Anda di halaman 1dari 11

MODUL

PRAKTIKUM
UJI KUALITAS UDARA

ALI MARTENI & ARDIANSYAH

LABORATORIUM PENYEHATAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah subhanahuwata’ala karena penulis berhasil menyelesaikan panduan
praktikum Uji Kualitas Udara untuk edisi tahun 2019 sebagai panduan praktikum.

Penyusun dalam menyusun materi ajar ini berpedoman pada Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor: KEP. 107/KABAPEDAL/II/1997 dan peraturan Pemerintah RI No. 41
tahun 1999 serta beberapa jurnal yang berkaitan dengan pengujian kebisingan. Tak lupa pula
bahwa panduan praktikum ini hanya dipakai dikalangan sendiri.

Panduan praktikum ini merupakan buku pegangan mahasiswa dalam menunjang kegiatan
praktikum “Uji Kualitas Udara”. Panduan ini berisi tentang tujuan dari praktikum, panduan
pelaksanaan praktium dan aturan-aturan lain yang berhubungan dengan praktikum Uji Kualitas
Udara. Dan dengan disusunnya panduan praktikum ini, penulis berharap agar bisa
memudahkan mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan praktikum nantinya.

Kami penyusun memohon maaf apabila dalam menyusun materi ajar ini ada kekeliruan dalam
mengadopsi kedalam panduan praktikum ini.

Dan tak lupa penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang terkait
dalam penyusunan panduan praktikum ini

Kendari, Maret 2019

Tim Penyusun

LABORATORIUM PENYEHATAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALUOLEO
A. Pencemaran Udara
Pencemaran lingkungan merupakan peristiwa penyebaran bahan kimia dengan kadar
tertentu yang dapat merubah keadaan keseimbangan pada daur materi, baik keadaan struktur
maupun fungsinya, sehingga mengganggu kesejahteraan manusia. Salah satu pencemaran
lingkungan yang sedang bergejolak pada masa sekarang adalah pencemaran udara.
Menurut Wark dan Warner (1981),Pengertian pencemaran udara adalah hadirnya satu
atau lebih kontaminan di Atmosfer pada jumlah atau durasi tertentu sehingga dapat atau
cenderung menimbulkan pengaruh pada manusia, hewan, tumbuhan, atau material serta dapat
mengganggu kenyamanan dan kesejahteraan hidup. Menurut PP No. 41 tahun 1999 tentang
pengendalian pencemaran udara adalah definisi pencemaran udara adalah “Masuknya atau
dimasukannya zat, energy, dan atau komponen lain kedalam udarah ambient turun sampai
ketingkat tertentu yang menyebabkan udara ambient tidak dapat memenuhi fungsinya.
Mekanisme pencemaran udara terjadi apabila kontaminan diudara telah cukup memenuhi
persyaratan (Kuantitas, Lama berlangsung, Maupun potensial bahaya) Maka kontaminan itu
baru dapat didebut sebagai polutan atau zat pencemar yang dapat menimbulkan pencemaran.
Mekanisme pemaparan kontaminan diudarah merupakan suatu system yang terdiri dari tiga
komponen dasar, yaitu sumber emisi, dan efek bagi reseptor/penerima. Proses pelanjutannya
diudara tergantungpada jenis kontaminan yang digunakan.

B. Sumber Pencemaran Udara


Proses terjadinya pencemaran udara selalu tekait dengan sumber yang menghasilkan
bahan pencemar udara, sumber pencemar udara menurut EPA (Environmental protection
Egency) ada tiga yaitu:
1. Sumber tetap (Stationary source)
Sumber misi berada pada posisi tetap dari waktu ke waktu yang termasuk dalam kelompok
ini adalah cerobong asap industri, misalnya emisi SO2 dari cerobong PLTU
2. Sumber bergerak (Mobile Source)
Sumber bergerak mengahasilkan pencemaran yang berpinda dari waktu ke waktu, seperti
alat alat transportasi (mobil, pesawat, kereta api, dan lain sebagainya).
3. Sumber alamiah (Natural Source)

LABORATORIUM PENYEHATAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALUOLEO
Seperti letusan gunung berapi yang meniup debu dari tanah. Adapun wujud dari
pencemaran udara yang terjadi di atmosfer terjadi meliputi:

a. Pencemaran berbentuk gas


b. Pencemaran berbentuk partikulat

C. Parameter Pencemar Udara


a. Karbon Monoksida (CO)
b. Sulfur oksida (SOx)
c. Nitrogen Oksida (NOx)
d. Timbal (Pb)
e. Materi partikulat

D. Indeks Standar Pencemaran Udara


Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) adalah laporan kualitas udara kepada
masyarakat untuk menerangkan seberapa bersih atau tercemarnya kualitas indera kita dan
bagaimana dampaknya terhadap kesehatan kita setelah menghirup udara terdebut selama
beberapa jam atau hari. Penetapan ISPU ini mempertimbangkan tingkat mutu udara terhadap
kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, bangunan dan nilai estetika.
ISPU ditetapkan berdasarkan 5 pencemaran utama, yaitu karbon monoksida (CO), sulfat
dioksida (SO2), Nitrogen dioksida (NO2) , ozon permukaan (O3) dan partikel debu (PM10). Di
Indonesia ISPU diatur berdasarkan keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
(BAPEDAL) Nomor KEP. 107/KABAPEDAL/II/1997.

Tabel ISPU dan dampak Kesehatan


Indeks Kategori Dampak Kesehatan
0 – 50 Baik Tidak memberikan dampak bagi
kesehatan manusia atau hewan
51 – 100 Sedang tidak berpengaruh pada kesehatan
manusia ataupun hewan tetapi
berpengaruh pada tumbuhan yang
peka
101 – 199 Tidak Sehat bersifat merugikan pada manusia

LABORATORIUM PENYEHATAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALUOLEO
ataupun kelompok hewan yang peka
atau dapat menimbulkan kerusakan
pada tumbuhan ataupun nilai estetika
200 – 299 Sangat tidak sehat kualitas udara yang dapat merugikan
kesehatan pada sejumlah segmen
populasi yang terpapar
300 - 500 Berbahaya kualitas udara berbahaya yang secara
umum dapat merugikan kesehatan
yang serius pada populasi (misalnya
iritasi mata, batuk, dahak dan sakit
tenggorokan)
Sumber : BAPEDAL Nomor : KEP. 107/KABAPEDAL/II/1997

E. Baku Mutu Udara Ambien Nasional


Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat energi dan komponen yang
ada dan unsur pencemar yang di renggang keberadaannya dalam udara ambien.Berikut ini
adalah tabel baku mutu udara ambien nasional pada negara Indonesia sesuai peraturan
Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 yaitu sebagai berikut :

Tabel Baku mutu udara ambien nasional

Waktu
No. Parameter Baku Mutu Metode Analisis Peralatan
Pengukuran

1 SO2 1 Jam 900 ug/Nm3 Pararosanilin Spektrofotometer


(Sulfur 24 Jam 365 ug/Nm3
Dioksida) 1 Thn 60 ug/Nm3

2 CO 1 Jam 30.000 ug/Nm3 NDIR NDIR Analyzer


(Karbon 24 Jam 10.000 ug/Nm3
Monoksida) 1 Thn

3 NO2(Nitrogen 1 Jam 400 ug/Nm3 Saltzman Spektrofotometer


Dioksida) 24 Jam 150 ug/Nm3
1 Thn 100 ug/Nm3

4 O3 1 Jam 235 ug/Nm3 Chemiluminescent Spektrofotometer


(Oksidan) 1 Thn 50 ug/Nm3

5 HC 3 Jam 160 ug/Nm3 Flame Ionization Gas


(Hidro Chromatogarfi

LABORATORIUM PENYEHATAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALUOLEO
Karbon)

6 PM10 24 Jam 150 ug/Nm3 Gravimetric Hi - Vol


(Partikel <
10 um)

PM 2.5* 24 Jam 65 ug/Nm3 Gravimetric Hi – Vol


1 Jam 15 ug/Nm3 Gravimetric Hi - Vol

7 TSP 24 Jam 230 ug/Nm3 Gravimetric Hi – Vol


(Debu) 1 Jam 90 ug/Nm3

8 Pb(Timah 24 Jam 2 ug/Nm3 Gravimetric Hi – Vol


Hitam) 1 Jam 1 ug/Nm3 Ekstraktif AAS
Pengabuan

9 Dustfall 30 Hari 10 Gravinetric Cannister


(Debu Jatuh) Ton/Km2/Bulan
(Pemukiman)
20
Ton/Km2/Bulan
(Industri)

10 Total Fluorides (as 24 Jam 3 ug/Nm3 Spesific ion Impinger atau


F) 90 Hari 0,5 ug/Nm3 Electrode Continous
Analyzer

11 Fluor Indeks 30 Hari 40 ug/100 Colourimetric Limed Filter


cm2dari kertas Paper
limed filter

12 Khlorine dan 24 Jam 150 ug/Nm3 Spesific ion Impinger atau


Khlorine Dioksida Electrode Continous
Analyzer

13 Sulphat Indeks 30 Hari 1 mg SO3/100 Colourimetric Lead Peroxida


cm3Dari Lead Candle
Peroksida
Sumber: Peraturan Pemerintah RI NO.41 tahun 1999

F. Pemantauan Melalui Kinerja Lalulintas

Pemantauan kinerja lalu lintas dilakukan dengan cara, yaitu :

1. Survey kecepatan kendaraan


2. Survey volume lalulintas
3. Analisis data

LABORATORIUM PENYEHATAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALUOLEO
Volume lalu lintas menunjukan tingkat kepadatan lalu linntas kendaraan bermotor pada
suatu ruas jalan. Kepadatan lalu lintas jelas mempengaruhi kualitas udara di sekitar ruas jalan
tersebut. Hal ini jelas terkait dengan polusi udara. Polusi udara sendiri merupakan komponen
zat lain ke dalam udara yang disebabkan oleh ativitas manusia baik secara langsung maupun
tidak langsung sehingga mempengaruhi kualitas udara.

Tabel Faktor koreksi kadar polutan oleh kecepatan

Faktor koreksi
Faktor koreksi kendraan berat
Kendaraan ringan
Kecepatan
(km/jam)
CO HC NOx PM CO HC NOx PM
(ppm) (ppb) (ppb) (g/m3) (ppm) (ppb) (ppb) (g/m3)

5 20,53 15,46 3,51 2,21 4,05 15,01 2,15 2,94

10 11,57 9,29 1,99 1,72 3,45 7,85 1,88 2,1

15 8,3 6,99 1,46 1,5 2,93 5,38 1,15 1,71

20 6,48 5,66 1,19 1,36 2,49 4,09 1,44 1,46

25 5,25 4,74 1,02 1,26 2,12 3,28 1,26 1,28

Sumber : Perencanaan transportasi dan lingkungan, 2004

Tabel Konsentrasi polutan berdasarkan jarak (per100 kend.)

Kecepatan Faktor koreksi


Faktor koreksi kendraan berat
(km/jam) Kendaraan ringan

LABORATORIUM PENYEHATAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALUOLEO
CO HC NOx PM CO HC NOx PM
(ppm) (ppb) (ppb) (g/m3) (ppm) (ppb) (ppb) (g/m3)

5 0,51 94,50 200,40 6,56 0,37 46,39 909,80 177,80

10 0,48 93,20 189,10 6,18 0,35 43,90 858,50 167,50

15 0,41 80,00 162,20 5,34 0,30 37,68 736,40 144,70

20 0,35 68,40 138,70 4,58 0,26 32,22 629,70 124,10

25 0,30 58,70 119,30 3,96 0,22 27,56 541,60 107,30

Sumber : Perencanaan transportasi dan lingkungan, 2004

Dengan menggunakan modul matematika kadar polutan dengan menggunakan


persamaan siti malkamah. Adapun persamaan yang digunakan untuk menghitung kadar polutan
adalah sebagai berikut :

QHV QLV
Kadar polutan = (( × f ej × f ek) + ( × f ej × f ek))
1000 1000

Keterangan :
QHV = volume arus lalu lintas kendraan berat
QLV = volume arus lalu lintas kendraan ringan
fej = faktor koreksi polutan oleh jarak
fek = faktor koreksi polutan oleh kecepatan

Tabel lampiran faktor koreksi kecepatan

Faktor koreksi kendaraan ringan Faktor koreksi kendaraan berat


Kecepatan
CO HC Nox PM CO HC Nox PM
(Km/jam)
(ppm) (PPb) (PPb) (g/m3) (ppm) (PPb) (PPb) (g/m3)

5,00 20,53 15,46 3,51 2,21 4,05 15,01 2,15 2,94

10,00 11,57 9,29 1,99 1,72 3,45 7,85 1,88 2,10

LABORATORIUM PENYEHATAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALUOLEO
15,00 8,30 6,99 1,46 1,50 2,93 5,38 1,65 1,71

20,00 6,48 5,66 1,19 1,36 2,49 4,09 1,44 1,46

25,00 5,25 4,74 1,02 1,26 2,12 3,28 1,26 1,28

30,00 4,34 4,04 0,91 1,17 1,80 2,72 1,10 1,14

35,00 3,63 3,48 0,83 1,10 1,63 2,30 1,06 1,03

40,00 3,05 3,00 0,77 1,04 1,43 1,98 0,99 0,95

45,00 2,57 2,61 0,74 1,00 1,24 1,72 0,92 0,87

50,00 2,17 2,26 0,71 0,96 1,06 1,52 0,85 0,82

55,00 1,83 1,97 0,70 0,93 0,89 1,35 0,78 0,77

60,00 1,56 1,72 0,70 0,91 0,76 1,22 0,93 0,74

65,00 1,33 1,52 0,71 0,89 0,66 1,12 0,69 0,73

70,00 1,16 1,34 0,73 0,89 0,59 1,05 0,67 0,73

75,00 1,03 1,21 0,76 0,89 0,56 0,99 0,67 0,74

80,00 0,95 1,10 0,79 0,89 0,57 0,96 0,70 0,76

85,00 0,90 1,03 0,83 0,91 0,61 0,94 0,74 0,80

90,00 0,90 0,99 0,88 0,93 0,70 0,94 0,80 0,86

95,00 0,93 0,98 0,94 0,96 0,83 0,96 0,89 0,92

100,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00

105,00 1,11 1,05 1,07 1,05

110,00 1,25 1,13 1,15 1,10

115,00 1,43 1,23 1,23 1,15

120,00 1,65 1,36 1,32 1,22

Tabel lampiran faktor koreksi polutan

LABORATORIUM PENYEHATAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALUOLEO
Kadar Polutan Kendaraan Ringan Kadar Polutan Kendaraan Berat
Jarak (M)
CO HC Nox PM CO HC Nox PM
3
(ppm) (PPb) (PPb) (g/m ) (ppm) (PPb) (PPb) (g/m3)
5,00 0,51 94,50 200,40 6,56 0,37 46,39 909,80 177,80
10,00 0,48 93,20 189,10 6,18 0,35 43,90 858,50 167,50
15,00 0,41 80,00 162,20 5,34 0,30 37,68 736,40 144,70
20,00 0,35 68,40 138,70 4,58 0,26 32,22 629,70 124,10
25,00 0,30 58,70 119,30 3,96 0,22 27,56 541,60 107,30
30,00 0,26 50,70 103,20 3,44 0,19 23,88 468,50 93,20
35,00 0,23 44,10 89,90 2,98 0,17 20,77 407,70 80,80
40,00 0,20 38,40 78,40 2,64 0,15 18,09 355,90 71,50
45,00 0,17 33,70 68,80 2,32 0,13 15,87 312,40 62,90
50,00 0,15 29,60 60,60 2,05 0,11 13,94 275,10 55,60
55,00 0,13 26,00 53,40 1,80 0,10 12,25 242,40 48,80
60,00 0,12 23,00 47,30 1,63 0,09 10,83 214,70 44,20
65,00 0,11 20,30 41,90 1,46 0,08 9,56 190,20 39,60
70,00 0,09 18,00 37,20 1,26 0,07 8,48 168,90 34,70
75,00 0,08 15,00 33,10 1,18 0,06 7,49 150,30 32,00
80,00 0,07 14,20 29,50 1,04 0,05 6,69 133,90 28,20
85,00 0,07 12,60 26,40 0,94 0,05 5,93 119,90 25,50
90,00 0,06 1,20 23,60 0,87 0,04 5,28 107,10 23,60
95,00 0,05 10,00 21,20 0,80 0,04 4,71 96,20 21,70
100,00 0,05 8,90 19,10 0,73 0,04 4,19 86,70 19,80
105,00 0,04 8,00 17,20 0,66 0,03 3,77 78,10 17,90
110,00 0,04 7,10 15,50 0,59 0,03 3,34 70,40 16,00
115,00 0,04 6,50 14,10 0,56 0,03 3,06 64,00 15,20
120,00 0,03 5,80 12,80 0,52 0,02 2,73 58,10 14,10
125,00 0,03 5,20 11,70 0,49 0,02 2,45 53,10 13,30
130,00 0,03 4,80 10,70 0,45 0,02 2,26 48,60 12,20
135,00 0,03 4,30 9,80 0,42 0,02 2,03 44,50 11,40
140,00 0,02 4,00 9,10 0,38 0,02 1,88 41,30 10,30
145,00 0,02 3,60 8,40 0,38 0,02 1,70 38,10 10,30
150,00 0,02 3,30 7,80 0,35 0,02 1,56 35,40 9,50
155,00 0,02 3,10 7,30 0,35 0,13 1,46 33,10 9,50
160,00 0,02 2,80 6,80 0,31 0,01 1,32 30,90 8,40
165,00 0,02 2,60 6,40 0,31 0,01 1,22 29,10 8,40
170,00 0,02 2,40 6,00 0,28 0,01 1,13 27,20 7,60
175,00 0,01 2,30 57,70 0,28 0,01 1,08 25,90 7,60
180,00 0,01 2,10 5,30 0,28 0,01 0,99 24,10 7,60
185,00 0,01 1,90 5,10 0,24 0,01 0,89 23,20 6,50

LABORATORIUM PENYEHATAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALUOLEO
190,00 0,01 1,80 4,80 0,24 0,01 0,85 21,80 6,50
195,00 0,01 1,70 4,50 0,24 0,01 0,80 20,40 6,50
200,00 0,01 1,50 4,20 0,21 0,01 0,71 19,10 5,70

G. Tata Tertib Selama Praktikum

Dalam melaksanakan praktikum, demi kelancaran selama praktikum dapat tercapai,


beberapa peraturan yang wajib diikuti oleh setiap praktikan:

1) Selama proses praktikum berlangsung mulai sejak technical meeting sampai


pengumpulan laporan, semua praktikan WAJIB dating tepat waktu sesuai jadwal yang
telah ditentukan.
2) Semua alat laboratorium yang digunakan selama praktikum menjadi tanggung jawab
SEMUA praktikan pada kelompok yang bersangkutan, dan jika terjadi kerusakan pada
alat tersebut, maka kelompok yang merusak WAJIB mengganti alat yang rusak
dengan alat yang memiliki spesifikasi yang sama.
3) Praktikan yang tidak hadir pada saat praktikum dilapangan tanpa keterangan
(keterangan dokter bagi yang sakit) dianggap MUNDUR dan secara otomatis TIDAK
LULUS.
4) Praktikan yang tidak melakukan asistensi 1 (satu) minggu setelah praktikum selesai
dianggap MUNDUR dan secara otomatis TIDAK LULUS.
5) Jumlah asistensi minimum selama pengerjaan laporan adalah 6 kali, dengan waktu
dan tempat asistensi ditentukan oleh asisten yang bersangkutan.
6) Praktikan yang tidak mengikuti salah satu rangkaian praktikum tanpa keterangan
(keterangan dokter bagi yang sakit) dianggap MUNDUR dan secara otomatis TIDAK
LULUS.
7) Aturan-aturan lain yang berguna bagi kelancaran praktikum bisa
ditambahkan/dikurangi oleh asisten yang bersangkutan sewaktu-waktu.

LABORATORIUM PENYEHATAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALUOLEO

Anda mungkin juga menyukai