pola aliran didominasi oleh pusaran yang berputar pada sumbu tertentu. Lama
kelamaan pusaran ini akan terbawa dari ke dua sisi pilar dan dibawa kebagian hilir pilar
oleh arus primer. Garis yang dihasilkan oleh vortex ini dinamakan dengan ”vortex street”.
Beberapa sedimen yang tererosi dari lubang gerusan di sekeliling tiang akan dideposisikan
sepanjang sumbu votex street.
h. Jika diperlukan untuk melakukan pekerjaan yang kuantitatif, maka dimensi lubang,
kemiringan dasar, perbedaan tinggi tekanan melalui pintu dapat diukur dan dicatat.
i. Intensitas gerusan dapat ditingkatkan dengan menaikkan kemiringan atau debit aliran
j. Debit aliran dalam rentang yang besar dapat diteliti dengan menggunakan kombinasi yang
berbeda untuk membuat variasi bilangan Froude dan kekuatan arusnya.

D. HAMBATAN ALIRAN PADA SALURAN DENGAN DASAR SAND

1. Maksud dan Tujuan

Menunjukkan adanya hamabtan aliran pada kondisi dasar dengan sand

2. Alat yang Digunakan


a. Sediment transport demonstration channel
b. Point gauge

3. Dasar Teori

Aliran melalui saluran terbuka akan menimbulkan tegangan geser pada dasar saluran.
Tahanan ini akan diimbangi oleh komponen gaya berat dari air yang bekerja dalam arah aliran.
Didalam aliran seragam, komponen gaya berat dalam arah aliran adalah seimbang dengan
tegangan geser. Tahanan geser ini tergantung kekasaran dasar saluran.

Untuk menentukan pengaruh kecepatan aliran akibat kekasaran dasar dapat digunakan
rumus Chezy sebagai berikut :

V  C RI .............................. (2.7.)

dengan : V = kecepatan aliran


C = koefisien Chezy
R = radius hidrolik
I = kemiringan saluran
Sand
h
Q

Gambar. 2.2. Airan melalui dasar sand

4. Prosedur Percobaan

a. Masukkan sand yang sudah bersih ke dalam flume dan padatkan


b. Miringkan saluran sedikit dan set switch pompa pada angka 1
c. Ukur kedalaman aliran rerata dan debitnya
d. Naikkan debit dengan mengubah switch pompa menjadi 2 kemudian 3 dan ulang
pengukuran.
e. Naikkan kemiringan saluran dan ulangi pengukuran untuk switch 1, 2 dan 3
f. Lakukan analisa saringan pada material / sand untuk mengetahui distribusi ukuran butirnya
dan mengetahui besarnya d50, d584 dan d95
g. Data yang terukur dapat digunakan untuk memplot grafik non dimensional antara koefisien
gesek dengan kedalaman relatif

5. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai